Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAPASITAS DUKUNG TIANG TUNGGAL

DYNAMIC FORMULA

KAPASITAS DAYA DUKUNG TIANG

Menurut Terzaghi, klasifikasi tiang dalam


mendukung beban
1. END/POINT BEARING PILE (tiang ujung)
2. FRICTION BEARING PILE (tiang gesek)
3. ADHESIVE BEARING PILE (tiang lekat)

ANALISIS TIANG TUNGGAL


Methode menghitung kapasitas tiang
1.
2.
3.
4.

Rumus Pancang (dynamic formula)


Rumus berdasarkan sifat tanah (static pile capacity)
Pendekatan hasil uji penetrasi
Uji beban langsung (load test)

Kapasitas dukung ultimit tiang secara dynamic didasarkan


pada rumus tiang pancang dan hanya berlaku untuk tiang
tunggal dan tidak memperhatikan :
1. Peilaku tiang yang terletak di dasar kelompok tiang
dalam mendukung beban struktur
2. Reduksi tahanan gesek sisi tiang akibat pengaruh
kelompok tiang
3. Perubahan struktur tanah akibat pemancangan
Penentuan hubungan antara tahanan dinamik tiang selama
pemancangan dengan kapasitas dukung tiang terhadap
beban statis disebut rumus pancang tiang. Rumus ini
tidak berlaku untuk tiang dalam lempung disebabkan
hubungan antara tahanan statis dan dimamik tidak tidak
bergantung waktu

Alat pancang tiang


Pemukul jatuh (Drop
Hammer)
Pemukul jatuh terdiri dari
blok pemberat yang
dijatuhkan dari atas. Alat
ini digunakan pada
volume pekerjaan
pemancangan yang
sangat kecil.

Pemukul aksi tiang


(single-acting hammer)
Pemukul ini berbentuk
memanjang dengan ram
yang bergerak naik oleh
udarar atau uap yang
terkompresi, sedangkan
gerakan turun ram
disebabkan oleh beratnys
sendiri.

Pemukul aksi dobel


(double-acting
hammer)
Pemukul ini
menggunakan uap atau
udara untuk
mengangkat ram dan
untuk mempercepat
gerakan kebawahnya.

Pemukul diesel (diesel


hammer)
Pemukul ini terdiri dari
silinder,blok anvil dan
sistem injeksi bahan
bakar. Pemukul tipe ini
ringan, kecil dan
digerakkan dgn
menggunakan bbm.

Pemukul getar
(vibratory hammer)
Pemukul getar
merupakan unit alat
pancang yang bergetar
pada frekuensi tinggil.
Estimasi kapasitas
dukung tiang didasarkan
pada jumlah pukulan
yang dibutuhkan untuk
memancang tiang pada
penetrasi yang
ditentukan.

RUMUS PANCANG (DYNAMIC FORMULA)


Rumus ini merupakan perkiraan. Rumus pancang
diturunkan dari material tiang dengan prinsip kekekalan
momentum.
Tenaga yang diberikan = tenaga digunakan + tenaga hilang

Wr .Vi
M r (awal) =
g
Wr .Vi
M r (awal) =
I
g
G
Vce =
I
Wp

A
= luas penampang tiang
pancang
E
= modulus elastisitas
eh = efisiensi hammer
Eh = tenaga palu yang
dipakai per satuan waktu
g
= percepatan gravitasi
h
= tinggi jatuh
I
= jumlah impuls
K1 = kompresi blok topi
elastik dan topi tiang pancang
K2 = kompresi tiang pancang
elastik
K3 = kompresi tanha elastik
L
= panjang tiang pancang
m = masa

Mr = momentum balok besi


panjang
n
= koefisien restitusi
nI = jumlah impuls yang
meyebabkan restitusi
Pu = kapasitas tiang ultimit
S
= banyaknya penetrasi titik
per satuan pukulan
Vce = kec. tiang pancang dan
balok besi panjang akhir
kompresi
Vi = kec. balok besi panjang
saat tumbukan
Vp = kec. tiang pancang pada
akhir retitusi
Vr = kec. balok besi panjang
pada akhir retitusi
Wp = berat tiang pancang dan
asesoris
Wr = berat balok besi panjang

Kapasitas tiang pancang ultimit banyak dirumuskan


diantaranya oleh Hilley, 1930

Wr + n 2 .Wp
e h .Wr .h
Pu =
s + 12 (K1 + K 2 + K 3 ) Wr + Wp

Berdasar rumus diatas, pada saat pemancangan


proses calendering harus diperhatikan untuk
optimalisasi kapasitas ultimit tiang pancang.
Pemancangan tiang pancang harus dihentikan ketika
hasil calendering menunjukkan hasil :
1. Tiang kayu
2. Tiang beton
3. Tiang baja

: 10 X pukulan , penetrasi tiang 5 6 cm


: 10 X pukulan , penetrasi tiang 3 4 cm
: 10 X pukulan , penetrasi tiang 1,2 2 cm

Nilai efisiensi hammer (eh) berdasar alat pemancang


Jenis pemancang

Efisiensi hammer (eh)

Drop Hammer

0,75 1,00

Single Acting Hammer

0,75 0,85

Double Acting Hammer

0,85

Diesel Hammer

0,85 1,00

Nilai S diperoleh dari hasil calendering


Nilai K :
K1 : dapat dilihat dalam tabel
K2 : dihitung dari (Pu.L/A.E)
K3 : 0 (untuk tanah keras; batuan, kerikil)
2,5 5 mm untuk material yang lain

Beberapa formula tiang pancang dinamik (gunakan sembarang


himpunan satuan yang konsisten)
Kode Bangunan Nasional Kanada (gunakan F=3)

Wr + n 2 (0,5Wp )

e h .E h .C1
Pu =
S + C 2 .C 3

C1 =

Pu
C2 =
2A

L
C 3 = + 0,0001
E

Wr + Wp

Perhatikan bahwa satuan satuan dari C2 dan C3 sama seperti s


Rumus Danish [Olsen dan Flaate (1976)] (Gunakan F=3 sampai 6)

e h .E h
Pu =
s + C1

C1 =

e h .E h .L
2.A.E

(satuan dari s)

Rumus Eytelwein (gunakan F = 6) [Chelis,1941)

e h .E h
Pu =
Wp
s + 0,1
Ws

(satuan dari s)

Rumus Gates (gunakan F = 6) [Gates,1957]

Pu = a e h .E h (b log s )
Pu = kips atau kN E h = kip.kaki atai kNm
S = inci atau mm a = 27 Fps; 104,5 SI b = 1,0 Fps; 2,4 SI
eh = 0,75 untuk blok pancang dan 0,85 untuk semua palu yang lain

Janbu [lihat Olsen dan Flaate (1976), Mansur dan Hunter (1970),
gunakan F=3 sampai 6

e h .E h
Pu =
k u .s

C d = 0,75 + 0,15

Wp
Wr

e h .E h .L

k u = C d 1 + 1 +
=
2

C
A.E s
d

Gunakan satuan-satuan yang sesuai untuk menghitung Pu. Ada


suatu ketaksepakatan didalam penggunaan eh karena eh tersebut
muncul di dalam Cd; akan tetapi,kecocokan statistik yang lebih baik
cenderung akan didapatkan dengan menggunakan eh seperti yang
diperlihatkan.

Rumus-rumus ENR yang dirubah (gunakan F=6)


2
W
+
n
Wp
1,25.e h .E h r
Pu =
[ENR(1965)]
s + 0,1
Wr + Wp

Menurut AASHTO (bagian 2.3.6 dan F=6, terutama untuk tiang


pancang kayu)

e h .h (Wr + Ar p )
Pu =
s + 0,1

Untuk palu uap kerja rangkap ambil Ar = luas penampang blok besi
panjang dan p = tekanan uap (atau udara); untuk yang rangkap
tunggal dan gravitasi Arp = 0. Gunakan satuan yang sesuai ambil eh
1,0. Rumus di atas dan rumus lain dapat digunakanuntuk baja dan
tiang pancang beton.

Rumus Navy-McKay (gunakan F=6)

e h .h (Wr + A r p )
Pu =
s(1 + 0,3C1 )

C1 =

Wp
Wr

Kode Bangunan Uniform Pantai Pasifik (PCUBC) (dari Kode


Bangunan Uniform, Bab 28) (gunakan F=4)
e .h.C1
Pu = h
s + C2

C1 =

Wr + kWp
Wr + Wp

k = 0,25 untuk tiang pancang baja


= 0,1 untuk semua tiang pancan lain

C2 =

Pu .L
AE

(satuan dari s)

pada umumnya mulailah dengan C2 = 0,0 dan hitunglah nilai Pu;


reduksilah nilai sebesar 25%; hitunglah C2 dan nilai Pu yang baru.
Gunakan nilai Pu ini untuk menghitung C2 yang baru, dan begitu
seterusnya sampai nilai Pu yang digunakan Pu yang dihitung.

Nilai-nilai k1 kompresi kepala tiang pancang dan topi sementara


k1 (mm)
Tegangan pendorong P/A pada kepala tiang
pancang atau topi, MPa (ksi)
3,5 (0,5)

7,0 (1,0)

10,5 (1,5)

14 (2,0)

1,0 (0,005)

2,0 (0,1)

3,0 (0,15)

5,0 (0,2)

Tiang pancang beton pra-cor


dengan paking 75-100 mm di
dalam topi

3,0

6,0 (0,25)

9,0 (0,37)

12,5 (0,5)

Topi bertutup baja yang


mengandung paking kayu
untuk baja H atau tiang
pancang pipa

1,0

2,0

3,0

4,0 (0,16)

0,5 (0,002)

1,0

1,5 (0,06)

2,0

Bahan tiang pancang


Tiang pancang baja atau
pipa, langsung di atas kepala
Tiang pancang kayu

Lingkaran serat 5 mm di
antara dua plat baja 10 mm

Nilai-nilai representatif koefisien restitusi untuk digunakan dalam


persamaan-persamaan dinamik
BAHAN
Kayu garuk

n
0

Tiang-pancang kayu (ujung yang tak mengerut)

0,25

Bantalan kayu pampat di atas tiang pancang baja

0,32

Bantalan kayu pampat pada tiang pancang baja

0,4

Landasan baja di atas baja baik di atas baja maupun


tiang pancang beton

0,5

Palu besi cor di atas tiang-pancang beton tanpa topi

0,4

Contoh soal 1
Tiang dari beton berbentuk persegi panjang mempunyai
lebar sisi 0,4 m dan panjang 20 m. Tiang dipancang
dalam tanah pasir dengan dasar tiang terletak pada
lapisan kerikil padat. Penetrasi akhir s = 3 mm/pukulan,
dengan menggunakan pemukul aksi-tunggal berat 30 kN
dengan tinggi jatuh 1,5 m. Tiang diberi penutup serta
dibungkus setinggi 75 mm pada kepala tiang. Berat tiang
Wp = 75 kN, modulus elastis tiang E = 14000 MN/m2.
Berapa kapasitas ultimit tiang, bila dihitung dengan cara
Hilley dan Janbu ?

Penyelesaian
Berat pemukul Wr = 30 kN, tinggi jatuh h = 1,5 m
a. Dengan rumus Hilley :
Mula-mula dimisalkan lebih dahulu kapasitas ultimit Qu = 1230 kN
1230
Tegangan pancang =
= 7687 kN/m 2 = 7,7 MN/m 2
0,4x0,4

Dengan nilai tersebut , dari Tabel 2.9a, diperoleh k1 =6,5 mm=0,0065 m


Dengan mengambil nilai n = 0,5 dan k3 = 2,5 mm=0,0025 m
k2 = 1230 x 20/(0,4 x 0,4 x 14000000) = 0,01 m

Qu =

e h .E h

Wr + n 2 Wp

s + 1 (k 1 + k 2 + k 3 ) Wr + Wp
2
E h = Wr h

dari Tabel, untuk pemukul aksi tunggal eh = 0,75


kapasitas ultimit tiang :
30 + 0,5 2 x75
Qu =
0,003 + 1 (0,0065 + 0,01 + 0,0025) 30 + 75
2
= 1253 kN 1230 kN (ok)
0,75.30.1,5

karena hasil hitungan hampir mendekati dengan nilai Qu


yang dimisalkan semula (1230 kN), maka hasil hitungan
dapat dipakai.
Jadi kapasitas ultimit tiang = 1253 kN

b. Dengan rumus Janbu


Karena dipakai pemukul aksi tunggal, eh = 0,75; s =3 mm= 0,003 m,
Berat pemukul, Wr = 30 kN, E = 14000 MN/m2.
=

e h .E h .L
0,75x45x20
=
= 33,5
AE.s 2
0,16x14x10 6 x0,003 2

C d = 0,75 + 0,15 p
= 0,75 + 0,15 75 30 = 1,13
W
r

1
1

2
33,5
2

= 7,19
K u = C d 1 + 1 +
= 1,131 + 1 +
C d
1,13

Kapasitas ultimit tiang :


e .W .h 0,75.30.1,5
Qu = h r =
= 1564 kN
K u .s
7,19.0,003

dari hasil-hasil hitungan (a) dan (b), terlihat bahwa rumus Janbu
memberikan kapasitas ultimit yang lebih tinggi daripada Rumus
Hilley

Contoh soal 2
Pada pengujian tiang dipakai pemukul aksi tunggal yang beratnya
(Wr) 7000 kg dengan tinggi jatuh h = 75 cm. Jika penetrasi akhir
rata-rata untuk penetrasi tiang 15 cm, adalah s = 1,9 cm/pukulan,
berapa kapasitas ijin tiang tersebut bila digunakan Engineering
News Formula ?
Penyelesaian :
Kapasitas ijin tiang menurut ENR

Wr h
7000x75
Qu =
=
= 40698 kg = 40,7 ton
F(s + 0,25) 6(1,9 + 0,25)

Anda mungkin juga menyukai