Anda di halaman 1dari 3

Gaun untuk Sepatuku

Kriingg...
Bel tanda pelajaran sekolah berakhir berbunyi. Pelajaran ditutup dengan singkat oleh guru
kami. Selepas guru kami keluar, teman-temanku langsung berhamburan keluar secepatnya.
Banyak yang berencana mencari perlengkapan untuk prom nanti. Acara prom sekolahku dua
minggu lagi akan berlangsung. Aku juga belum mempersiapkan pakaian untuk kupakai nanti.
Rencananya aku dan sahabatku Yessi akan mampir ke pasar mencari apa yang kami butuhkan
untuk acara itu.
Yess.. kita jadi pergi sekarang kan? tanyaku
Oh, tentu saja, ayo kita berangkat sekarang Lis.. sahut Yessi
Namaku Lisa dan Yessi adalah sahabat, tetanggaku sekaligus teman sekelasku.
Di dekat pasar yang jadi tujuan kami, ada sebuah toko penjual gaun-gaun dan setelan untuk
acara pesta. Kami pun menyempatkan diri melihat-lihat ke toko itu.
Wahh, Lis lihat deh.. gaun yang dipajang itu warnanya senada banget sama sepatu yang
aku kasih sebagai hadiah ulang tahunmu bulan kemarinkan, gimana kalau kamu pakai sepatu
hadiahku kemarin untuk prom sekolah kita bareng gaun itu? tanya Yessi
Iya, benar Yess, rencanaku memang aku mau pakai sepatu hadiah darimu itu untuk acara
prom nanti. Aku suka banget sama sepatu itu loh. Menurutku juga desain gaunnya bagus
Yess... Harganya berapa ya, semoga ga mahal banget... sahutku
Harganya mahal banget Lis.. 1,2 juta.. Cuma buat gaun begini doang? Mendingan kita cari
di pasar saja Lis.. Gaun itu terlalu mahal untuk acara prom SMP. Apa kata kakakmu nanti
kalau kau beli gaun ini, masih banyak gaun yang cocok dipakai bareng sepatu itu kok.. Yessi
langsung mengajakku pergi dari tempat itu
Di perjalanan pulang, aku selalu memikirkan gaun itu. Gaun itu ternyata sanggup memikat
hatiku. Sesampai di rumah juga kepalaku dipenuhi oleh bayang-bayang gaun merah itu. Aku
sangat menginginkannya.
Aku pasti akan mencoba membujuk kakakku tekadku dalam hati
Ceklik .. Suara pintu depan dibuka. Aku yakin kakakku sudah pulang dari tempat kerjanya.
Aku menghampiri kakakku yang baru saja pulang dari tempat kerjanya. Aku ingin
mengutarakan bahwa aku sudah menemukan gaun yang cocok untuk acara prom sekolahku
nanti.
Ka tadi aku sudah menemukan gaun untuk kupakai diacara prom sekolahku. Gaun itu
sangat indah dan cocok banget dipakai dengan sepatu merah pemberian Yessi kemarin loh
ka...

Kakakku sudah tahu mengenai sepatu pemberian Yessi tersebut. Menurut Kak Lia juga
sepatu itu cocok dipakai untuk acara promku karena menurutnya juga sepatu itu bagus. Aku
juga berpikir demikian. Alangkah cantiknya aku jika aku mengenakan gaun merah indah
yang kulihat di pasar tadi dipadukan dengan sepatu berkilauan dari Yessi. Tentunya aku akan
menjadi pusat perhatian di pesta perpisahan sekolah nanti. Tapi masalahnya gaun itu
harganya sangat mahal. Aku yakin keuangan kami tidak cukup untuk membelinya. Walau
begitu aku tetap mengutarakan keinginanku ini pada kakakku.
Wah bagus dong Lisa.. Harga gaunnya berapa? Jangan terlalu mahal ya.. Kau juga tahu
keadaan keuangan kita sedang susah sekarang inikan sahut kakakku.
Eh, itu ka.. Aku sulit mengatakan nominalnya pada kakakku.
Katakan saja Lisa, biar kakak tahu, uang kita cukup atau tidak.. kata ka Lia
Harganya sangat mahal ka, harganya 1,2 juta.. aku juga tahu keadaan keuangan kita bakal
tidak cukup membelinya.. Tapi aku sangat menginginkan gaun itu ka.. Beliin ya ka.. Please..
Rengekku.
Kakakku mencoba sabar menanggapi rengekanku. Lisa.. kakak bukannya tidak mau
memenuhi permintaanmu. Tapi kau juga tahu keadaan kita sekarang ini sedang susah. Harga
kopi semakin merosot dan pohon-pohon kopi kita juga sebagian besar diserang hama. Kakak
belum punya uang untuk membeli gaun yang mahal. Uang 1,2 juta itu banyak sekali. Gaji
kakak sebulan saja cuma satu juta doang jika bekerja di ladang Pak Anto. Apalagi harga
bahan-bahan pokok semakin naik. Pilih gaun lain yang lebih murah aja ya Lisa..
Pak Anto adalah pemilik kebun kopi luas yang berada di dekat kebun kopi sempit kami. Dia
juragan kopi yang tidak terlalu ramah dan agak pelit. Sebenarnya hatiku agak sedih saat
mendengar kakak bekerja di ladang Pak Anto. Aku tidak tahu kakak bekerja diam-diam untuk
menambah penghasilannya. Aku yakin dia tidak sengaja mengatakan dia sedang bekerja di
laadang Pak Anto. Tapi memang aku sedang kepingin banget sama gaun merah itu. Entah apa
yang merasukiku sehingga aku sangat suka akan gaun itu. Aku tetap bersikukuh mengatakan
bahwa aku sangat menginginkan gaun itu tanpa mempedulikan perasaan kakakku.
Tidak.. aku tidak mau ka.. Aku maunya hanya gaun itu saja. Aku tidak mau yang lain.
Lagipula acara pestanya masih dua minggu lagi ka. Kakak masih bisa ngumpulin duitnya
dulu sahutku pada kakak dengan nada berharap.
Aku tahu ini merupakan suatu keegoisan tapi aku mengabaikannya. Aku sangat
menginginkan gaun itu. Kakakku hanya bisa terdiam mendengar penjelasanku.
Aku dan kakakku tinggal berdua saja di rumah kecil peninggalan orangtua kami. Orangtua
kami sudah lama meninggalkan kami. Kini kakakkulah satu-satunya keluargaku yang paling
dekat. Dia juga yang membiayai semua keperluanku. Orangtua kami meninggalkan sebidang
lahan perkopian yang tidak terlalu luas. Lahan itu menjadi sumber mata pencaharian bagi aku
dan kakakku walau hasilnya tidak terlalu banyak. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, akan

sangat sulit mendapatkan hasil untuk cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari karena serangan
hama-hama itu.
Aku sadar aka hal itu tapi tetap menambah beban kakakku dengan meminta gaun yang mahal
untuk acara prom sekolahku. Aku sangat bersikeras karena acara prom ini juga sebagai acara
perpisahan bagi kami siswa kelas III SMP. Aku ingin tampil cantik karena ini acara terakhir
kami di sekolah.
Kakakku masih tidak bergeming sampai akhirnya aku masuk ke kamarku. Di kamar aku
memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa memiliki gaun itu. Sekarang sedang masa
panen kopi, apakah kakak mengijinkan aku ikut bekerja di kebun orang lain agar bisa
mengumpulkan duit beli gaun. Aku berpikir keras bagaimana cara mengutarakan rencanaku
ini pada kakakku.
Besok kami sudah libur karena semua ujian sekolah dan ujian nasional sudah kelar. Aku
berencana akan ikut Kak Lia ke kebun Pak Anto memetik kopi dengan harapan akan
memperoleh upah untuk beli gaun. Kak Lia mengijinkan aku ikut karena memang kami sudah
libur.
Kak Lia mengajariku dengan sabar dalam memetik kopi karena aku belum pernah
melakukannya walaupun keluarga kami sendiri punya ladang kopi. Banyak yang harus
diperhatikan dalam memetik kopi, dari memilih kopi yang akan dipetik dan hati-hati jangan
sampai memetik buah yang belum matang. Aku mendengarkan Kak Lia dengan seksama dan
menerapkannya dengan sepenuh hati.
Aku jadi teringat saat Kak Lia meminta ijin pada Pak Anto agar mengijinkan aku bekerja di
ladangnya untuk sementara waktu karena kami sedang butuh uang. Kak Lia dengan sabar
membujuk Pak Anto karena Pak Anto bukan tipe orang yang mudah menerima tambahan
karyawan. Aku tidak mau mengecewakan Kak Lia dengan memperlihatkan kinerja yang tidak
bagus pada Pak Anto.
Tiba waktunya makan siang, Kak Lia memanggilku mengajak makan siang bareng. Aku
menghampirinya dan kami langsung makan bekal yang telah disiapkan Kak Lia dari rumah.
Dia cepat-cepat bangun subuh tadi hanya untuk menyediakan sarapan dan bekal kami karena
aku sudah mengutarakan maksudku yang ingin kerja untuk membeli gaun yang kuinginkan.

Anda mungkin juga menyukai