Dokumen - Tips Makalah-Anpang
Dokumen - Tips Makalah-Anpang
DISUSUN OLEH :
1.
MIKE TOBING
(J2C006034)
2.
YULIANA MANIK
(J2C007055)
3.
4.
MERY GULTOM
(J2C009027)
5.
(J2C009040)
6.
PUSPITA RINI
(J2C009057)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh
untuk proses metabolisme,pertumbuhan yang normal,transportasi oksigen dan
anti oksidan. Vitamin membantu tubuh menggunakan karbohidrat, protein, dan
lemak. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah
yang cukup,oleh karena itu harus diperoleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Vitamin
Vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organic yang tidak
termasuk dalam golongan protein, karbohidrat, maupun lemak, dan terdapat
dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan tetapi sangat penting
peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan
kehidupan serta pertumbuhan. Vitamin merupakan suatu molekul organik yang
sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme,pertumbuhan yang normal,
transportasi oksigen dan anti oksidan.
II. Klasifikasi Vitamin
Vitamin pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama,
yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin
yang larut dalam lemak yaitu vitamin A,D,E dan K, sedangkan vitamin yang
larut dalam air yaitu vitamin B dan C. Vitamin yang larut dalam lemak akan
disimpan oleh tubuh dalam hati, atau jaringan-jaringan lemak, karena bersifat
tidak larut dalam air maka vitamin ini tidak dikeluarkan dari dalam tubuh,
sehingga akan menumpuk daalm tubuh bila dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Vitamin yang larut dalam air bergerak bebas dalam badan, darah, dan limpa,
karena bersifat larut dalam air maka vitamin ini mudah rusak oleh pengolahan
dan mudah hilang karena tercuci atau terlarut oleh air dan akhirnya keluar dari
bahannya.
III. Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Merupakan jenis
vitamin yang aktif dan terdapat dal beberapa bentuk :
1.
2.
3.
4.
Vitamin A pada umumnya stabil terhadap panas, asam, dan alkali, namun
mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi
bersama udara, sinar, dan lemak yang sudah tengik. Vitamin A terdapat dalam
bentuk provitamin yaitu karoten dalam tumbuhan. Vitamin A berfungsi dalam
proses melihat, yaitu pada proses fotokimia pada retina, ekspresi gen,
reproduksi, dan respon imun tubuh. Sayuran dan buah-buahan yang berwarna
hijau atau kuning biasanya banyak mengandung karoten seperti wortel, ubu
jalar, dan labu kuning. Kekurangan vitamin akan menyebabkan seseorang tidak
dapat melihat dengan jelas dalam cahaya redup (rabun senja).
IV. Vitamin B
Vitamin B termasuk dalam kelompok vitamin yang disebut vitamin B
kompleks yang meliputi tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin
(asam nikotinat,niasinamida), piridoksin (vitamin B6), asam pantotenat, biotin,
folasin (asam folat dan turunan aktifnya), serta vitamin B12(sianokobalmin).
Tiamin (vitamin B1) merupakan vitamin yang larut dalam air yang
merupakan kofaktor enzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dan
asam amino. Riboflavin (vitamin B2) yang berperan dalam membantu
metabolisme tubuh. Niasin berperan untuk metabolisme energi. Asam
pantotenat yang berperan dalam metabolisme asam lemak. Biotin berpartisipasi
dalam proses karboksilasi, dekarboksilasi, dan reaksi deaminasi, sintesis asam
lemak,dan dalam reaksi fiksasi CO2 pada proses perubahan perurat menjadi
oksaloasetat, serta berperan pada siklus Krebs. Folasin berperan dalam
biosintesis dan pemindahan satu satuan karbon seperti gugus metal, sehingga
dapat terjadi sintesis metionin, kolina, dan penambahan gugus metil pada
pirimidina sehingga terbentuk timin, selain itu juga berperan dalam proses
oksidasi fenilanin menjadi tirosin. Vitamin B6 (piridoksin) berperan dalam
metabolisme protein dan glikogen. Vitamin B12 (sianokobalamin) yang
berperan dalam metabolisme protein dan sel-sel darah.
V. Vitamin C
Vitamin C dapat berbentuk sebagai asm L-askorbat dan asam Ldehidroaskorbat. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversible
menjadi asam L-dehidroaskorbat yang dapat mengalami perubahan lebih lanjut
menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi.
Dari semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang paling
mudah rusak. Vitamin C mudah larut dalam air namun mudah teroksidasi dan
proses tersebut dipercepat dengan adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator,
serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C
dibiarkan dalam keadaan asam, atau pada suhu rendah. Peranan vitamin C
adalah dalam pembentukan kolagen interseluler, proses hidroksilasi dua asam
amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilin, serta pada
respirasi sel.
BAB III
PEMBAHASAN
I.
Analisis vitamin A
I.1 Analisis kualitatif
Absorbansi
larutan
diukur
pada
panjang
Absorbansi relatif
300 nm
0,550
316nm
0,907
328nm
1,000
340nm
0,811
360nm
0,299
nm
(kor)]
dikoreksi.
Jika harga absorbansi yang telah dikoreksi terletak lebih kecil
dari 85% dan lebih besar daari 103% dari harga yang belum
dikoreksi atu jika panjang gelombang absorbansi maksimal tidak
terletak antara 326 nm sampai 329 nm, maka penetapan kadar
dilakukan menurut cara yang tertera pada akseroftol lain.
b. Akseroftol lain
Cara penentuan afseroftol lain: sejumlah zat yang ditimbang
secara saksama (mengandung tidak kurang dari 500 SI
akseroftol dan tidak lebih dari 1 gram lemak), dicampur dengan
30 ml etanol mutlak dan m mL kalium hidroksida 50 %.
Absorbansi larutan diukur pada 300 nm, 310 nm, 325 nm dan
334 nm. Selanjutnya dil;akukan penentuan panjang gelombang
terhadap absorbansi pada 327 nm lebih dari 0,73, maka yang tidak
tersabunkan dari zat yang diperiksa harus dimurnukan dengan cara
kromatorafi.
1.2.2 Metode Kolorimetri
a. Metode Carr-price
Metode ini berdasarkan atas reaksi akseroftol dengan antimon
triklorida anhidrat dalam kloroform yang menghasilkan warna
biru. Reaksi ini terjadi antar antimon triklorid dengan rantai tidak
jenuh dari akseroftol. Karoten, asam poliena dan beberapa
senyawa dalam minyak ikan mengahasilkan warna biru juga.
Warna yang terjadi intensitasnya cepat maksimun tetapi juga
cepat pucat.
b. Pengubahan akseroftol menjadi anhidroakseroftol
Akseroftol mudah diubah menjadi anhidroakseroftol dengan
bantuan sejumlah kecil asam mineral atau asam organik kuat.
Pada metode Budowski dan bondi, akseroftol diubah menjadi
anhidroakseroftol dalam pelarut benzen dengan katalisator asam
toluen p-sulfonat pada temperatur kamar. Kenaikan absorbansi
pada 399nm merupakan hasil dehidrasi yang berbanding langsung
dengan
jumlah
akseroftol
yang
terkandung.pengukuran
absorbansi pada 358 nm, 377 nm, dan 399 nm dalam benzen
merupakan cara yang baik untuk mengetahui kemurnian
akseroftol yakni dengan melihat bahwa A
/ A377
399 nm
nm
sebesar
Metode Kromatografi
Aktivis isomer vitamin A cukup berbeda sehingga untuk
pemisahannya dikembangkan dengan kolom mikrobore. Sampel
( 1,0- 10,0 gram) dihomogenkan. Sebanayk 30 mL air ditambahkan
ke dalam sampel (jika sampelnya padat). Saponifikasi dilakukan
dengan mencampur 40 mL sampel yang telah dihomogenkan
dengan 12 mL larutan KOH 60%; 80 mL etanol mutlak; 0,5 mL
Vitamin B2
Vitamin B1
Vitamin B5
Vitamin B6
II.1
Analisis Vitamin B1
Dalam makanan, vitamin B1 (Tiamin HCl) dapat ditemukan dalam
bentuk bebas atau dalam bentuk kompleks dengan protein atau kompleks
protein-fosfat.
Tiamin hidroklorid dalam keadaan kering cukup stabil dan pada
pemanasan 100oC selama 1 jam tidak berkurang potensinya. Larutan
tiamin hidroklorid dalam air dan suasana basa dapat disterilisasi pada
110oC, akan tetapi jika pH larutannya diatas 5,5 maka akan cepat
terhidrolisis. Satu gram tiamin hidroklorida kristal setara dengan 333,000
SI. Tiamin mononitrat padat lebih stabil daripada tiamin hidroklorida.
II.1.1 Uji kuantitatif Vitamin B1 :
Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sedikit
serbuk (sampel) ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambhkan 3
tetes NaOH 30%, 3 tetes K3Fe(CN)6 0,6% dan 1 mL isobutanol.
Kemudian dikocok hingga bercampur rata. Kemudian perhatikan
larutan campuran tersebut di bawah lampu ultraviolet. Apabila hasil
campuran tersebut menjadi berwarna biru maka uji positif pada
sampel.
2.1.2 Uji Kualitatif Vitamin B1 :
1. Metode Spektrofluorometri
i.
HCl
untuk
mengatur
pH
larutan
3,54,3
lalu
iii.
iv.
kali pengujian.
Larutan baku kerja untuk sampel-sampel yang mengandung tiamin
bebas, dibuat dengan mengencerkan 20,0 mL larutan kerja (iii)
sampai 100 mL dengan HCl 0,1 N. Larutan ini ditandai sebagai
larutan baku uji dan dilanjutkan secara langsung dengan proses
v.
oksidasi.
Larutan baku kerja untuk sampel-sampel yang mengandung tiamin
pirofosfat, dibuat dengan cara: mengambil 20,0 mL larutan baku
kerja lalu dilanjutkan dengan proses hidrolisis enzim dimulai
dengan larutan diencerkan dengan 65 mL. Setelah selesai
dilanjutkan dengan pemurnian hingga diperoleh larutan 25,0 mL.
sampel uji.
Untuk sampel cair, penyiapan sampel dilakukan dengan cara:
diambil sejumlah tertentu sampel secara seksama yang setara
dengan 15 g tiamin HCl, dimasukkan dalam labu yang berukuran
sesuai. pH larutan diatur dengan penambahan HCl atau NaOH
hingga pH 4. Larutan selanjutnya ditambah sejumlah volume
H2O hingga volumenya 10 kali berat sampel dalam gram. Larutan
ditambah 1 mL HCl 10 N tiap 100 mL cairan lalu diaduk hingga
sampel terdispersi dalam cairan. Jika terjadi gumpalan, larutan
digojog kuat. Tepi labu dicuci dengan HCl 0,1 N. Larutan
selanjutnya didigesti selama 30 menit pada penangas uap pada suhu
95100oC dengan seringkali diaduk lalu didinginkan, dan jika
gumpalan masih terjadi campuran digojog. Larutan diencerkan
dalam labu takar hingga mengandung 0,2 g/mL. Larutan ini
ii.
dengan cara:
Pada masing-masing 2 tabung 40 ml, ditambah 1,5 gram NaCl dan
5 mL larutan baku uji (larutan dijaga dari cahaya karena akan
merusak tiokrom).
Larutan digoyangkan ringan hingga terbentuk gerakan memutar
dalam cairan dan segera ditambah 3 mL pereaksi pengoksidasi
bercampur.
Dengan segera, larutan ditambah 13 mL isobutanol lalu ditutup
tabungnya.
Larutan selanjutnya digojog dengan kuat selama 2 menit.
Pada salah satu tabung, dilakukan juga baku blanko dengan
mengganti 3 mL pereaksi pengoksidasi dengan 3 mL larutan NaOH
15%. Tabung disentrifugasi dengan kecepatan rendah sampai
ii.
bercampur.
Dengan segera, larutan ditambah 13 mL isobutanol lalu ditutup
15%.
Tabung disentrifugasi dengan kecepatan rendah sampai diperoleh
V NaOH x N NaOH x BE
x 100
mg sampel
V HClO x N HClO x BE
x 100
mg sampel
4
5. Metode Argentometri
Adanya klorida dalam tiamin hidroklorida dapat ditetapkan secara
argentometri dengan menggunakan metode Volhard. Pada penetapan
dengan metode Volhard suasananya harus asam sebab jika suasananya
basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan basa
membentuk Ag(OH) yang pada tahap selanjutnya akan membentuk
endapan putih Ag2O, akibatnya perak nitrat tidak hanya bereaksi dengan
sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.
Prosedur penetapan kadar vitamin B1 secara argentometri:
mengandung
gravimetri
dengan
cara
mengendapkan
larutan
tiamin
biru.
Analisis kuantitatif Ribofavin (Vitamin B2)
A. Metode spektrofluorometri
Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap
campuran yang bebas dari senyawa berwarna yang mengganggu
atau senyawa pengganggu lain yang mengandung riboflavin
lebih besar dari 0,1 %.
Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap
campuran yang tidak mengandung senyawa berfluorosensi atau
senyawa berwarna yang larut dalam air atau dalam asam encer.
Pengukuran harus dilakukan secepat mungkin karena riboflavin
terurai oleh sinar ultraviolet.
Larutan sampel :
Sejumlah serbuk yang ditimbang seksama dan setara
dengan lebih kurang 2,5 mg riboflavin dimasukkan ke dalam labu
kemurnian
riboflavin
atau
untuk
penetapan
secara
spektrofotometri:
Sekitar 100 mg riboflavin yang ditimbang seksama dilarutkan
dengan pemanasan dalam campuran 2 mL asam asetat glacial dan
150 mL air. Larutan selanjutnya diencerkan dengan air,
didinginkan, ditambah air secukupnya hingga 1000 mL. pada
10,0 mL larutan ditambah 3,5 mL natrium asetat 0,1 M kemudian
ditambah air secukupnya hingga 100 mL. kadarnya dihitung
dengan menggunakan riboflavin baku sebagai pembanding.
2.4 Analisis Vitamin B6
2.4.1 Metode spektrofotometri
Pada
daerah
ultraviolet,
piridoksin,
piridokamin
dan
2.4.3
2.4.4
Analisis Vitamin C
III.1
Analisis kualitatif Vitamin C
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memasukkan sampel
ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2 tetes
NaOH 10% dan 2 mL larutan FeSO4 5%. Kemudian dicampurkan hingga
rata kemudian mengamati perubahan yang terjadi. Uji positif timbul
warna kuning.
III.2
Analisis kuantitatif vitamin C
III.2.1 Metode iodimetri
Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam
askorbat. Metode iodometri (titrasi langsung dengan larutan baku
0,1 N) dapat digunakan terhadap asam askorbat murni atau
larutannya.
Prosedur penetapan kadar vitamin C secara iodometri:
Sekitar 400 mg asam askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan
dalam campuran yang terdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan
25 mL asam sulfat encer. Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N
menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru.
III.2.2 Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)
Metode
2,6-diklorofenolindofenol
(DCIP)
ini
tersebut
adalah
senyawa
sulfhidril,
tiosulfat,
Cara
untuk
menghilangkan
pengaruh
senyawa
pengganggu adalah:
1. Asam askorbat diubah menjadi asam dehidroaskorbat
2. Jumlah senyawa mereduksi yang masih ada ditetapkan
Bahan yang digunakan untuk metode ini adalah:
a. Larutan pengekstraksi
Larutan asam metafosfta-asam asetat dibuat dengan
melarutkan 15 g asam metafosfat dalam 40 mL asam asetat
dan 200 mL aquades dengan penggojogan lalu diencerkan
sampai 500 mL.
b. Larutan baku asam askorbat
Dibuat dengan menimbang seksama 50 mg asam askorbat
baku yang telah disimpan dalam desikator dan dihindarkan
dari pengaruh cahaya lalu memindahkannya ke labu takar 50
mL, melarutkannya dan mengencerkannya sampai batas tanda
dengan larutan asam metafosfat-asam asetat.
c. Larutan baku diklorofenol-indofenol (DCIP)
Dibuat dengan melarutkan 50 mg garam
Na
2,6-
kadar
vitamin
dalam
minuman
F
x
E
X = volume rata-rata DCIP untuk titrasi sampel
B = volume rata-rata DCIP untuk titrasi blanko
F = kesetaraan mg asam askorbat/mL DCIP
E : jumlah g sampel
V : volume larutan uji awal yang diambil
Mg asam askorbat/g,tablet,mL= (X-B) x
V
Y
Y : volume aliquot
III.2.3 Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin
Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin
ditambah 2 mL natrium nitrit 0,2% diaduk hingga warna jingga
hilang lalu ditambah 75 mL n-butil alcohol dan dicampur. Larutan
ini selanjutnya ditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5% dan
dipindahkan ke dalam corong pemisah. Selanjutnya larutan
ditambah 25 mL natrium hidroksida 10% dan 150 mL dietil eter.
Lapisan organic dicuci tiga kali dengan 15 mL natrium hidroksida
10%. Lapisan air dan cairan hasil cucian dengan air diencerkan
dengan air hingga 200 mL. absorbansi larutan diukur terhadap
blangko pada 570 nm.
III.2.4 Metode spektrofotometri
Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan
absorbansi maksimum pada 264 nm. Panjang gelombang
maksimum ini akan bergeser oleh adanya asam mineral. Asam
askorbat dalam asam sulfat 0,01 N memiliki panjang gelombang
maksimal 245 nm.
III.2.5 Metode spektrofluorometri
Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin
C yang linier pada kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10 -8
sampai 3,6 x 10-8. Suatu hubungan linier diperoleh antara
penurunan intensitas fluoroensi MB dan konsentrasi AA pada
kisaran 3,0 x 10-7 sampai 6,0 x 10-6 . batas deteksi metode ini 2,5 x
10-7 m. metode ini telah sukses digunakan untuk menetapkan
kadar vitamin C dalam tablet suplemen vitamin.
III.2.6 Metode kromatografi
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telah
dikembangkan untuk penentuan asam askorbat dalam minimum
ringan dan jus apel menggunakan tris 2,2-bipiridin ruthenium II.
Sampel disaring dan diencerkan sebelum dilakukan analisis
dengan KCKT dan tidak ada pra-perlakuan lain yang dilakukan.
pada
air
mendidih
selama
15
menit
dan
mendinginkannya
gelap
V. Analisa Niasinamid
5.1 Uji kuantitatif niasinamid
Uji
kuantitatif
pada
niasinamid
dilakukan
dengan
metode
(jika
sampel tidak mudah larut, maka digojog supaya terdispersi dan dipanaskan
selama 15 menit di penangas air mendidih)
2. Cara penetapan
5g/mL
dicampur
Dibuat juga pereaksi blanko dengan mengganti CNBr dengan aquades,
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2
Saran
Perlu dilakukan penelaahan lanjut mengenai analisis vitamin lain dengan
berbagai metode berbeda
DAFTAR PUSTAKA
Darmajana, Doddy A. 2004. Kajian Analisa Kandungan Vitamin Dan Mineral
Daintih.J, 1999, Kamus Kimia, Erlangga, Jakarta
Poedjiadi, 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta
Rohman, Abdul, Sumantri, 2007, Analisis Makanan, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah mencurahkan
rahmat, taufik, dan hidayahnya sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan
karya tulis imiah dengan judul Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Vitamin A,B
dan C dengan lancar.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, karena tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak tersebut penulis tidak akan dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini lebih baik. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain :
1. Bapak Khabibi selaku dosen mata kuliah Analisa Pangan di Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro
Semarang yang telah membimbing dengan sepenuh hati demi keberhasilan
penulis menyelesaikan makalah ini.
2. Teman-teman yang telah bersedia memberikan masukan penuh manfaat
yang dapat dijadikan acuan dalam menyempurnakan karya tulis ilmiah.
3. Para pembaca yang budiman.
Penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan, baik dalam penulisan
maupun penyampaian kalimat dalam makalah ini. Penulis berharap agar makalah
ini dapat memberikan manfaat berupa tambahan wawasan bagi para pembaca.
Selain itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca untuk penyempurnaan karya makalah.
Terima kasih.