Anda di halaman 1dari 7

Psikologi - Tes psikologi berasal dari konsep psikologi yang akan diukur.

Oleh karenanya sebelum melakukan


tahapan penyusunan tes psikologi maka harus dipahami terlebih dahulu konsep psikologi yang akan diukur.

a. Makna Konstruk Psikologi


Konstruk adalah konsep psikologi yang menjelaskan konsep itu sendiri. Dalam psikologi konstruk itu antara lain
self esteem, self efficacy, dsb. Secara umum konstruk juga disebut dengan definisi.
i. Konstruk dan Definisi
Definisi walaupun tidak sepenuhnya identik dengan konstruk namun dapat menjadi dasar untuk menentukan
konsep psikologi yang akan diukur. Definisi umumnya berisi dua aspek yaitu sifat umumnya dan sifat
khususnya.Sebagi contoh definisi sofa adalah benda yang digunakan untuk duduk (umum) yang memiliki bantalan
busa (khusus).
Walaupun tidak terlalu sama definisi bisa menjadi konstruk namun secara khusus konstruk bisa berupa berbagai
aspek yang ada dalam dirinya sendiri, misalnya sabar adalah kemampuan menahan pikiran, perkataan, emosi, atau
perbuatan yang merupakan respon awal, bertujuan kebaikan, serta taat aturan yang disertai sikap optimis, tidak
mengeluh, pantang menyerah, serta semangat mencari ilmu dan alternatif solusi. Dalam konstruk sabar tidak hanya
menggambarkan konsep umum (menahan pikiran, perkataan, emosi, atau perbuatan) namun juga sifat khusus (yang
merupakan respon awal, bertujuan kebaikan, serta taat aturan). Selain itu, konstruk juga berisi aspek lain yang
melengkapi (disertai sikap optimis, tidak mengeluh, pantang menyerah, serta semangat mencari ilmu dan alternatif
solusi).
ii. Memilih Konstruk
Salah satu permasalah penentuan konstruk psikologi yang akan digunakan dalam penyusunan alat ukur adalah
kesesuaian konstruk dengan kondisi psikologis individu yang akan diukur. Beberapa permasalahan yang dapat
muncul antara lain:
- masalah bahasa
Masalah bahasa dapat menyebabkan kesulitan untuk penyusunan alat ukut psikologi yang diinginkan.Hal ini terjadi
karena masih sangat banyak konstruk psikologi yang merupakan konstruk yang berasal dari bahasa Inggris. Tidak
semua kata-kata dalam bahasa Inggris dapat diterjemahkan dengan baik ke dalam bahasa Indonesia bahkan
beberapa mungkin tidak dapat dijelaskan.
Misalnya ketika kita akan menyesuaikan kalimat I break my leg terhadap bahasa Indonesia menjadi kaki saya
patah padahal kedua kalimat itu berbeda dalam konsepnya. Konsep bahasa Inggris lebih banyak menunjukkan
sifat aktif yaitu penyebab kaki saya patah adalah saya sendiri sedangkan bahasa Indonesia lebih pasif yaitu kaki
saya patah diluar kesalahan individu.
Dengan demikian tidak mudah sebenarnya menyesuaikan bahasa dengan sekedar menterjemahkan kata per kata
tanpa memahami konsep dasar dimana konstruk itu dibuat.
- masalah budaya
Masalah budaya tentunya akan mempengaruhi perbedaan konsep dalam sebuah konstruk. Salah satu contohnya
adalah konstruk self esteem yang sangat mungkin berbeda dalam budaya eropa amerika dan budaya indonesia. Self
esteem dapat menjadi baik dalam budaya eropa amerika ketika seseorang menunjukkan kelebihan dirinya pada
orang lain secara terbuka namun hal ini bisa dianggap kesombongan dalam budaya timur.

- masalah kebaruan
Kajian psikologi terus berkembang dan sangat wajar konsep-konsep psikologi terus diperbaiki dari masa ke
masa.Salah satu konsep yang berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan adalah konstruk kompetensi
moral yang awalnya diajukan oleh Kohlberg.Saat ini konsep itu diperkaya dan diperbaharui oleh Lind dengan
menambahkan beberapa aspek didalamnya. Kompetensi moral yang awalnya hanya dianggap proses kognisi
(menurut Kohlberg) kemudian diperbaharui sehingga menjadi konsep kognisi dan afeksi (Lind).
iii. Konstruk dalam Psikologi
Setelah kita yakin dengan konstruk yang akan digunakan dan dapat mengatasi berbagai permasalahan di atas maka
tahap berikurnya adalah menentukan apakah konstruk yang telah kita tentukan benar sebagai konstruk psikologi
atau hanya sekedar konstruk sosial non-psikologis.
Adapun konstruk psikologis umumnya minimal memiliki salah satu dari tiga aspek berikut ini:
- aspek afektif
Aspek afektif berkaitan dengan faktor perasaan yang ada dalam individu.Terkait dengan konstruk, maka konstruk
psikologi dapat menjelaskan bagaimana dinamika emosi pada diri individu berdasarkan konstruk tersebut.Misalnya
dalam konstruk kompetensi moral versi Lind akan dilihat bahwa kompetensi moral diawali perasaan berupa rasa
suka atau tidak suka individu dalam menilai sesuatu. Suka dan tidak suka merupakan aspek afeksi dan oleh
karenanya konstruk kompetensi moral merupakan salah satu konsep psikologi.
- aspek kognitif
Aspek kognisi adalah aspek pikiran yang ada dalam diri individu.Misalnya konstruk ini adalah memori, yaitu
kemampuan individu untuk memasukkan informasi, menahan (menyimpan) informasi tersebut dan mengeluarkan
kembali.Berdasarkan konsep memori ini maka dapat kita pastikan bahwa memori merupakan konstruk psikologi.
- aspek psikomotor
Psikomotor adalah aspek perilaku.Dalam konsep psikomotor maka yang dimaksud adalah perilaku manusia baik
perilaku makro (misalnya jalan) dan perilaku mikro (misalnya tersenyum). Salah satu contoh konstruk ini adalah
agresi yaitu perilaku yang dilakukan dengan tujuan menyakiti orang lain baik rasa sakit secara fisik maupun psikis.
Berdasarkan konsep agresi yang dijelaskan diatas jelas terlihat bahwa agresi adalah perilaku dan oleh karenanya
agresi merupakan konstruk psikologi.

b. Konstruk Vs teori
Konstruk berbeda dengan teori yaitu pada antecendent (sebab) dan consequent (akibat) dari konstruk
tersebut.Konstruk belum memiliki sebab dan akibat sedangkan teori sudah menjelaskan hal yang yang
menyebabkan munculnya konstruk tertentu dan akibat dari kemunculan konstruk tersebut.Oleh karenanya dalam
penentuan konstruk perlu juga diperhatikan apakah konsep tersebut sudah terlepas dari sebab dan akibatnya.
i. Antecendent
Antecendent adalah hal yang mendahului konstruk dan menyebabkan aktivitas dalam konstruk yang
dimaksud.Misalnya keberagamaan (religiusitas) menyebabkan meningkatnya kesabaran.Dalam contoh ini
religiusitas menjadi antecendent dari konstruk kesabaran.

ii. Consequent
Consequent adalah hal yang didahului oleh konstruk tertentu dan akibat dinamika dari konstruk maka muncul
dinamika dari consequent.Misalnya kemampuan berpikir kritis (konstruk berpikir kritis) merupakan hal yang
memperngaruhi perilaku menyontek siswa.

c. Aspek Dalam Konstruk


i. aspek, dimensi, atribut.
Setiap konsep psikologi dalam bentuk konstruk memiliki unsur pembentuk dari konsep konstruk tersebut.Konsep
pembentuk konstruk ini dikenal dengan istilah aspek.Selain aspek, unsur ini juga dikenal dengan istilah dimensi
dan atribut.
Aspek ini merupakan hal-hal apa saja yang menjadi dasar konseptual dari tiap konstruk. Konstruk agresi, misalnya,
terdiri dari dua aspek yaitu agresi verbal dan agresi non-verbal.Dengan demikian aspek atau dimensi dari konstruk
agresi adalah non-verbal dan verbal.
Beberapa konstruk hanya memiliki satu aspek namun konstruk yang lain bisa terdiri dari beberapa aspek. Selain itu
ada konstruk yang memiliki aspek kompleks. Berdasarkan perbedaan jumlah aspek dalam konstruk maka alat ukur
yang akan dibuat memiliki keunikan sesuai dengan konsep konstruknya.
Oleh karena itu, penguasaan terhadap konstruk tersebut menjadi salah satu faktor penting dalam penyusunan alat
ukur psikologi. Ketidaktepatan dalam memahami konstruk psikologi yang akan dibuat alat ukurnya akan
menjadikan validitas konstruk tersebut menjadi lebih rendah.
ii. Konstruk Dengan Satu Aspek
Tes kreatifitas verbal merupakan salah satu alat ukur yang dibuat dari konstruk psikologi yang memiliki satu aspek.
Berdasarkan konstruk ini tes kreativitas verbal hanya akan menggali bagaimana kreatifitas seseorang dilihat dari
kemampuannya memproduksi kata-kata. Berdasarkan asumsi konstruk ini, makin mampu seseorang memproduksi
kata-kata maka akan semakin kreatif orang tersebut.
iii. Konstruk Dengan Banyak Aspek
Tes intelegensi merupakan salah satu konstruk yang unik. Beberapa ilmuan menempatkan konstruk intelegensi
sebagai konstruk dengan satu aspek yaitu kemampuan berpikir abstrak namun ilmuan lain menempatkannya dalam
konstruk dengan beberapa aspek. Konsep terakhir lebih kuat daripada yang pertama.
Dalam konstruk intelegensi yang memiliki banyak aspek, intelegensi dianggap sebagai kemampuan untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan seseorang dengan demikian tes intelegensi akan disesuaikan dengan
permasalahan hidup dan kemampuan menyelesaikan permasalahan tersebut.
Beberapa konsep lain juga menempatkan kreatifitas sebagai salah satu aspek dalam konstruk intelegensi.
Berdasarkan konsep ini maka intelegensi juga melibatkan aspek kreatifitas baik verbal maupun non-verbal.Hal ini
menunjukkan bagaimana pemahaman aspek dalam sebuah konstruk menjadi salah satu faktor penting untuk

meningkatkan validitas dari instrumen pengukuran psikologi.


iv. Konstruk Kompleks
Konstruk yang komplek adalah konstruk yang tidak sekedar memiliki beberapa aspek namun juga aspek dari
konstruk dapat bertingkat dan masing-masing tingkat dapat memiliki satu atau lebih aspek didalamnya.Beberapa
pengukuran psikologi yang memiliki konstruk yang kompleks adalah kompetensi moral dan kesabaran.
MJT atau moral judgment test adalah salah satu alat ukur yang berupaya mengukur konstruk kompetensi moral.
Kompetensi moral memiliki beberapa tingkatan sebagaimana tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg.
Dalam setiap tingkatan memiliki satu aspek yang mengarah pada konstruk psikologi kompetensi moral. Oleh
karenanya, pengujian validitas dari konstruk ini juga memiliki konsep yang lebih rumit.
Tes kesabaran memiliki konstruk yang cukup komplek karena didalamnya terdapat aspek utama dan aspek
pendukung. Tiap aspek utama dapat melibatkan beberapa aspek pendukung namun aspek pendukung tidak dapat
diukur terpisah dari aspek utama. Dengan demikian instrumen pengukuran kesabaran menjadi lebih kompleks dari
sekedar konstruk yang memiliki satu atau beberapa aspek yang pararel.

d. Indikator
Dalam sebuah konstruk, aspek merupakan sesuatu yang bersifat abstrak.Oleh karena itu, aspek membutuhkan
indikator yang dapat dijadikan standar pengukuran. Indikator merupakan sesuatu yang sangat operasional dan
sesuai dengan karakter budaya atau konsteks dimana instrumen pengukuran akan digunakan.
Dengan demikian indikator menjadi panduan untuk menentukan bagaimana sebuah aspek dapat terlihat nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya aspek optimis dapat diukur dengan melihat seberapa yakin seseorang akan
masa depan yang lebih baik. Semakin orang tersebut akan masa depan yang lebih baik maka akan semakin optimis
orang tersebut. Dengan demikian, aitem akan dibangun untuk melihat bagaimana keyakinan individu akan masa
depannya.
Setiap indikator merupakan standar untuk melihat bagaimana sebuah aspek muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Namun karena indikator harus muncul dalam kehidupan sehari-hari maka indikator tersebut akan terkena bias
budaya dimana indidivu itu hidup. Aspek optimis sebagaimana yang dijelaskan diatas, misalnya, akan berbeda
dalam tiap budaya dan mungkin berbeda dalam beberapa kajian agama. Begitu juga pada aspek lainnya.
Dengan demikian, pada saat menentukan indikator harus sesuai dengan karakter setempat dan karakter indidvu
yang dikenakan instrumen pengukuran psikologi ini.

e. Blue Print
Setiap instrumen atau alat yang baik harus memiliki perencanaan.Perencanaan adalah aspek yang tertuang dalam
blue print. Sebagaimana penggunaan blue print pada konsep lain maka penggunaan blue print pada konsep alat
ukur berkaitan dengan rancangan skema pengukuran psikologi berdasarkan instrumen yang akan kita buat.
Salah satu tujuan dari blue print adalah untuk menjaga agar setiap aitem sesuai dengan indikator dan setiap
inditakor sesuai dengan aspek yang dimaksud dalam konstruk tersebut. Selain itu, blue print juga menjadi panduan
dalam penentuan skor masing-masing aitem atau cara melakukan skoringnya.

Selain itu, blue print juga menjadi pedoman agar tidak terjadi pengulangan aitem yang dapat menyebabkan
penurunan tingkat validitas dan reliabilitas dari aitem yang ada. Secara umum, blue print akan memastikan
validitas instrumen dari tahap perencanaan hingga tahap penyusunan aitem.

f. Aitem
Aitem merupakan ujung tombak dari sebuah pengukuran psikologis. Aitem adalah kalimat atau sesuatu yang
menjadi stimulus untuk memancing munculnya indikator yang dimaksud sesuai dengan aspeknya. Aitem yang baik
akan mendorong munculnya indikator sebagaimana aspek yang ingin diukur. Semakin tinggi kemunculan respon
dari sebuah stimulus aitem maka akan semakin tinggi nilai yang dimaksud.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam setiap aitem antara lain:
i. Pertanyaan atau Pernyataan
Aitem dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Umumnya penggunaan masing-masing dapat berbeda. Secara
umum pernyataan menjadi aitem dalam pengukuran aspek afeksi atau performa tipikal sedangkan pertanyaan
merupakan aitem yang banyak digunakan dalam pengukuran ranah kognisi atau performa maksimal.
ii. Situasi atau Masalah
Aitem dapat menggambarkan situasi yang harus direspon atau masalah yang harus diselesaikan.Penggunaan
masing-masing ini harus sesuai dengan konsep yang ada dalam konstruk dan aspek psikologis yang ingin
diukur.Untuk penggunaan situasi umumnya diberikan pada tes yang berkaitan dengan aspek afektif atau
pengukuran performa tipikal sedangkan penggunaan masalah untuk diselesaikan lebih pada aspek kognitif atau tes
performa maksimal.
iii. Seberapa Banyak
Jumlah aitem cukup mempengaruhi validitas secara umum. Aitem harus cukup berimbang ketika aspek yang ada
dalam konstruk juga menunjukkan keberimbangan namun ketika aspek tertentu dinyatakan lebih utama dibanding
yang lain maka jumlah aitem juga harus bisa menujukkan keutamaan dari aspek tersebut.

g. Favorable dan unfavorable


Setiap aitem memiliki arah untuk tujuan pengukuran, respon terhadap aitem tertentu mungkin menunjukkan
rendahnya indikator pada aspek yang dimaksud sedangkan respon terhadap aitem lain menunjukkan tingginya
indikator pada aspek yang dimaksud. Istilah yang biasa digunakan dalam konsep ini adalah favorable dan
unfavorable.
i. aitem sejalan dengan konstruk disebut dengan favorable karena semakin baik respon terhadap aitem akan
menunjukkan semakin tinggi nilai yang didapat dari aspek tersebut. Dengan demikian aitem yang memiliki sifat
favorable adalah aitem yang akan memberikan skor lebih tinggi ketika individu merespon secara baik pada
indikator yang dimaksud.
ii. aitem berlawanan dengan konstruk bersifat sebaliknya. Aitem ini biasanya disebut dengan istilah unfavorable.
Respon positif terhadap aitem unfavorable akan mengarahkan pada skor yang lebih rendah dari konstruk yang
dimaksud dalam setiap aitem. Semakin banyak dan semakin kuat respon positif terhadap sebuah aitem unfavorable
maka akan semakin rendah skor individu dalam konstruk psikologis yang dimaksud.

h. Bentuk Respon yang Diharapkan


Dalam setiap instrumen pengukuran psikologis, respon dapat beragam sesuai dengan ketepatan pengukuran dari
indikator yang dimaksud. Beberapa respon akan lebih tepat jika di respon dengan memberikan jawaban namun
instrumen yang lain mungkin akan lebih baik ketika responnya dengan memperagakan.
i. Menjawab
Sebagian besar instrumen pengukuran psikologis menggunakan respon dengan menjawab.Instrument ini yang
paling mudah diarahkan pada model pengukuran sehingga didapatkan skor dari setiap konstruk atau aspek. Namun
demikian cara menjawab dapat berbeda-beda. Cara menjawab pada aspek atau individu tertentu mungkin dapat
dilakukan dengan cara menunjukkan respon yang dimaksud namun aspek atau individu lain mungkin dapat
menjawab secara lisan.
Kelebihan dan kekurangan masing-masing cara menjawab dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu atau
kebutuhan aspek teoritisnya. Konstruk keratifitas verbal, misalnya, apakah dapat dilakukan dengan model jawaban
tulis ataukah harus dengan jawaban lisan merupakan salah satu contoh bagaimana cara merespon jawaban perlu
dipertimbangkan.
ii. Memperagakan
Respon lain yang dapat dilakukan individu adalah dengan memperagakan. Respon ini mungkin akan banyak
dibutuhkan pada saat tes mengenai keahlian yang dimiliki individu. Konstruk keahlian yang dipilih kemudian
dibuat aitem yang dapat menunjukkan pada saat apa keahlian tertentu dapat muncul. Salah satu konstruk yang
dapat dilakukan dengan respon memperagakan adalah konstruk kemampuan presentasi.Berdasarkan konstruk ini,
individu dapat menunjukkan keahliannya mempresentasikan sesuatu.
iii. Menulis
Respon lain yang dapat dilakukan individu adalah menulis, baik menulis cerita, menulis jawaban atau membuat
gambar. Tes-tes tertentu memberi aitem sebagai stimulus berupa gambar yang harus direspon dengan gambar juga,
misalnya wartegg. Namun tes yang lain meminta individu untuk menuliskan cerita yang umumnya akan dianalisa
menggunakan konsep grafologi, dsb.
iv. Menceritakan
Model respon ini banyak digunakan dalam tes yang mencoba menggali aspek afektif (performa
tipikal).Berdasarkan konsep ini, aitem dapat berupa gambar abstrak atau gambar orang dan situasi, atau gambar
binatang dan situasi, atau yang lainnya.Beberapa tes yang menggunakan konsep menceritakan dalam respon yang
diharapkan adalah tes Ro, TAT, CAT, dsb.

i. Menilai Respon
Hasil akhir dari setiap aitem adalah bagaiman menilai respon yang dilakukan oleh individu yang dikenakan tes dari
instrumen pengukuran psikologi. Penilaian yang tepat akan mengarahkan pada hasil yang tepat dan otomatis akan
meningkatkan validitas dari aitem yang dimaksud.

i. Benar-Salah
Merupakan salah satu cara menilai respon dari individu. Respon dapat dikelompokkan benar apabila respon yang
harusnya diberikan sesuai dengan respon yang diharapkan dan sebaliknya. Model penilaian benar-salah dapat
diberikan skor pada jawaban benar dan tidak diberikan skor pada jawaban salah atau dapat diberikan skor ganda
pada jawaban benar dan dikurangi pada jawaban salah.
Hal yang menjadi panduan dalam penilaian disesuaikan dengan tingkat kesukaran aitem sehingga aitem yang lebih
sulit akan diskor lebih tinggi apabila individu menjawab dengan benar.
ii. Tidak Ada yang Salah
Penilaian ini umumnya diberikan pada tes yang bersifat menggali aspek afektif.Tidak adanya jawaban salah bukan
berarti respon tidak dapat di skor.Penentuan skor ini dapat dilihat dari sifat aitem apakah bersifat favorable atau
unfavorable. Jika respon pada aitem yang favorable maka respon yang positif terhadap aitem akan mendapat skor
tinggi dan sebaliknya.
iii. Keluasan Respon
Respon lain yang diharapkan dari individu adalah keluasan respon dari individu. Keluasan ini dapat berarti
semakin banyak, semakin dalam, atau lainnya berdasarkan aitem yang diberikan pada individu.Tes kreatifitas
verbal dapat menjadi salah satu contoh untuk instrument yang melakukan pengukuran konstruk ini.

Anda mungkin juga menyukai