1. Kata Sulit
Hemiparesis alternans spastik: kelumpuhan piramidalis
yang memiliki ciri khas anggota gerak atas kontralateral
melokalisir
nyeri
(menjangkau
&
menjauhkan
2. Rumusa Masalah
a. Hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan?
b. Hubungan pesta durian dengan keluhan?
c. Mengapa terasa nyeri kepala, pusing, dan muntah?
d. Mengapa lemah sisi kanan?
e. Interpretasi pemeriksaan fisik terhadap keluhan?
3. Hipotesis
a. Jumlah
laki-laki
secara
epdemiologi
lebih
banyak
meningkat
sehingga
pembuluh
darah
mengahambat
peredaran
darah
kemudian
dimana
pembuluh
darah
pecah
akan
yaitu
pada
n.vii
perifer
kiri
sehingga
ETIOLOGI
STROKE
TERAPI
JENIS
PATOFISIOLOGI
TANDA &
GEJALA
5. Sasaran Belajar
1. Definisi, klasifikasi, dan faktor resiko Stroke
2. Tanda dan gejala stroke
3. Patofisiologi stroke
Definisi Stroke
WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari
gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh),
yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain
gangguan vaskuler (Hatano, 1976 dalam Davenport dan Dennis,
2000).
Klasifikasi Stroke
Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria.
Menurut Misbach (1999) dalam Ritarwan (2002), klasifikasi
tersebut antara lain:
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
1.1. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
1.2. Stroke hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarakhnoid
2. Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu:
2.1. Serangan iskemik sepintas atau TIA
Pada
bentuk
akibat gangguan
ini
gejala
neurologik
peredaran
darah
yang
di
otak
timbul
akan
Gejala
neurologik
dalam waktu
lebih
yang
lama
timbul
dari
24
akan
jam,
menghilang
tetapi
tidak
dan
stroke hemoragik.
prevalensi
stroke
Berdasarkan
iskemik
penelitian,
lebih
besar
Warlow (1996)
- Peminum alkohol
- Pemakaian obat-obatan
b. Physiological risk factors
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Diabetes mellitus
- Infeksi, arteritis, trauma
- Gangguan ginjal
- Obesitas
- Polisitemia
- Kelainan pembuluh darah
Adapun faktor risiko utama penyebab stroke iskemik adalah:
1. Hipertensi
2. Merokok
3. Diabetes mellitus
4. Kelainan jantung
5. Kolesterol
2. Tanda dan Gejala Stroke
karena
terganggunya
aliran
darah
ke
daerah
ditangani
dengan
cepat
dan
tepat.
Sedangkan,
berbicara
dengan
baik,
gejala
stroke
bisa
itu
akan
membuat
penderitanya
kesulitan
Orang
kaitannya
merupakan
yang
dengan
sedang
sakit
penyakit
mengalami
stroke,
umum
karena
ditandai
vertigo
vertigo
dengan
ada
yang
adanya
Hilang keseimbangan
Orang sedang mengalami gejala stroke biasanya akan
mengalami kehilangan tingkat keseimbangannya. Pada
saat berjalanan secara tiba tiba dia tidak mampu untuk
melakukan keseimbangan pada tubuhnya dan salah satu
tubuh nya akan lebih condong yang menyandar ke tembok
pada sesuatu yang bisa saja dijadikan sandaran bagi nya.
perilaku.
Perilakunya
itu
seperti
tidak
Susah menelan
Orang yang mengalami sakit stroke biasanya dia akan
mengalami kesulitannya untuk menelan makanan, karena
yang terjadi pada tenggorokan yang akan menjadi tidak
elastis, sehingga pada saat anda menelan makanan
maupun minuman yang akan masuk kedalam tubuh
mengalami kesusahan. Akibatnya pada yang mengalami
sakit stroke biasanya pada penurunan kualitas hidupnya
dan pada perubahan postur tubuh yang semakin kurus.
Pikun
Karena terjadinya menyerang pada bagian otak, maka
yang dapat mengalami sakit stroke berat akan mengalami
kesulitannya dalam berkonsentrasi. Hal yang terjadi karena
pada sel syaraf otaknya mengalami kerusakan.
Gangguan emosional
Gangguan menelan
Mulut perot
Gangguan komunikasi
tulisan
Tidak
mengenali
bagian
tubuhnya
sendiri,
seperti
dijangkaunya.
ada
yang
menghalangi
atau
tersandung
oleh
sesuatu.
Bila masih sadar, sesaat kemudian sadar jika sebelah
kakinya sulit digerakkan, begitu pun sebelah lengannya sisi
yang sama sulit diangkat. Mungkin bicaranya jadi pelo,
mulut jadi mengot, kadang-kadang muntah dan mengeluh
pusing atau sakit kepala , bahkan bisa menjadi pingsan
atau mengorok. Atau ketika sedang menonton, tiba-tiba
bicara jadi berubah, jadi cadel, kadang-kadang tungkai dan
lengan satu sisi yang sama jadi lemah dan sulit digerakkan.
Jika hal tersebut terjadi, maka sebaiknya segera pergi
ke
pelayanan
kesehatan
terdekat
untuk
menerima
menetap.
d. Gejala neurologik
Gejala neurologik merupakan gejala atau tanda-tanda yang
berkaitan dengan saraf.
d.1. Stroke non-hemoragik:
- Terjadinya stroke biasanya bertahap atau tidak
mendadak
- Terjadi pada saat penderita sedang beristirahat
- Nyeri kepala umumnya ringan sedang
- Tidak dijumpai adanya kejang
- Tidak ada muntah
- Tidak disertai dengan penurunan kesadaran atau
terjadi penurunan kesadaran dalam derajat yang
minimal
- Gangguan penglihaan pada satu mata tanpa
disertai rasa nyeri
- Kelumpuhan lengan atau tungkai atau keduanya
pada sisi yang sama
- Kesulitan berbicara (afasia)
- Gangguan sensari raba (sensorik)
- Gangguan pergerakan tubuh (motorik)
- Mulut merot bila mengenai saraf fasialis (persarafan
wajah)
- Mendadak tidak stabil, dan lain-lain
Tabel 2.1 Gejala dan tanda stroke iskemik berdasarkan
lokasi struktur otak yang terkena (Price and Wilson, 2002)
Dapat
mata
terjadi
kebutaan
(episodik
dan
satu
disebut
yang
terkena,
akibat
anterior:
biasanya
Gejala
mula-
mula koroidalis
di
arteri
anterior,
arteri
anterior,
dan
arteri
mengenai
lesi
posterior,
hemisfer
karena
keterlibatan
Afasia
global
(apabila
hemisfer
dan komunikasi.
Koma
Hemiparesis kontralateral
talamus)
otak
tengah
atau
Kelumpuhan
saraf
ketiga:
kranialis
hemianopsia,
koreoatetosis
adalah
karena
adanya
perdarahan
otak.
organ
yang
berlawanan
dengan
lokasi
dan
bukan
perdarahan.
Hanya
yang
dari
Sherki,Y.G.,
Rosenbaum.Z.,
Melamed,E.,
intrakranial
meliputi
perdarahan
di
dimana
masing-masing
10%
adalah
mikroaneurisma
(Berry
aneurysm)
akibat
volume
perdarahan
semakin
besar
(Caplan, 2000).
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena
darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik
timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang
menyebabkan nekrosis (Caplan, 2000).
Perdarahan
subarachnoid
pembuluh
darah
sehingga
terjadi
subarachnoid.
disekitar
terjadi
akibat
otak
pecah,
ke
ruang
permukaan
ekstravasasi
Perdarahan
(PSA)
darah
subarachnoid
umumnya
disebabkan
oleh
rupturnya
aneurisma
sakular
atau
ComposMentis
(conscious),
yaitu
kesadaran
Delirium,
tempat,
yaitu
waktu),
gelisah,
disorientasi
memberontak,
(orang,
berteriak-teriak,
namun
dirangsang
kesadaran
(mudah
dapat
dibangunkan)
pulih
tetapi
bila
jatuh
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka
mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan
nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya
berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi katakata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat.
Misalnya aduh, bapak)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
3. Menilai respon motorik (M)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas
atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya
posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya
extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS
disajikan
dalam
simbol
EVM
Selanutnya
nilai-nilai
Mentis(GCS:
15-14)
Apatis
(GCS:
13-12)
Setelah
itu
tungkai
bawah
diekstensikan
pada
ditempatkan
dibawah
kepala
pasien
yang
didada
pasien
untuk
mencegah
maka
fokus
dapat
diarahkan
kepada
fundus,
optikus.
Caranya
adalah
dengan
mengikuti
dan
coba
buka
dengan
tangan
pemeriksa),
(suruh
pasien
bersiul,
dalam
keadaan
pipi
digunakan
untuk
membedakan
tuli
saraf
keselek
(kelumpuhan
palatom),
kesulitan
palatum
dengan
terdapat
pergeseran
uvula,
senter
perhatikan
kemudian
pasien
apakah
disuruh
b. Gerakan volunter
Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa, misalnya
c. Palpasi
Nyeri tekan
Kontraktur
Konsistensi
otot
yang
meningkat:
Meningitis,
Kelumpuhan
Menguji
sensai
panas
dan
dingin:
dengan
lengan
untuk
beristirahat
di
sementara
pemeriksa
mengamati
dan
Cara
ketukan
pada
jari
pemeriksa
yang
b. Reflek trisep :
-
Lengan
bawah
harus
menjuntai
ke
bawah
langsung di siku
-
c. Reflek brachiradialis
-
d. Reflek patella
e. Reflek achiles
-
kontraksi
2. Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada
kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski:
- Pasien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua
kaki diluruskan.
- Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki
pasien agar kaki tetap pada tempatnya.
- Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral
dari posterior ke anterior
-
Respon
posisitf
apabila
terdapat
gerakan
c. Reflek schaeffer
- Menekan tendon achilles.
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari
kaki, disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
d. Reflek oppenheim
- Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari
proksiml ke distal
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari
kaki, disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
e. Reflek Gordon
- Menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
f. Reflek bing
g. Reflek gonda
-
Menekan
(memfleksikan)
jari
kaki
ke-4,
lalu
4. 2. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Laboratorium
Complete Blood Count (CBC)
Menghitung jumlah platelet, eritrosit, leukosit. Hasil CBC dapat
menunjukkan kondisi tertentu yang ada atau tidak ada hubungan dengan
stroke, seperti anemia dan infeksi.
blood lipid test
mengukur level kolesterol, baik LDL maupun HDL. Nilai koleserol yang
tinggi merupakan faktor risiko stroke
Coagulation test
3. CT Scan
Tanda Awal Stroke Iskemik :
a.
b.
Grisea
Menghilangnya
batas
substansia
alba
dan
d.
lentiformis
cenderung
mudah
mengalami
arteri
lentikulostriata
serebri
arteri
media
serebri
karena
media
cabang
yang
e.
ditemukan
aliran
pembuluh
ini
diduga
darah
lokal
akibat
karena
b. Malformasi Vaskular
Adanya midline
subarachnoid.
shifting
menandakan
perdarahan
5. Tatalaksana Stroke
5.1
Kateter urin
Hipoglikemi
<
50mg/dL
->
bolus
dekstrosa/
infus
Hiperglikemi
>180
mg/dL->
suntikan
insulin
Antiplatelet->
Aspirin
325
mg
dalam
24-48
jam/
klopidogrel 75 mg/hari
15
menit
hingga
MAP
110mmHg/
160/90mmHg
Antiepilepsi p.r.n
TD
jugular
Hindari pemberian glukosa
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk kasus
ini, tapi dapat diberikan jika diyakini tidak ada
kontra indikasi
Bedah kompresif pada keadaan iskemik cerebral
e. Penanganan transformasi hemorrhagic : perbaiki
perfusi
cerebral
dengan mengendalikan
tekanan
15-20mgkg
bolus
dgn
kecepatan
max
50mg/menit
Jika belum teratasi, rawat di ICU
Pada stroke perdarahan intracerebral, beri obat
antikonvulsan profilaksis selama 1 bulan, lalu
turunkan, hentikan jika tidak ada kejang selama
pengobatan
g. Pengendalian suhu tubuh
Beri antipiretik, atasi penyebabnya
Acetaminophen 650mg jika suhu >38,5
Jika ada meningitis, beri antibiotic
Pada pasien curiga infeksi, lakukan kultur dan
hapusan trakea, darah, dan urin
h. Pemeriksaan penunjang
EKG
X foto thorax
CT-scan
kadar
gula
darah,
analisis
urin,
yang
diperlukan
penderita
rawat
inap
untuk
masih diinfus.
Pengobatan dan perawatan pada fase ini dituj
ukan untuk
menyelamatkan jiwa dan mencegah komplikas
i.
Segera setelah keadaan
umum
wawancara
penderita.
Fisioterapis
mengatur
sejak dini
dengan
posisi penderita
tujuan mencegah
synergictic pattern
dan
paha
di
bawah
paha
dan
rotasi
ii
ringan
Posisi miring
pada
bagian
yang
iii
sehat
Posisi
pada
bagian
yang
miring
sakit
Bahu yang sakit jangan sampai
tertindih ke belakang, tetapi dalam
iv
posisi ke depan).
Posisi bridging
Penderita
diubah posisinya
setiap 2 jam
terjadinya
untuk
ulkus
mencegah
dekubitus,
tangan
Latihan
dan
luas
pergelangan
gerak
sendi
membantu
mencegah kekakuan sendi, yang d
apat menghambat fungsi bila pem
ulihan neurologik terjadi.
Begitu penderita sadar penangana
n
masalah
emosional
dimulai.
fungsional
hari.
Dimulai pada waktu penderita secara medik te
lah stabil.
Aktivitas mobilisasi mulai dengan aktivitas di
tempat tidur, berlanjut ke duduk, berdiri dan
ambulasi.
Fase ini ditujukan untuk memelihara ROM dan
meningkat dari latihan ROM secara pasif ke
aktif.
Latihan penguatan otot dilakukan pada sisi
yang sehat maupun yang sakit, terutama
untuk otot-otot yang dipakai untuk transfer
dan ambulasi.
Dimulai dari
sampai
latihan
kemudian
secara
aktif-assistif
progresif-resistif,
bila
lebih
dini
dapat
mencegah
orthostatic
postural hypotension.
b. Latihan Duduk
Jika penderita
minggu atau lebih
sebelumnya
untuk adaptasi
diimobilisasi &
kardiovaskular
Latihan duduk
Mendudukkan penderita selama 5-10 menit, m
onitor tanda-tanda vital.
Lama waktu duduk (toleransi) dapat dinaikkan.
Dilakukan minimal 2 kali sehari tiap pagi dan
sore.
Dikatakan memiliki toleransi baik jika bertahan
lebih dari 30 menit.
Latihan aktif dimulai setelah toleransi baik.
Posisi dud
u
k
dipingg
ir
mempergunakan
lengan
yang
sehat
untuk mendorong
badan ke atas sampai dapat berdiri tegak.
Untuk
menyelesaikan
transfer
ini,
penderita
Bersamaan
dengan
prosedur
transfer
dimulai,
program
paralel
bar,
kemudian
dimulai
latihan
Brace:
dapat
leg
brace dilakukan
untuk
menghentikan
recurvatum genue.
pasien,
dilakukan
pemberian
tumit
Sling:
dipasangkan
mengalami
pada
ekstremitas
atas
yang
terjadinya
sindroma
nyeri
bahu.
Juga
Kursi roda
Jika tim rehabilitasi memutuskan bahwa kemampuan ber
jalannya memang sudah tidak dapat mencapai tingkat
yang fungsional, pilihan terakhir adalah kursi roda.