PROPOSAL
TUGAS AKHIR TI 141501
APLIKASI TEORI PERMAINAN UNTUK MENYELESAIKAN
PERMASALAHAN ECONOMIC LOAD DISPATCH PADA
SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI 500kV
ALFIYYAH AZZAH MELATI
NRP 2513 100 071
Dosen Pembimbing
Dr.Eng. Erwin Widodo ST., M.Eng.
NRP
: 2513100071
ABSTRAK
Economic Load Dispatch (ELD) adalah alokasi pembebanan pada unit-unit
pembangkit yang ada dalam sistem tenaga listrik secara optimal ekonomi, yaitu
pada total biaya operasinya minimal. Selain memperhatikan pembangkitan dari
sisi ekonomi, perlu dipertimbangkan juga banyaknya emisi yang dikeluarkan
setiap pembangkit ke lingkungan harus minimum. Permasalahan ELD di
Indonesia diterapkan oleh sistem kelistrikan Jawa-Bali 500 kV. Dari berbagai
pembangkit yang digunakan di sistem kelistrikan tersebut, terdapat pembangkit
hidro yaitu PLTA Cirata dan PLTA Saguling, serta pembangkit thermal yaitu
PLTU Suralaya, PLTGU Muara Tawar, PLTU Tanjung Jati, PLTGU Gresik,
PLTGU Grati dan PLTGU Paiton. Dalam penelitian ini, daya yang dialokasikan
untuk dibangkitkan oleh setiap pembangkit dalam sistem kelistrikan Jawa Bali
500 kV dicari menggunakan pendekatan teori permainan dengan pemain berupa
pembangkit yang digunakan, strategi berupa berapa banyak yang dibangkitkan
setiap pembangkit, serta payoff berupa biaya yang dikeluarkan oleh pembangkit
dalam proses pembangkitan. Hasil akhir penelitian ini diharapkan berupa strategi
berapa jumlah daya yang dibangkitkan oleh setiap pembangkit pada sistem
kelistrikan Jawa-Bali 500kV untuk menghasilkan biaya pembangkitan yang
minimum.
Kata kunci : Economic Load Dispatch, Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 kV,
Teori Permainan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 - PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1
Latar Belakang...........................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3
Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.4
Manfaat Penelitian.....................................................................................4
1.5
1.5.1
Batasan...............................................................................................4
1.5.2
Asumsi...............................................................................................4
1.6
Sistematika Penulisan................................................................................4
2.1.1
Pembangkit.........................................................................................7
2.1.2
Jaringan Transmisi.............................................................................8
2.1.3
Jaringan Distribusi.............................................................................9
2.1.4
Beban...............................................................................................10
2.2
2.3
2.3.1
2.3.2
2.4
Teori Permainan.......................................................................................17
2.4.1
Pure Strategy....................................................................................18
2.4.2
Mixed Strategy.................................................................................18
2.4.3
2.4.4
2.4.5
Cooperative Games..........................................................................19
2.4.6
2.5
Literature Review.....................................................................................21
Studi Literatur..........................................................................................25
3.2
3.3
3.4
Pengolahan Data......................................................................................27
3.4.1
3.4.2
3.4.3
3.5
3.6
3.7
Penarikan Kesimpulan.............................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan dijelaskan mengenai hal-hal yang mendasari
dilakukannya penelitian serta identifikasi masalah penelitian yang meliputi latar
belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta batasan
dan asumsi yang digunakan dalam penelitian.
1.1
Latar Belakang
Perkembagan teknologi untuk membantu manusia yang pesat mendorong
daya listrik. Perencanaan alokasi pembangkitan adalah salah satu masalah penting
dari sistem tenaga listrik.
Economic Load Dispatch adalah pembagian pembebanan pada unit-unit
pembangkit yang ada dalam sistem tenaga listrik secara optimal menurut sisi
ekonomi, yaitu pada harga beban sistem tertentu yang total biaya operasinya
minimal (Penangsang, 2010). Penerapan Economic Load Dispatch pada sistem
pembangkit digunakan untuk menentukan kombinasi output tenaga yang optimal
untuk semua unit pembangkit dengan meminimasi total biaya bahan bakar dan
memenuhi beberapa batasan seperti kapasitas pembangkit dan kesetimbangan
daya agar semua permintaan dapat terpenuhi.
Permasalahan Economic Load Dispatch di Indonesia diterapkan oleh
sistem kelistrikan 500 kV Jawa-Bali. Dari berbagai macam pembangkit yang
digunakan di sistem kelistrikan tersebut, terdapat pembangkit yang merupakan
pembangkit hidro (bertenaga air) yaitu PLTA Cirata dan PLTA Saguling, serta
pembangkit thermal (bertenaga panas) yaitu PLTU Suralaya, PLTGU dan PLTG
Muara Tawar, PLTU Tanjung Jati, PLTGU Gresik, PLTGU Grati dan PLTGU
Paiton. Berbeda dengan pembangkit hidro yang mengandalkan debit dari air yang
mengalir, pembangkit listrik thermal membutuhkan bahan bakar seperti gas atau
batu bara yang biayanya besar untuk memulai pembangkitan serta tidak
diperkenankan hingga mati karena set up dari pembangkit thermal akan
membutuhkan waktu yang banyak dan biaya yang besar (Rahman, 2012). Atas
dasar hal tersebut, perlu dilakukan penentuan jumlah alokasi pembebanan yang
optimal menurut sisi ekonomi yaitu dengan meminimalkan biaya pembangkitan.
Permasalahan Economic Load Dispatch
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian tugas akhir ini adalah
bagaimana menentukan alokasi pembebanan yang lebih baik pada setiap unit
pembangkit sehingga kebutuhan beban pada sistem kelistrikan Jawa-Bali dapat
terpenuhi dengan biaya pembangkitan yang minimum.
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah :
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk
Batasan
Berikut merupakan batasan yang digunakan di dalam penelitian ini :
1. Sistem amatan berupa sistem kelistrikan 500 kV di untuk pulau Jawa dan
tidak mempertimbangkan beban di pulau Bali.
2. Sistem kelistrikan interkoneksi Jawa Bali yang digunakan hanya dari
pembangkit
hingga
jaringan
transmisi
ke
pusat
beban.
Tidak
Asumsi
Berikut merupakan batasan yang digunakan di dalam penelitian ini :
1. Tidak terjadi rugi-rugi (losses) transmisi saat dilakukan penyaluran listrik
dari pembangkit ke pusat beban.
2. Kabel transmisi diasumsikan tidak memiliki kapasitas beban saat
melakukan kegiatan transmisi.
3. Nilai kapasitas minimal atau TML dari pembangkit dengan bahan bakar
gas diambil dari nominal Take Or Pay (TOP) dari supplier gas.
1.6
Sistematika Penulisan
Laporan tugas akhir ini terdiri dari enam bab dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan dijelaskan mengenai hal-hal yang mendasari
dilakukannya penelitian serta identifikasi masalah penelitian yang meliputi latar
belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta batasan
dan asumsi yang digunakan dalam penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka berisi tentang uraian teori dari permasalahan dan
metode yang digunakan yang diperoleh dari referensi yang akan digunakan
sebagai landasan dalam kegiatan penelitian tugas akhir ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada metodologi penelitian dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam penelitian aplikasi metode teori permainan untuk menyelesaikan
permasalahan economic load dispatch untuk minimasi biaya pembangkitan.
BAB IV PEMBUATAN MODEL DAN MATRIKS PAYOFF
Pada bab pembuatan model dan algoritma dijelaskan mengenai tahapan
pembuatan model economic load dispatch (ELD) pada sistem kelistrikan Jawa
Bali 500kV dan matriks payoff yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
ELD.
BAB V EKSPERIMEN DAN ANALISIS
Pada bab eksperimen dan analisis dijelaskan tahapan eksperimen untuk
menyelesaikan permasalahan economic load dispatch di Sistem Kelistrikan Jawa
Bali 500kV dan penjabaran analisis hasil eksperimen. Selain itu, analisis juga
dilakukan dengan mengukur performansi hasil teori permainan yang dilakukan.
BAB VI KESIMPULAN
Pada bab kesimpulan berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan
penelitian yang diharapkan selanjutnya.
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka berisi tentang uraian teori dari permasalahan dan
metode yang digunakan yang diperoleh dari referensi yang akan digunakan
sebagai landasan dalam kegiatan penelitian tugas akhir ini.
2.1
Pembangkit
Pembangkit listrik atau generator merupakan komponen penting dalam
sistem tenaga listrik karena berfungsi sebagai hulu dari penyaluran listrik.
Generator yang sering digunakan dalam sistem tenaga listrik adalah generator AC
sinkron 3 phasa. Dalam sistem kelistrikaan modern, generator atau pembangkit
digerakkan secara mekanis menggunakan turbin. Dua jenis turbin yang umum
dipakai di Indonesia dan dapat menggerakkan generator adalah turbin hidrolik
yang digunakan di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dan turbin uap yang
digerakkan oleh energi yang dihasilkan dari pembakaran batubara, gas, dan bahan
nuklir yang digunakan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Sampai dengan bulan September 2014, kapasitas terpasang pembangkit
PLN dan IPP di Indonesia adalah 43.457 MW yang terdiri dari 33.499 MW di
sistem Jawa-Bali dan 9.958 MW di sistem-sistem kelistrikan Wilayah Sumatera
dan Indonesia Timur. Pembangkit sewa tidak termasuk dalam angka tersebut (PT
PLN (PERSERO), 2015).
Dalam melakukan pembangkitan, terdapat beberapa komponen biaya yang
juga harus dipertimbangkan menurut Praditya (2011) adalah sebagai berikut :
10
Jaringan Transmisi
Jaringan transmisi listrik bertujuan untuk menyalurkan energi listrik dari
pembangkit menuju sistem pusat beban dalam bus dalam rangka menyuplai
11
Jaringan Distribusi
Sistem distribusi adalah bagian yang menyalurkan energi dari bus-bus
12
Beban
Beban pada sistem tenaga dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu skala
industri, skala komersil, dan skala rumah tangga. Daya beban industri disuplai
langsung dari sistem transmisi tanpa melalui jaringan distribusi karena memiliki
beban yang sangat besar. Sedangkan skala lainnya akan disambungkan dari
jaringan distribusi karena memiliki beban yang kecil seperti untuk pencahayaan,
pemanasan, dan pendinginan yang tidak mempengaruhi secara signifikan
frekuensi dan nilai konsumsi daya reaktif seperti beban besar dari skala industri.
Daya dinyatakan dalam satuan kilowatt atau megawatt, besarnya beban
berbeda tiap waktu, dan daya yang dibangkitkan harus menyesuaikan dengan
kebutuhan beban. Beban kurva harian dari peralatan listrik merupakan beban
komposit yang berasal dari penggunaan listrik yang berbeda.
Seluruh beban dihubungkan dengan generator yang masing-masing
membangkitkan daya untuk disalurkan ke jaringan transmisi dengan tujuan
memenuhi beban. Berikut ini merupakan penggambaran sistem tenaga listrik.
Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa sistem tenaga listrik terdiri dari 4
komponen yaitu sistem pembangkit, sistem transmisi, sistem distribusi dan
konsumen atau beban. Keempat sistem ini terhubung secara seri kecuali untuk
beban industri yang tanpa melalui sistem distribusi. Energi listrik dibangkitkan
dari sistem pembangkit berupa PLTA, PLTD, PLTP, PLTG, PLTU, PLTGU untuk
didistribusikan dan memenuhi demand beban yang ada di konsumen.
13
2.2
yang menghubungkan seluruh beban listrik yang ada di Jawa Bali dengan
pembangkit, jaringan transmisi, dan jaringan distribusi. Sistem kelistrikan ini
berfungsi sebagai backup dari sistem kelistrikan 150 kV dan 70 kV yang hanya
dapat menangani demand listrik untuk daerah dengan radius kecil. Jadi, ketika
terdapat demand listrik dari konsumen atau masyarakat, demand tersebut akan
terlebih dahulu dipenuhi oleh sistem kelistrikan 150 kV dan 70 kV. Setelah jumlah
demand tidak dapat dipenuhi, maka sistem kelistrikan 500 kV ditugaskan untuk
mengalokasikan listrik yang dibangkitkan menuju pusat-pusat beban listrik yang
demandnya belum terpenuhi.
Dengan berfungsi sebagai sistem backup dari sistem kelistrikan 150 kV dan
70 kV, serta tidak seimbangnya jumlah bus pembangkit dan bus load yang ada di
pulau Jawa, maka sistem kelistrikan 500 kV yang merupakan sistem kelistrikan
Extra High Voltage perlu diintegrasikan dalam satu sistem interkoneksi untuk
pulau jawa dan dalam peyalurannya ke beban, perlu disalurkan menggunakan
trafo step down untuk menurunkan tegangan sebelum masuk ke beban konsumen.
Sistem interkoneksi kelistrikan Jawa Bali 500 kV terdiri atas 26 bus dengan
29 saluran dan 9 bus pembangkit. Pembangkit-pembangkit yang terpasang dalam
sistem kelistrikan Jawa Bali 500 kV ini terdiri dari 2 pembangkit hidro yaitu
PLTA Cirata, PLTA Saguling, dan 7 pembangkit thermal yaitu PLTU Suralaya,
PLTU New Suralaya, PLTU Tanjung Jati, PLTG Muata Tawar, PLTGU Gresik,
PLTGU Paiton, dan PLTGU Grati. Berikut ini penggambaran sistem kelistrikan
Jawa Bali 500 kV dalam peta beban sesaat pada 29 September 2015 pukul 18.00.
Gambar 2.2 Peta Beban Sesaat 29 September 2015 pukul 18:00 Sistem Kelistrikan
Jawa Bali 500kV (Sumber : PT. Pembangkitan Jawa Bali, 2015)
14
Gambar 2.3 Single Line Base Diagram Sistem Kelistrikan Interkoneksi Jawa Bali 500 kV
15
Tanjung Jati
Pedan, Ungaran
Dari Gambar 2.2 dan 2.3 dapat dilihat bahwa sistem kelistrikan Jawa Bali
menghubungkan semua pusat beban ke pembangkit dengan 28 saluran. Setiap
pembangkit memiliki tugas untuk mengalokasikan daya yang dibangkitkan
menuju beberapa pusat beban. Dari pusat beban, listrik kemudian didistribusikan
menuju rumah-rumah sehingga penduduk mendapatkan saluran listrik.
Jika dilihat dari persebaran, demand beban, dan kemampuan pembangkit
berdasarkan provinsi seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 dan Tabel 2.1, dapat
dilihat bahwa jumlah pembangkit yang ada di Jawa bagian barat (Banten, DKI
Jakarta, dan Jawa Barat) jauh lebih sedikit dibandingkan Jawa bagian timur (Jawa
Tengah, Jogjakarta, dan Jawa Timur), sedangkan untuk jumlah bus load yang
merupakan demand beban yang ada di Jawa bagian barat lebih banyak juga
dibanding Jawa bagian timur. Tidak seimbangnya jumlah beban ini terjadi
dikarenakan daerah Jawa bagian barat merupakan wilayah penting administratif
negara seperti adanya Istana Negara, sehingga listrik tidak diperkenankan hingga
padam. Dengan sistem yang saling terkoneksi sepanjang pulau Jawa, maka
diharapkan pembangkit di Jawa bagian timur yang memiliki jumlah dan
kemampuan pembangkitan beban yang lebih banyak dibanding kebutuhannya,
dapat juga mengcover beban yang ada di Jawa bagian barat yang memiliki jumlah
16
unit pembangkit yang ada dalam sistem tenaga listrik secara optimal menurut sisi
ekonomi, yaitu pada harga beban sistem tertentu yang total biaya operasinya
minimal (Penangsang, 2010). Menurut Singh & Kumar (2015), Economic Load
Dispatch juga diartikan sebagai masalah alokasi daya yang dibebankan kepada
unit pembangkit untuk dibangkitkan dengan meminimalkan total biaya
pembangkitan dan memenuhi batasan-batasan yang ada. Besar beban pada suatu
sistem tenaga selalu berubah setiap periode waktu tertentu, oleh karena itu untuk
menyuplai beban secara ekonomis, Economic Load Dispatch dilakukan pada tiap
besar beban tersebut. Penerapan ELD pada sistem tenaga listrik digunakan untuk
menentukan kombinasi output tenaga yang optimal untuk semua unit pembangkit
dengan meminimasi total biaya bahan bakar dan memenuhi beberapa batasan
seperti kapasitas pembangkit dan jumlah pembangkitan minimum agar semua
permintaan dapat terpenuhi.
Pada pembangkitan energi listrik, terdapat tiga komponen biaya utama yaitu
biaya pembangunan fasilitas, biaya kepemilikan dan biaya operasi. Biaya operasi
adalah biaya yang memiliki bagian yang paling dominan pada sistem
pembangkitan listrik. Salah satu komponen dominan pada biaya operasi adalah
biaya bahan bakar (fuel cost) dan setiap pembangkit memiliki karakteristik fuel
cost yang berbeda-beda sesuai dengan jenis bahan bakar dan efisiensi dari
pembangkit. Optimasi biaya operasi yaitu biaya fuel cost sangat mempengaruhi
biaya produksi energi listrik. Dalam kondisi normal, kapasitas total dari
pembangkit lebih besar dari daya beban (Pload) dan rugi-rugi transmisi (Ploss).
7
17
(2.1)
FT =MIN
i=1
Keterangan :
FT
ai , bi , ci
Pi
= jumlah pembangkit
(2.2)
Pi P D + P L dengan PL= Pi B ij P j
i=1
i=1 j=1
Keterangan :
PD
PL
B ij
min
max
Pi P i Pi
18
Keterangan :
min
Pi
Pmax
i
Dari Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa kurva yang dibentuk oleh karakteristik
input-output pembangkit thermal membentuk kurva convex polinomial pangkat
19
dua. Terdapat dua batasan yang dari output daya yang dihasilkan yaitu Pmin sebagai
batas minimum daya yang dibangkitkan dan P max sebagai batas maksimum daya
yang dibangkitkan. Batas minimum digunakan agar pembangkit tidak mati karena
jika pembangkit mati maka membutuhkan waktu set-up yang lama dan biaya yang
cukup besar lagi untuk melakukan pembangkitan. Sementara itu, batas maksimum
didapatkan dari kapasitas komponen pembangkit.
2.3.1.2 Karakteristik Input-Output Pembangkit Hidro
Pada pembangkit hidro, karakteristik input didasarkan atas volume air
yang dibutuhkan per unit waktu untuk menghasilkan karakteristik output berupa
jumlah daya yang dibangkitkan atau dibebankan ke pembangkit tersebut.
Gambar 2.5 Kurva Input-Output Pembangkit Hidro (a) Jumlah Input Air (b) Kenaikan Air
Dari Gambar 2.5(a) dapat dilihat bahwa kurva yang dibentuk oleh
karakteristik input-output pembangkit hidro berdasarkan jumlah input air yang
digunakan sedikit lebih landai dibanding kurva untuk pembangkit thermal. Dapat
dikatakan bahwa karakteristik pembangkit hidro yaitu kebutuhan volume input air
per unit waktu terhadap daya yang dibangkitkan hampir linier. Untuk Gambar
2.5(b) menggambarkan bahwa kenaikan air sebagai input berbentuk linier dan
meningkat pada waktu tertentu.
20
2.4
Teori Permainan
Teori
Permainan
adalah
suatu
Pure Strategy
Ketika permainan dilakukan dalam bentuk normal, tiap pemain memilih
strategi yang akan menghasilkan hasil yang terbaik bagi diri sendiri (Hogarth,
2006). Kedua strategi membentuk pasangan dan dapat dilambangkan dengan (
i , i ). Contoh pada Gambar 2.6 dapat menunjukkan bagaimana setiap
pemain dapat memilih strategi pada permainan pure strategy. Nilai yang berada di
dalam matriks merupakan nilai payoff atau konsekuensi dari setiap pengambilan
keputusan atau strategi. Nilai payoff positif menyatakan keuntungan yang diterima
Pemain 1 dan kerugian untuk Pemain 2. Jika nilainya negatif menyatakan
kerugian untuk Pemain 1 dan keuntungan untuk Pemain 2. Pemain 1 adalah
pemain yang bermain dalam strategi baris dan Pemain 2 adalah pemain yang
bermain dalam strategi kolom.
21
14 2 1
1 3 9
4 3 4
8 6 7
Pemain 2
1 2 3
2
11
20
16
4
1 [ ]
2
Pemain 1
3
4
Gambar 2.6 Contoh Matriks Payoff Permainan Pure Strategy
Dari contoh pada Gambar 2.6 dapat dilihat bahwa Pemain 2 menginginkan
mendapatkan hasil nilai payoff -1 pada strategi ( 2 , 1 ). Karena dia akan
mendapatkan 1 dan membuat Pemain 1 akan rugi sebanyak 1.
10
Mixed Strategy
Jika permainan yang dilakukan tidak memiliki saddle point atau titik
keuntungan yang diterima oleh Pemain 1 akan berjumlah sama dengan kerugian
yang dirasakan oleh Pemain 2 dan sebaliknya. Atau, jika angka keduanya pada
matriks payoff jika dijumlahkan bernilai 0. Salah satu permainan yang bersifat
zero sum games adalah permainan kartu poker dimana jumlah uang yang diterima
pemenang sama dengan jumlah uang yang dikeluarkan oleh pemain yang kalah.
12
22
Non Zero Sum Games adalah tipe permainan yang menggambarkan jumlah
keuntungan yang diterima oleh Pemain 1 tidak selalu berjumlah sama dengan
kerugian yang dirasakan oleh Pemain 2 dan sebaliknya. Tipe permainan seperti ini
adalah tipe permainan yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari karena
keputusannya bersifat dinamis dimana bisa saja jika memilih pasangan strategi
tertentu keduanya akan menerima keuntungan atau keduanya merasakan kerugian.
Biasanya, tipe permainan yang digolongkan ke dalam non zero sum games
merupakan permainan yang bersifat kompetitif dan tidak memiliki satu strategi
optimal atau menggunakan mixed strategy. Penulisan nilai payoff di dalam matriks
payoff akan ditulis dengan notasi (a,b) dimana a merupakan keuntungan untuk
Pemain 1 dan b merupakan keuntungan untuk Pemain 2.
13
Cooperative Games
Cooperative Games adalah tipe permainan yang mengakomodasi
kemungkinan semua pemain akan melakukan koordinasi atau kerja sama dalam
menentukan strategi yang terbaik untuk kedua pihak. Strategi yang dihasilkan bisa
saja tidak optimal karena berdasarkan kesepakatan yang dilakukan kedua pihak
setelah bekerjasama dan berkooperasi.
14
23
24
a11 a 12
a21 a 22
X 1=
a 22a21
a 22+a 11a 12a21
X 2=
a11a12
a 22+a 11a 12a21
V =
2.5
Literature Review
Selain landasan teori yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya,
No
Penelitian
Metode
Objektif
Linear
Programmin
g
Particle
Swarm
Optimization
Minimasi biaya
pembangkitan listrik dan
minimasi emisi yang
dihasilkan
Minimasi biaya
pembangkitan listrik
dengan pertimbangan
valve point effect
25
10
11
Harmony
search
algorithm
Minimasi biaya
pembangkitan listrik
secara dinamis menurut
waktu
Micro Genetic
Algorithm
Minimasi biaya
pembangkitan listrik
Directed Bee
Colony
Optimization
Minimasi biaya
pembangkitan listrik dan
minimasi emisi yang
dihasilkan
Differential
Algorithm
Minimasi biaya
pembangkitan listrik
Particle
Swarm
Optimization
Minimasi biaya
pembangkitan listrik
dengan
mempertimbangkan
kapasitas transmisi
Ant Colony
Optimization
Minimasi biaya
pembangkitan listrik
dengan rugi-rugi daya
transmisi dan valve effect
Particle
Swarm
Optimization
Particle
Swarm
Optimization
Ions Motion
Optimization
Minimasi biaya
pembangkitan listrik
dengan
mempertimbangkan ramp
rate
Minimasi biaya
pembangkitan listrik dan
minimasi emisi Nox
Minimasi biaya
pembangkitan listrik dan
minimasi emisi CO2
Dari literature review pada Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa penelitianpenelitian mengenai economic dispatch dahulu diselesaikan dengan pendekatan
linear programming dan algoritma metaheuristik. Namun seiring berjalannya
waktu, metode optimasi tidak bisa memperhatikan kepentingan kedua pihak yaitu
setiap pembangkit dan PT. PJB, sehingga pada penelitian ini digunakan metode
26
27
28
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Pada metodologi penelitian dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam penelitian apliksasi teori permainan untuk menyelesaikan
permasalahan economic load dispatch untuk minimasi biaya pembangkitan.
Berikut merupakan flowchart dari penelitian yang dilakukan.
3.1
Studi Literatur
Tahap studi literatur bertujuan untuk mencari referensi terkait dengan
29
3.2
eksisting
Elemen
Game dan
Goal
Pemain
Strategi
Nilai payoff
Identifikasi
Menentukan strategi terbaik pada tiap pembangkit untuk
melakukan pembangkitan dengan biaya minimum
Setiap pembangkit listrik
Daya yang dibangkitkan
Biaya yang dibutuhkan untuk pembangkitan
30
3.4
Pengolahan Data
Data yang telah didapatkan dari proses pengambilan data kemudian diolah
membuat model matematis dari permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian
tugas akhir mengenai economic load dispatch ini, model matematis terdiri dari
fungsi tujuan yaitu minimasi biaya pembangkitan beserta fungsi pembatas
kesetimbangan daya dan
matematis dari kasus economic load dispatch yang akan digunakan dalam tugas
akhir ini.
(3.1)
2
( i Pi +bi Pi+ c i)
MIN Z=FT =
i=1
Subject to :
n
(3.2)
Pi=P D
(3.3)
max
Pmin
i P i Pi
i=1
31
tidak boleh melebihi kapasitas maksimal dan tidak boleh kurang dari kapasitas
minimum pembangkit.
16
payoff. Matriks payoff dibuat dengan elemen seperti pada Tabel 3.1 dan nilai
payoff didapatkan dari biaya yang dihasilkan dari model matematis economic load
dispatch dengan input berupa strategi jumlah daya yang dibangkitkan. Berikut
merupakan contoh matriks payoff yang dibuat.
Tabel 3.2 Contoh matriks payoff dalam penelitian ini
PLTU
Maksimal
Maksimal
Biaya maksimal
pembangkit
Sesuai demand
Biaya PLTGU +
a
2
( i Pi +bi Pi +c i)
PLTGU
i=1
Sesuai TOP
Batas TOP +
a
2
( i Pi +bi Pi +c i)
i=1
Sesuai
demand
Biaya PLTU +
a
2
( i Pi +bi Pi +c i)
i=1
i=1
17
2
( i Pi +bi Pi +c i)
32
berikut adalah dilakukan verifikasi dan validasi. Verifikasi adalah tahapan untuk
mengetahui model yang dibangun telah tepat secara logis dan matematis,
sedangkan validasi merupakan tahapan untuk melihat apakah model yang telah
dibuat mampu merepresentasikan permasalahan yang diteliti. Verifikasi dan
validasi pada penelitian ini dilakukan untuk model matematis menggunakan tools
untuk optimasi pada MATLAB.
3.6
Penarikan Kesimpulan
Tahapan terakhir adalah penarikan kesimpulan dimana penarikan tahap ini
merupakan jawaban dari tujuan dari penelitian ini dilakukan. Kesimpulan juga
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi hasil eksperimen yang sudah dilakukan.
Selanjutnya, diberikan rekomendasi yang diharapkan mengenai pengembangan
dari penelitian ini untuk penelitian selanjutnya.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Aji, A. B. (2016). Optimasi Economic Load Dispatch Sistem Kelistrikan Jawa
Bali 500kV dengan Ions Motion Optimization. Surabaya: Tugas Akhir ITS.
Amruddin, A. (2011). Aplikasi Micro Genetic Algorithm untuk Penyelesaian
Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 kV. Surabaya:
ITS Surabaya.
Anesya, V. (2012). Optimisasi Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa
Bali 500 kV menggunakan Differential Algorithm. Surabaya: ITS
Surabaya.
Farag, A., Al-Baiyat, S., & Cheng, T. (1995, May). Economic Load Dispatch
Multiobjective Optimization Procedures Using Linear Programming
Techniques. IEEE Transactions on Power Systems, 10(2), 731-738.
Hillier, F. S. & Lieberman, G. J., 2000. Introduction to Operation Research. 7th
ed. Standford University: Thomas Casson.
Hogarth, D., 2006. Program for Solving Two-person Zero-sum games, England:
University of Bath.
Kanata, S. (2013, November). CFBPSO sebagai Solusi Economic Dispatch pada
Sistem Kelistrikan 500 kV Jawa-Bali. JNTETI, 2(4), 280-286.
Kumar, R., Sadu, A., Kumar, R., & Panda, S. (2012). A novel multi-objective
directed bee colony optimization algorithm for multi objective emission
constrained economic power dispatch. Electrical Power and Energy
Systems, 1241-1250.
Kumar, R., Sharma, D., & Sadu, A. (2010). A hybrid multi-agent based particle
swarm optimization algorithm for economic power dispatch. Electrical
Power and Energy Systems, 115-123.
Mahatma, A. (2013). Implementasi Algoritma Ant Colony Optimization untuk
Menyelesaikan Permasalahan Dynamic Economic Dispatch dengan
Memperhatikan Rugi-rugi Daya Transmisi dan Valve Effect. Surabaya: ITS
Surabaya.
Maschler, M., Solan, E. & Zamir, S., 2013. Game Theory. 1st ed. United
Kingdom: Cambridge University Press.
Miller, R. H., & Malinowski, J. (1994). Power System Operation. Singapore:
McGraw-Hill International.
35
36