Psikologi
Psikologi
- masalah kebaruan
Kajian psikologi terus berkembang dan sangat wajar konsep-konsep psikologi terus diperbaiki dari masa ke
masa.Salah satu konsep yang berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan adalah konstruk kompetensi
moral yang awalnya diajukan oleh Kohlberg.Saat ini konsep itu diperkaya dan diperbaharui oleh Lind dengan
menambahkan beberapa aspek didalamnya. Kompetensi moral yang awalnya hanya dianggap proses kognisi
(menurut Kohlberg) kemudian diperbaharui sehingga menjadi konsep kognisi dan afeksi (Lind).
iii. Konstruk dalam Psikologi
Setelah kita yakin dengan konstruk yang akan digunakan dan dapat mengatasi berbagai permasalahan di atas maka
tahap berikurnya adalah menentukan apakah konstruk yang telah kita tentukan benar sebagai konstruk psikologi
atau hanya sekedar konstruk sosial non-psikologis.
Adapun konstruk psikologis umumnya minimal memiliki salah satu dari tiga aspek berikut ini:
- aspek afektif
Aspek afektif berkaitan dengan faktor perasaan yang ada dalam individu.Terkait dengan konstruk, maka konstruk
psikologi dapat menjelaskan bagaimana dinamika emosi pada diri individu berdasarkan konstruk tersebut.Misalnya
dalam konstruk kompetensi moral versi Lind akan dilihat bahwa kompetensi moral diawali perasaan berupa rasa
suka atau tidak suka individu dalam menilai sesuatu. Suka dan tidak suka merupakan aspek afeksi dan oleh
karenanya konstruk kompetensi moral merupakan salah satu konsep psikologi.
- aspek kognitif
Aspek kognisi adalah aspek pikiran yang ada dalam diri individu.Misalnya konstruk ini adalah memori, yaitu
kemampuan individu untuk memasukkan informasi, menahan (menyimpan) informasi tersebut dan mengeluarkan
kembali.Berdasarkan konsep memori ini maka dapat kita pastikan bahwa memori merupakan konstruk psikologi.
- aspek psikomotor
Psikomotor adalah aspek perilaku.Dalam konsep psikomotor maka yang dimaksud adalah perilaku manusia baik
perilaku makro (misalnya jalan) dan perilaku mikro (misalnya tersenyum). Salah satu contoh konstruk ini adalah
agresi yaitu perilaku yang dilakukan dengan tujuan menyakiti orang lain baik rasa sakit secara fisik maupun psikis.
Berdasarkan konsep agresi yang dijelaskan diatas jelas terlihat bahwa agresi adalah perilaku dan oleh karenanya
agresi merupakan konstruk psikologi.
b. Konstruk Vs teori
Konstruk berbeda dengan teori yaitu pada antecendent (sebab) dan consequent (akibat) dari konstruk
tersebut.Konstruk belum memiliki sebab dan akibat sedangkan teori sudah menjelaskan hal yang yang
menyebabkan munculnya konstruk tertentu dan akibat dari kemunculan konstruk tersebut.Oleh karenanya dalam
penentuan konstruk perlu juga diperhatikan apakah konsep tersebut sudah terlepas dari sebab dan akibatnya.
i. Antecendent
Antecendent adalah hal yang mendahului konstruk dan menyebabkan aktivitas dalam konstruk yang
dimaksud.Misalnya keberagamaan (religiusitas) menyebabkan meningkatnya kesabaran.Dalam contoh ini
religiusitas menjadi antecendent dari konstruk kesabaran.
ii. Consequent
Consequent adalah hal yang didahului oleh konstruk tertentu dan akibat dinamika dari konstruk maka muncul
dinamika dari consequent.Misalnya kemampuan berpikir kritis (konstruk berpikir kritis) merupakan hal yang
memperngaruhi perilaku menyontek siswa.
d. Indikator
Dalam sebuah konstruk, aspek merupakan sesuatu yang bersifat abstrak.Oleh karena itu, aspek membutuhkan
indikator yang dapat dijadikan standar pengukuran. Indikator merupakan sesuatu yang sangat operasional dan
sesuai dengan karakter budaya atau konsteks dimana instrumen pengukuran akan digunakan.
Dengan demikian indikator menjadi panduan untuk menentukan bagaimana sebuah aspek dapat terlihat nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya aspek optimis dapat diukur dengan melihat seberapa yakin seseorang akan
masa depan yang lebih baik. Semakin orang tersebut akan masa depan yang lebih baik maka akan semakin optimis
orang tersebut. Dengan demikian, aitem akan dibangun untuk melihat bagaimana keyakinan individu akan masa
depannya.
Setiap indikator merupakan standar untuk melihat bagaimana sebuah aspek muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Namun karena indikator harus muncul dalam kehidupan sehari-hari maka indikator tersebut akan terkena bias
budaya dimana indidivu itu hidup. Aspek optimis sebagaimana yang dijelaskan diatas, misalnya, akan berbeda
dalam tiap budaya dan mungkin berbeda dalam beberapa kajian agama. Begitu juga pada aspek lainnya.
Dengan demikian, pada saat menentukan indikator harus sesuai dengan karakter setempat dan karakter indidvu
yang dikenakan instrumen pengukuran psikologi ini.
e. Blue Print
Setiap instrumen atau alat yang baik harus memiliki perencanaan.Perencanaan adalah aspek yang tertuang dalam
blue print. Sebagaimana penggunaan blue print pada konsep lain maka penggunaan blue print pada konsep alat
ukur berkaitan dengan rancangan skema pengukuran psikologi berdasarkan instrumen yang akan kita buat.
Salah satu tujuan dari blue print adalah untuk menjaga agar setiap aitem sesuai dengan indikator dan setiap
inditakor sesuai dengan aspek yang dimaksud dalam konstruk tersebut. Selain itu, blue print juga menjadi panduan
dalam penentuan skor masing-masing aitem atau cara melakukan skoringnya.
Selain itu, blue print juga menjadi pedoman agar tidak terjadi pengulangan aitem yang dapat menyebabkan
penurunan tingkat validitas dan reliabilitas dari aitem yang ada. Secara umum, blue print akan memastikan
validitas instrumen dari tahap perencanaan hingga tahap penyusunan aitem.
f. Aitem
Aitem merupakan ujung tombak dari sebuah pengukuran psikologis. Aitem adalah kalimat atau sesuatu yang
menjadi stimulus untuk memancing munculnya indikator yang dimaksud sesuai dengan aspeknya. Aitem yang baik
akan mendorong munculnya indikator sebagaimana aspek yang ingin diukur. Semakin tinggi kemunculan respon
dari sebuah stimulus aitem maka akan semakin tinggi nilai yang dimaksud.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam setiap aitem antara lain:
i. Pertanyaan atau Pernyataan
Aitem dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Umumnya penggunaan masing-masing dapat berbeda. Secara
umum pernyataan menjadi aitem dalam pengukuran aspek afeksi atau performa tipikal sedangkan pertanyaan
merupakan aitem yang banyak digunakan dalam pengukuran ranah kognisi atau performa maksimal.
ii. Situasi atau Masalah
Aitem dapat menggambarkan situasi yang harus direspon atau masalah yang harus diselesaikan.Penggunaan
masing-masing ini harus sesuai dengan konsep yang ada dalam konstruk dan aspek psikologis yang ingin
diukur.Untuk penggunaan situasi umumnya diberikan pada tes yang berkaitan dengan aspek afektif atau
pengukuran performa tipikal sedangkan penggunaan masalah untuk diselesaikan lebih pada aspek kognitif atau tes
performa maksimal.
iii. Seberapa Banyak
Jumlah aitem cukup mempengaruhi validitas secara umum. Aitem harus cukup berimbang ketika aspek yang ada
dalam konstruk juga menunjukkan keberimbangan namun ketika aspek tertentu dinyatakan lebih utama dibanding
yang lain maka jumlah aitem juga harus bisa menujukkan keutamaan dari aspek tersebut.
i. Menilai Respon
Hasil akhir dari setiap aitem adalah bagaiman menilai respon yang dilakukan oleh individu yang dikenakan tes dari
instrumen pengukuran psikologi. Penilaian yang tepat akan mengarahkan pada hasil yang tepat dan otomatis akan
meningkatkan validitas dari aitem yang dimaksud.
i. Benar-Salah
Merupakan salah satu cara menilai respon dari individu. Respon dapat dikelompokkan benar apabila respon yang
harusnya diberikan sesuai dengan respon yang diharapkan dan sebaliknya. Model penilaian benar-salah dapat
diberikan skor pada jawaban benar dan tidak diberikan skor pada jawaban salah atau dapat diberikan skor ganda
pada jawaban benar dan dikurangi pada jawaban salah.
Hal yang menjadi panduan dalam penilaian disesuaikan dengan tingkat kesukaran aitem sehingga aitem yang lebih
sulit akan diskor lebih tinggi apabila individu menjawab dengan benar.
ii. Tidak Ada yang Salah
Penilaian ini umumnya diberikan pada tes yang bersifat menggali aspek afektif.Tidak adanya jawaban salah bukan
berarti respon tidak dapat di skor.Penentuan skor ini dapat dilihat dari sifat aitem apakah bersifat favorable atau
unfavorable. Jika respon pada aitem yang favorable maka respon yang positif terhadap aitem akan mendapat skor
tinggi dan sebaliknya.
iii. Keluasan Respon
Respon lain yang diharapkan dari individu adalah keluasan respon dari individu. Keluasan ini dapat berarti
semakin banyak, semakin dalam, atau lainnya berdasarkan aitem yang diberikan pada individu.Tes kreatifitas
verbal dapat menjadi salah satu contoh untuk instrument yang melakukan pengukuran konstruk ini.