Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
KAJIAN TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Tendon merupakan struktur yang menghubungakan otot dengan tulang.


Tendon merupakan jaringan fibrosa yang kuat, yang menghubungkan otot
dengan tulang. Dimana tulang merupakan bagian tubuh yang menyokong atau
memberi bentuk pada tubuh manusia. Sedangkan otot merupakan jaringan yang
terdapat pada seluruh tubuh manusia yang berguna untuk pergerakan. Tulang
dan otot tersebut dilekatkan oleh jaringan kuat yang bernama tendon
Tendon dibungkus oleh lapisan tipis jaringan
sinovium.

Lapisan

ini

lunak

yang

disebut

memudahkan pergerakan tendon pada terowongan

berupa fibrosa yang merupakan selubung tendon.


B. PATOLOGI
1. DEFINISI
Tendinitis

adalah

peradangan

yang

terjadi

pada

tendon.

Tenosinovitis adalah suatu peradangan yang melibatkan tendon


dan selubungnya (tendon sheath sinovial) yang menyebabkan
pembentukan fibrosis sehingga terjadi penyempitan pada sinovial
dan menimbulkan nyeri.
2. KLASIFIKASI
Beberapa tendon dan synovial lebih rentan untuk mengalami
peradangan, misalnya:
a. Rotator cuff tendonitis

Rotator cuff tendonitis adalah peradangan di dalam sendi bahu


yang berputar. Sendi bahu memiliki cakupan gerakan yang
jauh lebih besar ketimbang sendi-sendi lainnya jadi mereka
juga mudah terkena cedera. Otot bahu yang besar dan kuat
memberikan tenaga kepada pergerakan bahu seluruhnya.
Mereka menghubungkan otot lengan dan otot bahu dan
membuat

lengan

dapat

bergerak.

Peradangan

yang

berkepanjangan atau cedera dapat merobek otot tendon rotator


cuff.
Rotator cuff tendinitis yang biasa terjadi pada pemain tenis,
perenang, dan orang yang sering mengankat lengannya sampai
kekepala.
b. Bicipital Tendinitis

Tendinitis Bicipitalis adalah peradangan pada tendon di


sekitar head long biceps tendon atau caput otot bicep.
Tendinitis bicipitalis disebabkan iritasi dan inflamasi tendon
bicep. Pada umumnya penderita mengeluh nyeri bahu
sepanjang otot bicep yang menjalar kelengan bawah dan nyeri
tekan pada daerah sulkus bicipitalis (Sianturi. 2003). Tendinitis
bicipitalis biasanya disertai dengan SLAP (superior labrum
anterior ke posterior) lesi (Hsu, 2008).
Tendinitis Bicipitalis adalah peradangan yang tetap
terlokalisir pada sarung tendon caput longum biceps brachii
(Hudaya,2007). Tendinitis bisipital adalah tensinovitis (radang
pada sarung tendon) dan degenerasi tendon pada caput longum
otot biseps pada alur bisipitalis dari humerus (Rasjad, 1998).
Tendinitis bciipitalis merupakan suatu proses radang yang
biasanya terjadi pada mereka yang perkerjaannya memerlukan
fleksi berulang melawan tahanan atau aktivitas olahraga seperti
melempar bola, ombak dan cakram (Sjamsuhidrajat, 1997).

c. Triggger finger

Trigger finger adalah kondisi yang menyebabkan jari tangan


kaku dalam posisi yang sama. Penyakit ini terutama
mempengaruhi lapisan jaringan di sekitar jari tangan yang
disebut tendon. Peradangan tendon menyebabkan tendon tidak
bisa bergerak leluasa sehingga jari tangan terkunci dalam satu
tempat. Trigger finger dapat terjadi pada orang rheumatoid
artritis dan diabetes.

d. De Querveins tenosynovitis (De Querveins syndrome)

De Quervain Syndrome adalah suatu bentuk peradangan yang


disertai rasa nyeri dari selaput tendon yang berada di sarung
synovial, yang menyelubungi extensor pollicis brevis dan
abductor pollicis longus (Appley & Solomon,1995). De
Quervain Syndrome merupakan bentuk dari tenosynovitis. De
Quervain Syndrome melibatkan peradangan pada extensor
pollicis brevis dan abductor pollicis longus (Stanley &
Susan,1999). De Quervain Syndrome mengenai selubung
tendon dari pergelangan tangan sampai ke ibu jari. Sering
dikarenakan pergerakan yang repetitive.kadang juga dapat
disebabkan oleh rheumatoid artritis.
e. PopliteaTendinitis

Tendinitis popliteal adalah peradangan pada tendon


popliteal, yaitu yang melekat pada permukaan luar tulang paha
bagian bawah yang menyilang di belakang lutut ke permukaan
tulang kering (os tibia). Tendon popliteus bertugas mencegah
terputarnya tungkai bawah keluar selama berlari. Pemutaran ke
dalam yang berlebihan (pronasi) di kaki (misalnya ketika
berlari menuruni bukit), cenderung memberikan tekanan
berlebihan pada tendon ini sehingga tendon bisa mengalami
robekan.
f. Achilles tendinitis

Achilles tendinitis termasuk tendon terkuat di tubuh kita, yang


menghubungkan tumit dengan otot kaki. Tendon Achilles
menghubungkan otot betis ke tulang tumit. Otot-otot ini
penting untuk berjalan, berlari dan melompat. Tendon Achilles
menahan beban stress yang cukup besar sepanjang hari dalam
kehidupan normal. Achilles Tendinitis terjadi apabila otot dan
tendon bekerja berlebihan, sehingga menyebabkan iritasi dan
peradangan tendon.
Ini biasa disebabkan lari mendaki atau menuruni bukit, atau
olahraga dengan awalan dan berhenti secara tiba-tiba.
3. EPIDEMIOLOGI

De Quervain tenosinovitis yang

biasanya didiagnosis pada

indiviuals antara 30 dan 50 tahun dan sepuluh kali lebih umum di


kalangan perempuan kemudian laki-laki. Banyak wanita yang
menderita de Quervains tenosynovitis selama kehamilannya atau
selama periode postpartum. Dan lebih banyak diderita orang dewasa
dibanding dengan anak (buku internet)
Penelitian Amerika Dan Skandinavia yang meneliti hubungan
antara aktivitas kerja dengan de quervains tenosinovitis jarang
dibedakan antara kondisi dan jenis lainnya dari tendinitis dari
pergelangan

tangan. Berdasarkan

studi epidemiologi telah

menunjukkan bahwa para pekerja dalam pengolahan daging dan


industri manufaktur memiliki risiko lebih tinggi terkena tendonitis
dari pergelangan tangan, melakukan pekerjaan yang sangat berulangulang dan melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar
dapat meningkatkan risiko berkembang menjadi tenosinovitis.Hingga
saat ini belum ditemukan adanya korelasi yang nyata antara insiden
de Quervains tenosynovitis dengan sejumlah ras tertentu.
4. ETIOLOGI
Tendinitis lebih sering terjadi pada orang yang pekerjaannya :
a. Gerakan yang berulang
b. Posisi yang canggung
c. Sering mencapai batas maksimum
d. Terdapat getaran
e. Membutuhkan tenaga yang kuat
Olahraga kemungkinan lebih mudah terkena tendinitis jika aktif
dalam olahraga yang mengharuskan gerakan berulang, terutama
jika teknik yang dilakukan tidak optimal. Hal ini dapat terjadi
pada olahraga :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Baseball
Basket
Bowling
Golf
Berlari
Berenang

g. Tenis
Selubung tendon juga dapat terkena penyakit sendi, seperti artritis
reumatoid, skleroderma sistemik, gout, dan sindroma reiter. Pada
dewasa muda yang menderita gonore(terutama wanita), bakteri
gonokokus bisa menyebabkan tenosynovitis (tendinitis yang disertai
dengan peradangan pada selubung pelindung di sekeliling tendon),
biasanya pada tendon di bahu, pergelangan tangan, jari tangan,
pingggul, pergelangan kaki, dan kaki.
Penyebab tendinitis, diantaranya adalah rheumatoid artritis, gout,
reiters syndrome, lupus, dan diabetes. Orang dengan penyakit gout
ada kristal asam urat yang nampak pada pembungkus tendon yang
menyebabkan gesekan dan robekan.kadar kolesterol darah yang
sangat tinggi juga dapat berhubungan dengan kondisi ini.

10

5. PATOFISIOLOGI
Etiologi (overuse)
Malfungsi tendon sheath (akibat menurunnya produksi dan kualitas cairan synovium)

Pergesekan otot dengan tendon sheath (karena penurunan fungsi lubrikasi)

Merangsang nervus : nyeri


proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai inflamasi daritendon sheath

Pergerakan tendon terbatas

pitan pada tendon sheath yang akan mempengaruhi pergerakan kedua ototsehingga bisa terjadi perlengketa

6. TANDA DAN GEJALA


Gejala utama tendinitis adalah nyeri. Biasanya di dapati keluhan
pasien berupa rasa sakit, dan rasa sakit tersebut akan bertambah jika
tendon yang meradang tersebut di gerakan atau di raba. Pergerakan
sendi di dekat tendon, meskipun ringan bisa menyebabkan myeri yang
sangat hebat.
Selubung sendi (Synovial) bisa terlihat membengkak karena
adanya penimbunan cairan dan peradangan, atau tetap kering dan
bergesekan dengan tendon sehingga menimbulkan perasaan atau suara
gemeretak yang terdengar melalui stetoskop pada saat
gerakan.

sendi di

11

Tendinitis diatas otot biceps pada lengan atas menyebabkan nyeri


jika sikut ditekuk atau lengan bawah sebelah dalam di putar.
7. KOMPLIKASI
Tanpa Pengobatan yang tepat tendinitis dapat meningkatkan resiko
mengalami rupture tendon yaitu kondisi yang jauh lebih serius dan
memerlukan pengobatan dengan pembedahan.
Dan jika hal tersebuh terus dibiarkan maka dapat mengakibatkan
Stiffness sehingga menambah parah dari penyakit ini
8. PENGOBATAN
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi tendinitis dan
tenosinovitis antara lain :
a. Mengistirahatkan daerah yang terkena
b. Imobilisasi bagian yang terkena dengan gips atau bidai agar tidak
bergerak
c. Kompres panas atau dingin
d. Obat anti-peradangan non-steroid (NSAID), untuk mengurangi
nyeri dan peradangan
e. Kortikosteroid (misalnya methylprednisolone atau triamcinolone)
dan obat anestesi lokal (misalnya lidokain), terkadang diberikan
melalui suntikan ke dalam selubung tendon. Pada kasus yang
jarang, suntikan ini bisa menimbulkan rasa nyeri beberapa jam
kemudian, karena kortikosteroid bisa membentuk kristal di dalam
sendi atau selubung sendi. Nyeri bisa berlangsung selama kurang
dari 24 jam dan bisa diatasi dengan pemberian kompres dingin dan
obat pereda nyeri.
Obat lain juga bisa digunakan, tergantung penyebab terjadinya,
misalnya indometasin atau colchicine jika peradangan disebabkan oleh
gout.
Setelah peradangan teratasi, perlu dilakukan latihan secara teratur
untuk meningkatkan rentang gerakan sendi seperti semula.
Tendinitis menetap atau kronis, seperti yang terjadi pada reumatoid
artritis, mungkin perlu diatasi melalui pembedahan untuk mengangkat
jaringan yang meradang. Adakalanya pembedahan dilakukan untuk

12

menghilangkan endapan kalsium dari daerah yang mengalami


tendinitis yang lama, misalnya daerah di sekitar sendi bahu. Setelah
pembedahan dilakukan, mungkin diperlukan terapi fisik untuk melatih
pergerakan bagian yang terkena.

13

BAB II
MANAJEMEN FISIOTERAPI
A. Chief Of Complaint
Nyeri pada daerah pergelangan tangan
B. History Taking
ANAMNESIS UMUM
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Pekerjaan
Hobby

Vital Sign

Joko
40 tahun
Laki-laki
Jl.Perintis
Islam
Karyawan Percetakan
Memancing

Tekanan Darah
120/90 mmHg
Denyut Nadi
83x/menit
Pernafasan
27x/menit
Suhu
37,5
Vital Sign Pasien dalam Keadaan Normal

Anamnesis Khusus
Pasien datang ke Fisioterapi dengan keluhan nyeri pada daerah
pergelangan tangannya dan jari-jarinya sekitar 2 bulan yang lalu. Pasien susah
menggerakkan jari-jarinya dan terkena pada tangan kanannya (terkhusus pada
daerah ibu jarinya), akibatnya pasien susah menjalankan pekerjaannyas sebagai
karyawan percetakan yang sudah ditekuni selama 5 tahun. Sudah 3 minggu pasien
tidak datang bekerja sehingga membuat pasien putus asah dengan pekerjaannya
dan merasa cemas. Pasien sudah datang ke dokter, diberikan obat tetapi nyerinya
hilang sementara kemudian muncul lagi. Sudah radiologi dan tes laboratorium.
C. Assymetric
a. Inspeksi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara melihat dan
mengamati.

14

1) Inspeksi statis : keadaan umum pasien baik, tidak adanya oedem serta
tidak tampak menahan nyeri.
2) Inspeksi dinamis : Pada saat melakukan gerakan aktif terasa nyeri.
b. Palpasi
Palpasi merupakan suatu pemeriksaan dengan jalan meraba,
menekan, dan memegang bagian tubuh pasien yang mengalami cidera.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya nyeri tekan, spasme
otot, suhu lokal, oedema dan lain-lain. Pada kondisi ini hasil yang di dapat
adalah suhu pada daerah pergelangan tangan kanan pasien hangat, terdapat
nyeri tekan pada lateral pergelangan tangan kanan pasien.
c. Gerakan Dasar
Pemeriksaan gerakan dasar merupakan suatu cara pemeriksaan
dengan jalan melakukan gerakan. Pemeriksaan gerak dasar meliputi gerak
aktif, pasif, dan gerak isometrik melawan tahanan.
1) Pemeriksaan Gerak Aktif
Pada pemeriksaan ini pasien diminta untuk melakukan gerak aktif
pada ibu jari kanan dan kiri ke arah fleksi, ekstensi, abduksi dan
adduksi . Informasi yang didapatkan yaitu, pada ibu jari kiri pasien
mampu melakukan gerak aktif ke semua arah gerakan dengan full
ROM tanpa disertai nyeri. Sedangkan pada ibu jari kanan pasien
mampu menggerakan ke arah ekstensi dan abduksi tetapi tidak full
ROM dan disertai nyeri. Pada gerak flexi dan adduksi pasien mampu
menggerakan secara full ROM tanpa disertai nyeri.
2) Pemeriksaan Gerak Pasif
Untuk pemeriksaan gerak pasif ini dilakukan oleh terapis,
dimana terapis menggerakan ibu jari pasien kiri dan kanan ke
semua arah fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi. Informasi yang
didapatkan yaitu, pada ibu jari kiri mampu digerakan terapis ke

15

semua arah gerak tanpa nyeri dan full ROM. Sedangkan pada ibu
jari kanan tidak merasakan nyeri pada akhir gerak fleksi dengan
end feel soft, saat gerak ekstensi pasien merasakan nyeri dengan
end feel hard dan abduksi dengan end feel firm, saat gerak adduksi
pasien tidak merasa nyeri dengan end feel soft.
3) Pemeriksaan Gerak Isometrik Melawan Tahanan
Pada pemeriksaan ini terapis memberikan tahanan yang
berlawanan dengan arah gerakan yang dilakukan pasien. Informasi
yang didapatkan yaitu, pasien mampu melakukan gerakan
isometric melawan tahanan maksimal pada ibu jari kiri, sedangkan
pada ibu jari kanan pasien tidak mampu melakukan gerak
isometrik melawan tahanan minimal maupun maksimal ke arah
gerak ekstensi dan abduksi sedangkan saat digerakkan adduksi
pada ibu jari kiri pasien mampu melawan tahanan yang diberikan
terapis.

D. Restrictive
Limitasi ROM
Terdapat
Limitasi ROM

Limitas ADL

Limitasi Pekerjaan
Terganggu
dalam
ADL terganggu melaksanakan
(makan, toileting, pekerjaannya
berpakaian)
sebagai
karyawan
percetakan

E. Tissue Impairment & Psycological Predection

Limitasi Rekreasi
Hobby/rekreasi
terganggu
yaitu
memancing

16

Psikogenik
Osteoarthrogen
Musculotendinogen
Neurologi

Kecemasan
Stiffness
muscle weakness pada fleksor
dan ekstensor wrist
Tenderness
daerah
wrist
terkhusus daerah ibu jari

17

F. Tes Spesifik
1. VAS

Nyeri Diam : Sedikit Sakit


Nyeri Tekan : Sakit
Nyeri Gerak : Sangat Sakit
2. Pemeriksaan ROM
Pemeriksaan ini untuk menilai seberapa besar keterbatasan gerak
yang dialami pasien dan membandingkan sisi yang normal atau
membandingkannya dengan nilai ROM yang normal.
Tabel 5.7 Hasil Pengukuran ROM
Pemeriksaan

Gerakan Aktif
Kiri
0
F 40 - 00- 150

Ekstensi dan
Fleksi CMC
Abduksi dan
S 40 0 - 00- 00
Adduksi CMC
Pemeriksaan

kanan
F 20 - 00- 150
0

S 25 0 - 00- 00
Gerakan Pasif

Kiri
0
F 40 - 00- 150

Ekstensi dan
Fleksi CMC
Abduksi dan
S 45 0 - 00- 00
Adduksi CMC

Kanan
F 25 - 00- 150
0

S 30 0 - 00- 00

3. Muscle Manual Testing


Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kekuatan otot dan kualitas
saraf motorik suatu regio. Pasien diposisikan pada postur yang optimum
untuk melakukan gerakan kemudian pemeriksa memberikan instruksi
kepada pasien untuk melawan tahanan dan mempertahankan posisi pasien.
Interpretasi dalam pengukuran MMT ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.6 Grade of MMT

18

Grade
5 = Normal

100%

4 = Good

75%

3 = Fair

50%

2 = Poor

25%

1 = Trace

5%

0 = Zero

0%

Definition
Pasien mampu mempertahankan posisi
melawan gravitasi dan melawan maximal
tahan yang diberikan oleh pemeriksa dengan
Pasien mampu mempertahankan posisi
melawan gravitasy dan melawan minimal
tahan yang diberikan oleh pemeriksa.
Pasien mampu melakukan gerakan melawan
gravitasi tapi tidak mampu melawan tahanan.
Mampu melakukan gerakan, tapi tidak
melawan gravitasi
Ada sedikit kontraksi, ada sedikit atau tidak
ada pergerakan sendi.
Tidak ada kontraksi
Sumber : Data Primer

Berdasarkan MMT yang telah dilakukan, diperoleh nilai otot tiga


4. Tes Sensasi
Tes sensasi ini diperlukan untuk mengetahui kualitas dan
sensibilitas saraf. Tes sensasi ini terdiri dari tes rasa sikap, rasa gerak,
tajam tumpul, kasar halus, dan tes diskriminasi dua titik.
Berdasarkan tes sensasi yang telah dilakukan, diperoleh bahwa
kualitas dan sensibilitas saraf normal.
5. Test Finkelstein

Tes
ini
mendukung

spesifik

sangat
dalam

adapun tes-tes yang

menegakan

diagnosa,
dapat dilakukan pada

setiap gangguan pada thumb, pada kasus De Quervain terapis melakukan


tes finkelstein, dimana tes ini dilakukan untuk menentukan ada atau
tidaknya penyempitan di terowongan ligamentum dorsal pergelangan

19

tangan yang dilintasi selubung tendon abduktor policis longus dan


ekstensor policis brevis. Pasien disuruh mengepal dengan ibu jari yang
didalam kepalan jari-jari lainnya, kemudian pasien disuruh melakukan
ulnofleksi tangan pada sendi pergelangan tangan. Bila pasien merasakan
nyeri pada waktu melakukan gerakan tersebut, maka terowongan
pergelangan tangan menyempit. Pada kondisi De Quervain sinistra
didapatkan hasil adanya nyeri ada saat melakukan gerakan ulnofleksi kiri.
6. Pemeriksaan MRI dan Pemeriksaan Laboratorium

Terdapat Cedera
daerah Tendon
ekstensor pollicis
brevis dan abductor
pollicis longus
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk menunjang
diagnosis penyakit ini. Kadang dilakukan pemeriksaan serum untuk melihat
adanya faktor rheumatoid untuk mengetahui penyebab penyakit ini, tetapi hal ini
juga tidak spesifik karena beberapa penyakit lain juga menghasilkan faktor
rheumatoid di dalam darahnya.

7. HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety)


Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala yang masing- masing
kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.
Keempatbelas kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 5.8 Hamilton Rating Scale for Anxiety
No.
1.

Kelompok
Perasaan cemas

Gejala
a. Cemas
b. Takut
c. Mudah tersinggung

20

2.

Ketegangan

3.

Ketakutan pada

4.

Gangguan tidur

5.
6.

Gangguan kecerdasan
Perasaan depresi

d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
a.
b.
c.
d.
e.

7.

Gejala somatic

8.

Gejala sensorik

9.

Gejala kardiovaskuler

10.

Gejala pernapasan

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.

Firasat buruk
Lesu
Tidur tidak tenang
Gemetar
Gelisah
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gelap
Ditinggal sendiri
Orang asing
Binatang besar
Keramaian lalulintas
Kerumunan orang banyak
Sukar tidur
Terbangun malam hari
Tidak puas, bangun lesu
Sering mimpi buruk
Mimpi menakutkan
Daya ingat
Kehilangan minat
Sedih
Bangun dini hari
Berkurangnya
kesenangan
pada hobi
Perasaan
berubah-ubah
sepanjang hari
Nyeri otot kaki
Kedutan otot
Gigi gemertak
Suara tidak stabil
Tinitus
Penglihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lemas
Perasaan di tusuk-tusuk
Tachicardi
Berdebar-debar
Nyeri dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lemas seperti mau
pingsan
Detak jantung hilang sekejap
Rasa tertekan di dada
Perasaan tercekik
Merasa napas pendek atau

21

11.

Gejala
saluran
makanan

pencernaan

d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

12.

Gejala urogenital

13.

Gejala vegetative/Otonom

14.

Perilaku sewaktu wawancara

a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

sesak
Sering menarik napas panjang
Sulit menelan
Mual, muntah
Enek
Konstipasi
Perut melilit
Defekasi lembek
Gangguan pencernaan
Nyeri lambung sebelum dan
sesudah
Rasa panas di perut
Berat badan menurun
Perut terasa panas atau
kembung
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Sering pusing atau sakit
kepala
Bulu roma berdiri
Gelisah
Tidak tenang
Jari gemetar
Mengerutkan dahi atau kening
Muka tegang
Tonus otot meningkat
Napas pendek dan cepat
Muka merah

Sumber : http://komprehensif-nursing.blogspot.com/2013/05/scoringkecemasan-menurut-hars-hamilton.html (Diakses tanggal 22 Februari


2014)

Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara 04, yang artinya adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

Nilai 0 =
Nilai 1 =
Nilai 2 =
Nilai 3 =
Nilai 4 =

tidak ada gejala / keluhan


gejala ringan / satu dari gejala yang ada
gejala sedang / separuh dari gejala yang ada
gejala berat / lebih dari separuh dari gejala yang ada
gejala berat sekali / semua dari gejala yang ada

22

Masing- masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala tersebut


dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat
kecemasan seseorang, yaitu:
Total nilai (skore):
a. < 14

= tidak ada kecemasan

b.

14 20

= kecemasan ringan

c.

21 27

= kecemasan sedang

d.

28 41

= kecemasan berat

e.

42 56

= kecemasan berat sekali / panik

8. Tes ADL (Indeks Barthel)


ADL adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang
sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya
sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005).
Pada pasien yang mengalami gangguan ADL dapat diukur menggunakan
Indeks Barthel. Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang
berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai
kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan.
Indeks Barthel menggunakan 10 indikator dalam mengkaji kemampuan ADL,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.9Indikator Indeks Barthel

No.
1.

Indikator
Makan (Feeding)

2.

Mandi (Bathing)

3.

Perawatan diri (Grooming)

Grade
a. 0 = Tidak mampu
b. 1
=
Butuh
bantuan
memotong,
mengoles
mentega dll
c. 2 = Mandiri
a. 0 = Tergantung orang lain
b. 1 = Mandiri
a. 0 = Membutuhkan bantuan
orang lain
b. 1 = Mandiri dalam

23

4.

5.

Berpakaian (Dressing)

Buang air kecil (Bowel)

a.
b.
c.
a.

b.

6.

Buang air besar (Bladder)

c.
a.
b.

7.

Penggunaan toilet

c.
a.
b.

8.

9.

Transfer

Mobilitas

c.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.

10.

Naik turun tangga

d.
a.
b.
c.

perawatan muka, rambut,


gigi dan bercukur
0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2 = Mandiri
0 = Inkontinensia atau
pakai kateter dan tidak
terkontrol
1 = Kadang inkontinensia
(maksimal, 1x24 jam)
2 = Mandiri
0 = Inkontinensia (tidak
teratur atau perlu pencahar)
1 = Kadang inkontensia
(sekali seminggu)
2 = Terkendali teratur
0 = Tergantung bantuan
orang lain
1 = Membutuhkan bantuan,
tapi
dapat
melakukan
beberapa hal sndiri
2 = Mandiri
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk
bias duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
0 = Immobile (tidak
mampu)
1 = Menggunakan kursi
roda
2 = Berjalan dengan
bantuan satu orang
3 = Mandiri
0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan
2 = Mandiri

Sumber : http://hilal-setyawan.blogspot.com/2012/11/instrumentspengkajian-adl-dengan_5109.html (Diakses tanggal 22 Februari


2014)
Interpretasi hasil:

20
12-19

:
:

Mandiri
Ketergantungan ringan

24

9-11
: Ketergantungan sedang
5-8
: Ketergantungan berat
0-4
: Ketergantungan total
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada pasien, nilai
yang diperoleh adalah 14 yang menginterpretasikan bahwa pasien mengalami
ketergantungan ringan.

G. Diagnosis Fisioterapi
Gangguan Fungsional Thumb e.c dequervain syndrome 2 bulan yang lalu
H. Problem Fisioterapi
Problem Primer Inflamasi pada daerah wrist terutama daerah ibu jari
Nyeri Pada daerah Wrist terutama daerah ibu jari
Problem Sekunder Stiffness Joint daerah wrist dan Finger
Weakness otot-otot wrist terutama pada ibu jari
Problem Kompleks Gangguan ADL (Makan, Toileting, Berpakaian)
I. Program Fisioterapi
1. Mengatasi Inflamasi
2. Mengurangi Nyeri
3. Mengatasi Stiffness
4. Meningkatkan Kekuatan Otot
5. Mengatasi gangguan ADL (Makan, Toileting, Berpakaian)
J. Intervensi Fisioterapi
Problem FT
Sedih dan Cemas
Inflamasi

Nyeri
daerah
wrist dan Finger

Modalitas
Komunikasi
Terapeutik
RICE

Elektro Therapy
(Preeliminary)
Ultra Sound
Diathermi

Dosis
F : 3 x sehari
I : pasien tetap fokus
T : wawancara/ pendamping,
motivasi
T : 5-10 menit
F : 1x1 / hari
I : 3x repitisi (selama inflamasi)
T : local area
T : 5 menit/sesi (3 menit kompres,
2 menit angkat)
F : 1x1 / hari
I : : 1,5 watt/ cm, 3 MHz
(dengan arus continues)
T : circumduksi (memutar)
T : 3 menit (Luas Area dibagi

25

ERA = 4x3 dibagi 4)


Kaku Sendi

Manual Therapi

Kelemahan Otot

Exc.Therapy

Gangguan ADL

Exc.Therapy

F = 1x1/hari
I = 8 repitis
T = AROMEX dan PROMEX
T = 3 menit
F = 1x1 hari
I = 8 repitis
T = Resisted Exc.
T = 3 menit
F = 1x1 hari
I = 8 repitis
T = PNF
T = 3 menit

K. Evaluasi
a) Lingkup Gerak Sendi (ROM)
Hasil evaluasi lingkup gerak sendi dengan goneometer, didapatkan
berupa peningkatan luas gerak sendi aktif pada gerak ekstensi dan fleksi
kanan dari VF 20-0-15 menjadi VF 40-0-15, dan pasif dari VF 25000-150 menjadi VF 400-00-150 pada gerak abduksi dan adduksi Aktif
kanan dari VS 250-00-00 menjadi VS 400-00-00 dan pasif VS 300-00-00
menjadi VS 450-00-00.
Pemeriksaan

Gerakan Aktif
Kiri
kanan
F 40 0 - 00- 150
F 40-0-15

Ekstensi dan
Fleksi CMC
Abduksi dan
S 40 0 - 00- 00
Adduksi CMC
Pemeriksaan

Gerakan Pasif
Kiri
Kanan
F 40 0 - 00- 150
F 400-00-150

Ekstensi dan
Fleksi CMC
Abduksi dan
S 45 0 - 00- 00
Adduksi CMC
b) VAS

S 400-00-00

S 450-00-00.

26

Setelah dilakukan terapi selama 4 kali pertemuan diperoleh data nyeri


dengan VDS sebagai berikut
Nyeri Diam : Sedikit Sakit Menjadi Tidak Sakit
Nyeri Tekan : Sakit Menjadi Tidak Sakit
Nyeri Gerak : Sangat Sakit Menjadi Tidak Sakit
c) Kelemahan Otot
Setelah dilakukan terapi selama 4 kali pertemuan diperoleh data
Mucle manual testing yang awalnya bernilai 3 menjadi bernilai 5

L. Dokumentasi
Data-data tentang riwayat medis klien, hasil-hasil pemeriksaan
klinis, program intervensi fisioterapi yang telah dilaksanakan pada
klien dan catatan penting tentang hasil perkembangan terapi, dapat
dilihat dan tercantum pada kartu kontrol pemeriksaan kesehatan klien.
M. Modifikasi
Dalam modifikasi, fisioterapis melakukan modifikasi pada
program intervensinya apabila tidak terdapat peningkatan kondisi yang
baik pada pasien dengan melihat hasil evaluasi
N. Kemitraan
Dalam memberikan intervensi klien tersebut, fisioterapis dapat
bermitra dengan dokter spesialis saraf, perawat, psikolog, dan paramedis
lainnya
O. Edukasi
Edukasi sangat bermanfaat untuk mendukung keberhasilan program terapi
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Adapun edukasi yang diberikan
terapis pada pasien, yaitu : Fisioterapis memberitahukan kepada pasien untuk
melakukan latihan yang telah diberikan, seperti gerak aktif pada jari-jari dan
ibu jari, dan pasien dianjurkan untuk mengurangi aktifitas pada ibu jari dan

27

tidak melakukan aktivitas yang dapat memperberat keadaan ibu jari pasien
menjadi bertambah parah.

28

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemasalahan yang timbul pada kondisi ini diantaranya, (1) adanya nyeri
gerak pada akhir gerakan ekstensi dan abduksi thumb, (2) keterbatasan
lingkup gerak sendi pada thumb saat gerakan ekstensi dan abduksi thumb (3)
keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dari permasalahan yang
timbul maka diperlukan tujuan terapi yang terdiri dari, (1) mengurang nyeri
dan (2) meningkatkan lingkup gerak gerak sendi.
B. SARAN
Untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal dan mencegah kecacatan
yang mungkin terjadi, maka pasien harus melakukan terapi yang telah
diberikan dokter maupun fisioterapis.

29

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.

L, Paul L, Brian. Poplitea Tendinitis. The Merck Manual.2013


S, Stephen J. Et al. Poplitea Tendinitis. Free MD.2010
http://novetawulandari.blogspot.co.id/2016/05/tendinitis-bicipitalis.html
mayoclinic.org
https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-

surgery-sports-medicine
6. https://hellosehat.com/penyakit/trigger-finger/ /achilles-tendonitis
7. http://ninadfebriani.blogspot.co.id/2013/10/de-quervain-syndrome.html
8. B, Joseph J. Tendinitis and Tenosynovitis. Merck Manual Home Health
Handbook. 2013.
9. http://apotekonlines.blogspot.co.id/2014/02/tendinitis-tenosinovitis.html
10. http://divtrocketmail-chore.blogspot.co.id/2011/06/de-quervain-syndromedengan-modalitas.html

Anda mungkin juga menyukai