Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
membrikan Berkat dan AnugerahNya bagi kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penusunan Laporan Praktikum Polarisasi Cahaya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan
praktikum ini. Oleh Karena itu kami sangat berterima kasih apabila ada kritik atau
saran yang membangun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan nantinya
dapat bermanfaat bagi penyusun serta kalangan pembaca pada umumnya

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
BAB I 3
PENDAHULUAN
1.3

Alat dan Bahan

BAB III11
METODE PENELITIAN

11

3.1.

Jenis Penelitian

11

3.2.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan 11

BAB IV

13

HASIL DAN PEMBAHASAN 13


4.1.

Hasil Pengamatan 13

4.2.

Analisa Data 13

BAB V 20
PENUTUP

20

5.1.

Kesimpulan 20

5.2.

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA

21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Cahaya adalah suatu gelombang yang memiliki arah getar. Gelombang cahaya
dapat di bedakan menjadi dua yaitu cahaya monokromatik dan polikromatik.
Cahaya monokromatik adalah cahaya yang memiliki satu arah getar. Sedangkan

cahaya polikromatik yaitu cahaya yang memiliki banyak arah getar. Gelombang
cahaya termasuk gelombang transversal sehingga dapat di polarisasikan.
Polarisasi gelombang hanya dapat terjadi pada gelombang transversal, tidak
terjadi pada gelombang longitudinal. Gelombang cahaya memiliki tingkat
intensitas yang berbeda tergantung sedikit banyaknya cahaya yang di berikan.
Begitu pula hanya dengan cahaya yang terpolarisasikan memiliki tingkat
intensitas cahaya masing-masing. Dan intensitas ini dapat di ukur melalui suatu
percobaan polarisasi cahaya.
Peristiwa polarisasi tidak dapat diamati secara langsung oleh mata manusia,
sehingga diperlukan suatu alat yang dapat membantu untuk menunjukan gejala
polarisasi tersebut. Melalui percobaan ini gejala polarisasi dapat ditunjukan.
Dengan prinsip polarisasi tersebut dilakukan pada percobaan polarisasi (hukum
Malus) dengan menggunakan laser He-Ne sabagai sumber cahaya yang termasuk
dalam gelombang elektromagnetik.
Olehnya, untuk membuktikan hal ini kami kelompok 4 melakukan percobaan
yang berjudul Polarisasi Cahaya dengan menggunakan peralatan pasco
scientific.

1.2.

Tujuan
1.2.1. Mahasiswa dapat mengetahui intensitas cahaya polarisasi
1.2.2. Mahasiswa dapat membuktikan persamaan Hukum Malus.

1.3.
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1.
1.3.2.
1.3.3.
1.3.4.
1.3.5.
1.3.6.
1.3.7.
1.3.8.
1.3.9.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
1.9.
1.10.
1.11.
1.12.
1.13.
1.14.
1.15.
1.16.
1.17.
1.18.
1.19.

Red Dioda Laser


Rotary motion sensor
Polarization analizer
High SensitivityLight Sensor
Aparature Brucket
Interface 750
Capstone Software Pasco
Bangku Optik 110 cm
Laptop

1.20. BAB II
1.21. KAJIAN PUSTAKA
1.22.
2.1 Pengertian Polarisasi
1.23.
Polarisasi adalah suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang
pada cahaya yang acak menjadi satu arah getar atau dapat diartikan pula bahwa
polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang. Gejala
polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan
gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Cahaya dapat
mengalami polarisasi, hal ini menunjukkan bahwa cahaya merupakan
gelombang transversal.
1.24.
Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar.
Suatu gelombang yang mempunyai banyak arah getarnya disebut gelombang tak
terpolarisasi. Sedangkan gelombang dengan hanya memiliki satu arah getarnya
disebut gelombang terpolarisasi. Gejala polarisasi dapat kita lihat pada
gelombang yang terjadi pada tali yang dilewatkan di celah. Apabila tali kita
getarkan searah dengan celah, maka gelombang yang akan terjadi dapat
melewati celah tersebut. Sebaliknya, jika kita getarkan tali tersebut dengan cara
tegak lurus terhadap celah maka yang akan terjadi, gelombang yang tercipta
tidak akan dapat melewati celah.
1.25.
2.2 Jenis-jenis Polarisasi Cahaya
1.26.
Suatu cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu bergerak
merambat ke arah tertentu. Arah polarisasi gelombang ini dicirikan oleh arah
vektor bidang medan listrik gelombang tersebut serta arah vektor bidang medan
magnetnya. Beberapa macam/jenis polarisasi antara lain:
1. Polarisasi Linier
1.27. Suatu gelombang dikatakan terpolarisasi linier apabila vektor
medan elektrik (atau medan magnetik) pada suatu titik selalu diorientasikan
sepanjang garis lurus yang sama pada setiap waktu sesaat. Kondisi yang
memenuhi hal ini adalah apabila vektor medan (elektrik atau magnetik)
memiliki:
a. Hanya satu komponen, atau
b. Dua komponen orthogon allinear yang sefasa dalam waktu atau
berbedafasa sebesar 180o (atau kelipatannya).
1.28.
2. Polarisasi Lingkaran
1.29. Suatu gelombang dikatakan terpolarisasi lingkaran apabila vektor
medan elektrik (atau medan magnetik) pada suatu titik membentuk suatu

lingkaran sebagai fungsi waktu. Kondisi yang memenuhi hal ini adalah
apabila vektor medan (elektrik atau magnetik) memiliki :
a. Medan harus mempunyai dua komponen Orthogonal linear,
b. Kedua komponen harus mempunyai besaran yang sama, dan
c. Kedua komponen harus mempunyai perbedaan fasa sebesar perkalian ganjil
dari 90o dalam waktu.
1.30.
3. Polarisasi Elips
1.31.
Suatu gelombang dikatakan terpolarisasi elips apabila ujung
vektor medan elektrik (atau medan magnetik) pada suatu titik membentuk
kedudukan elips dalam ruang. Pada variasi waktu sesaat, medan vektor
berubah secara kontinue seiring waktu dengan cara yang sama untuk
menggambarkan tempat kedudukan elips.
1.32.
Kondisi yang memenuhi hal ini adalah apabila vektor
medan (elektrik ataumagnetik) memiliki :
a. Medan harus mempunyai dua komponen orthogonal linear, dan
b. Kedua komponen dapat memiliki besaran yang sama atau berbeda.
c. (1) Jika keduanya memiliki besaran yang berbeda, beda fasa-waktu
diantara keduanya tidak boleh 0o atau perkalian 180o (karena akan
bersifat linier).
1.33. (2) Jika kedua komponen memiliki besaran yang sama, beda fasawaktu diantara keduanya tidak boleh kelipatan bilangan ganjil dari 90 o
(karenaakan bersifat circular).
1.34.
2.3 Sebab-sebab dari Polarisasi Cahaya
1.35.
Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara
lain karena peristiwa pemantulan, pembiasan, bias kembar, absorbsi selektif, dan
hamburan.
1. Polarisasi karena Pemantulan
1.36.
Peristiwa pemantulan oleh bidang batas dua medium
mengakibatkan polarisasi. Jika cahaya tak terpolarisasi jatuh pada bidang
batas antara 2 medium yang transparan seperti kaca ke udara atau udara ke
kaca, berkas cahaya yang dipantulkan dan dibiaskan akan terpolarisasi
sebagian. Lalu tingkat Polarisasi tergantung pada sudut datang serta indeks
bias medium dan ketika terbentuk sudut sedemikian tersebut sinar-sinar yang
dihasilkan oleh pemantulan dan pembiasan akan saling tegak lurus, maka saat
itulah cahaya terpolarisasi sempurna atau terjadi saat sinar pantul dan sinar
bias membentuk sudut 90 derajat.

1.37.
1.38.
Gambar 2: Polarisasi Gelombang Karena Pemantulan
1.39.
1.40.
Cahaya yang datang ke cermin dengan sudut datang sebesar
57o, maka sinar yang terpantul akan merupakan cahaya yang terpolarisasi.
Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan
dipantulkan ke cermin. Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar
antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya
yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya
peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut
analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi
sinar yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar
tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak.
1.41.
2. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan
1.42.
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para
ilmuwan Fisika menunjukkan bahwa polarisasi karena pemantulan dan
pembiasan dapat terjadi apabila cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang
dibiaskan saling tegak lurus atau membentuk sudut 90o.
1.43.
Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang
terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi
sebagian. Sudut datang sinar yang dapat menimbulkan cahaya yang
dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang
terpolarisasi.
1.44.
Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip)
atau sudut Brewster. Pada saat sinar pantul dan sinar bias saling tegak lurus
(membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan bahwa :
1.45.
i + r = 90o atau r = 90o i
1.46.
Dengan demikian, berlaku pula
1.47.
1.48.

Jadi, diperoleh persamaan:

1.49.
1.50.
Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1
adalah medium tempat cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul
yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di atas merupakan bentuk
matematis dari Hukum Brewster.

1.51.
1.52.

Gambar 3: Polarisasi karena refleksi

3. Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)


1.53.
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya
melewati suatu bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari
satu, misalnya pada kristal kalsit.

1.54.
1.55.
Gambar 4: Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
1.56.
1.57.
Perhatikan gambar diatas, seberkas cahaya yang jatuh tegak
lurus pada permukaan kristal kalsit, maka cahaya yang keluar akan terurai
menjadi dua berkas cahaya, yaitu satu berkas cahaya yang tetap lurus dan
berkas cahaya yang dibelokkan. Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa,
yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi. Sedangkan
cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi
hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.
1.58.
4. Polarisasi karena Absorbsi

1.59.
Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap
arah bidang getar gelombang cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang
getar. Seberkas sinar yang telah melewati polaroid hanya akan memiliki satu
bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati polaroid adalah sinar
yang terpolarisasi.
1.60.
Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi
selektif. Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain
untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari (kacamata sun glasses)
dan polaroid untuk kamera

1.61.
1.62.
Gambar 5. Skema polarisasi selektif menggunakan filter
polaroid. Hanya cahaya dengan orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid
yang diteruskan..
1.63.
5. Polarisasi Karena Hamburan
1.64.
Polarisasi cahaya dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya
cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi
Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi.
Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan berwarna biru. Hal itu
disebabkan oleh warna cahaya biru dihamburkan paling efektif dibandingkan
dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.
1.65.
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikelpartikel medium akan menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya
itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel
medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
1.66.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang
gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami hamburan dengan
intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang ada
di langit kita.

1.67.

1.68.
Gambar 6. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena
hamburan
1.69.
1.70.
Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui
partikel-partikel udara di atmosfer sehingga mengalami hamburan oleh
partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru memiliki panjang
gelombang lebih pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang
lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita.
1.71.
6. Pemutaran bidang Polariasi
1.72.
Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah
polarisator sehingga cahaya yang diteruskan terpolarisasi. Cahaya
terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula pasir, maka arah
polarisasinya dapat berputar.

1.73.
1.74. Gambar 7: Pemutaran Bidang Polarisasi

1.75. BAB III


METODE PENELITIAN
3.1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni yang dilakukan melalui
praktikum di laboratorium dengan mengambil data dari hasil pengamatan
langsung. Eksperimen murni adalah eksperimen yang dilakukan dengan
melakukan pengendalian secara ketat variabel-variabel yang tidak dikehendaki
pengaruhnya (yang merupakan sumber invaliditas) terhadap variabel terikat.

3.2.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada hari Selasa ,25 Oktober
2016. Adapun penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Program Studi
Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

3.3.

Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yng akan digunakan pada percobaan


2. Merangkai alat dan bahan seperti pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Rangkaian alat percobaan polarisasi cahaya

3. Menghidupkan High Sensitivity Light Sensor.


4. Mengatur posisi polarisator pada kedudukan 45 o (sebagai 1)

5. Mengklik tombol Record pada layar monitor, kemudian memutar


analisator (2) sebesar 360 o searah jarum jam pada bagian atas, agar
cahaya tidak terhalang oleh tangan
6. Mencatat besar nilai presentase intensitas cahaya yang tertera pada layar
monitor untuk kedudukan 2 yaitu 30 o, 60 o, 90 o, 120 o, 150 o,180 o, 210
o
,240 o, 270 o, 300 o
7. Mengulangi langkah 4-8 untuk polarisator pada kedudukan 225o(sebagai
1)
8. Memasukkan data ke dalam tabel hasil pengamatan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

Hasil Pengamatan

1 (o)
NO.

2 (o)

45

225

I (%)

I (%)

30

101,3

100,3

60

101,0

100,3

90

101,3

100,3

120

101,3

100,0

150

101,3

100,3

180

101,3

100,3

210

101,3

100,3

240

101,0

100,3

270

101,3

100,3

10

300o

101,3

100,0

Nst busur derajat : 1o

Grafik hubungan intensitas cahaya (I)dengan posisi sudut()


Untuk 1 = 45o

Untuk 1 = 225o

4.2.

Analisa Data

a. Untuk

= 45

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(15o) ) = 47,25%

I2 = I0 cos2 = 101,0%( cos2(-15o) ) = 47,11%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(-45o) ) = 25,32%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(-75o) ) = 3,39%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(-105o) )= 3,39%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(-135o) )= 25,32%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(-165o) )= 47,25%

I2 = I0 cos2 = 101,0% ( cos2(-195o) )= 47,11%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(-225o) )= 25,32%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(-255o) )= 3,39%

b. Untuk

= 225

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(195o) )= 47,25%

4.3.

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(165o) )= 47,25%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(135o) )= 25,32%

I2 = I0 cos2 = 101,0% ( cos2(105o) )= 3,38%

I2 = I0 cos2 = 101,0% ( cos2(75o) )= 3,38%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(45o) ) = 25,32%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(15o) ) = 47,25%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(-15o) )= 47,25%

I2 = I0 cos2 = 101,3% ( cos2(-45o) )= 25,32%

I2 = I0 cos2 = 101,0% ( cos2(-75o) ) = 3,38%

Pembahasan

Polarisasi adalah suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang pada


cahaya yang acak menjadi satu arah getar atau dapat diartikan pula bahwa
polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang. Gejala
polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan
gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Cahaya dapat
mengalami polarisasi, hal ini menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang
transversal.
Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu
gelombang yang mempunyai banyak arah getarnya disebut gelombang tak
terpolarisasi. Sedangkan gelombang dengan hanya memiliki satu arah getarnya
disebut gelombang terpolarisasi. Gejala polarisasi dapat kita lihat pada gelombang
yang terjadi pada tali yang dilewatkan di celah. Apabila tali kita getarkan searah

dengan celah, maka gelombang yang akan terjadi dapat melewati celah tersebut.
Sebaliknya, jika kita getarkan tali tersebut dengan cara tegak lurus terhadap celah
maka yang akan terjadi, gelombang yang tercipta tidak akan dapat melewati celah.
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui intensitas cahaya polarisasi serta untuk membuktikan persamaan
Hukum Malus.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah bangku optik
110 cm sebagai tempat dudukan dari peralatan yang digunakan, Sumber cahaya
laser (laser dioda light ) yaitu indikator yang akan di polarisasikan, high
sensitivity light sensor untuk mendeteksi cahaya dengan keakuratan dan
sensitivitas yang tinggi, rotary motion sensor sebagai sensor gerak, interface 750
untuk menghubungkan peralatan dengan PC, monitor ,CPU, dan mouse sebagai
komponen yang penting untuk mengolah data yang didapatkan, Aparature
Brucket, , Polarization analyzer sebagai penganalisis terjadinya polarisasi, Data
studio (Capston Pasco) yaitu aplikasi yang digunakan untuk membaca serta
mengolah data, laptop
Adapun langkah-langkah dalam percobaan ini yaitu yang pertama menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan. Kemudian merangkai alat
dan bahan seperti pada gambar yang ada di modul. Setelah itu menghidupkan
High Sensitivity Light Sensor lalu menagtur posisi polarisator pada kedudukan 45o
(sebagai 1). Setelah itu mengklik tombol Record pada layar monitor, kemudian
memutar analisator (2) pada bagian atas, agar cahaya tidak terhalang oleh tangan
dengan kedudukan 30o. Selanjutnya mencatat besar nilai presentase intensitas
cahaya yang tertera pada layar monitor. Kemudian memutar kembali analisator
pada bagian atas, agar cahaya tidak terhalang oleh tangan dengan kedudukan 60 o
langkah selanjutnya yaitu mengulangi langkah sebelumnya untuk sudut 90o, 120o,
150o,180o, 210o,240o, 270o, 300o. kemudian mengulangi percobaan pada
kedudukan 45o untuk polarisator pada kedudukan 225o(sebagai 1).
Adapun hasil pengamatan dari percobaan ini yaitu pada kedudukan 45 di
peroleh intensitas untuk 30 sebesar 101,3% ; untuk 60 sebesar 101,0% ; untuk
90 sebesar 101,3% ; untuk 120 sebesar 101,3% ; untuk 150 sebesar 101,3% ;
untuk 180 sebesar 101,3% ; untuk 210 sebesar 101,3% ; untuk 240 sebesar
101,0% ; untuk 270 sebesar 101,3% ; untuk 300 sebesar 101,3%. Sedangkan
pada kedudukan 225 di peroleh intensitas untuk 30 sebesar 100,3% ; untuk 60
sebesar 100,3% ; untuk 90 sebesar 100,3% ; untuk 120 sebesar 100,0% ;
untuk 150 sebesar 100,3% ; untuk 180 sebesar 100,3% ; untuk 210 sebesar

100,3% ; untuk 240 sebesar 100,3% ; untuk 270 sebesar 100,3% ; untuk 300
sebesar 100,0%.
Pada perhitungan analisa data diperoleh besar intensitas cahaya polarisasi
pada kedudukan 45 yaitu untuk I2 30 yaitu 47,25%, I2 60 yaitu 47,11%, I2 90
yaitu 25,32%, I2 120 yaitu 3,39%, I2 150 yaitu 3,39%, I2 180 yaitu 25,32%, I2
210 yaitu 47,25%, I2 240 yaitu 47,11%, I2 270 yaitu 25,32%, I2 300 yaitu
3,39%. Sedangkan pada kedudukan 225 di peroleh intensitas untuk sudut 30
yaitu 47,25%, I2 60 yaitu 47,25%, I2 90 yaitu 25,32%, I2 120 yaitu 3,38%, I2
150 yaitu 3,38%, I2 180 yaitu 25,32%, I2 210 yaitu 47,25% I2 240 yaitu
47,25%, I2 270 yaitu 25,32%, I2 300 yaitu 3,38%.
Percobaan ini menggunakan laser yang merupakan singkatan dari Light
Amplification by Stimulated of Radiation, yaitu sebuah berkas cahaya yang
bersifat monokromatik dan koheren yang diperoleh dari adanya emisi radiasi
yang terstimulus. Laser yang memiliki sifat koheren yang merupakan syarat
utama untuk melihat atau mengamati pola interferensi yang terbentuk.
Penggunaan sensor cahaya yang terhubung pada interface dan monitor bertujuan
untuk mengetahui intensitas pola gelap terang difraksi cahaya yang terekam dan
ditampilkan pada monitor.
Polarisasi dengan penyerapan selektif diperoleh dengan memasang dua
buah polaroid, yaitu Polarisator dan Analisator. Polarisator berfungsi untuk
menghasilkan cahaya terpolarisasi, sedangkan Analisator untuk mengetahui
apakah cahaya sudah terpolarisasi atau belum. Peristiwa polarisasi ini disebut
polarisasi karena absorbsi selektif.
Berdasarkan percobaan bahwa seberkas cahaya alami menuju ke
polarisator. Di sini cahaya dipolarisasikan secara vertikal yaitu hanya komponen
medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya terpolarisasi
menuju analisator. Di analisator, semua komponen E yang tegak lurus sumbu
transmisi analisator diserap, hanya komponen E yang sejajar sumbu analisator
diteruskan.
Pada percobaan ini penyebab terjadinya polarisasi dengan cara absosrbsi
selektif menggunakan filter palaroid. Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan
bantuan kristal palroid. Bahan palroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah
getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain. Cahaya yang
diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi

palaroid. Cahaya yang terpolarisasi bidang bisa diperoleh dari cahaya yang tidak
terpolarisasi dengan menggunakan bahan bias ganda yang disebut polaroid.
Polaroid yang terdiri atas molekul panjang yang rumit yang tersusun paralel satu
sama lain. Jika satu berkas cahaya terpolarisasi bidang jatuh pada polaroid yang
sumbunya membentuk sudut terhadap arah polarisasi datang, amplitudonya akan
diperkecil sebesar cos , karena intensitas berkas cahaya sebanding dengan
kuadrat amplitudo, maka intensitas terpolarisasi bidang yang ditransmisikan oleh
alat polarisasi adalah Hukum Malus.
Berdasarkan hukum Malus, intensitas polarisasi dapat digambarkan
sebagai berikut: Cahaya merupakan salah satu dari gelombang elektromagnetik
yang berosilasi secara transversal yang merupakan salah satu sifat unik yang
dimiliki oleh cahaya tersebut dan tidak dimiliki oleh gelombang pada umumnya,
maka dalam cahaya akan terjadi gejala difraksi serta interferensi didalamnya.
Seperti yang telah diketahui bahwa difraksi merupakan suatu gejala penyebaran
arah yang dialami oleh seberkas gelombang pada saat melewati celah sempit
dibandingkan dengan ukuran panjang gelombangnya. Inteferensi merupakan
akibat bersama yang ditimbulkan oleh beberapa gelombang cahaya, yang
diperoleh dengan cara menjumlahkan gelombang-gelombang tersebut. Komponen
medan listrik disepanjang lubang diserap, dan komponen arah tegak lurus lubang
diteruskan dengan redaman sangat kecil. Jadi polaroid memiliki sumbu dalam
bidangnya, jika medan listrik gelombang cahaya sejajar dengan sumbu ini, maka
cahaya diteruskan dengan redaman sangat kecil. Dengan menggunakan dua buah
polaroid, cahaya keluaran akan lebih smooth. Polaroid pertama berfungsi untuk
menciptakan cahaya menjadi terpolarisasi linier, sehingga sering disebut dengan
plarisator. Polaroid kedua digunakan untuk menganalisa arah atau macam
polarisasi yang dihasilkanoleh polaroid pertama, sehingga disebut analisator.
Pada percobaan ini sinar laser dilewatkan pada sebuah polalisator dengan
intensitas I0, pada polarisator ideal intensitas cahaya yang dilewatkan adalah 50%
atau 0,5. Akan tetapi, jika cahaya dilewatkan pada polalisator dan analisator yang
dipasang bersilangan, tidak ada intensitas cahaya yang melewati analisator. Secara
umum, intensitas yang dilewati analisator adalah sebesar I 2 .Dengan I2 adalah
intensitas cahaya yang lewat analisator.I0 adalah intensitas awal sebelum masuk
polalisator dan adalah sudut antara arah polarisasi polalisator dan arah polarisasi
analisator. Jika keduanya sejajar, maka =0 o dan jika keduanya saling
bersilangan, maka =90.

Dalam percobaan ini untuk sudut 450 kami memperoleh hasil sangat
bervariasi. Begitu pula dengan 2250. Untuk intensitas awal (I0) adalah 100 % = 1
oleh karena itu hasil yang kamu peroleh mendekati nilai itu, yaitu 99,6 % = 0,996.
Penerapan polarisasi cahaya pada kehidupan sehari-hari yaitu : Kacamata
ryben, Filter pada fotografi, Filter Polaroid, Kacamata 3 Dimensi, Kaca mobil,
Sacharimeter, LCD (Liquid Crystal Display) dan Langit Berwarna Biru

BAB V
PENUTUP
5.1.

Kesimpulan
1. Polarisasi adalah peristiwa perubahan arah getar gelombang cahaya yang
acak menjadi satu arah getar. Pada pembahasan sebelumnya telah
disebutkan bahwa cahaya termasuk gelombang transversal. Hal ini
dibuktikan oleh peristiwa polarisasi cahaya.
2. Intensitas sinar yang diteruskan oleh analisator I, dapat dinyatakan
sebagai berikut:
I = Io Cos2
3. Dari persamaan Hukum Malus tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Intensitas cahaya yang diteruskan maksimum jika kedua sumbu
polarisasi sejajar ( = 0o atau = 180o)
Intensitas cahaya yang diteruskan = 0 (diserap seluruhnya oleh
analistor) jika kedua sumbu polarisasi tegak lurus satu sama lain.

5.2.

Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan atau praktikum disesuaikan dengan
materi perkuliahan, karena fakta dalam lapangan lain materi yang disampaikan
oleh dosen lain pula yang dipraktekkan. Sehingga mahasiswa kurang mengetahui
tentang materi yang dipraktekkan.

DAFTAR PUSTAKA

Carl, (2009). Aktif Belajar Fisika untuk SMA & MA Kelas XI, Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Darling, David. ( 2009 ). Polarisasi cahaya, [Online]. Tersedia :


http://www.daviddarling.info/encyclopedia/P/polarimeter.html.[08 Oktober
2016]
Dwi Satya Palupi Suharyanto. (2009). Fisika untuk SMA dan MA kelas XI, Jakarta
: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Ofid, (2011). Percobaan Polarisasi cahaya, [Online]. Tersedia :


http://ofidfisika.blogspot.co.id/2011/01/percobaan-polarimeter.html. [08
Oktober 2016]
Tim Penyusun, (2016). Modul Praktikum Gelombang dan Optik. Palu ;
Universitas Tadulako.

Anda mungkin juga menyukai