Disusun Oleh:
Arifa Martha Santoso
G99142010
Periode: 18 Juli 30 Juli 2016
Pembimbing:
Drg. Christianie Sp. Perio
DAFTAR ISI
18. Leukoplakia.66
20. Xerostomia...75
DAFTAR PUSTAKA..80
ANODONTIA
a. Definisi
c. Etiologi
Penyebab anodontia, baik complete maupun partial anodontia, secara garis besar
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor lingkungan dan genetik. Kegagalan
proliferasi sel basal gigi dari lamina dental dapat disebabkan oleh infeksi (misal:
rubella, osteomielitis), trauma, obat-obatan (misal: thalidomide), kemoterapi atau
radioterapi. Mutasi beberapa gen, seperti MSX1,PAX9,AXIN2, diketahui
menyebabkan tidak tumbuhnya gigi permanen. Anodontia sering terlihat sebagai
bagian gejala dari sebuah sindroma, terutama yang melibatkan anomali
ektodermal (seperti sindroma ectodermal dysplasia). Agenesis gigi kemungkinan
disebabkan oleh defek beberapa gen, yang secara sendiri-sendiri atau bersamaan
menyebabkan munculnya gejala (Cabay RJ, 2014; Wu, 2007).
d. Patogenesis
5
membutuhkan
pemeriksaan
IMPACTED TEETH
a. Definisi
Pengertian impacted teeth atau gigi impaksi telah banyak
didefinisikan oleh para ahli. Menurut Grace, gigi impaksi adalah gigi
yang mempunyai waktu erupsi yang terlambat dan tidak menunjukkan
tanda-tanda untuk erupsi secara klinis dan radiografis. Menurut Londhe,
gigi impaksi adalah keadaan dimana terhambatnya erupsi gigi yang
disebabkan karena terhambatnya jalan erupsi gigi atau posisi ektopik dari
gigi tersebut. Menurut Sid Kirchheimer, gigi impaksi adalah gigi yang
tidak dapat erupsi seluruhnya atau sebagian karena tertutup oleh tulang,
jaringan lunak atau kedua-duanya (Irfan, 2011).
b. Gambar
Vertical
Horizontal
Inverted
Mesioangular (miring ke mesial)
Distoangular (miring ke distal)
Bukoangular (miring ke bukal)
Linguoangular (miring ke lingual)
Posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusualposition
C
8
g. Terapi
Secara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi
molar tiga, caninus, premolar, incisivus. Pencabutan gigi yang impaksi
dengan pembedahan disebut odontektomi.Indikasi pencabutan gigi
impaksi antara lain untuk mencegah terjadinya patologi yang berasal
dari folikel atau infeksi, mencegah perluasan kerusakan oleh gigi
impaksi, usia muda, adanya penyimpangan panjang lengkung rahang
10
oklusi
yang
Gambar
7.
A=Crossbite,
B=Overbite,
C=Crowded,
D=Spacing,
E=Protusi
c. Etiologi
Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau
faktor umum dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk
faktor luar yaitu herediter, kelainan kongenital, perkembangan atau
11
12
gigi
terkoreksi,
alat
cekat
digantikan
retainer
untuk
`
A
B
Gambar 9. A: Micrognatia, B: Macrognatia
d. Etiologi
Penyebab micronagtia dapat terjadi secara kongenital dan
acquired. Micronagtia kongenital berhubungan dengan kelainan
kromosom, obat teratogenik dan geneticsyndrome antara lain Pierre
Robin syndrome, Hallerman-Streiff syndrome, trisomy 13, trisomy 18,
progeria, Teacher-Collins syndrome, Turner syndrome, Smith-LemliOpitz syndrome, Russel-Silver syndrome, Seckel syndrome, Cri du cat
syndrome, dan Marfan syndrome. Micrognatia acquired disebabkan
trauma atau infeksi yang menimbulkan gangguan pada sendi rahang,
dijumpai
pada
penderita
ankilosis
yang
terjadi
pada
anak-
anak(Morokumo, 2010).
Etiologi
macronagtia
berhubungan
dengan
perkembangan
16
resiko yang paling jelas pada kejadian labial dan palatal cleft. Merokok
dapat menyebabkan polimorfisme gen TGF-alfa yang kemudian dapat
meningkatkan resiko kejadian palatal cleft. Secara statistik, ditemukan
peningkatan signifikan dari laktat dehidrogenase dan kreatin fosfokinase
pada cairan amnion fetus dengan labial/palatal cleft(CCA, 2009).
c. Diagnosis
Tanda yang paling jelas adalah adanya celah pada bibir atas atau
langit-langit rongga mulut. Bayi dengan cleftlip dapat mengalami
kesulitan saat menghisap ASI karena sulitnya melakukan gerakan
menghisap. Kesulitan ini dapat diatasi dengan penggunaan botol khusus
yang direkomendasikan oleh dokter gigi spesialis gigi anak dan dokter
spesialis anak, tentunya disesuaikan dengan tingkat keparahan kasus
cleft palate juga dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara.
Besarnya cleft bukan indikator seberapa serius gangguan dalam
berbicara, bahkan cleft yang kecil pun dapat menyebabkan kesulitan
dalam berbicara. Anak dapat memperbaiki kesulitannya dalam berbicara
setelah menjalani terapi bicara, walaupun kadang tindakan operasi tetap
diperlukan
untuk
memperbaiki
fungsi
langit-langit
rongga
mulut(Naidich, 2003).
Anak
dengan
cleft
kadang
memiliki
gangguan
dalam
18
Gambar 11.Labioschisis
Palatoschisis
Labiopalatoschisis
e. Terapi
Tindakan bedah plastik dilakukan pada bayi kondisi baik.
Pembedahan biasanya dilakukan ketika anak berumur sekitar 3
bulan.Tujuan operasi plastik ini adalah:
1) Memulihkan struktur anatomi.
2) Mengoreksi cacat.
3) Menormalkan fungsi menelan, napas, bicara.
Idealnya, anak dengan labioschisis ditatalaksana oleh tim labiopalatoschizis yang terdiri dari spesialistik bedah maksilofasial, terapis
bicara dan bahasa, dokter gigi, ortodonsi, psikolog, dan perawat
spesialis.
Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah
melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk
keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai,
fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa
huruf tetap tidak sempurna, tindakan speechteraphy pun tidak banyak
bermanfaat. Adapun operasi yang
labiopalatoschizis adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Chieloraphy/ labioplasti
Palatoraphy
Speech Theraphy
Pharyngoplasty
Perawatan Orthodontis
Alveolar Bone Graft
Le Fort I Osteotomy
: 3 bulan
: 10-12 bulan
: 4 tahun
: 5-6 tahun
: 8-9 tahun
: 9-10 tahun
:17-18 tahun
dikerjakan sejak awal maka hasilnya akan lebih baik oleh karena bila
pengucapan salah bisa dibetulkan sejak awal.
Problem utama yang dihadapi pasien dengan palatoschizis adalah
suara sengau akibat tidak berfungsinya otot di palatum mole. Tujuan
utama operasi palatoraphy adalah mengembalikan fungsi otot-otot
tersebut agar dapat mengatur rongga mulut dalam mekanisme
pengaturan suara. Oleh karena penyembuhan luka operasi memerlukan
waktu sekitar 9-12 bulan, maka idealnya speech therapy dimulai 1 tahun
pasca operasi langit-langit.
Apabila sampai usia 5 tahun suara anak tersebut belum baik,
maka perlu dilakukan pemeriksaan fungsi otot-otot palatum dan
pharynx. Pemeriksaan ini dilakukan memakai alat endoscopy, dan
disebut nasendoscopy. Penderita diperiksa dalam keadaan sadar posisi
duduk. Alat endoscopy dimasukkan melalui hidung yang telah dianestesi
memakai salep cocain sampai diatas pharynx. Kemudian pasien diminta
mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan huruf-huruf : s, sh, p,
t, b, th, d, g, k, r. Bila terdapat bubble berarti terdapat kebocoran
udara yang mengakibatkan suara yang keluar tidak sempurna. Kondisi
ini disebut dengan Velopharingeal Incompetence (VPI).
Pasien dengan kondisi VPI dapat diatasi dengan cara operasi
ulang palatoraphy (re-palatoraphy) atau dengan pharyngoplasty, yaitu
mempersempit pharyng agar pada waktu pasien bicara tidak terjadi
kebocoran udara sehingga suara yang dihasilkan menjadi sempurna.
20
II.
FOKUS INFEKSI
6. DEBRIS
a. Definisi
Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat di atas permukaan
gigi yang terdiri atas mucin, bakteri dan sisa makanan yang putih
kehijau-hijauan dan jingga. Namun, debris lebih banyak mengandung
sisa makanan (Findya, 2010). Debris dibedakan menjadi food retention
(sisa makanan yang mudah dibersihkan dengan air liur, pergerakan otototot mulut, berkumur, atau dengan menyikat gigi) dan food impaction
(makanan yang terselip dan tertekan di antara gigi dan gusi, biasanya
hanya dapat dibersihkan dengan dental floss/benang gigi atau tusuk gigi)
(Toothclub, 2011).
b. Gambar
(Nurhayani, 2004)
Kriteria
Nilai
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris 0
lunak dan tidak ada pewarnaan ekstrinsik
a. Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris 1
lunak yang menutupi permukaan gigi
seluas < 1/3 permukaan
b. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada
debris lunak, akan tetapi ada pewarnaan
ektsrinsik yang menutupi permukaan gigi
sebagian atau seluruhnya
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak 2
yang menutupi permukaan tersebut, seluas
> 1/3 gigi tetapi < 2/3 permukaan gigi
Pada pemukaan gigi yang terlihat, ada debris yang 3
menutupi permukaan tersebut seluas > 2/3
permukaan atau seluruh permukaan gigi
Tabel 2. Kriteria pemeriksaan Debris Index (DI) menurut Depkes RI 1999
Gambar 13.DebrisIndex
Menghitung debris Indeks (DI)
Jumlah nilai debris
DI = jumlah gigi yang diperiksa
sikat gigi. Alat bantu pembersih gigi selain sikat gigi adalah benang gigi
(dental floss). Dental floss merupakan benang yang terbuat dari silk atau
nilon dan dipergunakan untuk membersihkan bagian gigi yang terletak di
bawah kontak dua gigi (Nurhayani, 2004).
7. CALCULUS
a. Definisi
Calculus adalah material keras dari garam inorganik yang terdiri dari
kalsium
karbonat
dan
fosfat
yang
bercampur
dengan
debris,
yang
telah
mengalami
pengerasan,
kalsifikasi
atau
remineralisasi8.
Penurunan aliran air liur adalah salah satu hal yang mempercepat
pembentukan karang gigi, terutama jika penyikatan gigi tidak optimal.
Air liur sangat berperan untuk self-cleaning, dengan adanya air liur, sisa
makanan dan plaque yang terdapat di permukaan gigi akan terbilas
secara mekanis namun hanya efektif pada daerah 2/3 mahkota gigi dan
tidak pada daerah leher gigi. Oleh karena itu karang gigi paling banyak
terbentuk di daerah leher gigi yaitu daerah mahkota gigi yang berbatasan
dengan
gusi,
yang
terlihat
sebagai
garis
kekuningan
atau
kecoklatan(Mozartha, 2013).
Karang gigi sendiri tidak berbahaya, tetapi memiliki permukaan
yang sangat kasar di mana bakteri dapat dengan mudah melekat di
23
berbagai
masalah,
seperti
radang
gusi
Gambar 15.CalculusIndex
Menghitung CalculusIndeks (CI)
CI =
indeks
oral
higiene
individu
diperoleh
dengan
Sangat baik
Baik
Sedang
Buruk
(Findya, 2010)
e. Terapi
= 0;
= 0,1-1,2;
= 1,3-3,0;
= 3,1-6,0.
24
atau
rootplaning,
yang
merupakan
terapi
periodontal
merupakan
kumpulan
dari
koloni
bakteri
dan
terapung bebas
diduga
pelikel
dental
pada
permukaan
gigi
merupakan fase awal dari pembentukan plaque. Pada tahap awal ini
permukaan gigi atau restorasi (cekat maupun lepasan) akan dibalut
oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan
cairan sulkular, begitu juga dari produk sel bakteri, pejamu dan
debris.
2) Kolonisasi Awal Pada Permukaan Gigi
Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada
pelikel dental. Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan
gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme
mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti Actinomyces
27
mengalami
pematangan
tekanan
elektrostatik,
dan
tekanan
van
der
gram
negatif,
misalnya
koagregasi
Fusobacterium
f. Indeks Plaque
Index plaque adalah metode pengukuran luasnya keberadaan
plaque. Indeks plaque dikeluarkan oleh Loe dan Silness pada tahun
1964. Indeks ini diindikasikan untuk mengukur skor plaque berdasarkan
lokasi dan kuantitas plaque yang berada dekat margin gingiva.
Menurut Debnath, indeks ini dapat dikeluarkan dengan
menggunakan larutan pewarna yang dioleskan ke seluruh permukaan
gigi dan kemudian diperiksa. Setiap gigi diperiksa empat permukaan
yaitu permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan palatinal.
Kemudian skornya dihitung. Cara pemberian skor untuk indeks plaque:
0 = tidak ada plaque pada gingival
1 = dijumpai lapisan tipis plaque yang melekat pada margin gingiva di
daerah yang berbatasan dengan gigi tetangga
2 = dijumpai tumpukan sedang plaque pada saku gingiva dan pada
margin gingiva dan atau pada permukaan gigi tetangga yang dapat
dilihat langsung
3 = terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gingiva dan atau pada
margin dan permukaan gigi tetangga.
tapi
tidak
dianjurkan
lagi
karena
terbukti
bersifat
kumpulan
dari
materi
Plaque
Merupakan kumpulan dari koloni bakteri
dan
(food impaction)
Terdiri dari biofilm, materi alba, dan
makanan
Terdiri dari biofilm bakteri, sel epitel,
sisa makanan
mikroorganisme
leukosit,
makrofag,
ekstraseluler
Terdapat debris pada sonde (debris
terangkat
penggesekan sonde)
dengan
serta
lainnya
h.
T
matriks
komponen
anorganik
Terasa tahanan pada penggesekan dengan
sonde tapi plaque tidak terangkat
dengan sonde
erapi
Cara terbaik untuk menghilangkan plaque adalah dengan
menyikat gigi (terutama di malam hari dan pagi hari), dengan
pembersihan interdental oleh benang gigi, tusuk gigi atau sikat antar
gigi. Lebih ideal jika menggunakan bantuan disclosingagent untuk
melihat apakah penyikatan gigi yang dilakukan sudah benar-benar
sempurna. Gigi yang terbebas dari plaque ditandai dengan tidak adanya
pewarnaan oleh disclosing pada gigi. Selain itu perabaan dengan lidah
30
dimulai
dengan
larutnya
mineral
sebagai
akibat
Gambar 18.Dentaldecay
c. Etiologi
Karies gigi disebabkan oleh 4 faktor/komponen yang saling
berinteraksi yaitu:
1) Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi: komposisi
gigi, morfologi gigi, posisi gigi, pH saliva, kuantitas saliva,
kekentalan saliva.
2) Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu
menghasilkan
asam
melalui
peragian
yaitu:
Streptococcus,
d. Patogenesis
Enamel adalah jaringan keras yang kaya akan mineral. Karies
dapat terjadi pada enamel melalui proses kimiawi yaitu lingkungan asam
yang diproduksi oleh bakteri. Gula akan dicerna oleh bakteri dan energy
yang dihasilkan akan dipakai bakteri untuk memproduksi asam laktat.
Asam laktat akan menyebabkan demineralisasi kristal hidroksiapatit
pembentuk enamel. Karies enamel yang tidak ditangani dapat
berkembang menjadi karies dentin(Tarigan, 2010).
Dentin terdiri dari saluran-saluran mikroskopis (tubula dentin)
yang menghubungkan pulpadengan enamel. Bentukan tubula dentin
inilah yang menyebabkan karies dentin berkembang lebih cepat. Ketika
ada infeksi bakteri, dentin menghasilkan immunoglobulin sebagai
mekanisme pertahanan. Sementara itu juga terjadi peningkatan
32
explorer
gigi;
memerlukan
pemeriksaan
radiografi.
Gambar 20. Titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies
proksimal
ii)
iii)
setengah dentin
Karies profunda, mengenai lebih dari setengah dentin dan
Terapi
Pemeriksaan objektif
Intra oral
Terapi
: dengan penambalan
Pemeriksaan objektif
Intra oral
Terapi
: dengan penambalan.
(Tarigan, 2010).
g. Terapi
Penataksanaan karies gigi ditentukan oleh stadium saat karies terdeteksi:
34
b. Gambar
c. Etiologi
Penyebab pulpitis dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pembusukan gigi, trauma gigi, pengeboran gigi selama proses
perawatan gigi.
2) Paparan cairan yang mendemineralisasi gigi, pemutih gigi, asam
pada makanan dan minuman.
3) Infeksi, baik yang menyerang ruang pulpa maupun infeksi yang
berasal dari abses gigi.
d. Klasifikasi
1) Pulpitis reversible adalah radang pulpa ringan sampai sedang akibat
rangsang, dapat sembuh bila penyebab pulpitis telah dihapus dan
gigi diperbaiki. Obat-obatan tertentu dapat digunakan selama
prosedur restorative dalam upaya untuk mempertahankan gigi tetap
vital (hidup).
2) Pulpitis irreversibel dicirikan oleh kepekaan yang berkepanjangan
terhadap dingin atau panas. Radang pulpa yang ringan atau telah
berlangsung lama ditandai nyeri spontan/dirasakan terus menerus.
Terjadi kerusakan saraf sehingga membutuhkan perawatan saluran
akar.
e. Diagnosis dan Terapi
1) Pulpitis reversibel/hiperemi pulpitis/pulpitis awal yaitu peradangan
pulpa awal sampai sedang akibat rangsangan.
a) Anamnesis:
i) Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin
ii) Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus
iii) Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan
dihilangkan
b) Pemeriksaan Objektif:
i)
Ekstra oral: tidak ada pembengkakan.
ii)
Intra oral: perkusi tidak sakit, karies mengenai
dentin/karies profunda, pulpa belum terbuka, sondase (+),
chloretil (+)
c) Terapi: dengan penambalan/pulpcafing dengan penambalan
Ca(OH) 1 minggu untuk membentuk dentin sekunder.
2) Pulpitis irreversibel yaitu radang pulpa ringan yang baru dapat juga
yang sudah berlangsung lama. Pulpitis irreversibel terbagi :
a) Pulpitis irreversibel akut yaitu peradangan pulpa lama atau baru
ditandai dengan rasa nyeri akut yang hebat.
36
i)
Anamnesis: nyeri tajam spontan yang berlangsung terusmenerus menjalar kebelakang telinga dan penderita tidak
ii)
iii)
iii)
37
38
akan
mengiritasi
gingiva
sehingga
merusak
jaringan
39
ada
tidaknya
kedalaman
inflamasi
poket
dan
mobilitas gigi.
c) Melakukan
radiografi
mengetahui
untuk
perkembangan
pembentukan
calculus.
e) Aplikasi
tablet
fluoride
secara
40
41
keadaan
ini.
Gusi
tampak
merah
dan
mudah
Penanganan
gingivitis yang sama berlaku pada ibu hamil. Pada pasien leukemia,
perdarahan gusi dapat dikurangi dengan menggunakan bantalan busa
sebagai ganti sikat gigi (RSMK, 2010).
13. CANDIDIASIS ORAL
43
a. Definisi
Candidiasis oral merupakan infeksi pada rongga mulut yang disebabkan oleh
pertumbuhan berlebihan dari jamur Candida terutama Candida albicans. Candida
merupakan organisme komensal normal yang banyak ditemukan dalam rongga
mulut dan membran mukosa vagina. Dalam rongga mulut, Candida albicans
dapat melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah, dan daerah
palatum. Candidiasis oral dapat menyerang semua usia baik usia muda, usia tua
dan pada penderita defisiensi imun seperti AIDS. Pada pasien HIV/AIDS,
Candida albicans ditemukan paling banyak yaitu sebesar 95%(Setiani dan
Sufiawati, 2005). Kandidiasis oral merupakan salah satu infkesi gastrointestinal.
yang paling sering terjadi pada pasien diabetes melitus (Casquiero et al.,2012).
Diperkirakan 15,1% pasien DM tipe I dan 24% pasien DM tipe 2 berisiko
mengalami kandidiasis oral. Beberapa kondisi predisposisi yang menyertai
kandidiasis oral adalah hiposalivasi, respon imun lokal yang terganggu, dan
konsentrasi glukosa saliva yang lebih tinggi (Rosa, 2015).
b. Gambar
44
individu
yang
lebih
dewasa,
candidosis
45
menghasilkan
nitrosamin
karsinogenik,
N-
Polyenes
mencakup
Amphotericin
dan Nystatin.
buruk).
Bentuk
herpetiform
berupa
gelembung-gelembung
48
saat
menstruasi
diduga
merupakan
penyebab
terjadinya
kimia
seperti
aspirin
dan
alkohol
dapat
b) Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya mouthulcer antara
lain adalah Mycobacterium tuberculosis(TBC) dan Treponema
pallidum(sifilis).
c) Jamur
Coccidioides
immitis(demam
lembah),Cryptococcus
Blastomycosis")
diduga
menyebabkan
terjadinya
mouthulcer.
d) Protozoa
Entamoebahistolytica, suatu parasit protozoa ini terkadang
menyebabkan mouthulcer.
3) Sistem Imun
Peneliti menemukan bahwa mouthulcer merupakan produk akhir
dari suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun.
a) Imunodeficiency
Adanya mouthulcer yang terjadi secara berulang merupakan
indikasi adanya immunodeficiency. Kemoterapi,HIV, dan
mononukleosis adalah semua penyebab immunodeficiency pada
mouthulcer yang menjadi manifestasi umum.
b) Autoimun
Autoimmunity
juga
merupakan
penyebab
mouthulcer.
lingkaran atau oval yang berwarna putih atau kuning dengan tepi merah
meradang. Ulkus yang terbentuk sering sekali sangat perih terutama
pada saat berkumur atau menyikat gigi, atau juga ketika ulkus teriritasi
dengan makanan asin, asam, atau pedas. Selain itu juga bisa ditemukan
adanya pembesaran dari kelenjar getah bening pada submandibula.
Berkurangnya nafsu makan biasa ditemukan pada mouth ulcer (Scully,
2003).
e. Diagnosis
Penting untuk menetapkan penyebab ulkus mulut.
Beberapa
penyelidikan meliputi:
1) Pemeriksaan fisik - tergantung pada berat ringannya penyakit
tersebut. Sebagai contoh, jika luka besar dan kuning, itu
kemungkinan besar disebabkan oleh trauma. Cold sores di dalam
mulut cenderung sangat banyak dan tersebar di sekitar gusi, lidah,
tenggorokan dan bagian dalam pipi. Demam menandakan luka dapat
disebabkan oleh infeksi herpes simpleks.
2) Darah rutin - untuk memeriksa tanda-tanda infeksi.
3) Biopsi - jaringan dari ulkus diambil dan diperiksa di laboratorium.
(Scully, 2003)
f. Terapi
Pada kebanyakn kasus, mouth ulcer dapat sembuh dengan
sendirinya pada beberapa hari. Namun ada beberapa cara yang
sederhana untuk mengurangi rasa sakit dan kesulitan makan:
1) Hindari makanan pedas, asam, keras, atau terlalu panas
2) Hindari minuman soda atau air jeruk
3) Pakai sedotan waktu minum
4) Berkumur dengan air garam
5) Ada yang menganggap bahwa madu dapat mengurangi rasa sakit
6) Mengganti pasta gigi dengan pasta gigi yang tidak mengandung
natrium lauryl sulfat (SLS).
Obat kumur chlorhexidine dapat mengurangi rasa sakit dan juga
membantu luka untuk sembuh lebih cepat. Hal ini juga membantu untuk
mencegah luka menjadi terinfeksi. Obat kumur chlorhexidine biasanya
digunakan dua kali sehari (Scully, 2003).
51
g. Pencegahan
Cara untuk mengurangi kemungkinan mouthulcer meliputi:
1) Menyikat gigi setidaknya dua kali setiap hari.
2) Floss secara teratur.
3) Mengunjungi dokter gigi secara teratur.
4) Sikat gigi dengan lembut
5) Makan makanan yang bergizi yang sehat dan seimbang
6) Pastikan bahwa kondisi-kondisi yang mendasari, seperti diabetes
melitus dan penyakit inflamasi usus, dikelola dengan tepat (Scully,
2003).
52
dan
virus adalah
penyebab
umum
penularan
glossitis. Hal ini sering dikaitkan dengan temuan lain seperti luka
mulut (lepuh,
borok),
nyeri
dan
kadang-kadang
demam. Infeksi jamur lidah kurang umum dan lebih sering terlihat
pada pasien immunocompromised (HIV, diabetes mellitus tidak
terkontrol). Meskipun berbagai gejala lidah dapat dilihat pada
infeksi jamur lidah, glossitis tidak hadir dalam setiap kasus infeksi
sekunder, terutama bakteri, sering terjadi trauma pada lidah
terutama dengan tindikan yang menjadi tren lebih umum.
2) Trauma
Trauma adalah penyebab umum glossitis dan biasanya akut dengan
etiologi jelas. Faktor mekanis atau kimia yang mengiritasi/melukai
lidah:
a) Burns
b) Makanan, minuman dan suplemen - rempah-rempah, asam,
pewarna buatan terkonsentrasi dan flavorants, vitamin kunyah
c) Produk perawatan gigi (kebersihan oral) - formulasi
terkonsentrasi atau beracun
d) Merokok - tembakau, obat-obatan narkotika
e) Tembakau dan daun sirih / mengunyah pinang
f) Alkohol - menyebabkan trauma kimia dan menyebabkan
kekurangan vitamin (glossitis atrofi)
g) Gigi bergerigi dan peralatan gigi kurang pas/ prostetik seperti
jembatan, implan, gigi palsu dan pengikut - cenderung
menyebabkan borok pada sisi lidah (aspek lateral)
h) Tindik lidah, terutama bila terinfeksi
53
3) Alergi
Banyak faktor yang sama bertanggung jawab atas trauma lidah juga
dapat menyebabkan alergi glossitis. Ini lebih cenderung terjadi pada
individu hipersensitif.
4) Kekurangan Vitamin dan Mineral
Merupakan penyebab umum dari glossitis atrofi.Vitamin dan
mineral tersebut meliputi:
a) Vitamin B12 - anemia pernisiosa
b) Riboflavin (vitamin B2)
c) Niacin (vitamin B3) - pellagra
d) Pyridoxine (vitamin B6)
e) Asam folat (vitamin B9)
f) Besi - anemia kekurangan zat besi
g) Kekurangan vitamin C.
5) Penyakit kulit
Banyak dari penyakit kulit juga melibatkan selaput lendir mulut,
termasuk lapisan mukosa lidah.
(Zieve dan Juhn, 2009).
d. Diagnosis
Pemeriksaan oleh dokter gigi atau penyedia layanan kesehatan
menunjukkan lidah bengkak (atau patch pembengkakan). Para nodul
pada permukaan lidah (papila) mungkin tidak ada. Tes darah bisa
mengkonfirmasi penyebab sistemik gangguan tersebut(Zieve dan Juhn,
2009).
e. Terapi
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan.
Perawatan biasanya tidak memerlukan rawat inap kecuali lidah bengkak
sangat parah. Kebersihan mulut perlu diperhatikan, termasuk menyikat
gigi menyeluruh setidaknya dua kali sehari, dan flossing sedikitnya satu
kali sehari.
Kortikosteroid
seperti
prednison
dapat
diberikan
untuk
panas
atau
pedas,
alkohol,
dan
tembakau)
untuk
anak-anak
dibawah
usia
15
tahun
(sekitar
85%
keluhan,
bahkan
sekitar
30-40%
penderita
tidak
merupakan
virus
RNA
rantai
tunggal
genus
mumps
mempunyai
glikoprotein
yaitu
hamaglutinin-
keluhan,
bahkan
sekitar
30-40%
penderita
tidak
penyakit
yang
bersifat
self-limited
2 g/hari
Parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian
aspirin berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah
penyakit langka namun mematikan. Obat-obatan anak yang
58
keganasan; limfoma;
padapenderita
angina
Ludwig
melalui
isolasi
limfatik
Adanya pembengkakan besar
Tenderness (+)
Konsistensi keras seperti papan (woody)
Kulit mengkilap, merah, panas/ hangat
Lidah terangkat
Trismus
Limfonodi regional membengkak dan sakit
Mulut/ bibir terbuka
Air ludah sering mengalir keluar
Kepala cenderung tertarik ke belakang
61
e. Patogenesis
Berawal dari etiologi di atas seperti infeksi gigi. Nekrosis pulpa
karena karies dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam
yang merupakan jalan bakteri untuk mencapai jaringan periapikal.
Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan
menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang ini
tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan lunak.
Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan
tubuh. Odontogen
dapat
menyebar
melalui
jaringan
ikat
bawah linea
mylohyoidea (tempat
klindamisin)
Peresepan AINS, analgetik, antipiretik
Roburansia
Bed rest
Insisi
Tracheostomi
62
KEGANASAN
NONCANCEROUS GROWTH
a. Definisi
Ada banyak tipe pertumbuhan non-kanker pada rongga mulut, dan dapat
terjadi pada semua orang di semua umur. Pertumbuhan massa dapat berasal
dari kista yang berisi cairan, pertumbuhan tulang yang berlebihan, atau
jaringan yang fibrosis. Semua itu dapat disebabkan oleh faktor etiologi yang
berbeda-beda seperti iritasi, pertumbuhan tulang berlebih, atau infeksi.
Beberapa pertumbuhan non-kanker tidak menimbulkan masalah, namun
demikian massa rongga mulut di lokasi tertentu dan dengan ukuran yang
cukup besar dapat menyebabkan nyeri atau gangguan makan (De Pietro,
2010).
Massa rongga mulut yang biasa terjadi termasuk di dalamnya adalah sariawan.
Tipe lain dari massa pada rongga mulut termasuk papiloma, lipoma, dan
fibroma. Mukokel, torus palatinus dan kandidiasis yang juga disebut sebagai
oral trush, juga merupakan tipe lain dari massa non kanker di rongga mulut
(De Pietro, 2010).
c. Etiologi
63
d. Gambar
Papiloma
Torus palatinus
Epulis fibromatosa
64
LEUKOPLAKIA
a. Definisi
Leukoplakia adalah lesi putih keratosis berupa bercak atau plak pada mukosa
mulut yang tidak dapat diangkat dari mukosa mulut secara usapan atau kikisan
(Rangkuti, 2007).
b. Gambar
Etiologi dari leukoplakia digolongkan menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor
sistemik:
65
Faktor lokal terdiri dari tembakau, alkohol, iritasi mekanis dan kimia, reaksi
elektrogalvanik dan kandidiasis. Penggunaan rokok merupakan faktor risiko
utama penyebab leukoplakia, karena unsur resin dan tar di dalamnya mudah
mengiritasi mukosa.
Perubahan patologis mukosa mulut menjadi leukoplakia terdiri dari dua tahap,
yaitu tahap praleukoplakia dan tahap leukoplakia.Pada tahap praleukoplakia
mulai terbentuk warna plaque abu-abu tipis, bening, translusen, permukaannya
halus dengan konsistensi lunak dan datar. Tahap leukoplakia ditandai dengan
pelebaran lesi ke arah lateral dan membentuk keratin yang tebal sehingga
warna menjadi lebih putih, berfisura dan permukaan kasar sehingga mudah
membedakannya dengan mukosa sekitarnya (Patterson, 2004).
d. Klasifikasi
jenis:
Suatu lesi setempat atau bercak putih yang luas, memperlihatkan suatu pola
yang relatif konsisten, permukaan lesi berombak-ombak dengan pola garisgaris halus, keriput atau papilomatous.
Suatu lesi campuran merah dan putih, dimana nodul-nodul keratotik yang
kecil tersebar pada bercak-bercak atrofik (eritroplaqueik) dari mukosa.Dua
66
Verrucous leukoplakia
Lesi putih di mulut, dimana permukaannya terpecah oleh banyak tonjolan
seperti papila yang berkeratinisasi tebal, serta menghasilkan suatu lesi pada
dorsum lidah.
e. Diagnosis
Anamnesis
Gambaran Klinis
Pada keadaan awal, lesi tidak terasa pada perabaan, agak bening dan putih
keruh. Selanjutnya plaque meninggi dengan tipe yang berkembang tidak
teratur. Lesi berwarna putih kabur. Kemudian lesi menjadi tebal, berwarna
putih, menunjukkan pengerasan, membentuk fisura-fisura dan terakhir adalah
pembentukan ulser.Gambaran klinis leukoplakia bentuk homogen (kecuali
yang didasar mulut) cenderung mempunyai risiko displasia rendah, namun
nodular, speckled dan erosiva mempunyai risiko tinggi, khususnya jika
mempunyai displasia berat. Bentuk-bentuk lesi leukoplakia yang kemudian
berubah menjadi ganas adalah bentuk verukosa dan bentuk nodular.
67
Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan morfologi sel atau jaringan pada sediaan mikroskop dengan
pewarnaan rutin Hematoksilin-Eosin (HE).
Pemeriksaan sitologik eksfoliatif
(Amin, 2010).
Terapi
68
Faktor etiologi yang dapat memicu berkembangnya kanker mulut antara lain
sebagai berikut:
1) Tembakau
2) Alkohol
a) Penyakit kronis
Tingkat oral higiene yang rendah, restorasi yang tidak tepat, tepi gigi geligi
yang tajam, gesekan gigi tiruan yang longgar, bersama faktor-faktor lain
diperkirakan sebagai salah satu faktor penyebab berkembangnya keganasan
dalam rongga mulut. Jika etiologi kanker dimulai oleh sebab lain, faktor-faktor
ini dapat memperhebat proses yang sudah terjadi.
c) Defisiensi nutrisi
d) Jamur
e) Virus
f)
Faktor lingkungan
(Syafriza, 2000)
c. Gambar
71
72
Diagnosis
Pemeriksaan:
Pemeriksaan klinis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Status general
Status lokalis
Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi
dengan bantuan spatel lidah dan penerangan dengan menggunakan lampu
senter atau lampu kepala. Seluruh rongga mulut dilihat mulai dari bibir sampai
orofaring posterior. Perabaan lesi rongga mulut dilakukan dengan
memasukkan 1-2 jari ke dalam rongga mulut. Untuk menentukan dalamnya
lesi dilakukan dengan perabaan bimanual.Satu- dua jari tangan kanan atau kiri
dimasukkan ke dalam rongga mulut dan jari-jari tangan lainnyameraba lesi
dari luar mulut.
Untuk dapat melakukan inspeksi lidah dan orofaring maka ujung lidah yang
telah diberi kassa 2x2 inchi dipegang dengan tangan kiri pemeriksa dan ditarik
keluar rongga mulut dan diarahkan kekanan dan kekiri untuk melihat
permukaan dorsal, ventral, dan lateral lidah, dasar mulut, dan orofaring.
Inspeksi bisa lebih baik lagi jika menggunakan cermin pemeriksa.Tentukan
lokasi tumor primer, bagaimana bentuknya, berapa besar dalam sentimeter,
berapa luas infiltrasinya, bagaimana operabilitasnya.
73
Status regional
74
Pemeriksaan laboratorium
4) Pemeriksaan patologi
Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga sebagai kanker rongga
mulut harus diperiksa patologis dengan teliti.
e. Terapi
Oncologic surgeon
Radiation oncologist
Medical oncologist
Dentist
75
Rehabilitation specialists
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker rongga mulut
ialah dengan eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut
serta aspek kosmetik/penampilan penderita.
(Syafriza, 2000).
76
XEROSTOMIA
a. Definisi
Xerostomia yang berarti mulut kering berasal dari kata xeros yang berarti
kering dan stoma yang berarti mulut. Sekitar 0,5 sampai 1 liter setiap harinya
saliva diproduksi pada kelejar saliva yang berbeda, 92% dari total volume
saliva diproduksi pada kelenjar mayor saliva, dan sisanya diproduksi oleh
kelenjar minor saliva. Keadaan berkurangnya produksi saliva dan
mengakibatkan mulut kering inilah yang dimaksud dengan xerostomia
(Philip, 2007; Ronald, 1996). Xerostomia juga berkaitan dengan peningkatan
viskositas saliva, peningkatan plak gigi, glossodynia, atrofi lidah dorsal,
peningkatan rasa haus, gangguan mengunyah, gangguan bicara, gangguan
pengecapan, halitosis, dan meningkatnya infeksi oral (Perry, 2008).
b. Gambar
77
Gambar 31.Xerostomia
c. Etiologi
Sensasi mulut kering seperti halnya yang dirasakan pada saat stress akut
disebabkan adanya perubahan komposisi saliva, di mana selamaitu stimulasi
saraf simpatis lebih dominan. Selain itu gejala mulut kering ini juga
disebabkan oleh dehidrasi mukosa rongga mulut dimana output kelenjar
saliva minor dan mayor menurun serta lapisan saliva yang melapisi mukosa
oral berkurang (Lukisari, 2010).
Diagnosis
Anamnesis
Pasien xerostomia sering mengeluhkan adanya rasa tidak enak pada mulut,
halitosis (bau mulut), sakit pada lidah, sulit berbicara, sulit untuk memakai
gigi tiruan, sulit mengunyah, sulit menelan, dan hilang pengecapan.
Pemeriksaan tambahan
Kondisi mulut pasien juga dapat dinilai dengan menggunakan kaca mulut
yang ditempelkan ke pipi pasien, jika kaca menempel dapat dipastikan pasien
menderita xerostomia. Saliva yang kental yang menempel pada kaca mulut
jika ditarik juga menandakan keadaan xerostomia pada pasien.
Terapi
79
ANGINA LUDWIG
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Gambar
80
Angina Ludwig berawal dari infeksi odontogenik, khususnya dari molar dua
atau tiga bawah. Gigi-gigi ini mempunyai akar yang terletak
pada tingkat otot myohyoid, dan abses di sini akan menyebar ke ruang
submandibula. Ada juga penyebab lain yang sedikit dilaporkan antara lain
adalah sialadenitis, abses peritonsilar, fraktur mandibula terbuka, infeksi
kista duktus thyroglossus, epiglotitis, injeksi obat intravena melalui leher,
trauma oleh karena bronkoskopi, intubasi endotrakeal, laserasi oral, luka
tembus di lidah, infeksi saluran pernafasan atas, dan trauma pada dasar atau
lantai mulut. Organisme yang paling banyak ditemukan padapenderita angina
Ludwig melalui isolasi adalah Streptococcus viridians dan Staphylococcus
aureus.
pembentukan pus.
81
Gejala :
Tenderness (+)
82
Apabila mulut terbuka dan lidah terangkat melawan dasar mulut dan dinding
posterior faring, dicurigai adanya obstruksi jalan nafas
Lidah terangkat
Trismus
Patogenesis
Berawal dari etiologi di atas seperti infeksi gigi. Nekrosis pulpa karena
karies dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam yang
merupakan jalan bakteri untuk mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah
bakteri yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke tulang
spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan
menembus dan masuk ke jaringan lunak.
Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan tubuh. Odontogen
dapat menyebar melalui jaringan ikat (perkontinuitatum), pembuluh darah
(hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous). Yang paling sering
terjadi adalah penjalaran secara perkontinuitatum karena adanya celah/ruang
di antara jaringan yang berpotensi sebagai tempat berkumpulnya pus.
83
Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses palatal, abses
submukosa, abses gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan
abses fasial.
Penatalaksanaan
Roburansia
Bed rest
Insisi dan drainase di garis tengah antara dagu dan tulang hyoid
Tracheostomi
84
85
DAFTAR PUSTAKA
Andryani S (2010). Skripsi: Kandidiasis oral pada pasien tuberkulosis pada akibat
pemakaian antibiotik dan steroid. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatra Utara.
86
nd
Elih dan Salim (2008). Perawatan gigi impaksi 21 dengan alat cekat standar
edgewise. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/
2010/06/perawatan_gigi_impaksi.pdfDiakses tanggal Juni 2016.
Ghom GA, Ghom SA (2014). Textbook of oral medicine. Edisi ke-3. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers
Harty FJ (1995). Kamus kedokteran Ggigi, terj. alih bahasa drg. Narlan Sumawinata.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Irfan
(2011). Definisi
impaksi
gigi.
87
John PJ (2014). Textbook of oral medicine. Jaypee Medical Publishers. Edisi ke-3.
Lidral AC, Reising BC (2002). The role of MSX1 in human tooth agenesis. J Dent
Res. 81: 274-278.
Machfoedz I (2006). Menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anak dan ibu hamil.
Yogyakarta: Fitramaya.
88
Naidich T (2003). Section I: sinonasal cavities. Mosby Anatomy Book. Mosby Inc.
Nurhayani (2004). Perbedaan jumlah debris yang terdorong keluar apeks gigi pada
preparasi saluran akar teknik step back dan crown down. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
89
Patterson
(2004).
Leukoplakia.
2016.
Paul
T
(2009).
Managementofimpactedteeth.
90
Perry MC (2008). The chemotherapy source book. Lippincott Williams & Wilkins.
Edisi ke-4.
Pintauli S (2008). Fairway to oral health in general practice. Medan: USU Press.
Purkait SK (2011). Essentials of Oral Pathology. Jaypee Medical Ltd. Edisi ke-3.
Rifki A (2010). Perbedaan efektifitas menyikat gigi dengan metode roll dan
horizontal pada anak usia 8 dan 10 tahun di medan. Medan, Universitas Sumatera
Utara. Skripsi.
91
Ronald LE (1996). Review: Xerostomia: A symptom which acts like a disease. Age
and Ageing Vol. 26: pp 409-412.
Rosa EAR (ed) (2015). Oral Candidosis: Physiopathology, Decision Making, and
Therapeutics. Brazil: Springer
(peradangan
gusi). http://www.mitrakeluarga.com/bekasitimur/category/gigi/Diakse
s Juni 2016.
Santoso
2016.
Setiani dan Sufiawati (2005). Efektifitas heksetidin sebagai obat kumur terhadap
frekuensi kehadiran jamur candida albicans pada penderita kelainan
92
lidah.http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/
publikasi_dosen/EFEKTIVITAS%20HEKSETIDIN%20SBG%20OBA T
%20KUMUR.pdfDiakses Juni 2016.
93