Anda di halaman 1dari 78

BIODATA

:
:
:

DR. Syamsul Maarif, MSi


Kediri, 27 September 1950
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Pekerjaan

:
:
:
:

7. Penghargaan

AKABRI 1973, Seskoad, Lemhanas


S-2, Sosiologi, Universitas Airlangga
S-3 Sosiologi di Fisip Universitas Indonesia
Kasdam V Brawijaya tahun 1997
Kapuspen TNI tahun 1998
Gubernur Akademi Militer di Magelang, 1999
Anggota DPR RI 2000-2003
Askomsos Kasum TNI 2003-2005
Aster Kasum TNI 2005-2006
Kalakhar BAKORNAS PB 2006-2008
Kepala BNPB 2008 sekarang
Dosen Universitas Pertahanan Indonesia, Universitas Jember,
ITB dan UGM
Bintang Mahaputra Utama
Nusa Reksa Pratama dari UGM
1). Kanjeng Raden Haryo Tumenggung (KRHT) Martodipuro
(Keraton Surakarta, 2002)
2). Umbu Ratu Jawa (Masyarakat NTT, 2012)
3) Yang Dipatuan Rajo Maulana Paga Alam (Masyarkt Sumbar, 2012)

2
3
4

Nama
Tmpt/Tgl Lhr
Jabatan
Pendidikan :
a. Militer
b. Umum

8. Gelar Kehormatan:

MANAJEMEN

PENANGGULANGAN

BENCANA

17.504 pulau (nomor 1 di dunia)


Panjang pantai 81.000 km (nomor 2 di dunia)
Penduduk 237 juta jiwa (nomor 4 dunia)
Mega Biodiversity (10% tumbuhan, 12% mamalia, 16% reptil, 15% ikan,
17% burung yang ada di dunia hidup di Indonesia) nomor 3 dunia
13% atau 127 gunung api di dunia (nomor 1)

BENUA MARITIM INDONESIA


Jamrud Khatulistiwa

Tambang dan Mineral: Indonesia produsen tembaga terbesar ketiga di dunia.


Kedua timah, keenam nikel, kedelapan emas, keenam gas alam, & kedua
batubara.
Pertanian: Indonesia produsen biji-bijian terbesar keenam di dunia. Ketiga beras,
keenam teh, keempat kopi, ketiga coklat, pertama lada putih, ketiga lada hitam,
kedua karet alam, & pertama minyak sawit .

INDONESIA: Laboratorium Bencana

Lempeng Eurasia

Lempeng Pasifik

12 cm/thn

5-6 cm/thn Lempeng Hindia-Australia


Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonik utama yang aktif yaitu Eurasia, Pasifik dan
Hindia Australia. Proses tektonik aktif tersebut menyebabkan Indonesia sering
lainnya.
Footer terjadi gempa bumi, tsunami, gunung
4 meletus dan
22/12/2009

Wajah Indonesia dari Seismisitas 1973-2010

Wajah Indonesia dari Kebakaran Hutan & Lahan


Akumulasi hotspot 1998 - 2010

Sebaran asap tahun 1997

Letusan Gunung Tambora

Letusan Gunung Tambora 10-15 April 1815


terbesar sepanjang 10.000 tahun. Bencana ini
menelan korban terbanyak sepanjang sejarah
peradaban manusia modern.
Peristiwa tersebut mengakibatkan gagal panen
dan kelaparan terbesar di benua Eropa dan
Kanada pada tahun 1816

Kekalahan Napoleon merupakan akibat


letusan sebuah gunung bernama
Tambora. 18 Juni 1815. Hari itu
mungkin menjadi saat yang paling
disesali Napoleon Bonaparte
sepanjang hidupnya. Menjelang
matahari tenggelam pada hari itu,
Napoleon dan bala tentaranya
terjepit pasukan Inggris dan Prussia
di Waterloo, sebuah dataran rendah
di kawasan Belgia.

GUNUNG KRAKATAU
Sejarah dunia mencatat, letusan gunung
Krakatau itu adalah salah satu yang
letusan gunung yang terkuat yang
tercatat. Letusan yang terjadi
sepanjang tiga hari, yaitu pada 26,
27, dan 28 Agustus 1883 itu diikuti
gelombang tsunami setinggi 40 meter
itu dilaporkan telah menyebabkan
tewasnya lebih dari 36.000 orang.
Gelombang tsunami itu menyapu
habis pantai barat Jawa bagian barat
dan pantai selatan Pulau Sumatera.
Tsunami itu juga dilaporkan
mencapai Australia dalam waktu 5
jam, Sri Langka dalam waktu 6 jam,
Kalkuta (India) dalam waktu 9 jam,
Aden (Saudi Arabia) dalam waktu 12
jam, Cape Town (Afrika Selatan)
dalam waktu 13 jam, dan Tanjung
Harapan dalam waktu 17 jam.

Lokasi Gempa
Penyebab Tsunami

Indonesia dalam kurun waktu antara 1629 sampai 2011 mengalami tidak kurang dari 171
kejadian tsunami besar dan kecil, baik yang menimbulkan korban ataupun tidak.

Cincin Api Pasifik

Pemandangan alam

menyebabkan potensi bencana geofisik tinggi..

..ironi alam,
kita berpijak di bumi yang
kaya sumber daya alam
tetapi sekaligus rawan
bencana alam, ..

Ribuan pulau

Tantangan Bencana Global


5000

4500
4000
3500
3000
2500
2000

1500

4499

Kejadian Bencana Dunia: Bencana meningkat dan 76%


adalah bencana hidrometerorologi (banjir, longsor, siklon
tropis, kekeringan).
Dampak: Sebagian besar terjadi di negara-negara miskin
dan sedang berkembang.
Trend: Bencana akan makin meningkat karena: 1)
Meningkatnya jumlah penduduk, 2) Urbanisasi, 3)
Degradasi lingkungan, 4) Kemiskinan, dan
5) Pengaruh perubahan iklim global.

Total
3526
Hidromet

616

1000

Biologi

500

357

Geologi

0
1900-1909

1910-19

1920-29

1930-39

Hydro-met

1940-49

1950-59

Geological

1960-69

1970-79

Biological

1980-89

1990-99

Total

Peningkatan kejadian bencana alam selama tiga dasawarsa


terakhir mencapai hampir 350%.
(Dalam laporan CRED , 2009)

2000-09

Tantangan Bencana Nasional


2,500

2,000

1,500

Kejadian Bencana Dunia: 80% adalah bencana


hidrometerorologi (banjir, longsor, puting
beliung, kekeringan, gelombang pasang).
Trend: Bencana akan terus meningkat. Bencana
dapat berpengaruh pada menurunnya
kesejahteraan masyarakat dan keberhasilan
pembangunan.

1,000

500

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Sejak tsunami Aceh 2004 hingga erupsi Merapi 2010, menyebabkan kerugian
dan kerusakan akibat bencana besar mencapai sekitar Rp 105 trilyun

Bencana Menghambat Pembangunan


1. Gempa Haiti (7 Januari 2010) kerugian ekonomi US$ 8
miliar setara 73% GDP Haiti.
2. Badai Mitch tahun 1998 menyebab kerugian US$ 1 miliar
bagi Nicaragua (50% GDP-nya) dan US$ 2 miliar bagi
Honduras (37,7% GDP).
3. Tsunami Samudera Hindia (26 Desember 2004)
memerosotkan perekonomian Maladewa yang 6 hari
sebelum tsunami dinyatakan lepas dari negara-negara miskin
oleh PBB. Tsunami tersebut menyebabkan perekonomiannya
mundur 20 tahun ke belakang (UNDP, 2005).
4. Tsunami Aceh (2004) kerugian Rp 42 Trilyun (45% GDP
Provinsi Aceh).
5. Gempabumi DIY dan Jateng (2006) kerugian Rp 29 trilyun
( 41% GDP Provinsi Jateng).

Sasaran RKP dan APBN 2012


Misi

Percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi


yang berkualitas, inklusif dan berkeadilan bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat (RKP 2012)

Sasaran

Pertumbuhan ekonomi

6,7%

Inflasi

5,3%

Pengangguran

6,4 - 6,6%

Kemiskinan

10,5 11,5%

Belanja Negara

Rp 1.435,4 Trilyun
(naik Rp 114,7 T
atau 8,7%)

Sumberdaya
Finansial
(APBN 2012)

Lingkungan Strategis yang Berpengaruh


1. Krisis ekonomi di Eropa.
2. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
3. Dinamika politik, sosial dan keamanan di
tanah air.
4. Dinamika kawasan Asia Pasifik.
5. Bencana alam.

Tantangan dan Permasalahan Utama


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Inflasi terutama energi dunia & krisis ekonomi global.


Subsidi yang besar subsidi BBM tahun 2011 = Rp 136 trilyun.
Kurangnya infrastruktur & birokrasi investasi.
Korupsi di pusat dan daerah.
Konflik sosial dan aksi anarkis.
Lemahnya perlindungan TKI.

7. Sejumlah daerah dan jajaran pemerintah belum


memiliki kesiagaan dan kesigapan dalam
mengatasi bencana alam.
8. Politik lokal di Aceh dan gangguan keamanan di Papua.
9. Konflik masalah pertanahan dan belum tuntasnya tata ruang.
10. Ketegangan dan benturan batas wilayah dengan negara tetangga.

Penanggulangan Bencana

Penyelenggaraan PB (PP No. 21 Tahun 2008)


Penyelenggaraan PB adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko menimbulkan bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat dan rehabilitasi

Situasi Tidak
Ada
Bencana

Prabencana
Situasi Terdapat
Potensi Bencana

Mitigasi
Peringatan Dini
Kesiapsiagaan
Kajian Cepat
Status Keadaan Darurat
Penyelamatan & Evakuasi
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Perlindungan
Pemulihan

Saat Tanggap
Darurat

Rehabilitasi

Pascabencana
Rekonstruksi

Prasarana dan Sarana


Sosial
Ekonomi
Kesehatan
Kamtib
Lingkungan

Fokus Peran TNI saat ini

Penyeleng
garaan

Perencanaan
Pencegahan
Pengurangan Risiko
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian
Penaatan Tata Ruang

KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA


Pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan
penanggulangan bencana di tingkat Nasional (Pasal 10 UU No.
24 Thn 2007)
Pemerintah Daerah membentuk Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) yang bertanggungjawab atas
penyelenggaraan penanggulangan bencana di tk
Provinsi/Kabupaten/Kota (Pasal 18 UU No. 24 Thn 2007)

Saat ini sudah terbentuk:


33 BPBD Provinsi 100%
356 BPBD Kabupaten/Kota dari 496 kab/kota 72%

KEDUDUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA


Tingkat Nasional
BNPB merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)
yang dipimpin seorang Kepala setingkat Menteri.

Tingkat Provinsi
BPBD tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di
bawah Gubernur atau setingkat eselon I/b.
Kepala BPBD dijabat secara ex-officio oleh Sekretaris Daerah
Provinsi.

Tingkat Kabupaten / Kota


BPBD tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat
setingkat di bawah bupati/ walikota atau setingkat eselon II/a
Kepala BPBD Kab/Kota dijabat secara ex-officio oleh Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota.

ORGANISASI BNPB
PRESIDEN RI
Kepala
BNPB

Unsur Pengarah
10 Pejabat Pemerintah
Eselon I/setingkat

9 Anggota
Masyarakat Profesional

Unsur Pelaksana

Terdiri atas personil yang


profesional dan ahli dibidangnya

STRUKTUR ORGANISASI BNPB


KEPALA
BNPB
INSPEKTORAT
UTAMA

SEKRETARIAT
UTAMA

INSPEKTORAT I

INSPEKTORAT II

Kel. Jabatan
Fungsional

Kel. Jabatan
Fungsional

DEPUTI BIDANG
PENCEGAHAN DAN
KESIAPSIAGAAN

BIRO
PERENCANAAN

PUSAT
DIKLAT PB

BIRO
KEUANGAN

BIRO
HUKUM DAN
KERJASAMA

UPT
UNSUR
PENGARAH

BIRO
UMUM

PUSAT
DATA, INFORMASI
DAN HUMAS

DEPUTI BIDANG
PENANGANAN
DARURAT

DEPUTI BIDANG
REHABILITASI DAN
REKONSTRUKSI

DEPUTI BIDANG
LOGISTIK DAN
PERALATAN

DIREKTORAT
PENGURANGAN
RISIKO BENCANA

DIREKTORAT
TANGGAP
DARURAT

DIREKTORAT
PENILAIAN
KERUSAKAN

DIREKTORAT
LOGISTIK

DIREKTORAT
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

DIREKTORAT
BANTUAN
DARURAT

DIREKTORAT
PEMULIHAN &
PENINGKATAN FISIK

DIREKTORAT
PERALATAN

DIREKTORAT
KESIAPSIAGAAN

DIREKTORAT
PERBAIKAN
DARURAT

DIREKTORAT
PEMULIHAN &
PENINGKATAN
SOSIAL EKONOMI
DIREKTORAT
PENANGANAN
PENGUNGSI

UPT
UPT
UPT

Struktur Organisasi BPBD


GUBERNUR
KEPALA BPBD
Unsur Pengarah

Kepala Pelaksana
Organisasi
Pelaksana

BUPATI/WALIKOTA
KEPALA BPBD
Unsur Pengarah

Kepala Pelaksana
Organisasi
Pelaksana
23

Struktur Organisasi BPBD


KEPALA BPBD
SEKDAPROV

ANGGOTA UNSUR PENGARAH

KALAKSA BPBD

INSTANSI PEMERINTAH DAERAH :


1. BADAN KESBANGPOL& LINMAS
2. DINAS PRASJA/TARKIM
3. DINAS KESEHATAN
4. DINAS SOSIAL
5. DINAS PERHUBUNGAN
6. DINAS ESDM

SEKRETARIS

MASYARAKAT PROFESIONAL :
1. AHLI GEOLOGI
2. AHLI GEOFISIKA
3. AHLI TEKNOLOGI INFO & KOM
4. TOKOH AGAMA
5. TOKOH MASYARAKAT

SUBBAG
UMUM

BIDANG
PENCEGAHAN DAN ESIAPSIAGAAN

SUBBID
PENCEGAHAN

SUBBID
KESIAPSIAGAAN

SUBBAG
KEUANGAN

SUBBAG
KEPEGAWAIAN

BIDANG

BIDANG

KEDARURATAN DAN LOGISTIK

REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

SUBBID
LOGISTIK

SATGAS PUSDALOPS PB

SUBBID
KEDARURATAN

SUBBID
REHABILITASI

SUBBID
REKONSTRUKSI

Pembentukan BPBD
Sampai dengan tahun 2011 telah terbentuk 390 BPBD yang terdiri dari 33
Provinsi dan 357 Kabupaten/Kota

SIKLUS MANAJEMEN PENANGANAN BENCANA

Pra
Bencana

Tanggap Darurat

Pasca
Bencana

SIKLUS KESIAPSIAGAAN

27

MIRA Saat Tanggap Darurat


Multi-Cluster Initial Rapid Assessment (MIRA) adalah
pendekatan tentang pengkajian yang dilaksanakan dalam
kurun waktu 2 minggu pertama setelah kejadian bencana
yang dipimpin oleh pemerintah dan didukung oleh
koordinator kemanusiaan.
MIRA dilaksanakan bersama oleh cluster/sector melalui satu
metodologi yang telah disepakati, sehingga pengumpulan,
penggabungan, pemrosesan dan analisa data dalam proses
tunggal.
Hasil-hasil MIRA adalah laporan-laporan yang akan tersedia
bagi komunitas kemanusiaan secara luas, untuk
menginformasikan perencanaan tingkat tinggi yang berguna
untuk proposal respon awal dan rencana aksi, serta
membantu proses fokus kajian sektor secara mendalam.

MIRA Saat Tanggap Darurat


Dua hasil dari MIRA:
1.
2.

Definisi Skenario Awal atau Preliminary Scenario Definition/PSD


(dalam 72 jam awal) yang digabungkan ke dalam rencana Aksi awal,
MIRA Report/ Laporan MIRA (dalam 2 minggu) sebagai informasi
bagi Rencana Aksi Revisi.

Prinsip-prinsip kunci MIRA:


1.
2.
3.
4.

Waktu amat penting dalam menghasilkan informasi kajian awal.


Pentingnya analisis dan partisipasi sektor dalam analisa umum dari
temuan data sejak awal bencana
Pentingnya data sekunder, di saat pengumpulan data primer terhambat
sumber daya dan akses.
Pentingnya memberi masukan untuk keputusan strategis kunci yang
dibuat pada tahap awal krisis dan jenis informasi yang dibutuhkan.

PDNA dalam Pasca Bencana


SIKLUS BENCANA
ALAT
PENGKAJIAN

TIDAK ADA
BENCANA

ANALISIS RESIKO

TANGGAP
DARURAT

KAJI CEPAT

REHABILITASI
REKONSTRUKSI

PDNA
Prioritasisasi
Sinkronisasi Budgeting
Penetapan Pelaku
Monev

PROSES

DOKUMEN
KEBIJAKAN
PB

PEMULIHAN
AWAL

RPB

RENCANA
OPERASI

RENCANA AKSI REHABILITASI


REKONSTRUKSI
(Konsep Operasional)

PDNA = DaLA + HRNA

DaLA
HRNA

Penilaian Kerusakan
Penilaian Kerugian
Fokus pada aspek ekonomi yang lebih luas
dan intervensi jangka panjang

Penilaian gangguan akses kebutuhan dasar


Penilaian gangguan terhadap proses
Peningkatan resiko
Fokus pada kerentanan di level komunitas,
dampak bencana dan situasi yang
membutuhkan intervensi pemulihan awal.

Konsep Dasar Risiko Bencana


R

Risiko Bencana

(H x Population x V) / C
Bahaya

Kepadatan Penduduk

Pemicu

Bahaya

Risiko
Bencana
Kerentanan

Kerentanan Kapasitas

BENCANA

JENIS BAHAYA (UU No. 24/2007 Tentang


Penanggulangan Bencana Bab I: Ketentuan Umum, Pasal 1)

Bencana Alam
(1) gempa bumi, (2) tsunami, (3) gunung
meletus, (4) banjir, (5) kekeringan, (6)
angin topan, (7) tanah longsor

Bencana Non-Alam
(8) gagal teknologi, (9) kebakaran
hutan/lahan, (10) epidemi, (11) wabah
penyakit

Bencana Sosial
(12) konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, (13) teror

Kerentanan
Kerentanan adalah
keadaan/kondisi yang sedang
berlaku atau sifat/perilaku
manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan
menghadapi bahaya atau
ancaman.
1. Fisik (rumah tahan gempa, tanggul
sungai dll)
2. Ekonomi (mata pencaharian,
kemiskinan)
3. Sosial (pendidikan, pengetahuan, kebudayaan,
kesehatan)
4. Lingkungan (dataran banjir, kemiringan lereng,
pantai, gunungapi dll)
5. Politik Lokal (kondisi politik setempat dalam
pengambilan keputusan penanggulangan bencana,

Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan
sumberdaya dalam menghadapi
ancaman atau bahaya
1. Kapasitas kelembagaan (ada
tidaknya BPBD, Platform Daerah PRB,
dan forum lainnya)
2. Kapasitas Sumberdaya
- Sumberdaya manusia (pelatihan
personil, relawan, masyarakat)
- prasarana (kantor, pusdalops, alat
transportasi, komunikasi)
3. Kapasitas IPTEK (penguasaan IPTEK,
pendidikan tinggi, IPTEK terapan)
4. Kapasitas Manajemen (prosedure koordinasi,
komando dan pelaksanaan penanggulangan
bencana)

Risiko Tinggi Gempa = 184 kab/kota


Risiko Sedang Gempa = 190 kab/kota

Risiko Tinggi Tsunnami = 60 kab/kota


Risiko Sedang Tsunami = 143 kab/kota

Potensi Gempabumi
di Sumatera

2004 (Mw 9.2)

2005 (Mw 8.7)

Potensi
Gempa

Gempa 1976 - 2011

2007 (Mw 8.4)

2000 (Mw 7.9)

Potensi Megatrust dan Tsunami di Sumatera Barat

Sta. 01

Sta. 02

Sta. 03

39

Kota Padang

Sekitar 1,5 juta jiwa tinggal di sepanjang


Pantai barat Sumatera Barat

Risiko Tinggi Banjir = 172 kab/kota


Risiko Sedang Banjir = 118 kab/kota

Risiko Tinggi Longsor = 154 kab/kota


Risiko Sedang Longsor = 149 kab/kota

Risiko Tinggi Erupsi Gunungapi = 79 kab/kota


Risiko Sedang Erupsi Gunungapi = 31 kab/kota

Risiko Tinggi Kekeringan = 152 kab/kota


Risiko Sedang Kekeringan = 173 kab/kota

RENCANA NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA


2010-2014

Suatu rencana pemerintah untuk melakukan penanggulangan


bencana dalam waktu 5 tahun yang merupakan kesepakatan

dari 37 Kementerian/Lembaga
Memperhitungkan 14 potensi bencana yang berisiko
Mempunyai 9 program terdiri dari 7 program pengurangan
risiko bencana, 1 program tanggap darurat dan 1
program pemulihan
Memerlukan anggaran indikatif Rp. 64,475 trilyun atau Rp.
12,895 trilyun per tahun.
Sekitar Rp 4,5 trilyun (35%) ada di BNPB, sedangkan Rp
8,395 trilyun (65%) ada di 36 K/L.

Bagaimana peran TNI dalam


penanggulangan bencana?

Mengapa militer penting dalam PB?


Salah satu dari tren yang paling penting yang berdampak pada
kesiapsiagaan dan tanggap darurat penanggulangan bencana adalah
perubahan yang telah terjadi dalam pengelolaan bencana. Dulu
latar belakang kesiapsiagaan militer adalah fokus pada kesiapan
untuk berperang. Namun saat ini telah beralih menjadi
perencanaan untuk menghadapi bencana (Tierney, 2001).
Dalam penanggulangan bencana, kekuatan militer dalam tanggap
darurat dapat memberikan perlindungan untuk pemberian batuan,
menyediakan keamanan, dan memungkinkan badan-badan
bantuan kemanusiaan melakukan kerjasama dalam misi bantuan
kemanusiaan, dan tidak akan tumpang tindih antara kompetensi
militer dan sipil.
(Abiew, 2003; Winslow, 2002; Schenkenberg van Mierop, 2000).

Dasar Hukum Peran TNI dalam PB


Nasional:
Undang-undang No. 3 / 2002
tentang Pertahanan
Undang-undang No. 34/2004
tentang Tentara Nasional
Indonesia
Undang-undang No. 24/2007
tentang Penanggulangan Bencana
Direktif Presiden RI tentang
Penanganan Darurat Bencana

ARAHAN PRESIDEN RI
tentang Penanggulangan Bencana
Disampaikan pada tanggal 12 September Tahun 2007 di Kab
Pesisir Selatan, Sumbar pada saat gempa bumi Bengkulu
dan Sumatera Barat (7,9 SR)

1.

Pemda Kabupaten/Kota menjadi penanggung jawab utama penyelenggaraan


penanggulangan bencana di wilayahnya.

2.

Pemda Provinsi segera merapat ke daerah bencana serta mengerahkan


seluruh sumberdaya yang ada di tingkat Provinsi.

3.

Pemerintah memberi bantuan sumberdaya yang secara ekstrim tidak


tertangani daerah.

4.

Libatkan TNI dan POLRI.

5.

Laksanakan secara dini (save more lives)

PENGEMBANGAN KEKUATAN TNI


TUGAS TNI
TUGAS A (1 TUGAS)

TUGAS B (14 TUGAS)

OMP
RENCANA KEBUTUHAN
POSTUR REGULER

OMSP
???

RENCANA
KEBUTUHAN
KHUSUS ?

Tidak

MENGGUNAKAN
KEKUATAN REGULER
YG ADA (STANDING
CAPABILITY)

YA
KEMAMPUAN
APBN
(CUKUP ?)

YA/TIDAK

KEMAMPUAN
APBN
(CUKUP ?)

Tidak

YA

PRIORITAS

DUKUNG
ANGGARAN

BANG KUAT

BANGKUAT

TENTUKAN
PRIORITAS

Alutsista OMP

Alutsistra OMSP

UU No. 3/2002
(Pertahanan Negara)
Pasal 7
(1) Pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, diselenggarakan oleh
pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara.
(2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan
Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung oleh
komponen cadangan dan komponen pendukung.
(3) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan
lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai
dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsurunsur lain dari kekuatan bangsa.
Pasal 19
Dalam menghadapi bentuk dan sifat ancaman nonmiliter di luar wewenang
instansi pertahanan, penanggulangannya dikoordinasikan oleh pimpinan instansi
sesuai bidangnya.

UU No. 34/2004
(Tentara Nasional Indonesia)
Pasal 7
(2) Tugas pokok TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan:
a. operasi militer untuk perang;
b. operasi militer selain perang, yaitu untuk:
1 s/d 11 dan seterusnya
12. membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan
pemberian bantuan kemanusiaan;
13. membantu pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaan
(search and rescue); serta
14. membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan
penyelundupan.

UU No. 24/2007
(Penanggulangan Bencana)
Pasal 5
Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pasal 10
(1) Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 membentuk
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
(2) Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan Lembaga Pemerintah Nondepartemen
setingkat menteri.
Pasal 18
(1) Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Penanganan Darurat Bencana


Pasal 50

(1) Dalam hal status keadaan darurat bencana ditetapkan, Badan


Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah mempunyai kemudahan akses yang meliputi:
a. pengerahan sumber daya manusia;
b. pengerahan peralatan;
c. pengerahan logistik;
d. imigrasi, cukai, dan karantina;
e. perizinan;
f. pengadaan barang/jasa;
g. pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang;
i. penyelamatan; dan
h. komando untuk memerintahkan sektor/lembaga.

Landasan Hukum
Internasional:
Resolusi Majelis Umum PBB No
46/182, bantuan kemanusiaan
harus diberikan atas dasar
kemanusiaan, netralitas dan tidak
berpihak (membeda-bedakan).
Panduan Penggunaan Aset Militer
dan Pertahanan Sipil dalam
Bantuan Bencana
(Oslo Guidelines, 1994 updates
November 2006, revision 1.1
November 2007)

Penanganan Darurat
Pada saat keadaan darurat bencana, Kepala BNPB dan
Kepala BPBD berwenang mengerahkan SDM, peralatan
dan logistik dari instansi/lembaga dan masyarakat
untuk melakukan tanggap darurat (Pasal 25 PP No.21
Thn 2008).
Instansi/lembaga dimaksud adalah Basarnas, TNI,
POLRI, Kemen PU, Kemenkes dan Kemensos
(Penjelasan Pasal 25 PP No.21 Thn 2008).

Struktur Organisasi Komando Tanggap Darurat


PRESIDENT / GOVERNOR /
REGENT / MAYOR

Perka BNPB No. 10/2008

RELATED
INSTITUTION

BNPB/BPBD
COMMANDER
DEP.COMMANDER

L.O Inter agency

Secretariat
Data. Info, PR
Planning

Safety & Security

Operation

Log & eq

Adm &Finance

..

..

..

..

..

..

..

..

Kerjasama TNI dan BNPB


Nota Kesepahaman (MoU) antara Kemhan, Pang TNI dan BNPB :
Nomor: MoU/01/M/2011; Kerma/1/I/2011; MoU.1/BNPB/I/2011
Lingkup kerjasama Kesepakatan bersama meliputi penyelenggaraan penanggulangan
bencana yang mencakup kegiatan operasional dan kegiatan administrasi.
Kemhan:
Membantu BNPB dalam PRB
Melaksanakan koordinasi dan memfasilitasi perbantuan dari negara asing yang akan
memberikan bantuan pelibatan militer dalam PB.
Pendidikan Magister Disaster Management for National Security.

Panglima TNI
Memberikan dukungan personil dan peralatan SRC-PB
Menyelenggarakan kendali operasi terhadap satuan TNI dan militer asing dalam kegiatan PB
melalui koordinasi/komando.

BNPB:
Mengajukan permintaan kebutuhan bantuan dukungan personil, sarpras, peralatan dan
perlengkapan kepada Kemhan dan Panglima TNI.
Menerima, memfasilitasi dan mengendalikan personil serta peralatan dari Panglima TNI
dalam mendukung SRC PB.
Pembinaan kurikulum dan materi kuliah di Unhan.

Konsep Kerjasama Sipil-Militer


CIMIC (Civil Military Co-operation-Kerjasama Sipil-Militer) adalah fungsi militer melalui

seorang
komandan berhubungan dengan instansi-instansi sipil yang aktif dalam operasi darurat. Ada 3 hal
penting dalam CIMIC:
Dukungan bagi pasukan.
Segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung pasukan militer dari dalam kelompok
masyarakat lokal.
Hubungan Sipil-Militer.
Koordinasi dan perencanaan bersama dengan instansi-instansi sipil untuk mendukung misi.
Dukungan bagi Lingkungan Sipil.
Penyediaan segala bentuk bantuan (kepakaran, informasi, keamanan, infrastruktur,
pengembangan kapasitas, dll.) kepada masyarakat lokal untuk mendukung misi militer.

CMCOORD (Civil Military Co-ordination-Koordinasi Sipil-Militer)


Dialog dan interaksi mendasar antara para pelaku sipil dan militer dalam tanggap darurat untuk
melindungi dan mendukung prinsip-prinsip kemanusiaan, menghindari kompetisi,
meminimalkan inkonsistensi dalam mencapai tujuan bersama. Strategi-strategi dasarnya
meliputi mulai dari koeksistensi sampai kerjasama. Koordinasi merupakan berbagi tanggung
jawab yang difasilitasi oleh hubungan dan pelatihan bersama.

Konsep Kerjasama Sipil-Militer


CIMIC menekankan kekuatan
militer. CIMIC digunakan dalam semua operasi
militer yang relevan, namun peran
mereka dalam respon bencana
menggabungkan CMCoord.

CMCoord mencerminkan koordinasi yang


terjadi antara otoritas militer dan
sipil selama tanggap bencana. PBB dapat
menunjuk seorang petugas CMCoord atau
tim untuk membantu dalam
berkoordinasi dengan militer.

Strategi, Metode dan Struktur CMCoord


Range or Continuum of Strategies of Approaches

Strategi:
Metode:

Cooperation
Co-location
CIV

Coexistence

Liaison Exchange
CIV

Limited Liaison
CIV

Interlocutor
CIV

LO
LO

MIL
LO
LO

MIL

CMCoord

MIL

MIL

Interlocutor = seseorang yang secara informal menerangkan pandangan


64
pemerintah dan sebaliknya juga dapat memberikan pesan kepada pemerintah

Mekanisme Kerjasama
TNI duduk dalam Unsur Pengarah BNPB dan
BPBD
TNI sebagai Tim Inti dalam Satuan Reaksi Cepat
(SRC-PB)
TNI dapat ditunjuk sebagai Incident
Commander Tanggap Darurat
TNI sebagai perencana dalam Latihan
Gabungan
Bantuan kemanusiaan dari TNI dilaksanakan
berdasarkan kebijakan dan politik negara.
(UU No. 34/2004 Ps. 7 (3))
Pengerahan bantuan TNI diberikan sesuai
permintaan/ kebutuhan Pemerintah / Pemda.

Pembentukan SRC PB
Arahan Presiden RI
pada Sidang Kabinet Indonesia Bersatu II tanggal 5 November 2009

Membentuk stand by force Penanggulangan


Bencana, dengan karakteristik:
Dilengkapi dengan Tim Medis, Tim Penanganan Listrik,
Tim Penanganan Komunikasi, Tim Gerak Cepat
Satuan dapat dikerahkan dalam hitungan jam
Diangkut dengan pesawat Hercules
Menggunakan satuan TNI/POLRI
Dibawah komando BNPB
Dibawah koordinasi Menko Kesra
66

SRC-PB
SRC-PB merupakan satuan gabungan dari
berbagai lembaga/instansi terkait yang digerakkan
untuk melakukan penindakan awal pada kegiatan
tanggap darurat bencana secara cepat dan
terpadu.
TANGGAP DARURAT

REHAB REKON

Bencana

SRC-PB

Tim Gabungan Lanjutan


Untuk Mendukung Pemda

Periode Panik
67

Tugas SRC-PB
Melakukan tindakan awal pada fase Tanggap
Darurat yang meliputi:
Pengendalian situasi darurat bencana
Pengkajian kerusakan dan kebutuhan secara
cepat
Pencarian, penyelamatan & evakuasi
Penyaluran logistik dari titik penerimaan
hingga ke sasaran
Pengaturan bantuan dalam dan luar negeri
Pemulihan segera fungsi sarana & prasarana
vital
Dalam kegiatannya, selalu berkoordinasi
dengan pemerintah daerah
68

Kedudukan SRC-PB

Pembagian Batas Wilayah SRC-PB

SRC-PB
Wilayah Barat

SRC-PB
Wilayah Timur

69

PRA BENCANA
1.
2.
3.
4.
5.

Peran TNI dalam PB

Pendidikan
Gladi (latihan)
Pengurangan risiko bencana
Peringatan dini
Kesiapsiagaan, dll

Disaster Management for National Security


Defence of University

SAAT BENCANA

Peran TNI dalam PB

1. Membantu operasi SAR


2. Membantu kaji cepat kerusakan dan kebutuhan
penanganan darurat
3. Membantu penyusunan rencana operasi
penanganan darurat
4. Dukungan transportasi dan mobilisasi bantuan
5. Dukungan pembukaan akses dan pembersihan
lokasi bencana
6. Membantu pelayanan kesehatan
7. Membantu penyiapan huntara
8. Membantu perbaikan darurat sarpras umum
9. Dukungan keamanan di lokasi bencana
10. Dukungan komunikasi

Peran TNI dalam PB


PASCA BENCANA

1. Rehabilitasi
2. Konstruksi
3. Relokasi

sektor

1. Perumahan
2. Infrastruktur (jalan, jembatan,
energi, sanitasi, air dll)
3. Sosial (kesehatan, budaya,
pendidikan, agama, lembaga
sosial)
4. Ekonomi (pertanian,
perdagangan, UKM, industri,
pariwisata dll)
5. Sektor lain (keamanan,
lingkungan, pemerintahan dll)

Lesson learned
Penanggulangan bencana adalah urusan sipil,
penanggungjawab Pemerintah dan pemerintah daerah
yang didelegasikan kepada BNPB dan BPBD
US :
Militer datang paling belakang kembali paling cepat,
bergerak atas permintaan gubernur

Singapore :
SCDF, Singapore Civil Defence Force

Prinsip :
Militer mendukung operasi sipil (UU TNI, operasi militer
selain perang dilaksanakan atas keputusan politik negara)

HARAPAN KE DEPAN
Terus meningkatkan peran dalam
pengurangan risiko bencana
Terus membantu dalam setiap operasi
penanganan darurat bencana
Terus melanjutkan dan meningkatkan
koordinasi yang sudah berjalan baik
Terus terlibat dalam Latihan Gabungan
Penanggulangan Bencana (Disaster
Response Exersice), untuk
pemantapan
Memperkuat Satuan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana (SRC-PB)

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA


Jl. Ir. H.Juanda No. 36 Jakarta Pusat 10120
Telp.

: 021-3458400

Fax.

: 021-3458500

Email

: contact@bnpb.go.id

Website

: www.bnpb.go.id

Facebook

: www.facebook.com/bnpb.indonesia

Twitter

: @BNPB_Indonesia

YouTube

: BNPBIndonesia

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai