Anda di halaman 1dari 3

PEMILIHAN KRISTALOID DAN KOLOID

1. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa,
yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu yang singkat,
kristaloid sebagian besar akan keluar dari intravaskular . Sehingga volume
yang diberikan harus lebih banyak ( 3:1 dengan volume darah yang
hilang). Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstitial
berlangsung selama 30-60 menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 2448 jam. Secara garis besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan
volume ekstrasel, tanpa peningkatan volume intra sel
Meskipun banyak jenis cairan kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9%
dan Ringer laktat adalah pilihan pertama yang paling masuk akal..kenapa
masuk akal ..begini nih penjelasannya..
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini juga
kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah dan
merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume. namun,,,
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan asidosis
hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar diperlukan. (untuk
menggantikan setiap liter volume darah, maka kita membutuhkan sekitar
3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan cairan ini dengan volume darah yang
hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi isotonis
yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan pergantian
elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor yang dihasilkan juga
lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk darah,
kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi cascade koagulasi
pada produk-produk darah, serta kandungan laktat dalam infus ringer
laktat ini juga dapat memperburuk koreksi terhadap metabolik asidosis
yang sedang berlangsung.
Dextrose/ glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi bahaya.
Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor/ pembedahan
sering menyebabkan kadar gula darah meningkat. Pemberian dextrose

secara cepat dalam jumlah banyak selama resusitasi dapat menyebabkan


diuresis osmotik dan menjadi faktor perancu terhadap defisit
intravaskular. Penggunaan dextrose dapat menyebabkan hiperglikemi
pada pasien trauma. Namun glukosa dapat digunakan sebagai cairan
maintainance selama fase post resusitasi.
2. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma masih
kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang digunakan hanyalah
albumin dan plasma. Namun sekarang, dikenal Dextran , haemacel,
albumin, plasma dan darah. Koloid mengandung molekul-molekul besar
berfungsi seperti albumin dalam plasma, tinggal dalam intravaskular
cukup lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume
yang diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid yaitu
mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan cepat dan
dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi volume plasma lebih
panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok
hemoragik) sebelum transfusi tersedia. Resusitasi cairan pada
hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.
PERAN PERAWAT
-

Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infus


maupun kemasannya
Memastikan cairan infus diberikan secara benar (pasien, jenis
cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)
Memeriksa apakah jalur intravena tetap paten
Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan
abnormalitas
Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi
Monitor kondisi pasien dan melaporkan setiap perubahan

Pertimbangan Perawat:
-

Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh
Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat
Sulit insersi melalui kulit yang keras

PERAWAT BERTANGGUNG JAWAB UNTUK


Mengetahui :

Jenis cairan yang diberikan (kolaborasi)


Mengapa cairan tersebut diberikan
Pengaruh pemberian cairan tersebut pada pasien
Kemungkinan efek samping dapat terjadi
Mempersiapkan pasien secara fisik dan psikologis
Memberikan infus secara benar
Melakukan pemantauan selama terapi
Pencatatan dan pelaporan

DOKUMENTASI
-

Tanda dan gejala klinis


Hasil pemeriksaan laboratorium
Intervensi keperawatan
Pengkajian ulang setelah resusitasi
Obat yang diberikan

TITIK AKHIR DARI RESUSITASI CAIRAN:


-

perfusi kembali normal


BP (sistole) sekitar 90 -100 mmHg
Urine produksi 0,5 -1 ml / kg / jam

Anda mungkin juga menyukai