Informasi Umum PT NewMont
Informasi Umum PT NewMont
umum dengan status permodalan campuran, Asing (56%) dan Dalam Negeri (44%).
Luas areal lokasi kegiatan adalah 37.730 Ha (area proyek) dan 87.540 Ha (area
Kontrak Karya) dengan kapasitas produksi/pengolahan terpasang 120.000 ton/hari
(SAG Mills) dan 92.000 ton/hari (Q1-2013) atau 88.000/hari (tahun 2012).
Penambangan dimulai dengan pemboran dan peledakan batuan di lubang Pit. Batuan
bijih kemudian diangkut menggunakan Haul Truck ke Primary Crusher dan Stockpile
yang terletak di pinggir Pit. Penghancuran di Primary Crusher menghasilkan batuan
dengan ukuran maks. 15 cm. Dari sini batuan dikirim ke pabrik pengolahan
(Concentrator) dengan menggunakan conveyor sepanjang 5,4 km. Di
Concentrator batuan bijih digiling menggunakan SAG Mills dan Ball Mills dengan
campuran air laut/tawar untuk memperoleh batuan dengan ukuran 200 micron. Bijih
halus ini kemudian dikirim ke tangki flotasi untuk proses pemisahan konsentrat
dengan tailing melalui proses fisika dengan bantuan reagents. Tailing dikirim ke
teluk senunu melalui jaringan pipa untuk penempatan bawah laut pada
kedalaman 120 m. Konsentrat slurry kemudian dialirkan ke tangki CCD untuk
pembersihan akibat campuran air laut. Setelah itu konsentrat ini dikirim ke benete
melalui pipa sepanjang
17.6 km untuk pengeringan hingga 90% di Filter Plant sebelum ditempatkan
di
gudang pengapalan.
Setiap kegiatan reklamasi dan revegetasi memiliki perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi keberhasilan dan pelaporan sesuai dengan dokumen
RKTTL (Rencana Kerja Tahunan Teknik dan Lingkungan).
Dalam operasionalnya PT. Newmont Nusa Tenggara dapat membuktikan bahwa
kegiatan yang dilakukan telah memenuhi kaedah-kaedah penambangan yang baik dan
benar. PT. Newmont Nusa Tenggara berhasil membangun citra perusahaan tambang
ramah lingkungan dengan mendapatkan predikat terbaik dalam evaluasi lingkungan,
dua tahun berturut-turut mendapat predikat HIJAU dalam evaluasi PROPER KLH.
lingkungan lainnya meliputi izin pembuangan air limbah, izin TPS limbah B3 dan izin
pengoperasian incinerator.
No.
1.
2.
3.
Kewajiban penanggungjawab
usaha sesuai PP 27/2012
Memiliki dokumen lingkungan/Izin
Lingkungan.
Penaatan
Temuan
Taat
Taat
Taat
limbah ke Menteri Lingkungan Hidup dan Bupati. Setelah semua fasilitas dan izin
diperoleh baru fasilitas tersebut dioperasikan sebagai sarana pengolahan air limpah
(IPAL).
Lokasi
Parameter
1.
WWTPDBB03
WWTPDBB03
WWTPDBB03
WWTPDBB03
WWTPDBEN01
WWTPDBEN01
WWTPDBEN01
WWTPDBEN01
WWTPDLF01
WWTPDLF01
WWTPDLF01
WWTPDLF01
TSS
BOD
COD
Oil and grease
TSS
BOD
COD
Oil and grease
TSS
BOD
COD
Oil and grease
2.
3.
Beban Outlet
Jul 12 Jun 13
411330
1777447.2
4506907
1520940
7942.5
20885.5
41342
23680
254756
115538
448181
157895
No
Lokasi
Parameter
4.
WWTPDMMA01
WWTPDMMA01
WWTPDMMA01
WWTPDMMA01
WWTPDTR01
WWTPDTR01
WWTPDTR01
WWTPDTR01
FASH01
FASH01
FASH01
FASH01
FASH01
FASH01
FASH01
FASH01
FASH01
FASH01
FASH01
FASH01
FASH01
TSS
BOD
COD
Oil and grease
TSS
BOD
COD
Oil and grease
TDS Grav
TSS
As-D
Ba-D
Cd-D
Cr-D
Cu-D
Fe-D
Mn-D
Hg-D
Zn-D
Cr6-D
H2S
5.
6.
Beban Outlet
Jul 12 Jun 13
5403.2
48392
132541
51875
1408
25155.1
62740
14080
24996053055
294340408
162546.9356
3559626.05
4612.0142
513992.569
228202.465
2306007.1
43670.06897
2183.503448
218350.3448
873401.3793
873401.3793
Status Penaatan:
No.
1.
Penaatan
Taat
2.
100%
3.
100%
4.
100%
Temuan
- Izin penetapan lokasi titik penaatan
No.
5.
6.
Penaatan
100%
Taat
------
Temuan
Pada saat verifikasi parameter
konduktivity melebihi bakumutu.
- Dilakukan pengambilan sampel air
limbah di Tail Box dan air limbah
domestik IPAL D Townsite.
- Parameter yang diuji pH, DO,
conductivity, TDS, TSS, Turbidity,
BOD,Cl, COD dan Minyak &
Lemak.
- Menunggu hasil laboratorium.
Tidak ada bypass dari saluran sebelum
masuk ke kolam IPAL dan sudah
memasang alat ukur debit.
Penaatan
100%
3.
100%
4.
100%
5.
No.
1.
2.
100%
Taat
Temuan
Sumber Emisi : 4 Genset, 4
PLTGU, 1 incinerator
Semua parameter dari hasil
pemantauan semua sumber
emisi sudah dilaporkan sesuai
peraturan
Parameter yang dipantau dari
semua sumber emisi sudah
sesuai peraturan
Hasil pemantauan emisi
seluruh sumber emisi telah
memenuhi baku mutu emisi
Semua cerobong sudah
dilengkapi dengan sarana dan
prasarana sampling
D. Pengelolaan Limba h B3
PT. Newmont Nusa tenggara merupakan salah satu perusahaan pertambangan
tembaga dan emas yang beroperasi di Indonesia.
Dalam operasionalnya
perusahaan menghasilkan beberapa jenis limbah baik itu limbah domestik maupun
yang termasuk kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah B3
dominan yang dihasilkan diantaranya adalah tailing, pelumas bekas, fly ash dan
bottom ash. Khusus untuk tailing perusahaan melakukan pengelolaan dengan
metode dumping/penempatan tailing di dasar laut teluk senunu. Kegiatan ini telah
memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup berupa KepMen LH No. 92 Tahun
2011.
Berdasarkan data sampai periode Juli 2012 sampai dengan Juni 2013 limbah B3
yang dihasilkan dan dikelola dapt dilihat pada tabel berikut :
Jenis Limbah
Satua
n
Limbah
Dihasilkan
Limbah
Dikelola
Limbah
Belum
Dikelola
Perlakuan
33310528
--
Ditempatkan (dumping) di
Material
terkontaminasi
Ton
1663.7
1244.76
1244.76
47.33
47.33
Bahan
kimia Ton
kedaluarsa cair
147.16
147.16
Fire Assay
Ton
104.40
104.40
Limbah Medis
Ton
1.55
1.55
Ton
2.10
2.10
Baterai Aki
Ton
59.35
59.35
Pelumas grease
Ton
127.17
127.17
Abu batubara
Ton
11562.5
11562.5
TOTAL
Ton
33325340.18
Persentase
33325340.1 0
8
100
0
Abu Insenerasi
Status penaatan PT. NNT berdasarkan kriteria penilaian PROPER sebagai berikut :
No.
Taat
Belum
Keterangan
Taat
1.
2.
3.
d. Pemenuhan Pemanfaatan
4.
5.
6.
7.
Telah melakukan
pendataan jenis dan
volume semua limbah
yang dihasilkan
Telah melakukan
pelaporan secara rutin
Memiliki izin
pengelolaan limbah B3
Memenuhi 100%
ketentuan teknis
Memenuhi bakumutu
insinerator
Memenuhi bakumutu
air lindi landfill
Memenuhi persyaratan
pemanfataan
Semua limbah B3
terkelola
Pihak ketiga pengelola
limbah memenuhi
persyaratan
1.
Tahapan
Lokasi
Pembersihan
lahan,
pengupasan
tanah pucuk dan
penggalian tanah
penutup
East
Dump
(545 585 RL)
Nilai
Total
100
KRITERIA PENILIAI
Tidak
Potensi
Potensi
Rusak
Potensi
Rusak
Berat
Rusak
Ringan
(X 80) (55 < X < (X < 55)
80)
Keterangan
No.
Tahapan
Lokasi
Nilai
Total
KRITERIA PENILIAI
Tidak
Potensi
Potensi
Rusak
Potensi
Rusak
Berat
Rusak
Ringan
(X 80) (55 < X < (X < 55)
80)
Keterangan
2.
Pembersihan
Kanloka
lahan,
(330-375
pengupasan
RL)
tanah pucuk dan
penggalian tanah
penutup
98
3.
Pembersihan
Ujat (315
- 360
lahan,
RL)
pengupasan
tanah pucuk dan
penggalian tanah
penutup
98
4.
Pembersihan
Phase 7
(530 lahan,
675 RL)
pengupasan
tanah pucuk dan
penggalian tanah
penutup.
94
5.
Pembersihan
lahan,
pengupasan
tanah pucuk dan
penggalian tanah
penutup.
82
6.
Pembersihan
Katala
(260-300
lahan,
RL)
pengupasan
tanah pucuk dan
penggalian tanah
penutup.
82
7.
Pembersihan
Kanloka
(375-450
lahan,
RL)
pengupasan
tanah pucuk dan
penggalian tanah
penutup.
82
8.
Pembersihan
Ujat
(360-405
lahan,
RL)
pengupasan
tanah pucuk dan
penggalian tanah
penutup.
82
9.
Penambangan
93
10.
Penimbunan
waste rock
93
aspek manajemen
telah
memenuhi
semua
ketentuan
kriteria
pengendalian kerusakan
lingkungan
East
Dump
(555585RL)
PIT
Tambang
Batu
Hijau
Fase 6
Tongolo
ka
(405RL)
No.
Tahapan
Lokasi
Nilai
Total
KRITERIA PENILIAI
Tidak
Potensi
Potensi
Rusak
Potensi
Rusak
Berat
Rusak
Ringan
(X 80) (55 < X < (X < 55)
80)
Keterangan
Penimbunan
waste rock
Ujat (375
RL)
93
12.
Penimbunan
Ore
stockpile
Sejorong
(555 RL)
93
13.
Penimbunan
Ore
stockpile
East
Dump
(585).
93
14.
Reklamasi
Tongolo
ka (270 315 RL)
100
15.
Reklamasi
Ujat (150
-300 RL)
100
16.
Reklamasi
Kanloka
(270 345 RL)
100
16
16
JUMLAH DATA
aspek manajemen
telah
memenuhi
semua
ketentuan
kriteria
pengendalian kerusakan
lingkungan
Agar
membuat
fasilitas pengendali erosi
sebelum memasuki musim
hujan.
aspek manajemen
telah
memenuhi
semua
ketentuan
kriteria
pengendalian kerusakan
lingkungan
Agar membuat
fasilitas pengendali erosi
sebelum
memasuki musim hujan.
aspek
manajemen
telah
memenuhi
semua
ketentuan
kriteria
pengendalian kerusakan
lingkungan
Agar
membuat
fasilitas pengendali erosi
sebelum memasuki musim
hujan.
Sudah memenuhi semua
ketentuan kriteria
pengendalian kerusakan
lingkungan
Sudah memenuhi semua
ketentuan kriteria
pengendalian kerusakan
lingkungan
Sudah memenuhi semua
ketentuan kriteria
pengendalian kerusakan
lingkungan
TAAT
bagi
masyarakat
lokal
tersurat
dalam
kebijakan
tanggungjawab
lainnya.
Safety induction di PTNNT tidak hanya terkait tatacara penanganan darurat dan sistem
keamanan, melainkan juga tata cara menjadi tetangga yang baik (good neigbourhood)
bagi masyarakat sekitar. Secara jelas disampaikan bahwa setiap karyawan dan tamu
PTNNT wajib menghargai nilai dan kebudayaan masyarakat lokal.
Dalam
PTNNT
rangka
menjalankan
komitmen
tanggungjawab
sosial
Berkelanjutan
Mewujudkan masyarakat mandiri dan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat
meskipun masa operasi tambang telah berakhir. Prinsip ini sejalan dengan
paradigm sustainable livelihood dimana program-program pengembangan
masyarakat tidak hanya mengoptimalkan kebermanfaatan perusahaan pada
saat operasi, melainkan juga memastikan penghidupan berkelanjutan pasca
operasi.
Kemitraan
Masing-masing actor memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan peran seluruh stakholders dibutuhkan
kerangka kemitraan dalam program pengembangan masyarakat. PTNNT
mengutamakan konsultasi aktif, kerja sama, kemitraan dengan masyarakat,
pemerintah, LSM, dan organisasi lokal lainnya.
untuk menghasilkan
teknologi
Penggalangan dana
Pemberdayaan sebagai on going proses membutuhkan ketekunan dan
konsistensi pendampingan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, program
pengembangan masyarakat yang berkelanjutan membutuhkan dukungan
pendanaan yang cukup banyak. Sinergi pendanaan yang berasal dari sumber
daya PTNNT, lembaga donor, LSM, lembaga multilateral, dan investasi atau
kontribusi sektor swasta lainnya mutlak dibutuhkan.
Praktik Terbaik
Menciptakan perubahan social di masyarakat merupakan proses yang tidak
mudah. Pengalaman di berbagai tempat menunjukkan bahwa perubahan
social
Kontribusi Masyarakat
Pengembangan masyarakat sebagai sebuah proses memutuhkan waktu yang
relative lama atau bertahap. Rancangan program tidak akan mencapai tujuan
tanpa peran aktif masyarakat. Masyarakat tidak hanya sekedar objek program,
melainkan actor terdepan dalam program itu sendiri. PTNNT, pemerintah dan
LSM
hanya
sebagai
fasilitator
yang
mengiringi
langkah
perubahan
masyarakat.
Struktur Organisasi; Etalase Komitmen terhadap CSR.
Corporate social responsibility telah menjadi bagian dari pengelolaan bisnis
modern.
Perusahaan
mengimplementasikan
Melaksanakan
yang
CSR
program
berskala
sesuai
UMKM
dengan
pengembangan
hingga
multinasional
kapasitasnya
masyarakat
masing-masing.
bukan
satu-satunya
model
yakni;
kewilayaan,
isu
(sector),
dan
siklus
program.
di masing-masing
wilayah.
program misalnya,
kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan dan social budaya. Model siklus bentuk
kelembagaan yang membagi CDO dalam siklus program misalnya, planning dan
development, implementasi, serta monitoring dan evaluasi. Masing-masing model
kelembagaan memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda.
Pengelolaan program CSR di PT NNT ditangani oleh departemen Social
Responsibility and Government Relation. Departemen ini dipimpin oleh seorang
General Manager. Pada saat dilakukan kegiatan evaluasi ini, PT NNT sedang
melakukan penataan organisasi pengelola CSR. Penataan organisasi ini dalam rangka
meningkatkan
y
dan mempermudah
koordinasi
pemisahan
kedua
fungsi
tersebut
belum
mampu
mengoptimalkan
Manager
Social Responsibility
Lombok,
Manager Social
Manager
SR
Manager
SR
Bagian Donation
Bagian Infrastructure
Bagian Cap Building
Bagian Project Control
Research and rep
Support
Manager
SR
Manager
SR
Lombok
Sumbawa
Besar
Business
development
Budget and
Cost
Wilayah Taliwang
Wilayaj Jareweh & maluk
Wilayah Sekongkang
Spec Project
Support
Budget and
Cost
SDM melalui
serangkaian
pelatihan
kompetensi
kelembagaan
yang merupakan
etalase komitmen
terhadap isu social adalah dukungan pendanaan. Dalam kebijakan perusahaan, PTNNT
secara jelas menyatakan bahwa pendanaan CSR merupakan bagian integral dari
pengelolaan bisnis. Oleh sebab itu dianggarkan bukan dari prosentase laba. baik laba
maupun rugi perusahaan tetap akan menganggarkan
perusahaan terhadap masyarakat local.
Sumber anggaran CSR selama lima tahun berasal dari dua pos yakni anggaran
rutin dan additional fund. PTNNT memberikan alokasi anggaran senilai US$ 38 juta
untuk akselerasi pengembangan masyarakat di wilayah Provinsi, Kabupaten
Sumbawa, dan Kabupaten Sumbawa Barat.
Secara umum, alokasi penganggaran CSR dibagi dalam tiga karegori yakni,
charity/donasi,
infrastruktur
Akumulasi selama
lima
serta
tahun
capacity
terakhir
building
2009-2013,
dan empowerment.
infrastruktur
masih
menyedot anggaran terbesar yakni 60%. Sedangkan empowerment sebesar 25%, dan
charity sebesar 15%. Dalam perspektif pemberdayaan, distribusi anggaran ini belum
ideal.
Dominasi
masih
dalam
pembangunan
infrastruktur.
Padahal
makna
Prinsip
pemberdayaan
sebagai
monument
social
ini
penting
untuk
meningkatnya
program-program
yang
bersifat
capacity
building
dan
empowerment.
Perencanaan
Perencanaan
merupakan
bagian
dari
siklus
program
yang
penting.
serta
partisipasi
kelompok
rentan.
Dalam
konteks
penentuan
Selain itu juga merumuskan mekanisme hubungan antara perusahaan dan masyarakat.
Hasil yang dicapai dalam FSD diolah kembali dalam kerangka tata kelola program
berdasarkan logical framework approach (LFA).
Perencanaan secara bottom up dilakukan secara berjenjang. Tahap pertama
dimasing-masing desa. Hasil di masing-masing desa akan dirumuskan kembali pada
forum tingkat kecamatan. Forum kecamatan dihadiri oleh perwakilan masing-masing
desa. Hasil forum kecamatan menjadi bahan dalam perumusan di forum kabupaten.
Model berjenjang ini mengadopsi musrenbang yang rutin dilakukan oleh pemerintah.
Foto. Pleno Hasil PRA perwakilan Desa dan Kecamatan
telah
mengimplementasikan
komitmen
perencanaan
berbasis
metode
tersebut
masih
sebatas
try
and
error.
Dalam
proses
juga
prosedur yang
berkelanjutan. Hal ini penting untuk menghindari latah metode yang digunakan
oleh lembaga mitra.
Aspek lain yang juga perlu diperhatikan oleh PTNNT adalah adanya program
donasi. Sampai saat ini sebagian program pemberdayaan masih ditentukan
berdasarkan proposal dari masyarakat. Mekanisme program berbasis proposal ini
rentan terhadap dominasi kepentingan elit local. Oleh sebab itu, prosedur penentuan
program berbasis proposal perlu digabung dengan forum public. Misalnya, periode
pengiriman proposal hanya bulan September-desember. Semua proposal yang masuk
menjadi
agenda
pembicaraan
dalam
forum
public
bersama
masyarakat.
Renstra yang menjadi acuan saat ini adalah renstra tahun 2009-2013. Dalam
renstra tersebut ditetapkan Visi dan Misi pengembangan masyarakat.
Visi
Masyarakat yang sehat, cerdas, mandiri, sejahtera dan religius
Misi
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang sehat
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang cerdas dan produktf
3. Mendorong dan memfasilitasi terciptanya peluang usaha dan
kegiatan ekonomi masyarakat
4. Mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal, berdaya saing
dan berkelanjutan
5. Menumbuhkembangkan nilai-nilai, budaya dan agama dalam
mewujudkan harmonisasi kehidupan bermasyarakat yang madani
(Dokumen Resntra PTNNT 2009-2013)
Catatan Renstra.
Secara umum resntra yang dimiliki
PTNNT
telah
memenuhi
minimal
sebuah
penyusunanya
menggunakan
approach.
renstra.
syarat
Metode
juga
logical
Namun
sudah
framework
demikian
ada
Pertama, visi yang ditetapkan dalam rensta 2009-2013 terlalu luas. Visi
tersebut lebih cocok untuk menjadi visi Kabupaten/Provinsi. PTNNT perlu
merumuskan visi yang lebih spesifik. Hal ini mendesak untuk dilakukan
karena fungsi perusahaan (PTNNT) tidak untuk menggantikan pemerintah dalam
pembangunan
daerah,
melainkan
sebagai
pelengkap
Negara.
Tugas
Pelaksanaan
Pelaksanaan program pengembangan masyarakat PTNNT dilakukan sesuai
dengan
kategori
yakni;
donasi/chaity,
infrastruktur,
umum,
pelaksanaan
program
pengembangan
masyarakat
PTNNT
dan
masyarakat.
Masing-masing
stakeholders
memiliki
peran yang
berbeda-beda.
Gambar. Bagan kemiraan dengan stakeholders
Dalam
hal
program
infrastruktur,
PTNNT
menggunakan
system
kontrak dengan vendor local. Pembangunan sarana dan prasarana dilakukan secara
lelang. PTNNT memberikan afirmatif positif terhadap vendor yang berasal dari
wilayah ring
1 perusahaan. Ada beberapa vendor yang sukses menjadi pebisnis yang handal,
namun demikian ada juga yang bermodal sebagai warga ring 1. Dalam rangka
mendorong
local
vendor
menjadi
pebisnis
yang
handal,
PTNNT
merupakan
perusahaan
yang
memberikan
kesempatan
masyarakat
untuk terlibat dalam sikuls bisnis (value chain). Konsep Creating Shared Values
(CSV) mendorong perusahaan untuk semakin membuka peluang peran serta
masyarakat. Untuk itu perusahaan perlu melakukan pemetaan kesempatan masyarakat
(mapping social opportunities) dalam siklus bisnis. Hasil kajian ini adalah rantai
produksi mana yang memungkinkan melibatkan masyarakat secara optimal.
Konsep CSV bagus untuk mewujudkan bisnis yang inklusif. Namun demikian,
bagi perusahaan-perusahaan
alam yang tidak terbaharukan perlu memikirkan keberlanjutan pasca operasi. Oleh
sebab itu, LBI diarahkan untuk mendorong vendor local tidak hanya tertuju pada
PTNNT (PTNNT oriented). Mereka diarahkan untuk menjadi vendor bagi perusahaan
lainnya dan atau pemerintah. PTNNT hanya menjadi batu loncatan untuk sukses
menjadi vendor
yang
handal
tidak
hanya
di Kabupaten
Sumbawa
Barat,
dalam
upaya
pengembangan
masyarakat.
Program-program
tersebut misalnya;
a) Program Bank Sampah
From trash
gerakan masyarakat
to cash
di sekitar
label inilah
tambang.
yang diusahakan
Bank Sampah
untuk menjadi
Lakmus
menempati
menjadi sumber gerakan pengelolaan sampah. Ketika masuk dari pintu depan akan
disamput front
office
layaknya
sebuah
bank.
Ada
teller
yang
berfungsi
diterima
oleh
masyarakat.
Sampai maret 2013 jumlah nasabah pada tingkat individu sejumlah 300 orang,
nasabah kelompok 11 dimana masing-masing kelompok anggotanya 25-30 orang, dan
penjual langsung sejumlah 521 orang. Dengan demikian, Bank Sampah Lakmus
mampu mendorong sejumlah 1.096 orang untuk mulai mengelola sampah dengan
baik.
Dalam aspek skills, gerakan lingkungan ini memfasilitasi kreatifitas kelompok
ibu-ibu. Koperasi wanita sekongkang telah memproduksi barang dari daur ulang
sampah. Kreatifitas ini mulai juga diminati kelompok ibu-ibu dari wilayah lain.
Indikator keberhasilan lainnya adalah kesadaran ekonomis dari sampah. Pada
umumnya sampah dianggap barang yang tidak bernilai. Namun demikian, saat ini
mulai muncul kesadaran untuk melihat nilai ekonomi sampah. Sampai maret
2013, total tabungan nasabah di Bank Sampah Lakmus sejumlah 34,5 juta. Sedangkan
nilai penjualan sampah langsung sebesar 8,5 juta rupiah. Data ini membuktikan
bahwa slogan from trash to cash mulai menampakan hasil di masyarakat.
Di antara catatan-catatan positif Bank Sampah Lakmus, ada beberapa hal yang
perlu dijadikan sebagai bagian dari kerangka evaluasi. Sebagai sebuah bisnis social,
Bank Sampah Lakmus belum memiliki skema atau model bisnis yang berkelanjutan.
Sampai saat ini pembiayaan masih menggantungkan bantuan dari PTNNT. Model
pengelolaan seperti ini tidak akan berkelanjutan. Oleh sebab itu, Bank Sampah
Lakmus perlu menyusun model bisnis sebagai peta jalan exit dari program PTNNT.
b) Usaha Produksi Pupuk Organik Lingkar Tambang
Pertanian sudah menjadi kebudayaan masyarakat sekitar tambang. Namun
demikian, arus modernisasi membawa petani pada system pertanian yang berbasis
pupuk kimia. Tanpa disadari, system ini menimbulkan menurunnya kesuburan tanah.
Padahal tanah merupakan asset dasar petani. Fenomena inilah yang mendorong
PTNNT untuk turut menggembalikan kesuburan tanah melalui program produksi
pupuk organic.
Foto. Hasil Produksi Pupuk Organik
Pupuk organic ini memiliki kelebihan
dibandingkan metode yang selama ini
digunakan
petani.
menggembalikan
petani
kesuburan
menggunakan
Untuk
tanah,
cara
yang
baik
menjadi
lebih
cepat
terdekomposisi menjadi kompos. Pada awal bulan Maret 2012, produksi kompos
meningkat drastis menjadi 5 ton perbulan, disusul pada bulan-bulan
berikutnya
menjadi 12 ton perbulan, 25 ton perbulan dan bahkan pernah dalam 1 bulannya
produksi kompos mencapai 45 ton lebih. Hasil Produksi pupuk organik benete
selama tahun 2012 sampai dengan bulan April 2013 dapat dilihat pada grafik di bawah
ini.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2012, produksi Kompos di
Rumah Kompos Benete sebesar 214.355 kg (214,3 ton). Produksi sebanyak itu
habis terdistribusi semua ke petani sampai dengan awal bulan januari 2013. Adapun
tahun 2013 ini ( Januari April 2013) produksi kompos sebesar 100.000 kg (100 ton)
dan telah terdistribusi ke petani sebesar 9.250 kg (9,25 ton). Sehingga total produksi
kompos sejak bulan Maret 2012 sampai dengan bulan April 2013, sebesar 314.355 kg
(314,4 ton) dan telah terdistribusi ke masyarakat sebesar 223.605 kg (223,6 ton).
Dari sisi indicator produksi, program pupuk organic masyarakat lingkar
tambang ini sukses. Namun demikian, keberhasilan program tidak hanya dari sisi
produksi, melainkan juga kapasitas kelembagaan. Pelembagaan program ditingkat
masyarakat merupakan pra syarat untuk menjamin keberlanjutan program. Dari sisi
kapasitas kelembagaan belum terlihat system yang jelas. Misalnya, kelompok
P3A yang mengelola produksi belum memiliki catatan jumlah anggota secara baik.
Pengelolaan system keuangan belum dibakukan dalam kerangka kelembagaan.
Seharusnya P3A menyusun system keuangan dengan kategori biaya produksi,
kas untuk lembaga dan sisa hasil usaha yang akan dibagikan ke anggota. Selain
itu, system transparansi
pelaporan
status
keuangan
juga
belum dibicarakan
konflik
antar
anggota.
Oleh
sebab
itu,
PTNNT
zaman.
Pada suatu
karena
deposit
sumberdaya alam sudah tidak mencukupi lagi. Kehadiran PTNNT pada saat
konstruksi dan operasi sudah
mengakselerasi
perkembangan
social
ekonomi
masyarakat sekitar tambang. Geliat ekonomi tambang ini perlu didukung sumber-
sumber
penghidupan
lainnya untuk
menjaga
keberlanjutan
penghidupan
masyarakat pasca tambang. Salah satu potensi yang memiliki peluang besar untuk
dikembangkan adalah sector pertanian.
Pertanian merupakan sumber penghidupan yang berkelanjutan. Pertanian juga
merupakan mata perncaharian sebagian besar warga lingkar tambang. Data BPS KSB
tahun 2011 menginformasikan bahwa luas lahan padi produktif di Kecamatan
Sekongkang mencapai 903 ha. Rata-rata produksi per hektarnya 3.5 ton. Pada
umumnya petani mengalami permasalahan mendasar yakni; kurangnya akses
pada
di atas
inilah
yang menggugah
PTNNT
untuk turut
membentuk
Yayasan
Nama
Blok A
18.223
33.894
Blok B
17.127
24.516
Blok C
7.443
20.046
Blok D
9.790
65.913
Blok E
729
21.525
Sekongkang
Total
12.432
53.312
178.326
memberi
pelajaran
bahwa
intervensi
produktifitas
semakin
mengguntungkan tengkulak yang selama ini menampung gabah dari petani. Evaluasi
inilah yang menghasilkan program pendirian penggilingan padi masyarakat. Beras
yang dihasilkan dari penggilingan langsung dalam bentuk kemasan yang nilai
jualnya
pada saat
sulit.
Evaluasi
PTNNT telah memiliki system dalam evaluasi program pengembangan
masyarakat. Masing-masing program telah dilakukan evaluasi berdasarkan basis
perencanaan yang ditetapkan. PTNNT melakukan evaluasi secara internal dan juga
bekerja sama dengan pihak eksternal. Sampai tahun 2013, PTNNT telah bekerjasama
dengan beberapa lembaga baik universitas maupun LSM dalam melakukan evaluasi
program pengembangan masyarakat.
Beberapa lembaga eksternal yang pernah menjadi mitra PTNNT antara lain;
LP3ES, Dampak Sosial Ekonomi dan Perikanan oleh PPLH, P3L Unram dan LPEMFEUI, Implementasi Program oleh Gemilang dan Transform NTB, INDEF Jakarta,
Mitra Samya Mataram, Five Star Team, ISO14001, ICSD Jakarta, PSP3-IPB, PSPK
UGM, A+CSR Indonesia, Amec Geomatrix.
Dari sisi dokumen evaluasi, PTNNT telah memiliki banyak studi evaluasi.
Namun diantara studi-studi yang ada belum ada benang merah yang menghubungkan
masing-masing studi. Selain itu, banyak studi evaluasi yang hanya berhenti
pada tingkat laporan. Ada permasalahan instumentasi hasil evaluasi program.
Sebagai perusahaan multinasional,
Significant
Di front office Bank Sampah Lakmus ada dua orang anak yang membawa
sampah. Dengan bangganya dua anak tersebut memberikan sampah kepada
petugas. Ketika sampah ditimbang hanya menghasilkan uang sebesar 90 rupiah.
Namun demikian, petugas memberikan uang Rp. 1000, rupiah. Dua anak
langsung teriak uang jajan dari sampah. Peristiwa ini merupakan embrio untuk
menghargai sampah secara ekonomis. Bank Sampah memberikan subsidi
910 rupiah sebagai insentif perubahan paradigm pengelolaan sampah sejak
dini.
yang
berbeda-beda
tergantung
karakteristik
bisnisnya.
Perusahaan-
PTNNT juga telah memiliki skema untuk mengkategorisasi konflik yang ada.
Ada
dua
factor
yang
menjadi
ukuran
penilaian
konflik
yakni
frekuensi
beberapa
indicator
system keamanan,
salah
satu
prinsip
yang
menentukan
arah
pengembangan masyarakat PTNNT. Salah institusi yang selalu menjadi mitra PTNNT
dalam melaksanakan kegiatan adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat.
Kemitraan yang dimaksud mencakup kewilayahan, berbagi sumberdaya manusia, dan
berbagai pendanaan program pengembangan masyarakat.
Skema kemitraan antara PTNNT dengan Pemda KSB terwujud dalam kegiatan
yang dikenal dengan ABCG konsep. A mewakili akademisi, B adalah bisnis, C adalah
community dan G adalah Government. Untuk menginstrumentasikan gagasan besar
tersebut, dibentuk sekertariat ABCG di Bappeda Kabupaten Sumbawa Barat.
Secara konsep ABCG sangat bagus untuk menjadi ruang kemitraan antar
pihak. Namun demikian, konsep ini masih sangat personal karena pimpinan Bappeda
yang berasal dari akademisi. Pengalaman di berbagai Pemda, karakteristik
birokrasi yang berasal dari akademik memiliki pemikiran masa depan yang bagus,
namun cenderung tidak mampu
menginstrumentasikan