TRAUMA KAPITIS
Penyusun:
Fransisca Selvia
406148135
Pembimbing:
dr. Gabriel F. Goleng Sp. S
Identitas Pasien
I.
Nama
: Tn. BR
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 42 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Status perkawinan
: Menikah
Suku bangsa
: Makasar
Agama
: Islam
Tanggal masuk
: 31 Agustus 2016
Tanggal dikasuskan
: 8 September 2016
: 508178
Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis pada pasien di ruangan ICU Rumah Sakit Pelabuhan
Jakarta pada tanggal 8 September 2016, pukul 13.00.
Keluhan utama: Nyeri sekujur tubuh
Keluhan tambahan: Pusing
ditemukan fraktur iga multipel (iga 3,4,6,7 sinistra dan iga 3,4 dextra), dan
fraktur digiti 4,5 pedis sinistra.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa
foto thorax dengan gambaran tension pneumothorax paru kiri maka dilakukan
pemasangan WSD.
: disangkal
Diabetes melitus
: disangkal
Hipertensi
: disangkal
Penyakit Jantung
: disangkal
Kejang
: disangkal
: disangkal
Diabetes melitus
: disangkal
Hipertensi
: ibu pasien
Penyakit Jantung
: disangkal
Kejang
: disangkal
II.
Tanda vital
BB
: Tidak dinilai
TB
: Tidak dinilai
IMT
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Dinding dada
: Simetris
dalam
statis
dan
dinamis,
retraksi
Jantung
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
ICS
lateral
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Inspeksi
: Tampak datar
Auskultasi : BU (+)
Perkusi
Palpasi
Pemeriksaan ekstremitas:
Ekstremitas
Superior
Inferior
Palmar Eritem
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
III.
Edema
(-)/(-)
(-)/(-)
Sianosis
(-)/(-)
(-)/(-)
Clubbing finger
(-)/(-)
(-)/(-)
Akral dingin
(-)/(-)
(-)/(-)
Kanan
Kiri
Kaku kuduk
(-)
(-)
Brudzinsky I
(-)
(-)
Brudzinsky II
(-)
(-)
Brudzinsky III
(-)
(-)
Brudzinsky IV
Tidak dilakukan
Laseque
(-)
(-)
Kernig
(-)
(-)
Pemeriksaan
Kanan
Kiri
N. olfaktorius (I)
Tes penciuman
Tidak dilakukan
N. opticus (II)
Refleks cahaya
(+)
(+)
Lapang pandang
Normal
Normal
Melihat warna
Normal
Normal
Funduskopi
Tidak dilakukan
Normal
Normal
(III),
(-)
(-)
trochlearis
N. Ptosis
(IV), Pemeriksaan pupil
N. abducens (VI)
ukuran 3 mm
Normal
konvergensi
N. trigeminus (V)
N. fascialis (VII)
N.
Tes sensibilitas
Normal
Normal
Membuka mulut
Normal
Normal
Menggerakkan rahang
Normal
Normal
Menggigit
Normal
Normal
Mengerutkan dahi
Normal
Normal
Mengangkat alis
Normal
Normal
Memejamkan mata
Normal
Normal
Mencucukan bibir
Normal
Normal
Menyeringai
Normal
Normal
cochlearis (VIII)
schwabach
Tes Romberg
Tes
Tidak dilakukan
romberg
dipertajam
N.
Kualitas suara
Normal
glossopharyngeus
Disartria
(-)
(-)
(X)
Normal
Menelan
Kedudukan
palatum Normal
palatum Normal
N.
(XII)
Tidak ada
Tremor lidah
Tidak ada
Fasikulasi
Tidak ada
Pergerakan lidah
Normal
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Pergerakan
(+)
(+)
(+)
(+)
Kekuatan
0-5-5-5
5-5-5-5
5-5-5-5
5-5-5-fraktur
digiti 4,5
Tonus
Normotonus
Normotonus
Normotonus
Normotonus
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Sensibilitas
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Taktil
Normal
Normal
Normal
Normal
Nyeri
Normal
Normal
Normal
Normal
R. fisiologis
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Biceps
++
++
Triceps
++
++
Patella
++
++
Achilles
++
++
R. patologis
Hoffman T
Babinski
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
(-)
(-)
(-)
Tidak
dapat
dilakukan
Chaddock
(-)
Tidak
dapat
dilakukan
Gordon
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Schaefer
(-)
(-)
Klonus paha
(-)
(-)
Klonus kaki
(-)
Tidak
dapat
dilakukan
IV.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaaan Laboratorium
31-08-2016
PEMERIKSAAN
Hasil
Satuan
Leukosit
21,73
103/uL
Eritrosit
4,16
106/uL
Hemoglobin
12,0
g/dL
Hematokrit
35,5
MCV
85
fL
MCH
29
pg
MCHC
34
g/dL
Trombosit
176
103/uL
RDW-SD
40
fL
SGOT
201
U/L
SGPT
221
U/L
Masa perdarahan
3,00
menit
Masa pembekuan
13,00
menit
PT (pasien)
15,0
detik
INR
0,960
PT (kontrol)
15,9
detik
APTT (pasien)
30,1
detik
APTT (kontrol)
36,5
detik
138
mg/dl
Ureum darah
52
mg/dl
Kreatinin darah
1,3
mg/dl
Protein total
6,4
g/dl
Albumin
3,5
g/dl
Globulin
2,9
g/dl
Natrium
141,21
mmol/l
Kalium
5,04
mmol/l
Klorida
106,5
mmol/l
Hasil
Satuan
01-09-2016
PEMERIKSAAN
HBsAg
Negatif
Anti HCV
Negatif
133
pH
7,340
p CO2
50
mm Hg
p O2
72
mm Hg
HCO3
27
mEq/l
O2 Sat
93
BE
0,7
mEq/l
Hasil
Satuan
Leukosit
15,59
103/uL
Eritrosit
2,58
106/uL
Hemoglobin
7,4
g/dL
Hematokrit
22,4
mg/dl
02-09-2016
PEMERIKSAAN
10
MCV
87
fL
MCH
29
pg
MCHC
33
g/dL
Trombosit
92
103/uL
RDW-SD
37,8
fL
Ureum darah
40
mg/dl
Kreatinin darah
1,1
mg/dl
pH
7,39
p CO2
49
mm Hg
p O2
85
mm Hg
HCO3
29,7
mEq/l
O2 Sat
96
BE
4,5
mEq/l
Hasil
Satuan
Leukosit
14,3
103/uL
Eritrosit
2,86
106/uL
Hemoglobin
8,3
g/dL
Hematokrit
24,8
MCV
87
fL
MCH
29
pg
MCHC
34
g/dL
Trombosit
107
103/uL
RDW-SD
41,8
fL
Natrium
138,45
mmol/l
Kalium
4,09
mmol/l
Klorida
100,41
mmol/l
03-09-2016
PEMERIKSAAN
11
04-09-2016
PEMERIKSAAN
Hasil
Satuan
Leukosit
12,78
103/uL
Eritrosit
3,46
106/uL
Hemoglobin
9,9
g/dL
Hematokrit
30,4
MCV
88
fL
MCH
29
pg
MCHC
33
g/dL
Trombosit
140
103/uL
RDW-SD
40,2
fL
PT (pasien)
13,6
detik
INR
0,870
PT (kontrol)
15,9
detik
APTT (pasien)
29,9
detik
APTT (kontrol)
35,5
detik
pH
7,410
p CO2
52
mm Hg
p O2
77
mm Hg
HCO3
32,4
mEq/l
O2 Sat
95
BE
7,2
mEq/l
Hasil
Satuan
Leukosit
16,8
103/uL
Eritrosit
4,33
106/uL
Hemoglobin
12,5
g/dL
Hematokrit
37,8
MCV
87
fL
05-09-2016
PEMERIKSAAN
12
MCH
29
pg
MCHC
33
g/dL
Trombosit
131
103/uL
RDW-SD
41,6
fL
Natrium
140,84
mmol/l
Kalium
4,01
mmol/l
Klorida
102,51
mmol/l
pH
7,252
p CO2
64,7
mm Hg
p O2
79,7
mm Hg
HCO3
28,5
mEq/l
O2 Sat
95
BE
1,9
mEq/l
Hasil
Satuan
Leukosit
15,15
103/uL
Eritrosit
3,48
106/uL
Hemoglobin
9,9
g/dL
Hematokrit
29,8
MCV
86
fL
MCH
28
pg
MCHC
33
g/dL
Trombosit
213
103/uL
RDW-SD
39,9
fL
Ureum darah
57
mg/dl
Kreatinin darah
0,6
mg/dl
Natrium
140,16
mmol/l
Kalium
3,61
mmol/l
Klorida
103,17
mmol/l
06-09-2016
PEMERIKSAAN
13
09-09-2016
PEMERIKSAAN
Hasil
Satuan
Albumin
3,4
g/dl
Natrium
133,39
mmol/l
Kalium
5,39
mmol/l
Klorida
98,99
mmol/l
Pemeriksaan Radiologi
14
15
16
17
18
V.
Resume
Telah diperiksa seorang laki-laki usia 42 tahun dengan keluhan nyeri
pada dada. Kedua tangan serta kedua kaki nyeri bila digerakkan. Pasien jatuh
dari motor dengan posisi menggelinding sebelum terlindas kontainer pada sisi
tubuh sebelah kanan. Pasien mengaku tidak ada muntah, tidak ada pingsan, tidak
ada pusing, dan tidak ada penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan fisik, kesadaran pasien compos mentis dengan skor
GCS 15, tekanan darah : 148/81, nadi: 88 kali/menit, regular, isi cukup, RR: 30
kali/menit, suhu aksila: 37,3oC. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan kekuatan motorik lengan kanan atas dan tungkai kiri bawah
tidak dapat digerakkan akibat bone fracture.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan jumlah leukosit 21,73
10^3/uL. Pada pemeriksaan radiologi ditemukan fraktur iga multipel (iga 3,4,6,7
sinistra dan iga 3,4 dextra), fraktur digiti 4,5 pedis sinistra, fraktur collum
humeri dextra, dan fraktur scapula dextra.
VI.
Diagnosis
Diagnosa kerja : Cedera kepala ringan
VII.
Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
CT Scan kepala
Medikamentosa:
Bisoprolol 1x2,5mg
Laxadin 2x1
19
VIII.
Ibuprofen 3x1
Captopril 3x25mg
Prognosis
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Ad functionam
: Dubia ad bonam
Ad sanationam
: Dubia ad malam
20
FOLLOW UP
8 September 2016
S
CKR
Post orif digiti 4,5 pedis sinistra
Post clip costae
Terapi lanjut
9 September 2016
S
CKR
Post orif digiti 4,5 pedis sinistra
Post clip costae
Terapi lanjut
Rencana pindah ruangan
21
10 September 2016
S
CKR
Post orif digiti 4,5 pedis sinistra
Post clip costae
Terapi lanjut
11 September 2016
S
CKR
Post orif digiti 4,5 pedis sinistra
Post clip costae
Terapi lanjut
22
12 September 2016
S
CKR
Post orif digiti 4,5 pedis sinistra
Post clip costae
Terapi lanjut
13 September 2016
S
CKR
Post orif digiti 4,5 pedis sinistra
Post clip costae
Terapi lanjut
Konsul gizi
14 September 2016
23
CKR
Post orif digiti 4,5 pedis sinistra
Post clip costae
Terapi lanjut
Pro op fraktur collum humeri dextra dan scapula dextra
15 September 2016
S
CKR
Post orif digiti 4,5 pedis sinistra
Post clip costae
Terapi lanjut
24
LANDASAN TEORI
Setiap hari terdapat 138 kasus kematian yang diakibatkan trauma kapitis di
Amerika Serikat
Namun, perdarahan pada otak dapat terjadi pada kasus trauma kapitis dan dapat
meningkatkan tekanan dalam kranium
Pada
kasus
perdarahan
tertentu
dibutuhkan
ahli
bedah
saraf
untuk
CT-Scan digunakan untuk melihat perdarahan atau edema yang terjadi pada
kasus trauma kapitis
Anatomi
Berdasarkan ATLS (2004), anatomi yang bersangkutan antara lain :
1. Kulit kepala (scalp), terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai SCALP yaitu :
Pericranium
25
2. Tulang Tengkorak.
Tengkorak dibentuk oleh tulang-tulang yang saling berhubungan satu sama lain
dengan perantaraan sutura. Tulang tengkorak dibagi menjadi dua bagian yaitu
neurocranium (tulang-tulang yang membungkus otak) dan viscerocranium (tulangtulang yang membentuk wajah). Neurocranium dibentuk oleh: Os. Frontale, Os.
Parietale, Os. Temporale, Os. Sphenoidale, Os. Occipitalis, Os. Ethmoidalis.
Viscerocranium dibentuk oleh: Os. Maksilare, Os. Palatinum, Os. Nasale, Os.
Lacrimale, Os. Zygomatikum, Os. Concha nasalis inferior, Vomer, Os. Mandibulare.
3. Meningen.
Selaput meningen disebut juga sebagai selaput pelindung otak yang menutupi
seluruh permukaan otak. Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu : duramater, arakhnoid
dan piamater. Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa
yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada
selaput arakhnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang (ruang subdural) yang
terletak antara duramater dan arakhnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural.
Dibawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen, yang tipis dan tembus
pandang disebut lapisan arakhnoid. Merupakan selaput yang tipis dan transparan..
Lapisan arakhnoid mempunyai 2 bagian, yaitu suatu lapisan yang berhubungan dengan
duramater dan suatu sistem trabekula yang menghubungkan lapisan tersebut dengan
piamater. Ruangan di antara trabekula membentuk ruang subarakhnoid yang berisi
cairan serebrospinal dan sama sekali terpisahkan dari ruang subdural.
Lapisan ketiga adalah piamater yang melekat erat pada permukaan korteks
serebri. Cairan serebrospinal bersirkulasi antara arakhnoid dan piameter dalam ruang
subarakhnoid.
27
4. Otak.
Otak manusia terdiri dari otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum), batang
otak (brainstem), dan sistem limbik. Serebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia
yang juga disebut dengan nama cerebral cortex, forebrain. Serebrum terbagi menjadi 4
bagian yang disebut lobus. Lobus tersebut masing-masing adalah: lobus frontal, lobus
parietal, lobus oksipital dan lobus temporal. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi
emosi, fiungsi motorik, dan pada sisi dominan mengandung pusat ekspresi bicara.
Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus oksipital
bertanggung jawab dalam proses penglihatan. Lobus temporal mengatur fungsi memori.
Serebelum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan.
Serebelum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas.
Batang otak terdiri dari mesensefalon (mid brain), pons, dan medula oblongata.
Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam
kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik,
yang terus memanjang sampai medulla spinalis dibawahnya. Lesi yang kecil pada
batang otak menyebabkan defisit neurologis yang berat.
28
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Komponen limbik
antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipokampus dan korteks limbik. Sistem
limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara
homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan
juga memori jangka panjang.
5. Cairan Serebrospinal.
Cairan serebrospinal (CSS) adalah cairan yang berada di ruang subarakhnoid
yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Cairan serebrospinal mempunyai tekanan
yang konstan, dan mengalir pada seluruh ruangan yang berhubungan satu sama lain.
Cairan ini dihasilkan oleh pleksus khoroideus dan fungsi utamanya adalah sebagai
bantalan untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP) terhadap trauma.
Fisiologi
Di dalam rongga tengkorak, terdapat jaringan otak, darah dan pembuluh darah
intrakranial, serta cairan serebrospinalis. Tekanan intrakranial (TIK) merupakan jumlah
total dari tekanan yang mewakili volume jaringan otak, volume darah intrakranial dan
cairan serebrospinalis. Berdasarkan hipotesa Monro-Kellie, bahwa volume komponen
otak bersifat konstan/tetap, karena berada dalam ruang tengkorak yang bersifat kaku.
Meningkatnya volume salah satu komponen maka akan terjadi kompensasi dengan
menurunkan satu atau kedua volume komponen otak agar tetap stabil. Kompensasi
terdiri dari meningkatnya aliran CSS ke dalam kanalis spinalis dan adaptasi otak
terhadap peningkatan tekanan tanpa meningkatkan TIK. Mekanisme kompensasi yang
berpotensi mengakibatkan kematian adalah penurunan aliran darah ke otak dan
pergeseran otak ke arah bawah atau horizontal (herniasi) bila TIK makin meningkat.
Tekanan intrakranial yang normal adalah 5-15 mmHg (Kandal ER). Penulis lain
mencatat tekanan intrakranial yang normal adalah 5- 20 mm Hg (Adam RD).
Trauma Kapitis3
Trauma kapitis adalah segala jenis trauma yang terjadi pada otak, tengkorak,
atau kulit kepala. Hal ini dapat bervariasi dari benturan ringan, memar, hingga cedera
pada otak. Trauma yang terjadi dapat meliputi cedera pada otak, fraktur tulang
tengkorak, maupun luka pada kulit kepala.
Trauma kapitis dapat terbuka maupun tertutup. Trauma tertutup adalah segala
jenis trauma yang tidak menyebabkan retaknya tulang tengkorak. Sementara trauma
terbuka atau trauma tembus, adalah trauma yang menyebabkan retaknya tulang
tengkorak dan menembus hingga otak.
Pada trauma kapitis dapat terjadi perdarahan yang berlokasi di jaringan otak,
maupun pada lapisan-lapisan pembungkus otak (perdarahan subarakhnoid, hematoma
subdural).
Terminologi: trauma kapitis = cedera kepala = head trauma = head injury =
brain injury = traumatic brain injury
Etiologi2,3,4
1. Sepanjang tahun 2006-2010, jatuh merupakan penyebab utama terjadinya
trauma kapitis (dihitung berdasarkan jumlah kasus trauma kapitis di Amerika
Serikat yang terjadi di Instalasi Gawat Darurat dan rawat inap).
Lebih dari setengah (51%) kasus trauma kapitis pada anak-anak usia 0-14
tahun disebabkan karena jatuh
Lebih dari dua per tiga (81%) kasus trauma kapitis pada orang dewasa/lansia
berusia 65 tahun keatas disebabkan karena jatuh
31
Gejala Klinis2,5
Nyeri kepala
Sensasi berputar
Penurunan kesadaran
Gegar otak
Kejang
Kesulitan bicara
Muntah proyektil
Amnesia
Tabel 1. Gejala gegar otak (oleh Centers for Disease Control and Prevention)
Klasifikasi6,7
Klasifikasi trauma kapitis berdasarkan:
1. Patologi:
Komosio serebri
Kontusio serebri
Laserasi serebri
32
2. Lokasi lesi:
Lesi difus (diffuse axonal injury, hypoxic brain injury, diffuse cerebral oedema,
diffuse vascular injury)
Lesi fokal
o Kontusio dan laserasi serebri
o Hematoma intrakranial
Hematoma esktradural
Hematoma subdural
Hematoma intraparenkhimal
Hematoma subarakhnoid
Hematoma intraserebral
Trauma Kapitis:7,8,9
1. Komosio Serebri.
Komosio serebri adalah disfungsi neuron yang disebabkan oleh trauma kapitis
tanpa adanya bukti nyata kerusakan anatomi pada jaringan otak.
2. Kontusio Serebri.
Kontusio serebri (luka memar pada otak) adalah gangguan pada fungsi otak
yang terjadi akibat adanya kerusakan anatomi pada jaringan otak. Luka memar adalah
apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah
sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan
berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan
tengkorak. Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada frontal, temporal dan oksipital.
33
3. Laserasi Serebri.
Laserasi serebri adalah robekan pada jaringan otak yang diakibatkan trauma
pada kapitis. Biasanya terjadi robekan pada lapisan duramater atau piamater akibat
fraktur pada tulang tengkorak.
Gambar 11. Kerusakan pada akson terutama pada daerah substansia alba
5. Hematoma Ekstradural.
Pada hematoma ekstradural, atau biasanya disebut hematoma epidural atau
perdarahan epidural, perdarahan berlokasi di antara lapisan duramater dan tulang
tengkorak. Cedera ini sering terjadi pada daerah kepala dimana arteri meningeal media
bermuara sepanjang tulang temporal. Tulang ini relatif tipis dan tidak memberikan
proteksi yang kuat dibanding bagian tulang lain. Seiring perdarahan berlangsung, lesi
pembekuan / perdarahan akan bertambah luas menyebabkan terjadinya peningkatan
intrakranial. Tekanan ini kemudian menyebabkan cedera lebih lanjut pada otak.
Perdarahan epidural umumnya diakibatkan fraktur tengkorak yang biasanya
terjadi pada anak-anak atau remaja akibat terjatuh atau kecelakaan (bermain, olahraga,
kendaraan). Akibat fraktur tersebut maka terjadilah ruptur pada pembuluh darah
(terutama arteri), namun dapat juga pada pembuluh darah vena (pada anak-anak).
Perdarahan epidural merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan yang dapat berujung
pada kerusakan otak hingga kematian bila tidak mendapatkan penanganan.
Gejala khas yang dapat ditemukan pada pasien dengan perdarahan epidural
adalah hilangnya kesadaran, kemudian sadar, kemudian hilangnya kesadaran lagi.
35
Namun gejala ini belum tentu terjadi pada semua pasien. Gejala lainnya adalah berupa :
kebingungan, rasa pusing, pupil anisokor, nyeri kepala hebat, mual dan muntah,
kelemahan pada salah satu sisi tubuh, terkadang perdarahan tidak berlangsung seketika
saat terjadinya trauma. Gejala peningkatan tekanan intrakranial juga tidak berlangsung
seketika.
Pemeriksaan CT-Scan dianjurkan untuk menilai dan memastikan diagnosa
perdarahan epidural, sekaligus memastikan lokasi fraktur dan lesi hematom yang
terlibat. Tatalaksana pada perdarahan epidural dapat berupa tatalaksana awal untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut / luas. Tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan.
Penggunaan anti kejang (fenitoin) dapat diberikan untuk mencegah dan mengatasi
kejang. Pemberian hyperosmotic agent dapat diberikan jika dijumpai tanda-tanda edema
serebri.
6. Hematoma Subdural.
Hematoma subdural, atau perdarahan subdural, merupakan perdarahan yang
berlokasi dibawah duramater, yaitu diantara duramater dan lapisan subarakhnoid. Pada
kondisi ini, perdarahan yang terjadi juga dapat memicu peningkatan tekanan intrakranial
dan menyebabkan gejala yang sama dengan perdarahan epidural.
36
lebih dari 48 jam hingga 7 hari setelah cedera. Seperti pada perdarahan subdural akut,
perdarahan ini juga disebabkan oleh perdarahan vena dalam ruangan subdural.
Anamnesis klinis dari penderita ini adalah adanya trauma kepala yang menyebabkan
ketidaksadaran, selanjutnya diikuti perbaikan status neurologik yang perlahan-lahan.
Namun jangka waktu tertentu penderita memperlihatkan tanda-tanda status neurologik
yang memburuk. Tingkat kesadaran mulai menurun perlahan-lahan dalam beberapa
jam. Pergeseran isi intrakranial dan peningkatan intrakranial yang disebabkan oleh
akumulasi darah akan menimbulkan herniasi unkus atau sentral dan melengkapi tandatanda neurologik dari kompresi batang otak.
Pada perdarahan subdural kronik, timbulnya gejala umumnya 2-3 minggu
setelah cedera pertama. Trauma pertama merobek salah satu vena yang melewati
ruangan subdural. Terjadi perdarahan secara lambat dalam ruangan subdural. Dalam 7
sampai 10 hari setelah perdarahan terjadi, darah dikelilingi oleh membran fibrosa.
7. Hematoma Subarakhnoid.
Hematoma subarakhnoid atau perdarahan arakhnoid, merupakan perdarahan
yang berlokasi di ruang subarakhnoid, yaitu ruang diantara piamater dan arakhnoid yang
berisi cairan serebrospinal. Perdarahan ini dapat disebabkan oleh: perdarahan akibat
arteriovenous malformation (AVM), perdarahan akibat aneurisma serebral, trauma
kepala, dan penyebab idiopatik lainnya. Perdarahan akibat trauma, terutama disebabkan
karena jatuh (pada lansia), dan kecelakaan (pada remaja).
Gejala utama perdarahan subarakhnoid adalah nyeri kepala hebat yang datang
tiba-tiba (thunderclap headache). Semakin memburuk pada area posterior. Gejala lain
dapat berupa: penurunan kesadaran, photofobia, perubahan mood dan perilaku, nyeri
otot (terutama leher dan pundak), mual dan muntah, baal pada bagian tubuh tertentu,
kejang, kuduk kaku, masalah penglihatan (penglihatan ganda, blind spot, buta sesaat),
pupil anisokor.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kuduk kaku, gangguan neurologis,
gangguan pergerakan bola mata, tanda-tanda kerusakan pada saraf kranialis.
Pemeriksaan neuroimaging yang dapat digunakan dalam membantu penegakan
diagnosa yaitu dengan CT-Scan kepala tanpa kontras. Pemeriksaan penunjang lain dapat
berupa: angiografi serebri, CT-Scan angiography, transcranial doppler ultrasound,
MRI, dan MRA.
38
8. Hematoma Intraserebral.
Hematoma intaserebral atau perdarahan intraserebral, merupakan perdarahan
yang terjadi pada jaringan otak. Walaupun perdarahan yang terjadi dalam jumlah yang
sedikit, namun perdarahan ini dapat menimbulkan edema serebral seiring berjalannya
waktu, mengakibatkan penurunan kesadaran yang progresif dan gejala-gejala trauma
kepala lainnya.
Penyebab tersering pada perdarahan intraserebral adalah tekanan darah yang
tinggi. Penyebab lain dapat berupa: trauma, aneurisma, AVM, penggunaan kokain.
Gejala perdarahan intraserebral berupa: kelemahan mendadak, parase pada wajah,
lengan, dan kaki, onset nyeri kepala hebat yang datang mendadak, kesulitan menelan,
kesulitan melihat, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, pusing, kesulitan dalam
kemampuan berbahasa, mual dan muntah, apatis, somnolen, letargi, penurunan
kesadaran, kebingungan, hingga delirium.
Tatalaksana pada tiga jam pertama setelah timbulnya onset dapat memberikan
hasil akhir yang lebih baik. Pembedahan dapat membantu mengurangi tekanan dan
memperbaiki arteri yang robek. Tatalaksana simptomatis lainnya dapat diberikan,
seperti anti nyeri, anti kejang, anti hipertensi.
39
Diagnosis6
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis.
Mekanisme trauma, jenis trauma apakah tembus atau tidak, waktu terjadinya
trauma
2. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan neurologis
3. Pemeriksaan Penunjang
Foto polos kepala : dilakukan bila tidak ada CT-Scan yang tersedia di RS, foto
polos kepala posisi AP, lateral dan tangensial
Pemeriksaan lab: darah lengkap, gula darah, fungsi ginjal, gas darah dan
urinalisis
40
4. Trauma kapitis berat ( severe head injury) : GCS < 9, menetap dalam 48 jam
sesudah trauma, pingsan > 24 jam, amnesia pasca trauma > 7 hari.
Tatalaksana10
1. Glasgow Coma Scale (GCS), sebagai langkah awal dalam menilai gangguan
kesadaran pada pasien trauma kapitis.
2. Triase dan pemindahan pasien.
3. Tatalaksana dasar: oksigenasi, monitor tekanan darah, normothermia, elektolit
dalam batas normal, monitor kadar Na dan level osmolalitas, gula darah.
4. Tatalaksana tekanan intrakranial.
5. Tatalaksana bedah.
6. Terapi nutrisi.
7. Trakeostomi.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Wedro B. Head Injury (Brain Injury). MedicineNet.
2. Centers for disease control and prevention. Injury prevention and control:
Traumatic
brain
injury
and
concussions.
2016.
Available
from:
https://www.cdc.gov/traumaticbraininjury/get_the_facts.html
3. Borke J, Zieve D. Head injury first aid. United states national library of
medicine. National Institute of Health. 2015.
4. Healthline.
Head
injury.
December
3,
2015.
Available
from:
Available
from:
http://www.healthline.com/health/head-injury#Overview1
5. NHS.
Severe
head
injury.
January
12,
2016.
http://www.nhs.uk/conditions/head-injury-severe-/pages/introduction.aspxc
6. PERDOSSI. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma
Spinal. 2006.
7. Joseph V. Epidural hematoma. United states national library of medicine.
National
Institute
of
Health.
2015.
Available
from:
https://medlineplus.gov/ency/article/001412.htm
8. Joseph V. Subdural hematoma. United states national library of medicine.
National
Institute
of
Health.
2014.
Available
from:
https://medlineplus.gov/ency/article/000713.htm
9. Amit M. Subarachnoid hemorrhage. United states national library of medicine.
National
Institute
of
Health.
2015.
Available
from:
https://medlineplus.gov/ency/article/000701.htm
10. Best Practices in The Management of Traumatic Brain Injury. American College
of Surgeons Trauma Qualoty Improvement Program. 2015. p. 10-11.
Available :
https://www.facs.org/~/media/files/quality%20programs/trauma/tqip/traumatic%20brai
n%20injury%20guidelines.ashx
42