Disusun Oleh:
(41613110054)
DITA ANDRIANI
(41613110068)
SUDENDI SUHENDI
(41613110017)
ZULKARNAIN PRASTYO
(41613110093)
NURUL AZIZAH
(41613110087)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketatnya persaingan di jaman globalisasi menyebabkan suatu perusahaan
saling berlomba untuk mendapatkan konsumen sebanyak mungkin dengan
berbagai macam sumber daya yang dimiliki, pada sisi lain tidak dapat dipungkiri
bahwa konsumen semakin selektif dalam memilih sebuah produk barang/jasa
yang diminati. Tidak hanya cukup dengan memberikan kualitas pelayanan terbaik
dalam mencapai apa yang disebut dengan customer satisfaction akan tetapi
kualitas barang/jasa yang ditawarkan juga harus mampu memberikan jaminan
mutu, sehingga mau tidak mau agar mampu memenuhi tuntukan konsumen
tersebut penerapan Sistem Manajemen Kualitas rupa-rupanya tidak dapat
dihindari lagi.
Apa kualitas itu? Kualitas memiliki berbagai definisi dari penjelasan
berbagai sumber, yang dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah keseluruhan
karakteristik atau kesesuaian dari produk
persyaratan/spesifikasi
dalam
memuaskan
memenuhi
pelanggan.
Sistem
Manajemen Mutu (QMS) dianggap dapat mendorong dan memotivasi perusahaanperusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan, kinerja
organisasi, dan kemampuan manajemen demi memperoleh kepuasan pelanggan
sebagai kunci dalam persaingan bisnis di dunia. Atau dengan kata lain bertujuan
mendorong penerapan manajemen mutu/kualitas pada suatu organisasi atau
perusahaan. Pelanggan adalah tujuan utama dari sistem manajemen kualitas, di
mana setiap output yang dihasilkan oleh perusahaan baik berupa produk, layanan
(service) dan informasi, semua demi tercapainya kepuasan pelanggan. Dari tingkat
kepuasan pelanggan inilah yang menjadi salah satu tolok ukur suatu penghargaan
kualitas.
Apabila kualitas ditentukan oleh pelanggan, maka standar-standar kualitas
sama (ekuivalen) dengan harapan pelanggan. QMS juga berfungsi menjamin
adanya keseragaman dalam kualitas. Dengan cara ini maka apa yang dianggap
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan makalah ini adalah mengetahui bagaimana
implementasi QMS di tempat kerja pada bidang jasa dan manufaktur, membedah
isi jurnal yang menyangkut QMS dan mengetahui kelebihan ISO 9001:2015
dibandingkan dengan versi ISO sebelumnya.
1.4 Batasan Masalah
Dalam pembuatan laporan ini perlu dibatasi masalah untuk pembuatan
laporan makalah ini berupa latar belakang, membahas bagaimana implementasi
QMS di tempat kerja pada bidang jasa dan manufaktur, membahas isi jurnal yang
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Ketatnya persaingan di jaman globalisasi menyebabkan suatu perusahaan
saling berlomba untuk mendapatkan konsumen sebanyak mungkin dengan
berbagai macam sumber daya yang dimiliki, pada sisi lain tidak dapat dipungkiri
bahwa konsumen semakin selektif dalam memilih sebuah produk barang/jasa
yang diminati. Tidak hanya cukup dengan memberikan kualitas pelayanan terbaik
dalam mencapai apa yang disebut dengan customer satisfaction akan tetapi
kualitas barang/jasa yang ditawarkan juga harus mampu memberikan jaminan
mutu, sehingga mau tidak mau agar mampu memenuhi tuntukan konsumen
tersebut penerapan Sistem Manajemen Kualitas rupa-rupanya tidak dapat
dihindari lagi.
Apa kualitas itu? Kualitas memiliki berbagai definisi dari penjelasan
berbagai sumber, yang dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah keseluruhan
karakteristik atau kesesuaian dari produk
persyaratan/spesifikasi
dalam
memuaskan
memenuhi
pelanggan.
Sistem
Manajemen Mutu (QMS) dianggap dapat mendorong dan memotivasi perusahaanperusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan, kinerja
organisasi, dan kemampuan manajemen demi memperoleh kepuasan pelanggan
sebagai kunci dalam persaingan bisnis di dunia. Atau dengan kata lain bertujuan
mendorong penerapan manajemen mutu/kualitas pada suatu organisasi atau
perusahaan. Pelanggan adalah tujuan utama dari sistem manajemen kualitas, di
mana setiap output yang dihasilkan oleh perusahaan baik berupa produk, layanan
(service) dan informasi, semua demi tercapainya kepuasan pelanggan. Dari tingkat
kepuasan pelanggan inilah yang menjadi salah satu tolok ukur suatu penghargaan
kualitas.
Apabila kualitas ditentukan oleh pelanggan, maka standar-standar kualitas
sama (ekuivalen) dengan harapan pelanggan. QMS juga berfungsi menjamin
adanya keseragaman dalam kualitas. Dengan cara ini maka apa yang dianggap
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan makalah ini adalah mengetahui bagaimana
implementasi QMS di tempat kerja pada bidang jasa dan manufaktur, membedah
isi jurnal yang menyangkut QMS dan mengetahui kelebihan ISO 9001:2015
dibandingkan dengan versi ISO sebelumnya.
1.4 Batasan Masalah
Dalam pembuatan laporan ini perlu dibatasi masalah untuk pembuatan
laporan makalah ini berupa latar belakang, membahas bagaimana implementasi
QMS di tempat kerja pada bidang jasa dan manufaktur, membahas isi jurnal yang
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PELAKSANAAN QMS DI TEMPAT KERJA
3.1.2 PELAKSANAAN QMS DI INDUSTRI MANUFAKTUR FARMASI
Kegiatan atau pelakasanaan QMS pada Industri farmasi bertujuan untuk
menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy),
keamanan (safety) dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk tujuan
pengobatan. Salah satu kriteria penting dari produk industri farmasi ialah
diterimanya kriteria persyaratan kualitas obat. Karena menyangkut soal nyawa
manusia maka industri farmasi dan produk industri farmasi diatur secara ketat,
baik oleh industri farmasi itu sendiri maupun oleh pemerintah (dalam hal ini
Badan POM sebagai regulator industri farmasi di Indonesia). Sebagaimana
industri dan produk industri farmasi di negara-negara lain, industri farmasi
farmasi di Indonesia diberlakukan persyaratan yang diatur dalam Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB).
Dalam pedoman pelaksanaan CPOB disebutkan bahwa faktor faktor
yang mempengaruhi mutu produk antara lain :
(1) kualitas dari bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan.
(2) proses pembuatan dan pengawasan mutu.
(3) bangunan dan peralatan.
(4) personalia yang terlibat dalam pembuatan obat.
Dengan semakin meningkatnya tuntutan terhadap jaminan khasiat,
keamanan dan kualitas produk, maka konsep pengawasan mutu yang saat ini
masih banyak digunakan di industri farmasi, menjadi sangat tidak memadai lagi.
Konsep pengawasan mutu (quality control concept) didasarkan pada konsep
defect detection, artinya bagaimana suatu sistem pengawasan tersebut dapat
mendeteksi terjadinya suatu kesalahan/penyimpangan yang telah terjadi. Dengan
kata lain, sistem ini hanya bisa mendeteksi kesalahan yang sudah terjadi. Tentu
saja, di tengah arus globalisasi saat ini, konsep yang demikian sudah sangat tidak
memadai lagi, apalagi untuk bisa memberikan jaminan terhadap khasiat,
keamanan dan mutu suatu produk. Jaminan terhadap khasiat, keamanan dan mutu
produk industri farmasi tersebut hanya bisa dilakukan jika terdapat sistem yang
secara proaktif mencegah sebelum terjadinya kesalahan dan/atau penyimpangan
dalam proses pembuatan obat tersebut. Konsep ini disebut dengan Konsep
Penjaminan Mutu (Quality Assurance).
Quality Management System (QMS) adalah sistem yang mengatur atau
mengelola seluruh komponen atau sumber daya yang ada di dalam industri
farmasi agar tujuan mutu, yaitu jaminan terhadap khasiat, keamanan dan kualitas
produk dapat tercapai. Agar QMS ini dapat berjalan, maka harus ada departemen
khusus yang mengawasi pelaksanaan QMS. Departemen ini bertindak sebagai
polisi yang mandiri untuk memantau keseluruhan proses pembuatan obat mulai
dari konsep desain di R&D hingga obat tersebut berada di tangan konsumen.
QMS mencakup atau memiliki ruang lingkup, antara lain : (1) Sistem Mutu
(Quality System), (2) Personalia, (3) Sanitasi dan Higiene, (4) Inspeksi Diri dan
Audit Mutu, (5) Sistem Dokumentasi Perusahaan, (6) Program Kualifikasi dan
Validasi, serta (7) Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali
Produk serta Produk Kembalian. Sebagai penanggung jawab dan pengawas
pelaksanaan QMS adalah Departemen QA.
Contoh pelaksanaan QMS sehari-hari di industri farmasi diilustrasikan sebagai
berikut, contoh pada kasus Pengadaan Bahan Baku :
1. Bahan baku digunakan untuk memproduksi obat jadi. Agar bisa dihasilkan
obat jadi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, salah satu faktor
penting yang harus diperhatikan adalah kualitas dari bahan baku yang
digunakan, harus sesuai dengan spesifikasi bahan bahan baku yang telah
ditetapkan. Departemen yang berhak menentukan spesifikasi bahan baku
yang digunakan adalah Departemen R&D, karena departemen inilah yang
tahu secara persis spesifikasi bahan baku, misalnya kadar airnya, ukuran
partikelnya, atau sifat-sifat amorfnya, dan lain-lain. Tugas Departemen QA
bahan
baku.
dilakukan
oleh
Departemen
Pembelian
Umum
Rumah
sakit
menetapkan,
mengimplentasikan,
memelihara
dan
Dokumentasi
Pendokumentasian dilakukan mengacu pada persyaratan standar mutu
internasional dengan memperhatikan kebutuhan organisasi yang diterapkan secara
efektif oleh semua bagian yang terkait. Pendokumentasian mencakup dokumentasi
yang berbentuk hadrcopy dan softcopy yang di upload pada sistem informasi
rumah sakit dan dapat dilihat oleh semua staf. Berikut ini Hierarki dokumen, yaitu
:
Tingkat 1
Corporate,
Tingkat 2
(Term of
Tingkat 3
Tugas
dan Formulir.
Tingkat 4
: Catatan Mutu
Pengendalian Dokumen
Rumah sakit menyusun dan memelihara pedoman mutu yang akan ditinjau
ulang secara periodik oleh Direktur Rumah Sakit. Prosedur pengendalian
dokumen dibuat untuk mengendalikan dokumen internal dan eksternal yang
berlaku di rumah sakit. Dokumen internal disetujui dan ditetapkan oleh yang
berwenang sebelum diterbitkan dan didistribusikan secara online dengan
menggunakan sistem informasi rumah sakit. Manajemen
menetapkan
prosedur
menjalankan sistem
II.
III.
Fokus Pelanggan
Manajemen mengidentifikasikan seluruh proses yang dibutuhkan untuk
menciptakan rantai pelayanan yang berfokus pada pelanggan. Proses-proses yang
ada dalam sistem manajemen mutu ini akan memperhatikan seluruh kebutuhan
dan harapan pelanggan, termasuk ketaatan pada ketentuan dan peraturan serta
aspek hukum yang berlaku.
Ketentuan dan peraturan serta aspek hukum yang berlaku di rumah sakit
diidentifikasikan oleh manjemen.
Kebijakan Mutu
Manajemen menetapkan kebijakan mutu yang sejalan dengan visi, misi
dan falsafah rumah sakit. Kebijakan mutu tersebut merupakan kerangka kerja
untuk penyusunan sasaran mutu setiap bagian. Untuk menjaga integrasi dari
kebijakan tersebut, dilakukan peninjauan ulang kebijakan mutu tersebut dalam
setiap rapat tinjauan manajemen. Direksi bertanggung jawab atas komunikasi dan
pemahaman kebijakan mutu dan memastikan bahwa kebijakan mutu dipahami
pada semua tingkatan di dalam organisasi.
adalah : kami memberikan pelayanan yang handal, cepat, ramah, proaktif dan
konsisten kepada pasien dan keluarganya sesuai dengan sistem manajemen mutu
RSPB.
Handal : melayani dengan sumber daya manusia terlatih dan terampil
dengan fasilitas yang dapat diandalkan.
Cepat : memberikan pelayanan dengan sesegara mungkin.
Tepat : memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan kebutuhan.
Ramah : memberikan pelayanan dengan senyum dan salam dengan
bersahabat.
Proaktif : memberikan pelayanan dengan tanggap dan penuh inisiatif
dengan kepedulian yang tinggi.
Konsisten : melayani sesuai dengan standar.
Source: empowerment-gateway.com
2. Manajemen risiko menjadi fondasi standar ISO 9001:2015
Pada ISO 9001:2015 ini, istilah "preventive action" berubah menjadi "risk
management". Seperti kita ketahui, target dari sistem manajemen adalah mencapai
kesesuaian dan kepuasan pelanggan. Dalam mewujudkannya, ISO 9001:2015
fokus pada performa perusahaan dengan pendekatan pemikiran berbasis risiko
(risk based thinking) dan konsep PDCA atau Plan-Do-Check-Action.
Pada ISO 9001:2015, risiko dianggap sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dari sistem. Oleh karena itulah, dengan pendekatan pemikiran berbasis
risiko, diharapkan perusahaan lebih proaktif dalam mencegah dan mengurangi
efek yang tidak dikehendaki dan selalu memperbaiki sistem secara berkelanjutan
(continual improvement). Ketika manajemen risiko diterapkan dengan serius,
secara otomatis tindakan pencegahan pun akan dilakukan.
3.
Leadership
(Kepemimpinan)
Tidak
Mewajibkan
Keberadaan
Management Representative
Secara umum, klausul kepemimpinan ini tidak berbeda dengan ISO 9001:2008
yang
membahas
seputar
kewajiban
yang
harus
dilaksanakan
oleh top
informasi
terdokumentasi
yang
dibutuhkan,
apakah
akan
dalam
mengidentifikasi,
mengelola,
memonitor,
dan
BAB IV.
KESIMPULAN
Quality Management System (QMS) adalah aturan yang mengatur aturan.
Agar aturan tersebut tidak dilanggar, maka harus ada tim pengawas yang
mengawasi pelaksanaan aturan tersebut. Ruang lingkup dari implementasi di
bidang Manufaktur adalah (1) Sistem Mutu (Quality System), (2) Personalia, (3)
Sanitasi dan Higiene, (4) Inspeksi Diri dan Audit Mutu, (5) Sistem Dokumentasi
Perusahaan, (6) Program Kualifikasi dan Validasi, serta (7) Penanganan Keluhan
Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk serta Produk Kembalian. Sedangkan
untuk dibidang Jasa mencangkup Dokumentasi, Pengendalian Dokumen,
Pengendalian Catatan Mutu ,Tanggung Jawab Manajemen Dalam Sistem
Manajemen Mutu, Komitmen Manajemen , Fokus Pelanggan , Kebijakan Mutu ,
Perencanaan Dan Sasaran Mutu. Berikut adalah perbedaan ISO 9001:2015
dibandingkan dengan versi 2008 : 1. Klausul ISO 9001:2015 lebih terstruktur dan
rapi, 2. Manajemen risiko menjadi fondasi standar ISO 9001:2015, 3. Leadership
(Kepemimpinan) Tidak Mewajibkan Keberadaan Management Representative,
4. Scope - Tidak ada pengecualian klausul, 5. Manual mutu tidak wajib, 6.
Konteks Organisasi, 7. Tidak ada istilah 6 prosedur wajib dan form wajib, 8.
Istilah produk dan jasa dibedakan, 9. Penggantian beberapa istilah, 10. OperationPersyaratan Terkait Pengadaan Barang Dibahas Lebih Jelas.