Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) dikenal sebagai tanaman rempah yang
digunakan sebagai obat tradisional. Cengkeh termasuk salah satu penghasil minyak atsiri
yang biasa diguakan sebagai bahan baku industri farmasi maupun industri makanan, di
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam, baik flora maupun fauna.
Sumber daya alam ini merupakan salah satu faktor pendukung dan penggerak dalam
pembangunan bangsa Indonesia. Di Indonesia dikenal beberapa flora penghasil minyak atsiri
yang salah satunya adalah berasal dari tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum L.) famili
dari Myrtaceae (Oller D, 2005) Tanaman cengkeh yang berasal dari Maluku ini sudah banyak
dibudidayakan untuk diambil bunga dan minyaknya.
Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20
m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah
pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan
dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm.
Cengkeh memegang peranan penting dalam pembangunan perkebunan khususnya dan
pembangunan nasional pada umumnya karena kontribusinya yang nyata dalam penyediaan
kebutuhan bahan baku terutama bagi industri rokok kretek, peningkatan pendapatan petani,
peningkatan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja ditingkat on farm, industri farmasi
dan perdagangan serta sektor informal.
Usaha budidaya tanaman cengkeh mayoritas dikelola oleh perkebunan rakyat. Data
pada tahun 2010 menunjukkan bahwa dari total areal cengkeh 470.045 ha, seluas 461.406 ha
(98.2%) dikelola oleh perkebunan rakyat. Sisanya seluas 8.638 ha (1.8%) dikelola oleh
perkebunan besar negara dan swasta. Produksi cengkeh tahun 2010 sebesar 110.807 ton yang
terdiri dari 108.866 ton (98.2%) perkebunan rakyat dan sisanya 1.940 ton (1.8 %) dari
perkebunan besar negara dan swasta. Usaha budidaya cengkeh tersebut melibatkan petani
sekitar 1.073.203 KK di tingkat on farm.
Saat ini sebagian besar hasil cengkeh ( 90 %) digunakan sebagai bahan baku
pembuatan industri rokok kretek (PRK), sisanya untuk memenuhi kebutuhan industri
makanan dan obat obatan. Oleh karenanya tidak dapat disangkal bahwa peran cengkeh
dalam perekonomian nasional cukup besar terutama dalam bentuk penerimaan cukai rokok
pada tahun 2009 sebesar Rp 50,5 triliun dan pada tahun 2010 mencapai Rp. 58 triliun.

Kondisi cengkeh nasional mengalami pasang surut mengingat fluktuasi harga cengkeh
yang cukup besar dan biaya panen dan pengolahan cukup tinggi. Sementara itu di sisi teknis,
tanaman cengkeh mempunyai karakteristik yang khas yaitu adanya panen besar diikuti panen
kecil pada tahun berikutnya serta panen raya pada periode tertentu. Pada saat panen besar
atau panen raya harga cenderung menurun sampai dibawah break event yang mengakibatkan
petani merugi dan kemudian tidak memelihara tanamannya. Hal tersebut mengakibatkan
pertanaman kurang baik dan produktivitas rendah. Namun, saat ini sudah ada kesepakatan
dengan Pabrik Rokok untuk membeli cengkeh petani minimal Rp 30.000/kg dengan kualitas
yang disepakati bersama.
B. Tujuan
Untuk mengetahui budidaya tanaman cengkeh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Biologi Cengkeh
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki
batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan
sampai ratusan tahun , tingginya dapat mencapai 20 -30 meter dan cabang-cabangnya cukup
lebat. Berikut ini klasifikasi tanaman cengkeh.
Klasifikasi Cengkeh :
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae (suku jambu-jambuan)

Genus

: Syzygium

Spesies

: Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L. M. Perry


Cengkeh (Eugenia Aromatika O.K) adalah tanaman yang bersifat menyerbuk sendiri,

dan sedikit sekali terjadi persilangan oleh serangga. Tanaman ini termasuk family Myrtaceae.
Sistematika (taksonomi) tanaman dapat di klsifikasikan sebagai berikut, yaitu: kingdom:
Plantae, filum: Angiperms, ordo: Mytales, genus: Syzigium, spesies: S. aromaticum.
Cengkeh ini mempunyai pohon yang kayunya sangat keras. Pohon tersebut tegak
lurus dan mempunyai cabang-cabang yang kuat dan padat. Sedang pada rantingnya tidak
berserakan, akan tetapi teratur, hingga pohon tersebut merupakan semak dan tajuk daun yang
terus berbentuk limas. Pohon cengkeh umumnya berwarna abu-abu dengan kulit kasar.
Sedangkan kulit pada cabang-cabangnya sangat tipis dan sukar dilepas.
Cengkeh merupakan tanaman berbentuk pohon, yang memiliki umur panjang
(perennial) mencapai 100 tahun, dan tinggi pohonnya sekitar 18 sampai dengan 20 meter.
Adapun bentuk daunnya yaitu bulat panjang. Daun itu sendiri kalau dipegang akan terasa
tebal dan kuat. Dengan warna hijau muda ataupun kuning. Namun juga ada yang berwarna
hijau tua sampai kehitam-hitaman. Kebanyakan untuk permukaan daunnya akan berwarna

lebih tua dan mengkilat, sedangkan dalamnya berwarna lebih pekat. Daun yang berwarna
kemerah-merahan itu menandakan daun tersebut masih muda, karena kalau sudah tua akan
berubah menjadi gelap.
Bunga cengkeh umunya bertangkai pendek, tumbuh pada tandan. Tiap tandan tumbuh
4-10 rumpun, tiap rumpun tumbuh bunga tidak lebih dari tiga buah bunga. Bunga terdiri dari
empat buah kelopak bunga yang berbentuk gerigi dan sifatnya tetap, dan empat helai daun
mahkota bunga yang menyelubungi benang sari yang terdapat pada badan buah, tangkai
putik, dan bakal buah yang letaknya ada di bawah, di dalamnya terdapat bakal biji. Pada
permukaan kuncup badan bunga terdapat beberapa kelenjar minyak.
B. Syarat Pertumbuhan
1. Iklim
a. Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup merata, karena
tanaman ini tidak tahan kemarau panjang.
b. Angin yang terlalu kencang dapat merusak tajuk tanaman.
c. Curah hujan optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh antara 1500-4500
mm/tahun.
d. Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8 jam per hari.
e. Suhu yang optimal tanaman ini dikehendaki adalah 22-30 oC, dengan kelembaban
udara antara 60-80%.
2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang baik adalah latosol, andosol dan podsolik merah. Menyukai tanah
gembur dengan drainase yang baik.
b. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk tanaman cengkeh adalah 5,5-5,6.
c. Kedalaman air tanah pada musim hujan tidak lebih dangkal dari 3 m dari
permukaan tanah dan pada musim kemarau tidak lebih dari 8 m.
d. Tanah dengan kemiringan sampai 20% lebih baik dari tanah datar, karena
dranasenya baik. Pada tanah itu harus dibuat parit dranase sedalam kurang lebih 1
m agar air meluap pada musim hujan dapat disalurkan ke arah lain.

3. Ketinggian Tempat
Tanaman cengkeh cocok pada ketinggin 0-900 m dpl. (paling optimum pada 300-600 m
dpl) atau terletak pada ketingginan lebih dari 900 m dpl, dengan hamparan lahan yang
menghadap laut.
C. Jenis-Jenis Cengkeh

Jenis cengkeh di Indonesia dibagi kedalam 4 tipe yaitu :


1. Cengkeh Si Putih
Daun berwarna hijau muda (kekuningan) dengan helaian daun relatif lebih besar.
Cabang-cabang utama yang pertama mati, sehingga percabangan seolah baru dimulai
pada ketinggian 1,5 2 m dari permukaan tanah, percabangan dan daun tidak rindang,
tajuk berbentuk agak bulat. Bunga lebih besar dari si kotok, pertandan 15 kuntum
bunga. Saat bunga telah masak berwarna hijau muda/putih, tangkai bunga agak panjang,
umur berbunga 6 - 8 tahun. Produksi maupun kualitas bunga relatif rendah.
2. Cengkeh Si Kotok
Warna daun awalnya hijau muda kekuningan berikutnya beruha menjadi hijau tua ,
permukaannya mengkilap dan licin, bentuk daun ujung sedikit membulat dan langsing,
cabang pertama tetap hidup sehingga tajuk nampak rendah dari permukaan tanah, bentuk
tajuk silindris atau piramid, bunga relatif kecil dibanding dengan si putih, bunga
pertandan berjumlah antara 20 50 kuntum, warna bunga mulanya berwarna hijau
kemudian berubah menjadi kuning saat matang dengan pangkal berwarna merah. Pohon
berbunga mulai umur 6 8 tahun tergantung ketinggian tempat dari permukaan laut.
Kualitas bunga sedang, adaptasi dengan lingkungan lebih baik dari pada si putih tetapi
lebih rwendah dari zanzibar.
3. Cengkeh Tipe Ambon
Tajuk tanaman cenderung bulat dengan bagian atas tumpul bagian bawah cenderung
meruncing, percabangan pada ketinggian 1,5 2 m dari permukaan tanah akibat cabang
utama mati, bentuk daun dengan lebar 2/3 kali panjang, daun muda berwarna ros
muda/hijau muda yang tua berwarna hijau tua, bagian bawah berwarna hijau abu-abu,
permukaan daun kasar. Bunganya gemuk bertangkai panjang, bunga muda berwarna
hijau muda dan berkembang berwarna kuning saat matang , percabangan bunga relatif
sedikit dengan jumlah kurang 15 kuntum pertandan. Tipe ini tidak dianjurkan untuk
ditanam petani karena produksi dan daya adaptasinya rendah.

4. Cengkeh Tipe Zanzibar


Tajuk daun rimbun dengan percabangan rendah dari permukaan tanah, berbentuk
kerucut karena cabang membentuk sudut lancip kurang dari 45 , warna daun saat masih
muda ros/merah muda , saat tua menjadi berwarna hijau tua mengkilat permukaan atas, hijau
pudar / pucat pada permukaan bawah. Pangkal tangkai daun berwarna merah, bentuk daun

agak langsing dengan bagian terlebar pada bagian tengah. Tipe ini mulai berbunga umur 4,5
6,5 tahun sejak disemaikan. Bunganya gemuk dan bertangkai panjang, berwarna hijau saat
muda dan berubah kuning saat matang petik Percabangan bunga relatif banyak sampai
mencapai lebih dari 50 kuntum per tandan. Jenis zanzibar ini dianjurakan untuk ditanam
petani karena daya adaptasinya luas dengan produksi relatif tinggi dibandingkan dengan tipe
lainnya.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Teknik Budidaya Cengkeh
1. Pembibitan
Buat bedengan untuk naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai kebutuhan
dengan arah membujur ke utara selatan. Kanan kiri bedengan dibuat parit sedalam

20 cm dan lebar 50 cm. Diatas bedengan dibuat naungan setinggi 1,8 m dibagian

timur dan 1,2 m dibagian selatan, intensitas cahaya 75%.


Benih dibenamkan pada media di polybag ukuran 15 cm x 20 cm (untuk bibit yang
akan dipindahkan pada umur 1 tahun) atau ukuran 20 cm x 25 cm (untuk bibit yang
akan dipindahkan pada umur 2 tahun) yang bagian bawahnya telah dilubangi 2,5
mm dengan jarak 2 x 2 cm. Media yang digunakan pasir halus, tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dan berikan Natural GLIO per 20 25 kg
pupuk kandang yang telah jadi dan diperam selama 2 minggu. Dan sebelum bibit
ditanam siram tanah dengan POC NASA 5 ml/lt air atau 0,5 tutup per liter air.

-Kemudian susun polybag pada persemaian yang telah disiapkan.


Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari. Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam
sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Intensitas naungan perlahanlahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal 40% saat bibit dipindahkan ke

lapang.
Pemupukan dengan NPK dilakukan dengan dosis 10 gr/pohon/tahun atau dengan
Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 3,5 gr/bibit/tahun . Pupuk
tersebut diberikan tiap 3 bulan sekali sedangkan untuk yang didalam polibag
diberikan sebanyak 1,5 bulan sekali.

Bibit harus sehat, memiliki batang yang kokoh dengan percabangan kuat, daun lebat,
tidak terserang hama dan penyakit, permukaan batang, mulus berwarna kecoklatan, dan
berbatang tunggal. Tinggi rata-rata 25-30 cm umur 1 tahun dan 50-75 cm umur 2 tahun.
Cara pembibitan yang baik dan teratur harus dipertahtikan untuk mendapatkan tanaman
yang baik. Bibit yang ditanam akan menentukan berhasil atau gagalnya suatu tanaman. Bibit
yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik asal syarat-syarat pemeliharaannya baik.
Sebaliknya walaupun bibitnya baik, tetapi syarat yang lain kurang dipenuhi tanaman akan
merana.
2. Pengajiran
Pengajiran dilakukan pada blok tanaman untuk memudahkan penanaman dengan
jarak tanam pada dataran rendah 7 x 7 m, 6 x 8 m atau 8 x 8 m dan jarak tanam pada
dataran tinggi 10 x 10 m atau 8 x 12 m dengan pola bujur sangkar atau empat persegi
panjang.
3. Penanaman
1) Pesiapan lahan

Pembersihan lahan yang dilanjutkan dengan pegolahan tanah. Pembuatan lubang tanam,
ukuran yang biasa digunakan panjang, lebar dan kedalaman masing masing berkisar antara
60 80 cm (60 x 60 x 60 cm atau 80 x 80 x 80 cm atau 80 x 80 x 60 cm). 2 minggu sampai 1
bulan sebelum tanam diberi pupuk kandang sebanyak 5 10 Kg/pohon. Untuk mengatur
kelebihan air perlu dibuat saluran drainase yang cukup.
Penanaman pada lahan yang telah dipersiapkan dapat dilakukan apabila bibit telah
tersedia. Perbanyakan tanaman cengkeh yaitu dengan biji. Sebelum melakukan persemaian
terlebih dahulu, dengan tujuan agar terbebas dari penyakit dan tumbuhnya merata.
Pananaman cengkeh yang paling ideal adalah awal musim panas, kegunaanya supaya lubang
tanam dan tanah galiannya harus kena panas yang lama. Yang perlu diperhatikan waktu
menanam cengkeh adalah bibit dilepas dari pembungkusnya dengan hati-hati, supaya tidak
merusak akar, kerana akar yang putus akan menyebabkan tanaman mati. Sebelum bibit
ditanam kedalam lubang tanam yang ditutup, galilah tempat penanaman tersebut sedalam
polibeg bibit. Bibit dimasukkan kedalam lubang, kemudian polibegnya dilepas, dan
kemudian tutup lubang tanam dengan hati-hati agar akarnya tidak putus.
2) Jarak Tanam
Jarak tanam yang biasa digunakan pada penanaman cengkeh tidak sama tergantung pada
ketinggian dan kemiringan tanah. Jarak tanam yang biasa digunakan adalah sekitar 6 m x 7 m
= 238 pohon, 7 m x 8 m = 178 pohon atau 8 m x 8 m = 156 pohon.
3) Pola Tanam
Penanaman dilaksanakan pada awal musim hujan. Pola tanam campuran (polykuntur)
dengan system tanam pagar, yaitu memperkecil jarak tanam dalam baris (Timur-Barat)
misalnya 12 m x 5 m atau 14 m x 6 m sehingga tersedia ruangan untuk tanaman
sela/campuran. Tanaman campuran dapat dilakukan pada tanaman yang belum produktif dan
atau kurang produktif.
4. Pemiliharaan Tanaman
Setelah bibit cengkeh ditanam ke lapangan tahap selanjutnya adalah pemeliharaan. Pada
tanaman cengkeh, pemeliharaan merupakan periode yang panjang, yaitu selama tanaman
yang

diusahakan

tersebut

dianggap

masih

menguntungkan

secara

ekonomis.

Pemeliharaan dilakukan setelah penanaman selesai, meliputi: menyulam, penyiraman, penedu


h/nauangan,menyiang/menggemburkan tanah, pemupukan, pemberantasan hama dan
penyakit.
a) Penyulaman

Beberapa hari setalah penanaman, semua tanaman diperiksa, bila ada yang mati dan
tumbuhnya kurang baik diadakan penyulaman, artinya menggantikan tanaman yang
mati dan yang jelek. (Bambang, S. 1984). Apabila anatara tanaman yang telah tumbuh
dan sulaman itu terpautnya agak banyak, maka semua sulaman harus mendapat
pemeliharaan yang istimewa.
b) Penyiraman
Tanaman yang masih kecil disiram secukupnya, setidaknya 2 atau 3 hari sekali,
tujuannya yaitu menggantikan air yang hilang akibat penguapan. Penyiraman sebaiknya
dilakukan setelah jam 15.00 karena pada waktu sore keadaannya sejuk dan tidak akan
terjadi penguapan yang banyak, jadi air dapat dihisap oleh akar sebanyak-banyaknnya.
c) Peneduh/Nanguan
Tanaman cengkeh yang masih muda, tidak tahan teriknya sinar matahari. Maka harus
diberi peneduh atau naungan. Peneduh yang digunakan adalah:
Peneduh buatan, dapat digunakan dengan daun nyiur yang dianyam, atau kepang

dari bambu, hingga umur dua tahun.


Peneduh alam, sekitar tanaman di kanan/kiri dan belakang, sebaiknya ditanam
pupuk hijau. Maksudnya untuk menahan teriknya panas, menahan angin dan
mematahkan jatuhnya hujan yang lebat, karena tanaman yang masih muda sangat
peka terhadap sinar matahari

d) Penyiangan/Penggemburan Tanah
Penyiangan rumput harus diperhatikan secara serius, rumput-rumput yang tumbuh
disekitar tanaman cengkeh harus dicabut dan dibersihkan dan jangan sampai merusak
akar tanaman. Apabila tanah tanaman cengkeh ada yang telah keras, maka harus segera
mendangir ataupun menyiangnya hingga tanah tersebut gembur kembali.
Bila ada alang-alang yang tumbuh di sekitar tanaman cengkeh harus segera disiang
dengan cara tidak sekaligus dicabut atau digali, tetapi harus dipotong berkali-kali,
sehingga daun tidak ada kesempatan untuk tumbuh dan berasimilasi. Dengan begitu
alang-alang akan mati dengan sendirinya.
e) Pemupukan

Pemupukan yang intensif mutlak dilakukan agar pertumbuhan pohon dan hasil produksi
yang memuaskan. Pupuk yang diberikan, dapat dengan pupuk organik ataupun pupuk buatan,
ataupun keduanya. Ada yang berpendapat bahwa tanaman cengkeh tidak perlu dipupuk
Pupuk diberikan 2 kali dalam setahun yaitu pada permulaan musim penghujan/akhir
musim kemarau, dan permulaan musim kemarau/akhir musim penghujan. Tanaman cengkeh
yang tidak dipupuk setelah 6 tahun baru bisa berproduksi, sedangkan yang dipupuk umur 3,5
tahun telah berbunga yang pertama. Menurut Bernasdinus Wiryanta, waktu pemberian pupuk
organik yang pertama bersamaan dengan penanaman. Untuk pohon cengkeh yang telah
berbunga, tanaman harus dipupuk dengan dosis pupuk = x berat hasil bungan kering. Jadi
untuk tanaman menghasilkan (TM) dengan produktivitas 10 kg bunga kering, hendaknya
diberikan pemupukan dengan dosis x 10 kg = 5,0 kg/tahun. Berdasarkan pola penyebaran
akarnya, penempatan pupuk pada tanaman cengkeh dilakukan dibawah proyeksi tajuk dan
bagian dalam tajuk.

Jenis pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik (pupuk kandang atau kompos)
dan pupuk anorganik, baik tunggal maupun berupa pupuk majemuk dalam bentuk

butiran maupun tablet.


Pupuk anorganik berbentuk butiran (Urea, TSP/SP-36, KCI, Kieserit) diberikan pada
proyeksi tajuk 2/3 bagian dan 1/3 bagian dibawah bagian dalam tajuk yang dilakukan

dua kali setahun, yaitu pada awal dan akhir menjelang musim hujan.
Pupuk anorganik berbentuk tablet, diberikan dalam 8 lubang tugal (4 lubang dibawah
proyeksi tajuk dan 4 lubang tual dibawah tajuk bagi andalam) sedalam 10 15 cm.
Pupuk tablet hanya diberikan setahun sekali, yaitu pada awal musim hujan.

f) Pengendlian Hama dan Penyakit


A. Hama
a. Kutu daun ( Coccus viridis )
Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda. Gejala : Pertumbuhan yang
dihisapnya akan terhenti misal ranting mengering, daun dan bunga kering dan
rontok. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR
b. Penggerek ranting/batang (Xyleborus sp )
Bagian yang diserang : ranting/batang. Gejala : Liang gerekan berupa lubang
kecil, serangan hebat menyebabkan ranting / batang menjadi rapuh dan mudah
patah.Pengendalian : Pangkas ranting/batang yang terserang, pencegahan
gunakan PESTONA atau Natural BVR.
c. Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp )

Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda. Gejala : Biasanya pucuk akan
mati dan daun muda berguguran.Pencegahan : Semprotkan Natural BVR atau
PESTONA.
B. Penyakit
a. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium ).
Bagian yang terserang : perakaran, ranting-ranting muda. Gejala : matinya
ranting pada ujung-ujung tanaman.Gugurnya daun diikuti dengan matinya
ranting secara bersamaan. Pengendalian : pengaturan drainase yang baik,
penggemburan tanah, pencegahan kocorkan POC NASA + HORMONIK +
NATURAL GLIO.
b. Penyakit busuk akar (Pytium rhizoctonia dan Phytopthora ).
Bagian yang diserang : perakaran. Gejala : pada pembibitan tanaman mati
secara tiba-tiba, pada tanaman dewasa daun mengering mulai dari ranting
bagian bawah. Pengendalian : bila serangan telah ganas maka tanaman yang
terserang dibongkar dan dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung
belerang 200 gr secara merata, isolasi tanaman atau daerah yang terserang
dengan membuat saluran isolasi, perbaiki drainase, gunakan Natural GLIO pada
awal penanaman untuk pencegahan.

5. Panen dan Pascapanen


a. Panen
Produk utama cengkeh adalah bunga, yang pada waktu dipanen kadar airnya
berkisar antara 60 70%. Waktu yang paling baik untuk memetik cengkeh adalah
sekitar 6 bulan setelah bakal bunga timbul, yaitu setelah satu atau dua bunga pada
tandannya mekar dan warna bunga menjadi kuning kemerah-merahan dengan kepala
bunga masih tertutup, berisi dan mengkilat.
Pemungutan bunga cengkeh dilakukan dengan cara memetik tangkai bunga
dengan tangan, kemudian dimasukkan ke dalam kantong kain atau keranjang yang
telah disiapkan, menggunakan tangga segitiga atau galah dari bamboo, serta tidak
merusak daun disekitarnya saat pemetikan. Waktu panen sangat berpengaruh terhadap
rendemen dan mutu bunga cengkeh serta minyak atsirinya.
Saat pemetikan bunga cengkeh yang tepat yaitu apabila bunga sudah penuh benar
tetapi belum mekar, pemetikan yang dilakukan saat bunga cengkeh masih muda
(sebelum bunga masak) akan menghasilkan bunga cengkeh kering yang keriput,

kandungan minyak atsirinya rendah dan berbau langu (tidak enak). Sedangkan apabila
pemetikannya lambat 9 bunga sudah mekar) setelah dikeringkan akan diperoleh mutu
yang rendah, tanpa kepala serta rendemennya rendah.
b. Pascapanen
Sebelum dikeringkan, bunga cengkeh dipisahkan dari tangkai atau gagang dan
dikeringkan secara terpisah. Pada tahap ini dilakukan pemisahan antara bunga
cengkeh yang baik, bunga yang terlalu tua dan yang terjatuh, setelah itu bunga
cengkeh dikeringkan.
Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemurnya di bawah sinar matahari
langsung atau menggunakan pengering buatan. Bunga cengkeh yang akan dijemur
dihamparkan pada alas tikar, anyaman bamboo gribig) atau plastik, atau pada lantai
jemur yang diberi alas plastic. Selama proses pengeringan, cengkeh dibolak-balik agar
keringnya merata. Proses pengeringan dianggap selesai apabila warna bunga cengkeh
telah berubah menjadi coklat kemerahan, mengkilat, mudah dipatahkan dengan jari
tangan dan kadar air telah mencapai sekitar 10 12 %. Lamanya waktu penjemuran
dibawah sinar matahari sekitar 3 4 hari. Cengkeh yang telah kering kalau disimpan
tidak akan susut beratnya dan tahan lama asalkan tidak terkena air.
Kualitas cengkeh dapat dibedakan dan dinilai menurut:
a. Kekeringannya.
b. Persentase kotoran (tangkai bunga dan daun-daun).
c. Persentase yang tidak berkepala (sudah banyak yang mekar).
d. Persentase yang muda.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
http://www.anakagronomy.com/2013/06/teknis-budidaya-tanaman-cengkeh.html

http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-cengkeh.html
http://www.anneahira.com/tanaman-cengkeh.html

Anda mungkin juga menyukai