- masalah bahasa
masalah budaya
- masalah kebaruan
- aspek afektif
Aspek afektif berkaitan dengan faktor perasaan yang ada dalam
individu.Terkait dengan konstruk, maka konstruk psikologi dapat menjelaskan
bagaimana dinamika emosi pada diri individu berdasarkan konstruk
tersebut.Misalnya dalam konstruk kompetensi moral versi Lind akan dilihat
bahwa kompetensi moral diawali perasaan berupa rasa suka atau tidak suka
individu dalam menilai sesuatu. Suka dan tidak suka merupakan aspek afeksi
dan oleh karenanya konstruk kompetensi moral merupakan salah satu konsep
psikologi.
- aspek kognitif
Aspek kognisi adalah aspek pikiran yang ada dalam diri individu.Misalnya
konstruk ini adalah memori, yaitu kemampuan individu untuk memasukkan
informasi, menahan (menyimpan) informasi tersebut dan mengeluarkan
kembali.Berdasarkan konsep memori ini maka dapat kita pastikan bahwa
memori merupakan konstruk psikologi.
- aspek psikomotor
Psikomotor adalah aspek perilaku.Dalam konsep psikomotor maka yang
dimaksud adalah perilaku manusia baik perilaku makro (misalnya jalan) dan
perilaku mikro (misalnya tersenyum). Salah satu contoh konstruk ini adalah
agresi yaitu perilaku yang dilakukan dengan tujuan menyakiti orang lain baik
rasa sakit secara fisik maupun psikis. Berdasarkan konsep agresi yang
dijelaskan diatas jelas terlihat bahwa agresi adalah perilaku dan oleh
karenanya agresi merupakan konstruk psikologi.
b. Konstruk Vs teori
Konstruk berbeda dengan teori yaitu pada antecendent (sebab) dan
consequent (akibat) dari konstruk tersebut.Konstruk belum memiliki
sebab dan akibat sedangkan teori sudah menjelaskan hal yang yang
menyebabkan munculnya konstruk tertentu dan akibat dari kemunculan
konstruk tersebut.Oleh karenanya dalam penentuan konstruk perlu juga
diperhatikan apakah konsep tersebut sudah terlepas dari sebab dan
akibatnya.
i. Antecendent
ii. Consequent
Aspek ini merupakan hal-hal apa saja yang menjadi dasar konseptual
dari tiap konstruk. Konstruk agresi, misalnya, terdiri dari dua aspek
yaitu agresi verbal dan agresi non-verbal.Dengan demikian aspek atau
dimensi dari konstruk agresi adalah non-verbal dan verbal.
Tes kreatifitas verbal merupakan salah satu alat ukur yang dibuat dari konstruk
psikologi yang memiliki satu aspek. Berdasarkan konstruk ini tes kreativitas verbal
hanya akan menggali bagaimana kreatifitas seseorang dilihat dari kemampuannya
memproduksi kata-kata. Berdasarkan asumsi konstruk ini, makin mampu seseorang
memproduksi kata-kata maka akan semakin kreatif orang tersebut.
Tes intelegensi merupakan salah satu konstruk yang unik. Beberapa ilmuan
menempatkan konstruk intelegensi sebagai konstruk dengan satu aspek yaitu
kemampuan berpikir abstrak namun ilmuan lain menempatkannya dalam konstruk
dengan beberapa aspek. Konsep terakhir lebih kuat daripada yang pertama.
Beberapa konsep lain juga menempatkan kreatifitas sebagai salah satu aspek
dalam konstruk intelegensi. Berdasarkan konsep ini maka intelegensi juga
melibatkan aspek kreatifitas baik verbal maupun non-verbal.Hal ini menunjukkan
bagaimana pemahaman aspek dalam sebuah konstruk menjadi salah satu faktor
penting untuk meningkatkan validitas dari instrumen pengukuran psikologi.
Konstruk yang komplek adalah konstruk yang tidak sekedar memiliki beberapa
aspek namun juga aspek dari konstruk dapat bertingkat dan masing-masing tingkat
dapat memiliki satu atau lebih aspek didalamnya.Beberapa pengukuran psikologi
yang memiliki konstruk yang kompleks adalah kompetensi moral dan kesabaran.
MJT atau moral judgment test adalah salah satu alat ukur yang berupaya mengukur
konstruk kompetensi moral. Kompetensi moral memiliki beberapa tingkatan
sebagaimana tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg. Dalam setiap
tingkatan memiliki satu aspek yang mengarah pada konstruk psikologi kompetensi
moral. Oleh karenanya, pengujian validitas dari konstruk ini juga memiliki konsep
yang lebih rumit.
Tes kesabaran memiliki konstruk yang cukup komplek karena didalamnya terdapat
aspek utama dan aspek pendukung. Tiap aspek utama dapat melibatkan beberapa
aspek pendukung namun aspek pendukung tidak dapat diukur terpisah dari aspek
utama. Dengan demikian instrumen pengukuran kesabaran menjadi lebih kompleks
dari sekedar konstruk yang memiliki satu atau beberapa aspek yang pararel.
d. Indikator
Dalam sebuah konstruk, aspek merupakan sesuatu yang bersifat abstrak.Oleh
karena itu, aspek membutuhkan indikator yang dapat dijadikan standar
pengukuran. Indikator merupakan sesuatu yang sangat operasional dan sesuai
dengan karakter budaya atau konsteks dimana instrumen pengukuran akan
digunakan.
Setiap indikator merupakan standar untuk melihat bagaimana sebuah aspek muncul
dalam kehidupan sehari-hari. Namun karena indikator harus muncul dalam
kehidupan sehari-hari maka indikator tersebut akan terkena bias budaya dimana
indidivu itu hidup. Aspek optimis sebagaimana yang dijelaskan diatas, misalnya,
akan berbeda dalam tiap budaya dan mungkin berbeda dalam beberapa kajian
agama. Begitu juga pada aspek lainnya.
Dengan demikian, pada saat menentukan indikator harus sesuai dengan karakter
setempat dan karakter indidvu yang dikenakan instrumen pengukuran psikologi ini.
e. Blue Print
Setiap instrumen atau alat yang baik harus memiliki perencanaan.Perencanaan
adalah aspek yang tertuang dalam blue print. Sebagaimana penggunaan blue print
pada konsep lain maka penggunaan blue print pada konsep alat ukur berkaitan
dengan rancangan skema pengukuran psikologi berdasarkan instrumen yang akan
kita buat.
Salah satu tujuan dari blue print adalah untuk menjaga agar setiap aitem sesuai
dengan indikator dan setiap inditakor sesuai dengan aspek yang dimaksud dalam
konstruk tersebut. Selain itu, blue print juga menjadi panduan dalam penentuan
skor masing-masing aitem atau cara melakukan skoringnya.
Selain itu, blue print juga menjadi pedoman agar tidak terjadi pengulangan aitem
yang dapat menyebabkan penurunan tingkat validitas dan reliabilitas dari aitem
yang ada. Secara umum, blue print akan memastikan validitas instrumen dari tahap
perencanaan hingga tahap penyusunan aitem.
f. Aitem
Aitem merupakan ujung tombak dari sebuah pengukuran psikologis. Aitem adalah
kalimat atau sesuatu yang menjadi stimulus untuk memancing munculnya indikator
yang dimaksud sesuai dengan aspeknya. Aitem yang baik akan mendorong
munculnya indikator sebagaimana aspek yang ingin diukur. Semakin tinggi
kemunculan respon dari sebuah stimulus aitem maka akan semakin tinggi nilai yang
dimaksud.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam setiap aitem antara lain:
Aitem dapat menggambarkan situasi yang harus direspon atau masalah yang harus
diselesaikan.Penggunaan masing-masing ini harus sesuai dengan konsep yang ada
dalam konstruk dan aspek psikologis yang ingin diukur.Untuk penggunaan situasi
umumnya diberikan pada tes yang berkaitan dengan aspek afektif atau pengukuran
performa tipikal sedangkan penggunaan masalah untuk diselesaikan lebih pada
aspek kognitif atau tes performa maksimal.
Jumlah aitem cukup mempengaruhi validitas secara umum. Aitem harus cukup
berimbang ketika aspek yang ada dalam konstruk juga menunjukkan
keberimbangan namun ketika aspek tertentu dinyatakan lebih utama dibanding
yang lain maka jumlah aitem juga harus bisa menujukkan keutamaan dari aspek
tersebut.
i. aitem sejalan dengan konstruk disebut dengan favorable karena semakin baik respon terhadap
aitem akan menunjukkan semakin tinggi nilai yang didapat dari aspek tersebut. Dengan demikian
aitem yang memiliki sifat favorable adalah aitem yang akan memberikan skor lebih tinggi ketika
individu merespon secara baik pada indikator yang dimaksud.
ii. aitem berlawanan dengan konstruk bersifat sebaliknya. Aitem ini biasanya disebut dengan
istilah unfavorable. Respon positif terhadap aitem unfavorable akan mengarahkan pada skor
yang lebih rendah dari konstruk yang dimaksud dalam setiap aitem. Semakin banyak dan
semakin kuat respon positif terhadap sebuah aitem unfavorable maka akan semakin rendah skor
individu dalam konstruk psikologis yang dimaksud.
h. Bentuk Respon yang Diharapkan
Dalam setiap instrumen pengukuran psikologis, respon dapat beragam sesuai dengan ketepatan
pengukuran dari indikator yang dimaksud. Beberapa respon akan lebih tepat jika di respon
dengan memberikan jawaban namun instrumen yang lain mungkin akan lebih baik ketika
responnya dengan memperagakan.
i. Menjawab
Kelebihan dan kekurangan masing-masing cara menjawab dapat disesuaikan dengan kebutuhan
individu atau kebutuhan aspek teoritisnya. Konstruk keratifitas verbal, misalnya, apakah dapat
dilakukan dengan model jawaban tulis ataukah harus dengan jawaban lisan merupakan salah satu
contoh bagaimana cara merespon jawaban perlu dipertimbangkan.
ii. Memperagakan
Respon lain yang dapat dilakukan individu adalah dengan memperagakan. Respon ini mungkin
akan banyak dibutuhkan pada saat tes mengenai keahlian yang dimiliki individu. Konstruk
keahlian yang dipilih kemudian dibuat aitem yang dapat menunjukkan pada saat apa keahlian
tertentu dapat muncul. Salah satu konstruk yang dapat dilakukan dengan respon memperagakan
adalah konstruk kemampuan presentasi.Berdasarkan konstruk ini, individu dapat menunjukkan
keahliannya mempresentasikan sesuatu.
iii. Menulis
Respon lain yang dapat dilakukan individu adalah menulis, baik menulis cerita, menulis jawaban
atau membuat gambar. Tes-tes tertentu memberi aitem sebagai stimulus berupa gambar yang
harus direspon dengan gambar juga, misalnya wartegg. Namun tes yang lain meminta individu
untuk menuliskan cerita yang umumnya akan dianalisa menggunakan konsep grafologi, dsb.
iv. Menceritakan
Model respon ini banyak digunakan dalam tes yang mencoba menggali aspek afektif (performa
tipikal).Berdasarkan konsep ini, aitem dapat berupa gambar abstrak atau gambar orang dan
situasi, atau gambar binatang dan situasi, atau yang lainnya.Beberapa tes yang menggunakan
konsep menceritakan dalam respon yang diharapkan adalah tes Ro, TAT, CAT, dsb.
i. Menilai Respon
Hasil akhir dari setiap aitem adalah bagaiman menilai respon yang dilakukan oleh individu yang
dikenakan tes dari instrumen pengukuran psikologi. Penilaian yang tepat akan mengarahkan pada
hasil yang tepat dan otomatis akan meningkatkan validitas dari aitem yang dimaksud.
i. Benar-Salah
Merupakan salah satu cara menilai respon dari individu. Respon dapat dikelompokkan benar
apabila respon yang harusnya diberikan sesuai dengan respon yang diharapkan dan sebaliknya.
Model penilaian benar-salah dapat diberikan skor pada jawaban benar dan tidak diberikan skor
pada jawaban salah atau dapat diberikan skor ganda pada jawaban benar dan dikurangi pada
jawaban salah.
Hal yang menjadi panduan dalam penilaian disesuaikan dengan tingkat kesukaran aitem
sehingga aitem yang lebih sulit akan diskor lebih tinggi apabila individu menjawab dengan
benar.
Penilaian ini umumnya diberikan pada tes yang bersifat menggali aspek afektif.Tidak adanya
jawaban salah bukan berarti respon tidak dapat di skor.Penentuan skor ini dapat dilihat dari sifat
aitem apakah bersifat favorable atau unfavorable. Jika respon pada aitem yang favorable maka
respon yang positif terhadap aitem akan mendapat skor tinggi dan sebaliknya.
Respon lain yang diharapkan dari individu adalah keluasan respon dari individu. Keluasan ini
dapat berarti semakin banyak, semakin dalam, atau lainnya berdasarkan aitem yang diberikan
pada individu.Tes kreatifitas verbal dapat menjadi salah satu contoh untuk instrument yang
melakukan pengukuran konstruk ini.
Sekian artikel tentang Spesifikasi Tes dan Konstruksi Alat Ukur Tes Psikologi.
http://onpsikologi.blogspot.co.id/2015/12/spesifikasi.tes.dan.konstruksi.alat.tes.psiko
logi.html