Penyimpangan Seksual
(Masturbasi,Onani,Lesbian,Homoseksual)
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Asuhan Kebidanan pada Masa Remaja & Pranikah
Yang dibimbing oleh Ibu Rahma Dian, S.ST
Disusun oleh :
Riska Oktaviana
(155070600111016)
(155070601111012)
(155070601111013)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul Penyimpangan Seksual : Masturbasi, Onani, Lesbian, dan Gay ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
PembimbingKebidananFakultasKedokteranUniversitas Brawijaya yang telah memberikan
bimbingan kepada kami. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi mahasiswi S1 Kebidanan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca serta kami harap untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................... 2
1.3 TUJUAN............................................................................................................. 3
BAB II..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
2.1 MASTURBASI..................................................................................................... 4
2.2 ONANI............................................................................................................... 8
2.3 LESBIAN............................................................................................................ 9
2.4 HOMOSEKSUAL................................................................................................ 13
2. DASAR HUKUM YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYIMPANGAN SEKSUAL.........21
BAB III.................................................................................................................. 23
PENUTUP.............................................................................................................. 23
3.1 KESIMPULAN................................................................................................... 23
3.2
SARAN........................................................................................................ 23
LAMPIRAN............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 26
BAB I
PENDAHULUAN
melakukan perilaku penyimpangan seksual dan diantaranya 25% pelajar pria melakukan
perbuatan homoseksual, PII menggunakan responden berusia antara 12-14 tahun.
Hasil dari penelitian Sarwono 2002 mengemukakan bahwa perilaku remaja Jakarta
dalam berpacaran tidak hanya terbatas pada jalan berdua atau berpegangan tangan tak
jarang sampai ke taraf berciuman bibir, memegang buad dada, memegang alat kelamin
dan bersenggama.
Menurut Irawati Imran dalam Any Muryati (2007: 23) perilaku seksual merupakan
perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau adanya kegiatan mendapatkan
kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Contoh berfantasi, berpegangan
tangan, berciuman, berpelukkan, petting, berhubungan intim.
Sudarjo dalam Any Muryati (2007: 23) mengatakan bahwa penyimpangan perilaku
seksual adalah merupakan suatu ketidak wajaran seksual yang dilakukan oleh seseorang
di luar batas aturan norma yang ada sehingga tidak diterima oleh lingkungan.
Berdasarkan pengertian di atas kami ingin mengulas lebih lanjut tentang
penyimpangan seksual dikalangan remaja dengan berbagai dampak yang dapat
ditimbulkan, penyebab dari penyimpangan seksual remaja dan bagaimana cara
penanganan yang efektif.
1.3 TUJUAN
1. Untuk menjelaskan definisi, jumlah kejadian, faktor penyebab, dampak, jenis, cara
pencegahan dan penanganan dari masturbasi.
2. Untuk menjelaskan definisi, jumlah kejadian, faktor penyebab, dampak, jenis, cara
pencegahan dan penanganan dari onani.
3. Untuk menjelaskan definisi, jumlah kejadian, faktor penyebab, dampak, jenis, cara
pencegahan dan penanganan dari lesbian.
4. Untuk menjelaskan definisi, jumlah kejadian, faktor penyebab, dampak, jenis, cara
pencegahan dan penanganan dari homoseksual.
5. Untuk menguraikan dasar hukum yang berhubungan dengan penyimpangan seksual.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Masturbasi
2.1.1 Definisi Masturbasi
Masturbasi adalah suatu aktivitas seksual yang biasanya dilakukan oleh kaum
remaja. Bisa juga dikatakan kegiatan melakukan rangsangan terhadap kelamin, dapat
dilakukan oleh wanita. Walaupun bisa dilakukan oleh pria maupun wanita tetapi cara
perangsangnya tentu berbeda. Hal ini disebabkan karena bentuk fisik alat kelamin
yang berbeda antara alat kelamin pria dan wanita. Namun, pada dasarnya kegiatan ini
tetap
memiliki
tujuan
yang
sama,
yaitu
memperoleh
kepuasan
seksual.
(Iwan,dkk.2009).
Menurut Surtiretna (2006: 58) Masturbasi, kadang-kadang disebut juga onani
atau rancap, adalah perbuatan merangsang alat kelamin sendiri sehingga tercapai
puncak kenikmatan (orgasme). Pada laki-laki orgasme ini ditandai dengan ejakulasi.
Pada wanita tandanya adalah perasaan nikmat yang amat sangat, biasanya disertai
dengan ketegangan otot-otot anggota tubuh. Maksud utama masturbasi adalah
mencari kepuasan atau melepas keinginan nafsu seksual dengan jalan tidak
bersanggama. Oleh karena itu, setelah 16 melakukan masturbasi, biasanya akan
merasa puas dan rileks, dan untuk sementara khayalan tentang seks dan hasrat seks
mereda.
Menurut Ghozally, dkk (2009), masturbasi merupakan rangsangan yang
sengaja dilakukan pada organ alat kelamin dengan tujuan untuk mendapatkan
kepuasan seksual. Masturbasi dapat dilakukan oleh pria dan wanita. Cara masturbasi
pada wanita biasanya dengan menggunakan jarinya untuk mengelus klitoris dan
kemaluannya. Masturbasi pada laki-laki biasanya dengan menggenggam batang penis.
2.1.2 Jumlah Kejadian Masturbasi
Menurut Sarwono (2008), masturbasi diawali dengan fantasi tentang seks,
untuk menciptakan fantasi tersebut remaja memerlukan media pornografi. Dalam
studi pendahuluan tanggal 20 November 2009 jam 08.30 WIB di SMK Wongsorejo
Gombong Kebumen, dengan jumlah siswa sebanyak 1150 siswa, dari 10 siswa yang
diwawancarai peneliti didapatkan 8 atau 80% siswa sudah pernah terpapar media
pornografi baik media cetak maupun media elektronik. Dari 8 siswa yang pernah
terpapar media pornografi, 6 atau 75% siswa mengaku pernah melakukan masturbasi.
Kejadian masturbasi di suatu populasi adalah sekitar 92%. Di perguruan tinggi
sekitar 96% melakukan masturbasi dan di sekolah menengah sekitar 95% yang
melakukan masturbasi, dan sekitar 85% anak usia sekolah dasar sudah pernah
melakukan masturbasi. Dan banyak pendapat yang menyatakan bahwa hamper
seluruh laki-laki melakukan masturbasi dalam kehidupannya. Adapun beberapa orang
yang melakukan masturbasi hanya karena alasan yang sederhana, dimana mereka
tidak bisa mendapatkan kepuasan seksual (Kinsey, 1997).
2.1.3 Faktor Penyebab Maturbasi
Menurut Fisher (Dalam Apriyani,2009) faktor yang menyebabkan masturbasi, yaitu :
a. Eksplorasi
Banyak orang mulai melakukan masturbasi pada masa remaja, namun ada
pula yang memulai melakukannya pada masa yang lebih dini. Anak bayi mulai
meraba bahkan menggosok bagian-bagian tubuh secara spontan. Anak bayi
belum tahu apa-apa mengenai masturbasi dan hanya ingin tahu bagaimana
keadaan tubuhnya. Misalnya, anak bermain dokter-dokteran dan mulai
memegang alat kelaminnya sendiri. Eksplorasi ini dapat membawa mereka ke
dalam masturbasi. Apabila seorang memulai suatu kebiasaan pada masa kecil,
maka akan sulit melepaskan diri dari kebiasaan tersebut setelah besar.
b. Dorongan seksual
Setelah seseorang mencapai usia pubertas, tubuhnya mulai memproduksi
hormon-hormon seksual. Hormon-hormon tersebut membuat tubuh menjadi
dewasa secara fisik, dan juga menggairahkan daya tarik seksual. Daya tarik
seksual ini dapat mendorong seorang remaja untuk melakukan masturbasi dan
akhirnya akan memberikan pengalaman rasa 25 nikmat tersendiri.
c. Belajar dari orang dewasa
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan
meniru apa yang dilihat atau didengarnya, khususnya remaja yang pada
umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap.
d. Sumber informasi
Masturbasi dan seks biasanya terjadi karena seseorang anak telah
menyaksikan gambar maupun film/video porno.
e. Penganiayaan seksual dan perkosaan
Penganiayaan seksual terhadap seorang anak (child abuse) dapat
mengakibatkan luka yang sangat dalam. Seorang anak yang pernah mengalami
penganiayaan seksual sering takut dan bingung. Biasanya anak tersebut akan
mengalami gangguan seksual.
2.1.4.Dampak Masturbasi
BKKBN (2002) menyatakan bahwa masturbasi dapat berdampak positif
maupun negatif. Dampak positifnya antara lain dorongan seksual dapat tersalurkan,
pelaku masturbasi mendapatkan kepuasan seksual, tidak Bidan Prada : Jurnal Ilmiah
Kebidanan, Vol. 1 No. 1 Edisi Desember 2010 94 menimbulkan kehamilan dan aman
dari penyakit menular seksual. Sedangkan dampak negatif dari masturbasi adalah
pelaku masturbasi akan merasa bersalah, pelaku masturbasi merasa berdosa karena
ada sebagian siswa yang menganggap masturbasi bertentangan dengan norma, sulit
konsentrasi, disfungsi ereksi. Menurut BKKBN (2010), jika sering masturbasi (>12
kali dalam satu bulan), dapat terjadi ketidakseimbangan zat dalam tubuh.
Menurut Fisher (Dalam Apriyani,2009) faktor yang menyebabkan masturbasi, yaitu :
a. Dampak Fisik
Dilihat dari segi fisik, masturbasi biasanya menyebabkan kelelahan pada
individu karena masturbasi pada umumnya dilakukan tergesa-gesa untuk
mencapai ejakulasi.
Penggunaan alat bantu secara berlebihan dan tidak tepat dapat menimbulkan
semakin melemah.
Ejakulasi dini. Apabila seseorang pria melakukan masturbasi dengan tujuan
agar cepat klimaks, kemungkinan pria tersebut akan mengalami ejakulasi 32
(mengeluarkan maninya) terlalu dini setelah menikah, oleh karena kebiasaan
cepat mencapai puncak/klimaks. Apabila seseorang melakukan masturbasi
terlalu sering, atau terlalu banyak pada suatu waktu, maka orang tersebut akan
sendirian di tempat yang tersembunyi dari orang lain karena rasa malu.
Self-control yang rendah. Masturbasi biasanya dilakukan karena adanya
rangsangan-rangsangan dari luar (stimuli) bukan bersifat instinktif. Artinya,
semakin baik kontrol terhadap diri dan perilakunya maka individu yang
mempunyai self-control yang baik akan menjauhi perbuatan tersebut.
2.1.5.Klasifikasi Masturbasi
Menurut Caprio (1973), menggolongkan kegiatan masturbasi ke dalam 2 kelompok
besar, yaitu :
a. Masturbasi yang normal, meliputi pembebasan psikologik ketegangan seksual
pada masa anak-anak muda yang normal; dilakukan tidak berlebihan; masturbasi
yang dilakukan oleh seseorang yang belum kawin; masturbasi yang dilakukan
antar pasangan-pasangan suami-istri sebgai selingan dari intercourse yang
konvensional
b. Masturbasi yang neurotic, meliputi masturbasi yang dilakukan terlalu banyak dan
bersifat konvulsif; masturbasi antara pasangan-pasangan yang lebih menyukai
cara ini daripada intercourse, masturbasi dengan gejala-gejala kecemasan, rasa
salah/dosa yang amat sangat, masturbasi pemuasan yang berhubungan dengan
penyimpangan seksual dan yang dapat diancam dipersalahkan oleh hukum.
2.1.6 Cara Pencegahan Masturbasi
Apabila seseorang merasa ketagihan dengan bermasturbasi, sebaiknya ia
mengubah pandangannya terhadap masturbasi. Contohnya, jika menurutnya
bermasturbasi adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Setelah itu secepatnya
mengalihkan dan menggunakan pikirannya pada kegiatan-kegiatan lainnya, seperti
berolahraga, menyalurkan hobinya, berkumpul dengan teman-teman, atau membaca
bacaan humor (Ajen, 2006).
2.1.7 Cara Penanganan Masturbasi
Untuk menyembuhkan kebiasaan masturbasi, dengan cara-cara berikut ( Abu,
2007 ), yaitu :
Usaha penyembuhan bagi kebiasaan buruk ini haruslah diniatkan karena Allah
semata karena ingin mematuhi-Nya dan karena takut akan hukuman-Nya.
Berusahalah menyibukan diri dengan hal-hal positif bagi kehidupan dunia dan
akhirat, dengan mengalokasikan waktu tersebut pada hal yg lebih
baik/berguna, misalnya dengan olahraga, main musik, atau hobi lainnya.
Gunakan waktu luang untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk
menambah pengetahuan agama.
Mengikuti sunah Nabi saw. Ketika akan tidur, seperti membaca doa, tidur pada
sisi kanan tubuh, dan menghindari tengkurap.
Berusaha sabar dalam berjuang dengan menjaga kesucian. Minta bantuan ahli
(seperti ustadz dan psikiater).
Yang lebih penting dari itu adalah memperkuat daya kemauan. Usaha itu
hanya mungkin terwujud apabila seseorang secara jujur dan tulus hendak
melepaskan diri dari kebiasaan buruk itu
2.2 Onani
2.2.1 Definisi Onani
Onani adalah aktivitas menyentuh atau meraba bagian tubuh dengan tujuan
untuk merangsang secara seksual dirinya sendiri. 18 Aktivitas ini dilakukan oleh lakilaki maupun perempuan. Menurut pertimbangan medis onani tidak membahayakan
kesehatan selama tidak merusak bagian tubuh. Mitos yang mengatakan bahwa onani
dapat menyebabkan kabutaan, kerusakan syaraf dan kemandulan adalah tidak benar.
Secara psikologis onani banyak menimbulkan dampak antara lain ketagihan, pikiran
terus mengarah pada masalah seks sehingga konsentrasi menurun, dapat mengganggu
aktivitas belajar, membuat orang cepat lelah dan menurunkan produktivitas karena
onani menghabiskan energi (Moeliono, 2003).
Onani adalah perbuatan melepaskan nafsu terhadap diri sendiri. Antara sebab
utama adalah muncul perasaan ghairah apabila melihat perempuan berpakaian seksi
dan terdedah, melihat bahan-bahan lucah(Abdullah Nasih Ulwan, 2000: 92).
Onani/masturbasi adalah pemuasan nafsu seksual yang dilakukan dengan
menggunakan tangan, yaitu menggesek-gesek bagian alat kelamin hingga mencapai
orgasme atau menggunakan alat bantu lainnya (Yatimin, 2008: 56).
2.2.2 Jumlah Kejadian Onani
Pada dasarnya onani dan masturbasi sama yang membedakan yaitu onani
dilakukan oleh laki-laki semntara masturbasi oleh perempuan.
Kinsey dalam penelitiannya tentang prevalensi masturbasi menemukan bahwa hampir
semua pria (> 90%) dan 70% wanita pernah melakukan masturbasi pada suatu waktu
kehidupannya (Kaplan,1997). Penelitian dari Atmowiloto (2010) dengan responden
siswa SMA kelas 1 dan kelas 2 (16- 18 tahun) sebanyak 72 orang pria dan 54 orang
wanita menujukkan bahwa 59% pria dan 15% wanita telah melakukan masturbasi,
12% pria dan 6% wanita sering melakukan masturbasi (Sarwono, 2004)
2.2.3 Faktor Penyebab Onani
Onani sama dengan masturbasi hanya saja dilakukan oleh laki-laki.Dari hasil
penyebaran angket perilaku masturbasi menjelaskan pula bahwa faktor lain yang
berperan terhadap timbulnya perilaku masturbasi adalah meningkatnya penyebaran
informasi dan rangsangan seksual melalui media massa, yaitu 45 siswa (39,9%)
menggunakan media internet, 32 siswa (28,1%) menggunakan phone sex sebagai
media porno, dan 57,9% bersama teman biasanya siswa menonton media porno.
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa
yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya remaja yang pada
umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya
(Sarwono, 2000, h. 151).
dkk, 2005)
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan pilihan orientasi
seksualnya kepada perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai
perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual. Lesbian adalah
perempuan yang penuh kasih sayang. (Matlin, 2004).
Lesbian adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual
sesama jenisnya; wanita homoseks (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
2.3.2 Jumlah Kejadian Lesbian
Untuk menentukan besarnya angka insidensi dan angka prevalensi
penyimpangan perilaku lesbian secara akurat memang sangat sulit. Penelitian yang
dilakukan oleh banyak pakar dari banyak negara belum mampu menentukan secara
tepat besarnya angka insidensi dan prevalensi lesbian. Namun, secara umum,
diperkirakan jumlah kaum lesbian dan homoseksual di dalam masyarakat adalah 1
persen hingga 10 persen dari jumlah populasi. (Oetomo, 2001:58)
2.3.3 Faktor Penyebab Lesbian
a
menjadi lesbian.
Pengaruh Lingkungan
Anggapan lama yang sering mengatakan karakter seseorang dapat dikenali
dari siapa teman-temannya atau pengaruh lingkungan yang buruk dapat
mempengaruhi seseorang untuk bertingkah laku seperti orang-orang dimana dia
berada.
organ-organ
peranakan
(reproduksi)
dan
kemandulan.
2. Pelaku homoseksual menimbulkan dampak psikologis :
a. Tidak menyukai bahkan benci terhadap lawan jenisnya.
b. Bimbang terhadap identitas seksualnya
c. Selalu murung dan merasa bersalah dengan perbuatannya.
3. Pelaku homoseksual akan menimbulkan dampak moral dalam masyarakat.
4. Pelaku homoseksual tidak dapat berinteraksi secara sosial dengan leluasa karena
masyarakat menganggap homoseksual merupakan penyimpangan terhadap sesuatu
yang buruk.
2.3.5 Klasifikasi Lesbian
Kalsifikasi lesbian menurut (Diamond,L.M , 2008)
a
Lesbian Butch: adalah tipe wanita yang mengadopsi peran laki-laki seperti dalam
relasi heteroseksual. Butch lebih digambarkan sebagi sosok yang tomboy, agresif,
aktif, melindungi dan lain- lain. Butch dapat dibagi diklasifikasikan dalam
beberapa tipe antara lain:
Soft Butch
Soft Butch seringkali digambarkan memiliki kesan yang lebih sedikit
feminin dalam cara berpakaian dan potongan rambutnya. Secara
emosional dan fisik tidak mengesankan bahwa mereka adalah pribadi
yang kuat dan tangguh namun dalam konteks yang agak sedikit
lembut.
Stone Butch
Lesbian Femme: adalah tipe wanita yang mengambil peran selayaknya wanita
dalam peran heteroseksual, dimana seorang lesbian yang menggunakan segala ciri
kewanitaannya, seksualitas dan sensualitas pada dirinya. Seorang femme tidak
memiliki perbedaan dalam urusan berpenampilan ataupun berperilaku layaknya
seorang wanita pada umumnya hanya perasaannya saja yang tidak memiliki
hubungan dengan orang lain. Lingkungan dan orang-orang di sekitar tahu akan
komitmen yang telah diambil sehingga mampu mengingatkan untuk tetap berada
dalam proses dan tujuan berubah. Ketika proses pemulihan diri akan mudah
datangnya banyak godaan untuk keluar atau berhenti dari lesbian, maka dari itu perlu
adanya rencana untuk menghadapi godaan tersebut, seperti tidak berhubungan lagi
dengan teman yang masih lesbian atau lebih menjaga sikap tehadap sesama jenis.
Langkah 3: Pengumpulan data tentang perilaku untuk mengurangi perilaku yang
berlebihan serta regulasi diri, misalnya makan berlebihan atau merokok berlebihan.
Salah satu alasan untuk memantau perilaku adalah untuk menyediakan referensi saat
mengevaluasi tingkat kemajuan. Lingkungan secara langsung dapat mempertahankan
masalah perilaku.
Langkah 4: Program kontrol diri meliputi penetapan tujuan jangka pendek, tujuan
jangka panjang, dan membuat rencana untuk mencapai tujuan. Program kontrol diri
yang baik meliputi bicara dengan diri sendiri, menginstruksi diri sendiri, atau
penguatan diri.
Langkah 5: Salah satu strategi pemeliharaan adalah adanya jadwal tanggal
pemeriksaan (postcheck) dan rencana tindakan jika hasil cek ulang tidak sesuai
dengan keinginan. Upaya yang dilakukan memerlukan proses yang cukup sulit dan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu diperlukan juga peran serta
keluarga, teman dan lingkungan dalam upaya-upaya pemulihan tersebut. Pemulihan
adalah suatu proses yang membutuhkan waktu dan usaha berkelanjutan dari pihak
individu yang mengalami lesbian.
2.4 Homoseksual
2.4.1 Definisi Homoseksual
Secara mendasar homoseksual didefinisikan sebagai kelainan orientasi seksual
yang terjadi ketika seseorang memiliki preferensi seksual kepada sesama jenisnya
atau identitas gender yang sama. Laki-laki yang homoseks disebut gay, sedangkan
jika perempuan yang homoseks disebut lesbian. Menurut Savin-Williams (2005).
menurut Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra (2008) homoseksual dapat
diartikan sebagai kelainan terhadap orientasi seksual yang ditandai dengan timbulnya
rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin sejenis atau identitas gender
yang sama.
fisik
a. Genetik
Franz Kallman (1952, dalam Carroll, 2005) merupakan pelopor penelitian
yang berusaha menunjukkan komponen genetik pada homoseksual dengan
melakukan penelitian terhadap kembar identik dan membandingkannya dengan
kembar fraternal. Ia menemukan komponen genetik yang kuat pada homoseksual.
b. Hormon
Beberapa penelitian menemukan bukti bahwa pria homoseksual memiliki
tingkat hormon androgen yang lebih rendah daripada pria heteroseksual (Dorner,
1988), namun yang lainnya tidak menemukan adanya perbedaan tersebut
(Hendricks et al, 1989). Ellis dkk (1988) berpendapat bahwa stress selama
kehamilan (yang bisa mempengaruhi tingkat hormon) lebih dapat memicu
pembentukan janin homoseksual. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa anak
laki-laki yang menunjukkan perilaku kewanitaan mengalami kesulitan selama
masa prenatal daripada anak laki-laki lainnya (Zuger, 1989). Telah ditemukan
bahwa tingkat hormon awal mempengaruhi orientasi seksual dan perilaku masa
anak-anak yang berhubungan dengan jenis kelamin (Berenbaum & Snyder, 1995).
2. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis yang menggambarkan terjadinya homoseksual
berfokus pada pelatihan dan sejarah seseorang dalam menemukan asal
homoseksual. Pendekatan psikologis melihat perkembangan perilaku homoseksual
lebih sebagai produk dari dorongan sosial daripada bawaan lahir pada orang
tertentu (Carroll, 2005).
a. Freud dan Psikoanalitis
Freud (1951, dalam Carroll, 2005), berasumsi bahwa semua manusia pada
dasarnya adalah mahluk biseksual atau penggabungan homoseksual dan
heteroseksual, ia kemudian mengemukakan bahwa individu menjadi homoseksual
ataupun heteroseksual didapat sebagai hasil dari pengalamannya berhubungan
dengan orang tua dan yang lainnya. menurut Freud pada dasarnya individu sudah
memiliki potensi sejak lahir untuk menjadi homoseksual dan heteroseksual.
Terjadinya orientasi seks homoseksual, heteroseksual, atapun biseksual tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya lingkungan masa kecilnya bersama
kedua orangtua.
behavioral
tentang
homoseksual
menganggap
bahwa
perilaku
tinggi. Seperti halnya diketahui bahwa adanya IMS dapat mempermudah penularan
HIV (Depkes, 2002).
Dari data regional terbaru menunjukkan bahwa hubungan seks tanpa kondom
pada lelaki yang suka berhubungan seks dengan lelaki (LSL) berkonstribusi penting
dalam pertumbuhan epidemic HIV/AIDS di Asia. STBP 2007 telah mengumpulkan
data perilaku dari LSL di enam kota (Medan, Batam, Jakarta, Bandung, Surabaya dan
Malang) dan data biologis di tiga kota yaitu Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Diperkirakan terdapat antara 384.320 dan 1.149.270 LSL (rata-rata 776.800) di
Indonesia pada tahun 2006. Angka IMS sangat tinggi pada LSL di Jakarta, Bandung
dan Surabaya terutama pada yang aktif dalam melakukan tindakan seks komersil.
Diperkirakan antara 29% - 34% LSL. Sementara itu prevalensi IMS rektal dijumpai
cukup tinggi dan merupakan indikasi frekuensi seks anal tanpa kondom. Prevalensi
ureteral dijumpai lebih rendah, berkisar dari 5% - 8%. Untuk angka prevalensi HIV
pada LSL berkisar dari 8,1% dan 2%.
New England Journal of Medicine menemukan hubungan yang kuat antara
kanker dubur dan homoseksual laki-laki. Hubungan melalui dubur ini dapat merusak
anus sehingga membuka pembuluh darah dimana akan menjadi tempat masuknya
virus HIV. Studi lain menemukan 80% dari penderita sifilis adalah homoseksual dan
sepertiga dari homoseksual tersebut terinfeksi dengan herpes simpleks aktif. Klamidia
menginfeksi 15% kaum homoseksual, sejumlah parasit, bakteri, virus dan protozoa
juga menyerang kaum homoseksual. Untuk penyakit parasit sebanyak 32% menimpa
kaum homoseksual sedangkan giardiasis sebanyak 14%. Sementara itu sebanyak 14%
kaum homoseksual terserang gonorheae. Pada tahun 1997 di New York menemukan
50% homoseksual kemungkinan terkena HIV pada usia pertengahan dimana banyak
homoseksual telah meninggal diakibatkan melakukan hubungan seksual tanpa
kondom dan homoseksual yang terkena penyakit gonorheae meningkat menjadi 74%.
Departemen Kesehatan Masyarakat Chicago melaporkan bahwa persentase
AIDS di Chicago pada kalangan homoseksual meningkat dari 37% (2002) menjadi
44% (2003), dan pada pertengahan tahun 2006 kaum homoseksual memiliki
kontribusi kurang lebih 73% (2005) untuk kasus sifilis. Sementara itu Centers for
Disease Control menemukan sebanyak 71% (2005) laki-laki yang berhubungan
seksual dengan laki-laki terinfeksi HIV diantaranya orang dewasa dan remaja.
Sedangkan pada November 2009 sebanyak 63% dari kasus sifilis ditemukan pada
kaum homoseksual. Jadi gaya hidup pada kaum homoseksual ini sejalan dengan
perilaku kaum homoseksual yang menyimpang dimana biasa disebut dengan perilaku
seksual yang penuh dengan resiko tertular penyakit menular seksual.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Masturbasi dan onani merupakan rangsangan yang sengaja dilakukan pada
organ alat kelamin dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan seksual. Masturbasi
untuk perempuan sedangkan onani istilah merangsang alat kelamin untuk laki-laki.
Lesbian dan Homoseksual merupakan penyimpangan psikoseksual di mana seseorang
dewasa tertarik gairah seksualnya dengan teman sejenis. Lesbian istilah untuk
penyuka sesama perempuan. Faktor penyebab Masturbasi dan onani sama yaitu
karena kurangnya pengetahuan tentang seks, dorongan seksual karena sudah usia
pubertas, meniru kedua orang tua, mengakses situs porno dengan teknologi yang
semakin canggih, kurangnya pengawasan dari orang tua. Faktor penyebab lesbian dan
homoseks yaitu faktor pendidikan seks dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dri
penyimpangan sangat berbahaya untuk remaja karena mempengaruhi fisik dan
psikisnya. Dampak masturbasi dan onani antara lain, luka pada alat kelamin,
enjakulasi dini, self kontrol yang rendah dan kurangnya kepercayaan diri dari pelaku.
Sementara lesbian dan homoseks yaitu, tertular penyakit menular seks seperti HIV,
kemandulan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan sosial. Adapun cara pencegahan
dari masturbasi dan onani adlah menikah, puasa.
3.2 SARAN
3.2.1
Diharapkan remaja bias mengurangi bahkan meninggalkan perilaku seksual yang
menyimpang baik masturbasi, onani, lesbian, dan homoseksual
3.2.2
Diharapkan sekolah bias memberikan edukasi terhadap remaja mengenai dampak
negative dari perilaku seksual yang menyimpang
3.2.3
Diharapkan bidan dapat melakukan asuhan kebidana baik prefentif, promotif, kuratif,
dan rehbilitatif terhadap penderita penyimpangan seksual sesuai dengan
kewenangannya.
LAMPIRAN
bertemu kepada wanita yang di cintainya agar tidak semakin terjerumus dalam
penyimpangan seks. Serta memperdalam ilmu agama juga dapat menjadi kunci
seseorang terbebas dari perilaku menyimpang seperti lesbian, karena dalam agama
kita dapat mengetahui mana yang boleh dan tidak serta mana yang baik dan buruk
untuk kita lakukan. Untuk seseorang yang susah untuk meninggalkan perilaku
penyimpang ini, sebagai bidan juga dapat membantu untuk merujul ke psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN.(2002). Perilaku seksual remaja putra.http://www.bkkbn.go.id. Diakses
tanggal 26 April 2016.
Apriyani,Heni. Efektifitas Pelatihan Efikasi Diri terhadap Intensi Masturbasi pada
Remaja. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.2009
Sunarsih, Sri,dkk. Hubungan Frekuensi Paparan Media Pornografi dnegan Frekuensi
Perilaku Masturbasi Remaja Putra di SMK Wongsorejo Gombong Kebumen. Jurnal
Ilmiah Kebidanan. 2010;1(1).
Siahaan Jokie. M.S. 2009. Perilaku Menyimpang (Pendekatan Sosiologi) . Jakarta:
PT Indeks.
Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Kartono kartini.1989. psikologi abnormal dan abnormal seksualitas. bandung :
mandar maju.248.
Al-Ghifari, Abu. (2002). Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern. Bandung:
MujahidPress.
Psychology.ucdavis.edu (2008). Facts About Homosexuality and Mental Health.
Riyanti, Deti & Evan, Sinly. (2008). Homoseksual, Tinjauan dari Perspektif
Ilmiah.
Ali, Ansori.2014.Psikologi Remaja.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Agustina dkk, 2005. Semua Tentang Lesbian. Ardhanary Institute, Jakarta Selatan.
Tan Poedjiati, 2005. Mengenal Perbedaan Orientasi Remaja Putri. Surabaya: Suara
Ernest.
Gusdar. (2011). For a better understanding of sexual orientation and homosexuality.
Washington, DC.
Siahaan, Jokie. M.S. 2009. Perilaku Menyimpang (Pendekatan Sosiologi) . Jakarta:
PT.Indeks.