Anda di halaman 1dari 58

```````````````KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT


karena atas karunianya telah tersusun buku Kode Etik
Apoteker Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan dalam
rangka sosialisasi kepada Apoteker anggota Ikatan
Apoteker Indonesia, termasuk calon Apoteker yang
masih berada dilingungan Program Studi Profesi
Apoteker.
Penyusunan buku ini merupakan salah satu program
kerja dari MPEA sesuai dengan amanat Anggaran Dasar
pasal 19 yang memberikan tugas kepada MPEA untuk
membina, mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode
Etik Apoteker Indonesia.
Kode Etik Apoteker Indonesia
dan Pedoman
Pelaksanaan merupakan naskahnaskah azasi organisasi
Ikatan Apoteker Indonesia yang sudah ditetapkan dalam
Kongres ke XVIII tahun 2009 di Jakarta sesuai dengan
amanat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga .
Sebagai naskah azazi, maka setiap Anggota, Anggota
Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan berkewajiban
untuk menjaga dan membela nama baik organisasi dan
menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker
Indonesia. Dengan demikian kita mengharapkan agar
Apoteker menjadi seorang yang berbudi luhur,
profesional, memiliki kesejawatan yang tinggi, dan
inovatif, serta berorientasi ke masa depan dan dapat
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

menjaga dan meningkatkan profesionalisme Apoteker


sehingga mampu menjalankan praktek kefarmasian
secara bertanggung jawab.
Harapan kita adalah agar Pengurus dan Anggota MPEA
baik di Pusat maupun di Daerah, serta Pengurus Pusat
dan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia dapat
membantu dan mendukung pembinaan etik bagi
Apoteker, antara lain melalui penyebaran buku ini dan
program sosialisasi lain yang terkait Kode Etik
Apoteker Indonesia.
Kami mengharapkan agar buku ini tentunya dapat
dimanfaatkan semua pihak, terutama Apoteker yang
berpraktik sebagai tenaga kesehatan maupun bekerja
dalam lingkungan pekerjaan kefarmasian. Juga
diharapkan berguna bagi para pendidik/pelatih Apoteker
maupun calon Apoteker. Tidak kalah pentingnya adalah
agar masyarakat, terutama tenaga kesehatan lainnya dan
klien / pasien yang dilayani oleh Apoteker dapat
memahami
apa
kewajiban
Apoteker
yang
mengindahkan Kode Etik Apoteker Indonesia dalam
menjalankan praktik atau pekerjaannya.
Dalam kesempatan ini kami memberikan penghargaan
yang setinggi tingginya kepada Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga
buku Kode Etik Apoteker Indonesia dan Pedoman
Pelaksanaan ini berada ditangan para anggota IAI.
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

Khusus kepada Direksi PT Kimia Farma (Tbk) kita


ucapkan penghargaan dan terima kasih yang setinggi
tingginya atas bantuan yang sangat bermakna dalam
penerbitan buku ini, sehingga bisa terlaksana dengan
baik.
Demikian juga kepada. semua pihak yang telah
membantu untuk menyusun, mencetak dan mensosialisasikan buku saku ini.
Jakarta Mei 2011
Penyusun

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar
Daftar Isi
Sambutan Ketua MPEAP
Sambutan Ketua PP IAI
Pedahuluan
Kode Etik dan Pedoman Implementasi
Pedoman Tata Laksana Organisasi MPEA

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

1
4
5
8
10
15
28

KATA SAMBUTAN KETUA MPEAP


Sejawat yang kami hormati,
Syukur Alhamdulillah, pada akhirnya buku Kode Etik
Apoteker Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan ini
sampai juga ditangan sejawat semuanya.
Dengan adanya buku saku ini digantungkan harapan
yang tinggi, kiranya sejawat semua akan lebih mudah
dalam memahami dan akhirnya mengamalkan Kode
Etik Apoteker Indonesia ini dalam setiap nafas
kehidupan profesi yang sejawat jalani.
Kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan Apoteker dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari hari adalah hal yang terkait erat
dengan MORAL.
Sebuah profesi yang merupakan komunitas moral yang
memiliki cita2 dan nilai bersama, akan mendapat
tempat yang bermartabat dalam masyarakat bilamana
dalam kehidupan profesinya setiap insan profesi
tersebut melaksanakan kode etik yang telah mereka
sepakati dengan konsisten.

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

Kita menyadari bahwa organisasi kita Ikatan Apoteker


Indonesia ( IAI ) saat ini sedang berjuang keras untuk
meningkatkan harkat dan martabat profesi Apoteker di
masyarakat dan sesama profesi kesehatan lainnya.
Peran masing2 sejawat dalam hal ini sangat tinggi,
karena hanya sejawatlah yang bisa merubah citra
terhadap Apoteker Indonesia, pengurus hanya memfasilitasi dan mendorong anggota untuk selalu
komitmen dalam menjalankan profesi secara benar dan
baik, namun pada akhirnya kita masing2 individulah
yang akan menentukan keberhasilan upaya tersebut.
Kami punya keyakinan yang sangat besar bahwa
bilamana setiap Apoteker dalam menjalankan profesinya selalu berpegang kepada kode etik ini, insyaallah
profesi Apoteker akan bisa segera berdiri sejajar
dengan profesi kesehatan lainnya.
Kode etik ini bukanlah suatu yang statis, tapi perubahan teknologi dan ilmu pengetahuan akan menuntut
dilakukannya perubahan dan penyesuaian terhadap
kode etik ini, oleh sebab itu sangat terbuka bagi kita
untuk melakukan perbaikan kode etik ini dimasa depan.
Kami berharap sejawat tidak ragu-ragu memberikan
masukan, supaya dalam kongres organisasi selanjutnya
kita bisa melakukan perbaikan.

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

Akhirnya, kami ucapkan selamat menjalankan profesi


dengan benar dan baik, semoga peran Apoteker dalam
meningkatkan dan memperbaiki kesehatan masyarakat
Indonesia dan dunia umumnya akan semakin dirasakan
oleh masyarakat.
Wassalam,
Jakarta Mei 2011
Drs. Sofiarman Tarmizi MM. Apt.
Ketua Majelis Pembina Etik Apoteker Indonesia.

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

KATA SAMBUTAN KETUA PP IAI


Praktek kefarmasian sangat dipengaruhi oleh kompetensi Apoteker. Secara umum aspek kompetensi terdiri
dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap/perilaku.
Peningkatan penguasaan pengetahuan ditempuh melalui program pendidikan berkelanjutan, ketrampilan melalui kegiatan praktek yang berkesinambungan dan
sikap/perilaku dipengaruhi oleh sistem nilai yang dianut dan diterapkan.
Kode Etik Apoteker Indonesia adalah aturan tertulis
yang secara sistematik dibuat berdasarkan sistem nilai
yang telah disepakati agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan praktek kefarmasian.
Dengan demikian kode etik ini merupakan janji seorang Apoteker yang harus dipegang teguh oleh semua
Apoteker yang menjalankan praktek kefarmasian.
Saya menyambut gembira atas prakarsa Majelis Pembina Etik Apoteker Pusat (MPEAP) untuk menerbitkan
buku Kode Etik Apoteker Indonesia dan Pedoman
Pelaksanaan ini. Keberadaan buku ini diharapkan dapat
menjadi acuan nilai bagi semua Apoteker dalam menjalankan praktek kefarmasiannya.
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

Semoga dengan adanya buku ini praktek kefarmasian


para Apoteker dapat lebih berkualitas lagi, khususnya
dalam menegakkan nilai nilai kemanusiaan, sehingga
peran nyata Apoteker sebagai profesi kesehatan akan
dapat terwujud.
Jakarta, 23 Mei 2011
Ketua Pengurus Pusat
Ikatan Apoteker Indonesia

Drs. Mohamad Dani Pratomo MM. Apt

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

PENDAHULUAN
Apoteker memiliki cita-cita dan nila-nilai bersama,
disatukan dengan latar belakang pendidikan yang sama,
memiliki keahlian yang sama, punya otoritas dalam
profesinya, sehingga kita mempunyai kewenangan sendiri. Untuk itu, Apoteker haruslah berpraktik sebagai
tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi dan
etika.
Sebagai profesi, seorang Apoteker antara lain memiliki
karakteristik:
1. telah mengucapkan, menghayati dan senantiasa

2.

3.

4.

5.

mentaati sumpah / janji dan Kode Etik Apoteker


Indonesia.
selalu memelihara kompetensi melalui penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi khusus dalam
bidang kefarmasian.
memahami dan memiliki seperangkat sikap yang
mempengaruhi perilaku yang mementingkan klien,
khsususnya peduli terhadap kesehatan pasien.
melaksanakan pekerjaan / praktik berdasarkan
standar profesi, antara lain standar pelayanan dan
sistem penjaminan mutu.
Punya otoritas profesi, sehingga untuk itu Apoteker
harus bersedia memperoleh sanksi, sebagai
konsekwensi dari hak mendapatkan surat izin kerja
/ praktik . Hal ini adalah untuk perlin-dungan
terhadap hak klien.

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

10

Pasien sebagai pengguna jasa profesi, mengharapkan


Apoteker mengambil keputusan profesi untuk kepentingannya. Sebagian besar pasien tidak mengetahui tentang proses pelayanan yang diberikan oleh Apoteker
karena otonomi dan monopoli keilmuan dan profesinya. Oleh sebab itu mereka menyerahkan diri dan
pasrah, kadang kadang curiga, jangan jangan dimainkan.
Disinilah letaknya proses pengambilan keputusan sebagai pertanggung jawaban profesi diperlukan, antara
lain melalui pernyataan kewajiban Apoteker terhadap
klien, yang dituangkan dalam bentuk kode etik.
Kode Etik Apoteker Indonesia yang berisi tentang
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan denan akhlak
dan nilai nilai yang dianut dan menjadi pegangan dalam
praktik kefarmasian.
Kode Etik Apoteker Indonesia disusun dengan tujuan
antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menjunjung tinggi martabat Profesi.


Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota.
Meningkatkan pengabdian anggota.
Meningkatkan mutu Profesi.
Meningkatkan layanan kepada pengguna jasa.
Untuk menentukan standard sendiri.

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

11

Oleh sebab itulah Kode Etik Apoteker Indonesia diharapkan dapat berfungsi :
1. Sebagai pedoman setiap anggota dalam menjalankan profesinya.
2. Sebagai sarana kontrol bagi masyarakat atas pelaksanaan profesi tersebut.
3. Mencegah campur tangan pihak luar organisasi
tentang hubungan etika dan keanggotaan organisasi.
Kode Etik Apoteker Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan merupakan naskah azasi organisasi Ikatan Apoteker Indonesia yang sudah ditetapkan dalam Kongres
ISFI ke XVIII tahun 2009 di Jakarta dan sesuai
dengan amanat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga . Sebagai naskah azazi, maka setiap Anggota,
Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan berkewajiban untuk menjaga dan membela nama baik
organisasi dan menghayati dan mengamalkan Kode
Etik Apoteker Indonesia.
Dengan demikian kita mengharapkan agar Apoteker
menjadi seorang yang berbudi luhur, profesional,
memiliki kesejawatan yang tinggi, dan inovatif, serta
berorientasi ke masa depan dan dapat menjaga dan
meningkatkan profesionalisme Apoteker sehingga
mampu menjalankan
praktek kefarmasian secara
bertanggung jawab.
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

12

Kode Etik Apoteker Indonesia terdiri dari 5 bab, dan 15


pasal, meliputi 8 pasal kewajiban umum, 1 pasal
kewajiban terhadap pasien, 3 pasal kewajiban
terhadap tema sejawat, 2 pasal terhadap tenaga
kesehatan lain, dan 1 pasal penutup.
Apoteker secara umum diminta mentaati Kode Etik
Apoteker Indonesia, dimulai dengan ketatatan
terhadap sumpah / janji Apoteker, berpraktik
sesuai kompetensi, menjaga martabat dan tradisi
luhur jabatan Apoteker dan menjadi contoh, dan
mengikuti perkembangan iptek dan peraturan
perundangan, dan menjadi sumber informasi.
Kewajiban terhadap pasien adalah mengutamakan
kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien
dan melindungi makhluk hidup insani. Sedangkan
terhadap teman sejawat adalah memperlakukan teman
sejawat sebagaimana ingin diperlakukan, dan menjaga
hubungan baik dengan sejawat tenaga kesehatan lain.
Apoteker diharapkan menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Apoteker Indonesia dan jika ada pelanggaran
agar mengakui dan
menerima sanksi serta
mempertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa sesuai denan sumpah yang pernah diucapkan sesaat
setelah lulus jadi Apoteker.
Disamping itu, sesuai dengan amanat Peraturan
Pemerintah No 20 Tahun 1962 tentang Sumpah Apoteker dan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

13

51 / 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, maka


Apoteker juga bertanggung jawab sebagai warga
negara untuk mematuhi dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia.
Agar Kode Etik Apoteker Indonesia ini dapat berfungsi
dan diterapkan dengan baik oleh Apoteker, seperti
sudah disampaikan diatas, MPEA Pusat mengharapkan
agar setiap insan Apoteker Indonesia dapat dengan
konsisten mempelajari, memahami dan menjalankan
Kode Etik Apoteker Indonesia ini dalam setiap perilaku
kehidupannya.
Disamping itu, dalam buku ini juga disampaikan Tata
Laksana Organisasi MPEA baik pada tingkat pusat
maupun daerah. Tata Laksana Organisasi dimulai
dengan rumusan visi, misi, tujuan dan dasar hukum
pedoman. Kemudian dilanjutkan dengan kedudukan,
fungsi dan hubungan antar organisasi MPEA, tata
laksana organisasi, pedoman penilaian pelanggaran
etika Apoteker, tata laksana penanganan pelanggaran
etik Apoteker dan pedoman pembinaan etik Apoteker
Pada halaman berikut, disampaikan Kode Etik
Apoteker Indnesia, diikuti dengan pedoman pelaksanaan untuk setiap pasal pasal yang ada.
Semoga Apoteker Indonesia semakin jaya dan berguna
bagi Nusa Bangsa dan Negara.
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

14

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA


MUKADIMAH
Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan
bim-bingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.
Apoteker di dalam pengabdiannya serta dalam
mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh
kepada sumpah/janji Apoteker.
Pedoman Pelaksanaan :
1. Setiap Apoteker dalam melakukan pengabdian dan
pengamalan ilmunya harus didasari oleh sebuah
niat luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai
dengan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sumpa dan Janji Apoteker adalah komitmen seorang Apoteker yang harus dijadikan landasan moral dalam pengabdian profesinya
3. Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip
harus diikuti oleh Apoteker sebagai pedoman dan
petunjuk serta standar perilaku dalam bertindak
dan mengambil keputusan

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

15

Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam


pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu :

BAB I : KEWAJIBAN UMUM


Pasal 1 Sumpah / janji Apoteker, setiap Apoteker
harus menjujung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah Apoteker
Pedoman Pelaksanaan :
Sumpah / janji Apoteker yang diucapkan seorang Apoteker untuk dapat diamalkan dalam pengabdiannya,
harus dihayati dengan baik dan dijadikan landasan
moral dalam setiap tindakan dan prilaku
Dalam sumpah Apoteker ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Melaksanakan asuhan kefarmasian
2. Merahasiakan kondisi pasien, resep dan medication record untuk pasien
3. Melaksanakan praktik profesi sesuai landasan
praktik profesi yaitu ilmu, hukum dan etik
Pasal 2 Setiap Apoteker harus berusaha dengan
sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

16

Pedoman Pelaksanaan :
Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Apoteker Indonesia dinilai dari : ada tidaknya laporan masyarakat, ada tidaknya laporan dari
sejawat Apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain,
serta tidak ada laporan dari sejawat Apoteker atau
sejawat tenaga kesehatan lain, serta tidak ada laporan
dari dinas kesehatan.
Pengaturan pemberian sanksi
peraturan organisasi (PO)

ditetapkan

dalam

Pasal 3 Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai Standar Kompetensi Apoteker Indoesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam menjalankan kewajibannya.
Pedoman Pelaksanaan :
1.

2.

Setiap Apoteker Indonesia harus mengerti,


menghayati dan mengamalkan kompetensi sesusai
dengan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
Kompetensi yang dimaksud adalah : ketrapilan,
sikap, dan perilaku yang berdasarkan pada ilmu,
hukum, dan etik
Ukuran kompetensi seorang Apoteker dinilai lewat
uji kompetensi

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

17

3.
4.

Kepentingan kemanusiaan harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap tindakan dan keputusan seorang Apoteker Indonesia
Bilamana suatu saat seorang Apoteker
dihadapkan kepada konflik tanggung jawab
profesional, maka dari berbagai opsi yang ada,
seorang Apoteker harus memilih resiko yang
paling kecil dan paling tepat untuk kepentingan
pasien serta masyarakat.

Pasal 4, Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan
pada umumnya dan bidang farmasi pada
khususnya.
Pedoman Pelaksanaan :
1.
2.
3.

Seorang Apoteker harus mengembangan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya secara


terus menerus.
Aktifitas seorang Apoteker dalam mengikuti
perkebangan di bidang kesehatan, diukur dari nilai
SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi
Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh
Apoteker ditetapkan dalam peraturan organisasi

Pasal 5, Di dalam menjalankan tugasnya setiap


Apoteker harus menjauhkan diri dari usaKode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

18

ha mencari keuntungan diri semata yang


bertentangan dengan martabat dan tradisi
luhur jabatan kefarmasian.
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker dalam tidakan profesionalnya
harus menghindari diri dari perbuatan yang akan
merusak atau seseorang ataupun merugikan orang
lain.
2. Seorang Apoteker dalam menjalankan tugasnya dapat memperoleh imbalan dari pasien dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan tetap
memegang teguh kepada prinsip mendahulukan
kepentingan pasien
3. Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam peraturan organisasi
Pasal 6, Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan
menjadi cotoh yang baik bagi orang lain.
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker harus menjaga kepercayaan
masyarakat atas profesi yang disandangkan dengan
jujur dan penuh integritas.
2. Seorang Apoteker tidak akan menyalahgunakan
kemampuan profesionalnya kepada orang lain.
3. Seorang Apoteker harus menjaga perilakunya
dihadapan publik.
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

19

Pasal 7, Seorang Apoteker harus menjadi sumber


informasi sesuai dengan profesinya
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker membeberikan informasi kepada
pasien / masyarakat harus dengan cara yang
mudah dimengerti dan yakin bahwa informasi
tersebut harus sesuai, relevan, dan up to date
2. Sebelum memberikan informasi, Apoteker harus
menggali informasi yang dibutuhkan dari pasien
ataupun orang yang datang menemui Apoteker
mengenai pasien serta penyakitnya.
3. Seorang Apoteker harus mampu berbagi informasi
mengenai pelayanan kepada pasien dengan tenaga
profesi kesehatan yang terlibat.
4. Seorang Apoteker harus senantiasa meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap obat, dala bentuk
penyuluhan, memberikan informasi secara jelas,
melakukan monitoring penggunaan obat dan
sebagainya.
5. Kegiatan penyuluhan ini mendapat nilai Satuan
Kredit Profesi ( SKP )

Pasal 8, Seorang Apoteker harus aktif mengikuti


perkembangan peraturan perundang-unKode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

20

dangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pedoman Pelaksanaan :
1. Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu peraturan perundangan yang terkait dengan kefarmasian. Untuk itu setiap Apoteker harus selalu aktif
mengikuti perkembangan peraturan, sehingga
setiap Apoteker dapat menjalankan profesinya dengan tetap berada dalam koridor peraturan
perundangan yang berlaku
2. Apoteker harus membuat Standar Porsedur Operasional (SPO) sebagai pedoman kerja bagi
seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan
kefar-masian sesuai kewenangan atas dasar
peraturan perundangan yang ada

BAB II KEWAJIBAN APOTEKER


TERHADAP PASIEN
Pasal 9, Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat menghormati hak
azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani.
Pedoman Pelaksanaan :
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

21

1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal


yang paling utama dari seorang Apoteker
2. Setiap tindakan dan keputusan profesional dari
Apoteker harus berpihak kepada kepentingan pasien dan masyarakat
3. Seorang Apoteker harus mampu mendorong pasien
untuk terlibat dalam keputusan pengobatan mereka
4. Seorang Apoteker harus mengambil langkahlangkah untuk menjaga kesehatan pasien
khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang
dalam kon-disi lemah
5. Seorang Apoteker harus yakin bahwa obat yang
diserahkan kepada pasien adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan kahsiat dan cara pakai
obat yang tepat
6. Seorang Apoteker harus menjaga kerahasiaan
pasien, rahasia kefarmasian, dan rahasia kedokteran dengan baik
7. Seorang Apoteker harus menghormati keputusan
profesi yang telah ditetapkan oleh dokter dalam
bentuk penulisan resep dan sebagainya
8. Dalam hal seorang Apoteker akan mengambil
kebijakan yang berbeda dengan permintaan seorang dokter, maka Apoteker harus melakukan
komunikasi dengan dokter tersebut, kecuali
peraturan perundangan membolehkan Apoteker
mengambil keputusan demi kepentingan dan atas
persetujuan pasien
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

22

BAB III KEWAJIBAN APOTEKER


TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10, Seorang Apoteker harus memperlakukan
teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
Pedoman Pelaksanaan :
1.
2.

3.

Setiap Apoteker harus menghargai teman sejawatnya, termasuk rekan kerjanya


Bilamana seorang Apoteker dihadapkan kepada
suatu situasi yang problematik, baik secara moral
atau peraturan perundangan yang berlaku,
tentang hubungannya dengan sejawatnya, maka
komunikasi antar sejawat harus dilakukan
dengan baik dan santun
Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI
ataupun Majelis Pembina Etik Apoteker dalam
menye-lesaikan permasalahan dengan teman
sejawat

Pasal 11, Sesama Apoteker harus selalu saling


mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan ketentuan kode etik
Pedoman Pelaksanaan :
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

23

1. Bilamana seorang Apoteker mengetahui sejawatnya


melanggar kode etik, dengan cara yang santun dia
harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya
tersebut untuk mengingatkan kekeliruan yang ada.
2. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima maka dia dapat menyampaikan kepada pengurus cabang dan atau MPEAD secara berjenjang.
Pasal 12, Seorang Apoteker harus mempergunakan
setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di
dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal
rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker harus menjalin dan memelihara
kerjasama dengan sejawat Apoteker lainnya
2. Seorang Apoteker harus membantu teman sejawatnya dalam menjalankan pengabdian profesinya
3. Seorang Apoteker harus saling mempercayai teman
sejawatnya dalam menjalin/memelihara kerjasama

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

24

BAB IV KEWAJIBAN APOTEKER


TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN
Pasal 13, Seorang Apoteker harus mempergunakan
setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling
mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pedoman Pelaksanaan :
1. Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang
harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya
secara seimbang dan bermartabat
2. Bilamana seorang Apoteker menemui hal-hal yang
kurang tepat dari pelayanan profesi kesehatan
lainnya, maka Apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada
profesi tersebut, tanpa yang bersangkutan harus
merasa dipermalukan
Pasal 14, Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan
diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat kepada
sejawat petugas kesehatan lain.
Pedoman Pelaksanaan :
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

25

BAB V PENUTUP
Pasal 15, Seorang Apoteker bersungguh-sungguh
menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan
tugas kefarmasiannya seharihari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja
maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia,
maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, organisasi profesi
farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pedoman Pelaksanaan :
Apabila Apoteker melakukan pelanggaran Kode Etik
Apoteker Indonesia, yang bersangkutan dikanakan
sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan,
peringatan, pencabutan keanggotaan sementara, atau
pencabutan keanggotaan tetap.
Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam peraturan
organisasi, dan sanksi ditetapkan setelah melalui
kajian yang mendalam dari MPEAD.
Selanjutnya MPEAD menyampaikan hasil telaahnya
kepada pengurus cabang, pengurus daerah, dan MPEA
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

26

PEDOMAN TATA LAKSANA


ORGANISASI MPEA
A. PENDAHULUAN
Majelis Pembina Etik Apoteker Ikatan Apoteker
Indonesia adalah salah satu organ yang diberi amanah
oleh Kongres IAI untuk mengawal terlaksananya
profesi Apoteker Indonesia sesuai dengan Kode Etik
Apoteker Indonesia . Untuk itu MPEA menetapkan
VISI dan MISI nya sebagai berikut.
Visi :
Terwujudnya Apoteker profesional yang punya Etika
profesi dalam pengabdiannya kepada Kesehatan
Masyarakat.
Misi :
1.

2.

3.

Memberikan pembinaan kepada anggota IAI


dalam pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia .
Merekomendasikan tindakan atas pelanggaran
Kode Etik Apoteker Indo-nesia oleh anggota IAI
kepada PP IAI.
Melakukan peninjauan / evaluasi Kode Etik
Apoteker Indonesia sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bersama dengan PP

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

27

IAI, untuk seterusnya diajukan dalam Kongres


IAI selanjutnya.
Sesuai dengan kemajuan teknologi di abad 21 ini telah
menyebabkan perubahan lingkungan yang serba cepat
dan mempengaruhi segala segi kehidupan termasuk
profesi.
Berbagai faktor kemajuan iptek yang dahulunya
dibatasi oleh tatanan dan kaidah suatu negara, dengan
mulai hilangnya batas antar negara menghasilkan
tatanan dan kaidah global yang secara positif atau
negatif mempengaruhi pola pikir dan perilaku yang
menimbulkan perubahan pengharapan terhadap
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan farmasi.
Untuk dapat mengatasi perubahan yang bersifat negatif
dalam arus globalisasi diatas di perlukan rambu rambu
kaidah profesi dalam bentuk sumpah/janji Apoteker
serta Kode Etik Apoteker Indonesia beserta Pedoman
Pelaksanaan agar perjalanan profesi Apoteker masih
dalam garis cita cita luhur profesi.
Untuk dapat mengawal tujuan diatas, maka Majelis
Pembina Etik Apoteker mempersiapkan Pedoman Tata
Laksana Organisasi, Penilaian dan Penanganan
Pelangaran Kode Etik Apoteker Indonesia.
Dengan adanya pedoman tersebut, maka diharapkan
tercipta rambu rambu perilaku etis bagi seluruh
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

28

Apoteker Indonesia yang diharapkan dapat membatasi


dan mengurangi pelanggaran kode etik oleh Apoteker
dimasa yang akan datang.
Tujuan dan Dasar Hukum
Tujuan umum :
Dimilikinya pedoman kerja seluruh pengurus MPEA /
MPEAD dalam rangka penegakan etik Apoteker.
Tujuan Khusus :
1. Mendorong tegaknya Kode Etik Apoteker Indonesia
2. Meminimalisasi kasus mal praktek dan perilaku

menyimpang dalam pelayanan kefarmasian


Indonesia
3. Peningkatan kesadaran peningkatan kehadiran
Apoteker ditempat pengabdiannya masing masing
4. Terbinanya rasa solidaritas profesi Apoteker melalui
pengembangan kelompok
5. Terlaksananya pembagian tugas yang harmonis
antara MPEAP dan MPEAD
Dasar Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan
2. Undang Undang No 8 1999 tentang Perlindungan

Konsumen
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

29

3. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian
4. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 tentang

Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Presiden RI tentang Majelis Disiplin

Tenaga Kesehatan
6. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Ikatan Apoteker Indonesia


7. Keputusan Kongres Nasional ISFI XVIII/2009

tentang Kode Etik Apoteker Indonesia

B.

ORGANISASI MAJELIS PEMBINA


ETIK APOTEKER

1. Kedudukan Organisasi
a. Tingkat Pusat : Berkedudukan ditempat Pengurus
Pusat Ikatan Apoteker Indonesia berada.
b. Tingkat Daerah : Berkedudukan ditempat Pengurus
Daerah Ikatan Apoteker Indonesia berada.
2. Hubungan Organisasi
a. Hubungan kerja organisasi MPEAP dan MPEAD
bersifat rujukan dan pelaporan.
b. Hubungan kerja antara MPEA dan PP IAI bersifat
konsultatif dilakukan melalui ketua atau sekretaris
masing masing organisasi.
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

30

c. Hubungan kerja antara MPEAD dan PD IAI


bersifat konsultatif dilakukan melalui ketua atau
sekretaris masing masing organisasi.
3. Fungsi-fungsi Organisasi.
Majelis Pembina Etik Apoteker Pusat.
a Pengelolaan organisasi tingkat Pusat
b Penyusunan rambu rambu/pedoman, antara lain :
- Pembinaan etik Apoteker
- Pengawasan pelaksanaan etik Apoteker.
- Penilaian pelanggaran etik Apoteker
c Memberi pertimbangan terhadap kasus pelanggaran etik Apoteker yang dirujuk oleh MPEAD.
d Melaksanakan penilaian banding atas pelanggaran
Kode Etik Apoteker Indonesia yang dirujuk oleh
MPEAD/PD/tersangka yang tidak puas terhadap
keputusan MPEAD.
e Mengirim keputusan penilaian kepada PP IAI untuk
ditindaklanjuti.
f Memberi pertimbangan atau saran kepada Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan atas penilaian pelanggaran etik Apoteker
Majelis Pembina Etik Apoteker Daerah
a
b

Pengelolaan organisasi tingkat daerah


Menyusun pedoman pelaksanaan untuk daerah
masing masing tentang :

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

31

- Pembinaan etik Apoteker disesuaikan dengan


kondisi daerah;
- Pengawasan pelaksanaan etik Apoteker disesuaikan dengan kondisi daerah;
- Penilaian pelanggaran
etik Apoteker
disesuaikan dengan kondisi daerah.
Melaksanakan penilaian pelanggaran etik Apoteker
di daerahnya masing-masing untuk disampaikan
kepada PD IAI untuk ditinjak lanjuti.
d Mengirim
laporan
pelaksanaan
penilaian
pelanggaran etik Apoteker kepada MPEAP.
e Merujuk anggota yang tidak puas terhadap keputusan MPEAD kepada MPEAP disertai dengan
berkas persidangan MPEAD.
f Merujuk ketidakpuasan PD terhadap keputusan
MPEAD kepada MPEA disertai dengan berkas
persidangan MPEAD dan surat dari PD IAI.
c

C. TATA LAKSANA ORGANISASI


Merupakan aturan dan pedoman kerja dengan tujuan
tercapainya ketertiban dan kelancaran tugas Majelis
Pembina Etik Apoteker.
1. Administrasi Organisasi
Administrasi Organisasi Majelis Pembina Etik dikelola oleh Sekretaris Majelis.
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

32

Sekretaris Majelis bertanggung jawab atas jaminan


kerahasiaan seluruh berkas Majelis.
Surat Menyurat
Surat menyurat dibagi atas 3 kelompok :
a). Surat masuk dalam keluar yang dikategorikan
dalam surat pemberitahuan, laporan, surat permohonan dan lain-lain.
b). Surat yang dikategorikan rahasia berupa surat
panggilan, surat keputusan penilaian, surat penuntutan yang disertai dengan berkas perkara
c). Surat yang dikategorikan sangat rahasia dimasukkan dalam amplop tertutup dan diberi nota
agenda bertuliskan RAHASIA.
2. RapatRapat
Rapat MPEA dibagi menjadi :
a. Rapat Pengurus Inti setidak tidaknya 3 bulan sekali
yang dihadiri oleh Ketua/Wakil Ketua dan Sekretaris untuk membahas masalah yang penting dan
mendesak.
b. Rapat Pleno yang dihadiri oleh seluruh pengurus
MPEA untuk membahas dan mengevaluasi program
kerja diselenggarakan setidak tidaknya 6 bulan
sekali.
c. Persidangan untuk menilai pelanggaran Kode Etik
Apoteker Indonesia yang harus dihadiri oleh
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

33

setidak tidaknya separoh dari pengurus dan


dinyatakan sebagai rapat tertutup, kecuali apabila
ketua MPEA menyatakan lain.
d. Sekretaris MPEA mempersiapkan dan bertanggung
jawab atas persiapan materi persidangan, mendatangkan saksi / saksi ahli, menghadirkan tersangka
dan mempersiapkan berkas risalah sidang dan
keputusannya. Apabila Sekretaris MPEA berhalangan, Ketua MPEA menunjuk salah satu anggota
untuk menggantikannya.
e. Keputusan Rapat :
Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk
mufakat, dan apabila tidak tercapai, maka keputusan ditentukan berdasarkan suara terbanyak.
Keputusan yang menyangkut persidangan bersifat
rahasia dan anggota yang hadir dilarang memberi
tahukan hasil keputusan kepada siapapun.
3. Program Kerja dan Anggaran
a. Setiap Pengurus MPEA/D wajib mempersiapkan
Program kerja dan anggaran selambat lambatnya 60
hari setelah dilantik menjadi Pengurus.
b. Program Kerja dan Anggaran tersebut diserahkan
kepada Pengurus IAI dimasing masing tingkatan
untuk dijadikan Program Kerja Pengurus IAI.
c. Pengurus MPEA mempertangung jawabkan penggunaan anggaran setiap 6 bulan sekali kepada
Bendahara Pengurus IAI dimasing-masing tingkat,
untuk dikonsolidasi dalam Laporan Pertanggung
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

34

jawaban Keuangan Pengurus IAI.


d. Pengurus MPEA wajib melaporkan penggunaan
perolehan dana dari sponsor/donatur kepada Pengurus IAI.
4. Pelaporan
a. Pengurus MPEAD melaporkan hasil kerjanya
kepada Pengurus MPEA setiap 6 bulan sekali.
b. Laporan meliputi pelaksanaan program kerja yang
telah disusun serta kondisi pembinaan dan penegakan etik Apoteker didaerahnya masing masing.
c. Pengurus MPEAD melaporkan hasil persidangan
pelanggaran etik Apoteker dan standar profesi
Apoteker selambat lambatnya satu bulan setelah
persidangan selesai.
d. Pengurus MPEAD melaporkan dan mengirim
berkas banding dari anggota yang menyatakan
tidak puas terhadap keputusan MPEAD, selambatlambatnya satu bulan setelah diterimanya surat
pemintaan banding dari tertuduh.
e. Pengurus MPEAD melaporkan dan mengirim
berkas berkas perkara apabila PD IAI menyatakan
secara tertulis ketidak puasan terhadap keputusan
MPEAD, selambat lambatnya 1 bulan setelah
diterimanya surat keberatan dari Pengurus PD IAI.

5. Evaluasi
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

35

a. Setiap 6 bulan dapat diselenggarakan rapat evaluasi Program Kerja antara Pengurus MPEA dan
MPEAD
b. Setiap tahun diselenggarakan Rapat Evaluasi Nasional tentang penegakan etik Apoteker yang diselenggarakan bersamaan dengan Rakernas IAI.
c. Pada akhir masa kepengurusan diselenggarakan
rapat penyusunan laporan pertanggung jawaban
penegakan etika apoteker antara pengurus MPEA,
MPEAD, PP IAI, PD IAI sebagai bahan laporan
pertanggung jawaban kepada Kongres Nasional.

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

36

D. PEDOMAN PENILAIAN
PELANGGARAN ETIKA APOTEKER
1. Prinsip Penegakan Etika

2. Kriteria Pelanggaran Etika


a.
b.
c.
d.
e.

Ignorant ( tidak tahu )


Kelalaian ( Culpa )
Kurang Perhatian
Kurang terampil
Sengaja

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

37

3. Kriteria Pembuktian

a. Melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan


b. Tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan
c. Melakukan sesuatu yang melanggar peraturan
perundang-undangan.
4. Penilaian, Pembuktian dan Sanksi terhadap

Pelanggaran Etika.
a. Unsur ketidaktahuan
Penyebab :
Adanya celah (Gap) pengetahuan dan atau
keterampilan antara kenyataan yang dihadapi dalam
praktek dengan apa yang diketahui pada saat kuliah.
Sehingga dapat diperkirakan seorang Apoteker yang
telah lama meninggalkan bangku kuliah dan tidak
adanya pendidikan berkelanjutan, menimbulkan
adanya unsur ketidak tahuan.
Pembuktian diperoleh dengan :
1) Tahun kelulusan Apoteker
2) Pernah/ tidak mengikuti pendidikan berke-

lanjutan
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

38

Sanksi yang dijatuhkan :


Kewajiban untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan yang terkait dengan kesalahan yang
diperbuat
b. Adanya unsur kelalaian
Penilaian terhadap unsur kelalaian
Kelalaian dapat terjadi/disebabkan :
1) Tidak menjalankan apa yang seharusnya dilakukan
2) Menjalankan sesuatu yang seharusnya tidak
dilakukan
3) Lalai terhadap aturan perundangan yang berlaku untuknya.
Penilaian terhadap bobot kelalaian :
1) Kelalaian yang tidak berbobot
( Deminimis non curat Lex )
Hukum tidak mencampuri hal hal yang sepele
Contoh :
Apoteker lalai memakai pakaian seragam.

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

39

2) Pembobotan kelalaian :
Ada 4 unsur yang menjadi landasan penilaian :
a) Perbuatan tersebut nyata bertentangan dengan etika Apoteker dan atau penjabarannya.
b) Perbuatan tersebut dapat diperkirakan akibatnya terhadap pasien/ orang lain, sejawat.
c) Perbuatan tersebut layak dan dapat dihindari
d) Perbuatan tersebut layak dipersalahkan
Apabila keempat unsur dipenuhi, maka bobot
kelalaian layak untuk diteruskan.
3) Tolok ukur penilaian berat ringannya kelalaian :
a) Adanya duty (Kewajiban yang nyata nyata
tercantum dalam Kode Etik Apoteker Indonesia atau pedoman pelaksanaan)
b) Adanya unsur yang membuktikan terjadinya
pelanggaran kewajiban (dereliction of
duty) Untuk dapat membuktikan diperlukan saksi yang memiliki pengalaman dan
pendidikan yang setaraf dengan tersangka.
c) Adanya akibat langsung, yakni perbuatan
nyata berakibat langsung terhadap pasien/
sejawat. Akibat tidak langsung tidak boleh
menjadi pertimbangan

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

40

Kelalaian berpengaruh langsung terhadap terjadinya kerugian harta atau jiwa pasien/ sejawat:
a). Apabila tidak ditemukan pengaruh langsung
maka tidak boleh menjadi pertimbangan .
b). Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh
langsung dapat dipanggil saksi ahli.
c). Bobot kelalaian disesuaikan dengan pembuktian 4 unsur pembobotan diatas.
4) Rex Ipsa Loquitor
Perbuatan yang jelas kelalaian tanpa harus
membuktikan sesuai dengan kriteria pembuktian
pada butir 3 di atas.
Contoh :
Mengerjakan resep tanpa menghitung dosis,
maka dengan melihat bukti resep, maka perbuatan dapat dibuktikan.
Pertimbangan lanjutan dalam memutuskan
perbuatan yang dinyatakan sebagai kelalaian:
1) Berat kerugian akibat kelalaian (magnitude )
(a)
2) Kemungkinan terjadi kelalaian ( Probability)
(b)
3) Kesulitan melakukan tindakan pencegahan
(Burden of Prevention) (c)
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

41

Apabila a+b > c , maka kelalaian telah terjadi.


Contoh : Salah menyerahkan obat.
1) Akibat kelalaian besar (nilai tinggi = 5)
2) Kemungkinan terjadinya kecil(nilai tinggi =
5)
3) Tindakan pencegahan mudah(nilai rendah=
2)
5 + 5 > 2 kelalaian terbukti
c. Adanya unsur kurang perhatian
Penilaian terhadap kurang perhatian
Seorang anggota profesi dianggap kurang perhatian
apabila ia tidak menjalankan prosedur kerja yang
seharusnya diikuti .
Untuk membuktikan kekurangperhatian, diperlukan
tanya jawab tentang sejauh mana ia mengetahui ada
prosedur kerja profesi.
Apabila ia tidak mengetahui, maka terpenuhi unsur
ketidaktahuan, maka penyelidikan kembali kearah
unsur ketidak tahuan.
Apabila ia mengetahui tetapi tidak menjalankan,
tetapi terpenuhi unsur kelalaian, maka penyelidikan
diarahkan kepada unsur kelalaian.
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

42

d. Adanya unsur kurang terampil


Penilaian terhadap unsur kurang terampil
Seorang profesi diangap kurang terampil apabila ia
tidak mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan yang
seharusnya menjadi tugas profesionalnya.
Contoh :
1)
2)
3)
4)

Ketrampilan menggunakan timbangan


Ketrampilan meracik
Ketrampilan memberi informasi
Ketrampilan melakukan konsultasi

Untuk membuktikan adanya unsur kekurangterampilan, maka diperlukan simulasi yang disaksikan
oleh saksi ahli.
Apabila ternyata memang terjadi kekurang terampilan, maka sanksi yang diberikan adalah mengulangi belajar di perguruan tinggi terhadap kekurang
trampilan yang dimiliki.
e. Adanya kesengajaan
Penilaian terhadap unsur kesengajaan

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

43

Mengingat bahwa unsur kesengajaan merupakan


pelanggaran etika Apoteker berat, maka sebelum
membuat keputusan harus memperhatikan faktor
sebagai berikut :
1) Faktor Personal
a) Ada sejawat yang memiliki kelemahan personal, misalnya kurang teliti.
b) Apabila ia memiliki sifat itu, yang harus diukur adalah apakah faktor kekurangtelitian
masih dalam batas yang bisa ditoleransi.
c) Apabila masih dalam batas, maka dapat berlanjut ke unsur kedua.
d) Apabila diluar batas, maka usulan pembinaan untuk meningkatkan ketelitian layak disampaikan.
2) Faktor Situasional
a). Penyelidikan apakah lingkungan profesi ditempat tersebut memang mendorong terjadinya kesengajaan.
b). Hal ini harus menjadi pertimbangan dalam
memutuskan adanya unsur kesengajaan.
3) Faktor ada/ tidaknya kelompok seminat
a). Sesuai dengan etik Apoteker, kewajiban
antar sejawat adalah saling menasehati ,
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

44

sehingga pembentukan kelompok seminat


yang melakukan peer review merupakan
keharusan .
b). Apabila belum ada kelompok seminat,
berarti tidak ada kontrol antar sejawat yang
menyebabkan kesengajaan terjadi, maka
saran yang layak diberikan adalah rekomendasi pembentukan kelompok seminat di
wilayah tersangka.
c). Apabila sudah ada, tetapi tidak berbuat apa
apa, berarti diperlukan saran peningkatan
peran kelompok seminat .
d). Apabila sudah ada dan telah memberi
teguran yang dibuktikan dengan kesaksian
maka unsur kesengajaan terpenuhi.
Saran yang dapat diajukan apabila terbukti adalah
secara bertahap :
1) Usul pembinaan khusus untuk penyadaran
2) Usul penundaan sementara ijin kerja Apoteker
3) Usul pencabutan ijin kerja Apoteker

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

45

E.

TATA LAKSANA PENANGANAN


PELANGGARAN ETIK APOTEKER

1. Sasaran :
a. Perilaku menyimpang dari etik Apoteker yang
terjadi ditempat pengabdian profesi Apoteker.
b. Cakupan pengabdian profesi meliputi: pelayanan kefarmasian, pendidikan farmasi, penyelidikan farmasi.
2. Pengaduan adanya pelanggaran Kode Etik Apoteker
Indonesia.
a. Sumber pengaduan :
1) Pasien
2) Dokter atau tenaga kesehatan lain
3) Teman sejawat
4) Pengurus Cabang / Pengurus Daerah IAI
b. Prosedur Pengajuan Pengaduan :
1) Diajukan kepada MPEAD dengan dilengkapi
dengan bukti yang layak (pengaduan tertulis)
2) Menuliskan alamat lengkap pengadu yang
jelas
3) Menyampaikan kronologis kejadian/peristiwa yang diadukan, beserta tempat dan waktu
terjadinya pelanggaran

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

46

Pengaduan dianggap tidah syah apabila tidak


lengkap.
Pengaduan dianggap kadaluwarsa apabila peristiwa pelanggaran etik terjadi lebih dari 1 tahun
terhitung waktu pembuatan surat aduan.
Pengaduan yang tidak syah akan dikembalikan
ke pengadu untuk dilengkapi.
Pengaduan yang kadaluwarsa akan diberitahukan kepada pengadu.
3. Penelaahan pengaduan
a. MPEAD diberi kesempatan untuk menelaah
pengaduan selama 20 hari kerja.
b. Untuk dapat menelaah pengaduan, MPEAD
dapat berkunjung kelokasi terjadinya pelanggaran etik
c. MPEAD menetapkan ketentuan etik Apoteker
yang dilanggar .
d. Apabila MPEAD tidak menemukan pelanggaran etik, maka MPEAD memberi tahu kepada
pengurus PD/PC IAI.
4. Persiapan Persidangan.
a. MPEAD melakukan rapat pleno dengan dihadiri minimal 50 % pengurus untuk menetapkan jadwal sidang dan penetapan pimpinan
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

47

sidang yang diharapkan tidak ada hubungan


kekerabatan dengan tersangka.
b. Sekretaris MPEAD mempersiapkan barang
bukti, saksi, saksi ahli untuk dapat hadir pada
jadwal sidang
c. Sekretaris MPEAD menghubungi tersangka
untuk menghadiri sidang
5. Persidangan
a. Setiap persidangan pelanggaran etika Apoteker
harus dihadiri oleh tersangka.
b. Apabila tersangka tidak hadir, maka persidangan ditunda maksimal 3 kali persidangan.
c. Apabila setelah 3 kali persidangan, tersangka
tidak hadir tanpa penjelasan yang dapat diterima, maka sidang diteruskan secara in absentia.
d. Sidang dibuka oleh pimpinan sidang dan mempersilahkan Sekretaris MPEAD membacakan
tuduhan dari pengadu.
e. Tersangka diberi kesempatan untuk membela
diri
f. Sekretaris MPEAD mengajukan barang bukti
dan pernyataan saksi dibawah sumpah yng
mendukung kebenaran tuduhan.
g. Apabila diperlukan Sekretaris MPEAD dapat
mengajukan saksi ahli untuk memperkuat tuduhan
h. Tersangka diberi kesempatan membela diri dan
dapat didampingi oleh pembela yang berasal
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

48

dari anggota lain yang bersifat netral / tidak


terkait dengan tersangka
i. Pimpinan sidang menskor sidang untuk menyiapkan keputusan sidang.
6. Keputusan Sidang
a. Didalam membuat keputusan maka pimpinan
sidang harus mengacu kepada kaidah etik
Apoteker dan atau pedoman pelaksanaan.
b. Didalam menetapkan keputusan, pimpinan sidang harus mengacu kepada Pedoman Penilaian
Pelanggaran Etika Apoteker.
c. Keputusan sidang dapat diambil secara musyawarah dan apabila tidak tercapai maka diambil
berdasarkan suara terbanyak.
d. Keputusan sidang harus didasarkan atas akibat
yang ditimbulkan terhadap kehormatan profesi,
keselamatan pasien, kepentingan umum, dan itikad baik pengadu.
e. Pembacaan keputusan sidang harus dilakukan
dihadapan tersangka.
f. Tersangka diberi kesempatan naik banding dalam waktu 2 minggu dengan pengajuan keberatan atas keputusan sidang.
g. PC/PD IAI diberi kesempatan naik banding atas
keputusan sidang dengan mengirim surat keberatan kepada MPEAD.
h. Dalam waktu 1 bulan setelah sidang dan apabila
tidak ada banding maka MPEAD mengirimkan
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

49

hasil keputusan kepada MPEA.


i. Apabila terjadi banding, maka MPEAD akan
mengirim berkas perkara dilengkapi dengan
surat keberatan dari tersangka/surat dari PC/PD
IAI kepada MPEA selambat lambatnya 1 bulan
setelah tanggal penerimaan surat keberatan.
7. Rehabilitasi
a. Apabila dalam persidangan ternyata tersangka
dinyatakan tidak bersalah dan tidak ada keberatan dari PC/PD IAI, maka MPEAD mengeluarkan surat rehabilitasi nama baik tersangka
kepada PC/PD IAI setempat dengan tembusan
kepada MPEAP dan PP IAI.
b. Surat rehabilitasi tersebut, dapat digunakan oleh
tersangka yang direhabilitasi untuk mengajukan
tuduhan pelanggaran etik Apoteker kepada
sejawat pelapor.

F.

PEDOMAN PEMBINAAN ETIK


APOTEKER

1. Sasaran
Langsung :
a. Seluruh Apoteker yang sedang menjalankan
pengabdian profesi.
b. Seluruh Apoteker baru menyelesaikan pendidikan.
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

50

c. Seluruh mahasiswa Program Pendidikan Profesi


Apoteker di perguruan tinggi farmasi Indonesia.
Tidak Langsung :
a. Seluruh petugas pelayanan kesehatan yang ikut
dalam Penyelenggaraan pelayanan farmasi di
Indonesia.
b. Seluruh petugas pemerintah Pusat maupun daerah yang terkait dengan pelayanan kefarmasian.
2. Kegiatan
Untuk sasaran langsung :
a. Pendidikan etik Apoteker dalam Program Pendidikan Profesi Apoteker di perguruan tinggi farmasi.
b. Pendidikan berkelanjutan termasuk program pelatihan kompetensi Apoteker.
c. Studi kasus pelanggaran kode etik dan penanggulangan yang diadakan bersamaan dengan
Kongres/ Konperda IAI.
d. Seminar etika kefarmasian yang diselenggarakan bersamaan dengan Kongres Ilmiah IAI.
Untuk Sasaran Tidak Langsung :
a. Pengangkatan upaya pembinaan etik Apoteker
dalam rapat organisasi profesi kesehatan.
b. Pemberian informasi tentang etika Apoteker di
Sekolah Menengah Farmasi / D3 Farmasi.
Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

51

c. Pengangkatan upaya pmbinaan etika Apoteker


dalam rapat dengan pemerintah daerah maupun
pusat dalam berbagai kesempatan.
3. Pelaksanaan
Untuk sasaran langsung :
a. MPEA mempersiapkan materi pembinaan, studi
kasus, dan proposal seminar.
b. MPEAD melaksanakan pendidikan etik di perguruan tinggi farmasi.
c. Panitia Kongres / Konperda dan Kongres Ilmiah
menjadwalkan waktu dan tempat penyelenggaraan dan mempersiapkan nara sumber
Untuk sasaran tidak langsung
a. MPEA mempersiapkan materi informasi dan isu
penegakan etik Apoteker.
b. PP / PD IAI membawakan isu dalam pertemuan
baik dengan organisasi kesehatan terkait maupun dengan pemerintah pusat/daerah.
c. MPEAD memberikan informasi etik Apoteker
kepada Sekolah Menengah Farmasi/D3 Farmasi
di daerah masing-masing.

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

52

CATATAN PRIBADI

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

53

CATATAN PRIBADI

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

54

CATATAN PRIBADI

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

55

CATATAN PRIBADI

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

56

CATATAN PRIBADI

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

57

CATATAN PRIBADI

Kode Etik Apoteker & Pedoman Pelaksanaan

58

Anda mungkin juga menyukai