Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PEMULIAAN TERNAK


ACARA III
KORELASI GENETIK

Disusun oleh :
Kelompok XII
Sinta Puspita Sari

PT/06549

Dedy Nur Firmansyah

PT/06642

Diga Budi Kurniawan

PT/06660

Atika Fitriana Yudianti

PT/06721

Anjar Riyanto

PT/06777

Asisten Pendamping : Eris Riswanto

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan antara dua ubahan secara statistik dapat dinyatakan
secara korelasi dan regresi. Hubungan korelasi dalam pemuliaan
dibedakan atas korelasi fenotip, korelasi genetik, dan korelasi lingkungan
(Hardjosubroto, 1994). Analisis korelasi adalah

metode statistika yang

digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara


dua variabel atau lebih. Semakin nyata hubungan linier (garis lurus), maka
semakin kuat atau tinggi derajat hubungan garis lurus antara kedua
variabel atau lebih.

Ukuran untuk derajat hubungan garis lurus ini

dinamakan koefisien korelasi. Analisis regresi adalah metode statistika


yang digunakan untuk menentukan kemungkinan bentuk hubungan atau
pengaruh antara dua atau lebih variabel bebas dengan variabel terikat.
Tujuan pokok penentuan metode ini adalah untuk meramalkan atau
memperkirakan nilai dari satu variabel dalam hubungannya dengan
variabel yang lain (Kurnianto, 2013).
Korelasi genetik menggambarkan hubungan antara sifat-sifat yang
diatur oleh

gen atau rangkaian gen yang sama

yang bersifat aditif.

Korelasi antara dua sifat dapat terjadi pada ternak dan disebut dengan
korelasi fenotipik. Korelasi fenotipik dapat dibagi menjadi korelasi genetik
dan korelasi lingkungan. Korelasi genetik merupakan korelasi antara
pengaruh genetik aditif pada dua sifat. Korelasi lingkungan merupakan
korelasi antara pengaruh lingkungan dan pengaruh gen non aditif.
Korelasi genetik dapat disebabkan oleh gen-gen pleiotropi yaitu gen-gen
yang mengatur ekspresi dua sifat. Korelasi genetik tersebut terjadi pada
populasi yang berada dalam keseimbangan genetik dan dalam keadaan
kawin acak. Korelasi genetik antara dua sifat juga dapat terjadi karena gen
terangkai yaitu dua gen yang terletak pada kromosom yang sama dan
masing-masing mengatur sifat yang berbeda. Kondisi tersebut terjadi pada

populasi yang tidak berada dalam keadaan keseimbangan genetik


(Falconer dan Mackay, 1996).
Korelasi genetik dapat diestimasi dengan metode yang sama
dengan metode estimasi heritabilitas, diantaranya metode peragam
saudara-saudara tiri sebapak, metode peragam pola tersarang, dan
metode peragam regresi anak terhadap tetua. Korelasi genetik antara
dua sifat diestimasi melalui prosedur statistik atau melalui seleksi untuk
satu sifat selama periode tertentu dan mengamati apakah ada perubahan
untuk sifat yang tidak diseleksi. Percobaan seleksi satu sifat harus
dirancang dengan hati-hati dan akurat untuk mengetahui apakah ada dua
sifat yang berkorelasi secara.genetik (Kurnianto, 2013).
Korelasi genetik bermanfaat untuk melakukan estimasi respon
seleksi

berkorelasi

yaitu

peningkatan

rata-rata

kinerja

generasi

keturunannya sebagai akibat dari seleksi yang dilakukan pada sifat lain.
Manfaat lain dari korelasi genetik adalah menghitung estimasi respons
seleksi dengan metode seleksi indeks. Seleksi indeks merupakan seleksi
untuk

meningkatkan

dua

sifat

secara

bersama-sama

dengan

mempertimbangkan nilai ekonomis beberapa sifat tersebut. Korelasi


genetik bermanfaat untuk melakukan seleksi pada suatu sifat yang
munculnya lebih akhir atau sifat yang dapat diukur setelah ternak mati
(misalnya karkas) berdasarkan sifat lain yang dapat diukur lebih awal atau
tidak menunggu saat ternak mati untuk meningkatkan kinerja ternak yang
muncul pada akhir hidup ternak. Kedua sifat yang akan ditingkatkan dalam
seleksi harus memiliki korelasi secara genetik (Kurnianto, 2013).

BAB II
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum ilmu pemuliaan ternak
adalah kalkulator scientific dan alat tulis.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum ilmu pemuliaan
ternak adalah buku tugas praktikum.
Metode
Dilakukan perhitungan estimasi korelasi genetik sifat kuantitatif
pada ternak.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh nilai korelasi genetik Domba
Ekor Gemuk adalah 68%. Hasil praktikum lebih rendah jika dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumadi et al. (2014) bahwa nilai
korelasi antara berat lahir dan berat sapih Domba Ekor Gemuk positif
tinggi yaitu 82%. Perbedaan nilai korelasi genetik dapat dipengaruhi
perbedaan jumlah sampel dan keragaman yang berbeda. Harjosubroto
(1994) mengemukakan bahwa besarnya korelasi genetik ada kaitannya
dengan frekuensi gen. Besarnya korelasi tergantung pada frekuensi gen,
sehingga apabila terjadi perubahan frekuensi gen maka korelasi genetik
akan berubah. Salah satu faktor yang mengubah frekuensi gen adalah
seleksi.
Nilai korelasi genetik berdasarkan hasil praktikum termasuk positif
tinggi. Hal tersebut didasarkan pada pernyataan Legates dan Warwick
(1990) bahwa nilai korelasi genetik dapat dikelompokkan menjadi tujuh
kelompok sebagai berikut: negatif tinggi apabila nilainya -1,0 sampai -0,6,
negatif menengah apabila nilainya -0,5 sampai -0,4, negatif rendah
apabila nilainya -0,3 sampai -0,2, mendekati nol apabila nilainya -0,1
sampai 0,1, positif rendah apabila nilainya 0,2 sampai 0,3, positif
menengah apabila nilainya 0,4 sampai 0,5, positif tinggi apabila nilainya
0,6 sampai 1,0.
Nilai korelasi positif tinggi artinya adalah bahwa kenaikan sifat
bobot lahir dapat meningkakan bobot sapih pada Domba Ekor Gemuk
secara signifikan. Wardono et al. (2014) menyatakan bahwa korelasi
genetik yang bernilai positif tinggi artinya adalah jika seleksi dilakukan
untuk suatu sifat, maka tidak hanya berakibat diperbaikinya sifat tersebut
tetapi juga sifat keduanya yang berkorelasi secara signifikan. Legates dan
Warwick (1990) mengemukakan bahwa nilai koefisien korelasi berkisar
antara -1 sampai dengan +1. Hubungan kedua sifat tersebut dinyatakan

sebagai hubungan linier positif apabila memiliki nilai koefisien korelasi


lebih besar daripada nol. Nilai korelasi antara dua sifat yang lebih besar
dari

nol dan bernilai positif menunjukkan bahwa bahwa kedua sifat

memiliki arah peningkatan yang sama. Peningkatan pada sifat pertama


diiringi dengan peningkatan pada sifat kedua atau penurunan sifat
pertama diiringi oleh penurunan sifat kedua. Hubungan kedua sifat
dinyatakan linier sempurna apabila koefisien korelasi kedua sifat sama
dengan nol. Dua sifat dikatakan memiliki hubungan linier negatif apabila
memiliki nilai koefisien korelasi kurang dari satu .

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpukan bahwa perhitungan
estimasi korelasi genetik adalah 68% termasuk dalam korelasi positif
tinggi artinya peningkatan sifat bobot lahir akan diikuti peningkatan sifat
bobot sapih secara signifikan.

DAFTAR PUSTAKA
Falconer, R. D. and T. F. C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative
Genetics. Longman. Malaysia.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan.
Grasindo. Jakarta.
Kurnianto, E. 2013. Ilmu Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Legates, E. J. and E. J. Warwick. 1990. Breeding and Improvement of
Farm Animals. McGraw Hill. Publishing Company. London.
Sumadi, Muflikhun, dan I. G. S. Budisatria. 2014. Estimasi korelasi genetik
berat lahir dan beat sapih pada Domba Ekor Gemuk di UPT PTHMT Garahan, Jember, Jawa Timur. Buletin Peternakan. Vol. 38.
No. 2.
Wardono, H. P., C. Sugihono, H. Kusnadi, dan Suprijono. 2014. Korelasi
antara beberapa kriteria peubah produksi pada ayam buras.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokal.
Banjarbaru.
Warwick, E. J, J. M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Pejantan
(i)

Induk (j)

307
1
0705.03

0801.01
2
0808.01

0873.03
3
0879.03

0884.03
4
0840.02

Anak (k)
Bobot lahir
Bobot sapih
(X)
(Y)
2,30
7,67
2,40
7,86
2,30
7,67
Xij = 7,00
Yij = 23,20
2,40
8,31
2,40
8,53
2,30
8,51
Xij = 7,10
Yij = 25,35
Xi = 14,10
Yi = 48,55
2,20
9,39
2,20
9,39
2,10
9,58
Xij = 6,50
Yij = 28,36
2,10
9,36
2,20
9,39
2,20
9,51
Xij = 6,50
Yij = 28,26
Xi = 13,00
Yi = 56,62
2,50
8,61
2,60
8,58
2,65
8,51
Xij = 7,75
Yij = 25,70
2,60
8,72
2,60
8,62
2,50
8,89
Xij = 7,70
Yij = 26,23
Xi = 15,45
Yi = 51,93
2,80
10,15
2,90
12,23
2,85
12,19
Xij = 8,55
Yij = 34,57
2,80
11,25
2,90
11,28
3,00
11,20
Xij = 8,70
Yij = 33,73
Xi = 17,25
Yi = 68,30

XY
17,64
18,86
17,64
162,40
19,94
20,47
19,57
179,99
684,56
20,66
20,66
20,12
184,34
19,66
20,66
20,92
183,69
736,06
21,52
22,31
22,55
199,18
22,67
22,41
22,23
201,97
802,32
28,42
35,47
34,74
295,57
31,50
32,71
33,60
293,45
1178,18

1. Tabel Anova
Sumber
variansi
Antar
pejantan
(S)
Induk
dalam
pejantan
(D)
Anak
dalam
induk (W)
Keterangan :

Df

SCP

MCP

EMCP

S1=
SCPS
41=3

MCPS

CovW+k2.CovD+k3.CovS

DS=
SCPD
84=4

MCPD

CovW+k1.CovD

n.. D = SCPW
24 8 =
16

MCPW

CovW

k1

= k2 = jumlah anak per induk

=3

k3

= jumlah anak per pejantan

=6

n..

= jumlah seluruh data (total anak)

= 24

ni .

= jumlah anak dari pejantan ke-i

=6

nij

= jumlah anak dari induk ke-j yang dikawini pejantan ke-i = 3

= indeks pejantan

= indeks induk

= indeks anak

2. Komponen variansi
X..

= 59,8

Y..

= 225,4

(Xi..2)

= 904,07

(Yi..2)

= 12924,54

(Xij.2)

= 452,05

(Yij.2)

= 6465,08

(Xijk2)

= 150,75

(Yijk2)

= 2157,99

(Xi..) (Yi..) = 3401,1


(Xij.) (Yij.)

= 1700,57

(Xijk) (Yijk)

= 566,94

FK(x) =

= 149

SSS(x) =

SSD(x) =

= 1,68

= 0,01

SSW(x) =

MSS(x) =

MSD(x) =

MSW(x) =

= 0,07

= 0,56

= 0,0025

= 0,0044

Ragam (2)
2W(x) = MSW(x)
2D(x)

2S(x)

FK(y)

SSs(y)

SSD(y)

= 0,0044
=

= 0,0006

= 0,093

= 2116,88

= 37,21

= 0,94

SSW(y)

MSS(y)

MSD(y)

MSW(y)

= 2,96

= 12,4

= 0,24

= 0,19

Ragam (2)
2W(y) = MSW(y) = 0,19
2D(y)

2S(y)

= 0,02

= 2,03

3. Tentukan sum of cross product (SCP)


FK

SCPS

SCPD

SCPW

= 561,62

FK =

= 5,23

4. Tentukan mean of cross product (MCP)

=0,01

= 0,08

MCPS

= 2,74

MCPD

= 0,0025

MCPW

= 0,005

Peragam (Cov)
CovW

= MCPW = 0,005

CovD

CovS

=(0,0025 0,005)/3 = -0,00083


= (2,74-(0,005+3. -

0,00083))/6
= 0,29
5. Korelasi Genetik
rG

= 0,68

Anda mungkin juga menyukai