Oleh:
Tri Agung Rahmat Putra
1102134312
Dosen Pembimbing:
Sari Wulandari S.T.
NIP. 15881711-1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Oleh:
Tri Agung Rahmat Putra
1102134312
Menyetujui,
PEMBIMBING LAPANGAN KERJA PRAKTEK
Suparjiyanto.
NIK. 8251
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Oleh:
Tri Agung Rahmat Putra
1102134312
Mengetahui,
DOSEN PEMBIMBING
NIP 15881711-1
NIP 14871575-1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shallawat serta salam semoga
selalu tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena atas Rahmat dan KaruniaNya kita masih selalu mendapat perlindungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pelaksanaan Kerja Praktek ini. Laporan Kerja Praktek ini disusun guna memenuhi salah satu
syarat untuk lulus mata kuliah Kerja Praktek pada Jurusan Teknik Industri, Universitas Telkom.
Kerja Praktek dilaksanakan di PT. Suzuki Indomobil Motor Plant II Tambun Divisi
Welding, terhitung mulai tanggal 1 Juni 2016 sampai dengan tanggal 24 Juli 2016 bertempat di
Jl. P. Diponegoro Km. 38.2, Tambun Bekasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan
selama melakukan Kerja Praktek dan penyusunan Laporan Kerja Praktek. Oleh karna itu penulis
ingin berterimakasi yang sebesar-besarnya kepada:
1.
2.
3.
4.
Universitas Telkom.
5. Ibu Murni Dwi Astuti, S.T., M.T. selaku koordinator kerja praktek Program Study Teknik
Industri Universitas Telkom.
6. Ibu Sari Wulandari selaku dosen pembimbing akademik kerja praktek.
7. Bapak Suparjianto selaku pembimbing lapangan selama kerja praktek di PT. Suzuki
Indomobil Motor.
8. Seluruh karyawan Departemen Welding PT. Suzuki Indomobil Motor.
9. Semua pihak yang telah mendukung kelancaran kerja praktek.
Perencanaan pembuatan Laporan Kerja Praktek ini tidak terlepas dari materi-materi yang
penulis peroleh dari para karyawan dan juga dari referensi tertulis lainnya. Penulis menyadari
laporan ini masih memiliki beberapa kekurangan di dalam materi maupun bagian lainnya,
penulis mengharapkan masukan dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan isi Laporan
Kerja Praktek ini. Penulis berharap laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan
penulis.
Contents
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. x
I.1 Latar Belakang Penugasan.......................................................................................... x
I.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... xi
I.3 Batasan Masalah...................................................................................................... xi
I.4 Tujuan Dan Manfaat................................................................................................. xi
I.5 Metodelogi............................................................................................................ xii
I.6 Sistematika Penulisan.............................................................................................. xiii
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN.....................................................................xiv
II.1 Sejarah Perusahaan................................................................................................ xiv
II.2 Lokasi Perusahaan............................................................................................... xviii
II.3 Struktur Organisasi................................................................................................ xix
II.4 Proses Produksi.................................................................................................... xxi
II.4.1 Proses Pressing.............................................................................................. xxii
II.4.2 Proses Welding............................................................................................. xxiii
II.4.3 Proses Painting............................................................................................. xxiii
II.4.4 Proses Assembling Engine ( Proses ini berlangsung di Plant Cakung ).........................xxiv
II.4.5 Assembling................................................................................................... xxv
II.4.6 Final Inspection............................................................................................. xxv
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK...................................................................xxix
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................ 32
IV.1 Proses Standar Pembuatan Mobil..............................................................................32
IV.2 Komponen Bodi Kendaraan..................................................................................... 33
IV.3 Suzuki Wagon R YR9............................................................................................ 35
IV.4 Pengendalian Kualitas............................................................................................ 36
IV.5 Failure Mode Effect Analysis (FMEA).......................................................................37
IV.5 1 Design FMEA (DFMEA).................................................................................. 37
IV.5.2 Proses FMEA (PFMEA)................................................................................... 38
7
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penugasan
Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Teknik
Industri Telkom University pada semester 6. Mata kuliah ini memiliki bobot 2 SKS dan
berlangsung selama 40 hari di perusahaan-perusahaan yang dipilih secara mandiri oleh
mahasiswa Teknik Industri.
Dalam Kerja Praktek, mahasiswa Teknik Industri dituntut untuk mengaplikasikan
keilmuan teknik industri dan softskill dalam permasalahan-permasalahan di dunia kerja. Pada
program magang sebelumnya, yaitu Geladi, mahasiswa Teknik Industri hanya diperkenalkan
secara umum mengenai seluk-beluk dunia kerja. Pengetahuan mengenai dunia kerja tersebut
dikembangkan lebih lanjut dalam Kerja Praktek. Mahasiswa dapat memilih perusahaan dengan
divisi yang spesifik dan relevan keilmuan Teknik Indutri secara mandiri dan terlibat dalam proses
observasi, eksekusi, dan pemecahan masalah. Diharapkan keterlibatan mahasiswa dalam Kerja
Praktek dapat mengasah keahlian dan mempersiapkan mahasiswa Teknik Industri untuk terjun di
dunia kerja.
PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR atau yang biasa disingkat (SIM) merupakan salah
satu industry swastha yang bergerak di bidang manufaktur kendaraan bermotor. SIM
memproduksi kendaraan bermotor roda dua dan kedaraan bermotor roda empat. Produksi yang di
hasil berkualiats bagus dan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Untuk menghasilakan
produk yang berkualitas dan bermutu SIM didukung oleh sumber daya manusia dan peralatan
yang sangat canggih
Penulis melaksanakan kerja praktek di PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR di bagian
welding yang yang merupakan suatu bagian yang bertanggung jawab dalam penggabungan dari
komponen hasil dari bagian pressing
10
Pada penulisan laporan dari hasil Kerja Praktek penulis mengabil judul ANALISIS
PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI PRODUK CACAT PANEL FRONT
HOOD PADA YR9 MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC
I.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan Kerja Praktek ini adalah
sebagaiberikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
11
I.5 Metodelogi
Dalam pelaksanaan kegiatan ini dilakukan beberapa tahapan agar dapat data yang
lengkap dan akurat sehingga diperoleh solusi yang tepat. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Observasi
Pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan
langsung di lapangan
2. Wawancara
Mengadakan pengambilan data dengan melakukan Tanya jawab dengan karyawan atau
operator yang bekerja di lapangan
3. Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan mempelajari literature berupa data teknis alat, material,
interuksi kerja, laporan produksi spesifikasi produk, buku, dan jurnal.
4. Konsultasi
Konsultasi dilakukan dengan cara berdiskusi dengan pem bombing lapangan dan
karyawan untuk mendapat arahan dan bimbingan
I.6 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini diuraikan dalam sistematik penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
12
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penugasan, lingkup penugasan, target
pemecahan masalah, metode pemecahan masalah, rencana penjadwalan kerja, dan
sistematika penulisan laporan
Bab II Tinjauan Umum Perusahaan
Bab ini berisi penjelasan mengenai profil dan sejarah singkat perusahaan, lokasi
perusahaan, struktur organisasi, dan kepegawaian perusahaan.
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek
Bab ini berisi penjelasan mengenai pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan tempat
kerja praktek berlangsung.
Bab IV Pembahasan
Dalam bab ini berisi penjelasan mengenai pelaksanaan kerja atau pemecahan masalah
yang ada di perusahaan dan korelasi dengan keilmuan yang didapat di bangku perkuliahan.
Bab V Analisis dan Usula; Simpulan dan Saran
Bab ini terbagi menjadi dua bagian yaitu, bagian 1 berisi Analisis dan Usulan, lalu bagian
2 berisi Simpulan dan Saran. Bagian 1 berisi tentang analisis permasalahan yang ditemukan
di tempat kerja praktek dan usulan perbaikan yang diberikan. Bagian 2 berisi tentang
pernyataan singkat mengenai hasil penelitian dan analisis data yang relevan dengan tujuan.
Saran memuat ulasan mengenai pendapat mahasiswa kerja praktek tentang kemungkinan
pengembangan dan pemanfaatan hasil kerja praktek lebih lanjut.
13
NO
1
2
Tahun
1976
1977
1979
14
4 1981
5 1983
1986
standarisasi. f.. g. h.
Suzuki mendapatkan penghargaan Market Leader Award untuk
1990
Amenity
mulai
1991
1993
diperkenalkan ke pasaran.
Suzuki Vitara, kendaraan
serbaguna
dengan
kenyamanan
1994
11
1995
12
13
1996
1998
dari Escudo
Suzuki Baleno 1.6 diluncurkan dan melengkapi kelas sedan
Terjadinya krisis ekonomi sedikit menunda peluncuran tipe baru
di kelas 1000cc. Suzuki Karimun, kendaraan perkotaan yang
bersahabat dan sangat efisien ini sempat meraih predikat
14
1999
15
2001
kian
membaik,
Suzuki
2002
2003
18
2004
19
2005
16
20
2006
21
2007
22
2008
ST 100 Euro
Pada tahun 2008, Suzuki sedang dalam tahap memosisikan diri
agar lebih diminati masyarakat yaitu dengan cara erubahan image
produk Suzuki menjadi passenger van. Karena itu pada tanggal 17
Januari 2008, Suzuki meluncuran kendaraan tipe baru berjenis
sedan yaitu Suzuki Neo Baleno. Dengan desain yang lebih
bersahabat dengan masyarakat dengan mesin yang tidak berisik
23
2010
24
2011
Suzuki Splash
Suzuki mengeluarkan mobil pickup dengan ukuran yang cukup
besar yakni Mega Carry Pick up. Mobil ini juga dikeluarkan
25
26
2013
2014
27
2015
28
2016
18
19
20
21
bisa merusak mobil, untuk memberikan keindahan pada mobil dan juga memberikan
petunjuk khusus. Pengecatan dapat memberikan proteksi terhadap karat, sinar ultraviolet,
pasir, dan udara yang mengandung garam, juga dari penampilan dapat memberikan dimensi
efek, kehalusan, kilauan (luster) dan efek dari sebuah warna (dilihat dari penampilan). Dalam
industri otomotif pengecatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Cat Stoving
Yaitu cat yang digunakan untuk pengecatan material dari logam, dan untuk cat ini
pengeringan harus pada suhu tertentu dan biasanya pengeringan
menggunakan oven.
2. Cat Poliurethane
Yaitu cat yang digunakan untuk pengecatan material dari bahan plastik, dan
pengeringannya tidak memerlukan suhu tinggi. Secara garis besar
proses painting pada industri otomotif meliputi :
Pre Treatment System
Yaitu proses perlakuan terhadap permukaan untuk menghindari karat dan
pembersihan permukaan untuk persiapan proses painting.
elektrodeposition, fungsi dari CED ini yang utama adalah sebagai anti karat.
Intermediate Coat
Yaitu untuk pemberian warna kedua sebelum body dilapisi cat utama, agar
3. Sub Assembling: proses assembling dari part-part engine sebelum masuk ke line
assembling.
4. Assembling: proses penggabungan komponen-komponen dari proses machining
dan proses sub assembling hingga dapat unit engine.
5. Quality: proses pengecekan dari hasil assembling, dan disini dapat ditentukan
apakah engine layak diteruskan ke proses assembling body.
II.4.5 Assembling
Adalah proses penggabungan unit body yang sudah dipainting dengan engine dan
komponen-komponen lain, seperti roda, jok, dasboard, interior, dalam dan juga interior luar
menjadi satu unit mobil. Proses assembling ini meliputi:
1. Chasis
Yaitu proses assembling pada bagian-bagian mobil yang berhubungan
dengan chasis.
2. Triming
Yaitu proses assembling pada bagian atas mobil atau pemasangan interior
dan eksterior mobil.
3. Sub Assembling
Yaitu proses assembling part-part mobil sebelum diassembling ke unit
mobil.
4. Final Assembling
Yaitu proses assembling untuk kelengkapan mobil sesudah proses triming
dan chasis.
II.4.6 Final Inspection
Yaitu proses pemeriksaan unit mobil sesudah proses assembling, dan proses ini
memeriksa komponen dan part yang terbagi menurut fungsi dan tampilan (Appearance)
apakah unit mobil layak untuk di jual. Final Inspection Section menggunakan ISIS
(Indomobil Suzuki Inspection Standards) sebagai standarisasi pemeriksaan unit mobil. Hasil
pengujian unit mobil dimasukkan ke dalam komputer yang tersedia dan dicatat di dalam
check sheet yang kemudian disahkan oleh inspector yang melakukan pengujian. Tujuan input
hasil pengujian unit mobil tersebut adalah sebagai bukti pengujian unit mobil. Dalam
pengujian ini terdapat beberapa tahapan sebelum dilepas ke bagian marketing, sesuai dengan
25
urutannya adalah Toe-In tester, Turning Radius&Headlight tester, Drum tester, Side Slip,
Brake Tester, Engine Room&Under Pit, Appearance. Selain itu masih ada satu lagi pengujian
yang harus dilalui diluar Final Inspection Line process ini, yakni Shower test.
Proses tahapan pengujian tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Toe-In Tester
Toe tester adalah pengujian terhadap kelurusan roda. Didahului dengan
proses pra toe-in, dimana pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap nomor
vin, nomor engine, warna kendaraan, label pressure, nomor key, dan
menyamakan sudut putar steering. Setelah itu dilakukan tahapan berikutnya yaitu
toe-in tester. Di bagian ini dilakukan test terhadap kelurusan roda. Setelah
kendaraan berada di atas toe tester maka layar monitor akan menampilkan
besarnya penyimpangan roda terhadap kelurusannya. Untuk penyetelan, operator
akan mengadjust kekencangan baut pada tie-rod dengan keadaan engine unit
harus running, sambil terus mengamati layar monitor.
Pengujian ini dilengkapi dengan switch khusus yang bisa diatur untuk
menyesuaikan model yang akan ditest. Untuk Futura (PU/CHS) dipakai huruf
A, Karimun memakai huruf B, Baleno dan Aerio memakai huruf C, Grand
Vitara memakai huruf D, Escudo 2.5 XL-7 memakai huruf E, Escudo 1.6
dan 2.0 memakai huruf F, APV (Truck/Van) memakai huruf G, dan Futura
(FPB) memakai huruf K. Bagian yang harus diamati saat melalui toe-in tester
adalah roda depan. Untuk Grand Vitara harus roda depan dan belakang.
untuk APV steer kanan LF, H APV steer kanan WL, I APV steer kiri LF, dan
J APV steer kiri WL. Cara pengujiannya adalah sebagai berikut :
Setelah kendaraan masuk ke pit (alat test), segera dipilih switch sesuai
dengan model yang akan ditest. Kemudian steering wheel diputar penuh ke
kiri/kanan penuh. Besarnya sudut belokan ditunjukkan oleh dua buah pointer
pada panel yang diletakkan di depan alat uji. Kemudian steering wheel diputar
dengan arah terbalik (sampai penuh).
Untuk mengecek posisi/arah sinar headlight, maka lampu harus
dihidupkan dulu. Pengaturan posisi headlight dilakukan secara manual. Jika
sudah sesuai maka lampu pada Headlight Tester akan menyala pada bagian OK,
tetapi jika belum sesuai lampu akan menyala pada NG. Untuk menentukan posisi
headlight ini dipakai referensi lampu dekat.
3. Drum Tester
Di Drum tester kendaraan akan mengalami pengecekan beberapa
instrumennya, antara lain : air wiper, blade wiper, head lamp, turn signal, AC,
blower AC, elektrik, lampu ruangan, seat belt, dan pemeriksaan kecepatan unit
mobil. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kecepatan kendaraan
untuk tiap-tiap tingkat kecepatan serta kemampuan akselerasinya sesuai dengan
standard. Drum tester ini berupa drum (dapat berputar) yang dipasang di 2
tempat (depan dan belakang) yang nantinya dipakai untuk menempatkan roda
depan dan belakang kendaraan. Pada drum tester ini, dilengkapi dengan stopper
yang berjumlah 3 buah dengan fungsi untuk safety. Jarak keduanya dapat diatur
sesuai dengan model kendaraan yang diuji. Untuk menentukan jarak drum tadi,
maka sebelum kendaraan melewati alat ini operator harus memilih switch yang
sesuai dengan kendaraan yang akan dicek. Untuk drum tester ini kode huruf yang
dipakai adalah sama dengan kode huruf di Toe-In tester, yaitu sebagai berikut :
Untuk Futura (PU/CHS/FPB) dipakai huruf A, Karimun memakai huruf B,
Baleno dan Aerio memakai huruf C, Grand Vitara memakai huruf D, Escudo
2.5 XL-7 memakai huruf E, Escudo 1.6 dan 2.0 memakai huruf F, APV
(Truck/Van) memakai huruf G
27
Tanggal
Pelaksanaan
Bertemu dengan HRD dan mengetahui Briefing awal dengan HRD PT. Suzuki
akan di tempatkan dimana
1
1-3
Indomobil Motor
Perkenalan dengan pembimbing lapangan dari
Juni
2016
Departemen Welding
daerah
tempat
kerja
standar
Mengamati proses welding 4W
Mengamati proses welding body Y9J
Mengamati proses welding deck floor Y9J
13-17
Juni 2016
28
27 Juni 5
Juli
2016
Juli2016
lini Y9R
Analisis data
11 - 15
Juli 2016
18 - 22
Juli 2016
25 - 26
Juli 2016
Penyusunan laporan
Menyelesaikan Laporan Kerja Praktek
Penyusunan laporan
Penyusunan laporan
Penyusunan laporan
Konsultasi dengan pembimbing lapangan
Penutupan
29
BAB IV PEMBAHASAN
IV.1 Proses Standar Pembuatan Mobil
Proses Standar Pembuatan Mobil PROSES membuat kendaraan di Indonesia dilakukan
melalui urutan bertahap. Peralatan modern berbasis komputer, seperti general welder dan
automatic spray machine, kini sudah menjadi standar yang diterapkan pabrikan. General welder
adalah sistem pengelasan titik pada bodi mobil secara otomatis dengan tingkat akurasi tinggi.
Begitu pula dengan peralatan automatic spray machine yang mampu melakukan pengecatan
secara otomatis.
Urutan pembuatan mobil diawali dengan tahapan welding dan painting. Lini produksi
pertama adalah proses welding. Dalam tahapan ini beragam body parts disatukan untuk
membentuk rangka dasar kendaraan. Pengelasan dilakukan dengan menggunakan teknologi
general welder, sedangkan penghalusan bodi memakai alat khusus.
Selesai tahap tersebut, proses selanjutnya adalah pengecatan bodi. Setelah keluar dari
bagian welding, bodi dilapisi dengan coating dasar antikarat melalui 12 tahap treatment. Setelah
itu, proses berlanjut dengan pelapisan bodi memakai bahan sealer dan PVC. Bodi pun
dipanaskan pada temperatur teratur agar lapisan itu melekat kuat.
Keluar dari proses pelapisan, bodi dicat dalam ruang tertentu sehingga tidak tercemar
debu. Automatic spray machine akan beroperasi secara bertahap, mulai dari proses primary coat,
base coat, diakhiri dengan clear coat. Semua proses ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas
produk bodi agar tidak mudah rusak.Proses pembuatan mobil tahap kedua adalah melakukan
assembling. Pada bodi kendaraan yang sudah jadi ditambahkan komponen lainnya sehingga
menjadi kendaraan utuh. Seluruh lini assembling ini dikontrol melalui program komputer,
menggunakan sistem ban berjalan.
Tahapan kerja assembling dimulai dari routing, yaitu tahap instalasi kabel-kabel, pipapipa, lampu, spion, dan peralatan elektronik lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan proses
interior, berupa pemasangan bagian roof ceiling, pedal bracket, pillar garnish, dan bagian
lainnya. Setelah selesai, proses berikutnya adalah pemasangan tangki bahan bakar, suspensi, pipa
pembuangan, engine assy, dan ban.
30
31
beberapa panel-panel yang disatukan dengan beberapa jenis sambungan dan dapat
terlihat secara langsung dari luar, misalnya bumper, engine hood, pintu-pintu,
sunroof, roof head lining, fender, kaca, boot lid/ deck lid, lampulampu radiator
grill, dan lain sebagainya.
4. Konstruksi Dalam
Bagian ini terdiri dari komponen-komponen yang ada didalam bodi kendaraan,
sporty. Ditambah dengan adanya Fog lamps dan Light Blue Eyes yang juga akan mempercantik mobil ini
tentunya juga akan memberikan pencahayaan yang maksimal. Roof Rail Dashing yang ada di atas mobil
ini juga menambah kesan keunikan dari desain mobil ini. Tentunya hal-hal diatas membuat spesifikasi
Suzuki Karimun Wagon R dari segi desainnya ini memiliki kesan yang imut, mini, dan modern.
Untuk mesinnya sendiri mobil ini disematkan mesin K10B berkapasitas 998cc dengan sistem
DOHC, 12 katup yang dilengkapi dengan 3 silinder. Dengan mesin tersebut mobil mini ini dapat
mencapai tenaga maksimal 68 hp pada 6.200 rpm, sedangkan torsi maksimal yang dapat dihasilkan
adalah 90 Nm pada 3.500 rpm. Selain itu mobil ini juga disematkan fitur Gear Shift Indicator yang akan
memudahkan untuk memindahkan perseneling gigi secara tepat. Penggerak roda depannya juga memiliki
andil yang kuat untuk membuat mobil ini memiliki akselerasi yang responsif dan cukup maksimal. Itulah
spesifikasi Suzuki Karimun Wagon R dari segi dapur pacunya yang tentunya akan membuat mobil mini
ini cukup kuat untuk diajak berkeliling kota
rencana
dan
kebijaksanaan
untuk
mencapai
penyebabnya.
c. Komunikasi hasil pengukuran terhadap individu atau kelompok yang melaksanakan.
d. Pertimbangan alternatif atas dasar tindakan yang dapat diambil untuk koreksi gejala
adanya suatu kekurangan.
e. Menilai dan melengkapi alternatif yang baik sesuai dengan kemampuan.
Adalah suatu analisa teknik untuk memahami potential kegagalan pada design produk.
Asumsi dibuat bahwa produksi sudah membuat produk sesuai design, akan tetapi produk
masih tidak berfungsi atau tidak berfungsi optimal. Kegagalan pada design produk dapat
berupa.
a.
b.
c.
d.
mempertimbangkan.
35
Adalah suatu analisa teknik untuk memahami potential kegagalan pada proses
produksi. Asumsi dibuat bahwa design produk sudah baik akan tetapi proses produksi
gagal memenuhi tuntutan atau persyaratan pada design. Misalnya.
a. Diameter lubang kebesaran
b. Pelapisan yang kurang
c. Kekerasan material kurang, dll
Definisi customer pada PFMEA pada umumnya adalah Penggunaan akhir / end user.
Customer dapat juga proses selanjutnya atau proses assembly, service, peraturan
pemerintah. PFMEA adalah living dokumen dan harus dimulai.
a. Sebelum atau pada tahapan feasibility
b. Sebelum produksi tooling dan
c. Masukkan semua pertimbangan selama proses produksi dimulai dari komponen individu
sampai assembly.
Terdapat langkah dasar dalam proses FMEA yang dilakukan oleh tim desain for six
sigma (DFSS) adalah.
1. Membangun batasan proses yang dibatasi oleh struktur proses.
2. Membangun proses pemetaan dari FMEA yang mendiskripsikan proses produksi
secara lengkap dan alat penghubung tingkat hirarki dalam struktur proses dan
ruang lingkup.
3. Melihat struktur proses pada seluruh tingkat hirarki dimana masing-masing
parameter rancangan didefinisikan.
4. Identifikasi kegagalan potensial pada masing-masing proses.
5. Mempelajari penyebab kegagalan dari pengaruhnya.
Pengaruh dari kegagalan adalah konsekuensi langsung dari bentuk kegagalan pada
tingkat proses berikutnya, dan puncaknya ke konsumen. Pengaruh biasanya diperlihatkan
oleh operator atau sistem pengawasan. Terdapat dua hal utama penyebab pada
keseluruhan tingkat, dengan diikuti oleh pertanyaan seperti.
36
yang
pengaruhnya.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk mendeteksi penyebab dalam tindakan kotektif.
Identifikasi mengukur tindakan korektif. Menurut nilai risk priority number (RPN),
tim melakukannya dengan.
37
Kapabilitas proses merupakan suatu ukuran kinerja kritis yang menunjukkan proses
tersebut mampu menghasilkan sesuai dengan spesifikasi produk yang ditetapkan oleh
manajemen berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
Gambar 2.2 : Kapabilitas proses
IV.6.3 Definisi DPMO (Defect per Million Opportunities)
Defect adalah kegagalan untuk memberikan apa yang diinginkan oleh pelanggan?,
sedangkan Defect Per Opportunities (DPO) merupakan ukuran kegagalan yang dihitung dalam
program peningkatan kualitas Six Siqma, yang menunjukkan banyaknya cacat atau kegagalan
per satu kesempatan, dan dihitung dengan formula:
DPO=
Besarnya DPO ini apabila dikalikan dengan konstanta 1.000.000 akan menjadi formula: DPMO
= DPO X 1.000.000
Defect per Million Opportunities (DPMO) merupakan ukuran kegagalan dalam program
peningkatan Six Sigma, yang menunjukkan kegagalan per satu juta kesempatan. Target dari
pengendalian kualitas Six Sigma Motorola sebesar 3,4 DPMO seharusnya tidak diinterpretasikan
sebagai 3,4 unit output yang cacat dari satu juta unit output yang diproduksi, tetapi
diinterpretasikan sebagai dalam satu unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan gagal dari
suatu karakteristik CTQ adalah hanya 3,4 kegagalan per satu juta kesempatan (Gaspersz,V.
2002). Tingkat sigma sering dihubungkan dengan kapabilitas proses, yang dihitung dalam defect
per milion opportunities. Beberapa tingkat pencapaian sigma:
Tabel 2.1 : Tingkat pencapaian sigma
Sumber : Gasperz, V. 2002
IV.6.4 Siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)
Six Sigma menggunakan alat statistik untuk mengidentifikasi beberapa faktor vital,
Siklus DMAIC merupakan proses kunci untuk peningkatan secara kontinyu menuju target Six
Sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta
39
(systematic, scientific, and fact based). Berikut ini adalah tahapan dalam siklus DMAIC dan
langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada setiap tahap:
Define (D)
Tahap Define merupakan langkah operasional pertama dalam program
peningkatan kualitas Six Sigma. Dalam tahap Define dilakukan identifikasi proyek yang
potensial, mendefinisikan peran orang-orang yang terlibat dalam proyek Six Siqma,
mengidentifikasi karakteristik kualitas kunci (CTQ) yang berhubungan langsung dengan
kebutuhan spesifik dari pelanggan dan menentukan tujuan.
Measure (M)
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatan
kualitas Six Sigma, terdapat beberapa hal pokok yang harus dilakukan yaitu:
1. Melakukan dan mengembangkan rencana pengumpulan data yang dapat dilakukan
pada tingkat proses, dan/atau output.
2. Mengukur kinerja sekarang (current performance) untuk ditetapkan sebagai baseline
kinerja pada awal proyek Six Sigma.
Analyze (A)
Merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan kualitas Six
Sigma. Sebenarnya target dari program Six Sigma adalah membawa proses industri pada
kondisi yang memiliki stabilitas (stability) dan kemampuan (capability), sehingga
mencapai tingkat kegagalan nol (zero defect oriented).
Improve ( I )
. Setelah sumber-sumber dan akar penyebab permasalahan kualitas teridentifikasi,
maka perlu dilakukan penentapan rencana tindakan (action plan) untuk melaksanakan
peningkatan kualitas Six Siqma, yaitu dengan tools: Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) yang mendiskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya serta prioritas dan
atau alternatif yang dilakukan dalam implementasi dari rencana itu
40
Control ( C )
Merupakan tahap operasional terakhir dalam proyek peningkatan kualitas Six
Sigma. Pada tahap ini prosedur-prosedur serta hasil-hasil peningkatan kualitas
didokumentasikan untuk dijadikan pedoman kerja standart guna mencegah masalah yang
sama atau praktek-praktek lama terulang kembali, kemudian kepemilikan atau tanggung
jawab ditransfer dari tim Six Sigma kepada penanggung jawab proses, dan ini berarti
proyek Six Sigma berakhir pada tahap ini.
1. Penyok
Penyok adalah diamana permukaan benda bengkok kedalam atau keluar sehingga
tidak rata. Biasanya penyok ini di sebabkan adanya kotoran pada jig, atau juga
peletakan benda kerja yang meleset pada jig.
2. Spater
Spater merupakan bintik-bintik kecil logam las (geram). Hal ini bisa terjadi akibat
percikan hasil proses pengelasan CO2
3. Disposisi spot
Defect ini yaitu melesetnya posisi spot welding dari tempat yang sudah di tetapkan.
Defect ini terjadi karena kurang fokusnya pada operator
4. Spot tajam
Spot tajam adalah cacat pada pengelasan titik yang berupa hasil lasan mencuat keluar
dengan ujung tajam. Hal ini terjadi karena karena ujung tip gun pada pengelasan titik
sangat tajam
41
5. Noise
Noise terjadi pada sambungan yang dilas kurang maksimal, sehingga terdapat celah, dan dari celah tersebut terdapat rongga
yang bisamengeluarkan bunyi. Sebab lain terjadinya Noise ini adalah kelalaian dalam penggunan sealer, atau mungkin kualits
seal yang kurang baik.
6. Spot kurang/lebih
Defect ini adalah cacat yang disebabkan oleh kesalahan manusia. Dimana operator yang kurang teliti sehingga ada beberapa
titik yang kurang dilas atau bahkan kelebihan.
EKS RPR
Defect
Benjo
Dans
PENYOK
Kara
-BENJOL t
NG
No defect
PANEL. BACK
DOOR INNER
PANEL. BACK
DOOR OUTER
PANEL. DASH
PANEL.
FR
atau
lepas
Peny
ok
Scratch
Spatt
er
Spot
Spot
Spot
bolon
kura
nyasa
ng
Spot
Total
tajam
defect
19
44
13
DOOR INNER
LH
PANEL.
Nut TA
2
28
48
4
30
3
31
FR
DOOR INNER 1
18
22
RH
42
PANEL.
FR
DOOR OUTER
LH
PANEL.
FR
17
27
24
32
DOOR OUTER
RH
PANEL.
FR
FENDER LH
PANEL.
FR
11
FENDER RH
PANEL.
FR
HOOD OUTER
PANEL. FUEL
LID INLET
PANEL. ROOF
PANEL. ROOF
14
27
20
23
48
65
4
7
BACK INNER
PANEL.
RR
1
23
34
DOOR INNER
LH
PANEL.
RR
DOOR INNER
RH
PANEL.
RR
15
DOOR OUTER
43
LH
PANEL.
RR
DOOR OUTER
RH
PANEL.
19
26
RR
FLOOR REAR
PANEL.
RR
WHEEL
HOUSING LH
PANEL. SIDE
BODY OUTER
20
39
60
LH
PANEL. SIDE
BODY OUTER
24
RH
STRENGTH.
SIDE SILL LH
26
8
21
Total
Data defect Bulan Juni YR9
28
1
77
312
1
2
11
13
489
Di PT Suzuki Indomobil Motor terdapat cara untuk mengatasi kesalahan yaitu dengan cara preventive dan cara korektive.
1. Preventive yaitu pemeriksaan sercara berkala pada alat-alat welding
perbaikan jika terdapat kerusakan pada alat tersebut. Namun jika semua masih dalam kondisi baik dan sesuai dengan
parameter maka akan dinyatakan OK
44
2. Korektif yaitu proses perbaikan pada defect yang sudah terjadi. Proses pemeriksaan dilakuka dua kali yaitu pada bagian
mekanik dan yang terakhir pada bagian Final Inspection. Penangan bisa dilakukan dengan diperbaiki (repaire) bagian
defect tersebut.
45
47
Aliran
Panel
Front
Hood
Assembly
48
Spot
welding
Panel
Front
Hood
49
50
51
52
sebuah proses. Dengan menggunakan Six Sigma terdapat metode yang sangat tepat untuk
memecahkan masalah ini yaitu DMAIC
V.1.1 Define
Dengan semakin majunya teknologi informasi pada era globalisasi ini, membuat persaingan
industri semakin ketat. Agar dapat bertahan dalam persaingan ini perusahaan harus dapat lebih kreatif,
inovatif, dan menjajikan dalam menawarkan produk yang mereka tawarkan. Peningkatan kualitas produk
secara terus menerus merupakan salah satu cara untuk mengambil hati para konsumen.
Penulis akan memfokuskan penulisan laporan ini pada bagian welding khususnya pada lini YR9
atau yang biasa di sebut Wagon R. Dan cacat yang paling terjadi adalah penyok, selain itu juga masih
banyak cacat yang terjadi yaitu:
Defect
Benjol
Dansa
EKS
RPR
Total
26
8
PENYOK-
BENJOL NG
Gelombang
Nut TA atau lepas
Penyok
Scratch
Spatter
Spot bolong
Spot kurang
Spot nyasar
Spot tajam
21
77
1
312
2
11
7
3
8
13
Tidak penyok
Tidak terjadi Function NG
Tidak terjadi Nut NG / Miring
Tidak ada part NG
Tidak terjadi CO NG
53
D 489
=
=0.4 338
U 1127
5.
Total Opportunities
TOP = U x OP = 1127x11 = 12.397
6. Defect Per Oppurtunities
DPO =
7.
D
1127
=
=0.09090909
TOP 12397
8. Tingkat Sigma
1000000DPMO
100000090.909
+1.5=normsinv (
)+1.5=
1000000
1000000
2.835178
54
V.1.3 Analyze
V.1.3.1 Diagram Pareto
Dibuatnya diagram pareto bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah satu jenis cacat dengan
jenis cacat yang lainnya secara jelas karena menggunakan histogram. Dengan diagram ini dapat diketahui
jenis cacat tapa saja yang dominan atau yang paling berpengaruh.
Chart Title
Total
Presentase Komulatif
Dari
diagaram
di atas dapat diketahui jenis cacat apa saja yang ada di bagian welding dan jumlah dari masing-masing
cacat tersebut dengan melihat nilai kumulatif. Nilai kumulatif tersebut akan menjadi jenis cacat yang
akan dianalisa.
Tabel kumulati sepuluh jenis cacat terbesar untuk YR9 departemen welding
Berdasarkan gambar diagram parreto di atas dapat diketahui jenis-jenis cacat dan masing-masing
jumlahnya pada departemen welding dengan melihat nilai kumulatifnya. Berdasarkan nilai kumulatif
tersebut, penulis menemukan dasar dari jenis-jenis cacat yang akan dianalisa dan diperbaiki. Berikut
merupakan jenis-jenis cacat yang akan dianalisa dan diperbaiki.
55
Beberapa work station yang memungkinkan penyebab terjadi sepuluh jenis cacat terbesar
V.1.3.2 Diagram Cause Effect (Fishbone)
Diagram fishbone digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah, yang
Defect
Total
Presentase Presentase Komulatif
Penyok
312
63.80%
64%
Gelombang
77
15.75%
80%
Spatter
26
5.32%
85%
Nut NG
21
4.29%
89%
Spot tajam
13
2.66%
92%
Benjol
11
2.25%
94%
Dansa
8
1.64%
96%
Spot nyasar
8
1.64%
97%
Spot bolong
7
1.43%
99%
Spot kurang
3
0.61%
99%
Scratch
2
0.41%
100%
Nut TA atau lepas
1
0.20%
100%
dapat membuat suatu solusi dari masalah tersebut. Dengan diagram fishbone dapat mempermudah dalam
penyelidikan lima faktor penyebab, yaitu Manusia (Man), Mesin (Machine), Metode (Method), Material
(Material), dan lingkungan (Environment). Dari hasil observasi, pengamatan dan brainstorming dengan
staff dan operator terkait, kelima faktor tersebut tidak menjadi penyebab secara bersamaan. Hanya
beberapa faktor yang terjadi secara bersamaan, yaitu faktor manusia, mesin, material dan metode.
Penyok
Jenis cacat Penyok umumnya terjadi pada body mobil, dimana terdapat bagian dari body
56
Gambar V. 1
Analisa
Penyebab
Cacat Penyok
Penyok
N
Penyebab
: Lolos Check
O
1
Faktor penyebab
Sering terjadinya lolos check dari Dept. Pressing diakibatkan kurang
: Manusia
terlihatnya permukaan yang penyok pada bagian Panel Side Body Out. Hal
ini terjadi karena bagian panel side body out dari departemen welding yang
belum dilakukan pelapisan dan pengecatan sehingga tidak terlihat jelas
apakah permukaan tersebut rata atau tidak. Oleh karena itu operator sering
2
terutama
operator
yang
belum
Faktor penyebab
Kurangnya pengalaman yang menyebabkan keterampilan operator yang
maksimal
: Manusia
Faktor penyebab
Perusahaan memang memiliki SOP sendiri yang disebut Indomobil Suzuki
: Kurangnya pengecekan
di proses mekanik
: Metode
Operation Standard (ISOS), tetapi dalam ISOS yang terakhir direvisi pada
tahun 2007 tidak memiliki checksheet yang dapat digunakan untuk
melakukan pengecekan apa saja yang sudah dilakukan pada proses
mekanik.
57
Penyebab
Faktor penyebab
Pengawasan pada final proses Dept. Pressing yang kurang maksimal
dari
Dept.
Pressing
: Material
Gelombang
Seperti halnya Penyok dan Benjol, jenis cacat Gelombang biasanya juga terjadi pada body
mobil. Hal ini terjadi ketika terdapat bagian dari body mobil yang permukaannya mengalami
kondisi masuk kedalam tetapi juga keluar. Kondisi permukaan yang bergelombang ini umumnya
terjadi setelah proses repair cacat Penyok maupun Benjol.
Faktor penyebab
Dapat disebabkan oleh adanya beberapa operator baru yang berada
Manusia
Faktor penyebab
Pengawasan pada final proses Dept. Pressing yang kurang
dari Pressing
Material
maksimal
Spatter
Spatter kondisi cacat dimana percikan bunga api sebagai penyebabnya. Percikan tersebut
dapat saja langsung menempel pada bagian mobil maupun menempel pada alat pendukung proses
pengelasan seperti jig yang kemudian dapat menempel atau merusak bagian mobil lainnya.
59
O
1
Faktor penyebab
Tip yang baru diasah / dikikir memiliki bentuk yang
Mesin
Faktor penyebab
Pengelasan yang terlalu lama biasanya disebabkan
oleh
operator
yang
kurang
Penyebab
Faktor penyebab
Posisi Tip yang tidak lurus akan menyebabkan
percikan
api
keluar
ke
segala
arah
lurus
menjadi
miring
60
Nut NG / Miring
Terdapat pemasangan Nut pada beberapa komponen white body tertentu. Nut ini
digunakan untuk proses perakitan selanjutnya terutama untuk proses assembling. Jenis cacat Nut NG /
Miring ini adalah kondisi ketika Nut tidak terpasang sempurna, Nut tersebut dapat saja memiliki posisi
yang miring maupun terbalik. Selain itu, dalam proses perakitan pada welding, bunga api dapat saja
masuk kedalam lubang Nut. Nantinya, hal ini dapat menyebabkan baut tidak dapat masuk kedalam lubang
Nut sehingga Nut tersebut harus dicopot dan dipasang kembali.
Peletakkan
plat
pada
61
Peletakkan plat pada mesin pemasangan Nut yang tidak tepat dapat
mengakibatkan Nut yang terpasang Not Good (NG) atau miring.
Hal ini disebabkan operator yang kurang terampil dan kurang
konsentrasi dalam meletakkan plat pada mesin pemasangan Nut
Penyebab
Faktor penyebab
Ketikan proses assembling pada Dept. Welding, Nut pada plat sub
Penyebab
Faktor penyebab
Saat pemasangan Nut pada plat, mesin penyedot salah arah
Faktor penyebab
Pin for Nut yang digunakan untuk meletakkan plat pada saat
pemasangan Nut, memiliki bentuk yang tidak rata akibat aus karena
sering terkenanya gesekan antara plat dengan mesin pemasangan
Nut. Ausnya Pin for Nut membuat permukaan tidak rata sehingga
sering terjadi Nut NG.
62
V.1.4 Control
Pada tahap ini bertujuan untuk medokumentasikan perbaikan yang telah dibuat, melanjutkan
untuk mengukur kinerja proses secara rutin, menyesuaikan prosedur kerja yang seharusnya di lakukan.
Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi proses perbaikan yang dilakukan agar tidak terjadi penurunan
proses produksi.
Agar perusahaan dapat mempertahankan perubahan yang sudah baik perlu dilakukan
pengendalian, pengendalian yang harus dilakukan itu adalah sebagai berikut:
1. Disiplin
: Menjaga sebuah proses tetap stabil dan konsisten terhadap produksinya.
2. Mendokumentasika Perbaikan : Hal ini dapat meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan
terjadi
3. Menentukan Standar
dengan adanya nilai standar ini dapat memudahkan penilaian agar selalu berada pada batas aman
4. Membuat rencana manajemen proses : Membuat peringatan dan tanggapan terhadap rencana yang
akan digunakan apabila terjadi masalah.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengendalian ini. Berikut diantaranya:
1.
2.
3.
4.
terpisah. Komponen menyatu merupakan jenis konstruksi bodi kendaraan dimana bodi dan
rangkanya menyatu. Konstruksi luar merupakan tempat menempelnya berbagai macam panel
63
dan dapat diumpamakan sebagai kulit dalam tubuh kita. Konstruksi dalam terdiri dari komponenkomponen yang terdapat di dalam kendaraan.
Selanjutnya adalah salah satu produk andalan milik Suzuki, yaitu Suzuki Karimun
Wagon R si mobil kompak dengan desain boxy yang cukup menawan. Mobil ini adalah salah satu pilihan
utama bagi para pecinta mobil mini yang menuntut mobilitas tinggi di perkotaan. Karimun Wagon R
adalah produk mobil dari Suzuki untuk mengisi segmen mobil dengan harga terjangkau. Mobil mini
Suzuki ini dikandidatkan sebagai mobil LCGC yang artinya bahwa produksi mobil ini dilakukan di
Indonesia untuk menekan biaya produksi sehingga menjadikan mobil ini dipasarkan dengan harga yang
cukup murah. Selain itu mobil mini ini juga hemat bahan bakar dengan minimal penghabisan 1 liter
bensin untuk 20 km. Karena memang salah satu syarat mobil LCGC adalah harus irit bensin dan mobil
ini juga masuk dalam program KBH2 (Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Bahan Bakar & Harga
Terjangkau).
Selain itu, penulis juga mengetahui tentang fungsi pengendalian mengandung makna
pelaksanaan, pengukuran dan pola tindakan kolektif yang meyakinkan tercapainya tujuan secara
luas akibat pengendalian, yaitu pengukuran pelaksanaan tujuan, rencana kegiatan dan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Lalu analisis penyimpangan, tujuan,
rencana dan kebijaksanaan untuk mencapai penyebabnya. Kemudian komunikasi hasil
pengukuran terhadap individu atau kelompok yang melaksanakan. Setelah itu pertimbangan
alternatif atas dasar tindakan yang dapat diambil untuk koreksi gejala adanya suatu kekurangan.
Dan yang terakhir adalah menilai dan melengkapi alternatif yang baik sesuai dengan
kemampuan.
Lalu penulis juga mengetahui tentang FMEA. Analisa, dokumentasi dan memperbaiki
FMEA. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) merupakan dokumen yang harus dianalisa
dan diurus secara terus-menerus. FMEA tidak dapat menyelesaikan maslah sehingga harus
dikombinasikan dengan metode-metode problem solving. FMEA hanya memberi gambaran
tentang tingkat resiko suatu kegagalan. Problem solving: Brainstroming, fishbone diagram,
Design of Experiment, etc. Persiapan FMEA dimulai dengan membentuk team multi disiplin.
Anggota team FMEA dapat terdiri dari: process engineer, industrial engineer, design engineer,
operator produksi, tooling engineer, maintenance engineer, quality engineer, lain-lain, termasik
pemasok, marketing. Selain itu penulis juga mengetahui hasil dari penerapan metode six sigma,
yaitu zero defect.
64
65