Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AKUNTANSI APLIKASI BISNIS

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Yoga Adi Nugroho


Yusuf Ulfatoni
Nurul Khasanah
Nevi Noor Khumaila
Dewi Puri Anggraini
Alifia Rahma Mutia
Nina Rizky
Siti Hidayanti Lukmanah
Agung Hidayatullah

B.211.13.0016
B.211.13.0060
B.211.13.0084
B.211.13.0098
B.211.13.0134
B.211.13.0142
B.211.13.0143
B.211.13.0195
B.211.13.0229

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada umumnya jumlah pelanggan atau calon pelanggan pada setiap
daerah atau wilayah adalah terbatas. Oleh karena itu, usaha untuk
meningkatkan volume penjualan tidak akan mencapai hasil yang maksimal
apabila tidak disertai dengan usaha untuk memperluas daerah pemasaran.
Usaha untuk memperluas daerah pemasaran dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara seperti konsinyasi, pembukaan agen penjualan yang
berkaitan dengan penyerahan fisik barang barang oleh pihak pemilik
kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual, serta pembukaan
kantor cabang.
Setiap perusahaan selalu berusaha mencapai laba yang optimal.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu cara
untuk menaikkan volume penjualan adalah melalui penjualan konsinyasi.
Konsinyasi merupakan penyerahan barang oleh pemilik kepada pihak lain
yang bertindak sebagai agen penjual, tetapi hak atas barang tersebut tetap
berada ditangan pemilik sampai barang tersebut dijual oleh agen penjual.
Dalam konsinyasi ada yang dikatakan dengan konsinyor (consignor) yaitu
pihak yang memiliki barang atau pemilik barang dan pihak yang
mengusahakan penjualan barang ini disebut konsinyi (consignee), faktor
(factor), atau pedagang komisi (commission merchant).
Dalam konsinyasi terdapat pihak pihak yang terkait yaitu :
a. Pengamanat/Konsinyor (Consignor) adalah pihak yang menitipkan
barang atau pemilik barang. Pengamanat akan tetap mencatat barang
yang dititipkannya sebagai persediaan selama barang yang dititipkan
belum terjual atau menunggu laporan dari komisioner.
b. Komisioner (Consignee) adalah pihak yang menerima titipan barang
dari

pengamanat

(consignor)

maupun

komisioner

(consignee)

mendapat keuntungan dengan adanya transaksi konsinyasi ini. Bagi


pengamanat (consignor) melalui konsinyasi secara tidak langsung

dapat dijadikan sebagai sarana promosi produknya dan menaikkan


omzet penjualan serta memperluas daerah pemasaran.
Dalam prosedur akuntansi bagi konsinyor maupun konsinyi memiliki
masing masing metode dalam mengatur atau menyusun transaksi yang
menyebabkan rugi atau laba.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud Penjualan Konsinyasi?
B. Bagaimana Sifat dari Konsinyasi?
C. Apa Saja Karakteristik dari Transaksi Konsinyasi?
D. Bagaimana Hak Hak dan Kewajiban yang berhubungan dengan
Perajanjian Konsinyasi?
E. Bagaiamana Metode Penjualan Konsinyasi?
F. Apa Saja Masalah Akuntansi Bagi Pengamanat (Konsinyor) dan
Komisioner?
G. Bagaimana Perlakuan Akuntansi

Terhadap

Barang

Barang

Konsinyasi yang dikembalikan dan Uang Muka Konsinyi?


H. Bagaimana Penyajian Transaksi Penjualan Konsinyasi dalam Laporan
Keuangan?
I. Bagaimana Prosedur Akuntansi Alternatif?
J. Bagaimanakah Penyelesaian Untuk Barang yang Masih Tersisa?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Penjualan Konsinyasi.


Penjualan Konsinyasi didefinisikan oleh IFRS (IAS 2) sebagai
situasi yang pihak pemegang barang persediaan bertindak sebagai agen
bagi pemilik sebenarnya (Wiley, 2007:179). Penjualan konsinyasi
dalam pengertian sehari-hari dikenal dengan sebutan penjualan dengan
cara penitipan, pihak yang menyarankan barang (pemilik) disebut
dengan consignor (konsinyor) atau pengamanat, sedangkan pihak yang
menerima titipan barang tersebut disebut konsinyi, komisioner.
Aliminsyah dan Padji ( 2008 : 77 ) dalam kamus istilah keuangan dan
perbankan disebutkan bahwa :
Consignment (Konsinyasi) adalah barang-barang yang
dikirim untuk dititipkan kepada pihak lain dalam rangka
penjualan dimasa mendatang atau untuk tujuan lain, hak atas
barang tersebut tetap melekat pada pihak pengirim (Consignor).
Penerimaan titipan barang tersebut (Consignee) selanjutnya
bertanggung jawab terhadap penanganan barang sesuai dengan
kesepakatan.
Konsinyasi adalah penyerahan barang oleh pemilik kepada pihak
lain yang bertindak sebagai agen penjual, tetapi hak atas barang
tersebut tetap berada di tangan pemilik sampai barang tersebut dijual
oleh agen penjual.
Terdapat unsur unsur yang terdapat dalam penjualan
konsinyasi, yaitu :
a. Unsur Perjanjian
d. Unsur Barang yang dititipkan
b. Unsur Pemilik Barang
e. Unsur Penjualan
c. Unsur Pihak yang dititipi barang f. Unsur Komisi
Mengabaikan salah satu unsur tersebut akan membuat transaksi
tidak dapat disebut penjualan konsinyasi, oleh karena itu seluruh unsur
tersebut harus ada pada saat penjualan konsinyasi.

Terdapat perbedaan prinsipal antara transaksi penjualan dengan


transaksi konsinyasi. Dalam transaksi penjualan hak milik atas barang
berpindah kepada pembeli pada saat penyerahan barang. Di dalam
transaksi konsinyasi penyerahan barang dari pengamanat kepada
komisioner tidak diikuti adanya hak milik atas barang yang
2.2

bersangkutan.
Sifat Konsinyasi.
Ditilik dari sudut hukum, penyerahan barang ini disebut sebagai
penitipan, dimana pihak konsinyi memegang barang ini untuk dijual
seperti yang dirinci dalam persetujuan yang dibuat antara konsinyor
dan konsinyi. Konsinyor menetapkan konsinyi

sebagai yang

bertanggung jawab atas barang barang yang diserahkan kepadanya


sampai barang barang ini terjual kepada pihak ketiga. Atas penjualan
barang barang ini pihak konsinyor menetapkan penyerahan hak atas
barang barang ini dan juga hasil penjualannya. Sebaliknya, pihak
konsinyi tidak dapat menganggap barang barang itu sebagai
miliknya; ia pun tidak mempunyai kewajiban kepada pihak konsinyor
selain daripada pertanggungjawabannya atas barang barang yang
diserahkan kepadanya. Hubungan antara pihak konsinyor dan pihak
pemilik dan agen penjual, dan undang undang keagenan mengatur
penetapan hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Konsinyasi mengandung beberapa keuntungan untuk jenis
produk seperti alat alat rumah tangga, buku, majalah, surat kabar,
dan barang barang baru. Konsinyor lebih menyukai bentuk
konsinyasi penyerahan barang barangnya kepada agen penjual
karena alasan alasan berikut :
Konsinyasi mungkin merupakan satu satunya cara yang
memungkinkan produsen atau dit\stributor memperoleh daerah
pemasaran yang lebih luas, terutama jika :
a. Barang itu merupakan barang yang baru diintrodusir dan
permintaan akan produk ini tidak diketahui atau tidak
pasti,

b. Penjualan di waktu lalu terbukti tidak menguntungkan


bagi agen penjual,
c. Barang itu mahal, dan membutuhkan investasi yang
besar bagi agen penjual jika harus membelinya, dan
d. Fluktuasi harga atau produk ini tidak tahan lama
sehingga agen penjual setuju membeli barang hanya jika
resiko kerugian ditanggung oleh pihak lain. Agen
penjual, yang tidak memikul kewajiban dan tidak pula
menanggung resiko, pada umumnya bersedia menerima
barang atas dasar konsinyasi meskipun mungkin ia tidak
bersedia membeilinya.
Konsinyor dapat memperoleh spesialis penjualan, terutama
untuk penjualan ganda, ternak, dan hasil bumi. Imbalan untuk
jasa seperti ini seringkali berupa komisi, yang dapat berupa
persentase harga jual atau dapat juga berupa jumlah yang tetap
untuk setiap unit barang yang terjual.
Harga jual eceran barang konsinyasi dapat dikendalikan oleh
pihak konsinyor yang masih menjadi pemilik barang ini.
Pengendalian ini sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan
apabila barang ini dijual kepada agen penjual.
Sementara itu pihak konsinyi lebih menyukai barang konsinyasi
daripada membelinya karena alasan alasan sebagai berikut :
Pihak konsinyi terlepas dari risiko kegagalan menjual barang
itu atau dari risiko penjualan dengan rugi. Faktor ini sangat
penting terutama untuk produk baru atau produk yang untuk
pertama kalinya dijual di suatu daerah tertentu.
Risiko kerusakan fisik dan fluktuasi harga dapat dihindari.
Kedua macam pertimbangan ini penting, artinya terutama
dalam perdagangan ternak, hasil bumi, dan produk lainnya
yang cepat rusak.

Kebutuhan modal kerja berkurang, karena penetapan harga


pokok persediaan barang konsinyasi dilakukan oleh pihak
2.3

konsinyor.
Karakteristik Transaksi Konsinyasi.
Karakteristk penjualan konsinyasi yang sekaligus merupakan
perbedaan perlakuan akuntansi dengan transaksi penjualan yaitu :
a) Barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan
oleh pengamanat karena hak milik atas barang-barang konsinyasi
masih berada ditangan pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak
boleh diakui sebagai persediaan oleh pihak komisioner (consignee).
b) Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan
timbulnya pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk
mengakui timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat maupun bagi
komisioner sampai barang dagangan dapat dijual kepada pihak ketiga.
c) Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik barang tetap
bertanggung

jawab

sepenuhnya

terhadap

semua

biaya

yang

berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman


sampai dengan saat komisioner berhasil menjual barang tersebut
kepada pihak ketiga. Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian diantara
kedua belah pihak.
d) Komisioner

dalam

batas

kemampuannya

mempunyai

kewajiban untuk menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang


komisi yang diterimanya itu. Oleh karena itu komisioner perlu
menyelenggarakan administrasi yang baik dan tertib.
Pada pelaksanaan penjualan konsinyasi sebaiknya kontrak
perjanjian antara pengamanat dan komisioner harus dibuat terlebih
dahulu. Isi perjanjian biasanya terdiri dari beban-beban yang
dikeluarkan oleh komisioner yang ditanggung oleh pengamanat,
kebijaksanaan harga jual dan syarat kredit, komisi bagi komisioner dan
laporan

pertanggungjawaban

oleh

komisoner

kepada

pengamanat (account sale) yang dilakukan secara berkala atas barangbarang yang sudah terjual dan pengiriman uang hasil penjualan
2.4

tersebut.
Hak dan Kewajiban Perjanjian Konsinyasi.

Hak dan Kewajiban pihak konsinyi ditetapkan dan ditentukan


oleh Undang Undang penitipan dan keagenan seperti yang
dimodifikasi oleh Uniform Commercial Code. Hal hal yang
terpenting adalah sebagai berikut :
A. Hak hak pihak Konsinyi / Komisioner
Pihak konsinyi berhak memperoleh penggantian atas
pengeluaran yang dibutuhkan berkaitan dengan barang
konsinyasi dan juga berhak memperoleh imbalan atas
penjualan barang konsinyasi. Pengeluaran yang dibutuhkan
tergantung pada sifat barang konsinyasi dan biasanya
meliputi pengangkutan, asuransi, pajak, penyimpanan,
penanganan, reparasi di bawah garansi, dan beban lainnya
yang

biasanya

ditanggung

oleh

pihak

konsinyor.

Pengeluaran yang ditetapkan dengan persetujuan khusus


atau yang dibebankan oleh undang undang kepada pihak
konsinyor, dan jumlah yang harus diberikan sebagai
imbalan atas penjualan, merupakan hak gadai konsinyi atas
barang konsinyasi atau atas hasil penjualannnya. Jika hasil
penjualan barang konsinyasi tidak cukup untuk menutup
beban seperti ini, maka pihak konsinyi dapat menuntut

kekurangannya kepada pihak konsinyor.


Pihak konsinyi berhak menawarkan garansi biasa atas
barang konsinyasi yang dijual, dan sementara itu pihak

konsinyor terikat pada syarat pemberian garansi seperti ini.


B. Kewajiban Pihak Konsinyi / Komisioner
Pihak konsinyi harus melindungi barang barang pihak
pemilik dengan cara yang baik dan sesuai dengan sifat
barang dan kondisi konsinyasi. Jika pihak konsinyi telah
menerima instruksi khusus, maka ia harus melaksanakannya dengan baik untuk mengindari kewajiban.
Pihak konsinyi harus menjual barang konsinyasi dengan
harga yang telah ditentukan, atau jika tidak ada ketentuan

mengenai harga, ia harus menjualnya dengan harga yang


memuaskan kepentingan pihak pemilik.
Pihak konsinyi harus memisahkan barang konsinyasi dari
barang dagang lainnya. Jika pemisahan fisik ini tidak dapat
dilakukan, maka barang konsinyasi ini harus diberi tanda
khusus atau diselenggarakan catatan yang memungkinkan
untuk menetapkan dengan segera barang konsinyasi ini.
Piutang usaha konsinyasi harus dipisahkan dari piutang
usaha pihak konsinyasi sendiri. Ditinjau dari sudut hukum,
hasil penjualan per kas barang konsinyasi harus dipisahkan
sampai hasil ini dikirimkan kepada pihak konsinyor. Akan
tetapi, dalam prakteknya, uang kas dari penjualan barang
konsinyasi seringkali disatukan dengan uang kas konsinyi
sendiri, dalam hal tidak ada persetujuan khusus mengenai
pemisahannnya.
Pihak konsinyi harus mengirimkan laporan berkala
mengenai kemajuan penjualan barang konsinyasi. Laporan
yang dikirimkan oleh pihak konsinyi ini disebut sebagai
perkiraan penjualan konsinyasi (account sale). Laporan ini
berisi informasi mengenai barang konsinyasi yang diterima,
barang konsinyasi yang dijual, harga jual, biaya penjualan,
jumlah yang terhutang, dan jumlah (uang) yang dikirmkan.
Pihak konsinyi harus menyelenggarakan catatan untuk
mendukung laporan informasi yang tercantum dalam
2.5

perkiraan penjualan konsinyasi.


Metode Penjualan Konsinyasi.
Untuk mencatat semua transaksi yang dicatat dalam ayat jurnal,
maka

perlakuan

akuntansi

untuk penjualan

konsinyasi

dapat

digolongkan dalam :
a. Pencatatan pada buku penjualan konsinyasi untuk konsinyor
(Pengamanat). Jika transaksi konsinyor diselenggarakan terpisah
dari transaksi penjualan biasa.

Di dalam metode ini semua laba ataupun rugi yang diperoleh


dari kegiatan konsinyasi akan disajikan secara terpisah dari rugi
laba yang biasa. Untuk memisahkan tersebut maka pendapatan dan
biaya yang berhubungan dengan kegiatan konsinyasi juga harus
dipisahkan. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan pendapatan
dan biaya tersebut adalah rekening Barang Konsinyasi. Rekening
ini akan di debit dengan biaya yang berhubungan dengan barang
konsinyasi dan dikredit dengan pendapatan yang berhubungan
dengan barang konsinyasi.
Contoh Soal :
Pada awal tahun 1991 PT ABC mengadakan perjanjian
konsinyasi dengan toko XYZ. Isi perjanjian tersebut antara lain:
1. PT ABC akan menitipkan barang kepada toko XYZ
2. Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil
penjualan
3. Semua biaya ditanggung oleh PT ABC
4. Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara
bulanan.
Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi
tersebut untuk bulan januari 1991 adalah:
1. PT ABC mengirim 100 unit barang yang dalam keadaan CKD
ke toko XYZ. Harga pokok barang tersebut Rp. 300.000,00
sedangkan harga jual ditentukan Rp. 500.000,00
2. PT ABC membayar biaya angkut sebesar Rp. 500.000,00
3. Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan
membayar biaya perakitan sebesar Rp. 200.000,00
4. Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagangan secara
tunai
5. Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC
6. Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu:
- Penjualan: 100 x Rp. 500.000,00
= Rp. 50.000.000,00
- Komisi 15% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 7.500.000,00
Biaya perakitan
= Rp. 200.000,00
Rp. 7.700.000,00
Kas yang dikirim
Rp. 42.300.000,00
Jurnal yang dibuat oleh PT ABC adalah:
Transaksi 1

Transaksi ini dicatat:


Barang konsinyasi
Rp. 30.000.000,00
Persediaan
Rp. 30.000.000,00
Transaksi 2
Transaksi ini dicatat:
Barang konsinyasi
Rp. 500.000,00
Kas
Rp. 500.000,00
Transaksi 3
Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
Transaksi 4
Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
Transaksi 5
Transaksi ini dicatat:
Piutang-komisioner
Rp. 42.300.000,00
Barang konsinyasi
Rp. 7.700.000,00
Barang konsinyasi
Rp. 50.000.000,00
Transaksi 6
Transaksi ini dicatat:
Kas
Rp. 42.300.000,00
Piutang komisioner
Rp. 42.300.000,00
b. Pencatatan pada buku penjualan konsinyasi untuk konsinyi
(Komisioner). Jika transaksi konsinyi diselenggarakan terpisah dari
transaksi perjalanan biasa.
Contoh Soal :
Pada awal tahun 1991 PT ABC mengadakan perjanjian
konsinyasi dengan toko XYZ. Isi perjanjian tersebut antara lain:
1. PT ABC akan menitipkan barang kepada toko XYZ
2. Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil
penjualan
3. Semua biaya ditanggung oleh PT ABC
4. Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara
bulanan.
Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi
tersebut untuk bulan januari 1991 adalah:
1. PT ABC mengirim 100 unit barang yang dalam keadaan CKD
ke toko XYZ. Harga pokok barang tersebut Rp. 300.000,00
sedangkan harga jual ditentukan Rp. 500.000,00
2. PT ABC membayar biaya angkut sebesar Rp. 500.000,00
3. Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan
membayar biaya perakitan sebesar Rp. 200.000,00

4. Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagangan secara


tunai
5. Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC
6. Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu:
- Penjualan: 100 x Rp. 500.000,00
= Rp. 50.000.000,00
- Komisi 15% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 7.500.000,00
Biaya perakitan
= Rp. 200.000,00
Rp. 7.700.000,00
Kas yang dikirim
Rp. 42.300.000,00
Jurnal yang dibuat oleh Toko XYZ adalah:
Transaksi 1
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 2
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 3
Transaksi ini dicatat
Barang komisi
Rp. 200.000,00
Kas
Rp. 200.000,00
Transaksi 4
Transaksi ini dicatat:
Kas
Rp. 50.000.000,00
Barang komisi
Rp. 50.000.000,00
Transaksi 5
Transaksi ini dicatat:
Barang komisi
Rp. 42.300.000,00
Utang pengamanat
Rp. 42.300.000,00
Transaksi 6
Transaksi ini dicatat:
Utang pengamanat
Rp. 42.300.000,00
Kas
Rp. 42.300.000,00
c. Pencatatan pada buku penjualan konsinyasi untuk konsinyor
(Pengamanat). Jika transaksi konsinyasi tidak diselenggarakan
terpisah dari transaksi penjualan biasa.
Contoh Soal :
Pada awal tahun 1991 PT ABC mengadakan perjanjian
konsinyasi dengan toko XYZ. Isi perjanjian tersebut antara lain:
1. PT ABC akan menitipkan barang kepada toko XYZ
2. Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil
penjualan
3. Semua biaya ditanggung oleh PT ABC
4. Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara
bulanan.

Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi


tersebut untuk bulan januari 1991 adalah:
1. PT ABC mengirim 100 unit barang yang dalam keadaan CKD
ke toko XYZ. Harga pokok barang tersebut Rp. 300.000,00
sedangkan harga jual ditentukan Rp. 500.000,00
2. PT ABC membayar biaya angkut sebesar Rp. 500.000,00
3. Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan
membayar biaya perakitan sebesar Rp. 200.000,00
4. Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagangan secara
tunai
5. Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC
6. Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu:
- Penjualan: 100 x Rp. 500.000,00
= Rp. 50.000.000,00
- Komisi 15% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 7.500.000,00
Biaya perakitan
= Rp. 200.000,00
Rp. 7.700.000,00
Kas yang dikirim
Rp. 42.300.000,00
Jurnal yang dibuat oleh PT ABC adalah:
Transaksi 1
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 2
Transaksi ini dicatat
Biaya transport
Rp. 500.000,00
Kas
Rp. 500.000,00
Transaksi 3
Transaksi ini dicatat:
Barang konsinyasi
Rp. 500.000,00
Kas
Rp. 500.000,00
Transaksi 4
Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
Transaksi 5
Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
Transaksi 6
Transaksi ini dicatat:
Piutang-komisioner
Rp. 42.300.000,00
Biaya
Rp. 7.700.000,00
Barang konsinyasi
Rp. 50.000.000,00
dan
Harga pokok penjualan
Rp. 30.000.000,00
Persediaan
Rp. 30.000.000,00
Transaksi 7
Transaksi ini dicatat:
Kas
Rp. 42.300.000,00

Piutang komisioner
Rp. 42.300.000,00
d. Pencatatan pada buku penjualan konsinyasi untuk konsinyi
(Komisioner). Jika transaksi konsinyasi tidak diselenggarakan
terpisah dari transaksi penjualan biasa.
Contoh Soal :
Pada awal tahun 1991 PT ABC mengadakan perjanjian
konsinyasi dengan toko XYZ. Isi perjanjian tersebut antara lain:
1. PT ABC akan menitipkan barang kepada toko XYZ
2. Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil
penjualan
3. Semua biaya ditanggung oleh PT ABC
4. Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara
bulanan.
Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi
tersebut untuk bulan januari 1991 adalah:
1. PT ABC mengirim 100 unit barang yang dalam keadaan CKD
ke toko XYZ. Harga pokok barang tersebut Rp. 300.000,00
sedangkan harga jual ditentukan Rp. 500.000,00
2. PT ABC membayar biaya angkut sebesar Rp. 500.000,00
3. Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan
membayar biaya perakitan sebesar Rp. 200.000,00
4. Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagangan secara
tunai
5. Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC
6. Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu:
- Penjualan: 100 x Rp. 500.000,00
= Rp. 50.000.000,00
- Komisi 15% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 7.500.000,00
Biaya perakitan
= Rp. 200.000,00
Rp. 7.700.000,00
Kas yang dikirim
Rp. 42.300.000,00
Jurnal yang dibuat oleh Toko XYZ adalah:
Transaksi 1
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 2
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 3
Transaksi ini dicatat
Utang pengamanat
Rp. 200.000,00
Kas
Rp. 200.000,00
Transaksi 4

Transaksi ini dicatat:


Kas
Penjualan

2.6

Rp. 50.000.000,00
Rp. 50.000.000,00
dan
Rp. 42.300.000,00
Rp. 42.300.000,00

Harga pokok penjualan


Utang pengamanat
Transaksi 5
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 6
Transaksi ini dicatat:
Utang pengamanat
Rp. 42.300.000,00
Kas
Rp. 42.300.000,00
Masalah Akuntansi Bagi Pengamanat dan Komisioner.
A. Masalah Akuntansi Bagi Pengamanat
Prosedur akuntansi yang diikuti oleh komisioner tergantung
pada :
a. Apakah transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah sehingga
pendapatan dan laba dari konsinyasi ditentukan secara terpisah
dari laba (rugi) dari kegiatan penjualan reguler.
b. Transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dari transaksi
penjualan reguler dari perusahaan komisioner, sehingga tidak
dibedakan antara laba konsinyasi dengan laba (rugi) dari penjualan
reguler.
B. Masalah Akuntansi Bagi Komisioner
Prosedur akuntansi yang akan diikuti oleh pihak pengamanat
tergantung pada :
a. Rekening-rekening pembukuan atas transaksi konsinyasi (Hasil
Penjualan, Harga Pokok

Penjualan dan Biaya-biaya yang

bersangkutan) itu diselenggarakan; dalam hal ini terdapat 2


alternatif sebagai berikut :
1) Diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler.
2) Tidak diselenggarakan secara terpisah dari transaksi
penjualan reguler.
b. Metode administrasi barang - barang dagangan; dalam hal ini

2.7

juga terdapat 2 alternatif sebagai berikut :


1) Metode Perpetual
2) Metode Phisik
Perlakuan Akuntansi Terhadap Barang Barang Konsinyasi yang
Dikembalikan dan Uang Muka Konsinyi.
1. Barang Barang Konsinyasi yang Dikembalikan

Apabila barang barang konsinyasi dikembalikan kepada


pengamanat (consignor), maka rekening barang barang
konsinyasi harus dikredit dengan harga pokok barang barang
yang bersangkutan. Biaya biaya yang berhubungan dengan
aktivitas untuk menjual barang barang tersebut (ongkos angkut,
biaya pengepakan, biaya perakitan dan biaya pengiriman kembali),
harus dibebankan kepada pendapatan periode yang bersangkutan.
Biaya biaya yang terjadi itu tidak dikapitalisasi sebagai bagian
harus pokok barang barang yang dikembalikan atau tidak perlu
ditangguhkan

pembebanannya,

karena

tidak

memberikan

manfaatnya dimasa yang akan datang. Dalam hal barang barang


dikembalikan karena rusak, sehingga

manfaatnya tidak lagi

sebanding dengan harga pokoknya, maka penurunan nilai itu harus


diakui sebagai kerugian. Jika biaya biaya perbaikan diperlukan
untuk dapat menjual barang barang tersebut, maka biaya
perbaikan (reparasi) demikian harus diakui sebagai biaya periode
yang bersangkutan.
2. Uang Muka Konsinyasi
Apabila dalam transaksi konsinyasi, konsinyor
mengharuskan pembayaran uang muka terhadap barang barang
konsinyasi yang dikirimkan kepada konsinyi, maka penerimaan
uang muka tersebut dapat dijurnal sebagai berikut :
Kas
xxx
Uang Muka Konsinyi
xxx
Uang Muka dari konsinyi ini, harus disajikan sebagai utang dalam
neraca sampai terjadi pelunasan barang konsinyasi, maka pada saat

2.8

pelunasan dijurnal sebagai berikut :


Kas
xxx
Uang Muka Konsinyi
xxx
Piutang Konsinyi
xxx
Penyajian Transaksi Penjualan Konsinyasi dalam Laporan Keuangan.
Prosedur - prosedur yang harus digunakan oleh pihak konsinyor
jika menghendaki penyajian informasi lebih lengkap baik mengenai
penjualan konsinyi maupun penjualan reguler adalah dengan

melakukan pencatatan transaksi penjualan konsinyasi secara terpisah


dari transaksi penjualan biasa.
Penyajian didalam laporan perhitungan laba rugi dapat dibukukan
dengan cara :
a. Menggabungkan data - data penjualan harga pokok penjualan
dan biaya penjualan dari transaksi konsinyasi dengan data - data yang
sama pada transaksi penjualan biasa.
b. Data harga pokok penjualan dan biaya - biaya penjualan yang
bersangkutan dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data
penjualan biasa. Pelaoran yang demikian dipakai apabila transaksi
penjualan barang konsinyasi merupakan bagian yang penting dalam
kegiatan distribusinya.
c. Menyajikan data transaksi penjualan konsinyasi didalam
laporan perhitungan laba rugi dengan melaporkan laba rugi penjualan
konsinyasi tanpa menyajikan data penjulan dan biaya - biaya yang
bersangkutan yaitu dengan cara menambah (mengurangkan) laba rugi
2.9

konsinyasi dari laba kotor penjualan biasa.


Prosedur Akuntansi Alternatif.
Variasi dari prosedur standar seringkali diintrodusir untuk
memenuhi persyaratan tertentu atau untuk memberikan informasi
khusus yang berkaitan dengan kegiatan konsinyasi bagi tujuan
pelaporan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa pihak konsinyi ingin
menyelenggarakan rincian laba dan rugi konsinyasi tetapi tidak ingin
menyatukan informasi ini dengan data data yang mengikhtisarkan
kegiatan operasi biasa untuk tujuan pelaporan. Prosedur bagi pihak
konsinyi yang direncanakan di muka dapat ditempuh, tetapi penjualan
konsinyasi, pembelian konsinyasi, dan beban konsinyasi harus
diikhtisarkan dalam perkiraan tersendiri. Rincian ini kemudian dapat
dilaporkan dalam seksi tersendiri pada perhitungan rugi laba atau
dapat diikhtisarkan dalam skedul pendukung, dengan hanya laba bersih
dari penjualan konsinyasi saja yang harus dicantumkan dalam
perhitungan rugi laba.

Demikian pula bagi konsinyor, sementara ini menyelenggarakan


rincian laba dan rugi konsinyasi, mungkin ingin juga memisahkan
data- data ini dari data data operasi lainnya dalam perhitungan rugi
laba. Jika demikian halnya, maka prosedur bagi pihak konsinyor yang
diilustrasikan sebelumnya dapat ia ikuti, tetapi perkiraan tersendiri
perlu dibuka untuk penjualan konsinyasi, harga pokok penjualan
konsinyasi, dan beban konsinyasi. Prosedur ini memungkinkan
penyajian informasi yang lengkap baik mengenai penjualan konsinyasi
maupun mengenai penjualan biasa. Data data laba dan rugi
konsinyasi dapat dilaporkan tersendiri pada perhitungan rugi laba,
atau data data ini dapat diikhtisarkan dalam skedul pendukung
dengan hanya hasil bersih dari penjualan konsinyasi saja yang harus
2.10

dilaporkan dalam perhitungan rugi - laba.


Penyelesaian Barang yang Masih Tersisa.
Pada akhir periode tertentu, seringkali masih terdapat barang
konsinyasi yang tersisa. Bila hal ini terjadi maka hal hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Hanya barang yang terjual saja yang dilaporkan oleh komisioner
kepihak pengamanat. Selama barang konsinyasi tetap berada di
pihakkomisioner, maka tidak ada pencatatan yang perlu dibuat,
baik oleh pengamanat maupun komisioner. Bila barang konsinyasi
ditarik, maka pengamanat akan menambah nilai persediaannya
sebesar harga pokok barang konsinyasi yang ditarik tersebut dan di
lainpihak komisioner akan membuat memo atas barang yang
ditarik tersebut.
b. Ongkos angkut dibebankan secara proporsional ke barang
konsinyasi.
c. Pengamanat harus mencatat berapa harga pokok yang melekat
padabarang konsinyasi yang belum terjual.
Apabila seluruh barang konsinyasi sudah terjual maka saldo
rekening barang konsinyasi akan menunjukkan laba (apabila bersaldo
kredit) atau rugi (apabila bersaldo debit). Apabila pada akhir periode

masih terdapat barang konsinyasi yang belum terjual, sebaiknya


disajikan di dalam neraca sebagai elemen persediaan dan disajikan
secara terpisah dari persediaan yang ada di gudang (di disclosure).
Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh pengamanat hanya
mencakup 4 transaksi, yaitu:
a.

Pengiriman barang konsinyasi

b. Pembayaran biaya angkut (biaya pengiriman) barang konsinyasi


c.

Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner

d. Menerima pembayaran dari komisioner.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penjualan Konsinyasi didefinisikan oleh IFRS (IAS 2) sebagai
situasi yang pihak pemegang barang persediaan bertindak sebagai agen bagi
pemilik sebenarnya (Wiley, 2007 : 179). Konsinyasi adalah penyerahan barang
oleh pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual, tetapi hak
atas barang tersebut tetap berada di tangan pemilik sampai barang tersebut
dijual oleh agen penjual.
Terdapat perbedaan prinsipal antara transaksi penjualan dengan
transaksi konsinyasi. Dalam transaksi penjualan hak milik atas barang
berpindah kepada pembeli pada saat penyerahan barang. Di dalam transaksi
konsinyasi penyerahan barang dari pengamanat kepada komisioner tidak
diikuti adanya hak milik atas barang yang bersangkutan.
Terdapat unsur unsur yang terdapat dalam penjualan konsinyasi,
yaitu :
a. Unsur Perjanjian

d. Unsur Barang yang dititipkan

b. Unsur Pemilik Barang

e. Unsur Penjualan

c. Unsur Pihak yang dititipi barang

f. Unsur Komisi

DAFTAR PUSTAKA
Drebin, A. R. (t.thn.). Dalam Advanced Accounting (Akuntansi Keuangan
Lanjutan) (hal. 1 - 517). Penerbit Erlangga.
http://www.slideshare.net/tarymarthen/makalah-akuntansi-keuangan-lanjutan-ikonsinyasi-kel-4
http://keepcopying.blogspot.co.id/2014/07/konsinyasi.html
http://upysaputra.blogspot.co.id/2014/05/penjualan-konsinyasi.html
http://aangkuro.blogspot.co.id/2013/12/akuntansi-keuangan-lanjutan-1konsinyasi.html
http://dilarang-go.blogspot.co.id/2012/01/konsinyasi-rangkuman-materi.html
http://mycicideci.blogspot.co.id/2015/11/makalah-akuntansi-keuangan-lanjutan1.html

Anda mungkin juga menyukai