Proses Penambangan Emas
Proses Penambangan Emas
Proses Penambangan Emas
A.
sulfida yang umum dijumpai di alam, entah sebagai hasil sampingan suatu
endapan hidrotermal ataupun sebagai mineral asesoris dalam beberapa jenis
batuan. Tidak ada penciri mineralisasi tertentu jika anda menjumpai pirit, apalagi
sedikit. Secara deskriptif, pirit ini mempunyai warna kuning keemasan dengan
kilap logam. Jadi, kalau tidak biasa dengan mineral-mineral logam, sering
menganggapnya sebagai emas. Secara struktur kristal, baik pirit dan emas
sama-sama kubis, namun sifat dalamnya yang berbeda. Emas lebih mudah
ditempa daripada pirit. Kalau dipukul, pirit akan hancur berkeping-keping,
sedangkan emas tidak mudah hancur karena lebih mudah ditempa (maleable).
Cara yang cukup mudah untuk membedakan emas dengan pirit adalah
dengan melihat asahan polesnya di bawah mikroskop. Biasanya di bawah
mikroskop pantul, emas tampak berbentuk tak beraturan dibandingkan pirit yang
kadang bentuk kubisnya masih tampak. Meskipun sama-sama isotropik, tetapi
kecemerlangan emas tidak dapat ditandingi oleh pirit, begitu juga bentuknya.
Emas terdapat di dalam pirit, sebagai yang dikenal dengan istilah refractory gold.
Emas ini ukurannya sangat kecil atau sering dikatakan sebagai invisible gold,
karena ukurannya <0.1 m, tidak sanggup dideteksi dengan mikroskop elektron.
Emas ini biasanya hadir bersama-sama arsen (arsenian pyrite atau
arsenopyrite). Dampak Negatif Kegiatan Pertambangan pada Lingkungan :
masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Misalnya,
Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic). Unsur ini bila bercampur
dengan enzime di dalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan
enzime untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting.
Logam Hg ini dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan
kulit. Karena sifatnya beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat
berbahaya jika terhisap oleh manusia, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil.
Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang
terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya.
Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri di antaranya kerusakan
rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf.
Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka diperlukan upaya pendekatan melalui
penanganan tailing atau limbah B3 yang berwawasan lingkungan dan sekaligus
peningkatan efisiensi penggunaan merkuri untuk meningkatkan perolehan
(recovery) logam emas.
C.
Ketentuan Perizinan
Dasar hukum pemberian Izin Pertambangan Golongan A dan B
Persyaratan Pemohon
1.
2.
3.
KP Eksploitasi
4.
Perpanjangan KP Eksploitasi
5.
6.
7.
Pengakhiran KP / Pengembalian KP
8.
Pemindahan KP
Mekanisme Pengajuan
Lama Penyelesaian
Biaya Perizinan
Hasil Proses
Persyaratan Pemohon
Surat Permohonan
2.
Peta Lokasi/Wilayah
3.
Akte Pendirian
4.
5. Bukti Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh lembaga / pejabat yang
berwenang
6.
1.
Surat Permohonan
2.
3.
4.
5.
KP Eksploitasi
1.
Surat Permohonan
2.
Peta Wilayah
3.
4.
5.
6.
Perpanjangan KP Eksploitasi
1.
Surat Permohonan
2.
Peta Wilayah
3.
4.
5.
6.
1.
Surat Permohonan
2.
Rencana Kerja
3.
4.
Kesepakatan Pemegang KP
5.
1.
Surat Permohonan
2.
3.
Laporan Kegiatan
4.
Rencana Kerja
Pengakhiran KP / Pengembalian KP
1.
Surat Permohonan
2.
3.
4.
Pemindahan KP
1.
Surat Permohonan
2.
3.
4.
Mekanisme Pengajuan
1.
2.
3.
4.
Penetapan SKRD
5.
Proses Izin
6.
Pembayaran di Kasir
7.
Penyerahan Izin
Biaya Perizinan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. KP Gol A dan B Pengolahan dan Pemurnian ( diatas 500 Ha) Rp. 1.500.000,11. KP Gol A dan B Pengangkutan dan Penjualan ( 0 - 50 Ha) Rp. 500.000,12. KP Gol A dan B Pengangkutan dan Penjualan ( 51 - 500 Ha) Rp. 1.000.000,13. KP Gol A dan B Pengangkutan dan Penjualan ( diatas 500 Ha) Rp.
1.500.000,D.
bijih emas (ekstraksi). Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas yang
layak untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas, kandungan emasnya
sekitar 25 g/ton (25 ppm). Berdasarkan proses terbentuknya, endapan emas
dikatagorikan menjadi dua yaitu :
terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang
terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal.
proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (goldbearing rocks, Lucas, 1985). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis
menghasilkan endapan letakan ( placer ). Metode penambangan emas sangat
dipengaruhi oleh karakteristik cebakan emas primer atau sekunder yang dapat
mempengaruhi cara pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan untuk
meminimalisir dampak kegiatan penambangan tersebut. Cebakan emas primer
dapat ditambang secara tambang terbuka ( open pit ) maupun tambang bawah
tanah ( underground minning ). Sementara cebakan emas sekunder umumnya
ditambang secara tambang terbuka.
Cebakan Primer
Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).
Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona
geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya
( bercabang ).
Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak
Sumber :
DAFTAR PUSTAKA
http://nooradinugroho.wordpress.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Emas
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Emas/...
http://kppt.kuansing.go.id
http://www.mineraltambang.com/tambang-emas.html
http://metrotvnews.com/read/analisdetail/2010/09/03/72/Dampak-NegatifKegiatanPertambangan-pada-Lingkungan