Anda di halaman 1dari 42

PETUNJUK

PERENCANAAN DRAINASE

OLEH :
ZULIS ERWANTO, ST., MT.

POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
TAHUN 2013

Petunjuk Perencanaan Drainase

KATA PENGANTAR
Tugas besar merupakan salah satu kegiatan dari perkuliahan yang
dimaksudkan untuk mengaplikasikan dan memperdalam teori-teori yang telah di
peroleh sebelumnya. Melalui tugas besar diharapkan mahasiswa tidak hanya
mengerti tentang teori-teori perencanaan drainase tetapi dapat merencanakan
drainase suatu kawasan sebagai bekal kerja nantinya. Salah satu media yang dapat
membantu memperlancar dan mencapai hasil maksimal adalah Petunjuk
Praktikum/Tugas, oleh karena itu perlu disusun modul tersebut.
Buku ini berisi arahan dalam merencanakan drainase permukaan, yang
terdiri dari perencanaan sistem drainase suatu kawasan, aspek hidrologi dan
hidrolika dalam perencanaan drainase. Dalam perencanaan sistem drainase akan
dipelajari bagaimana sistem yang sesuai dan efisisen untuk suatu kawasan. Aspek
hidrologi akan membahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk suatu
saluran drainase.Sedangkan aspek hidrolika akan membahas mengenai disain dan
dimensi saluran yang memadai.
Mudah-mudahan buku ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya oleh
para mahasiswa Program Studi Diploma III Teknik Sipil dan mereka yang
membutuhkannya.

Pembina,

Zulis Erwanto, ST., MT.


NIK. 2011.36.075

Petunjuk Perencanaan Drainase

DAFTAR ISI

Hal.
Halaman Judul...

Kata Pengantar...

ii

Daftar Isi....................

iii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Umum

1.2 Siklus Dan Tahapan Pembangunan Sistem Drainase..

1.3 Prosedur Kerja Perencanaan Drainase.

BAB 2. SISTEM DRAINASE


2.1 Landasan Teori

2.2 Skema Klasifikasi Sistem Drainase.

2.3 Data Perancangan

2.4 Analisa Sistem Jaringan Drainase

BAB 3. ASPEK HIDROLOGI


3.1 Landasan Teori

3.2 Pengukuran Curah Hujan.

3.3 Analisa Data Hujan..

1. Pengisian Data Kosong..

10

2. Pengecekan Kualitas Data Hujan...

10

3. Tebal Hujan Rata Rata DAS...

11

4. Analisis Frekuensi Dan Probabilitas..

12

5. Pengeplotan Probabilitas....

13

6. Uji Kesesuaian Data Probabilitas...

13

7. Curah Hujan Rancangan Kala Ulang 1; 2; 5; 10 Tahunan.

16

8. Waktu Konsentrasi (tc)...

17

9. Koefisien Pengaliran Permukaan...

20

10. Analisis Intensitas Hujan...

21

11. Debit Rencana

25

Petunjuk Perencanaan Drainase

3.4 Data..

26

3.5 Pembahasan Analisa Hidrologi

27

BAB 4. ASPEK HIDROLIKA


4.1 Landasan Teori

31

4.2 Pemilihan Bentuk Saluran Ekonomis..

34

4.3 Bangunan Air Gorong Gorong (Culvert).

35

4.4 Data.

38

4.5 Pembahasan Analisa Hidrolika

38

LAMPIRAN

Petunjuk Perencanaan Drainase

BAB

PENDAHULUAN

1
1.1.Pengertian Umum

Drainaie berasal dari kata drain (bhs. Inggris) yang berarti


membuang air yang menggenang. Secara umum adalah suatu ilmu yang
mempelajari cara cara atau teknik untuk membuang air (pemutusan air) dari
suatu tempat yang dipandang berlebihan (meluap = sering disebut banjir,
menggenang). Sebagai akibat dari adanya hujan yang terjadi dalam kurun
waktu tertentu.
Dalam ilmu jelas ada kaitan erat antara :
-

Terjadinya hujan yang menyebabkan meluap dan melimpasnya air (banjir)


serta menggenangnya air.

Cara maupun usaha manusia untuk menghilangkan, mengarahkan dan


membuang air agar tidak meluap (banjir) dan menggenang. Mengatur
sistem pembuangan air limpasan hujan.
Sedangkan

drainase

perkotaan

adalah

ilmu

drainase

yang

mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya


dengan kondisi lingkungan fisik, dan lingkungan sosial budaya yang ada di
kawasan kota tersebut.
Diruntut dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran
penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran
pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air
penerima (receiving waters).

Petunjuk Perencanaan Drainase

1.2.Siklus Dan Tahapan Pembangunan Sistem Drainase

Pra Studi
Kelayakan
Identifikasi
Proyek

EVALUASI
DAN
MONITORING

Studi
Kelayakan

PERENCANAAN
DAN
PEMROGRAMAN

Perencanaan
Rinci

Persiapan
Konstruksi

PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN
OPERASI DAN
PEMELIHARAAN

Konstruksi

Project
Completion
Report
(PCR)

Petunjuk Perencanaan Drainase

1.3.Prosedur Kerja Perencanaan Drainase


Dalam setiap kegiatan pembangunan yang berkaitan dengan teknik,
selalu dilakukan melalui beberapa tahap dalam suatu prosedur sebagai berikut:
Mulai
Data:
1. Site plan
2. Peta topografi
3. Data Curah Hujan
Perencanaan Sistim Jaringan Drainase
Analisis Hidrologi
Analisis Hidrolika
Cek
Q renc < Q sal
Selesai

Petunjuk Perencanaan Drainase

BAB

SISTIM DRAINASE

2
2.1. Landasan Teori

Air hujan yang jatuh dipermukaan harus secepatnya dibuang ke


saluran agar tidak terjadi genangan-genangan dan tidak mengalir melalui
permukaan jalan-jalan yang dapat merusak permukaan badan jalan.
Banyaknya air hujan yang harus dibuang tergantung pada jumlah hujan dan
jenis permukaan.
Jenis permukaan mempengaruhi jumlah air yang dapat diserap oleh
permukaan tanah, dan yang tidak dapat diserap harus dibuang melalui jaringan
drainase. Jumlah air hujan ditentukan oleh jumlah maksimum air hujan yang
turun pada duration dan return period tertentu sesuai dengan life time
bangunan

yang

terlindungi

(dilindungi

oleh

penutup

atap)

untuk

memperlancar pembuangan maka suatu daerah harus dibagi dalam beberapa


zoning yang dituangkan dalam layout plan.
Perencanaan sistim jaringan drainasi dimaksudkan untuk menentukan
penempatan atau perletakan dari saluran drainasi sehingga secara
keseluruhan membentuk jaring jaring (jaringan) dalam kesatuan wilayah
atau daerah.
Adapun ketentuan yang perlu diperhatikan dalam membuat lay out
plan sistem antara lain:
a. Air hujan yang jatuh di suatu daerah harus secepatnya dibuang kesatu
tempat pembuangan melalui suatu system tata saluran tertentu.
b. Sedapat mungkin arah aliran pada saluran pembuang mengikuti arah aliran
yang telah ada secara alamiah (sesuai relief kontur).
c. Saluran sedapat mungkin diletakkan pada bagian terendah suatu daerah.
d. Suatu jaringan drainase yang ada harus berakhir / mempunyai out let pada
suatu sungai

Petunjuk Perencanaan Drainase

e. Mengingat adanya kemiringan tanah searah, maka perlu dikembangkan


sistim blok yaitu dengan membagi daerah menjadi zone dengan sistem
drainase yang saling terpisah antara satu dengan yang lain.
f. Sedapat mungkin saluran drainase air hujan terpisah dengan saluransaluran yang lain yang ada.
g. Sedapat mungkin saluran drainase digabungkan menjadi satu dengan
saluran jalan.

2.2 Skema Klasifikasi Sistem Drainase


Menurut
terbentuknya

Jenis
Drainase

Letak
bangunan
Menurut
fungsi
Menurut
konstruksi

Alamiah
Buatan

Permukaan tanah
Bawah perm. tanah

Sigle purpose
Multi purpose

Terbuka
Tertutup

Pararel atau sisir

SISTEM
DRAINASE

sirip

Terbuka

Pola Jaringan
Drainase

garpu
Grid iron

jaring - jaring

Tertutup

Sistem blok
Sistem radial

Sistem Terpisah

Sistem
Buangan

Sistem Tercampur
Sistem Kombinasi

Petunjuk Perencanaan Drainase

2.3 Data Perancangan


Untuk memulai suatu perencanaan sistem drainase, perlu dikumpulkan
data data penunjang agar hasil perencanaan dapat dipertanggungjawabkan.
Jenis data tersebut meliputi :

Peta lay out existing atau site plan


Untuk perencanaan detail, yaitu penempatan saluran-saluran
kwarter dan tersier diperlukan peta situasi atau site plan dalam skala
besar, misalnya 1 : 1000. Pada peta sudah digambarkan rumah-rumah
dan jalan serta kenampakan-kenampakan lain yang penting. Hendaknya
site plan tersebut berskala agar lebih memudahkan dalam pengukuran
atau perhitungan luasan daerah yang akan diukur.

Peta topografi
Peta topografi terdapat garis-garis kontur dimana digambarkan
dengan beda tinggi 0,5 m untuk lahan yang sangat datar atau 1 m untuk
lahan curam. Peta topografi sangat penting dalam melihat arah aliran
limpasan air hujan, jadi dalam perencanaan drainase terutama dalam
pembuatan saluran drainase hanya mengikuti kontur pada peta topografi
tersebut. Jika beda kontur terlalu curam hendaknya dalam perencanaan
saluran drainase menggunakan bangunan terjunan untuk menghindari
terjadinya pengikisan atau erosi pada saluran drainase.

Peta tata guna lahan


Data pada peta tata guna lahan ada kaitannya dengan besarnya
aliran

permukaan.

Besarnya

aliran

permukaan

tergantung

dari

banyaknya air hujan yang mengalir setelah dikurangi banyaknya air


hujan yang meresap. Penggunaan lahan bisa dikelompokkan dalam
berapa besar koefisien larian. Yang dimaksud dengan koefisien larian
adalah persentase besarnya air yang mengalir.

Data curah hujan


Yang perlu dikumpulkan minimal data curah hujan harian selama
10 tahun atau lebih. Data ini diperlukan untuk menghitung debit rencana.

Petunjuk Perencanaan Drainase

2.4 Analisa Sistim Jaringan Drainase


1. Sesuai dengan kontur peta topografi, pilihlah alternative pola sistem
jaringan drainase sesuai dengan skema klasifikasi sistem drainase diatas
untuk menentukan pola sistim jaringan drainase yang paling efisien dan
efektif dalam menjamin lancarnya limpasan air pada saluran drainase.
(tuangkan dalam peta/site plan dan dilengkapi notasi salurannya).
2. Analisalah dan berikan alasanmu! Mengapa pola jaringan drainase tersebut
dipilih, serta jelaskan apa keuntungan dan kerugiannya terhadap kondisi
peta/siteplan tersebut!
3. Hitung luasan total DAS, dan bagilah DAS tersebut menjadi beberapa sub
DAS pada peta siteplan anda.
4. Hitung luas masing-masing Sub DAS untuk masing-masing saluran dan
tuangkan dalam bentuk table.
No
1

Nama

Sub

Luas Sub

Panjang

Saluran

DAS

DAS (m2)

Saluran (m)

Kwarter

Beda elevasi
(m)

Tersier

A+B
C+D

Sekunder

Sub
DAS
Gabngn

Primer

DAS
total

Petunjuk Perencanaan Drainase

BAB

ASPEK HIDROLOGI

3
3.1 Landasan Teori

Analisis hidrologi dilakukan terhadap data hujan untuk mendapatkan


besarnnya intensitas curah hujan sebagai dasar perhitungan debit banjir
rencana pada daerah yang direncanakan untuk dibuat bangunan drainasi.
Analisis hidrologi yang dilakukan akan meliputi kegiatan :
-

Pengumpulan data hidrologi (data curah hujan)

Analisis data yang dilakukan dengan maksud agar data siap untuk
dianalisis selanjutnya.

Analisis frekwensi dilakukan terhadap data yang siap untuk


mendapatkan hasil, yaitu intensitas curah hujan.
Beberapa karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalam analisis dan

perencanaan hidrologi meliputi:

Intensitas I, adalah laju hujan = tinggi air persatuan waktu, misalnya


mm/menit, mm/jam, atau mm/hari.

Lama waktu (durasi) t, adalah panjang waktu dimana hujan turun


dalam menit atau jam.

Tinggi hujan d, adalah jumlah atau kedalaman hujan yang terjadi


selama durasi hujan dan, dinyatakan dalam ketebalan air diatas
permukaan datar , dalam mm.

Frekuensi adalah kejadian dan biasanya dinyatakan dengan kala ulang


(return period) T, misalnya sekali dalam 2 tahun.

Luas DAS adalah luas geografi daerah sebaran hujan.

Lengkung intensitas hujan adalah grafik yang menyatakan hubungan


antara intensitas hujan dengan durasi hujan dan dinyatakan dalam
bentuk lengkung intensitas hujan dengan kala ulang hujan tertentu.

Petunjuk Perencanaan Drainase

Waktu konsentrasi tc adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan


air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik control yang
ditentukan di bagian hilir suatu saluran.

3.2 Pengukuran Curah Hujan


Curah hujan dapat diukur menggunakan alat ukur hujan yang
umumnya disebut dengan sukat hujan (rain gauge), atau sering juga disebut
Pluviometer (pluviometer) atau penakar hujan dari suatu pos hujan. Satuan
untuk mengukur curah hujan adalah 1 mm. Nilai itu menunjukkan bahwa tebal
hujan menutupi ai atas permukaan bumi setebal 1 mm, dan zat cair itu tidak
meresap ke dalam tanah (permukaan bumi dianggap kedap air) atau tidak
menguap kembali ke atmosfer.
Untuk mengukur curah hujan dapat digunakan alat ukur hujan dan
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a) Alat ukur hujan biasa (AUHB) (rain gauge, RG)
b) Alat ukur hujan otomatik (AUHO)(automatic rain fall recorder, ARR)
Tipe alat ukur hujan otomatis ada tiga yaitu:

Weighting Bucket Raingauge

Float Type Raingauge

Tipping Bucket Raingauge

3.3 Analisis Data Hujan


Untuk mendapatkan karakteristik hujan diperlukan analisis data hujan
antara lain sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Pengisian data kosong;


Pengecekan kualitas data;
Menentukan hujan rata-rata DAS;
Analisis tebal dan intensitas hujan terhadap durasi;
Analisis kurva massa ganda;
Menentukan hujan berpeluang maksimum;
Hubungan intensitas dan debit maksimum;
Uji kesamaaan jenis.

Petunjuk Perencanaan Drainase

1. Pengisian Data Kosong


Data curah hujan yang hilang disebabkan oleh beberapa hal, seperti
alat ukur rusak, pengamat berhalangan, dan data pencatatan hilang. Untuk data
dari stasiun (selain stasiun yang datanya hilang) terdapat pencatatan hujan
jangka panjang, maka dapat dicari dengan metode Normal Ratio Kuthog
dengan rumus sebagai berikut :
ra =

1 Ra
Ra
R
R
r2 + a r3 + .... + a rn
r1 +
n R1
R2
R3
Rn

Dimana :
ra

= data hujan yang akan dicari.

Ra

= hujan tahunan normal pada stasiun yang datanya hilang.

R1Rn

= hujan tahunan pada stasiun 1 s/d n

r1rn

= hujan pada saat yang sama dengan hujan yang akan dicari dari
stasiun 1 s/d n.

= jumlah stasiun hujan disekitar stasiun yang akan dicari.

2. Pengecekan Kualitas Data Hujan


Data hujan yang diperlukan harus dicek sebelum digunakan untuk
analisis hidrologi lebih lanjut. Agar tidak mengandung kesalahan dan harus
tidak mengandung data kosong (missing record), maka perlu dilakukan
pengecekan kualitas data dengan melakukan uji konsistensi yang berarti
menguji kebenaran data. Beberapa cara untuk mengecek kualitas data hujan
minimal antara lain :
a. Melaksanakan pengecekan lapangan, untuk memastikan apakah pos hujan
masih beroperasi , atau sudah terjadi perubahan, cek jenis alat, kedudukan
alat, perubahan lokasi, dan perkembangan lokasi sekitar pos hujan itu.
b. Melaksanakan pengecekan ke kantor pengolahan data untuk mengetahui
sejarah operasinya pos, metode pengukuran, dan atau perhitungan.
c. Membandingkan data hujan dengan data iklim untuk lokasi yang sama.
d. Analisis kurva massa ganda.
e. Analisis statistic.

10

Petunjuk Perencanaan Drainase

Salah

satu

cara

untuk

menguji

konsistensi

adalah

dengan

menggunakan analisis kurva massa ganda (double mass curve analysis) untuk
data hujan musiman atau tahunan dari suatu DAS.

3. Tebal Hujan Rata-rata DAS


Hujan yang terjadi dapat merata di seluruh kawasan yang luas atau
terjadi hanya bersifat setempat. Jika terjadi hujan setempat saja maka kita
hanya mendapat curah hujan di daerah itu. Sedangkan di suatu areal terdapat
beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil nilai
rata-rata untuk mendapatkan nilai curah hujan areal.
Ada tiga macam metode pendekatan yang dapat digunakan untuk
menentukan tebal hujan rata-rata dari suatu DAS antara lain :
a. Metode rata-rata aritmatik
R=

1
(R1 + R 2 + R3 + .... + Rn )
n

dimana :
R

= curah hujan daerah (mm)

R1, R2, , Rn = curah hujan ditiap titik pengamatan.


n

= jumlah titik atau pos pengamatan.

b. Metode polygon Thiessen

R=

A1.R1 + A2 .R2 + ... + An .Rn


A

R = W1.R1 + W2 .R2 + ... + Wn .Rn


dimana :
R

= hujan rerata daerah (mm)

Rn

= hujan pada pos penakar hujan (mm)

An

= luas daerah pengaruh pos penakar hujan (km2)

= luas total DAS (km2)

Wn

= An /A

11

Petunjuk Perencanaan Drainase

c. Metode Isohiet
R=

A1.R1 + A2 .R2 + ... + An .Rn


A1 + .... + An

dimana :
R

= hujan rerata daerah (mm)

A1, A2, , An

= luas bagian-bagian antara garis-garis isohiet (km2)

R1, R2, , Rn

= curah hujan rata-rata pada bagian-bagian A1, A2, , An


(mm).

4. Analisis Frekuensi Dan Probabilitas


Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan
besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi
kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Analisis frekuensi ini
didasarkan pada sifat statistic data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang. Dengan anggapan
bahwa sifat statistic kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan sifat
statistic kejadian hujan masa lalu.
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan
empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah :

Distribusi Normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss

Distribusi Log Normal

Distribusi Log Person III

Distribusi Gumbel

12

Petunjuk Perencanaan Drainase

Parameter statistic yang penting dan berkaitan dengan analisa data :

Parameter

Sample

x=

Rata rata

Populasi

1 n
xi
n i =1

= E( X ) =

xf ( x)dx

Simpangan baku

2
1 n
(xi x )2
s=

n 1 i =1

Koefisien variasi

CV =

s
x

= {E[( x ) 2 ]}
CV =

Koefisien skewness

G=

n ( xi x)3
i =1

E ( x )2

(n 1)(n 2).s 3

1
2

5. Pengeplotan Probabilitas

Ada dua cara untuk mengetahui ketepatan distribusi probabilitas data


hidrologi, yaitu data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah
didesain khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi
distribusi. Posisi pengeplotan data merupakan nilai probabilitas yang dimiliki
oleh masing-masing data yang diplot. Metode yang paling sering digunakan
adalah metode persamaan Weibull :
P=

m
.100%
n +1

dimana :
m

= nomor urut (peringkat) data setelah diurutkan dari besar ke kecil

= banyaknya data atau jumlah kejadian (event).

= nilai probabilitas data (%)

6. Uji Kesesuaian Data Probabilitas

Uji SMIRNOV KOLMOGOROF


Ketentuan :

y max < cr, maka data probabilitas hujan dapat


dipakai. Untuk y dapat dilihat pada grafik pemplotan
probabilitas yang telah dibuat.

13

Petunjuk Perencanaan Drainase

Misal : Uji pada sumbu x, untuk n = 25 (dimana n adalah banyaknya


data) ; derajat kepercayaan ( )= 0,05 (5%); y max = 13%, maka
nilai cr = 0,27 (lihat pada tabel smirnov kolmogorof).

Uji CHI SQUARE


Ketentuan :

y 2
y < x 2 , maka data probabilitas hujan dapat

dipakai. Dipakai derajat kepercayaan , = 0,05 (5%).


Cari nilai percentile (P) = (100% - ) dan nilai x2 dapat dilihat pada
tabel chi square.
Dimana : y

= data curah hujan probabilitas.

y = jarak atau simpangan vertical terjauh dari garis lurus


grafik probabilitas.
Tabel. Nilai Kritis SMIRNOV - KOLMOGOROF
N

Derajad kepercayaan,
0,20

0,10

0,05

0,01

0,45

0,51

0,56

0,67

10

0,32

0,37

0,41

0,49

15

0,27

0,30

0,34

0,40

20

0,23

0,26

0,29

0,36

25

0,21

0,24

0,27

0,32

30

0,19

0,22

0,24

0,29

35

0,18

0,20

0,23

0,27

40

0,17

0,19

0,21

0,25

45

0,16

0,18

0,20

0,24

50

0,15

0,17

0,19

0,23

N>50

1,07
N 0,5

1,22
N 0,5

1,36
N 0,5

1,63
N 0,5

Sumber : Bonnier, 1980

14

Petunjuk Perencanaan Drainase

Tabel. Distribusi CHI SQUARE (Sumber : Shanin, 1976 : 203)


v

PERCENTILE, P
0,995

0,99

0,975

0,95

0,90

0,75

0,50

0,25

7,88

6,63

5,02

3,94

2,71

1,32

0,455

0,102

10,6

9,21

7,38

5,99

4,61

2,77

1,39

0,575

12,8

11,3

9,35

7,81

6,25

4,11

2,37

1,21

14,9

13,3

11,1

9,49

7,78

5,39

3,36

1,92

16,7

15,1

12,8

11,1

9,24

6,63

4,35

2,67

18,5

16,8

14,4

12,6

10,6

7,84

5,35

3,45

20,3

18,5

16,0

14,1

12,0

9,04

6,35

4,25

22,0

20,1

17,5

15,5

13,4

10,2

7,34

5,07

23,6

21,7

19,0

16,9

14,7

11,4

8,34

5,90

10

25,2

23,2

20,5

18,3

16,0

12,5

9,34

6,74

11

26,8

24,7

21,9

19,7

17,3

13,7

10,3

7,58

12

28,3

26,2

23,3

21,0

18,5

14,8

11,3

8,44

13

29,8

27,7

24,7

22,4

19,8

16,0

12,3

9,30

14

31,3

29,1

26,1

23,7

21,1

17,1

13,3

10,2

15

32,8

30,6

27,5

25,0

22,3

18,2

14,3

11,0

16

34,3

32,0

28,8

26,3

23,5

19,4

15,3

11,9

17

35,7

33,4

30,2

27,6

24,8

20,5

16,3

12,8

18

37,2

34,8

31,5

28,9

26,0

21,6

17,3

13,7

19

38,6

36,2

32,9

30,1

27,2

22,7

18,3

14,6

20

40,0

37,6

34,2

31,4

28,4

23,8

19,3

15,5

21

41,4

38,9

35,5

32,7

29,6

24,9

20,3

16,3

22

42,8

40,3

36,8

33,9

30,8

26,0

21,3

17,2

23

44,2

41,6

38,1

35,2

32,0

27,1

22,3

18,1

24

45,6

43,0

39,4

36,4

33,2

28,2

23,3

19,0

25

46,9

44,3

40,6

37,7

34,4

29,3

24,3

19,9

26

48,3

45,6

41,9

38,9

35,6

30,4

25,3

20,8

27

49,6

47,0

43,2

40,1

36,7

31,5

26,3

21,7

28

51,0

48,3

44,5

41,3

37,8

32,6

27,3

22,7

29

52,3

49,6

45,7

42,6

39,1

33,7

28,3

23,6

30

53,7

50,9

47,0

43,8

40,3

34,8

29,3

24,5

40

66,8

63,7

59,3

56,8

51,8

45,6

39,3

33,7

50

79,5

76,2

71,4

67,5

63,2

56,3

49,3

42,9

60

92,0

88,4

83,3

79,1

74,4

67,0

59,3

52,3
61,7

70

104,2

100,4

95,0

90,5

85,5

77,6

69,3

80

116,3

112,3

106,6

101,9

96,6

88,1

79,3

71,1

90

128,3

124,1

118,1

113,1

107,6

98,5

89,3

80,6

100

140,2

135,8

129,6

124,3

118,5

109,1

99,3

90,1

15

Petunjuk Perencanaan Drainase

7. Curah Hujan Rancangan Kala Ulang : 1; 2; 5; 10 Tahunan

Dalam perhitungan curah hujan rancangan kala ulang, terlebih dahulu


harus mengenal periode ulang dalam perencanaan drainase.
Suatu data hidrologi (bisa data hujan, debit sungai dll) adalah (x) akan
mencapai suatu harga tertentu atau disamai (xi) atau kurang dari (xi) atau lebih
atau dilampaui dari (xi) dan diperkirakan terjadi sekali dalam kurun waktu T
tahun, maka T tahun ini dianggap sebagai periode ulang dari (xi)
Contoh : R2 tahun = 115 mm
Dalam perencanaan saluran drainasi periode ulang yang dipergunakan
tergantung dari fungsi saluran serta daerah tangkap hujan yang akan
dikeringkan.
Menurut pengalaman, penggunaan periode ulang adalah :
-

untuk perencanaan saluran kwarter (periode ulang 1 th)

untuk perencanaan saluran tersier (periode ulang 2 th)

untuk perencanaan saluran sekunder (periode ulang 5 th)

untuk perencanaan saluran primer (periode ulang 10 th)

Penentuan periode ulang juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi.


Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan
rumus :
log X T = log X + K .Si
dimana :
XT

= curah hujan rancangan kala ulang T tahun.

= rata rata hitung data hujan

= variabel standart untuk x yang besarnya tergantung koefisien


kemencengan, G. (lihat pada tabel Nilai K untuk distribusi Log
Person III).

Si

= harga simpangan baku

Hitung hujan atau banjir kala ulang T dengan menghitung antilog dari Log XT.

16

Petunjuk Perencanaan Drainase

8. Waktu Konsentrasi (tc)


Dalam analisis intensitas hujan perlu memahami karakteristik hujan
seperti durasi hujan dan waktu konsentrasi terlebih dahulu. Durasi hujan
adalah lama kejadian hujan (menit, jam) durasi hujan diperoleh dari
pencatatan alat pengukur hujan baik manual (sederhana) maupun dengan alat
penakar hujan otomatik.
Dalam perencanaan drainasi durasi hujan ini sering dikaitkan dengan
waktu konsentrasi. Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan air dari titik paling jauh ke titik yang ditentukan dibagian hilir
suatu saluran. Untuk mencari waktu konsentrasi terdapat tiga alternative
rumus : (1) waktu konsentrasi (tc) ditinjau dari 2 komponen (t0 + td); (2)

waktu konsentrasi (tc) dari rumus distribusi hujan jam jaman dengan
menggunakan model MONONOBE; (3) waktu konsentrasi untuk DAS kecil
di daerah pertanian.
A. Waktu konsentrasi (tc) ditinjau dari 2 komponen (t0 + td)
Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dihitung menjadi 2 (dua)
komponen :
1. Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir diatas
permukaan tanah menuju kesaluran drainasi terdekat.
2. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
dari pertama masuk saluran sampai titik keluaran.
tc = to + td
to = 2/3 x 3.28 x L x n/S1/2
td = Ls/60 V
Dimana
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran diatas saluran drainasi (m)
V = kecepatan aliran air pada saluran drainasi (m/dt)

17

Petunjuk Perencanaan Drainase

Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh


berbagai faktor, yaitu :
-

Luas daerah pengaliran

Kemiringan dasar aliran

Panjang saluran drainasi

Debit dan kecepatan aliran

Dalam perencanaan drainasi waktu konsentrasi sering dikaitkan


dengan durasi hujan, karena air yang melimpas mengalir dipermukaan tanah
dan selokan drainasi (sebagai akibat adanya hujan) selama t waktu, maka
dianggap hujan yang terjadi berlangsung selama t waktu.
Hujan terjadi selama t
A t0 = 0
t1 = x1
Permukaan tanah

t2 = x2
B

Saluran drainasi

Waktu utk mengalir = t = t1 + t2


Anggapan

lama hujan = waktu konsentrasi

B. Waktu konsentrasi (tc) dari rumus distribusi hujan jam jaman


dengan menggunakan model MONONOBE.
Dalam perhitungan waktu konsentrasi, alternative lain selain
menggunakan rumus tc di atas bisa juga menggunakan rumus distribusi hujan
jam jaman dengan menggunakan model MONONOBE dengan rumus :
2

R
RT = 24
t

t 3
T

Dimana :
RT
R24
T
t

= Rerata Intensitas hujan dari awal sampai jarak ke T (mm/jam)


= CH efektif dalam 1 hari (mm)
= Waktu dari awal hujan sampai ke T (jam)
= Lamanya hujan terpusat = 6 jam

18

Petunjuk Perencanaan Drainase

Rumus distribusi jam jaman model MONONOBE dilihat


berdasarkan pengamatan di Indonesia, lamanya hujan terpusat (t) tidak lebih
dari 7 jam, maka dalam perhitungan ini diasumsikan hujan terpusat 6 jam
sehari.
Langkah selanjutnya, menghitung nisbah hujan jam jaman :

Rt = t.RT (t 1)( RT 1 )
Dimana :
RT

= Rerata Intensitas hujan dalam T jam

Rt

= Curah hujan pada jam ke T

= Waktu konsentrasi atau lamanya hujan terpusat

R(t-1) = Intensitas hujan dalam (t-1)


Selanjutnya menghitung hujan netto. Hujan netto adalah bagian dari
hujan total yang menghasilkan limpasan langsung. Untuk mencari hujan

netto digunakan rumus :


Rn = C.R

Dimana :
Rn

= Hujan Netto (mm)

= Koefisien Pengaliran (lihat tabel)

= Curah hujan rancangan kala ulang T (mm)


Lalu hitung hujan netto jam jaman dengan mengalikan hujan netto

dengan nisbah hujan jam jaman.

C. Waktu konsentrasi untuk DAS kecil di daerah pertanian.


Rumus waktu konsentrasi untuk DAS kecil di daerah pertanian adalah
tc = 0,00025 (L/S0,5)0,80
Dimana :
tc

= Waktu konsentrasi dalam jam

= Panjang Saluran (m)

= Kemiringan DAS

19

Petunjuk Perencanaan Drainase

9. Koefisien Pengaliran Permukaan (C)


Jika daerah aliran saluran (DAS) terdiri dari berbagai macam
penggunaan lahan dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda, maka C
yang dipakai adalah koefisien DAS yang dihitung dengan rumus:
n

C=

Ci. Ai
i =1
n

Ai
i =1

Dimana:
Ai

= Luas lahan dengan jenis penutup tanah i,

Ci

= Koefisien aliran permukaan jenis penutup tanah i

= Jumlah jenis penutup lahan

Tabel. Koefisien limpasan untuk metode Rational


Diskripsi lahan/karakter permukaan

Koefisien Aliran, C

Bisnis :

Perkotaan

0.70 0.95

Pinggiran

0.50 0.70

Perumahan :

rumah tunggal

0.30 0.50

multiunit, terpisah

0.40 0.60

multiunit, tergabung

0.60 0.75

perkampungan

0.25 0.40

apartemen

0.50 0.70

Industri :

ringan

0.50 0.80

berat

0.60 0.90

Perkerasan :

aspal dan beton

0.70 0.95

batu-bata, paving

0.50 0.70

Atap

0.75 0.95

20

Petunjuk Perencanaan Drainase


Halaman, tanah berpasir :

datar 2%

0.05 0.10

rata-rata 2-7%

0.10 0.15

curam, 7%

0.15 0.20

Halaman, tanah berat :

datar 2%

0.13 0.17

rata-rata 2-7%

0.18 0.22

curam, 7%

0.25 0.35

Halaman kereta api

0.10 0.35

Taman Tempat bermain

0.20 0.35

Taman, perkuburan

0.10 0.25

Hutan :

datar 0-5%

0.10 0.40

bergelombang, 5-10%

0.25 0.50

berbukit 10-30%

0.30 0.60

Sumber: Mc. Guen, 1989

10. Analisis Intensitas Hujan


Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu.
It =

Rt
(mm / jam)
t

Dimana :
It = Intensitas CH persatuan waktu t dalam (mm/jam)
Rt = Tinggi hujan selama t (dalam mm)
t

= Satuan waktu : jam, menit, dan detik

Besarnya intensitas CH berbeda beda tergantung dari lamanya curah


hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas CH diperoleh dengan cara,
melakukan analisis hidrologi baik secara statistik maupun secara empiris.

21

Petunjuk Perencanaan Drainase

LANGKAH LANGKAH MENCARI INTENSITAS HUJAN :


A. Jika yang tersedia data curah hujan jangka pendek atau berdurasi.
Rumus yang digunakan :

Rumus TALBOT (1881)

I=

a
t +b

Dimana :
I

= Intensitas hujan (mm/jam)

= lamanya hujan (jam)

a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi


di DAS.

a=

[I .t ]I 2 I 2 .t [I ]
N [I 2 ] [I ][I ]

b=

[I ][I .t ] N I 2 .t
N [I 2 ] [I ][I ]

Rumus SHERMAN (1905), cocok untuk jangka waktu curah hujan


yang lamanya lebih dari 2 jam.
I=

a
tn

Dimana :
I

= Intensitas hujan (mm/jam)

= lamanya hujan (jam)

= konstanta

[log I ](log t )2 log t. log I [log t ]


N [(log t ) 2 ] [log t ][log t ]
[log I ][log t ] N log t.log I
n=
N [(log t ) 2 ] [log t ][log t ]

log a =

22

Petunjuk Perencanaan Drainase

Rumus ISHIGURO (1953)


I=

a
t +b

Dimana :
I

= Intensitas hujan (mm/jam)

= lamanya hujan (jam)

a dan b = konstanta

I t I I t [I ]
N [I ] [I ][I ]
I I . t N I t
b =
N [I ] [I ][I ]
a=

Dimana :
[ ] = jumlah angka angka dalam tiap suku
N = banyaknya data
1. Tentukan besarnya curah hujan yaitu dari perkalian antara tinggi hujan
dengan 60 menit dibagi durasi hujan yang bersangkutan.
2. Lakukan perhitungan probabililitas sesuai hasil distribusi frekuensi untuk
periode ulang yang dikehendak (periode ulang 1; 2; 5; 10).
3. Menghitung harga tiap suku dalam persamaan Intensitas (suku persamaan
lihat rumus di atas).
4. Menghitung konstanta konstanta untuk persamaan intensitas.
5. Pemeriksaan untuk mendapatkan rumus yang paling cocok. Dilakukan
dengan menelaah deviasi antara data terukur, dimana deviasi terkecil
dianggap sebagai rumus yang paling cocok.
6. Lakukan perhitungan dengan cara yang sama untuk masing masing
periode ulang
7. Gambar kurva atau lengkung Intensitas curah hujan yang menyatakan
hubungan Intensitas (mm/menit) terhadap durasi (menit).

23

Petunjuk Perencanaan Drainase

Lengkung intensitas CH adalah grafik yang menyatakan hubungan


antara intensitas CH (It) dengan durasi hujan t, hubungan tersebut dinyatakan
dalam bentuk lengkung intensitas CH untuk kala ulang tertentu.

Terjadi 1x dlm 10 th
Intensitas CH
Satuan :
mm/jam
m3/det/km2
l/det/ha

Terjadi 1x dlm 5 th

10 th

Terjadi 1x dlm 2 th

5 th

Terjadi 1x dlm 1 th

2 th
1 th

30

60 menit durasi hujan (t)

120 menit

B. Jika yang tersedia data hujan harian atau tahunan


Rumus yang digunakan :

Rumus MONONOBE
2

R 24 3
I = 24
24 t

Dimana :
I

= Intensitas hujan (mm/jam)

= Lamanya hujan (jam)

R24 = curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)


1. Cari curah hujan rata rata daerah maksimum (bila lebih dari 1 stasiun
curah hujan).
2. Lakukan perhitungan probabilitas sesuai dengan hasil uji distribusi
frekuensi untuk periode ulang yang dikehendaki ( periode ulang 1; 2; 5;
10).

24

Petunjuk Perencanaan Drainase

3. Lakukan perhitungan waktu konsentrasi (tc) untuk masing masing sub


DAS.
4. Lakukan perhitungan dengan cara yang sama untuk masing masing
periode ulang.
Ket : Untuk rumus MONONOBE dicari terlebih dahulu waktu konsentrasinya
(tc).

11. Debit Rencana

Debit banjir rencana dapat ditentukan melalui berbagai metode, salah


satu metode yang sering digunakan adalah metode rasional dengan rumus:

Q = 0,002778.C.I . A
Dimana :
Q = debit puncak banjir untuk periode ulang T tahun (m3/det)
A = luas daerah tangkap hujan (ha)
I

= Intensitas curah hujan untuk durasi hujan t ( mm/jam)

C = Koefisien Aliran permukaan (0<C<1)


Tentukan nilai C, jika DAS terdiri dari bermacam macam
penggunaan lahan, maka C yang dipakai adalah koefisien DAS dengan
persamaan :
n

C=

Ci. Ai
i =1
n

Ai
i =1

Pertimbangan penggunaan metode ini dalam perencanaan drainase di


daerah perkotaan dengan luasan tidak begitu luas, sehingga diasumsikan tidak
ada kehilangan-kehilangan (semua curah hujan menjadi limpasan permukaan)
dan waktu konsentrasi hujan relatif kecil sehingga keseimbangan mudah
dicapai.

25

Petunjuk Perencanaan Drainase

3.4 Data

Kedalaman curah hujan jangka pendek di pos penakar hujan terdekat dengan
lokasi Perumahan ..sebagai berikut:
No

Tahun

Durasi (menit)

1 hr

2 hr

68

76

112

71

100

86

98

116

124

137

80

92

89

79

125

70

75

105

95

119

124

38

54

66

75

114

102

135

49

42

45

67

77

125

124

112

130

22

42

56

52

96

98

95

126

154

29

42

44

30

42

98

53

88

156

166

256

16

34

36

41

59

48

65

88

99

124

145

172

1970

15

18

28

40

43

46

74

128

78

156

133

198

12

1971

11

23

35

29

55

45

55

86

122

185

158

182

13

1972

17

21

32

38

48

51

56

75

125

95

142

163

14

1973

19

25

22

39

52

50

60

70

97

96

94

142

15

1974

21

28

29

43

45

53

61

85

95

174

188

248

16

1976

20

26

31

42

41

42

72

113

89

130

173

227

17

1977

27

27

30

45

35

48

69

55

138

145

169

195

18

1978

16

22

28

44

42

51

62

82

121

122

158

185

19

1979

18

23

37

41

45

46

71

75

89

132

187

235

20

1980

19

24

38

49

58

63

74

115

124

138

185

21

1981

20

25

24

48

48

49

72

147

136

175

216

22

1982

13

26

26

72

42

51

62

85

89

112

119

225

23

1983

18

24

31

50

47

53

61

77

103

89

124

214

24

1984

17

23

18

42

46

49

63

69

99

98

136

154

25

1985

19

27

24

41

51

57

66

88

98

145

128

144

26

1986

22

26

22

38

52

54

68

116

130

104

156

187

27

1987

22

25

30

26

53

53

72

106

125

112

136

152

28

1988

18

22

21

43

45

56

53

108

114

123

156

184

29

1989

19

23

35

39

42

52

65

115

96

107

142

152

30

1990

17

24

26

29

41

50

52

99

105

112

115

122

10

15

30

45

60

120

180

360

720

1960

22

25

30

48

52

53

56

63

64

1961

18

22

32

50

29

54

45

85

1962

16

26

35

42

48

47

60

1963

18

23

26

59

45

56

1964

19

24

36

43

49

1965

20

30

40

41

1966

27

28

17

1967

21

35

1968

14

10

1969

11

26

Petunjuk Perencanaan Drainase

3.5 Pembahasan Analisa Hidrologi

1.
2.
3.
4.

Pengisian data kosong (jika ada data kosong);


Pengecekan kualitas data (untuk data curah hujan tahunan);
Menentukan tebal hujan rata-rata DAS;
Hitung intensitas hujannya pada lokasi rencana anda. (Tuangkan dalam
bentuk tabel)

Contoh untuk durasi 5 menit


No

Durasi (menit)

Tahun
5

1960

1961

1962

1963

1964

1965

dst

dst

29

1989

30

1990

10

15

30

45

60

120

180

360

720

hr

hr

Jumlah
Jumlah data
Max
Rata-rata
Sd
Ulang untuk 10 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 120 menit, 180
menit, 300 menit, 720 menit, 1 hr dan 2 hari

27

Petunjuk Perencanaan Drainase

5. Analisis Frekwensi.
Cari standart deviasinya dengan metode yang sesuai data anda untuk
masing-masing durasi hujan.
No

Tahun

1960

1961

1962

1963

1964

1965

1966

1967

1968

10

1969

dst

dst

26

1986

27

1987

28

1988

29

1989

30

1990

X1

(X1-Xrata-rata)

(X1-Xrata-rata)2

Jumlah
Sd

28

Petunjuk Perencanaan Drainase

6. Hitung dan tabelkan harga-harga intensitas hujan untuk berbagai durasi


dan periode ulang.
7. Hitung harga tiap-tiap suku untuk perhitungan tetapan-tetapan dalam
rumus intensitas hujan
8. Bandingkan kecocokan masing-masing rumus intensitas hujan tersebut
dan cari rumus yang paling sesuai.
9. Hitung curah hujan rancangan kala ulang 1; 2; 5; 10 tahun (sesuai dengan
pembagian saluran pada site plan anda);
10. Gambarkan dalam grafik hubungan antara intensitas hujan dengan durasi
hujan untuk berbagai periode ulang dari metode yang paling sesuai.
11. Hitung debit rencana untuk masing-masing saluran dan tabelkan.

29

Petunjuk Perencanaan Drainase

Table perhitungan debit rencana untuk masing-masing saluran dari data hujan yang tersedia
No

Daerah

Luasan

Koefisien

Kemiringan

panjang

panjang

Koef.

Kecepatan

Waktu

Intensitas

Debit

aliran

DAS

aliran, C

lahan, S

lahan, L

saluran

Manning,

aliran dalam

konsentrasi,

hujan, I

rencana

(m)

drainasi,

saluran , V

tc (menit)

(mm/jam)

(m3/det)

A (ha)

Ls (m)

(m/det )

12. Buatlah skema hasil perhitungan debit untuk DAS yang terdiri dari beberapa sub area.

30

Petunjuk Perencanaan Drainase

BAB

ASPEK HIDROLIKA

4
4.1 Landasan Teori

Analisis hidraulika dalam teknik drainasi terutama diarahkan pada


penentuan kapasitas saluran drainasi (kemampuannya) dalam menerima beban
drainasi (limpasan air akibat terjadinya hujan) pada suatu daerah tangkap
hujan. Analisis yang dilakukan akan meliputi :

Penentuan atau pemilihan bentuk saluran drainasi (terbuka, tertutup atau


pipa)

Penentuan batas kecepatan aliran rata rata pada saluran

Penentuan besarnya kemiringan dasar saluran drainasi

Penentuan besarnya koefisien kekasaran dinding saluran

Penentuan besarnya dimensi saluran yang dapat menampung beban


drainasi

Besarnya kriteria (ketentuan) yang digunakan dalam analisis hidraulika :


a. Kecepatan aliran
Apabila dipilih kecepatan aliran dalam saluran drainasi terlalu
besar maka akan terjadi pengikisan terhadap dinding saluran (terjadi
erosi).
Apabila dipilih kecepatan aliran terlalu kecil atau rendah maka
akan terjadi pengendapan dari butiran atau partikel lumpur yang terbawa
air (terjadi sedimentasi) oleh karenanya dipilih kecepatan yang sedang,
yaitu berkisar antara 0,6 2 m/det akan lebih baik apabila kecepatan yang
dipilh sesuai dengan jenis materi antara lain dinding salurannya, seperti
diuraikan dalam tabel berikut :

31

Petunjuk Perencanaan Drainase

Jenis material dinding saluran


Beton
Aspal
Pasangan batu pecah dan batu bata
Campuran kerikil dan lempung
Campuran pasir kasar, kerikil dan tanah
Campuran pasir halus dan tanah lumpur

Batas kecepatan
aliran (m/det)
Min
Max
0.6
0.6
0.6
0.6
0.3
0.1

3
1.5
1.8
1.0
0.6
0.2

b. Kemiringan dasar saluran


Penentuan kemiringan dasar saluran diusahakan mengikuti
kemiringan permukaan tanah (kontur tanah) di daerah rencana.
Apabila kemiringan terlalu terjal maka harus dibuat konstruksi
pemecah gaya terjun (bangunan terjun) pada tempat tempat tertentu yang
memungkinkan, sehingga dinding dan dasar saluran tidak cepat rusak.

Kemiringan saluran (S) merupakan perbandingan antara beda


tinggi saluran (H) terhadap panjang saluran (L) dengan rumus:
S = H/L
c. Koefisien kekasaran dinding
Untuk menentukan besarnya kekasaran dinding digunakan
koefisien koefisien yang dibuat oleh Manning. Besarnya koefisien
tersebut dipengaruhi oleh jenis dinding salurannya seperti diuraikan dalam
tabel berikut :
Jenis dinding saluran

Koefisien Manning

Pipa plastik
Lapisan beton
Batu kali diplester
Batu kali kosongan (tidak diplester)
Saluran alam

0.010
0.015 0.20
0.25
0.035 0.45
0.040 0.50

32

Petunjuk Perencanaan Drainase

d. Dimensi saluran drainasi (Debit Saluran)


Untuk menentukan dimensi saluran drainasi digunakan rumus
umum, yaitu :
Q=A.V=A.

1 2 3 12
R S
n

Dimana :
Q = Debit aliran dalam saluran (m3/det)
A = Penampang basah saluran (m2)
V = Kecepatan aliran dalam saluran (m/det)
Rumus tersebut kemudian berkembang sesuai dengan penggunaan
koefisien kekasaran dindingnya.
UNTUK MANNING :
V=

1 2 3 12
R S
n

Dimana :
V = Kecepatan aliran dalam saluran (m/det)
n

= Koefisien kekasaran dinding saluran (Manning)

S = Kemiringan dasar saluran (% = m/det)


R =

A
P

Dimana :
R = Radius hidraulik (m)
A = Luas penampang basah (m2)
P = Keliling basah (m)
e. Kontrol desain saluran
Pada prinsipnya perencanaan detail saluran drainasi adalah
menentukan besar dimensi atau saluran yang dapat menampung air
limpasan akibat terjadi hujan pada suatu daerah tangkap hujan tertentu.
Dari uraian diatas persamaan sbb:
Kapasitas saluran drainasi = debit banjir rencana

33

Petunjuk Perencanaan Drainase

4.2 Pemilihan Bentuk Saluran Ekonomis

Persamaan

persamaan

yang

digunakan

untuk

perhitungan

penampang saluran berbentuk trapesium yang ekonomis dirumuskan sebagai


berikut :
8
2
P = h 3 h 3 = 2h 3
3
3

4
2
B = 2h 3 h 3 = h 3
3
3
1
2

A = h 3 + h 3 h = h 2 3
3
3

Luas penampang melintang (A); keliling basah (P); Saluran dengan


penampang melintang yang berbentuk trapesium dengan lebar dasar (B);
kedalaman aliran (h); dan kemiringan dinding l : m.
Penampang trapesium yang paling efisien jika kemiringan dindingnya,
m=

1
atau = 60o. Penurunan rumus untuk mencari tinggi air, h:
3
V=

1 2 3 12
R S
n

A h2 3 h
=
=
P 2h 3 2

R=

Q = A.V, Dimana Q = Q rencana


Q=A.V =A.

Q= h

1 2 3 12
R S
n
2

1 h 3
3 . . .S 2
n 2

1
Q = h8 / 3 3. .2 2 / 3.. S 1 / 2
n
h8 / 3 =

Q
1
3. .2 2 / 3.S 1 / 2
n
1

2.667
Q
h=
1 2 / 3 1 / 2
3.n .2 .S

34

Petunjuk Perencanaan Drainase

Jadi :

Q
h=
1 2 / 3 1 / 2
3.n .2 .S

0.375

Tinggi jagaan (F) = 25% . h


Maka, tinggi saluran (H) = h + F
= h + 25%. h
= 125/100. h

(m)

4.3 Bangunan Air Gorong Gorong (Culvert)

Bangunan gorong gorong dimaksudkan untuk meneruskan aliran air


buangan yang melintas di bawah jalan raya. Dalam merencanakan gorong
gorong perlu memperhatikan hal hal sebagai berikut :

Harus cukup besar untuk melewatkan debit air maksimum dari daerah
pengaliran secara efisien.

Kemiringan dasar gorong gorong dibuat lebih besar dari saluran


pembuangannya, dimaksudkan agar dapat menggelontorkan sediment.

Keadaan aliran pada gorong gorong.


Dikenal ada 2 keadaan aliran gorong gorong yakni :

1. Kendali inlet
Besarnya debit yang melalui gorong gorong dapat dihitung dari
persamaan berikut (HENDERSON 1966) :
PEMASUKAN TIDAK TENGGELAM atau H < 1,2 D
Q=

2
2
C.B.H . gH
3
3

Dimana :
B

= Lebar gorong gorong

= Koefisien Konstraksi pada sisi sisi pemasukan. Apabila


ujungnya persegi maka C = 0,9 ; sedangkan jika ujungnya
dibulatkan maka C = 1.

35

Petunjuk Perencanaan Drainase

= Tinggi gorong gorong (m)

= Debit air maksimum (m3/dtk)

= Elevasi muka air di hulu gorong gorong dikurangi elevasi


dasar gorong gorong.

Asumsi :
o Dimisalkan kecepatan air dalam gorong gorong diambil 1,5 m/dtk

dengan dinding gorong gorong dari beton.


o Ketebalan tanah penutup di atas gorong gorong minimm 0,6 m

diambil 0,8 m.
o Elevasi muka air hulu 1m di bawah muka jalan.
o Lebar jalan lingkungan tergantung pada site plan anda.

Kebutuhan gorong gorong = x


x. (B.h) = Q/V

x=

Q
V ( B.h)

Cek kecepatan :
V=

Q
syarat : V hitungan < V asumsi (1,5 m/dtk)
x.(B.h )

PEMASUKAN TENGGELAM atau H > 1,2 D


Q = C.B.D. 2 g ( H CD )

Dimana :
B

= Lebar gorong gorong

= Koefisien Konstraksi pada sisi sisi pemasukan. Apabila


ujungnya persegi maka C = 0,6 ; sedangkan jika ujungnya
dibulatkan maka C = 0,8.

= Tinggi gorong gorong (m)

= Debit air maksimum (m3/dtk)


36

Petunjuk Perencanaan Drainase

= Elevasi muka air di hulu gorong gorong dikurangi elevasi


dasar gorong gorong.

2. Kendali outlet
Pada gorong gorong bertekanan, tinggi tekan air ditentukan dengan
menggunakan persamaan energi antara hulu dan hilir :
Zu +

Vu 2
Vd 2
= Hf + Zd +
2g
2g

Dimana :
Zu

= elevasi muka air hulu (upstream) diukur dari datum.

Zd

= elevasi muka air hilir (downstream) diukur dari datum.

Hf

= total kehilangan energi antara hulu dan hilir gorong gorong.


Kehilangan tinggi tekan melalui gorong gorong adalah jumlah

kehilangan pada inlet, sepanjang gorong gorong dan pada outlet.


Diasumsikan kehilangan inlet dan outlet disini adalah sebesar 0,2 dan 0,1.
Rumus umum :

V2
n 2 .L
KEHILANGAN TEKANAN = 0,2 + 4 / 3 + 0,1.
R

2g

Dimana : n

= angka kekasaran Manning

= panjang jalan lingkungan (m)

(lihat site plan)

= jari jari hidrolis pada saluran yang menampung debit


maksimum.

= kecepatan pada gorong gorong (m/dt)

= percepatan gravitasi (m2/dt)

Elevasi pada muka air hilir dapat diketahui dengan menambahkan


elevasi muka air di hulu yaitu 1 m dibawah muka jalan dengan nilai yang
diperoleh dari perhitungan kehilangan tekanan diatas.

37

Petunjuk Perencanaan Drainase

4.4 Data
4.5 Pembahasan Analisa Hidrolika

1. Merencanakan dimensi masing-masing saluran drainase yang dapat menampung air hujan tersebut! Dibuat tabel!
Contoh perhitungan dimensi saluran :
TABEL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN DENGAN METODE SALURAN TRAPESIUM EKONOMIS
Dimensi

(m)

(m)

(m2)

(m)

(m)

(m)

1.82

2.28

5.74

6.31

0.91

0.46

0.035

1500

0.0007

0.6930

3.9800

-0.0008

1.12

1.40

2.17

3.88

0.56

0.28

0.035

720

0.0028

1.0232

2.2250

-0.0001

1.33

1.15

1.43

2.28

3.97

0.57

0.29

0.035

1740

0.0017

0.8188

1.8658

-0.0001

1.23

1.06

1.33

1.95

3.68

0.53

0.27

0.035

520

0.0019

0.8211

1.6019

0.0000

1.26

1.09

1.37

2.07

3.79

0.55

0.27

0.035

1080

0.0009

0.5810

1.2021

0.0000

1.06

0.92

1.15

1.46

3.18

0.46

0.23

0.035

1300

0.0015

0.6671

0.9754

0.0000

1.11

0.96

1.20

1.59

3.32

0.48

0.24

0.035

2340

0.0009

0.5109

0.8107

0.0000

1.13

0.98

1.23

1.67

3.40

0.49

0.25

0.035

960

0.0021

0.8116

1.3563

0.0000

0.84

0.73

0.91

0.91

2.51

0.36

0.18

0.035

320

0.0031

0.8124

0.7416

0.0001

0.88

0.76

0.96

1.01

2.65

0.38

0.19

0.035

840

0.0012

0.5190

0.5253

0.0000

1.29

10

(m)

2.10

(m3/dt)

3.97916
2.22489
1.86576
1.60191
1.20203
0.97543
0.81069
1.35635
0.74169
0.52530

Q Saluran
Kemiringan
Sal.

Luas

Panjang
Sal.

Tinggi

Koef.
Manning

Tinggi Air

Q renc

Tinggi
Jagaan

Lb bawah

Sub
DAS

No.

Jari-jari
Hidrolis

Keliling
Basah

(m)

Kec. Aliran

Q saluran

Qh

V
(m/det)

(m3/dt)

2. Lengkapi gambar detail masing- masing saluran.


3. Merencanakan bangunan air pendukung pada saluran drainase (gorong-gorong/bangunan terjunan/dll). Serta lengkapi dengan
gambar detailnya!

38

Anda mungkin juga menyukai