Disusun oleh :
Kelompok XII
Sinta Puspita Sari
PT/06549
PT/06642
PT/06660
PT/06721
Anjar Riyanto
PT/06777
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan antara dua ubahan secara statistik dapat dinyatakan
secara korelasi dan regresi. Hubungan korelasi dalam pemuliaan
dibedakan atas korelasi fenotip, korelasi genetik, dan korelasi lingkungan
(Hardjosubroto, 1994). Analisis korelasi adalah
Korelasi antara dua sifat dapat terjadi pada ternak dan disebut dengan
korelasi fenotipik. Korelasi fenotipik dapat dibagi menjadi korelasi genetik
dan korelasi lingkungan. Korelasi genetik merupakan korelasi antara
pengaruh genetik aditif pada dua sifat. Korelasi lingkungan merupakan
korelasi antara pengaruh lingkungan dan pengaruh gen non aditif.
Korelasi genetik dapat disebabkan oleh gen-gen pleiotropi yaitu gen-gen
yang mengatur ekspresi dua sifat. Korelasi genetik tersebut terjadi pada
populasi yang berada dalam keseimbangan genetik dan dalam keadaan
kawin acak. Korelasi genetik antara dua sifat juga dapat terjadi karena gen
terangkai yaitu dua gen yang terletak pada kromosom yang sama dan
masing-masing mengatur sifat yang berbeda. Kondisi tersebut terjadi pada
berkorelasi
yaitu
peningkatan
rata-rata
kinerja
generasi
keturunannya sebagai akibat dari seleksi yang dilakukan pada sifat lain.
Manfaat lain dari korelasi genetik adalah menghitung estimasi respons
seleksi dengan metode seleksi indeks. Seleksi indeks merupakan seleksi
untuk
meningkatkan
dua
sifat
secara
bersama-sama
dengan
BAB II
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum ilmu pemuliaan ternak
adalah kalkulator scientific dan alat tulis.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum ilmu pemuliaan
ternak adalah buku tugas praktikum.
Metode
Dilakukan perhitungan estimasi korelasi genetik sifat kuantitatif
pada ternak.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh nilai korelasi genetik Domba
Ekor Gemuk adalah 68%. Hasil praktikum lebih rendah jika dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumadi et al. (2014) bahwa nilai
korelasi antara berat lahir dan berat sapih Domba Ekor Gemuk positif
tinggi yaitu 82%. Perbedaan nilai korelasi genetik dapat dipengaruhi
perbedaan jumlah sampel dan keragaman yang berbeda. Harjosubroto
(1994) mengemukakan bahwa besarnya korelasi genetik ada kaitannya
dengan frekuensi gen. Besarnya korelasi tergantung pada frekuensi gen,
sehingga apabila terjadi perubahan frekuensi gen maka korelasi genetik
akan berubah. Salah satu faktor yang mengubah frekuensi gen adalah
seleksi.
Nilai korelasi genetik berdasarkan hasil praktikum termasuk positif
tinggi. Hal tersebut didasarkan pada pernyataan Legates dan Warwick
(1990) bahwa nilai korelasi genetik dapat dikelompokkan menjadi tujuh
kelompok sebagai berikut: negatif tinggi apabila nilainya -1,0 sampai -0,6,
negatif menengah apabila nilainya -0,5 sampai -0,4, negatif rendah
apabila nilainya -0,3 sampai -0,2, mendekati nol apabila nilainya -0,1
sampai 0,1, positif rendah apabila nilainya 0,2 sampai 0,3, positif
menengah apabila nilainya 0,4 sampai 0,5, positif tinggi apabila nilainya
0,6 sampai 1,0.
Nilai korelasi positif tinggi artinya adalah bahwa kenaikan sifat
bobot lahir dapat meningkakan bobot sapih pada Domba Ekor Gemuk
secara signifikan. Wardono et al. (2014) menyatakan bahwa korelasi
genetik yang bernilai positif tinggi artinya adalah jika seleksi dilakukan
untuk suatu sifat, maka tidak hanya berakibat diperbaikinya sifat tersebut
tetapi juga sifat keduanya yang berkorelasi secara signifikan. Legates dan
Warwick (1990) mengemukakan bahwa nilai koefisien korelasi berkisar
antara -1 sampai dengan +1. Hubungan kedua sifat tersebut dinyatakan
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpukan bahwa perhitungan
estimasi korelasi genetik adalah 68% termasuk dalam korelasi positif
tinggi artinya peningkatan sifat bobot lahir akan diikuti peningkatan sifat
bobot sapih secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Falconer, R. D. and T. F. C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative
Genetics. Longman. Malaysia.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan.
Grasindo. Jakarta.
Kurnianto, E. 2013. Ilmu Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Legates, E. J. and E. J. Warwick. 1990. Breeding and Improvement of
Farm Animals. McGraw Hill. Publishing Company. London.
Sumadi, Muflikhun, dan I. G. S. Budisatria. 2014. Estimasi korelasi genetik
berat lahir dan beat sapih pada Domba Ekor Gemuk di UPT PTHMT Garahan, Jember, Jawa Timur. Buletin Peternakan. Vol. 38.
No. 2.
Wardono, H. P., C. Sugihono, H. Kusnadi, dan Suprijono. 2014. Korelasi
antara beberapa kriteria peubah produksi pada ayam buras.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokal.
Banjarbaru.
Warwick, E. J, J. M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Pejantan
(i)
Induk (j)
307
1
0705.03
0801.01
2
0808.01
0873.03
3
0879.03
0884.03
4
0840.02
Anak (k)
Bobot lahir
Bobot sapih
(X)
(Y)
2,30
7,67
2,40
7,86
2,30
7,67
Xij = 7,00
Yij = 23,20
2,40
8,31
2,40
8,53
2,30
8,51
Xij = 7,10
Yij = 25,35
Xi = 14,10
Yi = 48,55
2,20
9,39
2,20
9,39
2,10
9,58
Xij = 6,50
Yij = 28,36
2,10
9,36
2,20
9,39
2,20
9,51
Xij = 6,50
Yij = 28,26
Xi = 13,00
Yi = 56,62
2,50
8,61
2,60
8,58
2,65
8,51
Xij = 7,75
Yij = 25,70
2,60
8,72
2,60
8,62
2,50
8,89
Xij = 7,70
Yij = 26,23
Xi = 15,45
Yi = 51,93
2,80
10,15
2,90
12,23
2,85
12,19
Xij = 8,55
Yij = 34,57
2,80
11,25
2,90
11,28
3,00
11,20
Xij = 8,70
Yij = 33,73
Xi = 17,25
Yi = 68,30
XY
17,64
18,86
17,64
162,40
19,94
20,47
19,57
179,99
684,56
20,66
20,66
20,12
184,34
19,66
20,66
20,92
183,69
736,06
21,52
22,31
22,55
199,18
22,67
22,41
22,23
201,97
802,32
28,42
35,47
34,74
295,57
31,50
32,71
33,60
293,45
1178,18
1. Tabel Anova
Sumber
variansi
Antar
pejantan
(S)
Induk
dalam
pejantan
(D)
Anak
dalam
induk (W)
Keterangan :
Df
SCP
MCP
EMCP
S1=
SCPS
41=3
MCPS
CovW+k2.CovD+k3.CovS
DS=
SCPD
84=4
MCPD
CovW+k1.CovD
n.. D = SCPW
24 8 =
16
MCPW
CovW
k1
=3
k3
=6
n..
= 24
ni .
=6
nij
= indeks pejantan
= indeks induk
= indeks anak
2. Komponen variansi
X..
= 59,8
Y..
= 225,4
(Xi..2)
= 904,07
(Yi..2)
= 12924,54
(Xij.2)
= 452,05
(Yij.2)
= 6465,08
(Xijk2)
= 150,75
(Yijk2)
= 2157,99
= 1700,57
(Xijk) (Yijk)
= 566,94
FK(x) =
= 149
SSS(x) =
SSD(x) =
= 1,68
= 0,01
SSW(x) =
MSS(x) =
MSD(x) =
MSW(x) =
= 0,07
= 0,56
= 0,0025
= 0,0044
Ragam (2)
2W(x) = MSW(x)
2D(x)
2S(x)
FK(y)
SSs(y)
SSD(y)
= 0,0044
=
= 0,0006
= 0,093
= 2116,88
= 37,21
= 0,94
SSW(y)
MSS(y)
MSD(y)
MSW(y)
= 2,96
= 12,4
= 0,24
= 0,19
Ragam (2)
2W(y) = MSW(y) = 0,19
2D(y)
2S(y)
= 0,02
= 2,03
SCPS
SCPD
SCPW
= 561,62
FK =
= 5,23
=0,01
= 0,08
MCPS
= 2,74
MCPD
= 0,0025
MCPW
= 0,005
Peragam (Cov)
CovW
= MCPW = 0,005
CovD
CovS
0,00083))/6
= 0,29
5. Korelasi Genetik
rG
= 0,68