Anda di halaman 1dari 33

Bidan Sebagai

Pelaksana
Oleh:
Rista Lutritantia (130024)
Erlinda Ayu Astitie (130025)
Sri Rahayu nengsih (130026)
Yhona Parat Marintya (130027)
Dinar Putri Cahyaning (130028)
Ni Putu Enny Arista W. (130029)
Efvina Goemawati (130030)
Istiani Nur Chasanah (130031)
Arvina Devi (130032)
Putri Dwi Hartati (130033)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bidan sebagai pelaksana maksudnya merupakan
profesi yang tugasnya merupakan pengaplikasian
ilmu secara langsung dalam bentuk pelayanan kepada
masyarakat. bidan pelaksana masih sangat diperlukan
di masyarakat umum khususnya di tempat yang
terpencil.
Tujuan
untuk mengetahui peran bidan pelaksana, syarat bidan
& mengenai bidan delima, hak dan kewajiban bidan
dan wewenang bidan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Peran bidan pelaksana
1.Peran seorang bidan fungsi mandiri
Peran seorang bidan fungsi mandiri menurut
adalah bidan mempunyai kewenangan untuk
melakukan asuhan kebidanan secara mandiri
tanpa ketergantungan dengan profesi kesehatan
yang lain tapi dalam batas kewenangan
menjadi seorang bidan sesuai Kepmenkes
1464/2010.
2.Peran seorang bidan fungsi kolaborasi
Peran seorang bidan fungsi kolaborasi menurut
penjelasan adalah bidan berhak melakukan
fungsi kolaborasi dengan tenaga kesehatan
medis lainnya ketika dalam keadaan yang
memang diperlukan dan diluar dari kompetensi
bidan dan kewenangan bidan.
3.Peran seorang bidan fungsi rujukan
peran bidan fungsi rujukan adalah bidan harus
merujuk pasien yang termasuk diluar
kewenangan bidan seperti kehamilan yang
patologis.
Syarat Menjadi Bidan dan Mengenai Bidan Delima
Syarat Menjadi Bidan
lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
Surat Tanda Registrasi
Surat Izin Kerja Bidan
Surat Izin Praktik Bidan
Standar
Praktik mandiri adalah praktik bidan swasta perorangan.
Mengikuti Organisasi profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia
(IBI).
Bidan Delima

Bidan Delima adalah sistem standarisasi kualitas pelayanan


bidan praktek swasta, dengan penekanan pada kegiatan
monitoring & evaluasi serta kegiatan pembinaan & pelatihan
yang rutin dan berkesinambungan
syarat menjadi bidan delima :
Bidan Praktek Swasta yang memiliki izin (SIPB) yang masih
berlaku
Bersedia mengikuti ketentuan program
Bersedia mengikuti pembinaan kualitas dan profesi untuk jaga
mutu
Membayar biaya registrasi Rp. 50.000,-
Lulus pra kualifikasi
Melakukan kajian Mandiri
Lulus validasi
Membayar biaya keanggotaan selama 5 tahun
Hak dan Kewajiban Menjadi Seorang Bidan

1. Hak Bidan :
Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melakasanakan tugsa
sesuai denga profesinya.
Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap
tingkat/jenjang pelayanan kesehatan.
Bidan berhak menolak keinginan pasien/ kliendan keluarga yang
beertentangan dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
Bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila baiknya
dicemarkan oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.
Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan.
Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
2. Kewajiban Bidan
Kewajiban bidan terhadap klien dan
masyarakat
Kewajiban bidan terhadap tugasnya
Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga
kesehatan lainnya
Kewajiban bidan terhadap profesinya
Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa
dan tanah air
D. Wewenang Bidan
KEPMENKES 1464/2010
Penyelenggaraan Praktik

Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan Yang
meliputi:
Pelayanan Kesehatan Ibu
Pelayanan kesehatan anak dan
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pasal 10
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada
masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa
antara dua kehamilan
Pasal 11
Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b diberikan pada
bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga
berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk :
Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana, dan
Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
BAB III
Laporan Hasil Praktikum
Peran seorang bidan fungsi mandiri menurut responden
adalah bidan mempunyai kewenangan untuk melakukan
asuhan kebidanan secara mandiri tanpa ketergantungan
dengan profesi kesehatan yang lain tapi dalam batas
kewenangan menjadi seorang bidan
Peran seorang bidan fungsi kolaborasi menurut penjelasan
responden adalah bidan berhak melakukan fungsi
kolaborasi ketika dalam keadaan yang memang
diperlukan dan diluar dari kompetensi bidan dan
kewenangan bidan.
Menurut reponden peran bidan fungsi rujukan adalah bidan
harus merujuk pasien yang termasuk diluar kewenangan
bidan seperti kehamilan yang patologis. Ini bertujuan
untuk menghindari keadaan pasien yang lebih gawat
lagi.
Data yang didapat dari responden adalah syarat menjadi seorang
bidan praktek swasta harus memiliki :
1. Pendidikan minimal D3 Kebidanan
2. Surat Tanda Registrasi
3. Lulus uji kompetensi
4. Surat Izin Bidan
5. Prasarana dan sarana yang memadai dan memenuhi syarat untuk
membuka sebuah tempat praktek bidan.
6. Ijazah
7. Surat Izin Praktek
8. Izin dari wilayah setempat.
Mengenai bidan delima, reponden tidak terlalu mengetahui
mendalam tentang bidan delima karena responden bukan seorang
bidan delima. Yang diketahui oleh responden syarat menjadi bidan
delima berupa sudah terkualifikasi sarana dan prasarana dari
tempat praktek bidan, bukan hanya sarana dan prasarana tetapi
ilmu yang dimiliki oleh bidan dan skill atau keterampilannya serta
mengikuti organisasi profesi. Selain itu wajib membayar iuran tiap
bulannya.
Hak menjadi seorang bidan menurut responden
adalah mendapat imbalan/intensif dari pasien atas jasa
yang telah diberikan kepada pasien dan berhak untuk
mendapat pengakuan dari masyarakat setempat.
Pernyataan responden tentang kewajiban menjadi
seorang bidan adalah memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat dan beerkewajiban untuk mengikuti
organisasi profesi.
Hasil wawancara tentang kewenangan-kewenangan
bidan menurut responden adalah memberi asuhan
kebidanan namun dalam konteks yang masih normal
(menurut kewenangan Kepmenkes 1464/2010),
memberi pelayanan sementara terhadap keadaan yang
darurat, dan mewajibkan kolaborasi atau bahkan
rujukan jika diluar kewenangan bidan.
BAB IV
Pembahasan
A. Peran Seorang Bidan
Dengan landasan teori dari peran seorang bidan
sebagai fungsi mandiri, fungsi kolaborasi dan fungsi
rujukan dengan penjelasan responden tidak ada
kesenjangan. Penjelasan responden dengan teori
sesuai.
B.Syarat Menjadi Seoranng Bidan dan Mengenai Bidan
Delima
Hasil yang didapatkan dari penjelasan responden
dengan teori, tidak ada kesenjangan. Penjelasan dari
reponden sesuai dengan teori yang ada. Disamping itu,
reponden dapat menunjukan surat-surat sebagai syarat
menjadi seorang bidan. Sedangkan mengenai bidan
delima, responden menyatakan tidak mengetahui betul
mengenai bidan delima tapi responden mengetahui
sedikit teori tentang syarat menjadi bidan delima
C. Hak dan Kewajiban Menjadi Seorang Bidan
Data dari responden mengenai hak dan
kewajiban menjadi seorang bidan dengan
landasan teori tidak menunjukan adanya
kesenjangan namun responden belum
mengetahui betul bagaimana hak dan
kewajibannya. Dapat dilihat dari jawaban
responden yang kurang lengkap.
D. Kewenangan-kewenangan Seorang Bidan
Data dari responden mengenai kewenangan-
kewenangan menjadi bidan dengan teori yang
ada, tidak menunjukan kesenjangan. Berarti
antara penjelasan responden dan teori sesuai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil pembahasan, bahwa antara data hasil
wawancara dengan landasan teori secara garis besar tidak
menunjukkan adanya kesenjangan. Namun demikian, responden
belum mengetahui secara betul bagaimana hak dan kewajibannya
sebagai seeorang bidan.
B. Saran
Bidan harus mengetahui hak dan kewajibannya dan dapat
memenuhi hak dan kewajibannya sesuai yang berlaku.
Mempertahankan atau meningkatkan kualitas kinerja dalam
pelayanan terhadap masyarakat kearah yang lebih baik lagi.
Pemerintah dapat dengan segera membuat undang-undang yang
mengenai profesi kebidanan.
ASUHAN KEBIDANAN PADA GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI FLOUR ALBUS

No. Register : 0990348


Tempat : Poliklinik Kebidanan RS Yogyakarta
Pukul : 09.00

I. PENGKAJIAN 1 September 2008/09.00


A. Anamnesa
1. Identitas
Pasien Orangtua
Nama Nn. RP Tn. B
Umur 30 th 55 th
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Karyawan Swasta Karyawan pabrik

Alamat Bakalan Triharjo Pandak Bantul


:
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
pasien mengatakan mengalami keputihan sejak 14 hari yang lalu, warna kuning
kehijau-hijauan, berbau gatal, tidak banyak dan tidak perlu memakai pembalut.
b. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
c. Riwayat Haid
menarche umur 12 tahun, siklus 30 hari, lama 7 hari, dismenorroe tidak ada, flour
albus ada, HPM 20 Agustus 2008
d. riwayat kesehatan yang lalu
pasien mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita pemyakit berat seperti
hipertensi, DM, Jantung dan TBC
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang pernah dan sedang menderita
penyakit berat seperti hipertensi, DM, jantung dan TBC.
f. riwayat penyakit ginekologi
perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya tidak ada
tumor payudara tidak ada
tumor rahim tidak ada
tumor di tempat lain tidak ada
keputihan ada
infeksi panggul tidak ada
g.Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan mengalami keputihan sejak 14 hari yang lalu, warna kuning
kehijau-hijauan, berbau gatal, tidak banyak dan tidak perlu memakai pembalut.pasien
belum pernah memeriksakan kondisinya.
h. pola pemenuhan sehari-hari
1) Nutrisi
frekuensi makan 3 kali sehari,porsi makan 1 porsi,
jenis makanan berupa nasi, sayur dan lauk.pantangan
tidak ada, keluhan tidak ada.
frekuensi minum 6-8 kali sehari,porsi minum 1 gelas,
jenis minum berupa air putih dan susu ibu
hamil.pantangan tidak ada, keluhan tidak ada
2) eliminasi
BAK 5-6 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas
urine, encer, keluhan tidak ada
BAB 1 kali sehari, warna kuning, bau khas feses,
konsistensi lunak. keluhan tidak ada.
3) Aktivitas
pekerjaan sehari-hari sebagai pekerja administrasi
di kantor dan mengerjakan pekerjaan rumah di rumah.
4) personal hygiene
pasien mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali
sehari
i. Riwayat Psikososial, spiritual dan pengetahuan
1) Psikososial
Hubungan pasien dengan keluarga baik
pengambil keputusan dalam keluarga adalah
musyawarah
2) Spiritual
pasien mengatakan beragama islam dan
menjalankan ibadah sesuai ajaran.
3) pengetahuan pasien tentang penyakitnya
menurut pasien, keputihan yang dialami tidak
normal seperti biasanya.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. kesadaran umum : Baik
b. kesadaran : compsmentis
c. vital sign:TD=120/80
mmHg,T=36,5C, N=84 kali/menit, R=18
kali/menit
d. BB : 43 kg
e. TB : 145 cm
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala : mesochepal, kulit kepala
bersih, tidak ada hiperpigmentasi
b. muka : tidak ada odema
c. mata : simetris, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis.
d. mulut : tidak ada stomatitis.
e. leher : tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan vena jugularis.
f. Payudara : tidak diperiksa
g. abdomen : tidak periksa
h. Genetelia
tanda chadwich tidak ada, varices tidak
ada, bekas luka tidak ada, kelenjar
bartholini tidak ada peradangan,
pengeluaran flour albus kurang lebih 0,5 L,
kuning kehijau-hijauan.
i. ekstremitas
atas dan bawah normal, tidak ada
kelainan.
j. anus
tidak ada hemoroid
3. pemeriksaan penunjang
tidak dilakukan.
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal/jam : 1 september 2008/09.00
A. Diagnosa kebidanan
Nn. RP, 30 tahun, P0Ab0Ah0 dengan flour albus 14
hari.
data dasar
DS : pasien mengatakan berusia 30 tahun,pasien
mengatakan mengalami keputihan sejak 14
hari yang lalu, warna kuning kehijau-
hijauan, berbau gatal, tidak banyak dan tidak
perlu memakai pembalut.
DO : KU : baik, vital sign : TD=120/80 mmHg,
S=36,5 C, N= 84 kali/menit, R=18
kali/menit,terdapat pengeluaran flour albus
pada genitalia, kuning kehijau-hijauan.
B. diagnosa masalah
DS : pasien mengatakan cemas dengan keputihan yang
tidak seperti biasanya.
C. Kebutuhan
memberikan KIE kemungkinan penyebab keputihan
III. Diagnosa Potensial
infeksi organ genetalia interna
IV. Antisipasi Masalah
a. mandiri
KIE tentang kemungkinan penyebab keputihan
b. Kolaborasi
kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemeriksaan
laboratorium
c. Merujuk
tidak ada
V. Perencanaan
1. jelaskan keadaan pasien bahwa ia menderita keputihan yang tidak
normal.
2. jelaskan kepada pasien bahwa keputihan bisa menjadi salah satu
indikasi adanya infeksi alat reproduksi bagian dalam. bila tidak
diobati dengan tepat bisa menyebabkan infertilitas.
3. jelaskan kepada pasien bahwa keputihan yang dialami belum
diketahui penyebabnya sebelum ada tes laboratorium sehingga
pasien perlu dilakukan swab vagina.
4. jelaskan prosedur pemeriksaan swab vagina dan mendapatkan
informed consent pasien yaitu posisi pasien litotomi, dilakukan
apusan pada vagina dengan kapas lidi dan dimasukkan cairan NaCl
2 ml.
5. lakukan pemeriksaan swab vagina dan menyerahkan specimen
kepada pasien untuk dikirimkan ke laboratorium. specimen swab
vagina dibawa oleh pasien untuk dikirim ke laboratorium.
6. anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan daerah kelaminnya
sehabis buang air besar atau kecil dengan sabun, dibilasi air bersih
dan dikeringkan,mengganti celana dalam 2 kali sehari atau jika
dirasa sudah tidak nyaman.
7. mintalah pasien datang lagi besok pagi dengan membawa hasil
swab vagina.
VI. PELAKSANAAN
1. menjelaskan keadaan pasien bahwa ia menderita keputihan yang tidak
normal.
2. menjelaskan kepada pasien bahwa keputihan bisa menjadi salah satu
indikasi adanya infeksi alat reproduksi bagian dalam. bila tidak diobati
dengan tepat bisa menyebabkan infertilitas.
3. menjelaskan kepada pasien bahwa keputihan yang dialami belum diketahui
penyebabnya sebelum ada tes laboratorium sehingga pasien perlu
dilakukan swab vagina.
4. jmenjelaskan prosedur pemeriksaan swab vagina dan mendapatkan
informed consent pasien yaitu posisi pasien litotomi, dilakukan apusan pada
vagina dengan kapas lidi dan dimasukkan cairan NaCl 2 ml.
5. mellakukan pemeriksaan swab vagina dan menyerahkan specimen kepada
pasien untuk dikirimkan ke laboratorium. specimen swab vagina dibawa
oleh pasien untuk dikirim ke laboratorium.
6. menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan daerah kelaminnya sehabis
buang air besar atau kecil dengan sabun, dibilasi air bersih dan
dikeringkan,mengganti celana dalam 2 kali sehari atau jika dirasa sudah
tidak nyaman.
7. meminta pasien datang lagi besok pagi dengan membawa hasil swab
vagina.
VII. EVALUASI
1. pasien mengerti penjelasan bidan
2. pasien memahami dan menginginkan dirinya sembuh
3. pasien memahami penjelasan oleh bidan
4. pasien mengerti dan mengatakan seetuju dilakukan
pemeriksaan swab vagina
5. pasien bersedia untuk membawa speciem swab
vagina ke laboratorium
6. pasien bersedia menjaga kebersihan genetalianya
sesuai ajaran bidan
7. pasien bersedia besok pagi datang lagi membawa
hasil swab vagina.
Ruang periksa
Keluarga bidan Eny purwanti
Rumah Bidan
Foto bersama

Anda mungkin juga menyukai