A. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh ibu bersalin dengan mengumpulkan data
obyektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.
B. Tujuan
Tujuan dalam pemeriksaan fisik ini yaitu untuk menilai kondisi kesehatan ibu
dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil
pemeriksaan fisik dan anamnesa untuk membuat keputusan klinik, menegakkan
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan yang paling sesuai dengan kondisi
ibu.
C. Yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik kala I :
1. Menentukan Tinggi Fundus Uteri
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus sedang tidak berkontraksi. Ukur
tingggi fundus dengan menggunkan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simpfisis
pubis kemudian rentangkan pita pengukur hingga kepuncak fundus mengikuti
aksis atau linea medialis dinding abdomen. Lebar pita harus menempel pada
dinding abdomen ibu. Jarak antara tepi atas simphisis pubis dan puncak fundus
adalah tinggi fundus. Ini sesuai dengan teori Mc. Donald.
2. Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam untuk memantau kontraksi uterus.
Letakkan tangan penolong pada atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang
terjadi dalam waktu 10 menit. Tentukan durasi setiap kontraksi yang terjadi. Pada
fase aktif minimal 2 kali dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau
lebih. Diantara 2 kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
3. Memantau DJJ (denyut jantung janin)
Gunakan doopler/leenec untuk mendengarkan DJJ dan menghitung DJJ permenit.
Lakukan penilaian DJJ pada lebih dari 1 kontraksi.Gunakan jarum detik
(jam).nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Dengarkan DJJ
minimal 60 detik. Gangguan kondisi janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari
120 kali permenit atau lebih dari 160 kali permenit.
4. Menentukan presentasi bayi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Penilaiaan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah
janin yang masih berada diatas tepi atas simphisis adalah proporsi yang belum
masuk PAP (pintu atas panggul) dan sisanya menunjukkan sejauh mana bagian
terbawah janin terlah masuk kedalam rongga panggul. Penurunan bagian terbawah
janin dengan metode 5 jari :
a. 5/5 jika bagian terbawah seluruh teraba diatas simphisis pubis
b. 4/5 jika sebagian terbawah janin telah masuk PAP
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan
3. Passanger
Yaitu keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan
anatomic mayor)
Selama proses persalinan bayi melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul seven
cardinal movements of labor yang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Engagement
Descent
Fleksi
Internal rotation
Defleksi
Eksternal rotation
Ekspulsi
Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun ke
dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:
Hodge I, Hodge II, Hodge III, dan Hodge IV.
ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :
-
PENGUKURAN PANGGUL
b.
Phantom Panggul
Pelvimetri
2.
PENGERTIAN
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan
VT adalah Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan jari ke dalam liang
sanggama untuk mngetahui :
1
2
3
VT dilakukan berdasarkan Indikasi, hal ini penting untuk mencegah timbulnya infeksi.
2
3
4
INDIKASI VT
1
Bila ketuban pecah sebelum waktunya
2
Untuk mengevaluasi pembukaan serviks uteri
3
Untuk menyelesaikan persalinan atau melakukan rujukan
4
Petunjuk partograf WHO setiap 4 jam
KONTRA INDIKASI
1
Pasien hamil dengan perdarahan pervagina
2
Adanya infeksi daerah genetalia
HAL HAL YANG DIPERHATIKAN SAAT VT :
Pencegahan infeksi
a. Terhadap diri sendiri
- Pakai sarung tangan steril
- Bidan/nakes kemungkinan besar terkena infeksi
b. Terhadap pasien khususnya janin dalam rahim
- Lakukan vulva hygiene dengan benar
- Buka labia kanan dan kiri dengan tangan kiri
- Masukkan jari tengah & jari telunjuk ke dalam liang sanggama, dan tidak boleh
dikeluarkan sebelum seluruh pemeriksaan dapat dievaluasi
kecil/besar
Penurunan sesuai dengan bidang Hodge
Apakah terdapat caput suksedaneum & seberapa besarnya
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan
sepatu boot )
Handscoon secukupnya
Larutan chlorine 0,5 %
Tempat sampah
AMNIOTOMI
A. Pengertian Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan
kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya
tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Tindakan ini umumnya dilakukan pada
saat pembukaan lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana
mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya
akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian
terbawah dan luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi
persalinan.
B.
Membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak
memberikan informasi tentang kondisi
2.Jernih (J)
Membran pecah dan tidak ada anoksia
3.Mekonium (M)
Cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada
bayi
4.Darah (D)
Cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah
plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
5.Kering (K),
Kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau
postmaturitas janin.
E.
Indikasi Amniotomi
1. Induksi persalinan
2. Persalinan dengan tindakan
3. Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik apabila
diantisipasi terdapat gangguan pada janin.
4. Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang
memuaskan
5. Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka
sepenuhnya.
F.
2.
H.
Persiapan peralatan
a. Ruangan
b. Penerangan
c. Tempat tidur
d. Handscoon
e. Klem setengah kocher
f. Bengkok
g. Larutan klorin 0.5%
h. Pengalas
i.
Bak instrument
Teknik Amniotomi
Kocher (ujung bergigi tajam, steril, diasukkan kekanalis servikalis dengan perlindungan
8.
9.
jari tangan.)
Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalamlarutan klorin
0,5%. Tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan
turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin
bahwa kepala turun dan tidak teraba talipusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina
secara perlahan.
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya mekonium
atau air ketuban yang bercampur mekonium pervaginam pada presentasi kepala
merupakan gejala gawat janin (fetal distress
11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%
lalu lepaskan sarung tangan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
12. Cuci kedua tangan.
13. Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
14. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan
DJJ.
g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan
menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tandatanda komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan
ibu dan bayi baru lahir.
h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan,
keamanan dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara dini gejala dan tanda
bahaya atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang
sesuai.
i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada
masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir
j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
ALAT ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
EPISIOTOMI
1.
PENGERTIAN
episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang dimulai dari cincin vulva
kebawah, menghindari anus dan muskulus spingter dimana insisi menyebabkan terpotongnya
selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan
fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan orifisium ( lubang /
muara ) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur perinii totalis.
2.
3.
TUJUAN EPISIOTOMI :
Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi atau sayatan bedah yang lurus, sebagai
pengganti robekan tak teratur yang mungkin terjadi akibat ruptur perineii.
Episiotomi dapat mencegah vagina robek secara spontan, karena jika robeknya tidak
teratur maka menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun tidak rapi.
Tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya
keluar atau dengan kata lain mempercepat persalinan dengan melebarkan jalan lahir
lunak atau mempersingkat kala II
Epistomy juga bertujuan mengurangi tekanan kepala anak sehingga dapat mencegah
trauma kepala pada janin akibat jalan lahir yang sempit dan juga mencegah kerusakan
pada spintcher ani akibat desakan kepala bayi.
INDIKASI EPISIOTOMI :
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan
Poltekkes Kemenkes Ternate
Laboratorium Terpadu
Jurusan Kebidanan
Tindakan epistomy dapat di lakukan apabila perineum telah menipis dan kepala janin
tidak masuk kedalam vagina. Dengan tindakan epistomi diharapkan agar bukaan lebih
lebar sehingga memudahkan pengeluaran bayi.
4.
KONTRA INDIKASI :
a.
Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b.
Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti
penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan
vagina.
5.
JENIS EPISIOTOMI
Sebelumnya ada 4 jenis episiotomi berdasarkan arah insisinya yaitu; Episiotomi
medialis, Episiotomi mediolateralis, Episiotomi lateralis, dan Insisi Schuchardt.
Namun menurut Benson dan Pernoll (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis
episiotomi yang di gunakan yaitu Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy)
dan Episiotomi mediolateral
Jenis Episiotomy
Episiotomi Garis tengah (Midline Episiotomi)
o Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan dimulai dari
ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah komissura
posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak sampai mengenai
serabut sfingter ani)
o Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena
daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah
dirapatkan.
Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang
kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan)
Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan
Pelebaran introitus vagina
4.
5.
6.
7.
2.
3.
4.