Anda di halaman 1dari 44

Makalah

HAKIKAT DAN TEORI


KEPEMIMPINAN

DISUSUN OLEH :
ESTIN NUSI
NPM : 201502010

D-III ADMIN PERKANTORAN


SEKOLAH TINGGIILMU MANAJEMEN DAN BISNIS
(STIMB) GORONTALO
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya

penulis dapat

menyelesaikan makalah tentang HAKIKAT DAN TEORI KEPEMIMPINAN


ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga penulis
berterima kasih pada Bapak Ervan Kasim SE, M.SI selaku Dosen mata kuliah
Pengantar Ilmu Admnistrasi yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Gorontalo, November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ...........................................................................................
Daftar Isi ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................
D. Metode Penulisan .............................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................
A. Hakikat Kepemimpinan ...................................................................
B. Teori Kepemimpinan ........................................................................
C. Kepemimpinan Yang Melayani ........................................................
D. Karakter Kepemimpinan ..................................................................
E. Metode Kepemimpinan ....................................................................
F. Perilaku Kepemimpinan ....................................................................
G. Kepemimpinan Sejati .......................................................................
H. Kepemimpinan dan Kearifan Lokal .................................................
I. Teori Kelahiran Kepemimpinan ........................................................
J. Teori Kepemimpinan Sejati ...............................................................
K. Tipe dan Gaya Kepemimpinan .........................................................
L. Syarat-Syarat Kepemimpinan ...........................................................
M. Pemimpin dan Pimpinan Indonesia .................................................
BAB III PENUTUP .....................................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia
hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi
kehidupan yang harmonis anggota kelompokharuslah saling menghormati &
menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah
impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah
tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk
Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan
kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak
untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok &
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif
pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang
penulis dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :
Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?
Adakah teori teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
Apa & bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
Apa & bagaimana menjadi pemimpin sejati?
Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah
Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan
pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan
khususnya tentang kepemimpinan dan kearifan lokal.
D. METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode
kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti
pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet
(warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif,
efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data data tentang topik
ataupun materi yang penulis gunakan untuk Makalah ini.

.BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi,
perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan
yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang
dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.

Menurut

Robert

Tanembaum,

Pemimpin

adalah

mereka

yang

menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan,


mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian
pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang
mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri
para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang
religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai
agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan
gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu
mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi
memerlukan pemimpinnya itu.

Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki


suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan
memimpin.
Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh
yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain,
beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
1.

Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang
orang yang dipimpinnya.

2.

Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan


semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang orang yang
dibimbingnya.

3.

Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang


orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung
jawab.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu
tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan
segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi
mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang
yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk
mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan

adalah

kemampuan

seseorang

mempengaruhi

dan

memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.


Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang

diinginkan pihak lainnya.The art of influencing and directing meaninsuch away


to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in
order to accomplish the mission. Kepemimpinan adalah seni untuk
mempengaruhidan menggerakkan orang orang sedemikian rupa untuk
memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk
menyelesaikan tugas Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan
hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan
yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan
sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi
yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
Fungsi

administrasi,

yakni

mengadakan

formulasi

kebijaksanakan

administrasi dan menyediakan fasilitasnya.


Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing,
staffing, directing, commanding, controling, dsb.
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
1.

Koontz dan Odonnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses


mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguhsungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.

2.

Wexley dan Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi


orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau
merubah tingkah laku mereka.

3.

Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orangorang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.

4.

Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara


mempengaruhi orang atau sekelompok orang.
Dari keempat definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang
yang dilihat oleh para ahli tersebut adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain untuk mencapai tujuan bersama.
Definisi lain, para ahli kepemimpinan merumuskan definisi, sebagai
berikut: 1) Fiedler (1967), kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola
hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan
pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan. 2) John Pfiffner, kepemimpinan adalah kemampuan
mengkoordinasikan dan memotivasi orang-orang dan kelompok untuk
mencapai tujuan yang di kehendaki. 3) Davis (1977), mendefinisikan
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang lain mencapai
tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat. 4) Ott (1996),
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi
yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan
khususnya perilaku orang lain. 5) Locke et.al. (1991), mendefinisikan
kepemimpinan merupakan proses membujuk orang lain untuk mengambil
langkah menuju suatu sasaran bersama Dari kelima definisi ini, para ahli ada
yang meninjau dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan
mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk dan
mempengaruhi orang lain.

Dari beberapa definisi di atas, ada beberapa unsur pokok yang mendasari
atau sudut pandang dan sifat-sifat dasar yang ada dalam merumuskan definisi
kepemimpinan, yaitu:
a. Unsur-unsur yang mendasari
Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan dari definisi-definisi yang
dikemukakan di atas, adalah: (1) Kemampuan mempengaruhi orang lain
(kelompok/bawahan). (2) Kemampuan mengarahkan atau memotivasi
tingkah laku orang lain atau kelompok. (3) adanya unsur kerja sama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Sifat dasar kepemimpinan
Sifat-sifat yang mendasari kepemimpinan adalah kecakapan memimpin.
Paling tidak, dapat dikatakan bahwa kecakapan memimpin mencakup tiga
unsur kecakapan pokok, yaitu:
1) Kecakapan memahami individual, artinya mengetahui bahwa setiap
manusia mempunyai daya motivasi yang berbeda pada berbagai saat dan
keadaan yang berlainan.
2) Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi inspirasi.
3) Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat
mengembangkan suasana (iklim) yang mampu memenuhi dan sekaligus
menimbulkan dan mengendalikan motivasi-motivasi (Tatang M. Amirin,
1983:15). Pendapat lain, menyatakan bahwa kecakapan memimpin
mencakup tiga unsur pokok yang mendasarinya, yaitu : [1] Seseorang
pemimpin harus memiliki kemampuan persepsi sosial [sosial perception]. [2]
Kemampuan berpikir abstrak [abilitiy in abstrakct thinking]. [3] Memiliki

kestabilan emosi [emosional stability].


Kemudian dari definisi Locke, yang dikemukakan di atas, dapat
dikategorikan kepemimpinan menjadi 3 [tiga] elemen dasar, yaitu:
1) Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi [relation consept], artinya
kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka jika tiadak
ada pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin. Dalam defines Locke, tersirat
premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana
membangkitkan inspirasi dan berelasi dengan para pengikut mereka.
2) Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan
lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena
dipandang tidak cukup memadai untuk membuat seseorang menjadi
pemimpin, artinya seorang pemimpin harus melakukan sesuatu. Maka
menurut Burns (1978), bahwa untuk menjadi pemimpin seseorang harus
dapat mengembangkan motivasi pengikut secara terus menerus dan
mengubah perilaku mereka menjadi responsif.
3) Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil
tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi
pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang
terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran,
memberi

imbalan

dan

hukuman,

restrukrisasi

organisasi,

dan

mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat


dipandang efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk
meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan organisasi
(Bass, 1995. Locke et.al., 1991., dalam Mochammad Teguh, dkk., 2001:69).
Dari definisi-definisi di atas, paling tidak dapat ditarik kesimpulan yang
sama , yaitu masalah kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya

terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin
untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi,
membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa
tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak
hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program
saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh
lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan
aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang posetif dalam
usaha mencapai tujuan.

B. TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji
sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan
secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara
keseluruhan. Dalam Makalah ini akan dibahas tentang teori dan gaya
kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori
tentang kepemimpinan antara lain :
Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan
perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di
Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu
dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan The
Greatma Theory. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari
aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai

melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat sifat itu antara lain : sifat fisik,
mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan
yang tinggi di atas kecerdasan rata rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada
umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pengikutnya.
Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan
internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai
emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah
panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini
kebenarannya.
Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang
tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan


teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan.
Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin
yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat ,
bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah
bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada
bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan,
sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku
orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut
bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

Teori Kepemimpinan Situasi


Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan

harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan


bawahan.
Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang

positif antara pemimpin dengan pengikutnya.


Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa
teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan
(Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya
dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang
lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa
berbeda beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang
positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka
memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan
pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah
digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya
menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang
diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
Otokratis
Kepemimpinan

seperti

ini

menggunakan

metode

pendekatan

kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya.


Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan
pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang
rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan.
Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa
manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan
cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang
kompeten.

Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya
sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan
pendekatan

pengambilan

keputusan

yang

kooperatif.

Di

bawah

kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi


dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan
diri sendiri.
Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur
organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin
menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian menggantungkannya
kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi
masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang
diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi
pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan
bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila
konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para
pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka
memperoleh hasil dengan tetap membuat orang orang sibuk dan mendesak
mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak
selamanya

merupakan

pemimpinyan

terbaik.fiedler

telah

mengembakan

suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model


kepemimpinankontigennis.modelini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya
ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi
antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas
dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan
anngota ( Leader member rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa
posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh
pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel
kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan
pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada
posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional
dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi
pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang
efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau
bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena
bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya,
akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi
apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst),
masing masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat
meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan
sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan
seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh
Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin
memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya.

Keempat gaya tersebut adalah


Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita
belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut.
Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita
menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi
demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang
dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses
pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan aturan dan proses
yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan
dengan detil yang sudah dikerjakan.
Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan
tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung
proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari
bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan
berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan
meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan
mereka.
Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya
bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak
memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses
pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan
berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik teknik yang dituntut dan
telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini

kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang bincang, untuk lebih


melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan
saran saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang
dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik
apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga
kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas
kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta
sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga
kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai
situational leadership. Situational leadership mengindikasikan bagaimana
seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang orang yang
dipimpinnya.
Ditengah tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan
oleh adanya perilaku staf / individu yang berbeda beda), maka untuk mencapai
efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu
disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional
lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini,
seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
a.

Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai


tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

b.

Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu


kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat
berdasarkan analisa terhadap situasi.

c.

Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk


menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang
kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin,

sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni
peran interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta
peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi
Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk
kepentingan organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi
perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
Disseminator Menyampaikan informasi, nilai nilai baru dan fakta
kepada bawahan.
Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang orang
di luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
Enterpreneur

Mendesain

perubahan

dan

pengembangan

dalam

organisasi.
Disturbance Handler

Mampu mengatasi masalah terutama ketika

organisasi sedang dalam keadaan menurun.


Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi,
uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas
tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.
Negotiator Melakukan perundingan dan tawar menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 )
mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga
setiap orang menuju ke arah yang sama.
Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan
mengubah cara kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin.
Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa
memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh
karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin
bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya.
Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain,
pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif
sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada
pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun masyarakat,
merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan diri
sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi

mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.

C. KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI


Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan
kepemimpinan adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat
fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun
banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan
adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa
dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh sungguh menerapkan
kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
D. Karakter Kepemimpinan
Kepemimpianan

yang

melayani

dimulai

dari

dalam

diri

kita.

Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan


karakter. Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam dan kemudian
bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah
pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi
pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita
saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun
pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang
diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan
yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan kawan, ada sejumlah
ciri ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati
yang melayani,yaitu tujuan utama seorang pemimpin adalah melayani
kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk
kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan publik
yang dipimpinnya.

Seorang

pemimpin

memiliki

kerinduan

untuk

membangun

dan

mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak


pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh
John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan
seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun
orang orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat
tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika
sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan
kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan
menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka
yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan
kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas
( accountable ). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan
dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat
dipertanggungjawabkan

kepada

public

atau

kepada

setiap

anggota

organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau
mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang
dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat
mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan
public atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat
mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi
begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak
mudah emosi.
E. Metode Kepemimpinan
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata,

tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi
pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek
yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika
menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki
metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan
untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena
hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah sekolah formal. Keterampilan seperti
ini disebut dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel
dieconomist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas
bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan
sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal
penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini
merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang
mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui
integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang orang yang ada
dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates
change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara
dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang
pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang
jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana
adalah proses untuk membawa orang orang atau organisasi yang dipimpin
menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya
sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa
tumbuh dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya
sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai
visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang
pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi
organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi

tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai visi itu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia
selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian
dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari
solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi
orang orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki
kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak
buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target
atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan kegiatan
sehari hari seperti monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi kinerja
dari anak buahnya.
F. Perilaku Kepemimpinan
Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan
integritas, serta memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus
menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku
Ken Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin, yaitu :
a)

Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi


sungguh sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan
Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan firman
Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam
setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.

b)

Pemimpin focus pada hal hal spiritual dibandingkan dengan sekedar


kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk
dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan
untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia lebih

mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan,


dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
c)

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai


aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap
harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap
komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude
(keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang


sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa
Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ
the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah
kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan dalam suatu
penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan
pemimpin pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak
kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka
biasanya adalah orang orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu
menerima kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan
selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang
lain.
G. KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari
proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya
mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir

menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the
inside out ).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan
seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan
merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik
bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi
lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. I dont think you have to be
waering stars on your shoulders or a title to be leadar. Anybody who want to raise
his hand can be a leader any time,dikatakan dengan lugas oleh General Ronal
Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak
berpikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin.
Orang lainnya yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain
waktu.
Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh
mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka
seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya
sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager),
motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak
bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan
penghormatan dan pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya.
Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang
pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan
pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita
peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika

Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang
demokratis dan merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah
Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau
menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah
membuatnya menderita selam bertahun tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard,
bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka
yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala galanya bagi seorang
pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa
kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi
kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan
pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan
kepemimpinan sejati, yaitu :
a.

Q berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan


intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan
spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan
IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.

b.

Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari


aspek visioner maupun aspek manajerial.

c.

Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca chi dalam


bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).

d.

Q keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah
seseorang yang sungguh sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat
mengelola

dan

mengendalikannya

(self

management

atau

qolbu

management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu

belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q


(intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi
dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi
seorang pemimpin.
Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat
menajadi 3C, yaitu :
Perubahan karakter dari dalam diri (character chage).
Visi yang jelas (clear vision).
Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk
senantiasa

bertumbuh,

belajar

dan

berkembang

baik

secara

internal

(pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan,dll)


maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan
interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John
Maxwell, The only way that I can keep leading is to keep growing. The the day
I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is way it always
it. Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus
senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan
mengambil alih kepemimpinan tsb.
H. KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan
pengetahuan, kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam
pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang
relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang
selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan

suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya.
Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu
menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh
didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki
jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang
muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap
masalah yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat
setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai
tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai
tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak menguntungkan. Masalah ini
haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur
lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan
tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat
gorong gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah
melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong gorong. Camat Kuta secara
langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta
pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007
I. Teori Kelahiran Pemimpin
Para ahli teori kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori tentang
timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) teori yang menonjol
(Sunindhia dan Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu:
a. Teori Genetik

Penganut teori ini berpendapat bahwa, pemimpin itu dilahirkan dan bukan
dibentuk [Leaders are born and not made]. Pandangan terori ini bahwa,
seseorang akan menjadi pemimpin karena keturunan atau ia telah dilahirkan
dengan membawa bakat kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi,
karena seseorang dilahirkan telah memiliki potensi termasuk memiliki potensi
atau bakat untuk memimpin dan inilah yang disebut dengan faktor dasar.
Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di kalangan bangsawan
atau keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak
yang lahir dalam keturunan tersebut akan diangkan menjadi raja.
b. Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang yang menjadi pemimpin
dibentuk dan bukan dilahirkan (Leaders are made and not born). Penganut teori
berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan mempunyai potensi untuk
menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau bakat untuk menjadi
pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang
mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan
inilah yang disebut dengan faktor ajar atau latihan.
Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan
dilatih untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi
untuk menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan atau berasal dari
keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan dapat dididik, diajar
dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
c. Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin
yang baik manakala dilahirkan telah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian
bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman-

pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat


yang telah dimiliki.
Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi pemimpin
merupakan perpaduan antara faktor keturunan, bakat, dan lingkungan yaitu faktor
pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat
tersebut dapat teraktualisasi dengan baik.
Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori
Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada
tiga faktor yang turut berperan dalam proses perkembangan seseorang menjadi
pemimpin atau tidak, yaitu: (1) Bakat kepemimpinan yang dimilikinya. (2)
Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan
(3) Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Teori ini disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang
pasti, artinya seseorang dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan
yang membentuknya, kesempatan dan kepribadian, motivasi dan minat yang
memungkinkan untuk menjadi pemimpin.
Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seorang pemimpin, karana : (1)
Membentuk diri sendiri (self constituded leader, self mademan, born leader). (2)
Dipilih oleh golongan, artinya ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena
kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi. (3) Ditunjuk
dari atas, artinya ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh pihak
atasannya (Imam Mujiono, 2002: 18).
J. Teori Kepemimpinan Sejati
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji
sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan

secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara


keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya
kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori
tentang kepemimpinan antara lain :
1. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan
yang

kemudian

teori

ini

dikenal

The

Greatma

Theory.

Dalam

perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir


psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, mental dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:
a) Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rat-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal


maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panic dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang
tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d) Sikap hubungan kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori
ini memiliki kecenderungan kearah 2 hal, yaitu:
Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh
gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.

3. Teori kewibawaan pemimpin


Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan,
sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku
orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut
bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
4. Teori kepemimpinan situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan
harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan
bawahan.
5. Teori kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang
positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
K. Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Kartini Kartono menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:
1. Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga
mereka mempunyai pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan
pengikutnya timbul dari kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap

mempunyai kemampuan yang diperoleh dari kekuatan Yang Maha Kuasa.


2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;
a. Menganggap bawahannya belum dewasa
b. bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan
d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya
b. Pemimpin bertindak sebagai dictator
c. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.

4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat:
a. menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku
b. lebih banyak menggunakan system perintah
c. menghendaki keputusan mutlak dari bawahan
d. Formalitas yang berlebih-lebihan
e. Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan
f. Sifat komunikasi hanya sepihak
5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama sehingga terdapat
koordinasi

pekerjaan

dari

semua

bawahan.

Kepemimpinan

demokrasi

menghadapi potensi sikap individu, mau mendengarkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik beratkan pada aktifitas setiap

anggota kelompok, sehingga semua unsure organisasi dilibatkan dalam akatifitas,


yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan rencana keputusan, disiplin.

L. Syarat-syarat Kepemimpinan
Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:
1. Kekuasaan
Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang
kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk
berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.
2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga
pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.
3. Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan
secara teknis maupun social, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara itu
Stodgill yang dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu harus mempunyai
kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan
menilai.
2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
3. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.
4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul.
5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan tenar.
M. Ciri-ciri Kepemimpinan Yang Baik

WA. Gerungan menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus


memiliki tiga ciri, yaitu:
1. Penglihatan Sosial
Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang
timbul dalam masyarakat sehari-hari.
2. Kecakapan Berfikir Abstrak
Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas,
intelegensi yang tingggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat menganalisa dan
mumutuskan adanya gejala yang terjadi dalam kelompoknya, sehingga
bermanfaat dalam tujuan organisasi.
3. Keseimbangan Emosi
Orang yang mudah naik darah, membuat ribut menandakan emosinya belum
mantap dan tidak memililki keseimbangan emosi. Orang yang demikian tidak
bisa jadi pemimpin sebab seorang pemimpin harus mampu membuat suasana
tenang dan senang. Maka seorang pemimpin harus mempunyai keseimbangan
emosi.
N. Pemimpin dan Pimpinan Indonesia
1. Kepemimpinan Pancasila
Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seorang pemimpin harus
dapat

menjaga

kewibawaannya.

Lebih-lebih

dalam

kemerdekaan

dan

pembangunan. Berhasilnya pembangunan nasional tergantung peran aktif rakyat


Indonesia, dengan sikap mental, tekad semangat, ketaatan dan disiplin nasional
dalam menjalankan tugas kewajibannya. Dengan demikian perlu dikembangkan
motivasi membangun dikalangan masyarakat luas dan motivasi pengorbanan
pengabdian pada unsur kepemimpinannya. Norma-norma yang tercakup dalam
Pancasila itu

sekaligus merupakan sistem nilai yang harus dihayati dan diamalkan oleh
setiap warga Negara, khususnya para pemimpin. Kepemimpinan Pancasila adalah
bentuk kepemimpinan yang selalu menggambarkan nilai-nilai dan norma-norma
Pancasila.
Sumber-sumber kepemimpinan Pancasila:
a. Nilai-nilai positif dan modernisme
b. Refleksi hakekat hidup dan tujuan hidup bangsa pada era pembangunan dan
zaman modern.
c. Intisari warisan pusaka berupa nilai-nilai dan norma-norma kepemimpinan
yang ditulis para nenek moyang, pujangga, raja.
Ada beberapa azas kepemimpinan Pancasila yang digali dari nilai-nilai
kepemimpinan Indonesia:
a. Ing ngarsa sung tulada
b. Ing madya mangun karsa
c. Tut wuri Handayani
d. Taqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa
e. Waspada purwa wasesa
f. Ambeg para marta
g. Prasaja
h. Satya
i. Gemi nastiti
j. Blaka
k. Legawa
2. Kepemimpinan Pembangunan
Dalam pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan
manusia seutuhnya dan membangun seluruh rakyat Indonesia, yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945. Hakekat pembangunan adalah rangkaian upaya


pembangunan dan perubahan yang dilangsungkan secara sadar, sengaja,
berencana yang menuju

kepada modernitas dan taraf hidup yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan
pembangunan tersebut diperlukan tipe kepimimpinan yang mampu mengelola
pembangunan yaitu tipe kepemimpinan Administrator dan Sosio teknokrat.
Pemimpin Administrator pembangunan bertugas untuk melakukan rentetan usaha
bersama dengan rakyat untuk mengadakan perbaikan, peningkatan tata kehidupan
dan sarana kehidupan sosial demi pencapaian kesejahteraan manusia, kebaikan
serta keadilan yang merata. Sosio teknokrat adalah seorang yang bertugas
mengelola aspek-aspek teknik administratif dan mahir membimbing dan
membangun manusianya.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan
yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya
berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan
yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin
bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya.
Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk
memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Kepemimpinan

adalah

kemampuan

seseorang

mempengaruhi

dan

memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.


Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian),
intelektual (pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian,

memiliki power atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar
dan siap dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut
telah dimiliki oleh seorang pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan
bijaksana.
B. SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia.
Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak
untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin.
Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa
memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti.
Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

DAFTAR PUSTAKA
Diakses Pada 20 November 2015 Pukul 15.36 WITA
https://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/
Diakses Pada 20 November 2015 Pukul 14.05 WITA http://www.warnasahabat.com/2015/04/makalah-kepemimpinan.html

Anda mungkin juga menyukai