Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Systemic Erithematosus Lupus (SEL) atau yang biasa dikenal dengan istilah
Lupus adalah penyakit kronik atau menahun.SLE termasuk penyakit collagenvascular yaitu suatu kelompok penyakit yang melibatkan sistem muskuloskeletal,
kulit, dan pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi klinik sehingga
diperlukan pengobatan yang kompleks.Etiologi dari beberapa penyakit collagenvascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun terlibat sebagai mediator
terjadinya penyakit tersebut (Delafuente, 2002).
Penyakit LES merupakan salah satu penyakit yang masih awam ditelinga
masyarakat Indonesia.Namun, bukan berarti tidak banyak orang yang terkena
penyakit ini.Kementerian Kesehatan menyatakan lebih dari 5 juta orang di seluruh
dunia terdiagnosis penyakit Lupus. Sebagian besar penderitanya ialah perempuan
di usia produktif yang ditemukan lebih dari 100.000 setiap tahun. Di Indonesia
jumlah penderita penyakit Lupus secara tepat belum diketahui tetapi diperkirakan
mencapai jumlah 1,5 juta orang (Kementerian Kesehatan, 2012).
SLE dapat menyerang semua usia, namun sebagian besar pasien ditemukan
pada perempuan usia produktif. Sembilan dari sepuluh orang penderita lupus
(odapus) adalah wanita dan sebagian besar wanita yang mengidap SLE ini berusia
15-40 tahun. Namun, masih belum diketahui secara pasti penyebab lebih
banyaknya penyakit SLE yang menyerang wanita.SLE dikenal juga dengan
penyakit 1000 wajah karena gejala awal penyakit ini tidak spesifik, sehingga pada
awalnya penyakit ini sangat sulit didiagnosa.Hal tersebut menyebabkan
penanganan terhadap penyakit lupus terlambat sehingga penyakit tersebut banyak
menelan korban.Penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori yakni discoid lupus,
systemic lupus erythematosus, dan lupus yang diinduksi oleh obat.Masing-masing
kategori tersebut memiliki gejala, tingkat keparahan serta pengobatan yang
berbeda-beda.
Penderita SLE membutuhkan pengobatan dan perawatan yang tepat dan benar,
pengobatan yang diberikan haruslah rasional.Perawatan pada pasien SLE juga
harus diperhatikan, seperti mengurangi paparan sinar UV terhadap tubuh pasien.
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman mengenai penyakit systemik
eritematosus lupus, pengertian tentang systemic lupus eritematosus, etiologi dan
1

faktor risiko, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang,


komplikasi, dan penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta asuhan
keperawatan bagi penderita lupus.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang dirumuskan sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Systemic Erithematosus Lupus (SEL) ?
1.2.2 Apa saja etiologi Systemic Erithematosus Lupus (SEL) ?
1.2.3 Bagaimanamanifestasi klinis Systemic Erithematosus Lupus (SEL) ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi Systemic Erithematosus Lupus (SEL) ?
1.2.5 Bagaimana Komplikasi dari Systemic Erithematosus Lupus (SEL) ?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan Systemic Erithematosus Lupus (SEL) ?
1.2.7 Apa saja penatalaksanaan Systemic Erithematosus Lupus (SEL) ?
1.2.8 Bagaimana prognosis dari Systemic Erithematosus Lupus (SEL) ?
1.2.9 Bagaimana Pencegahan dari Systemic Erithematosus Lupus (SEL) ?
1.2.10 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Systemic Erithematosus
Lupus (SEL) ?
1.2.11 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Kasus Pasien dengan Systemic
Erithematous Lupus (SLE) ?
1.3 Tujuan
Untuk

mendeminasikan

pengetahuan

kepada

mahasiswa,

agar

dapatmenambah pengetahuan tentang :


1.3.1 Untuk mengetahui apa definisi Systemic Erithematosus Lupus (SEL)
1.3.2 Untuk mengetahui apa etiologi Systemic Erithematosus Lupus (SEL)
1.3.3 Untuk mengetahui apa manifestasi klinisSystemic Erithematosus
1.3.4
1.3.5

Lupus (SEL).
Untuk mengetahui patofisiologiSystemic Erithematosus Lupus (SEL)
Untuk mengetahui Komplikasi dari PSystemic Erithematosus Lupus

1.3.6

(SEL)
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic Systemic Erithematosus

1.3.7

Lupus (SEL)
Untuk mengetahui penatalaksanaanSystemic Erithematosus Lupus

(SEL)
1.3.8 Untuk mengetahui prognosis Systemic Erithematosus Lupus (SEL)
1.3.9 Untuk mengetahui pencegahanSystemic Erithematosus Lupus (SEL)
1.3.10 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada Systemic
Erithematosus Lupus (SEL).
1.3.11 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus pasien dengan SEL.
1.4 Manfaat
Memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan
keperawatan pada Systemic Erithematosus Lupus (SEL)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Systemic Erithematosus Lupus (SEL)
Lupes eritematosis sistemil (SLE) adalah penyakit autoimunyang melibatkan
berbagai organ denga manifestasi klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat.
Pada keadaan awal,sering sekali sukar di kenal sebagai LES,karena manifestasinya
sering tidak terjadi bersamaan.
Lupus erimatosus (LE) merupakan suatu kegagalan tolerasi imun diri sendiri.
Kegagalan ini menghasilkan produksi berbagai auto-antibodi terhadap berbagai jenis
komponen jaringan karena nya penyakit ini termasuk penyakit auto imun
2.2 Etiologi Systemic Erithematosus Lupus (SEL)
3

Sampai saat ini penyebab LES belum diketahui. Diduga factor genetic,infeksi
dan lingkungan ikut berperan pada patifisiolugi LES. Sitem imun tubuh kehilangan
kemampuan untuk membedakan antigen dari sel tubuh dan jaringan tubuh sendiri.
Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibody secara terusmenerus. Antibody ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga
mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan.
Penyebab dari SLE belum dikeahui dengan pasti. Diduga melibatkan interaksi yang
kompleksdan multifaktorial antara bervariasi genetik dan faktor lingkungan:
1. Faktor genetik
Kejadian SLE yang lebih tinggi pada kembar monozigotik (25%)
dibandingkan dengan kembar dizigotik (3%), peningkatan frekuensi SLE pada
keluarga penderita SLE dibandingkan dengan kontrol sehat dan peningkatan
prevalensi SLE pada kelompok etnic tertentu, menguatkan dugaan bahwa
faktor genetik berperan penting dalam pathogenesis SLE.
2. Faktor hormonal
SLE merupakan penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan. Serangan
pertama kali terjadi pada usia prepubertas dan setelah menopause.
3. Autoantibody
Antibody ini ditujukan pada self molekul yang terdapat pada nucleus,
sitoplasma, permukaan sel, dan juga terdapat pada molekul terlarut seperti igG
dan faktor koagulasi.
4. Faktor lingkungan
a. Faktor fisik/kimia
1) Amin Aromatic
2) Hydrazine
3) Obat-obatan (prokainamid, hidralazin, klorpromazin, isoniazid,
fenitoin, penisilamin)
b. Faktor makanan
1) Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
2) L-canavanine (kuncup dari elfalfa)
c. Agen infeksi
1) Retrovirus
2) DNA bakteri/endotoksin
d. Hormone dan estrogen lingkungan (environmental estrogen)
1) Terapi sulih (HRT), pil kontrasepsi oral
2) Paparan estrogen prenatal
e. Sinar ultra violet, sinar ultra violet mengurangi supresi imunsehingga
trrapi menjadi kurang efektif, sehingga LES kambuh atau bertambah
berat. Ini disebabkan sel kulit mengeluarkan sitokinin dan
4

prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat tersebut maupun


secara sistemik melalui peredaran di pembuluh darah.
5. Obat, obat tertentu dalm presentase kecil sekali pada pasien tertentu dan
diminimum dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan lupus obat
( Drug Indeced Erythematosus atau DILE ). Jenis obat yang dapat
menyebabkan lupus obat adalah:
a. Obat

yang

pasti

menyebabkan

lupus

obat:

klorpromazin,metildopa,hidralasin,prikainamid,dan isoniazid.
b. Obat

yang

munkin

dapat

menyebabkan

lupus,

obat:

emas,beberapa

jenis

dilantin,penisilamin,dan kuinidin,
6. Hubungan

nya

belum

jelas

garam

antibiotic,griseofulmin.
7. Infeksi, pasien LES cenderung mudah mendapat infeksi dan kadang kadang
penyakit ini kambuh setelah infeksi.
8. Stress. Stress berat dapat mencetuskan LES pada pasien yang sudah memiliki
kecendurangan akan penyakit ini.
2.3 Manifestasi Klinis
Keluham utama dan pertama LES adalah artralargi(pegal dan linu dalam sendi).dapat
juga timbul arthritis nenorosif pada dua atau lebihsendi perifer. Arthritis biasanya
berlangsung hanya beberapa hari. Lokasi arthritis akut biasanya di sendi tangan,
pergelangan tangan, dan lutut, serta biasanya simetris. Arthritis bisa berpindah panda atau
tetap di satu sendi dan jadi menahun. Pasien mengeluh lesu,lemas,dan capek sehingga
menghalanginya beraktivitas. Demam,pegal linu seluruh tubuh,nyeri otot, dan penurunan
berat badan. Terlihat kelainan kulit spesifik berupa bercak malarmenyerupai kupu- kupu,
di mukadan eritemaumum yang menonjol. Pasien menjadi fotosensitif dan LES kambuh
apabila terjemur sinar mataharu cukup lama. Kulit yang terkena sinar matahari
menunjukkan kelainan sub akut,yang bersifat rekurens, berupa bercak menonjol,
kemerahan, dan menahun.
Terdapat kelainan kulit menahun berupa bercak discoid yang bermula sebagai eritema
papul dan plak bersisik. Sisik ini menebal dan melekat di sertai hipopigmentasi sentral.
Terutama terjadi di daerah yang terkena sinar matahari dan dapat menimbulkan kebotakan
di kepala.

Dapat

pula

terjadi

ginjal,pneumonitis,

kelainan

kelainan

darah

berupa

jantung,kelainan

anemia

hemolitik,kelainan

gastrointestinal,

misalnya

pancreatitis,gangguan syaraf seperti nyeri kepala gan konvulsi,dan kelainan psikiatrik


misalnya psikosis atau syndrome organic otak.
Kriteria 1982 untuk klasifikasi systemic lupus eritematosus
1. Ruam malar
Eritema menetap, datar atau meninggi, pada
2. Ruam discoid

tonjolan pipi
Bercak eriematosus yang meningi dengan
skuama keratotik lekat dan sumbatan folikel,
dapat terjadi jaringan parut atrofik

3. Fotosensitivitas
4. Ulkus oral

Termasuk oral dan nasofaring; terlihat oleh

5. Artritis

dokter
Arthritis nenorosif yang mengenai dua atau
lebih sendi perifer, ditandai oleh nyeri,

6. Serositis

pembengkakan, dan efusi


Pleuritis atau perikarditis yang tercatat
dengan EKG atau terdengar sebagai rub atau

7. Gangguan ginjal

bukti efusi perikard


Proteinuria yang lebih besar dari 0,5 g/dL

8. Ganguan neurologik

atau lebih dari 3+, atau silinder sel


Kejang tanpa sebab lain atau psiosis tanpa

9. Gangguan

sebab lain
Anemia hemolitik atau leucopenia (kurang

hematologik

dari 4000/mm3) atau limfopenia (kurang dari


1500/mm3), atau trombositopenia (kurang

10. Gangguan

dari 100.000/mm3) tanpa ada obat penyebab


Preparat sel LE atau anti-dsDNA atau anti-

imunologik
sm positif atau VDRL positif-palsu
11. Antibodi antinukleus Titer ANA yang abnormal pada pemeriksaan
imunofloresensi atau pemeriksaan yang
ekivalen pada setiap saat tanpa adanya obat
yang diketahui dapat meginduksi ANA
Bila empat dari kriteria diatas terdapat pada suatu saat selama perjalanan
penyakit; maka diagnosis lupus erotematosus sitemik dapat ditegakkan
dengan spesifitas 98% dan sensitivitas 97%.
6

2.4 Patofisiologi
Secara klinis LE merupakan suatu penyakit multi system yang di paparkan dengan
gejala yang berhubungan dengan hamper setiap organ pada kenyataan nya yang paling
sering terkena ialah kulit dan ginjal, pada banyak kasussering yang terkena hanya
kulit,keadaan ini disebut LE sistemik. Keraguan-keraguan muncul, karena apakah bentuk
terbatas yang hanya mengenai kulit benar-benar termasuk LE. Betapapun lesi diskoit atau
sistemik sering tidak dapat dibedakan dan terdapat kelainan serologik pada tipe sistemik.
Pada banyak kasus, discoid yang murni sugestif bahwa keduanya mempunyai hubungan
yang dekat.
Lesi kulit bentuk akut tampak eritematosus,bersisik dan berindurasi kemuadian akan
berkembang berlahan-lahan menjadi bercak-bercak jaringan parut atrofik. Pada lesi yang
berlangsung lama sering disertai tepi yang hiperpigmentasi. Sering timbul secara simetris
pada wajah dengan distribusi seperti kupu-kupu meliputi hidung dan pipi, dan pada kulit
kepala sering disertai alopesia akibat jaringan parut. Sering terdapat sisik yang dapat di
kelupas, terbentuk pipih seperti tin-tacks (paku pendek). Gambaran ini secara histologis
dapat dijelaskan ya itu terdapat nya dilatasi pembuluh darah superfisialis dengan
akumulasi limfosit yang padat di sekitarnya menimbulkan eritema. Infiltrate juga
mengenai permukaan yang berhadapan dari dermoepidermal dan merusak melanosit.
Melanosit akan melepaskan melaninnya kepada makrofag dermis yang terjadi akumulasi
melanin, sehingga padalesi yang berlangsung lama menimbulkan hiperpigmentasi.
Radang pada pertemuan (junctional) yang menetap menyebabkan kerusakan folikel
rambut, membentuk follicular plugs (tin-tacks) dan akhirya timbul antrofi folikel rambut
dan epidermis.
Secara imunoflouresens terlihat deposit IgG dan IgM pada membrane basalis
epidermis. Ini adalah lupus band test suatu gambaran diagnostik yang bermanfaat pada
kasus-kasus yang meragukan.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terhadap pasien LES meliputi :
2.5.1

ANA (anti nuclear antibody ) tes ANA memiliki sensitivitas yang tinggi namun
spesifitas yang rendah

2.5.2

Anti dsDNA ( double standed ). Tes ini sangat spesifik untuk LES, biasanya titernya
akanmeningkat sebelum LES kambuh.

2.5.3

Antibody anti -S ( smith ). Antibody spesifik terdapat pada 20-0% pasien.

2.5.4

Anti RNP (rubenokleoprotein),anti ro/ani-SS-A,anti La (antikoagulan lupus )/ anti


SSB,dan antobodi antikardiolipin. Titernya tidak terkait dengan kambuhnya LES.

2.5.5

Pemeriksaan darah. Leukoeni/limfopeni, anemia, trombositopenia, LED meningkat

2.5.6

Kadar komplemen C3 dan C4 menurun

2.5.7

Tes CRP (C-reactive protein) positif

2.5.8

Fungsi ginjal

a. Kreatinin serum meningkat


b. Penurunan GFR
c. Protein uri (0,5 gram per 24 jam)
d. Ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular
2.5.9 Kelainan pembekuan yang berhubungan dengan antikoagulan lupus. APTT
memanjang yang tidak membaik pada pemberian plasma normal
2.5.10 Serologi VDRL (sifilis). Memberikan hasil positif palsu
2.5.11 Tes viral lupus. Adanya pita Fg 6 yang khas dan atau deposit ig M pada
persambungan dermo-epidermis pada kulit yang terlibat dan yang tidak

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan SLE harus mencakup obat, diet, aktivitas yang melibatkan banyak
ahli. Alat pemantau pengobatan pasien SLE adalah avaluasi klinis dan laboratoris yang
sering untuk menyesuaikan obat dan mengenali serta menangani aktivitas penyakit.
Lupus adalah penyakit seumur hidup, karenanya pemantauan harus dilakukan selamanya.
10

Tujuan pengobatan SLE adalah mengontrol manifestasi penyakit, sehingga pasien dapat
memiliki kualitas hidup yang baik tanpa eksaserbasi berat, sekaligus mencegah kerusakan
organ serius yang dapat menyebabkan kematian. Adapun obat-obatan yang dibutuhkan
antara lain:
2.6.1
2.6.2

Antiinflamasi non-steroid; untuk pengobatan simtomatik atralgia nyeri sendi.


Antimalaria; diberikan untuk lupus discoid. Pemakaian jangka panjang memerlukan

2.6.3

evaluasi retina setiap 6 bulan.


Kortikosteroid; dosis rendah untuk mengatasi gejala klinis seperti demam, dermatitis,
efusi pleura. Diberikan selama 4 minggu minimal sebelum dilakukan penyapihan.

2.6.4

Dosis tinggi untuk mengatasi krisis lupus, gejala nefritis, SSP, dan anemia hemolitik.
Obat imunosupresan/sitistatika; imunosupresan diberikan pada SLE dengan
keterlibatan SEP, nefritis difus dan membranosa, anemia hemolitik akut, dan kasus

2.6.5
2.6.6

yang resisten terhadap pemberian kortikostreroid.


Obat antihipertensi; atasi hipertensi pada nefritis lupus dengan agresif.
Diet; restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien
memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adalah yang
mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan remdah garam. Pasien disarankan

2.6.7

berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat tradisional.


Aktivitas; pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olahraga diperlukan
untuk mempertahankandensitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak boleh
berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien
disarakan untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari

2.6.8

harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sublock) setiap 2 jam.


Kalsium; semua pasien SLE yang mengalami arthritis serta mendapat terapi
prednisone beresio untuk mengalami osteopenia, karenanya memerlukan suplementasi

2.6.9

kalsium.
Penatalaksanaan infeksi; pengobatan segera bila ada infeksi terutama infeksi bakteri.
Setiap kelainan urin harus dipikirkan kemungkinan ielonefritis.

11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SLE
3.1 Deskripsi Kasus
Seorang perempuan usia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan merasa tidak
nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya kecil setelah 1 minggu
bertambah besar.Klien juga mengeluh lemas,sendi terasa nyeri,demam,demam yang
dirasakan hilang timbul, demam turun dengan obat penurun panas yaitu paracetamol,dan
terasa kaku seluruh persendian terutama pada pagi hari dan kurang nafsu makan. Pada
pemeriksaan fisik diperoleh ruam pada pipi dengan terbatas tegas, peradangan pada siku, lesi
berskuama pada daerah leher, malaise. Tekanan darah 110/80 mmHg, pernapasan 20x/menit,
nadi 90x/menit, suhu 380 C, HB 11 gr/dl, WBC 15.000/mm3
3.2 Pengkajian
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata Pasien
Nama

: Ny.T

Jenis Kelamin
Umur
Agama
Suku/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Penanggung Jawab
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Hubungan dengan px
Alamat

:
:
:
:
:
:
:

Perempuan
35 tahun
Islam
Indonesia
SLTA
Wiraswasta
Jl. Pattimura Gang Mujaer no 09 Mojokerto.

:
:
:
:
:
:
:

Tn.W
40 tahun
Laki-Laki
Islam
Buruh
Istri
Jl. Pattimura Gang Mujaer no 09 Mojokerto.

b. Keluhan Utama
Klien datang ke UGD dengan keluhan merasa tidak nyaman dengan kulit memerah
pada daerah pipi dan leher.
12

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien datang ke UGD dengan keluhan merasa tidak nyaman dengan kulit memerah
pada daerah pipi dan leher, awalnya kecil setelah 1 minggu bertambah besar, demam nyeri
dan terasa kaku seluruh persendian utamanya pada pagi hari dan berkurang nafsu makan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sebelumnya belum pernah dirawat dirumah sakit dan klien mengatakan tidak
memiliki alergi terhadap apapun, klien juga mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok
atau minum-minuman keras. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi,
diabetes militus, maupun asma.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit seperti yang dialami klien, dan keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit seperti hipertensi, asma ataupun diabetes militus.Klien mengatakan tinggal serumah
dengan istri dan anak laki-laki klien.
2. Pengkajian Data Objektif
- Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Compos Mentis G-C-S = 4-5-6
b. Kesadaran
: Baik
c. TTV :
TD =110/80 mmHg,
RR = 20x/menit
N = 90x/menit
S=380 C
d. Pemeriksaan Fisik
1. Tampak kemerahan pada pipi (butterfly rash) dan daerah T (T-face).
2. B1(Breathing)
Paru tampak simetris, pergerakan dada simetris, nafas cuping hidung tidak ada, suara
nafas vesikuler, ronkhi dan wheezing tidak ada, frekuensi nafas 20 x/mnt.
3. B2 (Blood)
Bunyi jantung I dan II dalam batas normal, reguler, tidak ada gallop dan murmur,
nadi 90 x/mnt.
4. B3 (Brain)
Inspeksi
= Kesadaran compos mentris, G-C-S= 4-5-6
Palpasi
= Kemampuan panca indra normal
Perkusi
= Tidak ada
Auskultasi
= Tidak ada
5. B4 (Bladder)
Inspeksi
= Urin berwarana kuning jernih
13

Palpasi
Perkusi
Auskultasi
6. B5 (Bowel)
Inspeksi
Perkusi
Palpasi

BAB berwarana kuning kecoklatan, konsistensi lembek


=Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
=Tidak ada
= Tidak ada
= Tidak ada jejas,tidak ada luka,tidak Ascites.
= Timpani
= Tidak ada pembesaran Hati dan terdapat nyeri tekan pada perut

bagian kiri atas


Auskultasi
= Bising Usus 15x/menit
7. B6(Bone)
Inspeksi
= Nyeri Sendi
Perkusi
= Tonus otot 5-5-3
Palpasi
= Akral hangat
Auskultasi
= Tidak ada

e. Hasil Laboratorium

14

f. Terapi Obat-Obatan :
1.
Ibuprofen 3 x 400 mg (P.O)
2.
Omeperazole 1 x 40 mg (P.O)
3.
Lactulax syrup 3 x 5 ml (P.O)
4.
Meptin syrup 2 x 5 ml (P.O)
5.
Sunblock SPF 30
6.
Diit nasi lunak

15

3.3 Analisa Data


NAMA

: Ny. T

UMUR

: 35 tahun

N
O
1

SYMPTOM
DS :
Klien merasa tidak

ETIOLOGI
Genetik,kuman/Virus,Sinar
Ultraviolet,Obat-Obatan tertentu

PROBLEME
Gangguan Integritas
Kulit

nyaman dengan kulit


memerah pada daerah pipi
dan leher.

Produksi AutoImun Berlebihan

DO :
- Terdapat kemerahan
pada pipi (butterfly rash)
-Terdapat bercak
kemerahan pada seluruh
Badannya
-Klien mendapat terapi
sunblock cream SPF 30
-Kulit punggung tampak

AutoImun Menyerang Bagian


Tubuh (Sel Dan Jaringan)
Penyakit Lupus
Produksi Anti Bodi Secara Terus
Menerus
Mencetus Penyakit
Ruam
Kupu-Kupu,SLE
Inflamasi
Multi Organ
membran,alopesia,urtikaria dan
vaskulitis,ulserasi di mulut dan
Kulit
nasofaring
Kerusakan
Integritas Kulit

16

lembab karena keringat


-Klien tampak lebih
banyak di tempat tidur
- TTV
TD : 110/80 mmHg
RR : 20X/menit
N :90X/menit
S :38

17

DS:
Suami klien mengatakan
sampai saat ini demamnya
masih naik turun.
DO :
1. Keadaan=Umum
2. Kesadaran
3.
4.
5.
6.

=Composmentis
Suhu tubuh : 38 C
Kulit teraba hangat
Turgor kulit elastis
Mukosa bibir kurang

Hipertermia
Genetik,kuman/Virus,Sinar
Ultraviolet,Obat-Obatan
tertentu
Produksi AutoImun
Berlebihan
AutoImun Menyerang
Bagian Tubuh (Sel Dan
Jaringan)
Penyakit Lupus

lembab
7. Urin cukup
8. Tanda-tanda dehidrasi

Produksi Anti Bodi Secara


Terus Menerus

tidak ada
9. TTV : TD =110/80

Mencetus Penyakit
Inflamasi Multi Organ

mmHg, RR =20 x/mnt


DARAH

Hb
Menurun
Penurunan suplai O2 atau
Nutrien
Leucopenia
Inflamasi
Peningkatan Suhu
Tubuh
HIPERTERMI

18

DS :

Nyeri

Klien mengatakan nyeri


pada sendi-sendi masih

Genetik,kuman/Virus,Sinar
Ultraviolet,Obat-Obatan
tertentu

dirasakan, terutama pada


pagi hari saat bangun
Produksi AutoImun
Berlebihan

Tidur
DO :
1. k/u
=
Compos Mentis
2. G-C-S = 4-5-6
3. Klien tampak merintih
kesakitan
saatmenggerakkan
tubuhn
4. Klien sangat berhatihati

saat

menggerakkantubuhny
a
5. Klien dibantu keluarga

AutoImun Menyerang
Bagian Tubuh (Sel Dan
Jaringan)
Penyakit Lupus
Produksi Anti Bodi Secara
Terus Menerus

Mencetus Penyakit
Inflamasi Multi Organ

Sendi

dalam aktifitas (misal


kekamar mandi
6. Tidak ada bengkak

Terjadi Artritis

pada area sendi


7. TTV =

Nyeri Inflamasi

TD

= 100/80 mmHg

= 90x/menit

RR

= 20x/menit

NYERI

Suhu = 38
8. Skala Nyeri = 7
P
: Nyeri ketika
bergerak
Q : Seperti tertusuktusuk
R :Pada daerah Sendi
S : Skala 7
T : Setiap saat

19
Produksi
AntiMenyerang
Bodi Secara
AutoImun
Produksi
AutoImun
Terus
Menerus
Bagian
Tubuh
(Sel Dan
Penyakit
Lupus
Berlebihan

DS :

Resiko Penyebaran

Suami klien mengatakan


sampai saat ini demamnya
masih naik turun.
DO :
-Suhu tubuh masih
fluktuatif, 38
- Hasil laboratorium:
LED

: 44 mm

DS-DNA : positif
Leukosit : 3.70

Genetik,kuman/Virus,Sinar
Ultraviolet,Obat-Obatan
tertentu

Infeksi

Produksi AutoImun
Berlebihan
AutoImun Menyerang
Bagian Tubuh (Sel Dan
Jaringan)
Penyakit Lupus
Produksi Anti Bodi Secara
Terus Menerus
Mencetus Penyakit
Inflamasi Mult Organ
DARAH

Hb
Menurun
Penurunan suplai O2 atau
Nutrien
Leucopenia
RESIKO INFEKSI

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit,
penumpukan kompleks imun ,yang ditandai dengan :
- Terdapat kemerahan pada pipi (butterfly rash)

20

-Terdapat bercak kemerahan pada seluruh Badannya


-Klien mendapat terapi sunblock cream SPF 30
-Kulit punggung tampak lembab karena keringat
-Klien tampak lebih banyak di tempat tidur
- TTV
TD : 110/80 mmHg
RR : 20X/menit
N :90X/menit
S :38
2. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
Yang ditandai dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Keadaan Umum
Kesadaran Composmentis
Suhu tubuh : 38 C
Kulit teraba hangat
Turgor kulit elastis
Mukosa bibir kurang lembab
Urin cukup
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada
TTV : TD 110/80 mmHg, RR 20 x/mnt

3. Nyeri Berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan, yang ditandai dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

k/u
= Compos Mentis
G-C-S = 4-5-6
Klien tampak merintih kesakitan saat menggerakkan tubuh
Klien sangat berhati-hati saat menggerakkan tubuhnya
Klien dibantu keluarga dalam aktifitas (misal ke kamar mandi
Tidak ada bengkak pada area sendi
TTV =
TD

= 100/80 mmHg,N

= 90x/menit,RR

= 20x/menit,Suhu = 38

8. Skala Nyeri = 7
P : Nyeri ketika bergerak
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R :Pada daerah Sendi
S : Skala 7
T : Setiap saat
4. Resiko Penyebaran Infeksi berdasarkan proses inflamasi,yang ditandai dengan :

1. Suhu tubuh masih fluktuatif, 38


2. Hasil laboratorium:
LED

: 44 mm

DS-DNA : positif

3. Leukosit : 3.70

21

3.5 Intervensi
No
1

Diagnosa

Kreteria Hasil

Intervensi

Rasional

Keperawatan
Kerusakan integritas

Setelah dilakukan

Mandiri:

Untuk menjaga keutuhan

kulit berhubungan

tindakan

1. Pertahakan

kulit

dengan perubahan

keperawatan

kakebersihan,

fungsi barier kulit,

selama 3 x 24 jam,

kekeringan,dan

penumpukan

gangguan integritas

kelembaban

kompleks imun

kulit membaik, dan

gunakan air hangat saat

tidak terjadi

mandi

kulit,

perburukan dengan

22

kriteria hasil:

2. Pastikan intake nutrisi Meningkatkan

1. Bercak

yang adekuat

penyembuhan lesi dan

kemerahan

mencegah infeksi

pada

kulit

tubuh

klien

berkurang
2. Butterfly rash
pada wajah
menipis

3. Edukasi

klien

keluarga,

dan Untuk menghindari


untuk iritasi kulit, karena

menjaga klien terhindar alkohol dapat


dari bahan kimia seperti menyebabkan kekeringan
detergen

dan

tidak pada kulit yang dapat

menggunakan
serta

sabun memperburuk keadaan

pelembab

yang

kulit

mengandung

alkohol
4. Hindari terpapar dari Untuk mencegah
sinar matahari secara eksaserbasi, karena rash
langsung,
sunblock

gunakan yang ada dapat


cream

dan

pakaian panjang yang

terangsang

karena

sinar matahari

dapatmenutup kulit

Kolaborasi:

Dapat mengurangi

5. Kolaborasi pemberian

paparan langsung sinar

sunblock cream

matahari ke kulit

SPF 30

23

Hipertermia

Setelah dilakukan

1. Motivasi asupan minum

Untuk mengetahui data

berhubungan dengan

tindakan

peroral dan pastikan

dasar parameter

proses inflamasi

keperawatan

tetesan infus sesuai dengan

hemodinamik

selama 1 x 8 jam

yang dianjurkan.

suhu tubuh stabil


dengan kriteria
1. Pantau tanda-tanda vital Mengetahui

hasil:
1. Suhu

tubuh

dalam

batas

normal

sekita

(TD, HR, RR)

perkembangan pasien

36.5 -37.40
2. HR : 80 100
x/mnt
2. Pantau suhu tubuh Untuk mempercepat
3. RR : 16 24 x/
minimal setiap 2 jam, penurunan suhu tubuh
mnt
sesuai
dengan melalui proses konduksi
4. Turgor
kulit
baik
5. Mukosa

kebutuhan dan pantau


bibir

lembab
6. Tidak terdapat
kejang
7. Keluarga dapat
melakukan
TWS (Tapid

adanya diaporesis yang


berlebihan
3. Lakukan dan ajarkan Untuk menjaga
keluarga
melakukan TWS

untuk keseimbangan cairan


tubuh

water Sponge)

4. Anjurkan klien untuk Untuk menjaga


menggunakan

keseimbangan cairan

pakaian yang tidak tubuh saat penguapan


terlalu tebal

karena peningkatan suhu


tubuh

24

Kolaborasi pemberian

Intervensi farmakologi

antipiretik paracetamol 3 x

untuk menurunkan suhu

400 mg

tubuh

Mandiri:

Untuk mengetahui

Nyeri Berhubungan

Setelah dilakukan

dengan inflamasi dan

tindakan

kerusakan jaringan.

keperawatan

setiap

selama 3 x 24

(setiap

jam nyeri

VAS atau wong baker

1. Pantau skala nyeri klien perubahan skala

berkurang, dengan
kriteria hasil:

jam

shift)

faces
2. Lakukan

sekali

nyeri klien

dengan

pengkajian Mengetahui keberhasilan

nyeri meliputi lokasi, intervensi yang

1. Klien
mengungkapk

karakteristik
awitan,

an
nyeri
berkurang
2. Penurunan

dan

nyeri, dilakukan dengan


durasi, pengkajian nyeri

frekuensi,

kualitas,

intensitas

atau

keparahan nyeri, dan


faktor presipitasinya.

intensitas
nyeri dengan
skala nyeri
menurun dari
7/10 menjadi

3. Observasi

isyarat Isyarat nonverbal dapat

nonverbalketidaknyaman

menggambarkan nyeri

an

yang dirasakan

3/10
3. Klien
gelisah
4. Klien

tidak
4. Sertakan dalam instruksi Agar klien dan keluarga
tidak

pemulangan

merintih

(discharge planning) klien

kesakitan

obat khusus yang harus

mengetahui fungsi dari


obat-oabt yang
dikonsumsi oleh klien

diminum, frekuensi
pemberian, kemungkinan
efek samping

25

5. Dampingi

klien

saat Menghindari nyeri yang

mengubah posisi

berlebihan

6. Ajarkan teknik relaksasi Relaksasi nafas dalam


nafas dalam

merupakan teknik
distraksi dengan
menstimulasi
baroreseptor pada sinus
carotid

8. Kolaborasi:

Intervensi farmakologi

Kolaborasi pemberian

untuk menurunkan suhu

analgetik untuk

tubuh

mengurangi nyeri pada


sendi, yaitu pemberian
4

Risiko infeksi

Setelah dilakukan

ibupfofen 3 x 400 mg
Mandiri:

berhubungan dengan

tindakan

1. Observasi

proses inflamasi.

keperawatan

yang

selama 3 x 24 jam

port dentry kuman

Untuk mengkaji faktor

area-area penyebab yang

dapat

menjadi berkontribusi terhadap


kejadian infeksi.

penyebaran infeksi
2. Cuci

tidak terjadi den

tangan

sesuai Mengurangi risiko

dengan five moment transmisi kuman patogen

kriteria hasil:
1. Tidak

ada

criteria

tanda-tanda
penyebaran
infeksi
2. Suhu

3. Pastikan

tubuh

tempat

tidur patogen dari lingkungan

klien bersih dan tidak

normal
sekitar36.50

sekitar

lingkungan Untuk meminimalisir

37.40C
3. Keluarga dapat

banyak

benda-benda

yang tidak dibutuhkan

26

mendemonstasi

4. Edukasi keluarga untuk Untuk meminimalisir

kan cara cuci

melakukan

tangan

hygiene

yang

hand transmisi patogen

benar
5. Batasi pengunjung dan Untuk menghindari
penunggu pasien

masuknya
mikroorganisme

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Sajadi. 1999 Patologi Umum dan Sistemik : Edisi 2. Jakarta : EGC.
William, Lippincott & Wilkins.2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit.
Jakarta Barat : PT.Indeks.

27

Anda mungkin juga menyukai