Kehujjahan Hadits Dan Fungsi Hadits Terhadap AL Quran Edited
Kehujjahan Hadits Dan Fungsi Hadits Terhadap AL Quran Edited
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................12
A. KESIMPULAN.........................................................................................12
B. SARAN...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah dalil kehujjahan hadits ?
2. Apakah fungsi dari haditst terhadap Al Quran?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dalil kehujjahan hadits
2. Mengetahui fungsi dari haditst terhadap Al Quran
BAB II
PEMBAHASAN
perbuatan
dan
segala
keadaan
atau
perilaku
Nabi
SAW
Definisi di atas menyatakan bahwa yang termasuk dalam kategori hadits adalah perkataan
nabi (qauliyah), perbuatan nabi (filiyah), dan segala keadaan Nabi (ahwaliyah).
Di samping itu, sebagian ahli hadits menyatakan bahwa, masuk juga ke dalam
keadaannya; segala yang diriwayatkan dalam kitab sejarah (shirah),
kelahiran dan
keturunannyanya (silsilah) serta tempat dan yang bersangkut paut dengan itu, baik sebelum
diangkat menjadi nabi/rasul, maupun sesudahnya.Sebagian ulama seperti Ath Thiby
berpendapat bahwa Hadits itu melengkapi sabda Nabi, perbuatan beliau dan taqrir beliau.
Melengkapi perkataan, perbuatan,dan taqrir Sahabat. Sebagaimana melengkapi perkataan,
perbuatan, dan taqrir Tabiin.Maka sesuatu Hadits yang sampai kepada dinamai marfu, yang
sampai kepadaSahabat dinamai mauquf dan yang sampai kepada Tabiin dinamai maqthu.
(islam, 2011)
Hadits dikenal juga dengan istilah-istilah lain, seperti; al Khabar, al Atsar dan as
Sunnah. (Ukhuwah, 2005)
Al- Quran dan haditst sebagai pedoman hidup,sumber hukum dan ajaran dalam islam.
Keduanya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan. Al-Quran sebagai sumber
pertama dana utama banyak memuat ajaran yang bersifat global dan umum.oleh karena itu
3
kehadiran haditst, sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan keumuman isi AlQuran tersebut.hal ini sesuai dengan firman allah :
(32)
Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Q.S.Ali Imran/3: 32)
(80)
4
(59)
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara
kamu.
kemudian
jika
kamu
berlainan
Pendapat
tentang
sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. al-Nisa/4: 59)
(36)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya Maka sungguh Dia telah sesat, sesat yang nyata. (Q.S. al-Ahzab/33:
36)
(65)
Maka
demi
Tuhanmu,
mereka
(pada
hakekatnya)
tidak
beriman
hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q.S. al-Nisa/ 4: 65)
2.
Ijma para sahabat yang mengatakan wajib mengikuti sunnah rasul baik pada masa hidup
Rasulullah Saw. maupun setelah beliau wafat. Pada saat Rasulullah masih hidup, para
sahabat selalu melaksanakan perintah Rasulullah Saw. dan meninggalkan larangan beliau.
Para sahabat tidak membedakan kewajiban mengikuti kentuan yang diwahyukan Allah
Swt. melalui al-Quran, maupun ajaran yang disampaikan Rasulullah Saw. melalui hadits
5
beliau. Muaz bin Jabal pernah berkata dalam memutuskan perkara ummat, jika saya
tidak menemukan sumbernya melalui al-Quran, maka saya memutuskannya dengan
berpedoman kepada sunnah Rasulullah Saw. Adapun sepeninggal Rasulullah Saw. jika
mereka tidak menemukan ketentuan ajaran agama melalui al-Quran, mereka masih tetap
berpedoman kepada sunnah Rasulullah Saw. Sebagai contoh, Abu Bakr Ra. ketika tidak
menemukan sunnah Rasulullah Saw. terkait suatu perkara, maka beliau bertanya kepada
sahabat yang lain adakah mereka mengetahui adanya sunnah Rasulullah Saw. yang
mengatur terkait persoalan yang dimaksud. Begitu juga yang dilakukan oleh Umar bin
Khatab Ra. dan sahabat yang lainnya ketika akan berfatwa atau melahirkan ketentuan
hukum selama riwayat yang disampikan itu benar dari Rasulullah Saw.
3. Melalui al-Quran Allah Swt. memberikan kewajiban secara global yang tidak dirinci apa
hukumnya dan bagaimana cara melaksanakannya. Sebagai contoh, ditemukan di dalam
al-Quran adanya perintah Allah Swt. untuk mendirikan shalat serta membayar zakat
(Q.S. 2: 43), berpuasa (Q.S. 2: 183), dan menunaikan ibadah haji ke baitullah (Q.S. 2:
275). Al-Quran tidak menjelaskan dengan rinci bagaimana cara mendirikan shalat,
bagaimana ketentuan pembayaran zakat, dan ketentuan terkait pelaksanaan puasa serta
ibadah haji. Sementara penjelasan itu ditemukan melalui sunnah Rasulullah Saw., karena
beliau diberi kewenangan oleh Allah Swt. Untuk menjelaskannya. Firman Allah Swt.
(44)
Dan Kami turunkan kepadamu al-Zikru, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan) Q.S. al-Nahl/16: 44)
Kalaulah sekiranya sunnah tidak menjadi hujjah yang wajib diikuti, tentunya tidak
mungkin melaksanakan perintah Allah Swt. Tentunya, sunnah yang dapat dijadikan sebagai
hujjah adalah sunnah yang benar berasal dari Rasulullah Saw.
Ulama Atsar menetapkan 4 macam fungsi hadits terhadap Alquran yaitu: Bayan atTaqrir, Bayan At-Tafsir, Bayan At-Tasyri, Bayan An-Nasakh (islam, 2011)
1. Bayan at-Taqrir
Bayan al-taqrir disebut juga bayan al-tadid dan bayan al-itsbat. Yang dimaksud
dengan bayan ini adalah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di
dalam Al-Quran. Fungsi haditst dalam hal ini adalah memperkokoh isi kandungan Alquran. Suatu contoh haditst yang diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar, yang artinya :
Apabila kalian melihat (ruyah) bulan,maka berpuasalah,juga melihat (ruyah) itu
maka berbukalah. (HR.Muslim). haditst ini men-taqrir ayat Al-Quran dibawah ini :
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan
Artinya Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah,
dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
8
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.(Suparta, 2001)
2. Bayan Al-Tafsir
Adalah bahwa kehadiran haditst berfungsi untuk memberikan rincian dan
tafsiran
terhadap
ayat Al-Quran
yang
sifatnya
masih
global,
memberikan
Shalatlah
kamu
sebagaimana
aku
shalat
(HR.
Bukhari)
43. dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'[44].(QS. Al-Baqarah:43)
Contoh lain dari bayan at- Tafsir adalah sabda rasulullah SAW :
Yang artinya adalah Telah dihalalkan bagi kami,dua (macam) bangkai, yaitu
bangkai ikan dan belalang. Haditst ini mentaqyidkan ayat Al-Quran yang
mengharamkan semua bangkai dan darah, sebagaimana firman allah SWT. :
9
Artinya diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi,
(daging hewan) (QS.Al-Maidah:3) (Suparta, 2001)
3. Bayan At-Tasyri
Adalah mewujudkan suatu atau ajaran-ajaran yang tidak terdapat dalam al-quran,
atau
Hammadah juga menyebutkan bahwa bayan ini zaid ala al-kitab al karim. Haditst
rasul SAW dalam segala bentuknya berusaha menunjukkan kepastian hukum terhadap
bebagai persoalan yang muncul, yang tidak terdapat dalam al-quran.ia berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para sahabat atau yang
tidakdiketahuinya,dengan
menunjukkan
bimbingan
dan
menjelaskan
duduk
permasalahannya.
Haditst-haditst rasul yang termasuk dalam kelompok ini antara lain haditst tentang
penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita bersaudara ( istri dengan bibinya),
hukum syufah, hukum merajam pezina wanita yang masih perawan, dan tentang hak
waris bagi seorang anak.
Suatu contoh haditst tentang zakat fitrah.
Artinya : Bahwasanya rasul SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat islam
pada bulan ramadhan satu sukat (sha) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik
merdeka atau hamba laki-laki atau peempuan muslim.(HR Muslim)
Haditst Rasul yang termasuk bayan at-tasyri ini, wajib diamalkan, sebagaimana
kewajiban mengamalkan haditst lainnya. Hadits dia atas menunjukkan suatu kepastian
tentang zakat pada surat dalam Al-Quran:
10
(QS. Al-Baqarah:3)
Ayat diatas menejelaskan tentang perintah zakat dan hukum berzakat diperjelas dengan
haditst diatasnya.
Ibnu al-Qayyim berkata haditst-haditst Rasul SAW yang berupa tambahan
dalam al-quran, merupaka kewajiban atau aturan yang harus ditaati, tidak boleh menolak
atau mengingkarinya, dan ini bukanlah sikap (rasul SAW) mendahului Al-quran
melainkan karena perintah-Nya. (Suparta, 2001)
4. Bayan al-Nasakh
Ketiga bayan yang pertama yang telah diuraikan ditas disepakati oleh para
ulama,meskipun bayan ketiga ada sedikit perbedaan yang terutama menyangkut definisi
(pengertian) nya saja.
Untuk bayan jenis keempat ini, terjadi perbedaan pendapat yang sangat tajam. Ada
yang mengakui dan menerima fungsi haditst nasikh terhadap sumber hukum al-quran
dan ada juga yang menolaknya.
Kata
nasakh
secara
bahasa
berarti
ibthal
taghyir
(membatalkan)
(mengubah).
izalah
Para ulama
mengartikan bayan al-nasakh ini benyak yang melalui pendekatan bahasa sehingga
diantara mereka terdapat perbedaan mentafsirkannya.termasuk perbedaan ulama
mutaqqadimin dan tutaakhirin. Menurut pendapat ulama mutaqaddimin ,bahwa
terjadinya nasakh ini karena adanya dalil syara yang mengubah hukum suatu hukum
(ketentuan) meskipun jelas,karena telah berakhir masa keberlakuannya sertatidak bias
diamalkan lagi,dan syari(pembuat syariat) menurunkan aya tersebut tidak selamalamanya( temporal)
Jadi ,intinya ketentuan yang dating kemudian tersebut menghapus ketentuan yang
dating terdahulu,karena yang terakhir dipandang lebih luas dan cocok dengan
nuansanya. (Suparta, 2001)
Contohnya dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah :180 yang berbunyi sebagai berikut ;
11
Artinya Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan ( tandatanda ) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan
karib kerabatnya secara ma'ruf, ( ini adalah ) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa.
pernyataan tersebut di Naskh oleh haditst yang mengatakan ;
, , : ,
: : ,
.
sesungguhnya Allah telah memberikan kepada segala sesuatu akan haknya, maka tidak
ada hak wasiat bagi ahli waris yang meninggal dunia. ( H.R. Abu Daud )
Dalam hal ini, tedapat perselisihan antara pendapat ulam. Namun, yang jelas hanya
terdapat pada redaksi bahasa saja dan tidak ada perselisihan dalam subtansinya. Mereka
yang mengatakan dibolehkannya (terjadi), tidak lain bertujuan hanya memudahkan
pengklasifikasian saja. tidak pernah ada anggapan diantara mereka bahwa Al-Qur'an itu
salah,
kmudian
diberarkan
oleh
nabi
muhammad
saw.
Akan tetapi, Imam syafi'i dalam masalah ini menolaknya, menurutnya haditst tidak
bisa menasakh atau membatalkan Al-Qur'an karena kedudukan Al-Qur'an lebih tinggi.
Dengan demikian, kedudukan yang tinggi tidak dapat dibatalkan oleh dalil yang
berkedudukan yang rendah. (makki, 2012)
12
BAB
III
mengumpulkan
banyak
pustaka.
13
DAFTAR PUSTAKA
)
islam, d.j.p., (2011). 'haditst sebagai sumber ajaran islam modul 5'.
makki, m., (2012). 'Fungsi Haditst Terhadap Al-Qur'an'.
Suparta, M., (2001). 'Ilmu Haditst'. raja grafindo persada.
Ukhuwah,
Y.B.,
(2005).
'modul
musthalahhaditst
programtatsqif
ma'had
bina
ukhuwah'.karawang.
14