Anda di halaman 1dari 7

Something The Lord Made (2004) merupakan sebuah film dokumenter yang

menceritakan tentang dr Blalock (Alan Rickman "Severus Snape") dan Vivian (Mos
Def) dalam melakukan riset dunia medis dan bagaimana kontribusi mereka pada
dunia medis sekarang. Berawal dari tukang kayu yang dipecat, Vivian menjadi
Cleaning Service di lab dr Blalock hingga akhirnya dipercaya menjadi asisten lab
karena meskipun Vivian berkulit hitam dan hanya lulusan SMA, ia memiliki kemauan
belajar yang keras. Dimulai dari lab kecil dr Blalock, hingga akhirnya mereka
melakukan riset di John Hipkins University yang merupakan universitas yang
terkenal dengan pendidikan dokternya. Disana mereka menangani kasus bayi biru
yang belum ditemukan solusi pengobatannya saat itu dan Vivian benar-benar
membantu dr Blalock mencari solusinya meskipun dirinya selalu dicemoh karena
kulit hitamnya dan dr Blalock yang temperamental yang tidak memberikan Vivian
gaji yang pantas.
Sinopsis tersebut benar-benar tidak bisa menggambarkan seberapa inspiratifnya
film ini. Inti film ini bukan terletak pada setengah atau potongan bagian film ini
melainkan bagai sebuah puzzle yang baru terasa puasnya ketika semua potongan
tersebut sudah disatukan. Ya, film ini sangat inspiratif. Bagaimana seorang Vivian
bertahan dan menjalani hidupnya dalam diskriminasi kulit hitam dan tekanan dari
keluarganya karena gajinya yang kecil tapi ia tetap mendedikasikan dirinya pada
penelitian medisnya tersebut meskipun ia hanya lulusan SMA dan tidak memiliki
latar belakang biologi atau medis sekalipun. Pesan moral dari film ini benar-benar
terasa dan mungkin akan lebih terasa untuk mereka yang berkaitan pada bidang
yang dicakup film ini.
Saya sama sekali tidak mention dengan nama Alan Rickman. Saya bukanlah tipe
yang menghafal nama artis. Namun begitu dr Blalock berbicara, saya langsung tahu
kalau ia adalah pemeran Severus Snape dalam film Harry Potter. Dengan logatnya
yang khas dan nada antagonisnya. Tapi dalam film ini, ia membawakan karakter dr
Blalock menurut saya cukup bagus. Sifat temperamentalnya terlihat natural.
Setting, Make Up, dan Scoring. Menurut saya, pemasangan settingnya sudah bagus
karena saya merasakan nuansa tahun 40an dan terlihat nuansa kampus yang masih
lama. Make Upnya juga menururt saya sukses. Karena tidak mungkin kan mereka
menggunakan bayi biru sungguhan dalam shooting film ini? Bay tersebut benarbenar berwarna biru pucat loh. Pembuluh darahnya juga kelihatan. Scoringnya
sendiri menurut saya standar karena ya itu, ini film dokumenter biografi kan?
Overall, saya suka film ini. Selain karena memang menginspirasi bidang keilmuan
saya, film ini juga memberikan inspirasi dalam bagaimana menghadapi hidup
sebagai seorang scientist, dan bagaimana pahitnya menjadi scienstist dalam bidang
medik tanpa memiliki gelar dokter. Saya juga kaget ternyata rating film ini di IMDB
mencapai angka 8,2 dan di rottentomatoes 90% dari Audience menyukai film ini.
Untuk anda yang suka dokumenter, ada baiknya kalau mencoba menonton film
ini. :D

Ini adalah sebuah kisah yang menakjubkan tentang seorang pemuda kulit hitam
bernama Vivien Thomas. Dia berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang tukang
kayu dan kemudian bekerja sebagai pembersih laboratorium di sebuah rumah sakit.
Dokter Blalock, dokter periset di laboratorium itu, seringkali mendapati Vivien
sedang membaca buku kedokteran di lab. Vivien memang berencana untuk masuk
sekolah kedokteran dan penghasilan yang diperolehnya dari pekerjaan ini akan
digunakan untuk membiayai sekolah dokternya. Blalock kemudian menguji Vivien
dengan menyuruhnya mempraktekkan penggunaan alat-alat bedah. Tanpa diduga,
tangan Vivien sungguh terampil. Dr. Blalock pun mempekerjakannya sebagai
asisten.
Lalu Blalock pindah ke rumah sakit Johns Hopkins University. Bisa ditebak. Blalock
memboyong Vivien bersamanya. Di rumah sakit itu mereka berdua berhasil
menemukan metode dan melakukan bedah jantung pada manusia untuk pertama
kalinya.
Periode awal di Johns Hopkins ini adalah periode yang sangat menyakitkan bagi
Vivien. Akar permasalahannya, ya, karena pada waktu itu rasisme masih kental:
hanya karena berkulit hitam, walaupun pekerjaannya adalah teknisi lab, dia
diklasifikasikan sebagai pekerja kelas tiga. Hanya karena berkulit hitam dia awalnya
bahkan tidak dimasukkan dalam line up operasi jantung pertama, walaupun
akhirnya ikut. Padahal dia dan Blalocklah yang menemukan metodenya.
Setelah 40 tahun mengabdi, Vivien Thomas kemudian dianugerahi Doktor Honoris
Cause oleh rumah sakit Johns Hopkins University. Two thumbs up! untuk film ini.

Dr. Alfred Blalock (Alan Rickman) adalah seorang ahli bedah muda, bekerja untuk
sebuah rumah sakit kecil di Nasville. Vivien Thomas (Mos Def) adalah anak seorang
kontraktor kulit hitam yang bercita-cita ingin kuliah kedokteran, namun karena
tabungannya belum cukup lalu bekerja sebagai tukang kayu.
Banyak yang menyukai hasil kerjanya, tapi ketika ada tawaran untuk bekerja di
rumah sakit, dia tinggalkan perkakas tukangnya. Pekerjaannya adalah sebagai
tukang bersih-bersih lab tempat kerja Dr. Blalock dan kandang anjing-anjing
percobaan si ahli bedah. Dalam sekejap saja Dr. Blalock menyadari bahwa Vivien
punya bakat juga sebagai ahli bedah, bukan sekedar tukang bersih-bersih. Dr.
Blalock sangat benar.
Keberhasilan mencari solusi untuk mengatasi shock yang mematikan pada
penderita luka parah, terutama para prajurit AS di perang dunia kedua mengantar
Dr. Blalock menjadi pemimpin departemen bedah di RS John Hopkins. Tentu saja
Vivien diajak serta. Oh ya Vivien ini bukan perempuan, walaupun namanya begitu.
Menurut cerita, ibu Vivien yakin akan melahirkan bayi perempuan dan tidak
bersedia mengganti nama Vivien ketika yang lahir ternyata laki-laki hehehehe.....
Singkat cerita, mereka berdua, Blalock dan Vivien berhasil melakukan operasi bypass jantung pada seorang bayi yang menderita baby blues (bayi yang berwarna
biru karena ada kelainan pada jantung). Operasi ini menjadi landasan operasi
jantung di dunia, karena sebelum mereka, tidak ada seorang ahli bedahpun yang
berani melakukan operasi pada jantung manusia.
Namun keberhasilan ini malah membuat Vivien bersedih. Karena sebagai kulit
hitam, dia bukan hanya tidak mendapatkan penghargaan atau kemahsyuran
sebagaimana diperoleh Dr. Blalock, tapi bahkan sekedar pengakuan bahwa dia juga
turut berjasa saja tidak ada sama sekali.
Dengan kecewa Vivien mengundurkan diri dan berusaha lagi mengapai cita-citanya
yang tertunda yaitu menjadi seorang dokter. Usianya 35 tahun ketika itu, 15 tahun
berpengalaman menjadi tangan kanan seorang profesor ternama di dunia (dokterdokter bedah di seluruh dunia datang ke RS. John Hopkins untuk belajar pada Dr.
Blalock dan Vivien). Namun lagi-lagi dia cuma berhadapan dengan kekecewaan.

Akhirnya dengan rendah hati dan menahan malu, dia meminta Dr. Blalock
mempekerjakannya kembali. Tentu saja Dr. Blalock dengan senang hati
menerimanya. Seiring dengan perbaikan sistem di Amerika (kulit berwarna
mempunyai hak yang sama dengan kulit putih), Vivien menjadi direktur
laboratorium di RS. John Hopkins. Bahkan akhirnya dia mendapat gelar doktor
kehormatan dan lukisan dirinya dipasang di lobby RS tersebut, bersama dengan
lukisan diri para pesohor pendahulunya seperti John Hopkins himself dan tentu saja
Dr. Blalock.
Bukan main perjuangan yang dilalui Vivien, mulai dari penghinaan yang diterimanya
karena warna kulitnya sampai tabungannya selama 7 tahun lenyap begitu saja
ketika bank tempatnya menabung bangkrut (padahal itu adalah tabungan untuk
melanjutkan studi kedokteran). Dia bahkan harus berjuang menuntut hak-nya untuk
bisa mendapat penghasilan layaknya seorang staf lab, karena ternyata selama ini
dia hanya mendapat gaji sebagaimana tukang bersih-bersih saja. Sering kali dia
seperti harus menahan segala penghinaan, hanya karena dia seorang kulit
berwarna.
Namun benar, Tuhan itu tidak buta juga tidak tuli. Dia Maha Tahu. Di usia tuanya,
Vivien mendapatkan juga gelar yang dia impikan sejak kecil, akhirnya orang bukan
hanya menyebut dia Mr. Thomas tapi Dr. Thomas. Bahkan lukisan dirinya dipasang
sejajar dengan para pesohor kulit putih lainnya. Vivien, yang dulu bahkan tidak
boleh masuk melalui lobby utama RS, yang harus menggunakan ruang makan dan
toilet khusus untuk kulit berwarna, yang dihina dan diragukan kemampuannya oleh
para dokter di sana, akhirnya mendapat pengakuan sebagai salah seorang guru
yang luar biasa, dokter yang amat pandai dan teknisi yang inovatif (karena ia
mencitakan sendiri banyak peralatan operasi yang dia butuhkan). Sebuah
pencapaian yang bahkan orang kulit putih sendiripun belum tentu bisa capai.

Film yang diangkat dari kisah nyata ini dimainkan oleh Dr. Alfred Blalock (Alan
Rickman) adalah seorang ahli bedah muda, bekerja untuk sebuah rumah sakit kecil
di Nasville. Vivien Thomas (Mos Def) adalah anak seorang kontraktor kulit hitam
yang bercita-cita ingin kuliah kedokteran, namun tak bisa melanjutkan sekolah
karena masalah biaya. Bank tempat Vivien menabung bangkrut, sehingga makin
menghempaskan angan-angannya untuk dapat kembali bersekolah.
Vivien kemudian di pekerjakan di Universitas Hopkins sebagai tukang bersih-bersih
dan kandang anjing-anjing percobaan si ahli bedah. Dr. Alfred Blalock sang atasan
adalah seorang dokter bedah yang sangat berdedikasi pada pekerjaannya namun
gila kerja.
Pada awalnya melihat minat Vivien dalam bidang kedokteran dan dalam sekejap
saja Dr. Blalock menyadari bahwa Vivien punya bakat juga sebagai ahli bedah,
bukan sekedar tukang bersih-bersih. Dr. Blalock memang sangat benar dengan
penilaiannya. Dan akhirnya Dr. Blalock memberi Vivien jas lab untuk membantunya
dalam penelitian. Banyak hal-hal yang ditemukan vivien, dan itu sangat membantu
Dr Blalock. Vivien, yang seorang warga kulit hitam, pada waktu itu masih
mengalami rasisme. Dengan pekerjaannya sebagai asisten dokter, ia hanyalah
karyawan kelas 3 yang tak lebih dari seorang buruh. Vivien sempat protes, istrinya
pun juga melakukan hal yang sama. Dan aksi protesnya memubuahkan hasil
dengan gaji yang dinaikkan.
Keberhasilan mencari solusi untuk mengatasi shock yang mematikan pada
penderita luka parah, terutama para prajurit AS di perang dunia kedua mengantar

Dr. Blalock menjadi pemimpin departemen bedah di RS John Hopkins. Tentu saja
Vivien diajak serta.
Singkat cerita, mereka berdua, Dr. Blalock dan Vivien berhasil melakukan operasi
by-pass jantung pada seorang bayi yang menderita baby blues (bayi yang berwarna
biru karena ada kelainan pada jantung). Dengan melakukan berbagai percobaan
terhadap hewan anjing, Vivien berhasil menemukan cara yang tepat untuk
penanganan baby blue syndrome tersebut. Kemampuan Vivien sangat hebat,
memutus pembuluh darah, menyambungkan kembali dengan menjahitnya .
Namun, ternyata metode yang ditemukan Vivien gagal H-1 operasi. Anjing yang
sebelumnya diujicobakan ternyata mati. Jahitan di pembuluh darahnya lepas seiring
bertambahnya umur anjing. Akhirnya metode itu tidak dilakukan, dan mereka
mencari metode lain. Kemudian vivien menemukan caranya, lalu tibalah masa
pengoperasian.
Dr. Blalock pun akhirnya memutuskan untuk mengoperasi bayi tersebut. Operasi
dilakukan di hadapan para dokter-dokter muda. Awalnya Vivien tidak boleh
membantu, namun akhirnya dia dipanggil Blalock untuk membantunya. Para dokter
yang menyaksikan operasi tersebut terkejut dengan tindakan Dr. Blalock yang
mengajak seorang yang bukan ahli medis untuk masuk dan ikut serta dalam operasi
yang sangat penting tersebut. Singkat cerita, bayi itu pulih kembali dan berhasil
diselamatkan. Operasi ini menjadi landasan operasi jantung di dunia, karena
sebelum mereka, tidak ada seorang ahli bedahpun yang berani melakukan operasi
pada jantung manusia.
Dunia hanya tahu bahwa Dr. Blalock lah yang berjasa. Namanya, lukisannya,
artikelnya selalu ada Blalock, sedangkan nama Vivien tidak. Berbagai penghargaan
hanya mengakui Dr Blalock sebagai orang yang berjasa. Ironisnya, dalam setiap
pidatonya pun, Blalock tidak menyebut-nyebut nama Vivien.
Dengan kecewa Vivien mengundurkan diri dan berusaha lagi mengapai cita-citanya
yang tertunda yaitu menjadi seorang dokter. Usianya 35 tahun ketika itu, 15 tahun
berpengalaman menjadi tangan kanan seorang profesor ternama di dunia (dokterdokter bedah di seluruh dunia datang ke RS. John Hopkins untuk belajar pada Dr.
Blalock dan Vivien). Namun lagi-lagi dia cuma berhadapan dengan kekecewaan.
Akhirnya dengan rendah hati dan menahan malu, dia meminta Dr. Blalock
mempekerjakannya kembali. Tentu saja Dr. Blalock dengan senang hati
menerimanya. Seiring dengan perbaikan sistem di Amerika (kulit berwarna
mempunyai hak yang sama dengan kulit putih), Vivien menjadi direktur
laboratorium di RS. John Hopkins. Bahkan akhirnya dia mendapat gelar doktor
kehormatan dan lukisan dirinya dipasang di lobby RS tersebut, bersama dengan
lukisan diri para pesohor pendahulunya seperti John Hopkins himself dan tentu saja
Dr. Blalock.

Bukan main perjuangan yang dilalui Vivien, mulai dari penghinaan yang diterimanya
karena warna kulitnya sampai tabungannya selama 7 tahun lenyap begitu saja
ketika bank tempatnya menabung bangkrut (padahal itu adalah tabungan untuk
melanjutkan studi kedokteran). Dia bahkan harus berjuang menuntut hak-nya untuk
bisa mendapat penghasilan layaknya seorang staf lab, karena ternyata selama ini
dia hanya mendapat gaji sebagaimana tukang bersih-bersih saja. Sering kali dia
seperti harus menahan segala penghinaan, hanya karena dia seorang kulit
berwarna.
Namun benar, Tuhan itu tidak buta juga tidak tuli. Dia Maha Tahu. Di usia tuanya,
Vivien mendapatkan juga gelar yang dia impikan sejak kecil, akhirnya orang bukan
hanya menyebut dia Mr. Thomas tapi Dr. Thomas. Bahkan lukisan dirinya dipasang
sejajar dengan para pesohor kulit putih lainnya. Vivien, yang dulu bahkan tidak
boleh masuk melalui lobby utama RS, yang harus menggunakan ruang makan dan
toilet khusus untuk kulit berwarna, yang dihina dan diragukan kemampuannya oleh
para dokter di sana, akhirnya mendapat pengakuan sebagai salah seorang guru
yang luar biasa, dokter yang amat pandai dan teknisi yang inovatif (karena ia
mencitakan sendiri banyak peralatan operasi yang dia butuhkan). Sebuah
pencapaian yang bahkan orang kulit putih sendiripun belum tentu bisa capai.
PENILAIAN FILM :
1. Kelebihan yang paling menonjol dari film ini adalah passion seorang Vivien yang
selalu berusaha dan selalu ingin belajar dan terus belajar ilmu-ilmu kedokteran
bedah walaupun dirinya bukan seorang dokter bedah.
2. Kekurangan dalam film ini adalah film ini menunjukkan sikap rasis yang sangat
mencolok seperti tidak menghargai seorang yang berkulit hitam dibanding orang
yang berkulit putih.
3. Pelanggaran dan tidak keprofesionalan seorang dokter di dalam film ini adalah
dr. Blalock tidak fokus sewaktu memasuki ruang operasi, keluar ruang operasi
saat operasi sedang berlangsung, dan mengikutsertakan Vivien yang bukan
seorang dengan title medis seperti dokter atau perawat ke dalam aktifitas
operasi.

Anda mungkin juga menyukai