Makalah Sle Baru
Makalah Sle Baru
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Systemic Erithematosus Lupus (SEL) atau yang biasa dikenal dengan istilah
Lupus adalah penyakit kronik atau menahun.SLE termasuk penyakit collagenvascular yaitu suatu kelompok penyakit yang melibatkan sistem muskuloskeletal,
kulit, dan pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi klinik sehingga
diperlukan pengobatan yang kompleks.Etiologi dari beberapa penyakit collagenvascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun terlibat sebagai mediator
terjadinya penyakit tersebut (Delafuente, 2002).
Penyakit LES merupakan salah satu penyakit yang masih awam ditelinga
masyarakat Indonesia.Namun, bukan berarti tidak banyak orang yang terkena
penyakit ini.Kementerian Kesehatan menyatakan lebih dari 5 juta orang di seluruh
dunia terdiagnosis penyakit Lupus. Sebagian besar penderitanya ialah perempuan
di usia produktif yang ditemukan lebih dari 100.000 setiap tahun. Di Indonesia
jumlah penderita penyakit Lupus secara tepat belum diketahui tetapi diperkirakan
mencapai jumlah 1,5 juta orang (Kementerian Kesehatan, 2012).
SLE dapat menyerang semua usia, namun sebagian besar pasien ditemukan
pada perempuan usia produktif. Sembilan dari sepuluh orang penderita lupus
(odapus) adalah wanita dan sebagian besar wanita yang mengidap SLE ini berusia
15-40 tahun. Namun, masih belum diketahui secara pasti penyebab lebih
banyaknya penyakit SLE yang menyerang wanita.SLE dikenal juga dengan
penyakit 1000 wajah karena gejala awal penyakit ini tidak spesifik, sehingga pada
awalnya penyakit ini sangat sulit didiagnosa.Hal tersebut menyebabkan
penanganan terhadap penyakit lupus terlambat sehingga penyakit tersebut banyak
menelan korban.Penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori yakni discoid lupus,
systemic lupus erythematosus, dan lupus yang diinduksi oleh obat.Masing-masing
kategori tersebut memiliki gejala, tingkat keparahan serta pengobatan yang
berbeda-beda.
Penderita SLE membutuhkan pengobatan dan perawatan yang tepat dan benar,
pengobatan yang diberikan haruslah rasional.Perawatan pada pasien SLE juga
harus diperhatikan, seperti mengurangi paparan sinar UV terhadap tubuh pasien.
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman mengenai penyakit systemik
eritematosus lupus, pengertian tentang systemic lupus eritematosus, etiologi dan
1
mendeminasikan
pengetahuan
kepada
mahasiswa,
agar
Lupus (SEL).
Untuk mengetahui patofisiologiSystemic Erithematosus Lupus (SEL)
Untuk mengetahui Komplikasi dari PSystemic Erithematosus Lupus
1.3.6
(SEL)
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic Systemic Erithematosus
1.3.7
Lupus (SEL)
Untuk mengetahui penatalaksanaanSystemic Erithematosus Lupus
(SEL)
1.3.8 Untuk mengetahui prognosis Systemic Erithematosus Lupus (SEL)
1.3.9 Untuk mengetahui pencegahanSystemic Erithematosus Lupus (SEL)
1.3.10 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada Systemic
Erithematosus Lupus (SEL).
1.3.11 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus pasien dengan SEL.
1.4 Manfaat
Memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan
keperawatan pada Systemic Erithematosus Lupus (SEL)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Systemic Erithematosus Lupus (SEL)
Lupes eritematosis sistemil (SLE) adalah penyakit autoimunyang melibatkan
berbagai organ denga manifestasi klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat.
Pada keadaan awal,sering sekali sukar di kenal sebagai LES,karena manifestasinya
sering tidak terjadi bersamaan.
Lupus erimatosus (LE) merupakan suatu kegagalan tolerasi imun diri sendiri.
Kegagalan ini menghasilkan produksi berbagai auto-antibodi terhadap berbagai jenis
komponen jaringan karena nya penyakit ini termasuk penyakit auto imun
2.2 Etiologi Systemic Erithematosus Lupus (SEL)
3
Sampai saat ini penyebab LES belum diketahui. Diduga factor genetic,infeksi
dan lingkungan ikut berperan pada patifisiolugi LES. Sitem imun tubuh kehilangan
kemampuan untuk membedakan antigen dari sel tubuh dan jaringan tubuh sendiri.
Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibody secara terusmenerus. Antibody ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga
mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan.
Penyebab dari SLE belum dikeahui dengan pasti. Diduga melibatkan interaksi yang
kompleksdan multifaktorial antara bervariasi genetik dan faktor lingkungan:
1. Faktor genetik
Kejadian SLE yang lebih tinggi pada kembar monozigotik (25%)
dibandingkan dengan kembar dizigotik (3%), peningkatan frekuensi SLE pada
keluarga penderita SLE dibandingkan dengan kontrol sehat dan peningkatan
prevalensi SLE pada kelompok etnic tertentu, menguatkan dugaan bahwa
faktor genetik berperan penting dalam pathogenesis SLE.
2. Faktor hormonal
SLE merupakan penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan. Serangan
pertama kali terjadi pada usia prepubertas dan setelah menopause.
3. Autoantibody
Antibody ini ditujukan pada self molekul yang terdapat pada nucleus,
sitoplasma, permukaan sel, dan juga terdapat pada molekul terlarut seperti igG
dan faktor koagulasi.
4. Faktor lingkungan
a. Faktor fisik/kimia
1) Amin Aromatic
2) Hydrazine
3) Obat-obatan (prokainamid, hidralazin, klorpromazin, isoniazid,
fenitoin, penisilamin)
b. Faktor makanan
1) Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
2) L-canavanine (kuncup dari elfalfa)
c. Agen infeksi
1) Retrovirus
2) DNA bakteri/endotoksin
d. Hormone dan estrogen lingkungan (environmental estrogen)
1) Terapi sulih (HRT), pil kontrasepsi oral
2) Paparan estrogen prenatal
e. Sinar ultra violet, sinar ultra violet mengurangi supresi imunsehingga
trrapi menjadi kurang efektif, sehingga LES kambuh atau bertambah
berat. Ini disebabkan sel kulit mengeluarkan sitokinin dan
4
yang
pasti
menyebabkan
lupus
obat:
klorpromazin,metildopa,hidralasin,prikainamid,dan isoniazid.
b. Obat
yang
munkin
dapat
menyebabkan
lupus,
obat:
emas,beberapa
jenis
dilantin,penisilamin,dan kuinidin,
6. Hubungan
nya
belum
jelas
garam
antibiotic,griseofulmin.
7. Infeksi, pasien LES cenderung mudah mendapat infeksi dan kadang kadang
penyakit ini kambuh setelah infeksi.
8. Stress. Stress berat dapat mencetuskan LES pada pasien yang sudah memiliki
kecendurangan akan penyakit ini.
2.3 Manifestasi Klinis
Keluham utama dan pertama LES adalah artralargi(pegal dan linu dalam sendi).dapat
juga timbul arthritis nenorosif pada dua atau lebihsendi perifer. Arthritis biasanya
berlangsung hanya beberapa hari. Lokasi arthritis akut biasanya di sendi tangan,
pergelangan tangan, dan lutut, serta biasanya simetris. Arthritis bisa berpindah panda atau
tetap di satu sendi dan jadi menahun. Pasien mengeluh lesu,lemas,dan capek sehingga
menghalanginya beraktivitas. Demam,pegal linu seluruh tubuh,nyeri otot, dan penurunan
berat badan. Terlihat kelainan kulit spesifik berupa bercak malarmenyerupai kupu- kupu,
di mukadan eritemaumum yang menonjol. Pasien menjadi fotosensitif dan LES kambuh
apabila terjemur sinar mataharu cukup lama. Kulit yang terkena sinar matahari
menunjukkan kelainan sub akut,yang bersifat rekurens, berupa bercak menonjol,
kemerahan, dan menahun.
Terdapat kelainan kulit menahun berupa bercak discoid yang bermula sebagai eritema
papul dan plak bersisik. Sisik ini menebal dan melekat di sertai hipopigmentasi sentral.
Terutama terjadi di daerah yang terkena sinar matahari dan dapat menimbulkan kebotakan
di kepala.
Dapat
pula
terjadi
ginjal,pneumonitis,
kelainan
kelainan
darah
berupa
jantung,kelainan
anemia
hemolitik,kelainan
gastrointestinal,
misalnya
tonjolan pipi
Bercak eriematosus yang meningi dengan
skuama keratotik lekat dan sumbatan folikel,
dapat terjadi jaringan parut atrofik
3. Fotosensitivitas
4. Ulkus oral
5. Artritis
dokter
Arthritis nenorosif yang mengenai dua atau
lebih sendi perifer, ditandai oleh nyeri,
6. Serositis
7. Gangguan ginjal
8. Ganguan neurologik
9. Gangguan
sebab lain
Anemia hemolitik atau leucopenia (kurang
hematologik
10. Gangguan
imunologik
sm positif atau VDRL positif-palsu
11. Antibodi antinukleus Titer ANA yang abnormal pada pemeriksaan
imunofloresensi atau pemeriksaan yang
ekivalen pada setiap saat tanpa adanya obat
yang diketahui dapat meginduksi ANA
Bila empat dari kriteria diatas terdapat pada suatu saat selama perjalanan
penyakit; maka diagnosis lupus erotematosus sitemik dapat ditegakkan
dengan spesifitas 98% dan sensitivitas 97%.
6
2.4 Patofisiologi
Secara klinis LE merupakan suatu penyakit multi system yang di paparkan dengan
gejala yang berhubungan dengan hamper setiap organ pada kenyataan nya yang paling
sering terkena ialah kulit dan ginjal, pada banyak kasussering yang terkena hanya
kulit,keadaan ini disebut LE sistemik. Keraguan-keraguan muncul, karena apakah bentuk
terbatas yang hanya mengenai kulit benar-benar termasuk LE. Betapapun lesi diskoit atau
sistemik sering tidak dapat dibedakan dan terdapat kelainan serologik pada tipe sistemik.
Pada banyak kasus, discoid yang murni sugestif bahwa keduanya mempunyai hubungan
yang dekat.
Lesi kulit bentuk akut tampak eritematosus,bersisik dan berindurasi kemuadian akan
berkembang berlahan-lahan menjadi bercak-bercak jaringan parut atrofik. Pada lesi yang
berlangsung lama sering disertai tepi yang hiperpigmentasi. Sering timbul secara simetris
pada wajah dengan distribusi seperti kupu-kupu meliputi hidung dan pipi, dan pada kulit
kepala sering disertai alopesia akibat jaringan parut. Sering terdapat sisik yang dapat di
kelupas, terbentuk pipih seperti tin-tacks (paku pendek). Gambaran ini secara histologis
dapat dijelaskan ya itu terdapat nya dilatasi pembuluh darah superfisialis dengan
akumulasi limfosit yang padat di sekitarnya menimbulkan eritema. Infiltrate juga
mengenai permukaan yang berhadapan dari dermoepidermal dan merusak melanosit.
Melanosit akan melepaskan melaninnya kepada makrofag dermis yang terjadi akumulasi
melanin, sehingga padalesi yang berlangsung lama menimbulkan hiperpigmentasi.
Radang pada pertemuan (junctional) yang menetap menyebabkan kerusakan folikel
rambut, membentuk follicular plugs (tin-tacks) dan akhirya timbul antrofi folikel rambut
dan epidermis.
Secara imunoflouresens terlihat deposit IgG dan IgM pada membrane basalis
epidermis. Ini adalah lupus band test suatu gambaran diagnostik yang bermanfaat pada
kasus-kasus yang meragukan.
ANA (anti nuclear antibody ) tes ANA memiliki sensitivitas yang tinggi namun
spesifitas yang rendah
2.5.2
Anti dsDNA ( double standed ). Tes ini sangat spesifik untuk LES, biasanya titernya
akanmeningkat sebelum LES kambuh.
2.5.3
2.5.4
2.5.5
2.5.6
2.5.7
2.5.8
Fungsi ginjal
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan SLE harus mencakup obat, diet, aktivitas yang melibatkan banyak
ahli. Alat pemantau pengobatan pasien SLE adalah avaluasi klinis dan laboratoris yang
sering untuk menyesuaikan obat dan mengenali serta menangani aktivitas penyakit.
Lupus adalah penyakit seumur hidup, karenanya pemantauan harus dilakukan selamanya.
10
Tujuan pengobatan SLE adalah mengontrol manifestasi penyakit, sehingga pasien dapat
memiliki kualitas hidup yang baik tanpa eksaserbasi berat, sekaligus mencegah kerusakan
organ serius yang dapat menyebabkan kematian. Adapun obat-obatan yang dibutuhkan
antara lain:
2.6.1
2.6.2
2.6.3
2.6.4
Dosis tinggi untuk mengatasi krisis lupus, gejala nefritis, SSP, dan anemia hemolitik.
Obat imunosupresan/sitistatika; imunosupresan diberikan pada SLE dengan
keterlibatan SEP, nefritis difus dan membranosa, anemia hemolitik akut, dan kasus
2.6.5
2.6.6
2.6.7
2.6.8
2.6.9
kalsium.
Penatalaksanaan infeksi; pengobatan segera bila ada infeksi terutama infeksi bakteri.
Setiap kelainan urin harus dipikirkan kemungkinan ielonefritis.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SLE
3.1 Deskripsi Kasus
Seorang perempuan usia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan merasa tidak
nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya kecil setelah 1 minggu
bertambah besar.Klien juga mengeluh lemas,sendi terasa nyeri,demam,demam yang
dirasakan hilang timbul, demam turun dengan obat penurun panas yaitu paracetamol,dan
terasa kaku seluruh persendian terutama pada pagi hari dan kurang nafsu makan. Pada
pemeriksaan fisik diperoleh ruam pada pipi dengan terbatas tegas, peradangan pada siku, lesi
berskuama pada daerah leher, malaise. Tekanan darah 110/80 mmHg, pernapasan 20x/menit,
nadi 90x/menit, suhu 380 C, HB 11 gr/dl, WBC 15.000/mm3
3.2 Pengkajian
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata Pasien
Nama
: Ny.T
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Suku/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Penanggung Jawab
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Hubungan dengan px
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
Perempuan
35 tahun
Islam
Indonesia
SLTA
Wiraswasta
Jl. Pattimura Gang Mujaer no 09 Mojokerto.
:
:
:
:
:
:
:
Tn.W
40 tahun
Laki-Laki
Islam
Buruh
Istri
Jl. Pattimura Gang Mujaer no 09 Mojokerto.
b. Keluhan Utama
Klien datang ke UGD dengan keluhan merasa tidak nyaman dengan kulit memerah
pada daerah pipi dan leher.
12
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
6. B5 (Bowel)
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
e. Hasil Laboratorium
14
f. Terapi Obat-Obatan :
1.
Ibuprofen 3 x 400 mg (P.O)
2.
Omeperazole 1 x 40 mg (P.O)
3.
Lactulax syrup 3 x 5 ml (P.O)
4.
Meptin syrup 2 x 5 ml (P.O)
5.
Sunblock SPF 30
6.
Diit nasi lunak
15
: Ny. T
UMUR
: 35 tahun
N
O
1
SYMPTOM
DS :
Klien merasa tidak
ETIOLOGI
Genetik,kuman/Virus,Sinar
Ultraviolet,Obat-Obatan tertentu
PROBLEME
Gangguan Integritas
Kulit
DO :
- Terdapat kemerahan
pada pipi (butterfly rash)
-Terdapat bercak
kemerahan pada seluruh
Badannya
-Klien mendapat terapi
sunblock cream SPF 30
-Kulit punggung tampak
16
17
DS:
Suami klien mengatakan
sampai saat ini demamnya
masih naik turun.
DO :
1. Keadaan=Umum
2. Kesadaran
3.
4.
5.
6.
=Composmentis
Suhu tubuh : 38 C
Kulit teraba hangat
Turgor kulit elastis
Mukosa bibir kurang
Hipertermia
Genetik,kuman/Virus,Sinar
Ultraviolet,Obat-Obatan
tertentu
Produksi AutoImun
Berlebihan
AutoImun Menyerang
Bagian Tubuh (Sel Dan
Jaringan)
Penyakit Lupus
lembab
7. Urin cukup
8. Tanda-tanda dehidrasi
tidak ada
9. TTV : TD =110/80
Mencetus Penyakit
Inflamasi Multi Organ
Hb
Menurun
Penurunan suplai O2 atau
Nutrien
Leucopenia
Inflamasi
Peningkatan Suhu
Tubuh
HIPERTERMI
18
DS :
Nyeri
Genetik,kuman/Virus,Sinar
Ultraviolet,Obat-Obatan
tertentu
Tidur
DO :
1. k/u
=
Compos Mentis
2. G-C-S = 4-5-6
3. Klien tampak merintih
kesakitan
saatmenggerakkan
tubuhn
4. Klien sangat berhatihati
saat
menggerakkantubuhny
a
5. Klien dibantu keluarga
AutoImun Menyerang
Bagian Tubuh (Sel Dan
Jaringan)
Penyakit Lupus
Produksi Anti Bodi Secara
Terus Menerus
Mencetus Penyakit
Inflamasi Multi Organ
Sendi
Terjadi Artritis
Nyeri Inflamasi
TD
= 100/80 mmHg
= 90x/menit
RR
= 20x/menit
NYERI
Suhu = 38
8. Skala Nyeri = 7
P
: Nyeri ketika
bergerak
Q : Seperti tertusuktusuk
R :Pada daerah Sendi
S : Skala 7
T : Setiap saat
19
Produksi
AntiMenyerang
Bodi Secara
AutoImun
Produksi
AutoImun
Terus
Menerus
Bagian
Tubuh
(Sel Dan
Penyakit
Lupus
Berlebihan
DS :
Resiko Penyebaran
: 44 mm
DS-DNA : positif
Leukosit : 3.70
Genetik,kuman/Virus,Sinar
Ultraviolet,Obat-Obatan
tertentu
Infeksi
Produksi AutoImun
Berlebihan
AutoImun Menyerang
Bagian Tubuh (Sel Dan
Jaringan)
Penyakit Lupus
Produksi Anti Bodi Secara
Terus Menerus
Mencetus Penyakit
Inflamasi Mult Organ
DARAH
Hb
Menurun
Penurunan suplai O2 atau
Nutrien
Leucopenia
RESIKO INFEKSI
20
Keadaan Umum
Kesadaran Composmentis
Suhu tubuh : 38 C
Kulit teraba hangat
Turgor kulit elastis
Mukosa bibir kurang lembab
Urin cukup
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada
TTV : TD 110/80 mmHg, RR 20 x/mnt
3. Nyeri Berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan, yang ditandai dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
k/u
= Compos Mentis
G-C-S = 4-5-6
Klien tampak merintih kesakitan saat menggerakkan tubuh
Klien sangat berhati-hati saat menggerakkan tubuhnya
Klien dibantu keluarga dalam aktifitas (misal ke kamar mandi
Tidak ada bengkak pada area sendi
TTV =
TD
= 100/80 mmHg,N
= 90x/menit,RR
= 20x/menit,Suhu = 38
8. Skala Nyeri = 7
P : Nyeri ketika bergerak
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R :Pada daerah Sendi
S : Skala 7
T : Setiap saat
4. Resiko Penyebaran Infeksi berdasarkan proses inflamasi,yang ditandai dengan :
: 44 mm
DS-DNA : positif
3. Leukosit : 3.70
21
3.5 Intervensi
No
1
Diagnosa
Kreteria Hasil
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Kerusakan integritas
Setelah dilakukan
Mandiri:
kulit berhubungan
tindakan
1. Pertahakan
kulit
dengan perubahan
keperawatan
kakebersihan,
selama 3 x 24 jam,
kekeringan,dan
penumpukan
gangguan integritas
kelembaban
kompleks imun
tidak terjadi
mandi
kulit,
perburukan dengan
22
kriteria hasil:
1. Bercak
yang adekuat
kemerahan
mencegah infeksi
pada
kulit
tubuh
klien
berkurang
2. Butterfly rash
pada wajah
menipis
3. Edukasi
klien
keluarga,
dan
menggunakan
serta
pelembab
yang
kulit
mengandung
alkohol
4. Hindari terpapar dari Untuk mencegah
sinar matahari secara eksaserbasi, karena rash
langsung,
sunblock
dan
terangsang
karena
sinar matahari
dapatmenutup kulit
Kolaborasi:
Dapat mengurangi
5. Kolaborasi pemberian
sunblock cream
matahari ke kulit
SPF 30
23
Hipertermia
Setelah dilakukan
berhubungan dengan
tindakan
dasar parameter
proses inflamasi
keperawatan
hemodinamik
selama 1 x 8 jam
yang dianjurkan.
hasil:
1. Suhu
tubuh
dalam
batas
normal
sekita
perkembangan pasien
36.5 -37.40
2. HR : 80 100
x/mnt
2. Pantau suhu tubuh Untuk mempercepat
3. RR : 16 24 x/
minimal setiap 2 jam, penurunan suhu tubuh
mnt
sesuai
dengan melalui proses konduksi
4. Turgor
kulit
baik
5. Mukosa
lembab
6. Tidak terdapat
kejang
7. Keluarga dapat
melakukan
TWS (Tapid
water Sponge)
keseimbangan cairan
24
Kolaborasi pemberian
Intervensi farmakologi
antipiretik paracetamol 3 x
400 mg
tubuh
Mandiri:
Untuk mengetahui
Nyeri Berhubungan
Setelah dilakukan
tindakan
kerusakan jaringan.
keperawatan
setiap
selama 3 x 24
(setiap
jam nyeri
berkurang, dengan
kriteria hasil:
jam
shift)
faces
2. Lakukan
sekali
nyeri klien
dengan
1. Klien
mengungkapk
karakteristik
awitan,
an
nyeri
berkurang
2. Penurunan
dan
frekuensi,
kualitas,
intensitas
atau
intensitas
nyeri dengan
skala nyeri
menurun dari
7/10 menjadi
3. Observasi
nonverbalketidaknyaman
menggambarkan nyeri
an
yang dirasakan
3/10
3. Klien
gelisah
4. Klien
tidak
4. Sertakan dalam instruksi Agar klien dan keluarga
tidak
pemulangan
merintih
kesakitan
diminum, frekuensi
pemberian, kemungkinan
efek samping
25
5. Dampingi
klien
mengubah posisi
berlebihan
merupakan teknik
distraksi dengan
menstimulasi
baroreseptor pada sinus
carotid
8. Kolaborasi:
Intervensi farmakologi
Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
tubuh
Risiko infeksi
Setelah dilakukan
ibupfofen 3 x 400 mg
Mandiri:
berhubungan dengan
tindakan
1. Observasi
proses inflamasi.
keperawatan
yang
selama 3 x 24 jam
dapat
penyebaran infeksi
2. Cuci
tangan
kriteria hasil:
1. Tidak
ada
criteria
tanda-tanda
penyebaran
infeksi
2. Suhu
3. Pastikan
tubuh
tempat
normal
sekitar36.50
sekitar
37.40C
3. Keluarga dapat
banyak
benda-benda
26
mendemonstasi
melakukan
tangan
hygiene
yang
benar
5. Batasi pengunjung dan Untuk menghindari
penunggu pasien
masuknya
mikroorganisme
DAFTAR PUSTAKA
27