Anda di halaman 1dari 16

PAPER

CARA MENGATASI MASALAH PSIKOLOGI PADA


IBU NIFAS

Disusun oleh :
ANNISA NOER UMAMI
201207004

AKADEMI KEBIDANAN ADILA


BANDAR LAMPUNG
T.A 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dengan izin-Nya dapat menyelesaikan
makalah ini tentang Cara Mengatasi Masalah Psikologi Pada Ibu Nifas.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi dan
untuk mengetahui cara yang tepat dalam mengatasi masalah psikologi pada ibu
nifas. Tidak lupa saya nmengucapkan terimahkasih kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian masa nifas ............................................................................

2.2 Fase-fase pada masa nifas ......................................................................

2.3 Respon Orang Tua terhadap Bayi Baru Lahir .........................................

2.4 Gangguan psikologi masa nifas dan cara mengatasinya ..........................

2.4.1 Baby Blues (postpartum blues) .....................................................

2.4.2 Depresi Postpartum.......................................................................

10

2.4.3 Postpartum Psikosis......................................................................

12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................

15

3.2 Saran..........................................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah selalu
merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami
istri. Realisasi tanggung jawab sebagai seorang ibu setelah melahirkan bayi sering
kali menimbulkan konflik dalam diri seorang wanita dan merupakan faktor
pemicu munculnya gangguan emosi, ontelektual, dan tingkah laku pada seorang
wanita.

Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas


dan peran barunya sebagain seorang ibu. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan
diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan
mengalami gangguan gangguan psikologi dengan berbagai gejala atau sindrom.

Banyak faktor yang diduga sebagai penyebab beberapa gangguan tersebut,


salah satu yang terpenting adalah kecukupan dukungan sosial dari lingkungannya
(terutama suami). Kurangnya dukungan sosial dari keluarga dan teman khususnya
dukungan suami selama periode pascapersalinan (nifas) diduga kuat merupakan
faktor penting dalam terjadinya gangguan psikologi pada ibu. Ada banyak
perubahan yang telah terjadi di masa 9 bulan yang lalu dan bahkan lebih yang
terjadi sekarang, bahkan seorang ibu nifas mungkin merasa sedikit ditinggalkan
atau dipisahkan dari lingkungannya. Banyak hal menambah beban hingga
membuat seorang wanita merasa down. Banyak wanita yang merasa tertekan pada
saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah wajar.
Dampak yang dapat terjadi yaitu ibu akan menjauhi bayinya dan orang lain,
akan memperparah keadaan selama nifasnya seperti pemulihn yang sangat lama
atau terjadi infeksi karena ibu tidak perduli terhadap keadaan dirinya sendiri dan
dari hal tersebut dapat juga menyebabkan kematian.

Melihat beberapa dampak yang timbul dari gangguan psikologi maka penulis
tertarik untuk membuat makalah yang berjudul CARA MENGATASI
MASALAH PSIKOLOGI PADA IBU NIFAS.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana perubahan psikologi pada masa nifas dan cara mengatasinya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian masa nifas, gangguan yang terjadi pada masa
nifas dan cara mengatasinya.
1.3.3 Untuk berbagi ilmu pengetahuan dengan teman, kerabat dan pembaca
tentang cara mengatasi masalah gangguan psikologi masa nifas.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan agar dapat mengenali
gangguan psikologi pada ibu setelah melahirkan dan mengurang
terjadinya gangguan tersebut.
1.4.2 Bagi

institusi

AKADEMI

KEBIDANAN

ADILA

BANDAR

LAMPUNG dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa melalui


karya tulis.
1.4.3 Bagi pembaca agar menambah pengetahuan yang lebih mendalam
tentang bahaya gangguan psikologi masa nifas.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari). Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan
anak ini disebut Puerpurium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous
yang artinya melahirkan. Jadi Puerpurium adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

2.2 Fase-fase yang dialami Saat Masa Nifas

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase


Menurut Teori Rubin sebagai berikut :

a. Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, fokus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali
diceritakannya, ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.

b. Fase Taking Hold


Fase taking hold adalah fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dari
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat
sensitif sehingga mudah tersinggung dan mudah marah, oleh karena itu perlu
berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.

c. Fase Letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat.

2.3 Respon Orangtua Terhadap Bayi Baru Lahir

Menjadi orangtua merupakan krisis tersendiri dan mereka harus dapat melewati
masa transisi. Berikut adalah masa transisi pada postpartum yang harus
diperhatikan oleh pasangan:

1. Fase Honeymoon
Adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah
dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan
hal-hal romantis, masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan
hubungan yang baru.

2. Bounding Attachment
Bounding merupakan satu langkah awal unutk mengungkapkan perasaan afeksi
( kasih sayang ). Attachment merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara
spesifik sepanjang waktu.
Bounding attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran,
untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya
secara terus- menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya
maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan bayinya.

2.4 Gangguan Psikologi Saat Nifas


2.4.1 Baby Blues (postpartum blues)
a) Pengertian Baby Blues (postpartum blues)

Baby Blues (postpartum blues) merupakan kesedihan atau kemurungan setelah


melahirkan biasanya hanya muncul sementara waktu, yakni sekitar 2 hari hingga 2
minggu sejak kelahiran bayi. Postpartum blues tidak menggagu kemampuan
seorang wanita untuk merawat bayinya sehingga ibu dengan postpartum blues
masih bisa merawar bayinya.

b) Penyebab Baby Blues (postpartum blues)

1. Faktor hormonal
Perubahan kadar estrogen setelah melahirkan yaitu penurunan kadar estrogen,
dimana estrogen memiliki efek supresi terhadap aktivitas enzim monoaktivitas
oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktivasi, baik nonadrenalin
maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.

2. Faktor Demografik
Yaitu umur dan paritas. Umur yang terlalu muda untuk melahirkan, sehingga
memikirkan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus anaknya.
Sedangkan postpartum blues banyak terjadi pada primipara, mengingat baru
memasuki perannya sebagai seorang ibu, tetapi tidak menutup kemungkinan juga
terjadi ibu yang pernah melahirkan, yaitu jika ibu mempunyai riwayat postpartum
blues sebelumya.

3. Pengalaman dalam proses Kehamilan dan Persalinan.


Kesulitan saat proses kehamilan dan persalinan dapat memperburuk keadaan
ibu pasca melahirkan seperti perdarahan, secsio caesar sehingga menimbulkan
rasa takut pada ibu yang masih diingat ibu setelah melahirkan.

4. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan


Seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang diinginkan,
riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, dan status sosial ekonomi.

5. Fisik
Mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok tanpa adanya
bantuan dari suami ataupun keluarga sehingga ibu mengalami kelelahan fisik.

c) Gejala Baby Blues

Gejala-gejala yang timbul pada ibu postpartum blues (baby blues) sebagai
berikut:

Menangis tanpa sebab


Cemas
Khawatir
Kesepian
Penurunan gairah seksual
Kurang percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang ibu.
Sensitive / mudah tersinggung

d) Cara mengatasi masalah Baby Blues


Mempersiapkan mental dan material persalinan yang lebih baik.
Dengan cara KomunikasiTerapeutik
Kemampuan mengubah secara psikologis minat atau perhatian individu dengan
cara pendekatan, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan komunikasi
sesuai dengan kehendak komunikator. Tujuan komunikasi Terapeutik yaitu
menciptakan hubungan baik antar bidan dengan klien dengan cara:

- Membantu ibu untuk memahami dirinya sebagai seorang ibu


- Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
- Dapat mendukung tindakan konstruktif.

Meningkatkan Support mental/dukungan


-

Membutuhkan bantuan dari suami dan keluarfga dalm mengurus anak

Menyarankan kepada ibu untuk mengurangi rasa cemas dan khawatir

Mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri

e) Pencegahan agar tidak terjadi Baby Blues

beristirahat ketika bayi tidur

berolahraga ringan

ikhlas dan tulus dengan peran baruvsebagai ibu

bicarkan bersama suami ataupun keluarga tentang rasa cemas

bersikap fleksibel

bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru

2.4.2 Depresi Postpartum

a) Pengertian Depresi Postpartum


Depresi postpartum merupakan depresi yang dialami ibu 3 bulan pertama
setelah melahirkan, wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan
atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya (Llewelly-jones :1994).
Dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional
pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10hari pertama masa setelah
melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai6 bulan atau bahkan sampai
satu tahun.

b) Penyebab Depresi Postpartum

Penyebab depresi pada umumnya sama dengan penyebab postpartum blues,


henya saja yang membedakan adalah karakteristik wanita yang berisiko
mengalami depresi post partum seperti:

10

- Wanita yang mempunyai riwayat depresi


- Wanita yang berasal dari keluarga yang kurang romastis
- Wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang orang
terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan.

c) Gejala Depresi Postpartum

Gejala gejala yang timbul pada depresi postpartum adalah sebagai berikut :
- Dipenuhi rasa sedih dan depresi yang disertai dengan menangis tanpa sebab.
- Tidak dapat berkonsentrasi.
- Tidak memiliki tenaga atau hanya sedikit saja.
- Ada perasaan kurang percaya diri dan tidak berharga.
- Menjadi tidak bertarik dengan bayi atau terlalu memperhatikan dan
mengkhawatirkan bayinya.
- Ada perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya
- Gangguan nafsu makan.
- Gangguan tidur

d) Cara Mengatasi Depresi Postpartum

Karena penyebab dan gejalanya hampir sama dengan postpartum blues maka
cara mengatasinya pun sedikit sama dengn postpartum blues yaitu sebagai berikut:

- Bicaralah dengan suami atau keluarga atas kecemasan yang dirasakan.


- Berendam untuk relaksasi dengan air hangat untuk relaksasi yang memberikan
efek tenang.
- Sarapan pagi
Makanan itu bisa memberi energi sehingga bisa menjalankan aktivitas dengan
baik. Tak ada salahnya untuk menikmati kebersamaan dengan suami sebelum
ia berangkat kerja.
- Kurangi konsumsi caffeine dan alcohol

11

Kandungan alkohol dan caffeine pada alkohol dan caffeine sangat berpengaruh
terhadap kondisi tubuh. Konsumsi alkohol dan caffeine yang berlebihan
memicu datangnya penyakit lain seperti kanker dan migrain.
- Istirahat yang cukup
Waktu tidur yang cukup sangat mempengaruhi kondisi tubuh dan psikologis.
Kelelahan akan semakin memperparah depresi.

2.4.3 Postpartum Kejiwaan/Postpartum Psikosis


a) Pengertian Post Partum Psikosa

Postpartum Psikosa merupakam kejiwaan serius yang dialami oleh wanita


setelah melahirkan dengan ditandai pergantian perasaan yang cepat dan depresi
hebat.

b) Penyebab Post Partum Psikosa

Disebabkan karena wanita tersebut memiliki masalah psikis lainnya selain


masalah psikis saat kehamilan dan menghadapi persalinan. Sehingga masalah
psikis tersebut memuncak, menjadi depresi yang serius.

c) Gejala Post Partum Psikosa

Gejala yang sering terjadi pada postpartum Psikosa yaitu:


-

Delusi

Halusinasi

Susah tidur/ mengalami gannguan saat istirahat

Obsesi mengenai bayi

d) Faktor yang mendukung

Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara
drastis dari depresi ringan ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu
singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,
sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga.

12

Faktor yang mendukung ialah :


a. Latar Belakang keluarga
Dari segi ekonomi, sosial, status pernikahan dan tingkat pendidikan
b. Kondisi psikososial yang buruk
Memiliki riwayat depresi sebelumnya yang memperparah keadaan psikis
ibu saat ini.
c. Kepribadi ibu
Dimana ibu memiliki sifat tertutup oleh orang lain sehingga masalah yang
dihadapi begitu berat, dan menyebabkan depresi berat.

e) Cara pencegahan terjadinya post partum psikosis

Untuk mengurang jumlah penderita ini sebagai suami maupun anggota


keluarga sebaiknya lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta member
dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian .

Bagi ibu yang mengalami postpartum psikosis disarankan untuk:


Beristirahat yang cukup
Beristirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan yang tidak berarti,
yang dapat memperberat psikis ibu.
Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
Dengan makan yang bergizi nutrisi yang menjadi energy dapat bekerja
dalam tubuh sehingga ibu dapat lebih merasa sehat, bersemangat.
Bergabung dengan orang-orang baru
Orang-orng baru ini yaitu wanita yang baru melahirkan pula, dengan begitu
ibu dapat berbagi pengalaman dan member semangat satu sama lain.
Bersikap fleksibel
Sikap yang fleksibel membuat perasaan nyaman dimana ibu berada, seingga
perasaan ibu akan selalu tenang.
Berbagi cerita dengan orang terdekat

13

Mulai terbuka dengan orang terdekat seperti suami maupun keluarga jika
terdapat perasaan yang dicemaskan ataupun pikiran yang sekiranya dapat
mengganggu.
Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
Untuk lebih mengetahui kondisi ibu sebaiknya konsultasi ke tenaga
kesehatan, sehingga ibu dapat mengetahui kondisinya dan apa yang harus
dilakukannya.

14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari).
Perubahan tersebut dapat menjadi gangguan seperti gangguan psikologi meliputi:
- Baby Blues (postpartum blues)
- Depresi post partum
- Postpartum

3.2 Saran

Melalui makalah ini penulis menyarankan sebaiknya:


1. Bagi tenaga kesehatan lebih peka terhadap gangguan-gangguan yang
mungkin dapat dialami atau telah dialami oleh ibu setelah melahirkan
(masa nifas), sehingga dapat teratasi dengan cepat.
2. Bagi suami maupun keluarga sekiranya dapat membantu untuk
meminimalkan terjadinya gangguan psikososial pada ibu pasca melahirkan
dengan cara memberi dukungan spiritual, emosional dan lebih memberi
perhatian pada ibu.

15

DAFTAR PUSTAKA

Dahro, Ahmad.2011.Analisa Perilaku Wanita. Bandar Lampung


Saleha, Sitti.2009.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Dewi, Vivian Nanny Lia.2011.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Jakarta:
Salemba Medika
http://www.ibudanbalita.net/info/cara-mengatasi-gangguan-psikologi-pada-masanifas.html

16

Anda mungkin juga menyukai