Anda di halaman 1dari 19

PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU BERSALIN

A. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh ibu bersalin dengan mengumpulkan data
obyektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.
B. Tujuan
Tujuan dalam pemeriksaan fisik ini yaitu untuk menilai kondisi kesehatan ibu
dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil
pemeriksaan fisik dan anamnesa untuk membuat keputusan klinik, menegakkan
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan yang paling sesuai dengan kondisi
ibu.
C. Yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik kala I :
1. Menentukan Tinggi Fundus Uteri
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus sedang tidak berkontraksi. Ukur
tingggi fundus dengan menggunkan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simpfisis
pubis kemudian rentangkan pita pengukur hingga kepuncak fundus mengikuti
aksis atau linea medialis dinding abdomen. Lebar pita harus menempel pada
dinding abdomen ibu. Jarak antara tepi atas simphisis pubis dan puncak fundus
adalah tinggi fundus. Ini sesuai dengan teori Mc. Donald.
2. Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam untuk memantau kontraksi uterus.
Letakkan tangan penolong pada atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang
terjadi dalam waktu 10 menit. Tentukan durasi setiap kontraksi yang terjadi. Pada
fase aktif minimal 2 kali dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau
lebih. Diantara 2 kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
3. Memantau DJJ (denyut jantung janin)
Gunakan doopler/leenec untuk mendengarkan DJJ dan menghitung DJJ permenit.
Lakukan penilaian DJJ pada lebih dari 1 kontraksi.Gunakan jarum detik
(jam).nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Dengarkan DJJ
minimal 60 detik. Gangguan kondisi janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari
120 kali permenit atau lebih dari 160 kali permenit.
4. Menentukan presentasi bayi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Penilaiaan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah
janin yang masih berada diatas tepi atas simphisis adalah proporsi yang belum
masuk PAP (pintu atas panggul) dan sisanya menunjukkan sejauh mana bagian
terbawah janin terlah masuk kedalam rongga panggul. Penurunan bagian terbawah
janin dengan metode 5 jari :
a. 5/5 jika bagian terbawah seluruh teraba diatas simphisis pubis
b. 4/5 jika sebagian terbawah janin telah masuk PAP
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

c. 3/5 jika sebagian telah memasuki rongga panggul


d. 2/5 jika hanya sebagian terbawah janin masih berada diatas simphisis
e. 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari yang masih dapat meraba bagian bawah janin yang
berada diatas simphisis
f. 0/5 jika bagian terbawah janin tidak dapat teraba dari pemeriksaan luar
6. Periksa Dalam (vaginal toucher).Sebelum melakukan periksa dalam cuci tangan
dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih.
Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area genitalia dengan sabun dan air.
Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
Tentramkan hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama
pemeriksaan dilakukan.
Persiapan alat :
1
Phantom ibu hamil lengkap
18. Reflek Hammer : 1 buah
2 Timbangan berat badan :1 buah
19. Larutan chlorine 0,5%
3 Pengukur tinggi badan :1 buah
20. Perlak pengalas : 1 buah
4 Pengukur lila : 1 buah
5 Tensimeter : 1 buah
6 Stetoskop : 1 buah
7 Thermometer : 1 buah
8 Jam tangan
9 Penlight : 1 buah
10Tissue
11 Toungespatel : 1 buah
12Doopler : 1 buah
13Metlin/pita pengukur : 1 buah
14Kapas sublimat
15Air DTT dan kom 1 buah
16Handscoon dalam bak instrument
17Bengkok : 1 buah

MEKANISME PERSALINAN (PENURUNAN KEPALA)


Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi
kepala ini ditemukan 58% ubun-ubun kecil terletak dikiri depan, 23% dikanan depan, 11%
dikanan belakang dan 8% dikiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan
disebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rectum.Sedangkan dalam proses persalinan
ditentukan oleh 3 faktor p menurut Kampono dan M. Moegni (1999) yaitu :
1. Power
yaitu His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu), keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu
2. Passage
Yaitu keadaan jalan lahir
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

3. Passanger
Yaitu keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan
anatomic mayor)
Selama proses persalinan bayi melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul seven
cardinal movements of labor yang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Engagement
Descent
Fleksi
Internal rotation
Defleksi
Eksternal rotation
Ekspulsi

Gerakan-gerakan tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong.


Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan
baik sehingga dapat terjadi persalinan pervaginam secara spontan.
Alat alat yang perlu dipersiapkan :
1. Phantom bayi
2. Phantom panggul

BIDANG HODGE BIDANG PENURUNAN KEPALA JANIN


Bidang Hodge adalah garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh penurunan
kepala janin pada panggul. Diambil dari nama penemunya yaitu Hodge

Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan


Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun ke
dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:
Hodge I, Hodge II, Hodge III, dan Hodge IV.
ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :
-

Phantom kerangka Panggul

PENGUKURAN PANGGUL

Ukuran panggul luar :


a.

Distansia spinarum : jarak antara spina iliaca


anterior superior kiri dan kanan (Ind.23, Er.26) kurang lebih 24-26 cm

Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan


Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

b.

Distansia cristarum : jarak antara crista iliaca


kanan dan kiri ( Ind.26, Er.29), kurang lebih 28-30 cm
c.
Conjugata eksterna (Baudeloque) : jarak antara
pinggir atas simphisis dan ujung prosessus spinosus ruas tulang lumbal ke-V (Ind.18,
Er.20) kurang lebih 18 cm
d.
Ukurang lingkar panggul : dari pinggir atas
symphisis ke pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan trochanter mayor
sepihak dan kembali melalui tempat-tempat yang sama dipihak yang lain (Ind.80,
Er.90) kurang lebih 10,5cm)
Ukuran dalam panggul :
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, linea
inniminata, dan pinggir atas simfisis pubis
1. konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh konjugata diagonalis 10,5-11 cm
2. konjugata transversa 12-13 cm
3. konjugata obliqua 13 cm
4. konjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah simfisis ke promontorium
ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :
-

Phantom Panggul
Pelvimetri

VAGINAL TOUCHER (VT)

2.

PENGERTIAN
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

VT adalah Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan jari ke dalam liang
sanggama untuk mngetahui :
1
2
3

Pasien yang baru datang, sudah inpartu/belum


Menetapkan titik awal suatu persalinan
Menetapkan ramalan perjalanan persalinan

VT dilakukan berdasarkan Indikasi, hal ini penting untuk mencegah timbulnya infeksi.
2

3
4

INDIKASI VT
1
Bila ketuban pecah sebelum waktunya
2
Untuk mengevaluasi pembukaan serviks uteri
3
Untuk menyelesaikan persalinan atau melakukan rujukan
4
Petunjuk partograf WHO setiap 4 jam
KONTRA INDIKASI
1
Pasien hamil dengan perdarahan pervagina
2
Adanya infeksi daerah genetalia
HAL HAL YANG DIPERHATIKAN SAAT VT :
Pencegahan infeksi
a. Terhadap diri sendiri
- Pakai sarung tangan steril
- Bidan/nakes kemungkinan besar terkena infeksi
b. Terhadap pasien khususnya janin dalam rahim
- Lakukan vulva hygiene dengan benar
- Buka labia kanan dan kiri dengan tangan kiri
- Masukkan jari tengah & jari telunjuk ke dalam liang sanggama, dan tidak boleh
dikeluarkan sebelum seluruh pemeriksaan dapat dievaluasi

YANG DI CARI PADA SAAT VT :


a. Perabaan serviks
- Lunak atau kaku
- Pendataran (effecement)
- Tebal tipisnya
- Pembukaan
- Kemana arah cerviks
b. Ketuban
- Apakah ketuban sudah pecah atau belum, dilihat saat tidak dalam his
- Bila pembukaan lengkap/hampir lengkap dan bagian bawah anak sudah
didasar panggul bisa dipecahkan
c. Bagian Terendah janin dan posisinya
- Raba bagian apa yang terendah dari janin yang turun
- Bila kepala : teraba keras, bulat dan teraba sutura serta ubun-ubun
-

kecil/besar
Penurunan sesuai dengan bidang Hodge
Apakah terdapat caput suksedaneum & seberapa besarnya
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

Apakah ada bagian-bagian anak yang turun disamping kepala : misal

tangan/lengan menumbung, atau tali pusat


- Bila bokong teraba lunak dan sskrum sebagai denominatornya
ALAT ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :
1. APD lengkap (penutup kepala, kaca mata pelindung, masker, scoret,
2.
3.
4.

sepatu boot )
Handscoon secukupnya
Larutan chlorine 0,5 %
Tempat sampah

AMNIOTOMI
A. Pengertian Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan
kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya
tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Tindakan ini umumnya dilakukan pada
saat pembukaan lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana
mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya
akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian
terbawah dan luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi
persalinan.
B.

Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban


Ada beberapa istilah dalam nomenklatur kebidanan yang harus diketahui oleh petugas kesehatan
yang berhubungan dengan cairan selaput ketuban, yaitu:
1. Utuh (U)

Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan


Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

Membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak
memberikan informasi tentang kondisi
2.Jernih (J)
Membran pecah dan tidak ada anoksia
3.Mekonium (M)
Cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada
bayi
4.Darah (D)
Cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah
plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
5.Kering (K),
Kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau
postmaturitas janin.
E.

Indikasi Amniotomi
1. Induksi persalinan
2. Persalinan dengan tindakan
3. Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik apabila
diantisipasi terdapat gangguan pada janin.
4. Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang
memuaskan
5. Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka
sepenuhnya.

F.

Kontra Indikasi Amniotomi


1. Bagian terendah janin masih tinggi
2. Persalinan preterm
3. Adanya infeksi vagina
4. Polihidramnion
5. Presentasi muka
6. Letak lintang
7. Placenta previa
8. Vasa previa
G.
Persiapan Alat
1. Persiapan ibu dan keluarga
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

2.

Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)


a. Perawatan sayang ibu
b. Pengosongan kandung kemih per 2 jam
c. Pemberian dorongan psikologis
3. Persiapan penolong persalinan
a. Perlengkapan pakaian
b. Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
4.

H.

Persiapan peralatan
a. Ruangan
b. Penerangan
c. Tempat tidur
d. Handscoon
e. Klem setengah kocher
f. Bengkok
g. Larutan klorin 0.5%
h. Pengalas
i.
Bak instrument
Teknik Amniotomi

Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :


1. Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga
2. Dengar DJJ dan catat pada Partograf
3. Cuci tangan
4. Gunakan handscoon DTT
5. Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis, sentuh
ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat
atau bagian-bagian kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari bayi
teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera).
6. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan kedalam
vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga
menyentuh selaput ketuban dengan hati-hati. Setelah kedua jari berada dalam kanalis
servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap
kearah atas.
7. Saat kekuatan his sedang berkurang tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus
kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Tangan yang
diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan
merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga pecah (dengan menggunakan separuh klem
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

Kocher (ujung bergigi tajam, steril, diasukkan kekanalis servikalis dengan perlindungan
8.
9.

jari tangan.)
Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalamlarutan klorin
0,5%. Tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan
turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin
bahwa kepala turun dan tidak teraba talipusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina

secara perlahan.
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya mekonium
atau air ketuban yang bercampur mekonium pervaginam pada presentasi kepala
merupakan gejala gawat janin (fetal distress
11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%
lalu lepaskan sarung tangan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
12. Cuci kedua tangan.
13. Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
14. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan
DJJ.

Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan


Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

ASUHAN PERSALINAN NORMAL


Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Keterampilan yang diajarkan dalam asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan
standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong
persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di
rumah, puskesmas atau rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang bidan,
perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan, dapat
disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan
spesifik ibu dan bayi baru lahir.
Praktik-praktik pencegahan yang akan dijelaskan dalam pertolongan persalinan normal
adalah:
a. Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci
tangan, penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses
persalinan, kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan bekas pakai.
b. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan menolong proses
persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan partograf untuk membuat keputusan klinik,
sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar
dapat memberikan tindakan yang paling tepat dan memadai.
c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan masa nifas,
termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan
kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi
dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.
d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap
tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.
e. Menghindarkan berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau berbahaya seperti misalnya
kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi pembukaan
lengkap, meminta ibu meneran secara terus-menerus, penghisapan lendir secara rutin
pada bayi baru lahir.
f. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala tiga untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan
menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tandatanda komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan
ibu dan bayi baru lahir.
h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan,
keamanan dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara dini gejala dan tanda
bahaya atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang
sesuai.
i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada
masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir
j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
ALAT ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :
1.
2.
3.
4.

5.

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Phantom panggul : 1 buah


Phantom bayi : 1 buah
Phantom plasenta : 1 buah\
APD lengkap
Penutup kepala : 1 buah
Kaca mata pelindung : 1 buah
Masker :1 buah
Apron : 1 buah
Sepatu boot : 1 pasang
Partus set
Klem Kelly/kocher/talipusat : 2 buah
Gunting tali pusat : 1 buah
Penjepit tali pusat : 1 buah
kocher : 1buah
Sarung tangan : 11/2 pasang
Kateter nelaton : 1 buah
Gunting episiotomi : 1 buah
Kassa : secukupnya
Kapas DTT dalam kom : secukupnya
Spuit 3 ml : 1 buah
Oksitosin 10 IU : 1 ampul
Kateter delee : 1 buah
Kapas alcohol dalam kom : secukupnya
Kain bersih : 2 buah
Handuk : 1 buah
Perlak : 1 buah
Leenec/ doopler : 1 buah
Tensimeter : 1 buah
Larutan chlorine 0,5%
Air DTT dalam baskom
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

18.
19.
20.
21.
22.

Tempat sampah : 1 buah


Baju ganti ibu : 1 stel
Pembalut : secukupnya
Waslap : 1 buah
Perlengkapan bayi (topi,guritan,baju,popok, kain bedong): 1
stel

Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan


Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

EPISIOTOMI
1.

PENGERTIAN
episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang dimulai dari cincin vulva
kebawah, menghindari anus dan muskulus spingter dimana insisi menyebabkan terpotongnya
selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan
fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan orifisium ( lubang /
muara ) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur perinii totalis.

2.

3.

TUJUAN EPISIOTOMI :

Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi atau sayatan bedah yang lurus, sebagai
pengganti robekan tak teratur yang mungkin terjadi akibat ruptur perineii.

Episiotomi dapat mencegah vagina robek secara spontan, karena jika robeknya tidak
teratur maka menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun tidak rapi.

Tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya
keluar atau dengan kata lain mempercepat persalinan dengan melebarkan jalan lahir
lunak atau mempersingkat kala II

Epistomy juga bertujuan mengurangi tekanan kepala anak sehingga dapat mencegah
trauma kepala pada janin akibat jalan lahir yang sempit dan juga mencegah kerusakan
pada spintcher ani akibat desakan kepala bayi.
INDIKASI EPISIOTOMI :
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

Tindakan epistomy dapat di lakukan apabila perineum telah menipis dan kepala janin
tidak masuk kedalam vagina. Dengan tindakan epistomi diharapkan agar bukaan lebih
lebar sehingga memudahkan pengeluaran bayi.

Tindakan epistomi ini dilakukan, atas indikasi :


o Pada persalinan anak besar, sehingga untuk mencegah robekan perineum yang
dapat terjadi akibat tidak mampu beradaptasi terhadap regangan yang
berlebihan
o Pada Perineum yang akan robek dengan sendiri ( menipis dan pucat ),
sehingga mencegah ruptur perinii yang dapat menyebabkan robekan yang
tidak teratur sehingga menyulitkan penjahitan dan hasil jahitannya pun tidak
rapi.
o Pada persalinan prematur, dimana untuk melindungi kepala janin yang
prematur dari perineum yang ketat sehingga tidak terjadi cedera dan
pendarahan intrakranial
o Pada Perineum kaku, sehingga di harapkan dengan melakukan epistomi dapat
mengurangi luka yang lebih luas diperineum atau labia (lipatan disisi kanan
dan kiri alat kelamin) jika tidak dilakukan episiotomi.
o Jika terjadi gawat janin dan persalinan mungkin harus diselesaikan dengan
bantuan alat (ekstraksi cunam atau vakum), dimana episiotomi merupakan
bagian dari persalinan yang dibantu dengan forsep atau vakum.
o Pada kasus letak / presentasi abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di
belakang) dengan menyediakan tempat yang luas untuk persalinan yang
aman untuk mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi
o Adanya Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan.

4.

KONTRA INDIKASI :
a.
Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b.
Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti
penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan
vagina.

5.

JENIS EPISIOTOMI
Sebelumnya ada 4 jenis episiotomi berdasarkan arah insisinya yaitu; Episiotomi
medialis, Episiotomi mediolateralis, Episiotomi lateralis, dan Insisi Schuchardt.
Namun menurut Benson dan Pernoll (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis

Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan


Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

episiotomi yang di gunakan yaitu Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy)
dan Episiotomi mediolateral

Jenis Episiotomy
Episiotomi Garis tengah (Midline Episiotomi)
o Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan dimulai dari
ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah komissura
posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak sampai mengenai
serabut sfingter ani)
o Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:

Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena
daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.

Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali


lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.

Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis

Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah
dirapatkan.

Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan

Dispareuni jarang terjadi

o Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke sfingter ani (laserasi median


sfingter ani) sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III inkomplet
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

atau laserasi menjangkau hingga rektum (laserasi dinding rektum), sehingga


terjadi ruptur perineii komplit yang mengakibatkan kehilangan darah lebih
banyak dan lebih sulit dijahit.
Episiotomi Medio Lateral
o Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus yang sengaja
dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat
III, dimana insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke
belakang dan samping kiri atau kanan ditengah antara spina ischiadica dan
anus.
o Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade 3,
dengan Panjang sayatan kira-kira 4 cm dan insisi dibuat pada sudut 45
derajat terhadap forset posterior pada satu sisi kanan atau kiri tergantung pada
kebiasaan orang yang melakukannya.
o Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah Perluasan laserasi akan lebih
kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan rektum sehingga dapat
mencegah terjadinya laserasi perinei tingkat III ataupun laserasi perineum
yang lebih parah yang sampai pada rectum.
o Kerugian episiotomi mediolateral

Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang


banyak pembuluh darahnya. Daerah insisi kaya akan fleksus venosus

Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar dan


penyembuhan terasa lebih sakit dan lama

Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan)


keseimbangan dasar pelvis.

Otot ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar


(aposisinya sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang baik

Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang
kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan)

Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan
Pelebaran introitus vagina

ALAT-ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :


1.
2.
3.

Lidah sapi/gabus/phantom episiotomi : 1 buah


APD lengkap
Jarum ukuran 22
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

4.
5.
6.
7.

Lydocain hydrochloride 1 % : 1 ampul


Spuit 3cc : 1 buah
Bethadine
Heacting set
Bak instrument : 1 buah
Gunting episiotomi : 1 buah
Nald fooder : 1 buah
Benang chromic atau catgut
Pinset : buah
Gunting benang : 1 buah
Kassa secukupnya
8. Lampu sorot : 1 buah
9. Larutan chlorine 0,5%
10. Bengkok : 1 buah

Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan


Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

PENJAHITAN LUKA PERENIUM


Memeriksa laserasi Jalan Lahir
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perenium,
vagina dan vulva. Setelah bayi lahir vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan
edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva
bias berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet. Untuk mengetahui ada tidaknya
trauma atau haemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1.

Dearajat 1 : laserasi mengenai mukosa dan kulit perenium,


tidak perlu dijahit

2.
3.
4.

Derajat 2 : Laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan


jaringan perenium (perlu dijahit)
Derajat 3 : Laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan
spinkter ani
Derajat 4 : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perenium dan spinkter ani yang meluas hingga k rectum.

Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan


Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai