Dampak Lingkungan An Tailing Di Dasar Laut Oleh PT Newmont Nusa Tenggara
Dampak Lingkungan An Tailing Di Dasar Laut Oleh PT Newmont Nusa Tenggara
Disusun Oleh:
ATIYYA INAYATILLAH
NIM 3107120119
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar
Amda ini dengan
Penulis
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
24/2002,
KEPMENLH
85/2005,
KEPMENLH
Gambar 4.4 Jumlah species setiap 10 cm air laut di Teluk Senunu ..... 21
Gambar 4.5 Persebaran tailing di dasar laut pantai selatan Sumbawa ... 22
Gambar 4.6 Persebaran tailing di dasar laut pantai selatan Sumbawa hasil riset
Lembaga Pengkajian Oceanography LIPI ..... 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
ke laut (dinamakan
metode Sub-marine
Tailing
proses
pemisahan
bijih.
Pembuangan
tailing
ke
laut
akan
yang
PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) yang masih satu induk dengan PT
NMR dan merupakan kontraktor bagi Pemerintah Indonesia di Batu Hijau, NTB,
telah menerapkan
proyek Batu
Hijau
telah
disetujui
oleh
pada 1999.
pemerintah
Amdal untuk
Indonesia
melalui
(KEP41/MENLH/10/1996).
Izin operasional tailing pertama PT NNT diterbitkan pada tahun 2002 dan
berlaku hingga tiga tahun kemudian. Dalam masa izin tersebut dilakukan
pemantauan oleh Pemerintah Indonesia dan lembaga penelitian internasional yang
independen terhadap terhadap kinerja Sistem Penempatan Tailing di Dasar
Laut.
2004. Pada 2005 PT NNT mendapatkan perpanjangan izin STD hingga 2007.
Pada 2006 terjadi kebocoran pipa tailing sehingga operasinal STD dialihkan
melaui pipa cadangan. Berbagai LSM, pemerintah, hingga masyaratakat luas
mengecam kebocoran tersebut dan secara umum menuntut agar izin operasional
STD PT NNT dicabut atau tidak diperpanjang.
Makalah ini akan membahas tentang perencanaan dan implementasi tailing
di PT NNT setelah diberikan perpanjangan izin oleh pemerintah Indonesia pada
2007 melalui KepMenLH236/2007 yang berlaku selama empat tahun setelah
itu dan
disesuaikan
dengan
studi
amdal
sebelum
proyek
Batu
Hijau
1.3 Tujuan
Secara umum tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah amdal yang diberikan oleh pengajar pada semester VI. Secara khusus
tujuan makalah ini sebagai berikut.
a. Untuk mempelajari metode penempatan tailing di dasar laut oleh PT NNT
sesuai dengan pengetatan persyaratan dan sistem pengawasan sesuai syarat
perpanjangan izin pada 2007 dan disesuaikan dengan studi amdal sebelum
proyek Batu
Hijau
dilaksanakan
serta baku
mutu
tailing
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tailing
Tailing yang berasal dari pabrik pengolahan bijih tembaga-emas PT NNT
adalah sisa batuan yang telah digiling/digerus halus, setelah mineral berharga yang
mengandung nilai ekonomi di dalamnya diambil. Tailing memiliki sifat atau
karakteristik yang sama seperti halnya pasir yang banyak ditemukan di pulau
Sumbawa.
Hasil
uji toksisitas
telah
membuktikan
bahwa
tailing
tidak
digunakan pada sirkuit grinding untuk menumbuk bijih sementara bola besi
yang
ada di dalam SAG Mill menggerus bijih sampai ukurannya mengecil, tidak lebih
besar dari butiran pasir.
Sirkuit grinding mencampur partikel bijih halus tersebut dengan air
sehingga menjadi slurry atau lumpur yang kemudian dipompakan ke tangki
flotasi/pengapungan. Di bagian flotasi ini reagen organik dalam jumlah yang
sangat kecil ditambahkan bersamakapur ke dalam slurry untuk membantu proses
pemisahan mineral berharga. Reagen secara selektif bereaksi dengan permukaan
mineral berharga sehingga menjadikannya bersifat menolak air (hydrophoic).
Mineral ini mengandung tembaga, emas dan perak yang kemudian melekat
pada gelembung udara yang terbentuk di bagian flotasi dan selanjutnya gelembung
udara tersebut bergerak dari dasar tangki ke bagian atas tangki flotasi. Mineral ini
kemudian diambil sebagai konsentrat. Konsentrat inilah yang selanjutnya
dikapalkan dan diangkut ke sejumlah smelter (pabrik peleburan) di berbagai
penjuru dunia. Di tempat ini konsentrat dilebur dan diolah lagi untuk memperoleh
mineral dalam bentuk murni.
Partikel halus seperti pasir bercampur air yang tersisa di dalam tangki
flotasi setelah mineral berharga tersebut diambil itulah yang disebut tailing.
Secara teori tailing sudah tidak mengandung mineral berharga lagi dan tidak ada
konsentrasi bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu lingkungan.
Hidup
melalui
sistem
Submarine
Tailing
Placement
(STP)
8.000.000 metrik ton kering per tahun. Pada izin sebelumnya PT.
NNT
diperbolehkan
sebesar
untuk
menempatkan
tailing
ke
Dasar
Laut
58.400.000 metrik ton kering per tahun, di dalam izin yang baru PT.
NNT
hanya
sebesar
diperbolehkan
menempatkan
tailing
di
dasar
laut
Serta
mendorong
pengelolaan lingkungan.
penerapan
prinsip
transparansi
dalam
BAB III
TINJAUAN TENTANG METODE PENEMPATAN TAILIING
DI PT NEWMONT NUSA TENGGARA
Tailing
di Dasar
biologis
dan pemukiman
manusia harus
amdal
yang
telah
disetujui
oleh pemerintah
Indonesia
melalui
(KEP41/MENLH/10/1996).
Amdal
tersebut
secara
khusus
dirancang
untuk
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/
kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau;
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan kriteria di atas penempatan tailing di dasar laut oleh PT
NNT
termasuk dalam usaha dan/atau kegiatan yang wajib memilik amda
karena:
a. jumlah penduduk yang terkena dampak cukup banyak, di sepnjang pesisir
Subawa bagian selatan dan barat, selat Alas, hingga pesisir timur dan
tenggara Pulau Lombok;
b. Luas wilayah penyebaran dampak sangat luas dengan cakupan sama
dengan butir a;
c. Intensitas pembuangan tailing setiap saat dan lamanya lebih dari sepuluh
tahun;
d. Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak cukup banyak
mencakup ekosistem yang terapat di butir a;
e. Kandungan logam yang kemungkinan besar terkandung dalam tailing
memberikan dampak kumulatif.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkingan Hidup juga menyatakan bahwa
melakukan penempatan tailing di bawah laut termasuk dalam jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan amdal untuk semua skala atau
besaran. Alasan ilmiah khususnya adalah Memerlukan lokasi khusus dan
berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan batimetri (kontur dasar laut),
tentang potensi dampak tailing terhadap kondisi lingkungan laut dalam dapat
diketahui. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tailing mengalir dari mulut pipa
tailing ke dalam Ngarai Senunu dan terus turun ke kedalaman 3.000 sampai 4.000
meter di bawah permukaan laut. Tidak terdapat indikasi dampak yang melebihi
apa yang telah diprediksi sebelumnya tau dampak yang belum teridentifikasi
sebelumnya sebagaimana yang tercantum di dalam dokumen amdal.
PT NNT harus memenuhi atau melebihi semua persyaratan yang telah
ditetapkan di dalam rencana pengelolaan lingkungan yang terdapat di dalam
amdal, sesuai dengan peraturan perundangan yang ada di Indonesia.
Keputusan penempatan tailing di dasar laut didasarkan pada banyak faktor.
Beberapa faktor utama yang dipertimbangkan atas keputusan ini antara lain :
a. Penempatan tailing di darat akan menimbulkan dampak terhadap lebih dari
2.310 hektar hutan dan tanah pertanian produktif.
b. Tingkat curah hujan tahunan yang melebihi 2.500 milimeter akan
menyebabkan air di dalam dam penampung tailing di darat sangat sulit
dikelola.
10
10
c.
daerah
yang
rawan
gempa
bumi
dapat
mengancam
sisa gilingan batuan) melalui pipa dari pabrik pengolahan bijih menuju ke tepi
Ngarai Laut Senunu. Ujung pipa ini berada lebih dari 100 meter di bawah
permukaan laut berjarak 3,2 kilometer dari tepi pantai. Berat jenis lumpur tailing
lebih berat dari pada air laut, sehingga tailing akan tenggelam dan mengalir
menuruni dinding curam Ngarai Laut Senunu layaknya sungai bawah laut.
BAB IV
DAMPAK LINGKUNGAN PEMBUANGAN TAILIING DI
DASAR LAUT OLEH PT NEWMONT NUSA TENGGARA
Batu
Hijau.
Teknik analisis
yang diterapkan
oleh
Gambar 4.1 Hasil uji endapan atau sedimentasi yang ada di bawah teluk
Senunu dan di luar teluk Senunu
Prosedur ini disusun untuk mengekstraksi logam dari suatu padatan untuk
mengetahui apakah material itu harus digolongkan sebagai bahan berbahaya
berdasarkan jumlah logam yang dilepasnya. Hasilnya menunjukkan bahwa tailing
tidak digolongkan sebagai bahan berbahaya.
Uji Toksisitas Tailing Uji biota terhadap tailing PT NNT juga dilakukan
untuk meneliti adanya kemungkinan sifat racun terhadap biota laut. Pengujian ini
dilakukan Pusa Penelitian Oceanologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(P2O-LIPI)
dengan menerapkan
metode baku
internasional.
Uji toksisitas akut dilakukan selama 96 jam (LC50) pada anakan ikan kakap
merah dan kerapu macam. Uji toksisitas kronis (IC50) juga dilakukan pada
plankton (marine diatom). Semua pengujian tersebut dilakukan pada tailing dengan
tingkat
konsentrasi
yang
berbeda-beda.
Hasil
pengujian
menunjukkan
bahwa tailing PT NNT tidak beracun secara akut atau kronis, meskipun pada
konsentrasi tailing sebesar 100 persen.
Tailing PT NNT tidak berbahaya dan tidak menunjukkan kadar toksisitas
yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil laporan pemantauan kualitas air laut
yang dilakukan oleh PT NNT dan pihak ketiga yang secara konsisten menunjukkan
bahwa tingkat kandungan logam terlarut di dalam air laut di dekat mulut pipa
tailing tetap di bawah baku mutu Konservasi Taman Laut yang ditetapkan oleh
Pemerintah Indonesia.
18
Gambar 4.2 Perbandingan kandungan logam tailing sesuai baku mutu KEPMENLH
24/2002, KEPMENLH 85/2005, KEPMENLH 236/2007 dan kandungan logam yang
dihasilkan dari pembuangan limbah tailing PT. NNT
19
19
Gambar 4.3 Uji toksisitas pada anakan ikan kakap merah dan kerapu macan
keragaman
species
di sekitar
Teluk Senunu
tidak berbeda
20
20
Inspeksi
Tambang (KAPIT)
sekaligus
Direktur Jenderal Energi & Sumber Daya Mineral (DJESM), Jakarta dan Pelaksana
Inspeksi Tambang (PIT) pada Dinas Pertambangan & energi Propinsi NTB dalam
waktu 24 jam.
kadar yang ditemukan pada tubuh ikan yang diambil dari lokasi
kontrol maupun dari pasar-pasar ikan yang ada di kabupaten Sumbawa Barat dan
Lombok.
pengelolaan
pembangunan berkelanjutan.
lingkungan
Pengelolaan
pemeliharaan
dan
Gambar 4.6 Persebaran tailing di dasar laut pantai selatan Sumbawa hasil riset
Lembaga Pengkajian Oceanography LIPI
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Beberapa hal yang bisa ditarik simpulan dari pembahasan
sebelumnya adalah sebagai berikut:
a. Metode penempatan tailing di dasar laut oleh PT NNT telah sesuai
dengan pengetatan persyaratan dan sistem pengawasan sesuai syarat
perpanjangan izin pada 2007 dan disesuaikan dengan studi amdal
sebelum proyek Batu Hijau dilaksanakan
b. Penempatan tailing di dasar laut oleh PT NNT telah sesuai dengan baku
mutu tailing yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan riset
pihak riset lembaga pemerintah dan independen dengan beberapa
parameter yaitu: kandungan logam pada tailing, air aut, ikan, serta
keragama species yang berhubungan dengan ekosistem pada perairan
tersebut.
c. Khusus untuk tumpahan, metode dan upaya pencegahan yang dilakukan
melalui amdal dan pengawasan intensif masih memilik kelemahan
terbukti dengan terjadinya beberapa kali kebocoran. Hal ini akan
berdampak pada batimetri pada perairan tempat terjadinya tumpahan
tersebut.
5.2 Saran
a. Pembuagan tailing di dasar laut adalah kegiatan yang wajib amdal
sehingga dalam perencanaan dan pelaksanaannya diperlukan upaya yang
komprehensif oleh pihak-pihak terkait.
b. Tuntutan yang diajukan oleh berbagai pihak agar izin pemuangan tailing
di dasar lau PT NNT dicabut bisa diminamilisir dengan transparansi yang
DAFTAR PUSTAKA
Limbah
Tailing
Newmont
Tinggi.
2007.
Tempo
Interakrif
iv