Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Waisak dan Makna Hari Suci Waisak

Hari besar Agama Buddha salah satunya adalah hari Trisuci Waisak yang merupakan hari raya terbesar
dan paling bermakna bagi umat Buddha.
'Waisak' berasal dari bahasa Pali 'Vesakha' atau di dalam bahasa Sansekerta disebut 'Vaisakha'. 'Vesakha'
diambil dari bulan dalam kalender buddhis yang biasanya jatuh pada bulan Mei kalender Masehi.
Disebut demikian karena Waisak memperingati Tiga Peristiwa Penting yang semuanya terjadi di bulan
Vesakha dan pada waktu yang sama yaitu tepat saat bulan purnama.
Tiga Peristiwa Penting itu adalah :
1. Kelahiran Pangeran Sidharta

Pangeran Sidharta adalah Putra dari seorang Raja yang bernama Raja Sudodhana dan seorang
Permaisuri yang bernama Ratu Mahamaya. Pangeran Sidharta lahir ke dunia sebagai seorang Bodhisatva
(Calon Buddha, Calon Seseorang yang akan mencapai Kebahagiaan Tertinggi). Beliau Lahir di Taman
Lumbini pada tahun 623 sebelum Masehi.

2. Pencapaian Penerangan Sempurna

Pangeran Sidharta tidak pernah keluar dari istana, pada usia 29 tahun
beliau pergi meninggalkan istana dan pergi menuju Hutan untuk mencari Kebebasan dari Usia Tua,
Sakit dan Mati. Kemudian pada saat Purnama Sidhi di bulan Waisak, Pertapa Sidharta mencapai
Penerangan Sempurna dan mendapat gelarSANG BUDDHA.

3. Pencapaian Parinibbana

Ketika usia 80 tahun, SANG BUDDHA Wafat atau Parinibbana di Kusinara. Semua Makhluk memberikan
penghormatan kepada Sang Buddha dan begitu juga Para Anggota Sangha, mereka bersujud sebagai
tanda penghormatan terakhirnya kepada Sang Buddha.

Waisak sebagai sebuah hari raya Agama Buddha bisa memberikan contoh yang positif kepada setiap
orang. Contoh positif yang diteladani adalah pengembangan cinta kasih kepada setiap makhluk hidup.
Wujudnya bisa berupa berdana membantu mereka yang membutuhkan mendonorkan darah, menjaga
lingkungan sekitar dengan hidup sederhana atau perbuatan-perbuatan baik lainnya. Akhirnya satu
harapan besar dari Hari Waisak tersebut adalah bahwa setiap manusia diharapkan dapat merenungi
segala perbuatannya dan setiap saat selalu hidup dengan rasa cinta kasih tanpa kebencian, seperti yang
tertulis di dalam Dhammapada.
"Kebencian tidak akan selesai jika dibalas dengan kebencian, tetapi hanya dengan memaafkan dan
cinta kasihlah maka kebencian akan lenyap"
Inilah Sejarah Singkat dan Makna Hari Tri Suci Waisak

Anda mungkin juga menyukai