Anda di halaman 1dari 55

HEMIPLEGI

OTAK
Berat jaringan otak
manusia kira-kira 2%
dari berat orang
dewasa
Otak menerima 20%
dan seluruh curah
jantung
Membutuhkan sekitar
20% dari pemakaian O2
tubuh.
Vaskularisasi
otak

Otak memperoleh
darah dari dua
pembuluh darah besar :
karotis atau sirkulasi
anterior dan vertebra
atau sirkulasi posterior.
VENA
HEMIPLEGI
Berdasarkan tempat kerusakan, Hemiplegi
terbagi 3 :
Hemiplegi akibat hemilesi di cotex motorik
primer
Hemiplegi akibat hemilesi di capsula interna
Hemiplegi Alternans akibat hemilesi di
batang otak, dpt terjadi di Mesencephalon,
Pons.
Hemiplegia adalah
kelumpuhan total
pada lengan, kaki
pada sisi yang
sama dari tubuh.

Hemiplegi disebabkan oleh stroke


Stroke adalah disfungsi neurologis yang umum dan timbul
secara mendadak sebagai akibat dari adanya gangguan
suplai darah ke otak dengan tanda dan gejala sesuai
dengan daerah otak yang terganggu (WHO, 1989)
Klasifikasi
Iskemik Hemoragik
aliran darah ke otak terhenti Pendarahan di antara bagian
karena aterosklerosis atau bekuan dalam dan luar lapisan pada
darah yang telah menyumbat jaringan yang melindungi
suatu pembuluh darah. otak
Etiologi
P
A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I
Stadium Hemiplegi
Hilangnya
kesadaran secara
tiba-tiba atau
apoflasic

Stadium
Akut Semua refleks
Waktu 2-3 hilang dan bola
minggu (lumpuh mata berputar ke
total) arah sisi yang
rusak
suhu tubuh tidak dapat
naik tidur

sistem reflex
penderita
mulai ada
sadar
sedikit

Stadium otot yang terkena


flaccid akan
nadi cepat recovery kembali utamanya
pada lengan dan
/ flaccid jari-jari.
timbul ankle
clonus dan
babinskys sign

Stadium
residual
spastik
Cara berjalannya
Refleks kembali condong ke arah sisi
yang sehat dan pada
akan tetapi saat berjalan tungkainya
hyperrefleks membentuk pola
setengah lingkaran
Gambaran
Klinis
Kepala penderita
jari-jari fleksi dan thumb fleksi dan
fleksi dan rotasi ke
adduksi adduksi
arah yg sakit

trunk berotasi ke
wajah miring ke wrist joint fleksi belakang le sisi yang
sakit disertai dengan jari-jari kaki fleksi
sisi yang sakit serta ulnar deviasi dan adduksi
side fleksi ke arah yg
sakit

elbow fleksi serta Pelvic rotasi ke


scapula retraksi pronasi dari kaki plantar dan
arah belakang ke
lengan bawah inversi
sisi hemiplegi

shoulder tertarik
shoulder girdle hip adduksi dan
ke arah belakang knee ekstensi
depres internal rotasi
dan bawah
MANAJAMEN AFPR HEMIPLEGI
CHIEF OF COMPLAIN
Anamnesis Umum
Lumpuh setengah badan sisi
kiri. Nama :Ny.D
Umur : 65
vital sign :
Jk : Perempuan
Tekanan Darah : 160/100 mmHg Agama : Islam
Denyut Nadi : 96 kali/menit
Alamat : Jln. Sahabat
Pernafasan : 26 kali/menit
Temperatur : 37 C Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Hobby : Tennis Lapangan
Status : Kawin
Anamnesis Khusus :
Fisioterapis Pasien
Kapan mulai sulit bergerak Sejak mengalami stroke 3 bulan yang lalu.
(Kognitif)

Bagaimana kronologinya? Saat 3 bulan yang lalu saya tiba-tiba


(Kognitif) mengalami stroke, mulai saat itu badan
sebelah kiri saya sulit untuk digerakkan.

Bagaimana dengan tubuh sebelah kanan? Tubuh sebelah kanan saya masih normal.
(Body Scheme) Saya selalu menggunakan tubuh sebelah
kanan saya untuk beraktivitas.

Apakah ada rasa nyeri? Tidak ada


(Body Scheme)

Apakah ibu mengalami gangguan Tidak.


pernafasan? (Body Scheme)

Apakah ibu sudah ke dokter? Jika iya Iya.Sejak pertama mengalami serangan
kapan? stroke.
(Attention)
Anamnesis Khusus :
Fisioterapis Pasien
Apa yang dokter katakan tentang kondisi Kata dokter saya mengalami stroke karena
ibu? (Attention) factor kegemukan, lalu karena pembuluh
darah saya tersumbat saya menjadi
lumpuh setengah badan.
Apakah ibu sudah di foto roentgen dan Iya
diperiksa laboratorium? (Attention)
Bagaimana menurut dokter mengenai hasil Hasil roentgennya normal, tetapi kadar
roetgen dan laboratorium ibu? kolestrol saya tinggi.
Apakah ibu diberi obat oleh dokter? Iya. Saya diberi obat Librium untuk
(Attention) relaksan dan obat yang mengandung
Omega 3.
Apakah ada perubahan yang ibu rasakan Iya, saya rasa saya mulai membaik.
setelah meminum obat? (Attention)
Apakah ibu punya riwayat penyakit lain? Hipertensi dan kolesterol tinggi.
(Body Scheme)
Bagaimana keadaan tidur, makan, BAB, Semuanya terganggu. Saya kesulitan dan
dan kegiatan hari-hari ibu? (Body Scheme) malas melakukan semua hal sendiri,
sehingga saya butuh bantuan
Anamnesis Khusus :
Fisioterapis Pasien

Bagaimana perasaan ibu setelah terkena Saya sangat terganggu, cemas dan
penyakit ini? depresi karena saya tidak bisa
(Body Image) beraktivitas seperti biasa.

Bagaimana peran keluarga dan teman- Keluarga dan teman-teman saya sangat
teman ibu saat ini? (Persepsi) mendukung saya agar cepat sembuh.

Masih ada keluhan lain ibu ? Sudah tidak ada.


1. Asimetrik
a. Statis (Body Scheme) b. Dinamis (Body Language)

Inspeksi statis atau inspeksi


saat pasien dalam posisi diam. Inspeksi dinamis yaitu
inspeksi saat pasien
Anterior bergerak. Pasien bergerak
Ekspresi wajah normal di kursi roda dibantu oleh
Kepala cenderung ke sisi yang sakit suaminya . Sisi tubuh kiri
Posterior nampak lemah sedangkan
Cenderung bertumpu pada sisi yang yang kanan normal.
sehat
Lateral
Kifosis
Body Language

2. Test Orientasi

Tes orientasi ini bertujuan untuk mengungkap letak


kelainan yang dikeluhkan oleh pasien.

pasien disuruh menengok benda ke kanan,


mengangkat tungkai yg lemah,mengangkat tangan
yang lemah
Hasilnya : tdk begitu mampu melakukan apa yg
diperintahkan.
Body Scheme
3. PFGD

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Aktif


Pemeriksaan ini dilakukan dengan meminta pasien untuk melakukan gerakan
dengan keinginan dan kekuatannya sendiri tanpa bantuan pemeriksa atau
mekanis. Hasilnya pada kasus ini gerakan aktif sisi kanan tubuh pasien normal,
sedangkan sisi kiri tubuh pasien mengalami kesulitan

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Pasif


Pemeriksaan ini dilakukan dengan meminta pasien untuk melakukan gerakan
dengan bantuan pemeriksa atau mekanis. Pada kasus ini pasien masih bisa
digerakkan semua sendi-sendinya.

Pemeriksaan Isometrik Melawan Tahanan


Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan tahanan pada regio yang akan
digerakkan oleh pasien. Pada kasus ini sisi kanan tubuh pasien dapat melawan
tahanan, namun lengan kiri tubuh pasien tidak bisa digerakan dan untuk
tungkainya pasien mampu menggerakannya hanya saja belum mampu
melawan tahanan
Body Scheme
4. Palpasi ()
Body Scheme
5. RESTRICTIVE
Restrictive atau keterbatasan pada kasus ini, yaitu :
a. Keterbatasan ROM : Adanya limitasi ROM pada ekstremitas
superior dan inferior

b. Keterbatasan ADL : Keterbatasan pasien untuk dressing


dan toiletting.
c. Keterbatasan Pekerjaan : Pasien kesulitan dalam bekerja sebagai ibu
rumah tangga.
d. Keterbatasan Rekreasi : Pasien mengalami keterbatasan dalam
melakukan hobby bermain tennis lapangan
dikarenakan kondisi yang tidak
memungkinkan.
Body Scheme

1. TISSUE IMPAIRMENT

No Tissue Impairment Hasil


.
1. Musculotendinogen muscle weakness, regio otot
ekstremitas superior dan
inferior (sinistra)
2. Osteoarthrogen -

3. Neurogen Lesi pada hemisfer dextra

4. Psikogenik Gangguan kepercayaan diri dan


kecemasan
Body scheme
SPESIFIC TEST

Manual
Tes Tonus Tes Tes Tes
Muscle Tes Refleks
Otot sensorik Motorik Koordinasi
Testing
a. Tes Kekuatan Otot (Manual Muscle Testing)

Nilai Kekuatan Otot


0:Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi
1:Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak ada
pergerakan
2:Didapatkan gerakan, tetapi tidak melawan gaya gravitasi
3:Dapat mengadakan gerakan melawan gravitasi
4:Dapat melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
5:Tidak ada kelumpuhan (normal), dapat melawan gravitasi
dengan tahanan penuh
MMT Grup Otot Dextra Sinistra

Shoulder complex fleksi/ekstensi 5


abduksi/adduksi 5
eksorotasi/endorotasi 5 2
protraksi/retraksi 5
elevasi/depresi 5
Elbow fleksi/ekstensi 5 2
pronasi/supinasi 5 2
Wrist fleksi/ekstensi 5 2
inversi/eversi 5 2
fleksi/ekstensi 5 2
Fingers
abduksi/adduksi 5 2
fleksi/ekstensi 5 3
Hip abduksi/adduksi 5 3
eksorotasi/endorotasi 5 3
fleksi/ekstensi 5 3
Knee

fleksi/ekstensi 5 3
Ankle
eversi/Inversi 5 3

IP: Nilai kekuatan grup otot ekstremitassuperior dan inferior (sinistra) bernilai 2
(terdapat hipotonus, dapat mengadakan gerakan tp tidak melawan gravitasi)
b. Tes Tonus (Skala asworth)
IP : Pada tes ini sisi tubuh bagian kiri pasien hipotonus

c. Tes Sensorik
Tes Suhu (Panas Dingin)
Tes rasa nyeri (tajam tumpul)
Tes rasa posisi
Tes rasa gerak
Tes beda dua titik
Pada semua tes diatas sisi tubuh bagian kiri pasien dapat
dapat melakukan dengan baik.

d. Tes motorik : reaksi ADL seperti menggenggam, mengambil,


menyisir
IP : lengan sinistra tidak dapat melakukan
e. Tes koordinasi
Finger to finger : tdk bisa dilakukan
Finger to nose : tdk bisa dilakukan
Hell to knee : tdk bisa dilakukan

f. Tes Refleks
Tes refleks meliputi tes fisiologis yaitu biseps,
triseps, brakhioradialis,patella.
Hasil : hiporefleks
Reflek babinsky
Hasil : Positif
g. HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety)
Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala yang masing- masing kelompok dirinci lagi dengan
gejala-gejala yang lebih spesifik. Keempatbelas kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

No. Kelompok Gejala

1. Perasaan cemas a. Cemas


b. Takut
c. Mudah tersinggung
d. Firasat buruk

2. Ketegangan a. Lesu
b. Tidur tidak tenang
c. Gemetar
d. Gelisah
e. Mudah terkejut
f. Mudah menangis

3. Ketakutan pada a. Gelap


b. Ditinggal sendiri
c. Orang asing
d. Binatang besar
e. Keramaian lalulintas
f. Kerumunan orang banyak
4. Gangguan tidur a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidak puas, bangun lesu
d. Sering mimpi buruk
e. Mimpi menakutkan
5. Gangguan kecerdasan a. Daya ingat

6. Perasaan depresi a. Kehilangan minat


b. Sedih
c. Bangun dini hari
d. Berkurangnya kesenangan pada
hobi
e. Perasaan berubah-ubah
sepanjang hari
7. Gejala somatic a. Nyeri otot kaki
b. Kedutan otot
c. Gigi gemertak
d. Suara tidak stabil
8. Gejala sensorik a. Tinitus
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah dan pucat
d. Merasa lemas
e. Perasaan di tusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler a. Tachicardi
b. Berdebar-debar
c. Nyeri dada
d. Denyut nadi
mengeras
e. Rasa lemas seperti
mau pingsan
f. Detak jantung hilang
sekejap

10. Gejala pernapasan a. Rasa tertekan di dada


b. Perasaan tercekik
c. Merasa napas pendek
atau sesak
d. Sering menarik napas
panjang
11. Gejala saluran pencernaan a. Sulit menelan
makanan b. Mual, muntah
c. Enek
d. Konstipasi
e. Perut melilit
f. Defekasi lembek
g. Gangguan pencernaan
h. Nyeri lambung sebelum dan
sesudah
i. Rasa panas di perut
j. Berat badan menurun
k. Perut terasa panas atau
kembung

12. Gejala urogenital a. Sering kencing


b. Tidak dapat menahan kencing
13. Gejala vegetative/Otonom a. Mulut kering
b. Muka kering
c. Mudah berkeringat
d. Sering pusing atau sakit
kepala
e. Bulu roma berdiri
14. Perilaku sewaktu wawancara a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Mengerutkan dahi atau kening
e. Muka tegang
f. Tonus otot meningkat
g. Napas pendek dan cepat
h. Muka merah

Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara 0-4,
yang artinya adalah:

Nilai 0 = tidak ada gejala / keluhan


Nilai 1 = gejala ringan / satu dari gejala yang ada
Nilai 2 = gejala sedang / separuh dari gejala yang ada
Nilai 3 = gejala berat / lebih dari separuh dari gejala yang ada
Nilai 4 = gejala berat sekali / semua dari gejala yang ada

Masing- masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala tersebut


dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat
kecemasan seseorang, yaitu:
Total nilai (skore):
< 14 = tidak ada kecemasan
14 20 = kecemasan ringan
21 27 = kecemasan sedang
28 41 = kecemasan berat
42 56 = kecemasan berat sekali / panik

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada pasien, nilai


yang diperoleh adalah 18 yang menginterpretasikan bahwa pasien
mengalami kecemasan tingkat ringan
Body Language
h. Test ADL
No. Indikator Grade
1. Makan (Feeding) a. 0 = Tidak mampu
b. 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega
dll
c. 2 = Mandiri

2. Mandi (Bathing) a. 0 = Tergantung orang lain


b. 1 = Mandiri
3. Perawatan diri (Grooming) a. 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
b. 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi
dan bercukur

4. Berpakaian (Dressing) a. 0 = Tergantung orang lain


b. 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing baju)
c. 2 = Mandiri

5. Buang air kecil (Bowel) a. 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
terkontrol
b. 1 = Kadang inkontinensia (maksimal, 1x24 jam)
c. 2 = Mandiri
6. Buang air besar (Bladder) a. 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu pencahar)
b. 1 = Kadang inkontensia (sekali seminggu)
c. 2 = Terkendali teratur
7. Penggunaan toilet a. 0 = Tergantung bantuan orang lain
b. 1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sndiri
c. 2 = Mandiri
8. Transfer a. 0 = Tidak mampu
b. 1 = Butuh bantuan untuk bias duduk (2 orang)
c. 2 = Bantuan kecil (1 orang)
d. 3 = Mandiri
9. Mobilitas a. 0 = Immobile (tidak mampu)
b. 1 = Menggunakan kursi roda
c. 2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
d. 3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti
tongkat)
10. Naik turun tangga a. 0 = Tidak mampu
b. 1 = Membutuhkan bantuan
c. 2 = Mandiri
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada pasien, nilai yang
diperoleh adalah 5 yang menginterpretasikan bahwa pasien mengalami
ketergantungan berat.
Diagnosis

Gangguan fungsi gerak Akibat Hemiplegi sinistra stadium


flaccid e.c NHS 3 bulan yang lalu
Problem Fisioterapi

1.Problem primer : Hipotonus daera tubuh sinistra


2. Problem Sekunder : a. muscle weakness, regio otot
ekstremitas superior
dan inferior (sinistra)
b.Gangguan kepercayaan diri dan
kecemasan
3. Problem kompleks : Gangguan ADL yang melibatkan fungsi sisi
kiri tubuh pasien seperti dressing dan
toileting
Program Fisioterapi

Setelah diketahui problem fisioterapi maka fisioterapis perlu menentukan


rencana intervensi yang akan diberikan nantinya.

Program jangka pendek:


1. Mengatasi muscle weakness, regio otot ekstremitas superior dan inferior
(sinistra)
2. Meningkatkan Tonus Otot
3. Membangun rasa percaya diri dan mengurangi kecemasan pasien
4. Menjaga kondisi/kemampuan sisi kanan tubuh pasien agar tidak
menurun

Program jangka panjang :


Meningkatkan kemampuan pergerakan pasien dalam ADL dressing dan
toileting
Intervensi FT
No. Problem Modalitas Dosis
1 Rasa percaya diri Komunikasi terapeutik F : 1 x /hari
berkurang dan (Body Image) I : selama penderita fokus
cemas T : wawancara, motivasi
T : selama terapi

2. Pre eliminary Breathing evercise F : 1x sehari


exc. I : 6-8 kali repetisi
T : deep breathing
T : 60 detik
IRR F : 3 x per minggu
I : 35-45 cm
T : local area
T : 10 menit

3. Gangguan muscles Fasilitasi tonus otot F : 1 x per hari


(tonus otot) dan joint I : 3 x 1 / 3 kali repetisi
sense T : MMBTS
klau pakai elektro kasih di T : 15- 20s
ekstensor carpi radialis dan F : 1 x / hari
tibialis anterioratau peroneus) I : 3x1 / 3 kali repetisi
Fasilitasi propriosensor sendi T : Approximation
T : 10-20s
4. Mencegah stiffness (motor ROM Exercise F : 1 x per hari

learning) I : 3x1 / 3 kali repetisi

T : PROMEX,AAROMEX

T : 10- 20s

5. Kelemahan otot Strengthening Exercise F : 3 x per hari


ekstremitas inferior dan I : 3x1 / 3 kali repetisi
superior bagian kiri
T : strengthening
T : 1 menit
Exercise F : 3 x / hari
I : 3x1 / 3 kali repetisi
T : PNF (Body Language)
dressing, toileting
6. Gangguan ADL Fasilitasi F
T :: 3 x per hari
1 menit
I : berjalan sesuai pola
Balance, Stabilisasi bridging,gaitexercis gait
Koordinasi berdiri-jalan es T : bridging,gait
exercise
T : 5 menit
Intervensi AFPR
No Gangguan AFPR Modalitas Dosis

1 Aktifitas Fungsional Walking/ Jalan Pagi F : setiap hari


I:-
T : berjalan di taman
T : 15 menit
Memindahkan Barang F : setiap hari
I : berat barang : < 500 gr
T : pemindahan barang
dari 1 tempat
T : 5 menit
2 Rekreasi Main Game F : 3x seminggu
I : pasien fokus
T : nintendo Wii/ game
tennis lapangan
T ; 10 menit
3 Pemeliharaan Diri Olahraga F : 3 x seminggu
I : Pasien fokus
T : Static Bicycle
T ; 10 menit
ATENSI

Pasien memiliki semangat untuk sembuh. Pasien berusaha


untuk memperbaiki kondisi kesehatannya dengan mengikuti
rujukan dokter untuk menjalani program fisioterapi. Pasien
juga rutin melakukan kontrol dan terapi sebagai bentuk tekad
kuat untuk sembuh.
PERUBAHAN PERSEPSI / EVALUASI
Awalnya pasien merasa penyakitnya tidak dapat
disembuhkan oleh tenaga kesehatan, tetapi setelah mendapat
saran dari dokter yang menangani, dan setelah beberapa kali
menjalani program fisioterapi, pasien merasakan perubahan
dalam kondisi kesehatannya. Antara pasien dan fisioterapis
telah terbangun rasa saling percaya sehingga pasien mau
mendengarkan saran-saran fisioterapis. Pasien mulai
menjalankan pola hidup sehat, berolahraga rutin, dan atur pola
makan sesuai dengan anjuran fisioterapis.
Evaluasi
Hasil tindakan FT Interpretasi
Problem Instrumen
Sebelum Sesudah Perubahan
Rasa Percaya HRS A 18 15 Terdapat
Diri peningkatan

Tonus otot Skala Eks inferior sin: 0 Eks inferior: 1 Ada peningkatan
Asworth Eks superior: 0 Eks superior: 1 tonus otot

Kekuatan otot MMT Eks inferior dx: 3 Eks inferior dx: 3 Terdapat
Eks superior dx: 2 Eks superior dx: 3 peningkatan
kekuatan otot
Gangguan Bridging Mampu, lemah Mampu, sedikit Terjadi
Koordinasi dan sdh dapat peningkatan
Keseimbangan melakukan kemampuan

ADL Indeks 5 9 Terdapat


Barthel peningkatan
PENANAMAN MEMORI / HOME PROGRAM

Pasien diberitahukan tentang batas maksimal melakukan


aktivitas untuk mencegah terjadinya serangan yang tidak
terduga. Pasien juga diberikan beberapa latihan yang dapat
dilakukan sendiri di rumah, misalnya melakukan aktivitas
aerobic, walking exercise atau static bycicle dan melakukan
breathing exercise. Pasien paham dengan apa yang
disampaikan oleh fisioterapis dan menerapkannya di rumah.
F. Dokumentasi
Data-data tentang riwayat medis klien,
hasil-hasil pemeriksaan klinis, program
intervensi fisioterapi yang telah
dilaksanakan pada klien dan catatan
penting tentang hasil perkembangan terapi,
dapat dilihat dan tercantum pada kartu
kontrol pemeriksaan kesehatan klien.
MODIFIKASI KEMITRAAN
- Modifikasi dilakukan Pengembangan kemitraan dapat
berdasarkann perubahan dilakukan dengan profesi
kesehatan lainnya dalam rangka
patofisiologi penyakit pasien dan
memberikan pelayanan
hasil dari evaluasi pelaksanaan kesehatan sepenuhnya terhadap
program. Jika hasil evaluasi kondisi klien. Hal ini dilakukan
menunjukkan progresif yang sesuai dengan kebutuhan klien
baik, maka jenis latihan dan dan perkembangan
dosis dapat dimodifikasi dan patofisiologinya. Dalam
ditingkatkan untuk mencapai memberikan intervensi klien
tersebut,fisioterapis dapat
hasil yang lebih optimal.
bermitra dengan dokter spesialis
saraf, dokter spesialis patologi
- Variasi kegiatan dan lokasi klinik, ahli okupasional, perawat,
AFPR sesuai dengan hobby psikolog, ahli gizi, dan pekerja
pasien. sosial medis lainnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai