Tugas Besar
Tugas Besar
BANGUNAN AIR
Disusun Oleh:
Habibi Muhammad Irvan Efendisun
201410340311013
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Habibi Muhammad Irvan Efendisun
(201410340311013)
Tugas besar ini disusun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Materi Kuliah
Bangunan Air sekaligus sebagai syarat mengikuti Program Praktek Kerja Nyata di Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang.
tanggal
tempat
nilai
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Tanggal
(201410340311013)
Catatan Asistensi
Paraf
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Tanggal
(201410340311013)
Catatan Asistensi
Paraf
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Besar
Bangunan Air ini dengan baik.
Tugas besar ini disusun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Materi
Kuliah Bangunan Air sekaligus sebagai syarat mengikuti Program Praktek Kerja Nyata di
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang.
Pada kesempatan ini saya selaku penyusun menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ir. Ernawan Setyono, MT selaku dosen pembimbing.
2. Ir. Rofikatul Karimah, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.
Akhirnya saya berharap semoga tugas besar ini dapat berguna bagi saya selaku
penyusun dan khususnya pada pembaca pada umumnya. Penyusun berharap akan adanya
kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas besar ini.
Malang,
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................i
LEMBAR KEGIATAN ASISTENSI.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................................v
PETA KONTUR....................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................2
1.1
Latar Belakang........................................................................................................2
1.2
1.3
Manfaat...................................................................................................................2
A.
Umum..................................................................................................................3
B.
Penyiapan Lahan.................................................................................................3
C.
Penggunaan Konsumtif.......................................................................................7
D.
Perkolasi..............................................................................................................9
E.
F.
2.2
Jaringan Irigasi......................................................................................................10
A.
Umum................................................................................................................10
B.
Peta Ikhtisar.......................................................................................................10
C.
Petak Tersier......................................................................................................11
D.
Petak Sekunder..................................................................................................11
E.
Petak Primer......................................................................................................12
2.3
A.
Saluran Pasangan..................................................................................................12
Kegunaan Saluran Pasangan..............................................................................12
B.
C.
Perencanaan Hidrolis.........................................................................................15
2.4
Potongan Saluran..................................................................................................18
A.
B.
2.5
A.
B.
C.
2.6
A.
B.
C.
2.7
A.
B.
Bangunan Sipon.................................................................................................26
C.
Bangunan Terjun................................................................................................27
3.2
3.3
3.4
Perhitungan NFR...................................................................................................31
A.
B.
C.
D.
3.5
PETA KONTUR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tugas Besar Teknik Irigasi dan Bangunan Air merupakan salah satu tugas
besar dari lima tugas besar yang diwajibkan di Jurusan Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Malang. Secara umum hal-hal yang melatarbelakangi dari
diadakannya tugas besar adalah sebagai syarat untuk melakukan Praktek Kerja
Nyata. Hal tersebut dapat menjadikan motivasi bagi kita semua untuk terus belajar
secara mendalam.
Kencenderungan yang terjadi saat ini khususnya di lingkungan civitas
akademik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang yaitu kurang
antusias dalam mengerjakan tugas besar. Mereka lebih menganggap bahwa tugas
besar ini kurang bermanfaat. Jika dalam penanganan tugas tugas besar kurang
efektif maka, para mahasiswa akan kewalahan ketika menghadapi lapangan kerja
karena kurangnya pemahaman dalam mengerjakan sebuah sistem irigasi dan
merencanakan desain bangunan air. Dengan adanya tugas besar ini diharapkan
terbentuk insan insan akademis yang mampu bersaing dalam ilmu teknik sipil
sehingga dalam menapaki era globalisasi yang makin global kita tidak akan
ketinggalan teknologi dengan negara lain.
1.2
Manfaat
Tugas Besar Teknik Irigasi dan Bangunan Air bermanfaat sebagai modal untuk
Bangunan Air. Juga sebagai penunjang dalam sistem perkuliahan, Sehingga dengan
adanya Tugas Besar ini diharapkan nantinya bisa bila menghadapi lapangan sudah
terbiasa.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Penyiapan Lahan
Penggunaan Konsumtif
Perkolasi dan Rembesan
Pergantian Lapisan Air
Curah Hujan Efektif
tanah.
perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu
untuk menanam padi sawah dan padi ladang kedua.
Faktor faktor tersebut saling berkaitan. Kondisi sosial budaya yang ada di
daerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan
untuk persiapan lahan. Untuk daerah daerah proyek baru, jangka waktu
penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah
daerah di dekatnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu 15 bulan untuk
menyelesaikan persiapan lahan di seluruh petak tersier.
Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin
secara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil satu bulan.
Perlu diingat bawha transplantasi (pemindahan bibit ke sawah) mungkin
sudah dimulai setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak tersier di
mana pengolahan lahan sudah selesai.
b. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat
ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Rumus
berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk penyiapan lahan.
PWR=
( Sa S b ) N .d
4
10
+ Pd+ fI
Sb
= porositas tanah dalam % pada harga rata rata untuk kedalaman tanah
Pd
Fi
Untuk tanah bertekstur berat tanpa retak retak kebutuhan air untuk
penyiapan lahan diambil 200 mm, ini termasuk air untuk penjenuhan dan
pengolahan tanah. Pada permulaan transplantasi tidak akan ada lapisan air yang
tersisa di sawah. Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan
ditambah 50 mm. Secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang
diperlukan menjadi 250 mm untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal
setelah trranspalantasi selesai.
Bila lahan telah dibiarkan berat selama jangka waktu yang lama (25 bulan
atau lebih), maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil
300 mm, termasuk yang 50 mm untuk penggenangan setelah transpalantasi
(penanaman).
Untuk tanah-tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, hargaharga kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi lagi.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari dari daerah-daerah
dekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya didasarkan pada hasilhasil penyiapan di lapangan..
Walaupun pada mulanya tanah-tanah ringan mempunyai laju perkolasi
tinggi, tetapi laju ini bisa berkurang setelah lahan diolah selama beberapa tahun.
Kemungkinan ini hendaknya mendapat perhatian tersendiri sebelum hargaharga kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan menurut ketentuan di
atas. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam harga-harga kebutuhan
air di atas.
c. Kebutuhan air selama penyediaan lahan
Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyediaan lahan, digunakan
metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode
tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam t/dt selama periode penyiapan
lahan dan menghasilkan rumus berikut :
M ek
R= k
( e 1)
IR =
M=
E0 =
Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 ET0 selama penyiapan lahan
P
k
T
S
mm/hr
Perkolasi
MT/S
jangka waktu penyiapan lahan, hari
kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50,
=
=
=
=
T = 30 hari
Mm/har
T = 45 hari
S = 250
S = 300
S = 250
S = 300
5,0
11,1
12,7
8,4
9,5
5.5
11,4
13,0
8,8
9,8
6,0
11,7
13,3
9,1
10,1
6,5
12,0
13,6
9,4
10,4
7,0
12,3
13,9
9,8
10,8
7,5
12,6
14,2
10,1
11,1
8,0
13,0
14,5
10,5
11,4
8,5
13,3
14,8
10,8
11,8
9,0
13,6
15,2
11,2
12,1
9,5
14,0
15,5
11,6
12,5
10,0
14,3
15,8
12,0
12,9
10,5
14,7
16,2
12,4
13,2
11,0
15,0
16,5
12,8
13,6
C. Penggunaan Konsumtif
Penggunaan konsumtif digunakan rumus-rumus sebagai berikut:
E T c =k c ET 0
di mana:
ETc = evapotranspirasi tanaman, mm/hari
ET0 = evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari
kc = koefisien tanaman
a) Evapotranspirasi
Evapotranspirasi tanaman acuan adalah evapotranspirasi tanaman yang
dijadikan acuan, yakni rerumputan pendek, ET0 adalah kondisi evaporasi
berdasarkan keadaan-keadaan meteorology seperti:
temperatur
sinar matahari (radiasi)
kelembaban
angin
Evapotranspirasi dapat dihitung dengan rumus-rumus teoritis-empiris
dengan mempertimbangkan factor-faktor meteorology di atas.
Bila evaporasi dapat diukur di stasiun agrometeorologi, maka biasanya
digunakan pan A. Harga-harga pan evaporasi (Epan) dikonversi kedalam
angka-angka ET0 dengan menerapkan factor pan Kp antara 0,65 dan 0,85
bergantung kepada kecepatan angin, kelembepan relative serta elevasi.
Harga-harga faktor pan mungkin sangat bervariasi tergantung kepada
lamanya angina bertiup, vegetasi di daerah sekitar dan lokasi pan.
Evaporasi pan diukur secara harian, demikian pula harga-harga ET0.
Untuk perhitungan evaporasi, dianjurkan untuk menggunakan rumus
penman yang sudah dimodifikasi. Temperatur. Kelembapan, aangin, dan
sinar matahari (radiasi) merupakan parameter dalam rumus tersebut. Datadata yang diukur secara harian pada stasiun-stasiun (agro) meteorologi dan
rata-rata sesudah jangka waktu 10 hari atau sebulan untuk perhitungan ET 0
dengan rumus Penman.
Untuk rumus Penman yang sudah dimodifikasi ada dua metode yang
bisa digunakan:
FAO
Varietas
Varietas
Varietas
Varietas
Biasa
Unggul
Biasa
Unggul
0,5
1,20
1,20
1,10
1,10
1,20
1,27
1,10
1,10
1,5
1,32
1,33
1,10
1,05
1,40
1,30
1,10
1,05
2,5
1,35
1,30
1,10
0,95
1,24
1,05
3,5
1,12
0,95
4.
D. Perkolasi
Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Pada tanah-tanah
lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi
dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih
tinggi.
Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan dan penyelidikan kelulusan,
besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat
ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolas, tinggi
muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air
melalui tanggul sawah.
E. Pergantian Lapisan Air
a. Setelah pemupukaan, usahakan untuk menjadwalkan dan
mengganti lapisan air menurut kebutuhan.
b. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian
sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 33 mm/hari
selama stengah bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah
transplantasi.
1
R
15
dimana:
Re
Jaringan Irigasi
A. Umum
Uraian fungsional umum mengenai unsur-unsur jaringan irigasi akan
bangunan-bangunan utama
jaringan dan trase saluran irigasi
jaringan dan trase saluran pembuang
petak-petak primer, sekunder, dan tersier
lokasi bangunan
batas-batas daerah irigasi
jaringan dan trase jalan
daerah-daerah yang tidak diairi (missal desa-desa)
daerah-daerah yang tidak dapat diairi(tanah jelek terlalu
tinggi dsb)
Peta ikhtisar umum dibuat berdasrkan peta tofografi yang dilengkapi dengan
garis-garis kontur dengan skala 1 : 25000. Peta ikhtisar detail yang biasa disebut
peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1 : 5000, dan untuk petak
tersier 1 : 5000 atau 1 ; 2000.
C. Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier.
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur dengan bangunan sadap
(offtake) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengaliran. Bangunan sadap
tersier mengalirkan slurannya kesaluran tersier.
Dipetak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi tanggung
jawab para petani yang bersangkutan, dibawah bimbingan Pemerintah. Ini juga
menentukan ukuran petak tersier. Petak tersier kelewat besar akan mengakibatkan
pembagian air menjadi tidak efisien. Factor-faktor pentingnya adalah jumlah petani
dalam satu petak, jenis tanaman dan tofografi. Di daerah-daerah yang ditanami padi,
luas petak yang ideal adalah antara 50 100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha.
Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit,
jalan, batas desa dan sesar medan (terrain fault).
Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuerter, masing-masing seluas kurang
lebih 8 15 ha.
Apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya
berbentuk bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata letak
dan memungkinkan pembagian air secara efisien.
Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1500 m, tetapi dalam kenyataan
kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2500 m. panjang saluran kuarter lebih
baik di bawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.
D. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan
bagi yang terletak di sluran primer atau sekunder.
Saluran Pasangan
A. Kegunaan Saluran Pasangan
Saluran pasang (lining) dimaksudkan untuk:
-
= debit m3/detik
= kecepatan, m/detik
Harga C, m/hari
0,10
0,12
Geluh pasiran
0,20
Abu vulkanik
0,21
0,37
0,51
0,67
pasangan batu
beton, dan
tanah
( 2m+m+nn ) 12
F=
di mana:
F = bilangan Froude
v = kecepatan aliran, m/dt
w = lebar pada permukaan air, m
A = luas potongan melitang basah, m3
g = percepatan gravitasi, m/dt (9,8)
m = kemiringan talut saluran, 1 vert: m hor
n = perbandingan lebar dasar/kedalaman air
2. Koefisien Kekasaran
Koefisien kekasaran Strickler k (m1/3/dt) yang dianjurkan pemakaiannya
adalah:
Tugas Besar Bangunan Air
- pasangan batu
= 60
- pasangan beton
= 70
- pasangan tanah
= 35-45
harga-harga untuk pasangan keras hakan dicapai jka pasangan itu
dikontruksi dengan baik.
Harga-harga untuk pasangan tanah mirip harga-harga untuk saluran tanah
dengan variasi-variasi seperti yang dibicarakan pada pasal 3.2.
Untuk potongan melintang dengan kombinasi berbagai macam bahan
pasangan, kekasaran masing-masing permukaan akan berbeda-beda (bervariasi).
Koefisienn kekasaran campuran dihitung dengan rumus berikut:
2
k =p
3
pi +n 2
3
k 1,5
i
di mana:
k = koefisien kekasan Strickler untuk potongan melintang, m1/3/dt
P = keliling basah, m
Pi = keliling basah bagian i dari potongan melintang, m
Ki = koefisien kekasaran bagian i dari potongan melintang, m1/3/dt
3. Perencanaan Untuk Aliran Subkritis
Perencanaan hidrolis mengikuti prosedur yang sama seperti pada
perencanaan saluran tanpa pasangan. Saluran pasangan batu dan beton
mempunyai koefisien Strickler yang lebih tinggi. Akibatnya potongan melintang
untuk saluran-saluran tanpa pasangan ini akan lebih kecil daripada potongan
melintang untuk saluran tanah dengan kapasitas debit yang sama.
Ruas saluran pasangan direncana menurut criteria angkutan sediment, dan
dengan demikian mengikuti I/R konstan, kedalaman air untuk saluran pasangan
sama dengan kedalaman air saluran tanpa pasangan. Lebar dasar lebih kecil
daripada lebar dasar untuk saluran tanpa pasangan, karena harga koefisien
Strickler yang lebih tinggi pada saluran pasangan.
Untuk saluran pasngan, kemiringan talut bisa dibuat lebih curam. Untuk
saluran yang lebih kecil (h < 0,40 m) kemiringan talut dibuat vertical. Saluransaluran besar mungkin juga mempunyai kemiringan talut yang tegak dan
direncanakan sebagai flum.
Untuk saluran yang lebih besar, kemiringan samping minimum 1 : 1 untuk h
sampai dengan 0,75 m. untuk saluran yang lebih besar, harga-harga kemiringan
talut pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Harga-harga kemiringan talut untuk saluran pasangan
Tugas Besar Bangunan Air
Jenis tanah
H < 0,75 m
1,25
1,5
1,25
1,5
Lempung pasiran
Tanggul (F), m
Pasangan (F), m
< 0,5
0,40
0,20
0,5 1,5
0,50
0,20
1,5 5,0
0,60
1,25
5,0 10
0,70
0,30
10 15
0,85
0,40
>15
1,00
0,50
2.4
Potongan Saluran
A. Potongan Melintang Saluran
1. Geometri
Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin, potongan
melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang terbaik.
Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah persyaratan
pembebasan tanah dan penggalian lebih tinggi, dan dengan demikian biaya
pelaksanaannya secara umum lebih mahal.
2. Kemiringan Saluran
Harga harga kemiringan minimum untuk berbagai bahan tanah disajikan
pada Tabel 2.6.
simbol
kemiringa
n
Batu
<0,25
Pt
CL, CH, MH 1 2
Kohesif
SC, SM
1,5 2,5
Pasir lanauan
SM
23
Gambut lunak
Pt
3-4
12
Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm) tanggul
harus dibuat sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). bahu tanggul harus dibuat
setinggi muka air rencana disaluran. Untuk kemiringan luar, bahu tanggul (jika
perlu) harus terletah di tengah-tengah antara bagian atas dan pangkal tanggul.
3. Lengkung Saluran
Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada:
- ukuran dan kapasitas saluran
- jenis tanah
- kecepatan aliran
jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil
sekurang-kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.
Jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi pasangan harus
seperti berikut:
- 3 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran kecil ( < 0,6m 2/detik) dan
-
sampai dengan
7 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran yang besar ( > 10
m3/detik)
4. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan berguna untuk:
- menaikan muka air di atas tinggi muka air maksimum
- mencegah kerusakan tanggul saluran.
Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder
dikaitkan dengan debit rencana saluran seperti yang diperlihatkan tabel 2.6
Tabel 2,6 tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah.
Q, (m3/detik)
< 0,5
0,5 1,5
0,5 5,0
5,0 10
10 15
> 15
0,4
0,5
0,6
0,75
0,85
1,00
5. Lebar Tanggul
Tanpa
jalan
inspeksi
Dengan jalan
inspeksi (m)
(m)
Q<1
1,00
3,00
1 <Q<5
1,50
5,00
10 < Q < 10
2,00
5,00
1 0< Q < 15
3,50
5,00
Q > 15
3,50
5,00
2.5
Q=1,705 b h 2
dimana :
Q = debit, m3/dt
b = lebar ambang, m
h = tinggi limpahan, m
B. Alat Ukur Debit Romijn
Alat ukur ini merupakan alat ukur ambang lebar yang dapat di gerakkan naik
dan turun untuk mengatur dan mengukur aliran di atas ambang agar dapat mengatur
dan mengukur. Alat ukur romijn di gabung dengan pintu sorong dan di hubungkan
dengan alat pengangkat.
Persamaan debit aliran di atas romijn dirumuskan sbb :
3
Q=1,705 b h 2
dimana :
Q = debit, m3/dt
B = lebar ambang, m
ukuran b : 0.5; 0.6; 0.75; 1.00; 1.5
Tugas Besar Bangunan Air
h=
tinggi air, m
debit. M3/dt
Cd
percepatan gravitasi
h1
di Indonesia.
Rumus hidrolik aliran air di bawah pintu sorong, sbb :
Q=K . . a . b .2 . g . h 1
di mana :
Q
: debit, m3/dt
: koefisien debit
: lebar pintu, m
2.6
: percepatan gravitasi
h1
2.7
Dimana :
Q=
koefisien debit
A=
luas penampang, m2
g =
percepatan gravitasi
z =
H masuk =m
( v av)2
2g
2
H f =cf
(v)
2g
(v a v )2
H k =k
2g
dimana :
M
Va
Cf
koefisien kekasaran
percepatan gravitasi.
B. Bangunan Sipon
Sipon adalah saluran yang membawa air melewati bawah saluran lainnya
(biasanya pembuang) atau jalan pada sipon air mengalir karena tekanan.
1. Kehilangan Tinggi Energi
Kehilangan tinggi energi pada sipon terdiri dari
- Kehilangan masuk
- Kehilangan akibat gesekan
Tugas Besar Bangunan Air
v2
2g
dan
c=
dimana:
hf =
v =
g =
c =
=
s =
b =
=
s
b
()
4
3
C. Bangunan Terjun
Bangunan Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan
permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang
diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masingmasing memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas.
Perencaanaan hidrolis bangunan dipengaruhi oleh besaran-besaran berikut.
H1 = tinggi energi dimuka ambang, m
H = perubahan tinggi energi pada bangunan, m
Hd
Dan selanjutnya
BAB III
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN
3.1
3.2
Awal Tanam
: OKTOBER II
Pola Tanam
BULAN
NOVEMBER
DESEMBER
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
HUJAN (RE)
1
2
3.32
5.54
5.54
3.68
3.68
6.55
6.55
4.57
4.57
3.10
3.10
3.41
3.41
2.31
2.31
2.35
2.35
5.94
5.94
2.54
2.54
4.93
4.93
8.17
3.3
46
ET0
(mm/hari)
4,80
4,80
4,00
4,00
4,20
4,20
4,40
4,40
4,50
4,50
4,20
4,20
3,50
3,50
3,30
3,30
3,70
3,70
4,70
4,70
5,40
5,40
4,80
4,80
Bulan
November 1
November 2
Desember 1
Desember 2
Januari 1
Januari 2
Februari 1
Februari 2
Maret 1
Maret 2
April 1
April 2
Mei 1
Mei 2
Juni 1
Juni 2
Juli 1
Juli 2
Agustus 1
Agustus 2
September 1
September 2
Oktober 1
Oktober 2
3.4
ETc
(mm/hari)
LP
6,07
5.20
5.24
3,64
LP
LP
LP
LP
5,70
5,46
5,50
3,03
1,52
0
0,55
1,54
2,78
4,31
4,42
4,91
LP
LP
LP
WLR
(mm/hari)
0
0,57
1,13
0,57
0,57
0
0
0
0
0,57
1,13
0,57
0,57
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
IR
(mm/hari)
14,08
0
0
0
0
13,67
13,81
13,81
13,87
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14,81
14,08
14,08
RE
(mm/hari)
3,32
5,54
3,68
6,55
4,57
3,10
3,41
2,31
2,35
5,94
2,54
4,93
8,17
1,64
3,48
3,64
1,84
1,59
1,71
2,34
1,62
0,65
1,59
1,82
Perhitungan NFR
A. NFR untuk Penyiapan Lahan (pertama)
September periode 2
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Jangka Waktu Penyiapan Lahan (T)
= 2,50 mm/hari
= 0,65 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 5,40 mm/hari
= 30 hari
Perhitungan:
M =1,1 ET 0 + P=( 1,1 5,40 ) +2,50=8,44 mm /hari
k=
MT 8,44 30
=
=0,84 mm/ hari
S
300
NFR
(mm/hari)
10,76
3,10
4,66
1,26
1,64
12,57
12,40
13,50
13,53
2,33
6,56
3,54
-2,07
2,38
-0,98
-0,59
2,21
3,69
5,10
4,58
5,80
16,66
14,49
14,26
IR=
0,84
Me
8,44 e
= 0,84
=14,81 mm/hari
k
(e 1) (e 1)
1,93
l
/ha
dt
Oktober periode 1
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Jangka Waktu Penyiapan Lahan (T)
= 2,00 mm/hari
= 1,59 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,80 mm/hari
= 30 hari
Perhitungan:
M =1,1 ET 0 + P=( 1,1 4,80 ) +2,00=7,28 mm /hari
k=
MT 7,28 30
=
=0,73 mm/hari
S
300
IR=
M ek
7,28 e0,73
=
=14,08 mm/hari
(e k 1) ( e0,73 1)
1,68
l
/ha
dt
Oktober periode 2
Diketahui:
Perkolasi
Tugas Besar Bangunan Air
= 2,00 mm/hari
Perhitungan:
M =1,1 ET 0 + P=( 1,1 4,80 ) +2,00=7,28 mm /hari
k=
MT 7,28 30
=
=0,73 mm/hari
S
300
IR=
M ek
7,28 e0,73
=
=14,08 mm/hari
(e k 1) ( e0,73 1)
1,65
l
/ha
dt
November periode 1
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Jangka Waktu Penyiapan Lahan (T)
= 2,00 mm/hari
= 3,32 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,80 mm/hari
= 30 hari
Perhitungan:
M =1,1 ET 0 + P=( 1,1 4,80 ) +2,00=7,28 mm /hari
k=
MT 7,28 30
=
=0,73 mm/hari
S
300
IR=
0,73
Me
7,28 e
= 0,73
=14,08 mm/hari
k
(e 1) ( e 1)
1,25
l
/ha
dt
Januari periode 2
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Jangka Waktu Penyiapan Lahan (T)
= 2,00 mm/hari
= 3,10 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,20 mm/hari
= 30 hari
Perhitungan:
M =1,1 ET 0 + P=( 1,1 4,20 ) +2,00=6,62 mm /hari
k=
MT 6,62 30
=
=0,66 mm /hari
S
300
IR=
M ek
6,62 e 0,66
=
=13,67 mm /hari
(e k 1) ( e0,66 1)
1,46
l
/ha
dt
Februari periode 1
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Jangka Waktu Penyiapan Lahan (T)
= 2,00 mm/hari
= 3,41 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,40 mm/hari
= 30 hari
Perhitungan:
M =1,1 ET 0 + P=( 1,1 4,40 ) +2,00=6,84 mm/hari
k=
MT 6,84 30
=
=0,68 mm/ hari
S
300
k
IR=
0,68
Me
6,84 e
= 0,68
=13,81mm /hari
k
(e 1) (e 1)
1,44
l
/ha
dt
Februari periode 2
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Jangka Waktu Penyiapan Lahan (T)
= 2,00 mm/hari
= 2,31 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,40 mm/hari
= 30 hari
Perhitungan:
M =1,1 ET 0 + P=( 1,1 4,40 ) +2,00=6,84 mm/hari
k=
MT 6,84 30
=
=0,68 mm/ hari
S
300
IR=
M ek
6,84 e 0,68
=
=13,81mm /hari
(e k 1) (e 0,681)
1,56
l
/ha
dt
Maret periode 1
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Jangka Waktu Penyiapan Lahan (T)
= 2,00 mm/hari
= 2,35 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,50 mm/hari
= 30 hari
Perhitungan:
M =1,1 ET 0 + P=( 1,1 4,50 ) +2,00=6,95 mm /hari
k=
MT 6,95 30
=
=0,70 mm / hari
S
300
IR=
M ek
6,95 e0,70
=
=13,87 mm /hari
(e k 1) ( e 0,701)
NFR=
1,57
l
/ha
dt
November periode 2
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Koefisien Tanaman (Kc)
Pergantian Lapisan Air (WLR)
= 2,00 mm/hari
= 5,54 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,80 mm/hari
= 1,27 (nilai rata rata)
= 0,57 mm/hari (nilai rata rata)
Perhitungan:
Pengguna Konsumtif ( ET c ) =K c ET 0=1,27 4,80=6,07 mm/hari
Maka NFR adalah
NFR
ET c + P+WLR
3,10 l
/ ha
8,64 dt
l
= 0,36 dt /ha
Desember periode 1
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Koefisien Tanaman (Kc)
Pergantian Lapisan Air (WLR)
= 2,00 mm/hari
= 3,68 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,00 mm/hari
= 1,30 (nilai rata rata)
= 1,13 mm/hari (nilai rata rata)
Perhitungan:
Pengguna Konsumtif ( ET c ) =K c ET 0=1,30 4,00=5,20 mm/hari
Maka NFR adalah
NFR
ET c + P+WLR
= 5,20+2,00+1,133,68=4,66 mm/hari
4,66 l
/ha
8,64 dt
l
= 0,54 dt /ha
Desember periode 2
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Koefisien Tanaman (Kc)
Pergantian Lapisan Air (WLR)
= 2,00 mm/hari
= 6,55 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,00 mm/hari
= 1,31 (nilai rata rata)
= 0,57 mm/hari (nilai rata rata)
Perhitungan:
Pengguna Konsumtif ( ET c ) =K c ET 0=1,31 4,00=5,24 mm/hari
Maka NFR adalah
NFR
ET c + P+WLR
1,26 l
/ ha
8,64 dt
l
= 0,15 dt /ha
Januari periode 1
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Koefisien Tanaman (Kc)
Pergantian Lapisan Air (WLR)
= 2,00 mm/hari
= 4,57 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,20 mm/hari
= 0,87 (nilai rata rata)
= 0,57 mm/hari (nilai rata rata)
Perhitungan:
Pengguna Konsumtif ( ET c ) =K c ET 0=0,87 4,20=3,64 mm /hari
Maka NFR adalah
NFR
ET c + P+WLR
1,64 l
/ ha
8,64 dt
l
= 0,15 dt /ha
D. NFR untuk Tanaman Padi Kedua
Maret periode 2
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Koefisien Tanaman (Kc)
Pergantian Lapisan Air (WLR)
= 2,00 mm/hari
= 5,94 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,50 mm/hari
= 1,27 (nilai rata rata)
= 0,57 mm/hari (nilai rata rata)
Perhitungan:
Pengguna Konsumtif ( ET c ) =K c ET 0=1,27 4,50=5,70 mm/hari
Maka NFR adalah
NFR
ET c + P+WLR
= 5,70+2,00+0,575,94=2,33 mm/hari
2,33 l
/ ha
8,64 dt
l
= 0,27 dt /ha
April Periode 1
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Koefisien Tanaman (Kc)
Pergantian Lapisan Air (WLR)
= 2,50 mm/hari
= 2,54 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 4,20 mm/hari
= 1,30 (nilai rata rata)
= 1,13 mm/hari (nilai rata rata)
Perhitungan:
Pengguna Konsumtif ( ET c ) =K c ET 0=1,30 4,20=5,46 mm/hari
Maka NFR adalah
NFR
ET c + P+WLR
= 5,46+2,50+1,132,54=6,56 mm/hari
6,56 l
/ ha
8,64 dt
l
= 0,76 dt /ha
April periode 2
Diketahui:
Perkolasi
Tugas Besar Bangunan Air
= 2,50 mm/hari
Perhitungan:
Pengguna Konsumtif ( ET c ) =K c ET 0=1,31 4,20=5,50 mm /hari
Maka NFR adalah
NFR
ET c + P+WLR
= 5,50+2,50+0,574,93=3,64 mm /hari
3,64 l
/ ha
8,64 dt
l
= 0,42 dt /ha
Mei periode 1
Diketahui:
Perkolasi
Curah Hujan Efektif (Re)
Kebutuhan Air (S)
Evapotranspirasi (ET0)
Koefisien Tanaman (Kc)
Pergantian Lapisan Air (WLR)
= 2,50 mm/hari
= 8,17 mm/hari (nilai rata-rata)
= 250 + 50 = 300 mm/hari
= 3,50 mm/hari
= 0,87 (nilai rata rata)
= 0,57 mm/hari (nilai rata rata)
Perhitungan:
Pengguna Konsumtif ( ET c ) =K c ET 0=0,87 3,50=3,03mm /hari
ET c + P+WLR
= 3,03+2,50+0,578,17=2,07 mm/hari
2,07 l
/ha
8,64 dt
l
= 0,24 dt /ha
3.5
3.6
Saluran Tersier P1 Ka 1
Diketahui:
NFR = 1,93 l/dt/ha
et = 0,8
A = 48,02 ha
Perhitungan:
NFR A
Q=
7.
et
34.
2.
3.
4.
5.
6.
10.
19.
8.
1,93 48,02
Q=
0,8
9.
115,85 l/dt
Saluran Tersier P1 Ki 1
11.
Diketahui:
12.
NFR = 1,93 l/dt/ha
13.
et = 0,8
14.
A = 49,57 ha
15.
Perhitungan:
NFR A
Q=
16.
et
17.
1,93 49,57
Q=
0,8
18.
119,59 l/dt
35.
27.
Q=
1,93 45,05
0,8
108,66 l/dt
28.
29.
Saluran Tersier P2 Ki 1
Diketahui:
NFR = 1,93 l/dt/ha
et = 0,8
A = 50,28 ha
30.
31.
32.
33.
Q=
36.
38.
1,93 50,28
0,8
121,30l /dt
37.
Saluran Tersier B1 Ka 1
Diketahui:
NFR = 1,93 l/dt/ha
et = 0,8
A = 40,56 ha
Perhitungan:
NFR A
Q=
44.
et
39.
40.
41.
42.
43.
Q=
45.
1,93 40,56
0,8
97,85 l/dt
46.
47.
Saluran Tersier B1 Ki 1
Diketahui:
NFR = 1,93 l/dt/ha
et = 0,8
A = 46,66 ha
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
Saluran Tersier P2 Ka 1
20.
Diketahui:
21.
NFR = 1,93 l/dt/ha
22.
et = 0,8
23.
A = 45,05 ha
24.
Perhitungan:
NFR A
Q=
25.
et
26.
Perhitungan:
NFR A
Q=
et
56.
Perhitungan:
NFR A
Q=
et
Q=
57.
1,93 46,66
0,8
112,57 l/dt
58.
59.
Saluran Tersier B2 Ka 1
Diketahui:
NFR = 1,93 l/dt/ha
et = 0,8
A = 48,90 ha
Perhitungan:
60.
61.
62.
63.
64.
65.
Q=
NFR A
et
66.
Q=
1,93 48,90
0,8
Saluran Tersier B2 Ki 1
69.
Diketahui:
70.
NFR = 1,93 l/dt/ha
71.
et = 0,8
72.
A = 38,28 ha
73.
Perhitungan:
NFR A
Q=
74.
et
Q=
NFR A
et
86.
Q=
1,93 31,17
0,8
Q=
75.
76.
77.
87.
88.
1,93 38,28
0,8
Saluran Tersier T1 Ka 1
Diketahui:
NFR = 1,93 l/dt/ha
et = 0,8
79.
80.
81.
75,20l /dt
Saluran Tersier T1 Ki 1
Diketahui:
NFR = 1,93 l/dt/ha
et = 0,8
A = 27,57 ha
Perhitungan:
NFR A
Q=
94.
et
89.
90.
91.
92.
93.
93,80 l/dt
78.
A = 31,17 ha
Perhitungan:
85.
117,97 l/dt
67.
68.
82.
83.
84.
95.
96.
97.
Q=
1,93 27,57
0,8
66,51l/dt
98.
B. Saluran Pembawa Sekunder
1.
Saluran Sekunder RB 2
99. Diketahui:
100. NFR = 1,93 l/dt
101. Luas (A)
= 87,78 ha
102. et
= 0,8
103. es
= 0,9
104. Perhitungan:
NFR A 1,93 87,78
105. Q= et ef = 0,8 0,9
235,5l /dt
106.
2.
Saluran Sekunder RB 1
107. Diketahui:
108. NFR = 1,93 l/dt
109. Luas (A)
= 87,22 ha
110. et
= 0,8
111. es
= 0,9
112. Perhitungan:
NFR A 1,93 87,22
113. Q= et ef = 0,8 0,9
233,8l /dt
114.
3.
Saluran Sekunder RT 1
115. Diketahui:
116. NFR = 1,93 l/dt
117. Luas (A)
= 52,74 ha
118. et
= 0,8
119. es
= 0,9
120. Perhitungan:
NFR A 1,93 52,74
121. Q= et ef = 0,8 0,9
122.
123.
124.
125.
157,46 l/dt
132. Perhitungan:
NFR A
1,93 272,59
133. Q= et ef ep = 0,8 0,9 0,9
739,09l/dt
134.
2.
Saluran Primer RP 2
135. Diketahui:
136. NFR = 1,93 l/dt
137. Luas (A)
= 154,06 ha
138. et
= 0,8
139. es
= 0,9
140. ep
= 0,9
141. Perhitungan:
NFR A
1,93 154,06
142. Q= et ef ep = 0,8 0,9 0,9
143.
144.
412,97 l/dt
3.7
Nama
147.
(A)
Saluran
153.
157.
161.
165.
169.
173.
177.
181.
185.
189.
P1 Ka1
P1 Ki1
P2 Ka1
P2 Ki1
B1 Ka1
B1 Ki1
B2 Ka1
B2 Ki1
T1 Ka1
T1 Ki1
Luas
154.
158.
162.
166.
170.
174.
178.
182.
186.
190.
ha
48.02
49.57
45.04
50.28
40.56
46.66
48.9
38.88
31.17
27.57
148.
151.
155.
159.
163.
167.
171.
175.
179.
183.
187.
191.
Debit (Qt)
152.
m3/dt
l/dt
115.85
119.59
108.66
121.30
97.85
112.57
117.97
93.80
75.20
66.51
156.
160.
164.
168.
172.
176.
180.
184.
188.
192.
0.116
0.120
0.109
0.121
0.098
0.113
0.118
0.094
0.075
0.067
193.
B. Saluran Sekunder
194.Efisiensi saluran sekunder = 0,9 ; NFR = 1,93 l/dt
195.
Nama
196.
(A)
Saluran
202.
206.
210.
RB2
RB1
RT1
Luas
203.
207.
211.
ha
87.78
87.22
58.74
197.
200.
204.
208.
212.
Debit (Qt)
201.
m3/dt
l/dt
235.30
233.80
157.46
205.
209.
213.
0.235
0.234
0.157
214.
C. Saluran Primer
215.Efisiensi saluran primer = 0,9 ; NFR = 1,93 l/dt
216.
Nama
217.
(A)
Saluran
231.
232.
223.
RP1
227.
RP2
Luas
224.
ha
272.5
228.
9
154.0
6
218.
221.
Debit (Q)
222.
m3/dt
l/dt
225.
730.69
226.
0.731
229.
412.97
230.
0.413
3.8
A=( (1 h)+ ( 1 h ) ) h
243.
A= ( h+h ) h
244.
A=2h
247.
P=h+ 2h 2
248.
P=3,83 h
2h
3,83 h
250.
R=
251.
252.
253.
254.
R=0,52h
V =k . R 3 . I 2
2
256.
V =0,45 h 3
257.
258.
B. Saluran Primer
C. Saluran Sekunder
259.
255.