Anda di halaman 1dari 30

FT.

NEUROMUSKULAR
(AMYOTROPHIC LATERAL SCLEROSIS)
NURUL ANNISA
D.IV IIIA FISIOTERAPI
PO714241161033
PENGERTIAN
 Amyotrophic lateral sclerosis atau ALS adalah
gangguan neurologis progresif yang tidak bisa
disembuhkan dan bersifat degeneratif. ALS
mengakibatkan sel-sel saraf dari otak dan sumsum
tulang belakang yang mengendalikan gerakan otot-
otot polos (otot volunter) secara bertahap menjadi
rusak. Akibatnya, hal ini bisa menyebabkan
kelumpuhan hingga kematian.
 Ada dua jenis tipe penyakit ALS:
1. Neuron motor atas: Sel saraf di otak.
2. Neuron motorik bawah: Sel saraf di sumsum
tulang belakang.

Neuron motor ini mengendalikan semua gerakan


refleks atau spontan di otot lengan, kaki, dan wajah
Anda. Neuron motor juga berfungsi memberitahu otot-
otot Anda untuk berkontraksi sehingga Anda bisa
berjalan, berlari, mengangkat benda ringan di sekitar,
mengunyah dan menelan makanan, dan bahkan
bernapas.
ETIOLOGI
 Meskipun penyebab ALS tidak diketahui dengan pasti, faktor
keturunan ternyata mempunyai peran sekitar 5-10%. Untuk
kasus ALS familial (yang diwariskan dari orang tua secara
genetik) diyakini disebabkan oleh gen yang rusak sehingga
mencegah tubuh memproduksi jumlah normal enzim yang
disebut superoxide dismutase.
 Selain itu, infeksi virus dan trauma fisik yang parah mungkin
menjadi faktor penyebab ALS. Teori lain menyebutkan bahwa
ALS terjadi karena sel-sel saraf yang mengontrol gerakan
mendapatkan stimulasi yang berlebihan oleh neurotransmitter
yang yang disebut glutamat.
MANIFESTASI KLINIS
 Kesulitan berjalan, sering tersandung atau kesulitan
melakukan kegiatan normal sehari-hari
 Kelemahan seluruh bagian kaki atau tangan
 Berbicara meracau tidak sesuai yang dipikirkan
 Kesulitan untuk menelan
 Kram otot dan berkedut di lengan, bahu dan lidah
 Kesulitan memegang kepala atau menjaga
keseimbangan tubuh dengan baik
PATOGENESIS
 ALS mempengaruhi upper motor neuron cortek serebral, turun
kebawah melalui traktus kortiko bulbaris dan kortiko spinalis
yang kemudian bersinaps dengan lower motor neuron atau
interneuron. Hal tersebut dapat terjadi secara langsung
mengenai lower motor neuron dengan adanya penyakit pada
AHC di spinal cord dan brainstem. Cell yang bermasalah
tersebut secara perlahan – lahan menjadi mengecil dan disertai
seiring dengan akumulasi yang sangat banyak dari pigmentasi
lipid ( lipofusin ) dimana pada kondisi yang normal kondisi ini
tidak terbentuk sampai berkembangnya usia ( dewasa ) (
Brown 1994 ).
KLASIFIKASI
1. Pseudobulbar palsy merupakan kerusakan reflek pada traktus
kortikobulbaris.
2. Progresif bulbar palsy merupakan kerusakan dari nucleus saraf –
saraf cranial. Ditemukan kelemahan otot – otot yang
mempengaruhi fungsi menelan, mengunyah dan mimik wajah.
Vasikulasi lidah sering ditemukan, pada awal kerusakan bulbar
dapat ditemukan kesulitan pernafasan akibat kelemahan
ekstermitas. Disartia dan exaggeration ekspirasi emosi atau akibat
kerusakan pseudobulbar menunjukkan traktus kertikobulbar juga
rusak. System akulomotoris biasanya rusak dan gerakan mata
umumnya normal.
3. Primary Lateral Sclerosis,
Diakibatkan hilangnya neuronal pada kortex. Tanda – tanda dari
kortikospinalis adalah hiperaktifitas dari reflek – reflek tendon
dengan adanya spastisitas sehingga menyebabkan kesulitan untuk
gerakan aktif. Kelemahan dan spastisitas pada otot – otot tertentu
timbul sesuai dengan tingkat dan progresifitas yang ada di
sepanjang tractus cotico spinal. Tidak ditemukan atropi otot dan
vaskulasi. Jenis ALS ini sangat jarang
4. Progresif spinal muscular atropi
Adalah suatu kondisi dimana hilangnya motor neuron secara
progresif di AHC spinal cord, sering kali diawali pada area cervical.
Terdapat kelemahan yang progresif, berkeringat dan vasikulasi
pada otot – otot intrinsic tangan. Tingkat yang lain dari spinal
cord dapat menyebabkan penyakit yang dengan gejala yang sesuai
dengan tingkat yang terkena. Daerah yang mengalami kelemahan
ditemukan tanpa mempengaruhi tingkat corticospinalis yang lebih
tinggi seperti spastisitas.
PROSES FISIOTERAPI
ANAMNESIS
- Anamnesis Khusus :
- Anamnesis Umum :
Keluhan utama :
Nama : Lokasi keluhan :
Umur : Terjadi sejak :
Jenis kelamin : Sifat keluhan :
RPP :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
PEMERIKSAAN FISIK
 VITAL SIGN

Tekanan darah :
Denyut nadi :
Pernapasan :
Temperatur :
 INSPEKSI

 Statis
 Dinamis

 PALPASI
PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK
DASAR
 PEMERIKSAAN
GERAK AKTIF
TIMT

PEMERIKSAAN
GERAK PASIF
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Magnetic Resonance
Elektromiogram (EMG)
Imaging (MRI)

Biopsi Otot Pemeriksaan Lab Lainnya


P
E
MUSCLE MANUAL TESTING
N (MMT)
G 0 Tidak ada tonus (dengan palpasi).
U 1 Ada kontraksi tapi tidak ada gerakan.
K 2 Ada gerakan dengan ROM penuh, tidak melawan gravitasi.
U 3 Ada gerakan ROM penuh, dapat melawan gravitasi.
R 4 Gerakan ROM penuh, dengan melawan tahanan.
A 5 Gerakan ROM penuh, melawan tahanan maksimal.
N
BALANCE
(Berg Blance Scale)
 Duduk Ke berdiri
 Berdiri tanpa menumpu
 Duduk di kursi dengan punggung tidak tersanggah tetapi kaki
menumpu di atas lantai
 Berdiri ke duduk
 Transfer (berpindah tempat)
 Berdiri dengan mata tertutup
 Berdiri dengan kaki rapat
 Meraih ke depan dengan lurus sambil berdiri
 Mengambil objek di lantai posisi berdiri
 Berbaik untuk melihat ke belakang kanan dan kiri sambil
berdiri
 Berputar 360 derajat
 Menempatkan kaki bergantian di atas tool dalam posisi berdiri
tanpa di sanggah
 Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lainnya tanpa
bersandar
 Berdiri dengan satu kaki
REFLEKS

 a.Biceps refleks.
 b.Triceps refleks.
 c.Patella refleks.
 d.Achilles refleks.
 e.Babinsky refleks
ANTROPOMETRI
• PEMERIKSAAN EKSPANSI THORAKS
 Pemeriksaan lingkar dada atas.
 Pemeriksaan lingkar dada tengah.
 Pemeriksaan lingkar dada bawah.
• PEMERIKSAAN LINGKAR SEGMEN
 Pemeriksaan lingkar lengan atas.
 Pemeriksaan lingkar lengan bawah.
 Pemeriksaan lingkar tungkai atas.
 Pemeriksaan lingkar tungkai bawah
TONUS OTOT
(SKALA ASHWORTH)
 0 Tidak ada peningkatan tonus.
 1 Ada sedikit peningkatan tonus yang ditandai dengan adanya tahanan
minimal pada akhir gerakan
 1+ Ada sedikit peningkatan tonus yang ditandai dengan adanya tahanan
minimal setelah melewati setengah ROM.
 2 Ada tanda yang lebih tinggi dalam peningkatan tonus yang ditandai
dengan kesulitan menggerakan pasif tetapi masih mudah bergerak pada
beberapa bagian.
 3 Ada tahanan yang kuat sehingga sangat sulit bergerak karena
peningkatan tonus yang sangat tinggi.
 4 Terjadi rigiditas dan tidak dapat digerakan
LINGKUP GERAK SENDI

 LGS adalah serangkaian gerakan yang terjadi pada persendian


dari awal sampai akhir gerakan.
 Instrumen yang dapat digunakan adalah goniometer
P
R FASE INDEPENDEN
O
B  a. Tahap I : spastik ringan
L  b. Tahap II : Kelemahan bagian tubuh
E tertentu, Penurunan ringan kemandirian, Kesulitan
M naik turun tangga, Kesulitan mengangkat lengan,
Kesulitan mengancingkan baju, Kesulitan berjalan.
 c. Tahap III : Kelemahan yang berat pada daerah
F tertentu seperti pada ankle, pergelangan tangan dan
T tangan, Penurunan kemandirian ADL, Cepat lelah bila
berjalan jauh, Gangguan berjalan, Gangguan otot-otot
pernapasan .
FASE PARTIAL INDEPENDEN

 a. Tahap I : spastik ringan


 b. Tahap II : Kelemahan bagian tubuh tertentu, Penurunan
ringan kemandirian, Kesulitan naik turun tangga, Kesulitan
mengangkat lengan, Kesulitan mengancingkan baju, Kesulitan
berjalan.
 c. Tahap III : Kelemahan yang berat pada daerah tertentu
seperti pada ankle, pergelangan tangan dan
tangan, Penurunan kemandirian ADL, Cepat lelah bila
berjalan jauh, Gangguan berjalan, Gangguan otot-otot
pernapasan .
FASE DEPENDEN VI

 Berbaring terus, ADL bergantung penuh, Kesulitan


bernapas.
I FASE I INDEPENDEN
N
T
E  1. Tahap I :
R Lanjutkan aktifitas normal atau tingkatkan
aktifitas jika banyak duduk untuk mencegah disease
V atropi. Mulai program latihan ROM. Tambahkan
E program penguatan otot dan perhatikan jangan sampai
terlalu lelah
N
 2. Tahap II
S
Lanjutkan stretching untuk mencegah kontraktur.
I Pertimbangan support orthrotik seperti AFOs, splint
pergelangan jari-jari. Gunakan peralatan yang dapat
membantu memfasilitasi ADL
 3. Tahap III :
lanjutkan program fase 2 sesuai toleransi pasien,
pertahankan kemandirian fisik pasien semampunya
berikan aktifitas yang menyenangkan dan
menghibur. Berikan latihan deep breathing,
streatching dada, postural drainage bila diperlukan.
Berikan kursi roda standard atau elektrik dengan
memodifikasi sehingga dapat sewaktu-waktu
menurunkan sandaran dengan kepala istirahat,
tungkai ditinggikan
FASE II PARTIAL INDEPENDEN

 1. Tahap IV dan V :

anjurkan keluarga untuk belajar tehnik transfer


(berpindah) yang baik, prinsip II merubah posisi dan
mengatur posisi. Berikan modifikasi rumah untuk
membantu modalitas pasien dan kemandirian pasien
FASE III DEPENDEN

 Tahap VI :

Untuk menurunkan aliran akumulasi air ludah


dapat digunakan obat-obatan, suction
dan operasi. Untuk kesulitan bernapas : pembersihan
jalan napas, trakeostomi, resiperator.

Anda mungkin juga menyukai