Anda di halaman 1dari 9

Analisis melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

Posted on Maret 8, 2015by khairulamin14

BAB I
oleh khairul amin ep UTM
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Menurut ekonom Salvatore, definisi nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap
mata uang lainnya atau nilai suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya. Nilai
tukar mata uang pada suatu negara bersifat fluktuatif dan dinyatakan dalam
perbandingan dengan mata uang negara lain. Jika nilai mata uang menguat maka nilai
ekspor produk dari negara tersebut akan menjadi lebih tinggi dan sebaliknya jika nilai
mata uang melemah, maka nilai impor barang dari negara lain akan lebih rendah atau
murah.
Dengan melihat table dibawah ini, akan diketahui fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap
dollar US dari tahun 1999 sampai dengan 2010 :
Tabel 1.2
Kurs Tengah Rp Terhadap Dolar Amerika
Periode Januari 1999 Juni 2010
Tabel

Kurs Tengah Rp terhadap US$

1999

7.100

2000

9.595

2001

10.400

2002

8.940

2003

8.465

2004

9.920

2005

9.830

2006

9.020

2007

9.376

2008

11.092

2009

10.358

2010

9.181

Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, beberapa tahun


Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kurs rupiah terhadap dolar mengalami fluktuasi dari
Januai 1999 hingga Juni 2010. Tahun 1999 nilai rupiah menguat terhadap dolar
dibanding tahun sebelumnya, namun pada tahun 2000 nilai rupiah melemah kembali
menjadi Rp 9.595 per dolar. Sejak memasuki tahun 2002, kurs rupiah relatif stabil
dengan mengarah penguatan. Sejalan dengan penguatan kurs rupiah kinerja pasar
modal juga menunjukkan perbaikan dimana pada akhir 2003, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai 691,9 poin atau menguat
62,8% dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya.
Sedangkan pada akhir-akhir bulan Oktober 2014 diketahui fluktuasi terhadap
pertukaran nilai mata uang rupiah tajam. Hal tersebut dapat dilihat dari table berikut :
Tanggal

Kurs Jual

Kurs Beli

Kurs Tengah

3 Nov 2014, Mon

12,250.00

11,950.00

12,100.00

31 Oct 2014, Fri

12,235.00

11,935.00

12,085.00

30 Oct 2014, Thu

12,280.00

11,980.00

12,130.00

29 Oct 2014, Wed

12,225.00

11,925.00

12,075.00

28 Oct 2014, Tue

12,300.00

12,000.00

12,150.00

27 Oct 2014, Mon

12,250.00

11,950.00

12,100.00

24 Oct 2014, Fri

12,215.00

11,915.00

12,065.00

23 Oct 2014, Thu

12,205.00

11,905.00

12,055.00

22 Oct 2014, Wed

12,160.00

11,860.00

12,010.00

21 Oct 2014, Tue

12,150.00

11,850.00

12,000.00

20 Oct 2014, Mon

12,185.00

11,885.00

12,035.00

17 Oct 2014, Fri

12,255.00

11,955.00

12,105.00

16 Oct 2014, Thu

12,395.00

12,095.00

12,245.00

15 Oct 2014, Wed

12,375.00

12,075.00

12,225.00

sumber: BCA

Dengan melihat tabel diatas, melemahnya nilai Rupiah ini adalah permasalahan
perekonomian Negara yang kini sedang kita hadapi di Indonesia. Namun, apakah yang
menyebabkan nilai Rupiah menurun? Dampak apa sajakah yang muncul dengan adanya
melemahnya nilai tukar rupiah? Solusi apa saja yang telah diterapkan? Dan apa saja
rekomendasi solusi dari pandangan penulis? Hal-hal tersebutlah yang meleterbelakangi
penulis untuk membuat makalah ini.

TUJUAN
Mengetahui sebab-sebab melemahnya nilai mata uang rupiah.
Mengetahui dampak-dampak yang muncul dari adanya penurunan

rupiah.
Mengetahui rekomendasi solusi yang telah di terapkan.
Mengetahui rekomendasi solusi dari sudut pandang penulis, dan pihak

apa saja yang dapat membantu mensukseskan rekomendasi.


MANFAAT
Bagi Pemerintah

Dengan adanya analisis ini, diharapkan pemerintah dapat mengambil informasi yang
telah penulis sajikan, dan dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang akurat untuk
kesejahteraan masyarakat.

Bagi Masyarakat

Analisis ini bisa menjadi wacana, sumber informasi, sekaligus pengetahuan bagi
masyarakat. Dengan harapan masyarakat dapat mensupport kebijakan yang telah
dibuat pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANALISIS MELEMAHNYA NILAI RUPIAH
Secara alami, nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh kondisi penawaran-permintaan
(supply-demand) pada mata uang tersebut. Jika permintaan meningkat, sementara
penawarannya tetap atau menurun, nilai tukar mata uang itu akan naik. Sebaliknya jika
penawaran pada mata uang itu meningkat, sementara permintaannya tetap atau
menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Sehingga peristiwa tahun
2013 misalnya, merupakan yang meningkat terhadap rupiah sementara permintaannya
menurun.

Paling tidak ada 3 (tiga) faktor yang akan mempengaruhi. Pertama, keluarnya
sebagian besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio
asing ini menurunkan nilai tukar Rupiah karena dalam proses ini investor asing
menukar Rupiah dengan mata uang utama dunia, seperti Dolar AS untuk diputar dan di
investasikan di negara lain. Hal ini berarti akan terjadi peningkatan penawaran atas
mata uang Rupiah. Peristiwa tersebut akan simetris dengan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang akan cenderung turun sejalan dengan kecenderungan
penurunan dari Rupiah. Ini merupakan masalah klasik tentang mobilitas kapital
internasional, mobilitas kapital yang tinggi tentu akan menyebabkan naik-turunnya
sebuah mata uang.
Hal tersebut dikarenakan adanya kebijakan The Fed (bank sentral Amerika Serikat)
dalam rangka mengurangi Quantitative Easing (QE). Rencana ini akan terus
berlangsung sepanjang tahun fiskal 2014 dalam rangka menjalankan program ekonomi
Obama dan penyelamatan ekonomi AS. Arti dari QE ini adalah program Bank sentral
AS adalah kecenderungan akan terus mencetak uang dolar AS dalam rangka membeli
obligasi atau aset-aset keuangan lainnya dari bank dan lembaga keuangan di AS.
Program ini bertujuan menyuntikkan uang ke intermediaries financial (Bank) di AS
dalam rangka pemulihan ekonomi AS yang terpapar krisis setidaknya sejak 5 (lima)
tahun silam.
Harapan investor portofolio yang mengambil uangnya dari negara emerging
marketsseperti Indonesia karena peluang investasi portofolio di AS memberikan hasil
(yields) yang lebih menguntungkan dibandingkan Indonesia dan negara sejenis. Karena
memang yield obligasi pemerintah AS (government bond) tinggi dan telah
menjadi benchmark bagi para investor tersebut.
Kedua, adalah faktor yang menyebabkan tingginya penawaran dan rendahnya
permintaan atas Rupiah, adalah neraca perdagangan Indonesia yang defisit, ekspor
lebih kecil daripada impor. Defisit neraca perdagangan Indonesia selama 2014
diperkirakan penulis akan tetap besar pada sektor non migas, sedangkan sektor migas
dan komoditas unggulan seperti CPO misalnya tetap memberikan nilai surplus.
Mengapa terjadi demikian ?, karena pengusaha kita telah membuat kontrak yang besar
di tahun 2014 ini terhadap impor raw material (khususnya terhadap China) yang akan
digunakan guna kebutuhan di dalam negeri. Akar masalah inilah yang menjadikan
Rupiah lemah, karena highly dependent on import, seharusnya merubah kultur
menjadi bangsa unggul, bangsa swasembada di segala bidang. Dengan kekayaan alam
dan potensi SDM seyogyanya kita mampu.

Atas dasar faktor kedua itu sehingga impor tersebut yang menggunakan mata uang
utama dunia (misalnya dollar) akan menaikkan penawaran atas mata uang negara
importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir
dengan mata uang negara asal. Karena selama 2013, impor Indonesia lebih besar
daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah. Tahun ini
karena pengaruh perlemahan tahun lalu (2013) apabila tren Rupiah perlahan-lahan
melemah akibat pengaruh ekonomi global, yang akan terkena dampaknya adalah harga
komoditas impor, baik ybahan baku serta barang modal.
Harga komoditi impor dipatok dengan mata uang negara asal, umumnya Dolar,
sehingga jika nilai mata uang negara tujuan melemah, maka harga komoditi impor
otomatis naik. Contohnya sederhana nya, apabila nilai tukar Rupiah jatuh sebesar 10%
dari 1 Dollar AS = 12.000 Rupiah menjadi 1 Dollar AS = 13.200 Rupiah, maka harga
sebuah komoditi impor pun berbanding lurus atau naik sebesar 10%. Komoditi yang
harganya Rp 1 juta akan naik Rp100 ribu menjadi Rp1,10 juta.
Melemahnya Rupiah tidak hanya berdampak pada kenaikan harga komoditas impor
saja, namun juga dari utang luar negeri, karena utang luar negeri jelas-jelas ditetapkan
dengan mata uang asing dan masih ada yang tidak diasuransikan (lindung nilai).
Apabila nilai tukar Rupiah berbanding lurus dengan Dollar AS yang melemah sebesar
10%, maka nilai Rupiah dari utang yang ditetapkan dalam Dollar AS itu juga akan naik
sebesar 10%.
Faktor ketiga, adalah faktor kultur bangsa kita yang bersifat konsumtif dan boros serta
public policy terkait hutang. Karena pemerintah akan kesulitan berhutang didalam
negeri, maka kekurangannya akan dilakukan dengan berhutang ke luar negeri.
Kebijakan pemerintah yang berlandaskan pencitraan neoliberal akan tetap tidak
konsisten. Bila dahulu BBM diturunkan, maka kemudian dinaikkan, apabila hutang
dalam negeri sudah jenuh maka Pemerintah akan menelepon Sri Mulyani (baca Bank
Dunia), meminta tambahan hutang luar negeri. Akibatnya karena hutang harus dibayar
dengan mata uang dollar, nilai tukar Rupiah dipastikan melemah.
Atas dasar penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa jatuhnya nilai tukar Rupiah
ditahun 2014 ini, disebabkan oleh setidaknya tiga faktor, pertama: keluarnya sebagian
besar investasi portofolio akibat rencana pengurangan QE oleh the Fed tahun 2014 ini ,
dan kedua adalah neraca perdagangan negara kita yang defisit. Ketiga faktor kebijakan

pemerintah dan ekonomi biaya tinggi seperti maraknya korupsi, bencana alam seperti
banjir dan sejenisnya menyebabkan inflasi dan ekonomi biaya tinggi.
Belum lagi adanya anggaran negara APBN dan APBD yang sebagian besar tidak fokus
menumbuhkan ekonomi khususnya belanja modalnya, dan tidak banyak menyerap
tenaga kerja menjadikan faktor perlemahan ekonomi secara nasional.
2.2 SOLUSI YANG PERNAH DITERAPKAN SEBELUMNYA
Bank Indonesia telah mengambil tiga langkah untuk mengatasi gejolak kurs rupiah.
Tiga langkah itu adalah menambah pasokan dolar di pasar, meningkatkan net open
position(NOP) atau posisi devisa netto, dan koordinasi dengan pihak terkait. Demikian
disampaikan Deputi Senior Gubernur BI Anwar Nasution di Jakarta, Jumat (28/5).
Anwar menjelaskan, penambahan pasokan dolar ke pasar untuk meredam gejolak nilai
tukar rupiah sangat dimungkinkan di saat cadangan devisa mencapai US$ 37 miliar.
Sedangkan meningkatkan NOP yang sebesar 20 persen untuk memperkecil peluang
perbankan melakukan spekulasi valuta asing. Sebelumnya pihak BI juga bersikap tegas
dengan menegur keras empat bank asing yang diduga berspekulasi sehingga membuat
rupiah melemah.
2.3 DESKRIPSI REKOMENDASI
Melihat dari solusi masalah yang sudah ada tersebut, kami berusaha menemukan solusi
dari sudut pandang kami. Ada beberapa kebijakan yang bisa diterapkan oleh
pemerintah untuk mencegah melemahnya nilai rupiah dan menjaga nilai rupiah tetap
stabil. Kebijakan-kebijakan tersebut, antara lain :
1.

Memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dollar
dengan mendorong ekspor dan keringanan pajak kepada industri tertentu.
2.
Menjaga pertumbuhan ekonomi riil.
3.
Menjaga daya beli. Pemerintah berkoodinasi dengan BI untuk menjaga gejolak
harga dan inflasi.
4.
Mempercepat investasi.
5.
Menjaga kestabilan kondisi ekonomi dan politik.
2.4 PERBAIKAN TERHADAP MASALAH MELALUI REKOMENDASI
1.) Dengan kebijakan pertama yang direkomendasikan, dalam memperbaiki defisit
transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dollar dengan mendorong ekspor
akan mengakibatkan permintaan terhadap rupiah akan meningkat sesuai dengan
hukum permintaan dan penawaran. Semakin banyak barang yang diekspor, maka

semakin banyak permintaan terhadap rupiah yang nantinya mengakhibatkan nilai tukar
rupiah menjadi stabil. Dalam rangka meningkatkan ekspor penting pula pemerintah
memberi keringanan pajak kepada industri-industri yang berpotensi ekspor.
2.) Dengan menjaga pertumbuhan ekonomi riil sesuai teori dalam pasar mata uang
asing faktor yang berdampak pada permintaan dan penawaran adalah laju
pertumbuhan riil terhadap harga produk luar negeri. Laju peningkatan pendapatan riil
domistik diprediksi akan melemahkan nilai tukar mata uang asing, sementara
pendapatan riil domistik akan menyebabkan permintaan valuta asing bertambah bila
dibandingkan stock yang tersedia.
3.) dengan menjaga daya beli dan pemerintah saling berkordinasi dengan BI dalam
menjaga gejolak harga dan inflasi tentunya tingkat kemakmuran ekonomi akan tinggi
dan pada nantinya cenderung akan konsisten rendah tingkat inflasinya sehingga nilai
mata uangnya menjadi lebih kuat dibandingkan dengan negara lain yang tingkat
inflasinya tinggi. Hal itu akan menyebabkan purchasing power atau daya beli negaranegara maju tersebut lebih tinggi daripada negara lain. Negara-negara yang tergolong
mempunyai tingkat kemakmuran tinggi adalah Swiss, Jerman, dan Jepang pada akhir
abad 20, kemudian Amerika dan Canada menyusul sebagai negara dengan tingkat
inflasi rendah. Bagi negara-negara yang tingkat inflasinya tinggi, nilai mata uangnya
akan mengalami depresi daripada negara rekanan transaksi perdangangannya. Dalam
pasar foreign exchange atau valuta asing, dasar yang utama adalah transaksi
internasional baik dalam komoditas jasa atau barang sehingga perubahan harga dalam
negeri yang tidak tetap terhadap harga luar negeri berdampak pada pergerakan valuta
asing. Ilustrasinya adalah demikian, jika Jepang yang bekerja sama dengan Indonesia
dalam transaksi perdagangan internasional mengalami inflasi, maka produk impor dari
Jepang otomatis akan meningkat harganya sehingga permintaan masyarakat atas
produk tersebut akan berkurang.
4.) langkah atau kebijakan pemerintah sangat penting dalam menentukan arus investasi
kedepan, semakin banyak orang berinvestasi maka akan meningkatkan produktivitas
output yang nantinya akan menstabilkan neraca perdagangan dan pada akhirnya akan
menguatkan nilai tukar rupiah.
5). Untuk menginvestasikan dananya, para investor tentu akan memilih negara dengan
kondisi ekonomi yang baik termasuk keadaan politik yang stabil dan aman.

Ketidakstabilan kondisi ekonomi secara otomatis akan mempengaruhi kepercayaan


investor karena cenderung memiliki resiko tinggi sebagai tempat mengeluarkan
dananya. Oleh karena itu dikatakan keadaan politik akan berdampak pula pada nilai
tukar uang suatu negara.
2.5 PIHAK-PIHAK YANG DAPAT MEMBANTU REKOMENDASI
a). Instansi pemerintah
kebijakan-kebijakan instansi pemerintah sangat penting dalam merumuskan
perekonomian dalam suatu Negara dan mewujudkan rekomendasi dari kami untuk
mengatasi permasalahan mengenai nilai tukar rupiah, dan sangat perlu aktualisasi atau
bukti nyata dari pemerintah dan tidak hanya sekedar menjadi formalitas tekstual saja
( teori).
b). lembaga keuangan dan bank Indonesia
Bank Indonesia, otoritas lembaga keuangan serta lembaga penjamin simpanan
berperan juga dalam melaksanakan rekomendasi dari kami melalui instumeninstrumennya seperti halnya tingkat suku bunga acuan untuk mendorong investasi, dan
mungkin instrument-instrumen lainnya.
c). investor
investor sangat diperlukan juga dalam membantu tingkat kesejahteraan ekonomi
khususnya dalam meningkatkan pruduktivitas pasar domestic sehingga dapat bersaing
dan menembus pasar luar negri yang pada nantinya akan menguatkan nilai tukar
rupiah.
d). Industri-industri (produsen)
untuk mewujudkan surplus neraca perdagangan dibutuhkan inovasi dan trobosantrobosan yang harus dilakukan para industri dalam menembus pasar domestik ataupun
luar negeri, sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap rupiah dan pada
akhirnya nilai tukar rupiah menguat.

2.6 LANGKAH STRETEGIS UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN


REKOMENDASI
BAB III
KESIMPULAN
3.1 POIN PENTING DARI REKOMENDASI
Berdsarkan analisis melemahnya nilai tukar rupiah dan sebab-sebabnya serta
solusi dan rekomendasi yang diajukan dapat disimpulkan bahwa nilai tukar rupiah
tidak lepas dari : hubungan variable tingkat inflasi, tingkat suku bunga, neraca
perdagangan, hutang publik, ekspor-impor, kondisi ekonomi dan politik serta tingkat
pendapatan riil.

Anda mungkin juga menyukai