Ustek Masterplan
Ustek Masterplan
IV -
DAFTAR ISI
IV -
BAB I
PENDAHULUAN
IV -
Manfaat dari adanya Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan
Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru ini adalah:
a. Dapat menjadi dokumen master Pembutan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi
dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru meskipun dalam pelaksanaannya
dijadikan beberapa tahap pengembangan, sehingga tetap menjadi satu kesatuan.
b. Dapat menjadi faktor pendorong untuk program-program yang berfokus pada masalah sosial
dan kultural guna meningkatkan kualitas kawasan yang kontekstual.
IV -
IV -
BAB II
PENGALAMAN PERUSAHAAN
II.1. UMUM
Kami Konsultan Perencana, PT. Rimasyada Engineering Consultant berkeinginan
untuk berperan serta dalam proses persiapan Pembuatan Desain Rancangan Teknik
Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
Maka kami akan ikut serta dalam proses pelelangan pekerjaan Pembuatan Desain
Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru. Dan salah satu persyaratan ikut pelelangan tersebut adalah
membuat Usulan Teknis.
Usulan Teknis ini kami susun sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam Kerangka
Acuan Kerja (Term of Refference) tetapi terbatas pada hal tercantum dalam Kerangka
Acuan Kerja tersebut. Usulan Teknis ini dibuat atas Undangan Pengadaan Jasa
Konsultan.
Untuk memberikan suatu gambaran yang lebih jelas terhadap pandangan proyek
tersebut maka Usulan Teknis ini juga merinci pelayanan jasa konsultan yang
dibutuhkan berupa penanganan perusahaan dalam menangani suatu pekerjaan,
metodologi, rencana kerja, organisasi dan personil yang dibutuhkan.
Consultant
juga
memiliki
beberapa
tenaga
ahli
yang
sudah
IV -
IV -
BAB III
PEMAHAMAN DAN TANGGAPAN
TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA
III.1.
UMUM
Secara garis besar, Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diberikan sudah cukup
memberikan informasi dan data-data mengenai pekerjaan pada proyek ini sehingga
Konsultan dapat menyusun proposal/usulan berdasarkan Kerangka Acuan Kerja,
maka secara umum kami dapat memahami dengan lengkap maksud dan tujuan serta
ruang lingkup pekerjaan yang merupakan tanggung jawab konsultan dalam
melaksanakan
pekerjaan
perencanaan
maupun
dalam
menyiapkan
usulan
IV -
Dokumen dan Addendumnya yang telah diberikan cukup mudah dimengerti dan jelas
dalam rangka konsultan menyiapkan, membuat Usulan Dokumen Administrasi,
Usulan Dokumen Teknis dan Usulan Dokumen Biaya.
A.
DOKUMEN ADMINISTRASI
Materi dokumen administrasi yang dipersiapkan pada Kerangka Acuan Kerja
adalah sesuai peraturan yang berlaku berikut petunjuk teknisnya dan sesuai
dengan surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum tentang standar dokumen
lelang, pengadaan barang dan jasa di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum,
sehingga persyaratan tersebut cukup jelas untuk dipahami dan dimengerti.
B.
USULAN TEKNIS
Materi yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja ditambah rapat penjelasan
pekerjaan berikut Berita Acara Penjelasan yang diterbitkan telah dapat memberi
gambaran umum dengan jelas terhadap lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab personil konsultan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan maupun
dalam memberikan pelaporan-pelaporan sebagaimana diminta oleh proyek. Isi
dari Kerangka Acuan Kerja dapat dijadikan titik tolak dalam penyusunan rencana
kerja, penyiapan personil, metodologi dan manajemen yang akan diterapkan
dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan.
C.
USULAN BIAYA
Bentuk usulan biaya dalam KAK beserta contoh formatnya walaupun dengan
sistem pembiayaan Lump Sump sudah dapat dimengerti meskipun belum lengkap
item-itemnya.
III.2.
LINGKUP KEGIATAN
III.2.1.
LINGKUP KEGIATAN
IV -
Sebagaimana dijelaskan di atas mengenai maksud dan tujuan pekerjaan maka lingkup
tugas yang akan dilakukan meliputi secara pokok sebagai berikut:
A) Kegiatan inventarisasi data dan survey lapangan, terdiri dari:
(a) Survey primer topografi
(b) Survey primer penyelidikan tanah
(c) Inventarisasi data (Kapasitas gedung)
B) Analisa Data
Analisa data juga menghasilkan progam fasilitas Rancangan Teknik Tlrinci
(Detail Enginering Design/ DED) yang mencakup perancangan fasitiras-fasilitas
sarana dan prasarana serta pentahapan pelaksa pekerjaan konstruksi berdasarkan
studi rencana induk master plan, meliputi:
(a) Analisa kebutuhan dan kapasitas bangunan gedung (Ruang, penataan lahan,
eksterior, struktur bangunan, serta penataan lansekap pada lasilitas
perparkiran)
(b) Analisa kebutuhan dan kapasitas prasarana sisi darat (jalan akses, transportasi
antar fasilitas, perparkiran dan drainase)
(c) Analisa kebutuhan bangunan perkantoran dan administrasi, fasilitas
mekanikal elektrikal, gudang teknik dan bangunan pertemuan atau rapat serta
semua gedung perkantoran dan operasional.
C) Perancangan Pekerjaan perencanaan yang terkoordinasi satu sama lain, mencakup
perancangan bangunan gedung, jalan, drainase, pergudangan dan taman, serta
pentahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi berdasarakan studi rencana Induk
master plan, meliputi:
(a) Pekerjaan arsitektural
(b) Pekerjaan sipil struktur gedung
(c) Pekerjaan mekanikal
IV -
III.2.2.
LINGKUP TUGAS
IV -
E) Pelaksanaan Pelelangan
(a) Membantu menyusun dokumen pelelangan
(b) Membantu Menyusun Program Pelelangan
(c) Membantu Memberikan Penjelasan Pekerjaan Termasuk Ba Penjelasan
IV -
F) Pengawasan Berkala
(a) Pemberi kerjan dapat meminta penyedia jasa untuk memeriksa Pelaksanaan
Pekerjaan secara berkala dan menyediakan persoalan yang timbul yang
berkaitan dengan hasil kerja perencanaan tanpa meminta biaya tambahan
untuk melakukan kegiatan dimaksud.
(b) Membuat Laporan Akhir Perencanaan setelah pelaksanaan pekerjaan fisik
selesai.
(c) Penyusunan Petunjuk Penggunaan dan Perawatan Bangunan Gedung
III.3.
IV -
BAB IV
APRESIASI DAN INOVASI
Berdasarkan pertimbangan dari jenis pekerjaan ini nantinya akan mengeluarkan Pembuatan
Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru, maka konsultan mengusulkan beberapa hal, yaitu:
1)
Menerapkan konsep Green Building / bangunan hijau yang saat ini sudah marak
dikembangkan dilingkungan perencanaan di Indonesia. Konsep ini diterapkan sebagai
respons terhadap krisis energi dan keprihatinan masyarakat tentang lingkungan hidup.
Inovasi untuk mengembangkan green building terus dilakukan sebagai upaya untuk
menghemat energi dan mengurangi masalah-masalah lingkungan.
2)
Kebijakan penyusunan tata ruang dan sirkulasi dari perencanaan pembangunan agar tetap
mengacu pada kepentingan masyarakat dan tetap memasyarakat. Sehingga dihasilkan
sebuah tatanan ruang yang memudahkan pengguna maupun tamu dan tidak menyesatkan.
3)
4)
5)
IV -
BAB V
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam kerangka Acuan Kerja maka
sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-prinsip dasar dan
penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan dan prinsip yang benar
sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program
yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya
sehingga tujuan akhir tidak tercapai.
Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang akan
dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang diperlukan.
Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam Kerangka Acuan Kerja maka
sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-prinsip dasar dan
penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan dan prinsip yang benar
sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program
yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya
sehingga tujuan akhir tidak tercapai.
Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang akan
dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang diperlukan.
IV.1.
METODOLOGI PELAKSANAAN
Berdasar dari lingkup pekerjaan yang telah disampaikan melalui Kerangka Acuan
Kerja agar didapat hasil yang sesua dengan tujuan utama pekerjaan, maka dalam
penyusunan desain ini akan dilakukan metode :
1) Studi Observasi Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam
perancangan ini. Pada proses pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan
antara lain, diagram rancangan kebutuhan ruang, satuan keperluan ruang
sehingga didapatkan luas bangunan yang dibutuhkan, dan penggunaan ruang.
IV -
2) Studi Literatur
Adalah kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku maupun
karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan pekerjaan perenceanaan ini.
Beberapa referensi yang dibutuhkan untuk perancangan ini antara luasan
kebutuhan yang dibutuhkan setiap orang yang dibutuhkan untuk melakukan
aktifitasnya disesuaikan dengan tingkat pekerjaannya.
Studi literature juga dilakukan melalui internet untuk mencari literature mengenai
contoh bangunan kantor yang baiks dan mampu diterapkan di Indonesia dan tentu
saja menyesuaikan dengan kondisi Indonesia.
3) Analisa data dan Perancangan
Pengolahan data dan analisa data yang kemudian digunakan sebagai masukan
dalam penghitungan secara manual dan dengan program simulasi bangunan
seperti Autodesk Ecotect Analysis maupun Design Builder untuk menganalisi
kesesuaian suhu dengan kebutuhan serta perancangan instalasi dengan program
AutoCad.
4) Studi Bimbingan
Konsultan dalam proses perencanaan pembangunan ini bersama pemberi tugas
yang merupakan pengguna gedung kantor merupakan sumber data dan masukan
sebagai penyesuaian desain dengan keinginan pengguna bangunan.
IV.2.
PENDEKATAN PERENCANAAN
PENDEKATAN
IV.2.1.
ENVIRONMENTAL
(Green
Building
Concept)
I) Permasalahan Konsumsi Energi dan Polusi di Indonesia
Masyarakat modern yang berbasis pada teknologi mengkonsumsi energi
dalam jumlah yang besar. Di Indonesia, bagian terbesar dari energi yang
digunakan berasal dari energy fosil yang tidak dapat diperbarui untuk
memproduksi listrik. Kondisi ini menimbulkan beberapa problem, yaitu:
PT. Kencana Mandiri
IV -
(1) Nasional
Laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia dalam kurun waktu
1985-2000 mencapai rata rata 7%/tahun (bandingkan dengan
pemakaian energi di dunia rata rata 1,2%/tahun, negara negara APEC
2,6%/tahun) yang diakibatkan beberapa faktor yaitu jumlah
penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kehidupan masyarakat.
(2) Global
Proses pembakaran energi fosil menjadi listrik menimbulkan gas
buang CO2 dalam jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer secara
konstan dan terus menerus yang pada akhirnya menimbulkan efek
rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global (global
warming).
Saat ini Jakarta merupakan kota dengan kualitas udara yang berada pada
urutan ketiga terburuk dunia setelah Meksiko dan Panama, dan
peningkatan polusi udara tersebut mengakibatkan penurunan produkifitas
dan peningkatan pembiayaan kesehatan yang berarti terjadinya
pemborosan anggaran keuangan negara.
dan
lingkungan
sekitarnya
untuk
keseimbangan
prinsip
IV -
IV -
penentuan sistem struktur yang layak dan sesuai dengan karakter sitenya. Hal yang dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:
a. Menganalisa keadaan lingkungan alamnya, seperti topografi, karakter
iklim, keadaan tanah dan hidrologinya, flora dan faunanya, serta
keadaan udaranya.
b. Belajar dengan mengamati spirit of the place, lansekap, dan
kebudayaannya.
c. Harmonisasi dengan masyarakat setempat, hal ini karena biasanya
bangunan tidak berdiri sendiri
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam suistenable desain adalah:
1.
IV.2.2.
IV.2.3.
PENDEKATAN AKSESIBILITAS
IV.2.4.
PENDEKATAN PERENCANAAN
Site
IV -
Site merupakan faktor besar dalam penentuan sebuah desain. Berbagai faktor
berpengaruh tergantung pada site.
a. Landform/Microclimate
Sumber
Setelah melewati atmosphere bumi sinar matahari diurai menjadi komponenkomponen antara lain sinar inframerah yang menyebabkan naiknya suhu
dipermukaan bumi. Semua bagian setting yang menghambat sinar matahari baik
dalam bentuk gelombang panjang maupun energi thermal dianggap dapat mengurangi
suhu di permukaan bumi. Oleh karena itu dapat dihipotesakan bahwa suhu di suatu
lingkungan akan dipengaruhi oleh bayangan yang ditimbulkan oleh bangunan dan
vegetasi.
Topography
Dengan mengetahui topografi lahan akan memudahkan penentuan solusi desain
bangunan. Perataan lahan akan mempermudah desain bangunan yang sama tinggi.
Namun disisi lain dengan adanya perbedaan ketinggian tanah, akan memberi kesan
yang menarik dan berfariasi pada lingkungan. Pada tapak yang memiliki perbedaan
ketinggian atau topografi miring, pengelompokan bangunan cenderung ditempatkan
secara informal sesuai dengan kondisi konturnya. Dalam pemecahan perancangan
secara tradisional (konvensional) pada puncak bukit, efek dari bentuk bangunan
terlihat secara nyata yaitu jalan-jalan dan bagian depan bangunan berbentuk kurva
yang secara teratur mengikuti kontur.
Light-colored surfacing
Penggunaan warna dinding diberi warna muda karena mampu menyerap sebagian
radiasi matahari dengan baik daripada warna gelap. Bahan pelapis dengan warna
terang dapat mengurangi cooling load hingga 40 %. Untuk permukaan gedung dapat
dipilih material yang cenderung memantulkan panas daripada menyerapnya. Atau
material yang mempunyai kemampuan insulasi yang tinggi sehingga panas tidak
masuk ke dalam interior bangunan.
Vegetative cooling
IV -
Wind buffering/channeling
Dalam perencanaan orientasi tidak hanya perlu memperhatikan sinar matahari yang
mengakibatkan panas saja, melainkan juga arah angin yang memberi kesejukan.
Udara yang bergerak atau angin mampu menurunkan suhu dan mempercepat proses
penguapan sehingga memberikan efek penyegaran. Kecepatan angin yang nikmat
yaitu yang memiliki batas kecepatan 0,1-0,15m/secon.
menempatkan vegetasi sebagai penyegar dan penghalang
matahari
IV -
Evaporative cooling
Kecepatan aliran udara yang lebih rendah menghasilkan penurunan temperatur dan
efektifitas lebih tinggi serta memerlukan laju penguapan air lebih rendah. Semakin
tinggi temperatur dan semakin rendah RH, udara masuk semakin besar penurunan
temperatur dan efektifitas evaporative cooler; temperatur air yang rendah membuat
laju penguapan air berkurang. Evaporative cooler dan Air Conditioner dapat
dikolaborasikan untuk membuat pendingin ruangan yang ramah lingkungan dan
hemat energi serta udara yang dihasilkan karena kaya Oksigen sangat baik dipakai
terutama di rumah sakit.
IV -
1.
Site Design
Solar orientation
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok dan
menguntungkan terdapat sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari
timur ke barat dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Dari hasil
penelitian Ken Yeang didapatkan bahwa untuk iklim tropis, bangunan
umumnya memiliki orientasi ke utara - selatan dan serong 5 o dari sumbu utara selatan. Maka, mengorientasikan bangunan pada arah utara-selatan di iklim
tropis dengan menegakluruskan arah datangnya angin bisa menjadi salah satu
solusi.
5.
Sumber: analisa
IV -
Pemakaian beranda (veranda) sebagai ruang transisi dan ruang pelindung dari
panas matahari serta penggunaan sunshading juga dapat menjadi salah satu
strategi yang dapat digunakan dalam mensiasati arah datangnya sinar matahari
dan angin.
6.
Pedestrian orientation
Orientasi pedestrian didefinisikan sebagai rancangan lingkungan dalam sekala
manusia.
Bangunan harus didesain untuk menciptakan perbedaan level dengan jalan dan
memberi kenyamanan bagi pejalan kaki.Pintu, pedestrian, jendela, dan elemen
pendukung jalan harus diperhitungkan untuk memciptakan kenyamanan bagi
pejalan kaki dan memberi ruang yang cukup.
IV -
7.
Pedestrian
Sumber: unionco.org
8.
Perletakan pedestrian
Sumber: unionco.org
IV -
Berjalan akan terasa nyaman jika pembangunan memakai dimensi yang tepat.
Kesesuaian ini dapat dilihat ketika seorang anak berjalan dengan aman atau
seseorang merasa nyaman bersepeda dan juga seseorang berjalan menuju
kantor nya. Sebuah pedestrian harus menawarkan berbagai rute untuk menuju
keberbagai tempat pilihan. Diperlukan ruang khusus pemberhentian pada
pedestrian untuk mengatasi kepadatan dan juga sebagai tempat istirahat bagi
yang kelelahan.
Pohon perindang sepanjang jalan akan menambah rasa nyaman bagi pejalan
kaki. Ruang pedestrian yang lapang akan memudahkan dan terasa
menyenangkan.
Beberapa hal yang diperlukan dalam pedestrian:
Keselamatan dan kenyamanan; pedestrian yang dekat dengan
tempat tujuan dan jelas antara batasan pedestrian dan juga terdapat tempat
penyeberangan.
Tujuan; berbagai pilihan tujuan yang ditawarkan yang dapat
Iklim mikro adalah variasi iklim di suatu tempat di sekitar bangunan. Iklim mikro
memiliki dampak yang sangat penting dalam penggunaan energi dan kinerja
dari sebuah bangunan.
Solusi ideal untuk merancang bangunan yang hemat energi adalah dengan
mendapatkan akses matahari penuh namun mendapat perlindungan dari unsurunsur alam yang berbahaya.
Beberapa hal yang mempengaruhi iklim mikro adalah:
Orientasi bangunan
IV -
1.
Infrastructure Efficiency
Water supply and use
Sumber air pada umunya berasal dari PDAM dan juga sumur air.
Sumber air dimanfaatkan se-efisien mungkin sehingga dapat mengurangi pemakaian
air yang tidak perlu. Sumber air baik dari PDAM maupun dari sumur setempat
merupakan air tanah. Pemanfaatan dengan efisien akan mengurangi dampak
pengurangan air tanah secara berlebihan.
Sumber air yang berasal dari air olahan limbah selain mengurangi biaya pembelian di
PDAM juga mengurangi pemakaian yang berlebihan.
Wastewater collection
Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey
water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
Sistem pengolahan limbah ini berdiri sendiri dan memiliki sistem pengolahan limbah
mandiri. Limbah-limbah yang sudah terolah akan diresapkan kembali ke area
pengolahan.
IV -
Sistem ini menguntungkan karena menambah jumlah air tanah di dearah tersebut.
Berbeda dengan sistem saluran air kota yang mengalirkan air ke sistem pembuangan
sehingga air tidak teresap ke tanah didearah tersebut.
9. Wastewater collection
Sumber: ww2.co.fulton.ga.us
Storm drainage
Strorm drainage bisa juga disebut sebagai saluran pembuangan kota. Saluran ini
memuat segala limbah buangan cair yang ada di jalan.
IV -
Saluran pembuangan ini berfungsi menampung air hujan yang turun dijalan untuk
mengatasi banjir. Saluran ini terpisah dengan saluran pembuangan limbah rumah
tangga.
Saluran pembuangan (storm drainage) selain menampung air hujan, biasanya juga
bercampur dengan oli atau bahan bakar bensin atau solar yang tercecer di jalan.
Pada bukaan penerimaan saluran diberi penutup agar sampah sampah tidak masuk
kedalam saluran. Sehingga tidak mengganggu pembuangan.
IV -
Sumber: townofbethlehem.org
4.
Energy Conservation
Terdapat enam prinsip dalam konstruksi yang berkelanjutan (Kibert, 1994), yaitu:
1.
2.
4.
5.
6.
IV -
Sumber: analisis
Materials
Memilih material ramah lingkungan menjadi penting karena tidak hanya semata-mata
demi kelestarian alam, tetapi juga sebenarnya jauh lebih efisien dan hemat dari segi
estimasi biaya jangka panjang.
pemilihan material yang ramah dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari sisi
teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan sebaiknya
menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan
alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam ataupun
bahan bangunan yang mengandung racun seperti asbeston.
Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya
menggunakan lampu hemat energi seperti semen instan yang praktis dan efisien, atau
pun memilih keran yang memakai tap yang hanya mengeluarkan air dalam volume
tertentu.
Selain memiliki sifat ramah lingkungan dan tidak mencemarkan material ramah
lingkungan sebaiknya terbuat dari bahan daur ulang, atau setidaknya tidak
menghabiskan sumber daya alam, bahkan dapat memberikan nilai tambah pada
lingkungan dan harus didukung 3R yaitu Reused (memanfaatkan kembali material
yang masih bisa dipakai) Reduce (mengurangi pemakaian material yang berlebihan)
serta Recycle (mendaur ulang material agat bermanfaat kembali).
1.
Energy Efficiency
Glazing
Kaca yang dapat menghemat energi merupakan kaca yang didesain khusus. Beberapa
penelitian mengklaim bahwa terdapat beberapa jenis kaca yang dapat menyaring
radiasi panas matahari, hingga menghemat penggunaan pendingin udara.
Terdapat tiga jenis kaca yang dikategorikan penghemat energi.
IV -
Kaca Warna
Dari namanya nampak jelas, kaca ini tidak murni bening. Biasanya berwarna biru
kehijauan, perak atau abu-abu. Kaca ini dapat menyaring panas hingga suhu dalam
ruang tetap terjaga. Jenis kaca warna yang baik mempunyai sifat seperti kaca film
pada mobil. Ia mampu membuat Anda melihat pemandangan luar nampak jernih,
namun menyaring jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
Kaca Pantul
Kaca ini sering dijumpai di gedung perkantoran. Kaca ini menyaring panas lebih
banyak daripada jenis lain. Ada satu kekurangan dari kaca pantul adalah pandangan
dari dalam akan kurang indah karena terjadi distorsi.
Kaca Low-e, Low Emissivity
Diartikan kaca rendah emisi. Kaca ini menjaga suhu di dalam ruang tetap tinggi.
Terdiri dari dua lapis. Pada bagian tengah diisi lapisan udara kosong dan lapisan
metal transparan.Kaca jenis ini pun memantulkan sinar ultraviolet. Untuk iklim
Indonesia, kaca macam ini tidak disarankan, karena hawa panas tetap berada di dalam
ruang. Menjadikan ruang bertambah panas. Jenis ini populer digunakan di negara sub
tropis.
IV -
Insulation
Isolasi termal pada bangunan adalah faktor penting untuk mencapai kenyamanan
termal untuk penghuninya. Insulasi panas yang tidak diinginkan akan merugikan dan
dapat menurunkan efektifitas energi sistem pemanas atau pendingin. Dalam
pengertian lain isolasi dapat hanya penyesuaian pada bahan isolasi yang digunakan
untuk menghambat hilangnya panas ruang, seperti: selulosa, kaca wol, wol batuan,
plastik, busa urethane, vermikulit, dan tanah. Tetapi dapat juga menggunakan desain
khusus dan teknik khusus untuk mengatasi perpindahan panas atau konduksi, radiasi
dan konveksi.
Masalah kualitas konstruksi termasuk uap memadai hambatan, dan masalah dengan
rancangan-pemeriksaan. Selain itu, sifat dan densitas bahan isolasi itu sendiri sangat
penting. Sebagai contoh, menurut Leah Twings, Kualitas Manager Kepatuhan
Textrafine Isolasi, fiberglass bahan isolasi yang terbuat dari serat-serat pendek
berlapis kaca tidak begitu tahan lama seperti isolasi yang terbuat dari untaian serat
panjang kaca.
Efficient Lighting
Lampu pijar pada dasarnya merupakan lampu ruang yang menghasilkan panas selain
juga mengeluarkan cahaya. Hal ini sangat tidak efisien, membuang sebagian besar
energi yang di konsumsi dan menjadikannya sebagai panas yang tidak diinginkan.
Salah satu lampu yang merupakan lampu hemat energy adalah lampu LED.
Lampu LED menghemat energi yang digunakan sampai 48% (berarti penghematan
tagihan listrik) ditambah dengan kecilnya panas yang dihasilkan oleh lampu LED.
Hal ini membuat bangunan tidak perlu menyalakan mesin pendingin ruangan (AC)
dalam posisi maksimal, yang berarti terjadi penghematan lagi.
IV -
13. LED
Sumber:mt2-stage.ecohomeresource.com
Daylighting
IV -
Sistem pencahayaan alami terutama dipakai pada siang hari dengan memanfaatkan
cahaya matahari, pemasukan sinar matahari ke dalam ruangan diusahakan mencapai
tingkat kenyamanan pencahayaan tertentu seperti yang diharapkan. Pada prinsipnya,
dalam ruangan dengan lubang pencahayaan yang tetap, semakin ke dalam semakin
menurun intensitas cahaya yang diterima. Guna mencapai kualitas kenyamanan yang
diisyaratkan
semakin
lebar
ruangan/bangunan,
semakin
luas
pula
lubang
pencahayaannya.
Untuk menanggulangi radiasi panas sinar matahari yang akan mengurangi
kenyamanan penghawaan dan menyebabkan kesilauan di daerah iklim tropis, selain
diusahakan sesedikit mungkin sisi bangunan dan bukaan-bukaan ruangan yang
terkena sinar matahari langsung, juga dengan membuat penghalang sinar matahari
(sun shading, sun screen).
1.
Water
Zero-run-off
Air limbah buangan sebisa mungkin dimanfaatkan tanpa harus ada yang terbuang ke
saluran pembuangan kota. Air limbah buangan dimanfaatkan sebagai penyiram
tanaman sekaligus dapat sebagai pupuk. Air limbah diresapkan di area tanaman.
Kalau muatan resapan berlebihan, baru dilakukan pembuangan ke saluran
pembuangan kota.
IV -
7.
Waste Management
Pengelolaan sampah merupakan proses pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
daur ulang atau pembuangan dan pemantauan bahan-bahan limbah. Istilah ini
digunakan berkaitan dengan bahan-bahan buangan yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia dan umumnya dilakukan untuk mengurangi dampak negatif pada kesehatan,
di lingkungan atau estetika lingkungan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya yang terbuang atau terkurangi. Sistem pengelolaan limbah
ini mengolah limbah padat, cair, gas atau radioaktif zat, dengan metode yang berbeda
dan bidang keahlian untuk masing-masing.
Waste hierarchy
IV -
IV -
Prinsip di mana pihak yang mencemari membayar terhadap dampak terhadap lingkungan
yang terjadi. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, umumnya ini mengacu pada
persyaratan limbah untuk membayar sesuai limbah yang dibuang.
2.
IV -
Ukuran-ukuran ruang ditentukan oleh standar ruang yang mengalokasikan bidang dan
ruang tertutup menurut tingkatan status tingkatan pengguna ruang.
6. Sistem interior
Sistem interior merupakan penilaian terhadap sebuah bangunan dilihat dari segi
pencahayaan, penghawaan, akustik, kemananan bangunan dan perawatan yang perlu
dilakukan.
Segala aktivitas yang berkenaan dan terjadi dalam sustainable building dapat
digambarkan dalam skema berikut:
16.
3.
PENDEKATAN AKSESIBILITAS
1.
PENCAPAIAN BANGUNAN
Pencapaian bangunan atau aksesbilitas adalah suatu kemudahan yang disediakan bagi
semua orang, termasuk yang memiliki ketidak-mampuan fisikseperti misalnya,
penyandang cacat, lanjut usia, ibu hamil dan penyandang cacat akibat penyakit
tertentuguna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan
dan penghidupan pada suatu lingkungan terbangun.
Aksesibel : menggambarkan kondisi suatu tapak, bangunan, fasilitas, atau bagian
darinya yang memenuhi standar pedoman ini.
Elemen Bangunan : komponen arsitektural atau mekanikal dari suatu bangunan,
fasilitas, ruang atau tapak. Contoh-contoh elemen tersebut seperti telepon, curb-ramp,
pintu, tempat duduk atau WC.
RuteAksesibel
suatu
jalur
lintasan
tanpa
penghalang
yang
langsung
menghubungkan suatu elemen dan ruang aksesi dari bangunan. Rute aksesibel
IV -
interior dapat termasuk koridor, lantai, ramp, lift. Rute aksesibel eksterior dapat
termasuk ruang akses parkir, ramp-curb, trotoir pada jalan kendaraan, ramp, dan lain.
Bangunan : setiap struktur yang digunakan atau dimaksudkan untuk menunjang atau
mewadahi suatu penggunaan atau kegiatan.
Bagian bangunan : bagian ruang dari bangunan seperti kamar, koridor, ruang untuk
kegiatan tertentu dsb.
Ruang Lantai Bebas : ruang lantai atau tanah yang tidak terhalang, minimum
diwajibkan untuk menampung sebuah kursi roda dan penggunanya.
Rambu : tanda-tanda yang bersifat verbal ( informasi yang dapat didengar), bersifat
visual (informasi yang berupa gambar), simbol, atau yang dapat dirasa/diraba, atau.
Ruang : suatu daerah yang dapat ditentukan batasnya, seperti kamar, toilet, hall,
tempat pertemuan, jalan masuk, gudang, dan lobby.
Jalur Pemandu : jalur yang digunakan bagi pejalan kaki, termasuk untuk
penyandang cacat yang memberikan panduan arah dan tempat tertentu.
A.
a.
Kegiatan
perencanaan,
perancangan,
dan
pelaksanaan
Ukuran dasar
IV -
Jalur pedestrian
Jalur pemandu
Area parkir
Landaian (ramp)
Rambu
a.
Ukuran dasar
Jalan pedestrian
Jalur pemandu
Area parkir
Ramp
Rambu
a.
Ukuran dasar
Ramp
Pintu
Tangga
Lift
IV -
Kamar kecil
Pancuran
Wastafel
Perabot
Perlengkapan
Rambu
e.
f.
6.
7.
8.
9.
10.
1.
IV -
A.
a.
Jalur Pedestrian
Jalan yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang
cacat, dirancang berdasar perbedaan terbesar orang untuk bergerak aman, bebas
dan tak terhalang.
Syarat:
i. Permukaan
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin.
Hindari sambungan atau konstraksi pada permukaan, kalaupun terpaksa ada,
tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet ujungnya
harus kencang dan mempunyai trim yang permanen.
ii. Kemiringan/gradient
Gradient di bawah 5% dan tiap-tiap 90m terdapat pemberhentian untuk istirahat.
iii. Area
istirahat
dan
penghalang
Lebar minimum 95 cm untuk jalur searah dan 150 cm untuk dua arah. Jalur
pedestrian bebas dari pohon, rambu dan benda-benda pelengkap jalan yang
melintang.
PT. Kencana Mandiri
IV -
2.
KEPUTUSAN
MENTERI
PEKERJAN
UMUM
REPUBUK
b.
Jalur Pemandu
Jalur yang memandu tuna netra untuk berjalan dengan memanfaatkan tekstur ubin
pengarah dan tekstur ubin peringatan terhadap situasi di sekitar jalur yang bisa
membahayakan tuna netra.
Syarat:
IV -
iv. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pemandu pada pedestrian yang telah ada perlu
memperhatikan tekstur dari ubin eksisting sedemikian sehingga tidak terjadi
kebingungan tuna netra dalam merasakan tekstur ubin pemandu dan tekstur ubin
lainnya.
3.
KEPUTUSAN
MENTERI
PEKERJAN
UMUM
REPUBUK
c.
Area Parkir
Fasilitas parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh penyandang
cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda,
daripada tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan
penumpang (Passenger Loading Zones) adalah tempat bagi semua penumpang,
termasuk penyandang cacat, untuk naik atau turun dari kendaraan.
Syarat:
i. Fasilitas parkir kendaraan :
o
IV -
Pada lot parkir penyandang cacat disediakan ramp trotorir di kedua sisi
kendaraan.
Ruang parkir mempunyai lebar 370 cm untuk parkir tunggal atau 670 cm
untuk parkir ganda dan sudah dihubungkan dengan ramp dan jalan menuju
fasilitas-fasilitas lainnya.
Kedalaman minimal dari daerah naik turun penumpang dari jalan atau jalur
lalu-lintas sibuk adalah 360 cm dan dengan panjang minimal 600 cm.
IV -
KEPUTUSAN
MENTERI
PEKERJAN
UMUM
d. Pintu
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang
merupakan tempat untuk masuk dan keluar.Pada umumnya
dilengkapi dengan penutup (daun pintu).
Syarat:
i.
Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup oleh penyandang
cacat.
ii.
Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm, dan pintu-pintu
yang kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm.
IV -
iii.
Di sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan
ketinggian lantai.
iv.
Pintu geser.
Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi tuna
netra
v.
Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya kebakaran karena
sangat praktis bagi penyandang cacat. Pintu tersebut tidak boleh membuka lebih cepat
dari 3 detik dan mudah menutup kembali.
vi.
vii.
Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat menutup dengan
sempurna. Pintu terbuka sebagian berbahaya bagi penyandang cacat
viii.
Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu diperlukan bagi pengguna kursi
roda
IV -
KEPUTUSAN
MENTERI
PEKERJAN
UMUM
e. Ramp
Merupakan alternatif rute/ jalan untuk orang-orang yang tidak bisa
menggunakan tangga
Syarat:
i.
Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi rasio 1:12,
perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan/ akhiran ramp(curb
ramps/landing). Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan adalah
1:15 .
ii.
Maksimum panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 1:12) tidak boleh
lebih dari 900 cm. Ramp dengan kemiringan yang lebih rendah bisa menjadi lebih
panjang.
iii.
Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm. Untuk ramp yang juga digunakan sekaligus
untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara
seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut,
atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri. Untuk ramp atau ramp
IV -
Landing atau muka datar pada awalan atau akhiran ramp dari suatu ramp harus bebas
dan datar sehingga memungkinkan, sekurang-kurangnya untuk memutar kursi dengan
ukuran minimum 150 cm.
v.
Permukaan datar dari landing (baik awalan atau akhiran ramp) harus memiliki tekstur
sehingga tidak licin baik diwaktu hujan atau tidak.
vi.
Pembatas rendah pinggir ramp (low curb) dirancang untuk menghalangi roda kursi
roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung
dengan lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar
tidak mengganggu jalan umum.
vii.
Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup yang akan membantu
penggunaan ramp saat malam hari. Penerangan khususnya disediakan pada bagianbagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagianbagian yang membahayakan.
viii.
Ramp harus dilengkapi dengan pegangan (handrail) yang dijamin kekuatannya dan
dengan ketinggian yang sesuai untuk pengguna ramp.
IV -
6. Kemiringan ramp
Sumber:
KEPUTUSAN
MENTERI
PEKERJAN
UMUM
f.
Tangga
Ruang dan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan
mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan
dengan lebar yang cukup untuk berpapasan dan aman
Syarat:
IV -
i.
ii.
iii.
Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga.
iv.
v.
Handrail (pegangan rambat) harus mudah dipegang dengan ketinggian 70-90 cm dari
lantai dan bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu dan bagian ujungnya harus
bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang
vi.
Handrail harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya (puncak dan bagian
bawah) dengan 10-15 cm.
vii.
Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, maka tangga harus dirancang sehingga
tidak ada air hujan yang menggenang.
IV -
7. Tipikal tangga
Sumber:
KEPUTUSAN
MENTERI
PEKERJAN
UMUM
g. Lift
Elevator dan lift adalah alat mekanis-elektris untuk membantu
pergerakan vertikal di dalam bangunan baik yang digunakan khusus
bagi penyandang cacat atau kombinasi dengan lift barang.
Syarat:
i.
Umum
Paling tidak satu elevator/ lift yang aksesibel harus ada pada jalur aksesibel dan
memenuhi Peraturan Keselamatan yang telah ditetapkan secara umum.
ii.
Sistem
otomatis
Koridor/lobby lift
IV -
Perletakan tombol dan layar tampilan yang mudah dilihat dan dijangkau.
Panel luar yang berisikan tombol lift harus dipasang di tengah-tengan ruang
lobby atau hall lift dengan ketinggian 90-110 cm dari muka lantai bangunan.
Panel dalam dari tombol lift dipasang dengan ketinggian 90-110 cm dari
muka lantai ruang lift.
Semua tombol pada panel harus dilengkapi dengan panel huruf Braille
dipasang tanpa mengganggu panel biasa.
Layar/ tampilan yang secara visual menunjukkan posisi lift harus dipasang di
atas panel kontrol dan di atas pintu lift, baik di dalam atau di luar lift
(hall/koridor)
Ruang lift juga harus dilengkapi dengan voice indicator untuk menerangkan
secara auditif posisi lift.
8. Standard lift
Sumber:
KEPUTUSAN
MENTERI
PEKERJAN
UMUM
IV -
h. Kamar Kecil
Merupakan fasilitas sanitasi yang disediakan untuk semua orang
(tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil)
yang sedang mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum.
Syarat:
i.
ii.
Toilet/kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan
keluar pengguna kursi roda.
iii.
Ketinggian dari tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi
roda.
iv.
Toilet/kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan yang memiliki posisi
dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang
lain. Pegangan disarankan merupakan bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk
membantu pergerakan/perpindahan menyamping dari tubuh pengguna kursi roda.
v.
Letak kertas tissu, air, kran air atau shower dan perlengkapan-perlengkapan seperti
tempat sabun, pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan
oleh orang yang memiliki keterbatasan-keterbatasan fisik/cacat dan bisa dijangkau
dengan baik oleh pengguna kursi roda.
vi.
Wastafel harus aksesibel dan disesuaikan dengan ketinggian pengguna kursi roda.
vii.
viii.
ix.
Pintu harus membuka keluar untuk memudahkan pengguna kursi roda untuk
membuka dan menutup.
x.
IV -
KEPUTUSAN
MENTERI
PEKERJAN
UMUM
i.
Wastafel
Fasilitas cuci tangan, cuci muka, berkumur atau gosok gigi yang bisa
digunakan untuk semua orang, khususnya bagi pengguna kursi roda.
Syarat:
i.
Wastafel harus dipasang sedemikian sehingga posisinya baik tinggi maupun lebarnya
dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda.
ii.
iii.
Wastafel harus memiliki ruang gerak di bawahnya sehingga tidak menghalangi lutut
dan kaki pengguna kursi roda.
iv.
IV -
KEPUTUSAN
MENTERI
PEKERJAN
UMUM
Telepon
Merupakan fasilitas komunikasi yang disediakan untuk semua orang
(tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil)
yang sedang mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum.
Syarat:
i.
Telepon umum harus terletak pada lantai yang aksesibel bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil.
ii.
Ruang gerak yang cukup harus disediakan di depan telepon umum sehingga
memudahkan pengguna kursi roda untuk mendekati dan menggunakan telepon.
iii.
iv.
Bagi pengguna yang memiliki pendengaran yang kurang, perlu disediakan kontrol
volume suara yang terlihat dan mudah terjangkau.
v.
Bagi tuna rungu sebaiknya disediakan faksimili sebagai alat komunikasi yang lebih
bernilai, khususnya pada kantor pos, fasilitas komersial, dan fasilitas publik.
IV -
vi.
Bagi tuna netra sebaiknya disediakan petunjuk dalam huruf Braille dan dilengkapi
juga dengan talking sign (isyrat bersuara) yang terpasang di dekat telepon umum.
vii.
Panjang kabel gagang telepon harus memungkinkan pengguna kursi roda untuk
menggunakan telepon dengan posisi yang nyaman. (+ 75cm).
viii.
Teleponboks (booth) dilengkapi dengan kursi yang disesuaikan dengan area gerak
pengguna.
KEPUTUSAN
MENTERI
PEKERJAN
UMUM
perlengkapan-perlengkapan
tambahan
yang
bisa
IV -
Harus tersedia peralatan peringatan yang dapat terdiri dari dari sistem
peringatan suara (vocal alarms), sistem peringatan bergetar (vibrating
alarms) dan berbagai petunjuk dan penandaan untuk melarikan diri pada
situasi darurat .
ii.
Tombol
dan
stop
kontak
Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan
mudah dijangkau oleh pengguna kursi roda
iii.
Pencahayaan
Semua ruang harus memiliki pencahayaan yang merata dan cukup yang tidak
menimbulkan silau. Ruang tangga harus dilengkapi dengan peralatan pencahayaan
yang cukup
l.
Perabot
Perletakan barang-barang perabot/ furniture dengan menyisakan
ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat.
Syarat:
i.
Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan dapat digunakan oleh pengguna
yang berkursi roda, termasuk dalam keadaan darurat.
ii.
Dalam bangunan yang digunakan untuk penggunaan oleh masyarakat banyak, seperti
bangunan pertemuan, konferensi, pertunjukan dan kegiatan yang sejenis maka jumlah
tempat duduk aksesibel yang harus disediakan adalah :
IV -
1.
2.
3.
4.
1. Perbandingan tempat duduk yang aksesibilitas
KAPASITAS
TEMPAT DUDUK
YANG AKSESIBEL
4 25
26 50
51 300
301 500
> 500
m. Rambu
Fasilitas dan atau elemen yang digunakan untuk untuk memberikan
informasi, arah, penanda atau petunjuk.
Syarat:
i.
IV -
ii.
Rambu huruf timbul atau huruf Braille yang dapat dibaca oleh tuna netra dan
dapat penyandang cacat lain.
Rambu yang berupa gambar dan simbol yang mudah dan cepat ditafsirkan
artinya.
Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai rasio lebar dan
tinggi antara 3 : 5 dan 1 : 1 dan ketebalan huruf antara 1: 5 dan 1: 10
Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur sesuai dengan
jarak pandang dari tempat rambu itu dibaca.
iii.
Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas secara vertkal dan horizontal.
Tidak mengganggu arus (pejalan kaki, dll) dan sirkulasi (buka/tutup pintu,
dll).
IV -
Meja resepsionis yang mudah diakses oleh semua pengunjung didukung dengan
denah lokasi sehingga mempermudah pengunjung dalam mengidentifikasi suatu
bangunan.
Ukuran saklar yang lebih lebar, dilengkapi dengan lampu led ketika dinyalakan dan
atau dilapisi dengan fosfor sangat memudahkan pengoperasian.
Penggunaan computer kampus yang tersedia dalam mode standar ataupun pilihan
easy acces.
Tersedianya ramp pada bangunan yang memudahkan kaum difabel dalam mengakses
bangunan.
Pintu dengan dua daun pintu mengakomodir pengguna biasa dan kidal.
Dimensi angka pada lift ataupun huruf pada papan nama yang mudah terbaca.
Pintu utama dengan penanda yang sudah umum dipahami, misalnya gapura,
memudahkan pengunjung untuk mengidentifikasinya.
IV -
Tombol dalam lift diberi keterangan menggunakan alphabet yang umum dipahami,
bukan menggunakan huruf romawi.
Kabel merah dan putih membedakan mana yang bermuatan positif dan negatif.
Tombol cancel pada printer untuk mengurangi kertas yang terbuang percuma karena
kesalahan printing.
f.
Keyboard lengkung yang merespon posisi alamiah jari-jari tangan lebih nyaman
dibandingkan ke board horizontal yang cenderung membuat pergelangan tangan
terasa pegal.
IV -
Pintu dengan lebar yang memungkinkan diakses oleh pengguna dengan berbagai
postur tubuh.
IV -
IV -
BAB VI
RENCANA KERJA
Program pelaksanaan pekerjaan ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Terciptanya sistem koordinasi yang baik antara Konsultan dengan Pemberi Tugas;
2. Terciptanya koordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang terlibat dalam
penanganan pekerjaan ini;
3. Terjaminnya fungsi kontrol/pengawasan yang diperlukan;
4. Terjaminnya kelancaran pelaksanaan setiap unit kerja;
5. Terjaminnya kualitas hasil pekerjaan.
Apabila faktor-faktor tersebut diatas dapat dipenuhi, maka berarti juga kelancaran jalannya
pekerjaan dapat secara keseluruhan terjamin.
Rencana pelaksanaan pekerjaan memuat penetapan masing-masing item pekerjaan sesuai
dengan lingkup pekerjaan yang tertera di dalam Kerangka Acuan Kerja. Rencana kerja yang
dimaksud dibuat agar tahapan-tahapan pekerjaan dapat dilaksanakan tanpa ada yang
terlewatkan sehingga sasaran pekerjaan ini dapat dicapai dengan waktu yang juga telah
direncanakan.
Tahap pelaksanaan pekerjaan dibedakan menjadi 5 (lima) tahap sebagai berikut:
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1. TAHAP PEKERJAAN PERSIAPAN
IV -
Program kerja ini mencakup tahap persiapan awal, seluruh proses perencanaan dan
perancangan serta kewajiban yang harus dilaksanakan konsultan pada tahap
pelaksanaan konstruksinya/secara keseluruhan program kerja konsultan mencakup:
1.
2.
3.
4.
5.
1. Mobilisasi
Dalam tahap mobilisasi ini akan dilakukan persiapan-persiapan yang
menyangkut pengerahan tenaga ahli dan tenaga pelaksanaan, baik yang
bersifat teknis maupun administratif dengan kualitas dan kuantitas yang
sesuai dengan beban kerja, pengadaan perlengkapan kantor, bahan dan alatalat tulis, dan pengadaan alat transportasi.
2. Penyusunan Program Kerja
Sebagai langkah awal dari pelaksanaan pekerjaan ini. Konsultan akan
menyusun program kerja dan pedoman penugasan / pengelolaan tugas,
penyediaan sumber daya dan lain-lain yang harus dilaksanakan oleh semua
pihak yang terlibat. Usulan ini harus mendapat persetujuan dari pengelola
proyek.
3. Persiapan Survei
Tahap ini merupakan langkah persiapan pelaksanaan survei lapangan maupun
institusional yang mencakup:
a. Mempelajari denah bangunan eksisting beserta kondisi di lapangan
b. Pengadaan peralatan survai lapangan dan laboratorium.
c. Mempelajari karakteristik dan spesifikasi masing-masing kegiatan
dan fungsi bangunan.
4. Pengamatan Karakteristik arsitektur
PT. Kencana Mandiri
IV -
IV -
j.
IV -
transformasi
dari
konsep
perancangan
arsitektur
serta
site
developmentnya.
3. Pra-Rancangan Struktur, Mekanikal, Elektrikal dan Utilitas.
Equipment operasional, Interior dan Exterior/Pengembangan lahan. Berisi
uraian dan diagram skematis sistem-sistem struktur, mekanikal, elektrikal,
utilitas, equipment operasional, Interior dan Exterior/Pengembangan lahan
yang diterapkan sesuai dengan fungsi dan karakteristik bangunan. Selain itu
juga akan dijelaskan fungsi dan cara penerapannya masing-masing sistem
dalam sistem bangunan secara keseluruhan.
4. Pengembangan Sistem dan Rancangan
Pengembangan sistem dan rancangan mencakup gambar-gambar hasil
pengembangan
elektrikal,
rancangan
utilitas,
arsitektural,
equipment
lansekap
struktur,
operasional,
mekanikal,
Interior
dan
Exterior/Pengembangan lahan.
Sebagai satu sistem bangunan yang utuh. Oleh karena penentuan dan
penempatan setiap sistem harus memperhitungkan sistem-sistem lainnya,
sesuai dengan kriteria-kriteria yang ada dalam konsep perancangannya.
Sistem
yang
dipilih
juga
harus
memperhitungkan
kemudahan
pelaksanaannya.
5. Cost Limit
Cost limit akan disusun pada tahap pra-rancangan maupun tahap
pengembangan rancangan sebagai alat kontrol agar hasil rancangan sesuai
dengan kelas atau kualitas bangunan yang diinginkan.
3. TAHAP PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESAIN
Dalam tahapan ini semua hasil pra-rancangan yang telah dikomunikasikan dan disetujui
oleh pihak pemberi tugas akan diolah lebih lanjut menjadi dokumen tender yang akan
IV -
di jadikan dasar bagi pelaksanaan konstruksi. Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
tahap ini mencakup:
1. Perhitungan dan Pembuatan Detail Rancangan
Dalam tahap ini akan didahului dengan perhitungan-perhitungan pada
masing-masing sistem beserta dasar-dasarnya sesuai dengan peraturan dan
persyaratan yang berlaku.
2. Perhitungan Struktur
Berisi perhitungan-perhitungan struktur yang diterapkan dalam rancangan
sesuai dengan peraturan dan persyaratan yang berlaku perhitungan struktur
akan merupakan bagian dari dokumen lelang.
3. Penyusunan Spesifikasi Teknis (RKS)
Spesifikasi teknis berisi penjelasan terinci tentang jenis, ukuran dan
karakteristik teknis setiap material (bahan) yang akan digunakan, mencakup
bidang pekerjaan, untuk memudahkan kemungkinan pelaksanaan konstruksi
oleh beberapa sub kontraktor.
4. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
RAB berisi penjelasan terinci tentang harga setiap pekerjaan yang akan
dilaksanakan di lapangan beserta item dan volume pekerjaannya. Setiap
material (bahan) yang akan digunakan, mencakup bidang pekerjaan, untuk
memudahkan kemungkinan pelaksanaan konstruksi oleh beberapa sub
kontraktor.
4. KELUARAN
Hasil yang diharapkan dari pekerjaan Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci
Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru adalah:
a. Laporan Pekerjaan Perencanaan yang dibagi menjadi 3 tahap yaitu Laporan
Pendahuluan, Laporan Antara dan Laporan Akhir
b. Dokumen Lelang yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu Dokumen Gambar DED,
Rencana Kerja dan Syarat, dan Rencana Anggaran Biaya.
PT. Kencana Mandiri
IV -
IV -
BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
N
o
Uraian kegiatan
II
III
IV
Tahap Persiapan
Pemahaman
Materi
Pekerjaan
Pemantapan
Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan
organisasi pelaksanaan
pekerjaan
Melengkapi
4
memobilisasi
dan
tenaga
ahli
IV -
Kajian
Awal
(Studi
Literatur)
Pembuatan rencana /
metodologi survey
Pembuatan
7
Rancangan/Metodologi
Pembahasan
II
Survei Lapangan
a. Kondisi
Tata
Guna Lahan
b. Kondisi
Struktur
c. Kondisi
pengguna
d. Kondisi
Sarana
IV -
Prasarana
e. Kondisi
Kelembagaan
III
Penyusunan
Data
Eksisting
Konsep
Skematik
Desain
Penyusunan
Gambar
Pra Rencana
e. Gambar
Pra
Rencana
Lansekap
f.
Gambar
Pra
Rencana
Arsitektur
g. Gambar
Pra
IV -
Rencana
Struktur
h. Gambar
Pra
Rencana
Utilitas
(Mekanikal
Elektrikal)
Perkiraan
Biaya
Pembangunan
Tahap
IV
Pengembangan
Rencana
Gambar
1
Pengembangan
Rencana
a. Gambar
Rencana
Lansekap
IV -
b. Gambar
Rencana
Arsitektur
c. Gambar
Rencana
Struktur
d. Gambar
Rencana
Utilitas
(Mekanikal
Elektrikal)
Konsep
2
Perhitungan
Draft
Rencana
Anggaran Biaya
Tahap Detail
IV -
Gambar
Perencanaan
Detail
a. Gambar
Rencana
Lansekap
b. Gambar
Rencana
Arsitektur
c. Gambar
Rencana
Struktur
d. Gambar
Rencana
Utilitas
(Mekanikal
Elektrikal)
Rencana
Anggaran
Biaya
Rencana
Kerja
dan
Syarat
Dokumen Perhitungan
IV -
Struktur
Dokumen Perhitungan
Utilitas
Dokumen Perhitungan
6
Volume
Pekerjaan
(BoQ)
VI
Penyerahan Laporan
Laporan Pendahuluan
Laporan Antara
Laporan Akhir
Dokumen
4
Lelang
IV -
BAB VIII
TENAGA AHLI DAN TANGGUNG JAWAB
1. UMUM
Bentuk organisasi kerja ini bertitik tolak dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu
diselesaikannya Pekerjaan Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung
Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
Dengan struktur dan tata kerja tersebut maka diharapkan pekerjaan akan dapat
diselesaikan dengan sempurna dan tepat pada waktunya sesuai Kerangka Acuan Kerja.
2. URAIAN TUGAS
Tugas- tugas para tenaga ahli dapat dilihat sebagai berikut:
a. Team Leader
Disyaratkan harus sarjana minimal S-2 jurusan Teknik Arsitektur / Sipil lulusan
universitas negeri/ swasta, berpengalaman dalam pelaksanaan dibidang
bangunan Arsitektur/ Sipil khususnya pekerjaan perencanaan sekurangkurangnya 12 tahun. Sebagai Team Leader tugas utamanya memimpin dan
mengkoordinasi seluruh kegiatan anggota TIM Kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan semenjak ditanda-tanganinya Kontrak sampai dengan pekerjaan
dinyatakan selesai.
PT. Kencana Mandiri
IV -
Ahli Geodesi
IV -
IV -
Drafter
Operator Komputer
Minimal lulusan D-3 jurusan Teknik Sipil/ STM pengalaman minimal 4 (empat)
tahun dengan jumlah 1 orang.
m. Office Boy
IV -
IV -
BAB IX
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
Waktu Pelaksanaan
(Bulan Minggu)
Waktu Pelaksanaan
(Bulan Minggu)
N
O
Tenaga
Nam
a
Man
Waktu Pelaksanaan
Month
(Bulan Minggu)
Waktu Pelaksanaan
(Bulan Minggu)
Waktu Pelaksanaan
(Bulan Minggu)
Team Leader
Tenaga Ahli
I
I
III
IV -
a. TA. Arsitektur
b. TA. Struktur
c. TA. Mekanikal
d. TA. Elektrikal
e. TA. Geodesi
f.
TA. Lansekap
g. TA. Lingkungan
IV -
f.
Tenaga Pendukung
a. CAD Operator
b. Juru Ukur
c. Operator Komputer
d. Tenaga Administrasi
e. Office Boy
IV -
IV -
BAB X
ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
IV -
BAB XI
LAPORAN
Sesuai dengan yang dinyatakan dalam Kerangka Acuan Tugas, bahwa Konsultan diwajibkan
untuk menyiapkan laporan-laporan yang direncanakan akan dilaksanakan sebagai berikut:
IV -
IV -
BAB XII
PERALATAN PENUNJANG
Setelah mempelajari dan memahami KAK, dalam Perencanaan Pembuatan Desain Rancangan
Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
dibutuhkan peralatan yang akan digunakan sebagai berikut :
No.
Peralatan
Kantor
Peralatan Kantor
Jumlah
Komputer
23
Buah
Printer A4
Buah
Printer A3
Buah
Scanner A4
Buah
Alat Komunikasi
Ls
Peralatan Lapangan
IV -
Ls
Perlengkapan Dokumentasi
Ls
Ls
Kendaraan Operasional
Buah
IV -
BAB XIII
PENUTUP
Dengan adanya Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan
Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, maka realisasi dari pekerjaan ini
diharapkan dapat memudahkan pengguna jasa untuk melakukan pelaksanaan pembangunan
Kawasan Kota Pekanbaru.
Diharapkan nantinya hasil yang telah dicapai dari pekerjaan ini dapat diimplementasikan pada
masa mendatang guna menunjang ketersediaan sarana dan prasarana bagi Pemerintah Kota
Pekanbaru guna mengoptimalkan pelayanan public dan penyediaan sarana public kepada
masyarakat setempat. Oleh karena itu pihak konsultan berusaha untuk konsisten dalam
melaksanakan tugas yang akan dilimpahkan secara profesional dan tepat waktu.
IV -