DISUSUN OLEH
NAMA : GEDE BAYU PIPIT PERMADI
NIM : 17.007
B. Patofisiologi
Tempurung lutut (patella) adalah tulang bundar yang tebal yang menutupi dan
melindungi bagian depan (anterior) dari sendi lutut. Bergerak di sepanjang alur di
tulang paha femur sebagai bagian dari sendi patellofemoral. Lapisan tulang rawan
mengelilingi bagian bawah tempurung lutut Anda. Ketika tulang rawan ini melunak
dan pecah, dapat menyebabkan nyeri lutut. Ini sebagian disebabkan oleh stres (tekanan)
yang berulang. Stres mengiritasi lapisan sendi, ini menyebabkan rasa sakit di tulang
yang mendasarinya.
Dalam keadaan normal matrix tulang rawan berisi lebih kurang 80% air, 3,6%
proteoglikan, 15% kolagen dan sisanya mineral dan zat-zat organik lain serta kondrosit
yang berfungsi membentuk kolagen dan proteoglikan. Kadar kolagen dan proteoglikan
ini yang menentukan agar matrix tulang rawan berfungsi baik yaitu sebagai penahan
beban dan peredam kejut. Pada tahap awal kerusakan tulang rawan, terjadi penurunan
kadar proteoglikan sedangkan kadar kolagen masih normal. Hal ini terjadi karena
proses destruksi melebihi proses produksinya sehingga permukaan tulang rawan
menjadi lunak secara lokal. Juga kadar air menurun sehingga warna matrix menjadi
kekuningan dan timbul retakan dan mulai terbentuk celah. Tahap kedua, celah makin
dalam tetapi belum sampai ke perbatasan daerah subkondral. Jumlah sel rawan mulai
menurun, begitu juga kadar kolagen. Tahap ketiga, celah makin dalam sampai ke daerah
subkondral. Tahap keempat, serpihan rawan sendi yang terapung dalam cairan sendi
akan difagosit oleh sel-sel membran sinovia dan terjadilah reaksi radang. Sementara itu
kondrosit mati, proteoglikan dan kolagen tidak diproduksi lagi.
C. Faktor Resiko
Secara garis besar, faktor risiko timbulnya nyeri lutut meliputi usia, jenis
kelamin, ras, genetik, nutrisi, obesitas, penyakit komorbiditas, menisektomi, kelainan
anatomis, riwayat trauma lutut, aktivitas fisik, kebiasaan olah raga, dan jenis pekerjaan.
Beberapa tanda dan gejala yang tampak bersama dengan nyeri lutut antara lain:
Kesulitan berjalan atau berjalan dengan pincang
Kaku pada lutut sehingga sulit menekuk kaki
Kemerahan dan bengkak
Rasa lemas pada lutut
Bunyi berderik atau gemeretak saat pergerakan lutut
Cedera akut
Cedera akut pada lutut dapat mempengaruhu kondisi ligamen, tendon, kartilago, atau
tulang pada otot. Beberapa penyebab cedera diantaranya:
Jatuh dari ketinggian tertentu dan kecelakaan motor adalah penyebab paling
banyak terjadinya patah tulang atau fraktur. Pada lutut, bagian tulang yang paling
rawan mengalami fraktur adalah tempurung lutut (patella). Patella adalah tulang yang
berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung sendi lutut, terletak dibagian paling
depan pada sendi lutut (tempat bertemunya tulang paha dan tulang kering).
Patah tulang pada tempurung lutut merupakan kondisi yang serius yang dapat
menyebabkan kesulitan atau kesakitan saat meluruskan lutut atau saat berjalan. Selain
pada bagian tempurung lutut, bagian ujung tulang paha dan tulang kering yang
membentuk sendi lutut juga dapat mengalami patah tulang apabila terjadi kecelakaan
atau karena menurunnya kekuatan tulang (karena lanjut usia).
b) Dislokasi
Dislokasi terjadi apabila tulang pada lutut bergeser dari posisi asalnya, yang
disebabkan oleh kelainan struktur tulang seseorang, karena cedera akibat kecelakaan
motor, atau karena cedera saat berolahraga. Adanya cedera akan mengakibatkan,
misalnya tempurung lutut, bergeser dari tempat asalnya. Dislokasi membutuhkan
penanganan sesegera mungkin agar tidak mempengaruhi suplai aliran darah pada kaki
terganggu.
Meniskus adalah tulang rawan pada sendi lutut yang berfungsi sebagai
bantalan peredam tegangan antara tulang paha dan tulang kering, serta menjaga sendi
lutut agar tetap stabil. Cedera pada meniskus berupa robekan akibat aktivitas benturan
atau putaran pada lutut. Robekan meniskus merupakan cedera otot yang umum terjadi
dan menyerang pemain olahraga yang banyak melibatkan kontak badan antar sesama
pemain, misalnya sepak bola atau rugby.
Permasalahan medis
a. Penyakit Osgood-Schlatter
b. Rheumatoid Arthritis
Gout merupakan salah satu bentuk arthritis yang biasanya terjadi karena
timbunan asam urat pada sendi khususnya di ibu jari kaki, atau terdapat juga di lutut,
kaki, tangan, pergelangan, dan siku. Gejala yang terasa antara lain rasa sakit, bengkak,
rasa hangat pada area yang sakit, dan kemerahan. Resiko terkena gout meningkat
apabila seseorang mempunyai kadar asam urat dalam darah yang tinggi, kegemukan,
konsumsi alkohol, konsumsi makanan dengan kadar protein tinggi, faktor genetik, dan
dalam penggunaan obat-obatan tertentu.
Merupakan peradangan sendi pada lutut dan pinggang yang disebabkan oleh
infeksi bakteri yang menimbulkan rasa nyeri, pembengkakan, kemerahan, dan
demam. Bakteri penyebab infeksi arthritis adalah golongan Staphilococcus dan
Streptococcus. Bakteri ini dapat masuk melalui luka atau saat operasi dan terbawa
oleh peredaran darah. Beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi
sepsis arthritis antara lain operasi pergantian tempurung lutut atau panggul, riwayat
penyakit diabetes atau rheumatoid arthritis, dan cedera pada persendian.
Kondisi kronis
Nyeri lutut yang disebabkan oleh kondisi kronis umumnya terjadi karena
adanya penurunan kondisi tulang rawan (kartilago) di lutut, akibatnya sendi menjadi
kaku, bengkak, dan nyeri. Kondisi ini disebut dengan osteoarthritis atau arthritis
degeneratif. Bila pada kondisi normal tubuh akan secara otomatis memperbaiki
jaringan sendi yang rusak, maka pada penderita osteoarthritis, kerusakan pada
kartilago tidak dapat terbarukan.
Penyebab pasti osteoarthritis tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor
risiko penyebabnya yaitu cedera pada sendi, riwayat gout atau rheumatoid arthritis,
pertambahan usia, dan kegemukan (obesitas). Osteoarthritis merupakan kondisi kronis
(jangka panjang) dan tidak dapat diobati. Terapi yang ada hanya untuk meredakan
gejala. Meski demikian, perbaikan kondisi dapat terjadi seiring berjalannya waktu
melalui perubahan pola hidup, pemberian obat pereda nyeri, dan pemberian terapi
pendukung seperti fisioterapi.
F. Pemeriksaan Fisik
Anamnesis yang baik sangat membantu memberikan pengarahan pada saat
pemeriksaan fisik, dan diharapkan akan ditemukan kelainan-kelainan mengenai sistem
musculoskeletal dan sistem saraf. Perlu diperhatikan pula keadaan kulit, deformitas
sendi dengan pertimbangan apakah kelainan itu tergolong idiopatik, kongenital,
neurologis ataukah oleh penyakit reumatik. Setelah dilakukan inspeksi, dilakukan
palpasi dan perkusi untuk mencari kemungkinan adanya rasa nyeri. Perlu juga
diperhatikan adanya krepitasi, perubahan-perubahan gerakan, adanya nyeri tekan,
pembengkakan dan penilaian kekuatan pada daerah sendi lutut.
Sendi-sendi ekstremitas bawah diperiksa pada posisi berbaring, dinilai
kemampuan ruang gerak sendi serta keadaan hipermobilitas yang dapat menjadi
penyebab gangguan sendi, serta dilihat adanya spastisitas/kaku kaki. Kekuatan masing-
masing kelompok otot utama juga diperiksa untuk memastikan rasa nyeri itu berasal,
karena rasa nyeri tidak selalu menunjukan arthtritis tapi juga dapat berasal dari tempat
lain misalnya tendinitis tanpa arthritis, bursitis, miositis, atau pada saraf maupun tulang.
Tes Lachman
Pasien posisi terlentang dengan pemeriksa menahan lutut pada posisi fleksi 15°.
Tulang paha ditopang dengan satu tangan dan diberikan tekanan pada tibia bagian
proksimal dan posterior untuk mengubahnya menjadi anterior. Hasil positif terjadi jika
terdapat perubahan anterior secara berlebihan pada tibia dengan titik akhir yang lembut.
Tes McMurray
Dengan posisi pasien berbaring telentang, lutut difleksikan dan di
stabilkandengan tangan pemeriksa, dimana diletakkan sepanjang garis sendi medial
danlateral. Dengan tangan lainnya, pemeriksa menahan kaki pada tumit dan memutar
kaki pada paha dengan lutut tetap dalam keadaan fleksi. Rotasi eksternal
dilakukanuntuk memeriksa kartilago medial, dan rotasi internal untuk kartilago lateral.
Denganmengubah derajat dari fleksi lutut, berbagai aspek dari kartilago dapat dinilai.
Jika terdengar bunyi klik dan timbul nyeri, ini memberi kesan robeknya meniskus.
Tes Drawer Anterior
Pasien duduk pada pinggir meja pemeriksaan dan pergelangan kaki diposisikan
90°, pergelangan kaki ditahan pada sisi tibia dengan satu tangan. Jari telunjuk tangan
tersebut diletakkan pada talus dengan jari tengah pada maleolus tibia.Tumit ditarik
secara anterior dengan tangan lainnya. Adanya pergerakan relatif anteroposterior antara
talus dan tibia dapat dipalpasi atau dilihat. Tes ini dilakukan untuk menilai integritas
ligamen pergelangan kaki lateral.
G. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Ada banyak pemeriksaan laboratorium penunjang untuk penyakit reumatik,
antara lain Laju Endap Darah (LED), protein C-reaktif, dan lain-lain yang tidak
spesifik.yang paling sering diperiksa adalah faktor reumatoid, antibodi antinuklear, dan
asam urat darah. Kadang-kadang hasilnya positif, tapi tidak selalu ditemukan
penyakitnya. Oleh karena itu, sebaiknya uji ini hanya dilakukan untuk membantu
memperkuat diagnosis dan menilai keberhasilan pengobatan penyakit.
Radiologi
Pada pemeriksaan radiologik, dilakukan rontgen pada sendi yang terasa nyeri.
Dengan rontgen kita dapat mengetahui dengan jelas kerusakan atau perubahan-
perubahan yang terjadi pada tulang rawan atau tulang yang diindikasikan mengalami
kelainan. Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada
tulang seperti pecahnya tulang rawan. Selain itu, kita dapat melihat kelainan-kelainan
yang terjadi pada tulang rawan atau tulang dengan MRI. Pemeriksaan ini lebih baik
dibanding dengan rontgen.
H. Pemeriksaan Khusus
Pada kasus nyeri pada sendi, perlu adanya pemeriksaan khusus yaitu
pemeriksaan cairan sendi. Evaluasi cairan sendi secara seksama merupakan langkah
yang paling penting pada diagnosa banding arthritis. Pemeriksaan secara menyeluruh
dapat membedakan empat kelompok kelianan yang berbeda dalam patofisiologinya
yaitu :
1. Gangguan tanpa radang
2. Gangguan dengan peradangan
3. Infeksi septik (infeksi bakterial)
4. Hemoragik
Pada pemeriksaan cairan sendi, pengambilan cairan sendi dan teknik aspirasi
harus disesuaikan menurut lokasi, anatomi dan ukuran sendi.
Klasifikasi
Gejala
Gejala utama pada sindrom bi adalah nyeri, nyeri yang terjadi bermacam-macam
tergantung dari penyebabnya, rasa baal, terbatasnya gerak fleksi dan ekstensi,
pembengkakan dan perubahan bentuk persendian serta kulit menebal dan berubah
warna.
1. Sindrom bi angin
Menyebabkan terjadinya bi bergerak. Nyeri sendi bergerak ke atas ke bawah,
ke kiri ke kanan mengikuti topografi meridian yang terkena. Kualitas nyerinya juga
berubah-ubah kadang-kadang nyerinya tajam, kadang-kadang pedih, kadang-
kadang seperti tertekan dan sebagainya. Juga disertai panas dingin, selaput lidah
tipis, lengket, nadi dangkal dan lambat.
2. Sindrom bi dingin
Menyebabkan terjadinya nyeri karena faktor dingin mengakibatkan meridian
mengerut sehingga timbul nyeri yang hebat. Nyeri akan bertambah jika kena dingin
atau beristirahat, dan berkurang jika dihangatkan atau digerakkan. Keadaan lokal
tidak merah dan tidak panas. Selaput lidah tipis, putih, nadi tegang dan
mengambang.
3. Sindrom bi lembab
Menyebabkan terjadinya bi menetap, rasa nyeri menetap pada sendi tertentu
dan disertai baal, perasaan berat pada anggota gerak. Nyeri bertambah jika cuaca
berawan dan hujan. Selaput lidah putih lengket dan nadi halus.
4. Sindrom bi panas
Menimbulkan nyeri yang disertai tanda-tanda radang lainnya yaitu merah,
bengkak, pada perabaan panas dan sukar digerakkan. Demam, rasa haus, tendon
dan tulang nyeri. Dapat mengenai satu atau beberapa sendi. Selaput lidah kuning,
nadi cepat dan licin.
5. Sindrom bi kulit :
Kulit terasa baal disertai sensasi dingin.
6. Sindrom bi otot :
Otot terasa nyeri, pegal yang hebat dan baal.
7. Sindrom bi tendon :
Tendon terasa nyeri, kejang dan kaku.
Pengobatan
Prinsip pengobatan sindrom bi menurut ilmu akupunktur tradisional adalah
untuk memperlancar aliran Qi dan Xue dan menghilangkan obstruksi pada meridian
dan kolateral-kolateralnya. Pengobatan dapat dilakukan dengan penjaruman dan
moxibusi pada titik-titik di sekitar persendian yang terkena atau titik ahse dan titik-titik
pada meridian yang melalui daerah nyeri. Pada osteoartritis lutut faktor yang lebih
dominan adalah faktor dingin dan lembab. Pada sindrom bi dingin dilakukan
penjaruman dengan moksibusi, pada sindrom bi menetap dengan jarum penghangat
atau moksibusi. Pada sindrom yang dibagi menurut jaringan yang terkena, osteoartritis
lutut termasuk dalam bi tulang. Untuk bi tulang dilakukan penjaruman dan moksibusi
atau dengan jarum panas atau dengan jarum kulit dan kop.
Titik-titik di sekitar lutut yang sering dipakai adalah Hao Ting (extra), Tu Pi , Ci Yen
medial (extra), Yang Ling Cuen , Yin Ling Cuen , Sie Hai , Wei Cung. Untuk
mennghilangkan faktor lembab dipakai titik Yin Ling Cuen dan Fung Lung. Untuk
nyeri umum pada tungkai bawah bagian medial dipakai San Yin Ciao dan Sien Cung
untuk sebelah lateral.
Menurut Tse,dkk, untuk bi nyeri dipakai titik tambahan Sen Su dan untuk Pi menetap
Pi Su . Menurut Cheng untuk Pi nyeri dipakai Sen Su dan Koan Yen, untuk Pi menetap
dipakai Cu San Li, Sang Ciu, untuk Pi tulang dipakai Sien Cung dan Ta Su.
Akupunktur telinga, pada daerah sendi lutut, simpatetik dan shen men, 1-2 hari sekali,
1 seri terdiri dari 10 kali pengobatan.
Elektro akupunktur dengan frekuensi rendah selama 5-15 menit. Jarum kulit digunakan
pada sekitar sendi yang terkena, dengan bengkak merupakan simpton utama. Juga
digunakan pada daerah yang sesuai dengan segmen di kanan kiri kolumna vertebralis,
cara ini digunakan setiap 3 hari sebanyak 5 kali.
Kop dipakai pada daerah lesi selama 5-10 menit, dapat dikombinasi dengan jarum kulit
setiap 2-4 hari selama 5 kali pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan kuliah muskuloskeletal 2: Patologi klinik. blok 14. Jakarta; Universitas Kristen
Krida Wacana; 2009.
Cheng XN (Ed). Chinese Acupuncture and Moxibustion, edisi pertama, 1987 ; 439-
42.
Connor OJ, Bensky D (eds). Acupuncture, A Comprehensive Text. First ed, Chicago
Eastern Press, 1981; 606-8.
Luc V, Sun PL. Bi-Syndromes or Rheumatic Disorders Treated by Traditional
Chinese
Lee JF, Cheung CS. Current Acupuncture Therapy. Hongkong : Medical Interflow
Publ House 1978 ; 274-8.
Lewith GT, Lewith NR. Modern Chinese Acupuncture. Thorsons Publ Ltd, 1980 ; 52-
4.
Low R. The Acupuncture Treatment of Musculo Skeletal Conditions.
Wellingborough, Northamptonshire, Thorsons Publishing Group, 1987 ; 15-25.
Tse CS, Wangsa S, Wiran S. et al. Ilmu Akupunktur. Edisi ke 2, Jakarta : Bagian
Akupunktur RSCM, 1983 ; 337-40.
Medicine. Satas, 1994 ; 1-38, 121-52.
Soeparman. Ilmu penyakit dalam: Ilmu penyakit sendi. Jilid I. Edisi ke-2. Jakarta;
Balai Penerbit FKUI; 1991.h.660-68.
Santoso M. Standar pelayanan medis penyakit dalam: Rheumatologi. Jakarta;
Yayasan Diabetes Indonesia; 2004.h.60-62.