Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENGENALAN DATA
Bahasa yang akan di analisa dalam tugas akhir ini adalah bahasa Jawa
ngapak dari daerah Kebumen kota. Didalam bahasa Jawa daerah Kebumen
sebenarnya memiliki kemiripan dengan bahasa Jawa pada umumnya, yaitu
memiliki 3 tingkatan, seperti ; bahasa Jawa Krama Inggil yang merupakan bahasa
dengan kasta tertinggi yang biasanya di gunakan oleh kalangan elit dan ketika
sedang berbicara dengan orang yang jarak umurnya jauh lebih tua; bahasa Jawa
Krama yang merupapan bahasa dengan kasta kedua atau sebelum karma inggil.
Bahasa ini digunakan untuk berbicara dengan orang yang baru dikenal dan
usianya lebih tua, juga biasanya digunakan dalam percakapan keseharian;
kemudian tingkat bahasa jawa yang terendah yaitu bahasa Jawa ngapak. Ini
merupakan bahasa keseharian mayoritas masyarakat Kebumen pada umumnya.
Digunakan untuk berbicara kepada teman sebaya, lebih muda, atau lawan bicara
yang sudah akrab. Namun penggunaan bahasa Jawa Ngapak Kebumen sendiri
berbeda dialeknya, antara bahasa Jawa Ngapak Kebumen daerah pesisir pantai
dan perbukitan dangan bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan.
Berikut ini adalah data bahasa Jawa Ngapak yang diurutkan sesuai urutan
tata bahasa mulai dari yang paling sederhana hingga tata bahasa Tanya :
DATA I : a. S - P
Bahasa Jawa Ngapak
Bahasa Indonesia
Enyong ngode.
Saya bekerja.
Rika ngode.
Kamu bekerja.
Biyunge arep ngode.
Ibu akan bekerja.
Iwan uwis ngode.
Iwan sudah bekerja.
Kae uwong ngode.
Orang itu bekerja.
Wong-wong kae ngode.
Orang-orang itu bekerja.
Rika sekabehan ngode.
Kamu semua bekerja.
Dewek ngode.
Aku dan kamu bekerja.
Data diatas merupakan contoh bahasa Jawa Ngapak dengan struktur Subjek dan
Predikat. Dengan kata kerja yang sama dan fariasi subjek dari contoh data I diatas
bisa diambil kesimpulan bahwa dalam bahasa Jawa Ngapak mengenal struktur
bahasa dengan urutan subjek diikuti predikat, dengan hal ini penggunaanya sama

Descriptive Linguistics Final Exam

dengan struktur bahasa dalam bahasa Indonesia. Kata yang menjadi subjek dalam
bahasa Jawa Ngapak Kebumen yang tidak dimiliki adalah ; mereka, dia
perempuan, dia laki-laki, kita dan mereka. Terbukti dalam contoh data I diatas
kalimat Jawa Ngapak Kebumen; menggunakan kata yang menggantikan kata dia
menjadi orang itu (kae uwong) dengan tidak membedakan jenis subjek sebagai
pria atau wanita; menggunakan kata yang menggantikan kata mereka menjadi
orang-orang itu (wong-wong kae); menggunakan kata yang menggantikan kata
kalian menjadi kamu semua (rika sekabehan).
Dengan demikian subjek yang berperan sebagai Agent (yang berinisiatif)
dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen hanya ada enyong sebagai aku, rika
sebagai kamu, dewek sebagai kita dan kata benda agent seperti nama orang
dan sebutan seperti ayah (ramane), ibu (biyunge), dan sebutan lainya. Perbedaan
subjek juga tidak berpengaruh terhadap bentuk predikat yang mengikutinya.
Terbukti dari data I bahawa semua predikat tida mengalami perubahan bentuk
walaupun subjeknya berbeda.
Ada dua data yang berbena dalam data satu, yaitu adanya kata arep dan
lunga. Pada kalimat Biyunge arep ngode, kata arep berarti akan,yang
menginformasikan adanya tindakan yang belum dilakukan dan akan dilakukan
atau masa yang akan datang Penggunaan kata akan ini tidak mempengaruhi
bentuk kata kerja dan kata benda disekitarnya. Pada kalimat Iwan uwis ngode,
kata uwis berarti sudah, yang menginformasikan adanya tindakan yang sudah
dilakukan atau lampau. Penggunaan kata uwis juga tidak berpengaruh pada
bentuk kata kerja ataupun kata benda disekitarnya.
DATA II : S P O
Bahasa Jawa Ngapak
Enyong tuku pitik.
Rika tuku pitik.
Ramane tuku pitik.
Riska tuku pitik.
Kae uwong tuku pitik.
Wong-wong kae tuku pitik.
Rika sekabehan tuku pitik.
Dewek tuku pitik.

Descriptive Linguistics Final Exam

Bahasa Indonesia
Saya membeli ayam.
Kamu membeli ayam.
Ayah membeli ayam.
Riska membeli ayam.
Orang itu membeli ayam.
Orang-orang itu membeli ayam.
Kamu semua membeli ayam.
Saya dan kamu membeli ayam.

Data II diatas adalah struktur bahasa yang menggunakan rumus S-P-O, subjek
diikuti predikat dan objek di akhir kalimat. Dalam data II ini, yang membedakan
dengan data I adalah penambahan objek. Dengan penambahan objek, dapat dilihat
bahwa kata kerja yang digunakan dalam data II adalah kata kerja transitive. Tidak
ada perubahan bentuk dalam objek maupun subjek dari kalimat yang
menggunakan kata kerja transitive.
Sehingga dapat disimpulakan bahwa tidak ada perubahan apapun ketika
kalimat dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan menggunakan kata kerja
transitive.
DATA III : S V O O
Bahasa Jawa Ngapak
Enyong nukokna Sumi linggis.
Rika nukokna Sumi linggis.
Mbokayune nukokna Sumi linggis.

Bahasa Indonesia
Saya membelikan Sumi linggis.
Kamu membelikan Sumi linggis.
Kakak (perempuan) membelikan

Lastri nukokna Sumi linggis.


Kae uwong nukokna Sumi linggis.
Wong-wong kae nukokna Sumi

Sumi linggis.
Lastri membelikan Sumi linggis.
Orang itu membelikan Sumi linggis..
Orang-orang itu membelikan Sumi

linggis.
Rika sekabehane nukokna Sumi

linggis.
Kamu semua membelikan Sumi

linggis.
Dewek nukokna Sumi linggis.

linggis.
Saya dan kamu membelikan Sumi

linggis.
Dari data III ini, yang membedakan dari struktur kalimatnya adalah penambahan
satu objek, menjadi S-P-O-O. Dua objek dalam struktur kalimat data III ini
berbeda, satu objek sebagai Direct Object (objek langsung) dan Indirect Object
(objek tak langsung). Contoh struktur :
Enyong nukokna Sumi linggis.
S

IO

DO

Kata Sumi dalam contoh diatas adalah sebagai objek tak langsung, sedangkan
kata linggis dari contoh diatas adalah sebagai objek langsung. Jika kita kembali
melihat data sebelum data III ini, yaitu data II, dapat dilihat bahwa predikat kedua
data ini memiliki arti yang sama, dengan kata dasarnya adalah kata tuku (beli).
Data II : Riska tuku pitik.

Data III : Lastri nukokna Sumi linggis Descriptive Linguistics Final Exam

Riska membeli ayam.


Lastri membelikan Sumi linggis.
3

Kata-kata yang tercetak tebal diatas memiliki arti kata dasar yang sama, namun
bentuknya berbeda. Kata tuku berubah menjadi nukokna apabila dalam suatu
kalimat memiliki objek langsung dan tak langsung. Sehingga bisa disimpulkan
bahwa kata kerja dalam kalimat yang berstruktur S-P-O-O akan mengalami
perubahan bentuk. Hanya, dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan,
perubahan bentuk di hampir semua kata yang menjadi kata kerja transitif
memiliki imbuhan awalan dan akhiran yang berbeda disetiap kata.
Contoh :
- tuku

: nukokna

- ngumbah

: ngumbahna

- gratis

: nggratisi

Dll
Sehingga tidak ada peraturan baku yang bisa diterapkan untuk membuat sebuah
kata dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan menjadi kata kerja transitif.
Karena imbuhan, awalan maupun akhiran hampir semuanya berbeda disetiap kata.
Satu hal yang juga ditemukan dalam data III adalah kata mbokayune
yang menerangkan bahwa subjek ini berarti berkelamin wanita dan memiliki
hubungan darah sebagai kakak tua.

Descriptive Linguistics Final Exam

DATA IV : S P O (-)
Bahasa Jawa Ngapak
Bahasa Indonesia
Enyong ora ngenggo sandal.
Aku tidak memakai sandal.
Rika ora ngenggo sandal.
Kamu tidak memakai sandal.
Adine ora ngenggo sandal.
Adine tidak memakai sandal.
Priyo ora ngenggo sandal.
Priyo tidak memakai sandal.
Kae uwong ora ngenggo sandal.
Orang itu tidak memakai sandal.
Wong-wong kae ora ngenggo sandal.
Orang-orang itu tidak memakai sandal.
Rika sekabehane ora ngenggo sandal. Kamu semua tidak memakai sandal.
Dewek ora ngenggo sandal.
Saya dan kamu tidak memakai sandal.
Subjek, predikat, objek adalah struktur dalam data ke IV ini. Yang membedakan
dengan data II adalah bentuk kalimat pada data ke IV merupakan bentuk kalimat
negatif. Tidak ada informasi yang menunjukan adanya perubahan bentuk pada
masing-masing kata dalam contoh kalimat data IV diatas. Satu hal yang berbeda
adalah adanya kata ora yang terletak setelah subjek. Kata ora-lah yang
menunjukan bahwa kalimat dalam data IV ini merupakan kalimat negatif.
Ada satu kata yang menambah informasi dalam keterangan kata dalam
bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan di data IV. Adine dalam bahasa
Indonesia berarti adik. Jika pada data III ditemukan kata mbokayune yang
memberikan keterangan subjek ini berarti berkelamin wanita dan memiliki
hubungan darah sebagai kakak tua, berbeda dengan adine yang hanya
memberikan keterangan memiliki hubungan darah dan lebih muda.
DATA V : S P O (pasif)
Bahasa Jawa Ngapak
Enyong digawekna klambi

Bahasa Indonesia
nang Saya dibuatkan baju oleh Nurul.

Nurul.
Rika digawekna klambi nang Nurul.
Kamu dibuatkan baju oleh Nurul.
Biyunge digawekna klambi nang Ibu dibuatkan baju oleh Nurul.
Nurul.
Riri digawekna klambi nang Nurul.
Riri dibuatkan baju oleh Nurul.
Kae uwong digawekna klambi nang Orang itu dibuatkan baju oleh Nurul.
Nurul.
Wong-wong kae digawekna klambi Orang-orang itu dibuatkan baju oleh
nang Nurul.
Nurul.
Rika sekabehane digawekna klambi Kamu semua dibuatkan baju oleh
nang Nurul.

Descriptive Linguistics Final Exam

Nurul.

Dewek digawekna klambi nang Nurul.

Aku dan kamu dibuatkan baju oleh

Nurul.
Data V merupakan contoh kalimat dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen yang
pasif. Penanda pasif dalam kalimat di data V adalah adanya tambahan awalan didan akhiran kna pada kata kerja digawekna. Memang, awalan di- dan akhiran
kna tidak dapat digunakan sebagai aturan mutlak penanda pasif, karena merujuk
pada keterangan data III yang menatakan Tidak ada peraturan baku yang bisa
diterapkan untuk membuat sebuah kata dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen
perkotaan menjadi kata kerja transitif. Karena imbuhan, awalan maupun akhiran
hampir semuanya berbeda disetiap kata.. Begitu juga dengan kata kerja pasif, hal
ini lebih dikarenakan, setiap kata dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan
memiliki imbuhan dan akhiran yang berbeda untuk menunjukan kata itu sebagai
kata kerja transitif maupun pasif. Penjelasan lebih dalam mengenai awalan dan
akhiran akan diterangkan dalam bab Morpheme.
DATA VI: Pertanyaan ya/tidak
Bahasa Jawa Ngapak
Apa rika mudeng?
Apa ramane mudeng?
Apa Lilis mudeng?
Apa kae wong mudeng?
Apa wong-wong kae mudeng?
Apa rika sekabehane mudeng?
Dalam data VI ini, betuk kalimat sudah

Bahasa Indonesia
Apakah dia mengerti?
Apakah bapak mengerti?
Apakah Lilis mengerti?
Apakah orang itu mengerti?
Apakah orang-orang itu mengerti?
Apakah kamu semua mengerti?
berbeda dari data I hingga data V. Pada

data VI, merupakan contoh kalimat tanyam yang hanya bisa dijawab
menggunakan ya atau tidak (yes/no question). Struktur kaliat Tanya pada data VI
tidaklah rumit, strukturnya sama dengan struktur kalimat tanya dalam bahasa
Indonesia, Wh- V O?. Dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan,
strukturnya adalah Wh.. V O, contoh :
Apa rika sekabehane mudeng?
What

Dalam bahasa percakapan atau bukan bahasa tulis, kata apa biasanya dihilangkan,
sehingga strukturnya cukup V O. Demikian juga struktur dalam kalimat pasif,
kalimat yang menggunakan objek langsung dan tak langsung maupun kalimat
yang menggunakan kata kerja intransitive.

Descriptive Linguistics Final Exam

DATA VII : S P O Ket. Tempat Ket. Waktu


Bahasa jawa Ngapak
Bahasa Indonesia
Enyong wingi mbalang maling nang Kemarin saya melempar pencuri di
sawah.
sawah.
Rika wingi mbalang maling nang Kemarin kamu melempar pencuri di
sawah.
sawah.
Adine wingi mbalang maling nang Kemarin adik melempar pencuri di
sawah.
sawah.
Bekti wingi mbalang maling nang Kemarin bekti melempar pencuri di
sawah.
sawah.
Kae wong wingi mbalang maling nang Kemarin orang itu melempar pencuri
sawah.
Wong-wong

kae

wingi

maling nang sawah.


Rika sekabehane wingi

di sawah.
mbalang Kemarin orang-orang itu melempar
pencuri di sawah.
mbalang Kemarin kamu semua

melempar

maling nang sawah.


pencuri di sawah.
Dewek wingi mbalang maling nang Kemarin kita melempar pencuri di
sawah.
sawah.
Data VII ini merupakan data yang memberikan contoh kalimat yang lengkap,
menggunakan keterangan tempat dan waktu. Dalam bahasa Indonesia, struktur
yang digunakan dalam sebuah kalimat yang menggunakan keterangan tempat dan
keterangan waktu adalah sebagai berikut :
Kemarin mereka melempar pencuri disawah.
Ket. Waktu

Ket. Tempat

Berikut ini adalah struktur kalimat yang menggunakan keterangan tempat dan
keterangan waktu dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan :
Kae wong
S

wingi mbalang maling nang sawah.

Ket. Waktu

Ket. Tempat

Kesimpulan yang dapat diambil adalah, struktur bahasa dalam kalimat yang
menggunakan keterangan tempat dan keterangan waktu dalam bahasa Jawa
Ngapak Kebumen perkotaan adalah seperti yang tertulis diatas. Namun beberapa
kalangan juga menggunakan struktur yang sama dengan struktur kalimat dalam
bahasa Indonesia seperti diatas. Hal ini dikarenakan, penggunaan bahasa Jawa
Ngapak dan bahasa Indonesia di Kebumen perkotaan hampir sejajar. Dalam
keseharian, masyarakat kota Kebumen bisa menggunakan dua bahasa sekaligus.

Descriptive Linguistics Final Exam

Sehingga kesamaan struktur kalimat dari kedua bahasa tersebut saling


mempengaruhi.
Dari ke tujuh data yang sudah dijabarkan diatas sudah dapat dilihat
bahwa pola struyktur kalimat bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan tidaklah
jauh berbeda dengan struktur kalimat dalam bahasa Indonesia. Namun yang perlu
diperhatikan dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan adalah bentuk kata
kerjanya. Kata benda dalam bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan bisa
berubah menjadi kata kerja, hal ini akan dijelaskan mendetai dalam bab
morphemes.

Descriptive Linguistics Final Exam

BAB II
PHONOLOGY
Dalam bab ini akan diperlihatkan phonology dalam bahasa jawa Ngapak
Kebumen. Data yang diambil adalah data I sampai data VII dari bab I.
Dari data satu hingga data tujuh dalam bab satu, dapat dideskripsikan bahwa
bahasa Jawa Ngapak daerah perkotaan Kebumen memiliki vocal :
/ I /

: [short hight front vowels]

: [r I k ]

rika

//

: [short central low vowel]

: [ r 3 p]

arep

/u/

: [short hight back vowel]

: [u w ]

uwong

//

: [short low back vowel ]

: [3 ny [ enyong

//

: [short low front vowel]

: [k ]

//

: [short mid central low]

: [ g ] ngenggo

kae

Dari data satu hingga data tujuh dalam bab satu, dapat dideskripsikan bahwa
bahasa Jawa Ngapak daerah perkotaan Kebumen memiliki konsonan :
/p/

: [stops voiceless bilabial]

: [p r I y ]

/b/

: [stops voiceless bilabial]

: [s k b h n ] sekabehane

/t/

: [stops voiceless alveolar]

: [t u k u]

tuku

/d/

: [stops voiced alveolar]

: [m u d ]

mudeng

/k/

: [stops voiceless velar]

: [r I k ]

rika

/g/

: [stops voiced diveolar]

: [d I g w k n ]

digawekna

/s/

: [voiceless alveolar fricative] : [s w h] sawah

/h/

: [voiced palatal fricative]

: [s k b h n ] sekabehane

/m/

: [bilabial nasal]

: [r m n ]

ramane

/n/

: [alveolar nasal]

: [n ]

nang

//

: [velar nasal]

: [w I I]

wingi

/l/

: [lateral alveolar liquid]

: [m l I ]

maling

/y/

: [palatal glide]

: [m b k y u n ]

mbokayune

Descriptive Linguistics Final Exam

priyo

/w/

: [labialized velar glide]

: [u w ]

uwong

Dari phonology yang telah dituliskan diatas, dapat disimpulkan bahwa


berdasarkan data yang terkumpul yaitu data satu hingga data delapan pada bab
satu, bahasa Jawa Ngapak Kebumen perkotaan memiliki enam vocal dan
semuanya termasuk dalam short vowels (vocal pendek). Vokal dalam bahasa Jawa
Ngapak Kebumen kota tidak memiliki long vowels and diphthongs (vocal panjang
dan diftong). Diftong berarti vokal yang memiliki bunyi ganda. Seperti dalam
bahasa Indonesia adalah kata santai, kerbau dan koboi.
Sedangkan untuk konsonan dalam bahasa Ngapak Kebumen perkotaan
terdapat 14 konsonan. Semua konsonan dalam data satu hingga tujuh tersebut
tergolong dalam kategori stop, fricatives, affricates, nasals, liquids, glides.

Descriptive Linguistics Final Exam

10

BAB III
MORPHOLOGY
Bab III ini akan mendeskripsikan bahasa Jawa Ngapak Kebumen
perkotaan dengan menganalisa morfem-morfem yang terdapat dalam data-data di
bab I.
Dari data yang terkumpul di bab I, morfem dari bahasa Jawa Ngapak Kebumen
perkotaan dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a. Konten Kata :
Enyong, rika, biyung, rama, mbokayu, adi, uwong, tuku, ngode, pitik,
linggis, dewek, sandal, enggo, gawe, klambi, mudeng, maling, sawah,
wingi.
b. Fungsi Kata
Nang, nggone.
c. Morfem Bebas
Adalah kata yang bisa berdiri sendiri tanpa perlu ditambah dengan
imbuhan awalan atau akhiran atau sisipan. Dari data dalam bab I kata-kata
yang termasuk dalam morfem bebas adalah : enyong, rika, biyung,
mbokayu, uwong, klambi, maling, sawah.
d. Morfem Terikat
Adalah kata yang memerlukan imbuhan. Dalam hal ini kata-kata
yang termasuk dalam morfem terikat adalah kata yang tidak dapat berdiri
sendiri tetapi harus dilampirkan ke morfem lain seperti affixes (imbuhan),
yang terdiri dari awalan (prefixes) dan akhiran (suffixes). Dalam bahasa
Jawa Ngapak Kebumen perkotaan imbuhan awalan dan akhiran hanya
sedikit digunakan. Imbuhan yang banyak digunakan adalah awalan dan
akhiran.
(1.) Prefixes :

m- imbuhan awalan m- dalam bahasa jawa berarti


membuat kata dibelakangnya menjadi melakukan
sesuatu. Seperti contoh pada kata banyu yang

Descriptive Linguistics Final Exam

11

berarti air jika diberi imbuhan awalan m- akan


berumah menjadi mbanyu yang artinya adalah
berair.

Ng- imbuhan awalan ng- dalam bahasa jawa berarti


memberi keterangan dalam proses. Contoh,
gemblung (gila) menjadi nggemblung (menggila),
berarti awalan ng- memberi informasi bahwa
subjek sedang mengalami proses menuju gila. Ini
terjadi apa bila awalan ng- digabungkan dengan
kata sifat. Hanya, yang terjadi dalam bahasa jawa
Ngapak Kebumen adalah tidak semua kata sifat
dapat diberi awalan ng-. Sebagai contoh, kata
setres (tertekan) menjadi nyetres yang berarti
awalan ny- juga memberi dampak yang sama
dengan awalan ng-.

(2.) Suffixes

-i

akhiran i dalam bahasa jawa berarti melakukan


kegiatan atau melakukan kegiatan berkali-kali.
Contoh mikir (berpikir) menjadi mikiri (sedang
berpikir), mbalang (melempar) menjadi mbalangi
(melempar berkali-kali).

-an akhiran an dalam bahasa jawa jika digunakan


dalam kata kerja akan merubah kata kerja tersebut
menjadi kata keterangan. Contoh; kata mikir
(berpikir) menjadi mikiran (orang yang senang
berpikir). Jika digunakan dalam kata benda maka
akan mengubah kata benda tersebut menjadi kata
kerja. Contoh; kalung (kalung) menjadi kalungan
(memakai kalung).

(3.) Awalan dan akhiran

Descriptive Linguistics Final Exam

12

nu-,-na Dalam kata tuku (beli) menjadi nukokna


(membelikan)

di-, -na Dalam kata gawa (bawa) menjadi digawakna


(dibawakan), memasifkan kata kerja.

ke-,-an Dalam kata colongi (curi) menjadi kecolongan


(kecurian), memasifkan kata kerja.

Descriptive Linguistics Final Exam

13

BAB IV
SYNTAX
Berikut ini adalah pendeskripsian data pada bab I berdasarkan fungsi,
kategori dan peran.
.1

Enyong ngode.
K
F
P

Enyong
Kata benda
Subjek
Agent

.2

lunga
Kata kerja
Predikat

Riska tuku pitik.


K
F
P

Riska
Kata benda
Subjek
Agent

.3

tuku
Kata kerja
Predikat

pitik
Kata benda
Objek
Patient

Mbokayune nukokna Sumi linggis.


K
F
P

Mbokayune
Kata benda
Subjek

nukokna
Kata kerja
Predikat

Agent

.4

Sumi
Kata benda
Objek tak langsung

linggis
Kata benda
Objek

Benificiary

langsung
Patient

Rika ora ngenggo sandal.


K
F
P

Rika
Kata benda
Subjek
Agent

ora ngenggo
Kata kerja
Predikat

Descriptive Linguistics Final Exam

sandal
Kata benda
Objek
Patient

14

.5

Biyunge digawekna klambi nang Nurul.


K
F
P

Biyunge
Kata benda
Subjek

digawakna
Kata kerja
Predikat

klambi
Kata benda
Objek

nang
Nurul
Konjugasi Kata benda
Objek tak

langsung
Patient

Benificiary

.6

langsung
Agent

Apa lilies mudeng?


K
F
P

Apa
Kata tanya
Kata Tanya

lilis
Kata benda
Subjek
Agent

.7

mudeng
Kata kerja
Predikat

Adine wingi mbalang maling nang sawah.


K

Adine
Kata

wingi
Kata

benda
Subjek

keterangan kerja
Ket. waktu Predikat

benda
Objek

benda
Ket.

Agent

Time

Patien

tempat
Location

.8

mbalang
Kata

maling
Kata

nang
sawah
konjugasi Kata

Ana nggawe roti nggo oven terus diwehna siti nang


njaba.
Ana
K Kata

nggawe
Kata

roti
Kata

benda krja
benda
F Subjek predikat Objek
P Agent

nggo
Kata

oven
Kata

kerja
Ket.

benda
Objek

lgsng
tujuan tak lgsng
Patient
Instrment

terus
diwehna Siti
konjugasi Kata
Kata
kerja
predikat

benda
Kata
benda
Beneficiary

Descriptive Linguistics Final Exam

15

Glosary

Descriptive Linguistics Final Exam

16

Descriptive Linguistics Final Exam

17

Anda mungkin juga menyukai