Buku Panduan Penyusunan Rp2kpkp
Buku Panduan Penyusunan Rp2kpkp
memberikan
rahmat
dan hidayah-Nya
sehingga
penyusunan Buku Panduan Pelaksanaan Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat berjalan lancar
dengan tepat waktu.
Pengembangan kawasan permukiman di perkotaan
memiliki fungsi yang strategis dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi kota. Kontribusi permukiman
perkotaan melalui pemenuhan kebutuhan permukiman
yang layak, secara langsung akan memberikan kontribusi
dalam peningkatan produktivitas masyarakat sehingga
mendorong pembangunan nasional yang mampu berday a
saing.
Upaya perwujudan permukiman yang layak huni sejalan dengan upaya mewujudkan peningkatan
dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Perwujudan permukiman perkotaan yang layak huni dimulai dengan penanganan permukiman
kumuh perkotaan yang komprehensif dan kolaboratif. Keterpaduan antar berbagai aspek
permukiman sangat diperlukan untuk menjamin penanganan secara tuntas yang terintegras i
dengan pengembangan skala kota. Sistem yang terintegrasi ini perlu didukung oleh semua
pelaku pembangunan secara kolaboratif. Tanggung jawab pengembangan perkotaan harus
ditopang oleh kerjasama yang solid dari pemangku kepentingan sesuai dengan peran masingmasing. Penanganan permukiman kumuh perkotaan merupakan upaya bersama dalam
kesetaraan pelaku pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi kota yang
berkesinambungan.
Penyelenggaraan
permukiman
kumuh perkotaan
memerlukan
perencanaan
yang
berkesinambungan dan terstruktur sebagai acuan pelaksanaan pembangunan untuk
mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Pemerintah kab/kota sebagai nahkoda harus
didorong untuk memiliki dokumen perencanaan sebagai dasar pengembangan kawasan
permukiman sehingga penyelenggaraan pembangunan permukiman kumuh perkotaan berada
pada arah yang tepat menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Produk dari
dokumen perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan diharapkan memiliki kualitas
yang bermutu tinggi, baik dari segi konsep, strategi, kegiatan, sampai dengan konsep desain dan
desain teknis kawasan. Selain itu, aspek non-fisik diharapkan juga menjadi perhatian dalam
perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung aspek fisik yang
dibangun.
Melalui buku ini, diharapkan proses penyusunan dokumen perencanaan yang berupa Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat
dilaksanakan dengan baik untuk mendukung penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan
menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
ii
APAR
ASKOT
BKM
CAP
DED
FGD
IPAL
IPAS
IPLT
Korkot
KOTAKU
KSM
KSN
KSP
KSK
NUAP
NUSP
MBR
P2KKP
Pokjanis
RAB
iii
RDTR
RKM
RKP
RP2KPKP
RP2KP
RP3KP
: Rencana Pembangunan
Permukiman
RPI2JM
RPJMN
RPJMD
RPJP
RPKPP
RTRW
SDGs
SIAP
SKS
SPAM
SPM
SPMK
SPPIP
TAP
TPS
TPS 3R
TPST
iv
dan
Pengembangan
Perumahan
dan
Kawasan
vi
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub
bidang Keciptakaryaan ............................................................................... 2-27
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 3.8
Cont oh Rekapitulasi Hasil Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh 3-49
Tabel 3.9
Tabel 3.10
Tabel Krit eria dan Indikator Penent uan Urutan Kawasan Prioritas ................. 3-71
vii
Tabel 3.11
Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan .......... 3-77
Tabel 3.12
Tabel 3.13
Tabel 3.14
Tabel 3.15
Tabel 3.16
Tabel 3.17
Tabel 3.18
Cont oh Skema Skenario Pentahapan Skala Kota dan Skala Kawas an ......... 3-103
Tabel 3.19
Tabel 3.20
Tabel 3.21
Cont oh Daft ar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name by Address) ... 3-124
viii
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 3.1
Gambar 3.2
ix
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 3.10 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola
Ruang........................................................................................................ 3-37
Gambar 3.11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan
Perumusan Strat egi .................................................................................... 3-40
Gambar 3.12 Kedudukan Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh ........................................ 3-59
Gambar 3.13 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Bangunan Gedung/Hunian .......................................................................... 3-67
Gambar 3.14 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Jalan Lingkungan ....................................................................................... 3-67
Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Drainase Lingkungan .................................................................................. 3-68
Gambar 3.16 Cont oh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan ................................................ 3-83
Gambar 3.17 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan
Hasil Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan ................................. 3-83
Gambar 3.18 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun
2016 .......................................................................................................... 3-92
Gambar 3.19 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Skala Kota/P erkotaan...................................................................... 3-95
Gambar 3.20 Cont oh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan .................... 3-95
Gambar 3.21 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana
Penanganan ............................................................................................ 3-100
Gambar 3.22 Cont oh 1 Konsep Desain Kawasan ............................................................ 3-104
Gambar 3.23 Cont oh 2 Konsep Desain Kawasan Permukiman K umuh ............................. 3-105
Gambar 3.24 Cont oh 3 Konsep Desain Kawasan Permukiman K umuh ............................. 3-106
xi
1.1
LATAR BELAKANG
Masalah permukiman kumuh hingga saat ini masih menjadi masalah utama yang yang dihadapi
di kawasan permukiman perkotaan. Tingginya arus urbanisasi akibat menumpuknya sumber
mata pencaharian di kawasan perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat
perdesaan (terutama golongan MBR) untuk bekerja di kawasan perkotaan dan tinggal di lahanlahan ilegal yang mendekati pusat kota, hingga akhirnya menciptakan lingkungan permukiman
kumuh. Di sisi lain, belum terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan pada
beberapa kawasan permukiman yang berada di lahan legal pun pada akhirnya juga bermuara
pada terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaaan. Bermukim di kawasan kumuh
perkotaan bukan merupakan pilihan melainkan suatu keterpaksaan bagi kaum MBR yang harus
menerima keadaan lingkungan permukiman yang tidak layak dan berada dibawah standar
pelayanan minimal seperti rendahnya mutu pelayanan air minum, drainase, limbah, sampah
serta masalah-masalah lain seperti kepadatan dan ketidakteraturan bangunan yang lebih lanjut
berimplikasi pada meningkatnya bahaya kebakaran maupun dampak sosial seperti tingkat
kriminal yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Permasalahan permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama pembangunan perkotaan
yang cukup menjadi polemik, karena upaya penanganan yang sebenarnya dari waktu ke waktu
sudah dilakukan berbanding lurus dengan terus berkembangnya kawasan kumuh dan
munculnya kawasan-kawasan kumuh baru. Secara khusus dampak permukiman kumuh juga
akan menimbulkan paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan
memberikan dampak citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah
dalam pengaturan pelayanan kehidupan hidup dan penghidupan warganya. Dilain sisi dibidang
tatanan sosial budaya kemasyarakatan, komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman
kumuh secara ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah,
1-1
yang seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban
dalam berbagai tatanan sosial masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh telah diamanatkan UU No.1 tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Selain itu, penanganan permukiman
kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019, dimana target besarnya adalah
terciptanya kota bebas kumuh di tahun 2019. Proses penanganan kumuh telah dimulai tahun
2015 dan target nol persen harus dicapai pada 2019, sehingga waktu penyelesaian tinggal 4
(empat) tahun dengan ragam persoalan yang belum sepenuhnya terdeteksi. Langkah awal
dalam mengejar target kota bebas kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian
Pekerjaam Umum melalui Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map
penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif
dengan kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Dengan berpatokan pada undang-undang, penanganan permukiman kumuh diawali dengan
identifikasi lokasi permukiman kumuh dan penetapan lokasi permukiman kumuh tersebut
melalui SK Walikota/Bupati. Melalui identifikasi tersebut, penanganan dilakukan sesuai Undangundang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman khususnya di pasal VII
dan VIII yang menjelaskan berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan
permukiman, serta pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh
dengan tiga pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali. Tahapan
penanganan kawasan kumuh berdasarkan UU No.1/2011 mengamanatkan agar pemerintah
kota/kabupaten menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP), serta menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP), sebagai instrumen utama dalam upaya
penanganan permasalahan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya melalui Subdit
Perencanaan Teknis memberikan fasilitasi berupa pendampingan dalam penyusunan
RP2KPKP sebagaimana dimaksud di Kabupaten/Kota sebagai sebagai bentuk pembinaan
kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana penanganan permukiman kumuh di
kabupaten/kotanya masing-masing dengan harapan:
1. Terciptanya percepatan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh dan tuntas
bagi kawasan kumuh yang telah disepakati dalam SK Walikota/Bupati;
2. Terciptanya keterpaduan program yang dapat menyelesaikan dan/atau menuntaskan
permasalahan permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran sektor keciptakaryaan
melalui kegiatan reguler sektoral;
3. Meningkatnya kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota melalui pelibatan aktif dalam proses
penanganan permukiman kumuh bersama kelompok swadaya masyarakat (KSM/CBOs);
dan
4. Terciptanya keberlanjutan progam penanganan permukiman kumuh sebagai bagian dari
strategi pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh.
1-2
1.2
1.2.1
1.2.2
TUJUAN
dan
Peningkatan
Kualitas
1.2.3
SASARAN
1.3
MANFAAT PANDUAN
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai acuan dalam
rangka melaksanakan tugas pembinaan melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan RP2KPKP;
Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Tim Teknis Provinsi sebagai
acuan dalam mengarahkan dan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan
proses dan pencapaian hasil RP2KPKP yang disusun;
Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) kabupaten/kota sebagai acuan dalam merumuskan
RP2KPKP di kabupaten/kota masing-masing, baik dalam konteks proses penyusunan
maupun substansi kegiatan penyusunan RP2KPKP; dan
Tenaga Ahli Pendamping sebagai acuan dalam memberikan pendampingan padaanggota
Pokjanis dan mengarahkan pada proses pelaksanaan kegiatan yang seharusnya.
1-3
1.4
SISTEMATIKA PANDUAN
Untuk memudahkan dalam memahami proses dan substansi penyusunan RP2KPKP, maka
Panduan Penyusunan RP2KPKP ini dibagi kedalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
1-4
BAGIAN I
Pendahuluan
BAGIAN II
Pemahaman Dasar
RP2KPKP
BAGIAN III
Kegiatan Penyusunan
RP2KPKP
2.1
LANDASAN HUKUM
2.1.1
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk
mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.
2-1
Pencegahan
Pencegahan terhadap tumbuh
dan berk embangnya perumahan
k umuh dan permuk iman k umuh
baru mencak up:
Pemberdayaan masyarak at
bidang
melalui
Peningkatan Kualitas
Peningk atan k ualitas terhadap
perumahan k umuh dan
permuk iman k umuh didahului
dengan penetapan lokasi
perumahan k umuh dan
permuk iman k umuh dengan
pola-pola penanganan:
a. pemugaran;
b. peremajaan; atau
c. pemukiman kembali.
Penetapan Lokasi
2-2
Peningkatan Kualitas
Pemugaran
Peremajaan
Pemukiman Kembali
Mengacu pada Undang Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas permukiman
kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan, penetapan lokasi,
pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut .
Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut UU No. 1/ 2011
2-3
dalamnya terkait upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sebagaimana
yang dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat
2.1.2
2-4
Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman
Kawasan permukiman kumuh berada pada lingkup Kawasan Strategis Nasional (KSN);
dan
Kawasan permukiman kumuh memiliki luas minimal 15 Ha.
Secara rinci pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota untuk sub urusan kawasan permukiman serta perumahan dan kawasan
permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
2-5
SUB URUSAN
PEMERINTAH PUSAT
PEMERINTAH
PROVINSI
PEMERINTAH
KAB/KOTA
1.
Kawasan
Permukiman
a. Penetapan sistem
kawasan
permukiman.
b. Penataan dan
peningkatan
kualitas kawasan
permukiman kumuh
dengan luas 15
(lima belas) ha atau
lebih.
Penataan dan
peningkatan kualitas
kawasan permukiman
kumuh dengan luas 10
(sepuluh) ha sampai
dengan di bawah 15
(lima belas) ha.
a. Penerbitan izin
pembangunan dan
pengembangan
kawasan
permukiman.
b. Penataan dan
peningkatan
kualitas kawasan
permukiman kumuh
dengan luas di
bawah 10 (sepuluh)
ha.
2.
Perumahan dan
Kawasan
Permukiman
Kumuh
---
---
Pencegahan
perumahan dan
kawasan permukiman
kumuh pada Daerah
kabupaten/kota.
A.
Agenda Pembangunan Nasional yang berkaitan dengan Permukiman Kumuh termasuk ke dalam
agenda keenam yaitu Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional
dengan sub agenda Membangun Infrastruktur / Prasarana Dasar. Pembangunan
Infrastruktur/Prasarana Dasar meliputi air minum, sanitasi, perumahan dan ketenagalistrikan
dengan sasaran sebagai berikut:
1) Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga berpenghasilan
rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga melalui bantuan stimulan
perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk
514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah
tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0 persen (pengurangan luasan
permukiman kumuh sebanyak 38431 Ha).
2) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia melalui
(1) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan MBR, 2.144
Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28 regional; (2)
Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit; (3) Fasilitasi
optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota metropolitan dan kota besar; (4)
Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil;
(5) Fasilitasi business to business di 315 PDAM; (6) Fasilitasi restrukturisasi utang 394
PDAM; (6) Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM, penurunan jumlah
2-6
PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14
PDAM.
3) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan
drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk
sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan penambahan infrastruktur air
limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa), penambahan
pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta
peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409
kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan
TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab,
fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman
dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman; serta (iv)
kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507
kota/kab seluruh Indonesia.
4) Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan
melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan fasilitasnya di 9
kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan
permukiman, serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur dan Sarana Dasar
1) Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman,
dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai
melalui strategi:
a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan
hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru
(sewa/milik) dilakukan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional
yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro
perumahan swadaya, bantuan stimulan, memperluas program Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan dalam sistem jaminan
sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaa n
prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulan
dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang
berbasis komunitas.
b. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan
pembangunan perumahan melalui: i) penguatan kapasitas pemerintah dan pemerintah
daerah dalam memberdayakan pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi
yang efektif dan tidak mendistorsi pasar; ii) penguatan peran lembaga keuangan
(bank /non-bank ); serta iii) revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana
pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan.
c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan
perumahan untuk MBR melalui: i) peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN),
Perum Perumnas, dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal
2-7
d.
e.
f.
Negara (PMN); ii) mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta iii) melakukan
perpanjangan Peraturan Presiden tentang SMF terkait penyaluran pinjaman kepada
penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal
dengan dukungan pemerintah.
Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui
fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun milik serta pengembangan
instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land
consolidation), bank tanah (land bank ing), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah
terlantar, dan tanah wakaf.
Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta
pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).
Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan
dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi menjadi infrastruktur
bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.
2) Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air
domestik melalui strategi:
a. Jaga Air, yakni strategi untuk mengarusutamakan pem-bangunan air minum yang
memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan) serta mening katkan kesadaran masyarakat akan hygiene dan sanitasi.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya
konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan,
pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum
maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan)
dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle
capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.
d. Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telah terpakai melalui
pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang telah
dipergunakan (water reclaiming).
2-8
b.
c.
4) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang
didasari dengan neraca keseimbangan air domestik kota/kabupaten dan telah
mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum;
b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan penyediaan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi;
c. Implementasi Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) yang berkualitas melalui
pengarusutamaan SSK dalam proses perencanaan dan penganggaran formal;
d. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air
minum dan sanitasi.
e. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik
eksekutif maupun legislatif serta media.
5) Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui
sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai
implementasi baik secara vertikal maupun horizontal melalui strategi:
a. Pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sinergi pengembangan air minum dan
sanitasi dengan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upay a
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta integrasi pembangunan perumahan dan
penyediaan kawasan permukiman dengan pembangunan air minum dan sanitasi.
Pelaksanaan pelayanan dasar berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala ketersediaan
sumber air baku air minum dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas antar wilayah
yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Sinergi pendanaan air minum dan
sanitasi dilaksanakan melalui (i) pemanfaatan alokasi dana pendidikan untuk penyediaan sarana
dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (ii) pemanfaatan alokasi dana kesehatan baik
untuk upaya preventif penyakit dan promosi hygiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan
kesehatan masyarakat; (iii) penyediaan air minum dan sanitasi melalui Anggaran Dasar Desa
(ADD) serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK),
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup,
perumahan, dan pembangunan desa tertinggal.
2-9
2.1.3
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL;
dan/atau
b.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau
RTBL.
2-10
Semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya sudah tercantum dalam IMB atau
persetujuan sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian ketidaksesuaian
persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk pada kedua dokumen perizinan
tersebut.
B.
C.
D.
Sehingga
2-11
Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana saluran
lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya sehingga menyebabkan air
tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan.
4) Tidak Dipelihara Sehingga Terjadi Akumulasi Limbah Padat dan Cair di Dalamnya
Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamny a
merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik
berupa:
a. pemeliharaan rutin; dan/atau
b. pemeliharaan berkala.
5) Kualitas Konstruksi Drainase Lingkungan Buruk
Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana kualitas
konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau
penutup atau telah terjadi kerusakan.
E.
F.
2-12
b. tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala
lingkungan;
c. gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan
d. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan.
2) Sistem Pengelolaan Persampahan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis
Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupak an
kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. pewadahan dan pemilahan domestik;
b. pengumpulan lingkungan;
c. pengangkutan lingkungan; dan
d. pengolahan lingkungan.
3) Tidak Terpeliharanya Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Sehingga
Terjadi Pencemaran Lingkungan Sekitar oleh Sampah, Baik Sumber Air Bersih, Tanah
Maupun Jaringan Drainase
Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi
pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun
jaringan drainase merupakan kondisi dimana pemeliharaan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan tidak dilaksanakan baik berupa:
a. pemeliharaan rutin; dan/atau
b. pemeliharaan berkala.
G.
pemadam
c. sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk pemberitahuan
terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam
Kebakaran; dan/atau
d. data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.
2-13
Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh disesuaikan dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan. Ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
dijadikan acuan adalah sebagai berikut:
1) Aspek Kondisi Bangunan Gedung (rumah dan sarana perumahan dan/atau permukiman)
a) Keteraturan Bangunan
Komponen keteraturan bangunan meliputi:
1. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Minimal
GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi
jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka
bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari
bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi
sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan
tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dan sebagainya (building line).
2. Tinggi Bangunan
Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang diukur
dari rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring atau sampai
puncak dinding atau parapet, dipilih yang tertinggi.
3. Jarak Bebas Antarbangunan
Jarak bebas antarbangunan adalah jarak yang terkecil, diukur di antara permukaan permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar yang
berhadapan antara dua bangunan.
4. Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan adalah ketentuan rancangan bangunan yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan ketentuan arsitektur yang berlaku, keindahan dan
keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya
5. Penataan Bangunan
a. pengaturan blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi
blok dan jalan, di mana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfiguras i
tertentu.
2-14
b. pengaturan kaveling dalam blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok
menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompok an
dan konfigurasi tertentu.
c. pengaturan bangunan dalam kaveling, yaitu perencanaan pengaturan massa
bangunan dalam blok/kaveling.
6. Identitas Lingkungan
a. karakter bangunan, yaitu pengolahan elemenelemen fisik bangunan untuk
mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu lingkungan/bangun an,
sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan yang dikunjunginya.
b. penanda identitas bangunan, yaitu pengolahan elemenelemen
fisik
bangunan/lingkungan untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu
bangunan sehingga pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi
tujuannya.
c. tata kegiatan, yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal
sebagai pendukung dari aktivitas formal yang diwadahi dalam ruang/bangunan,
untuk menghidupkan interaksi sosial dan para pemakainya.
7. Orientasi Lingkungan
a. tata informasi, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk menjelaskan
berbagai informasi/ petunjuk mengenai tempat tersebut, sehingga memudahkan
pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya.
b. tata rambu pengarah, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk
mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari
bangunan atau pun area tujuannya.
8. Wajah Jalan
a. penampang jalan dan bangunan
b. perabot jalan
c. jalur dan ruang bagi pejalan kaki
d. elemen papan reklame
b) Tingkat Kepadatan Bangunan
1. KDB, yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
2. KLB, yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh lantai bangunan
gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
2-15
2-16
2-17
Baik
Sedang
: IRI 4
: IRI > 4 dan IRI 8
Baik
Sedang
: IRI 8
: IRI > 8 dan IRI 10
Baik
Sedang
: IRI 10
: IRI > 10 dan IRI 12
2-18
Rencana
mata air
air tanah
air permukaan (sungai, danau, laut)
air hujan
pipa transmisi air baku dari sumber air baku ke Instalasi Pengolahan Air
Minum (IPA)
3) Unit distribusi dengan kapasitas rencana 115% - 300% dari kebutuhan ratarata, dengan komponen
Reservoir (penampungan air sementara sebelum didistribusikan)
Pipa distribusi dari reservoir ke unit pelayanan
4) Unit pelayanan dengan komponen
sambungan rumah
hidran umum
hidran kebakaran
b. SPAM BJP
SPAM BJP merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari
prasarana dan sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun
komunal khusus yang unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan
sederhana, dan tidak termasuk dalam SPAM. SPAM BJP meliputi:
2-19
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
b.
Sistem sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan
kota tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri dan
komersial
2. Sarana Drainase
Sarana Drainase adalah bangunan pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut
mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewat i
jalan, belokan daerah curam, bangunan tersebut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Gorong-gorong
Bangunan Pertemuan Air
Bangunan Terjunan Air
Siphon
Street Inlet
Pompa
Pintu Air
3. Prasarana Drainase
Prasarana Drainase adaalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungs i
menyalurkan kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima.
a. Sumur Resapan
b. Kolam Tandon/kolam retensi
2-20
4. Konstruksi Drainase
a. Saluran pasangan batu: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai
tekstur tanah yang relatif lepas, dan mempunyai kemiringan yang curam.
b. Saluran beton: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi, yang
terlalu miring atauterlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas.
c. Saluran dengan perkuatan kayu: umumnya digunakan pada daerah yang
mempunyaai tekstur tanah yang sangat jelek (gambut) dan selalu terjadi
pergeseran (tanah bergerak).
5) Aspek Kondisi Pengelolaan Air Limbah
Komponen Pengelolaan Air Limbah meliputi:
1. Sistem Pengelolaan Air Limbah
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) adalah sistem pengelolaan air
limbah sistem secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang
secara terpusat.
b. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S) adalah sistem pengelolaan air
limbah secara individual dan/atau komunal, melalui pengolahan dan pembuangan
air Air limbah limbah setempat.
2. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
a. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Terpusat
1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah
Kloset leher angsa dan kamar mandi
MCK Umum
2) Unit Pelayanan menjadi tanggung jawab pemilik rumah
Sambungan Rumah
Lubang Inspeksi
3) Unit Pengumpulan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
Pipa retikulasi
Pipa induk
Bangunan Pelengkap
4) Unit Pengolahan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah, baik IPAL
Komunal ataupun IPAL Kota
Fasilitas Utama IPAL
Fasilitas Pendukung IPAL
Zona Penyangga
2-21
Cubluk
Tangki septik dengan sistem resapan
Biofilter
Unit pengolahan air limbah fabrikasi
menjadi
tanggung
jawab
Persampahan
Komponen dari
pengelolaan
2-22
b. Pengumpulan
Sistem pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan
sampah dari sumber sampah ke TPS atau TPS 3R.
c. Pengangkutan
Sistem pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber
atau TPS menuju TPST atau TPA dengan menggunakan kendaraan
bermotor atau tidak bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.
d. Pengolahan
Sistem pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi,
dan/atau jumlah sampah.
e. Pemrosesan Akhir
Sistem pemrosesan akhir adalah kegiatan mengembalikan sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
2. Prasarana dan Sarana Pengolahan Sampah
a. Sarana Pemilahan
1) Kantong Sampah
2) Bak Sampah
3) Kontainer sampah
b. Sarana dan Prasarana Pengumpulan
1) Gerobak Sampah
2) Motor Sampah
3) Mobil Bak Sampah
4) Perahu / Sampan Sampah
5) Tempat Penampungan Sementara (TPS)
c. Sarana Pengangkutan
1) Dump Truck
2) Armroll Truck
3) Compactor Truck
4) Trailer Truck
d. Prasarana Pengolahan
1) Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip 3R (TPS 3R)
2) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
2-23
3) Stasiun Peralihan Antara (SPA) jika lokasi TPA jauhnya lebih dari 25
km dari pusat permukiman.
e. Prasarana Pemrosesan Akhir, yaitu TPA dengan sistem Sanitary Landfill,
Controlled Landfill, dan TPA dengan menggukan teknologi ramah
lingkungan.
7) Aspek Kondisi Proteksi Kebakaran
Komponen Proteksi Kebakaran meliputi:
1. Prasarana Proteksi Kebakaran
a. Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau,
sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang,
reservoir air, mobil tangki air dan hidran).
b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan
pemadam kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran
di lokasi.
c. Sarana Komunikasi yang terdiri dari telepon umum dan alat -alat lain
yang dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran baik
kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam Kebakaran.
d. Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang terletak di
dalam ruang kendali utama dalam bangunan gedung yang terpisah
dan mudah diakses.
2. Sarana Proteksi Kebakaran
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
b. Mobil pompa.
c. Mobil tangga sesuai kebutuhan
d. Peralatan pendukung lainnya.
2. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis.
Tipologi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh terdiri dari perumahan kumuh dan permukiman
kumuh:
a. di atas air;
b. di tepi air;
c. di dataran rendah;
d. di perbukitan; dan
e. di daerah rawan bencana.
Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat
dijelaskan sebagai berikut.
2-24
TIPOLOGI
LOKASI
perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di atas air
perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di tepi air
perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di dataran
rendah
perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di
perbukitan
KETERANGAN
2-25
NO
5
2.1.4
TIPOLOGI
LOKASI
perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di daerah
rawan bencana
KETERANGAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.1 tahun 2014 tentang standar pelayanan
minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, diamanatkan bahwa pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
dan pemerintah daerah, dimana dalam hal ini pemerintah daerah bertanggung jawab atas
penurunan kawasan permukiman kumuh sebanyak 10%. Beberapa ketentuan SPM bidang
keciptakaryaan yang terkait dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh dapat dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini.
2-26
Tabel 2.3 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub bidang Keciptakaryaan
No
Sasaran
Indikator
Satuan
Target
Tahun 2019
Cara Mengukur
Upaya Pencapaian
60
SPM Provinsi
1
Meningkatnya kualitas
layanan jalan Provinsi
Tersedianya konektivitas
wilayah Provinsi
100
Meningkatnya kualitas
layanan jalan Kab/Kota
60
2-27
No
Sasaran
Indikator
Satuan
Target
Tahun 2019
Cara Mengukur
Upaya Pencapaian
Melakukan pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala untuk mencapai da
n mempertahankan kondisi jalan baik dan
sedang berdasarkan nilai IRI
Tersedianya konektvitas
wilayah Kab/Kota
100
Penyediaan sanitasi
Meningkatnya kualitas
layanan air minum
permukiman perkotaan
%
Penduduk
Meningkatnya kualitas
sanitasi (air limbah, persa
mpahan dan drainase)
permukiman perkotaan
%
Penduduk
60%
%
Penduduk
20%
%
Penduduk
70%
%
Pengoperasian
TPA
70%
%
penduduk
50%
2-28
%
Pengurangan
genangan
Meningkatnya tertib
pembangunan bangunan
gedung
IMB
Penangan Pemukiman
Kumuh Perkotaan
Berkurangnya permukiman
kumuh di perkotaan
Ha
50%
60%
pendataan
Contoh survey; kuesioner; dll.
10%
No
5
Sasaran
Meningkatnya
ketersediaan RTH
Indikator
persentase tersedianya luasan RTH
publik sebesar 20% dari luas wilayah
kota/kawasan perkotaan
Satuan
Target
Tahun 2019
50
Cara Mengukur
survey
Upaya Pencapaian
penertiban area yang direncanakan
menjadi RTH; penganggaran penyediaan
dan pengelolaan RTH publik
Keterangan:
1. Apab ila menggunakan alat pengukur ketidakrataan permukaan jalan (Naasra/ Romdas/ Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible ( nilai count/ BI > 400)
2. Apab ila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
3. Apab ila tidak mempunyai kendaraan dan alat survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
2-29
2.2
Banyak permasalahan perkotaan yang berakar pada kawasan permukiman, seperti tidak
meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan
permukiman yang layak, dan sebagainya yang pada akhirnya berimplikasi pada terciptanya
permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Permasalahan yang ditimbulkan dari munculnya
kawasan permukiman kumuh seperti lingkungan yang tidak sehat, pemanfaatan lahan ilegal,
dan lain sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap internal kawasan itu sendiri namun
juga terhadap kawasan sekitarnya dan sistem jaringan infrastruktur perkotaan secara umum.
Belum efektifnya penanganan permukiman kumuh (khususnya dalam konteks perkotaan)
hingga saat ini diakibatkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:
Berdasarkan permasalahan
pertimbangan, antara lain:
pembangunan
bahwa dalam penanganan permukiman kumuh memerlukan adanya arahan yang jelas
hingga ke tataran teknis operasional dan selaras dengan arah pengembangan
kabupaten/kota;
bahwa dalam penanganan permukiman kumuh diperlukan arahan yang didasarkan pada
kebutuhan kawasan dan berorientasi pada penanganan akar masalahnya;
bahwa penanganan permukiman kumuh perlu diselenggarakan secara terpadu dan
berkelanjutan, dengan memuat unsur pencegahan dan peningkatan kualitas
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan
bahwa dalam pengembangan kabupaten/kota dan kawasan permukiman perkotaan
terdapat kebutuhan untuk merumuskan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas
2-30
Gambar 2.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan
Kabupaten/Kota
Dalam perwujudannya, kebutuhan akan arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan
penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan ini tidak hanya menjadi tugas
Pemerintah (pusat) melainkan juga menjadi tanggung jawab penuh pemerintah
2-31
kabupaten/kota. Sejak berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, telah
terjadi transformasi peran pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah menjadi aktor utama
dalam pembangunan daerah, termasuk dalam melaksanakan rencana tata ruang dan
rencana pembangunan yang menjadi induk bagi pembangunan di bidang permukiman
perkotaan. Dengan adanya peran ini, maka arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan
penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang dirumuskan oleh pemerintah
daerah harus terpadu dan sinergi dengan rencana tata ruang (RTRW) dan rencana
pembangunan (RPJP dan RPJM).
2.3
2.3.1
2-32
2.3.1
Muatan Pencegahan
Kawasan Perkotaan
Permukiman
kumuh/terindikasi kumuh
yang b erada di luar
peruntukan permukiman
perkotaan b erdasarkan
rencana tata ruang
kab /kota
Permukiman kumuh
yang sumb er
permasalahan utamanya
b erada di luar kawasan.
Penegakan terhadap
kesesuaian perizinan,
kesesuaian tata ruang
(RTRW)
Kawasan Permukiman
Perkotaan
Permukiman
kumuh/terindikasi kumuh
yang b erada di lingkup
peruntukan permukiman
perkotaan
Penegakan terhadap
kesesuaian perizinan,
kesesuaian tata ruang,
SPM, aturan dan standar
teknis, serta dokumen
perencanaan lainnya
(SPPIP/RP3KP) yang
terkait dengan bidang Cipta
Karya
Pelaku
Pemerintah
Daerah
Metode
PartisipatifFasilitatif
2-33
Lingkup RP2KPKP
Muatan Pencegahan
Pelaku
terkait program-program
pencegahan kawasan
Metode
Pemerintah
Daerah
Masyarakat
Pemerintah
Daerah
Masyarakat
PartisipatifFasilitatif,
Social Mapping
Pencegahan permukiman
kumuh yang sudah
ditangani agar tidak kembali
menjadi kumuh melalui
upaya:
Pada proses
perencanaan/pendampinga
n mulai dilakukan
sosialisasi/ campaign
pentingnya terhadap upayaupaya pencegahan dan
pelatihan pemeliharaan
hasil-hasil pembangunan
PartisipatifFasilitatif,
pemberdayaan
masyarakat
Pelaku
Metode
Pola Penanganan
Perbaikan, pembangunan kembali menjadi
permukiman layak huni
Pemerintah,
Masyarakat, dan
Swasta
Advokasi Pemda,
Penyiapan
masyarakat,
Pembangunan
Fisik Tersier dan
Fisik Primer
Pemerintah,
Masyarakat, dan
Swasta
Advokasi Pemda,
Penyiapan
masyarakat,
Pembangunan
Fisik Tersier dan
Fisik Primer
2-34
2.3.2
Pelaku
Pemerintah,
Masyarakat, dan
Swasta
Metode
Advokasi Pemda,
Penyiapan
masyarakat,
Pembangunan
Fisik Tersier dan
Fisik Primer
PENDEKATAN RP2KPKP
Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan bagian dari upaya
perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, dimana dalam hal ini tidak dapat
dilepaskan dari upaya pencapaian target pembangunan sebagaimana yang diamantkan
dalam RPJMN. Dalam implementasinya, upaya ini dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan
utama pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem, memfasilitasi
Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat. Ketiga pendekatan ini yang
menjadi prinsip pembangunan dan pengembangan permukiman yang mengarah pada
pencapaian gerakan 100-0-100 pada tahun 2019, sebagaimana yang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
2-35
Lebih lanjut bila dikaitkan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh, maka dalam menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) paling tidak memuat 4 (empat) prinsip
perencanaan, penanganan dan pencegahan permukiman kumuh yaitu:
Terkait dengan pemenuhan unsur tersebut, maka dari sisi penyusunannya, proses
penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif, serta (3) pendekatan teknis -akademis,
dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai berikut:
2-36
2.3.3
2-37
2-38
UNDANG-UNDANG
NOMOR 17 TAHUN 2007
TENTANG
RPJPN 2005-2025
PERATURAN PRESIDEN
NOMOR 2 TAHUN 2015
RPJMN 2015-2019
UNDANG-UNDANG NOMOR
23 TAHUN 201 TENTANG
UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG
UNDANG-UNDANG
NOMOR 26 TAHUN 2007
TENTANG
PEMERINTAHAN
DAERAH
PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN
PENATAAN RUANG
PEMBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN BIDANG
PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN
PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 88 TAHUN 2014
PENYELENGGARAAN
PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN
PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 15 TAHUN 2010
PENYELENGGAR AAN
PENATAAN RUANG
PEMERINTAH PUSAT
PERDA
RPJPD DAN RPJMD
PROVINSI
PERDA
RTRW PROVINSI
RENCANA SEKTOR
RPI2JM
KABUPATEN/KOTA
RP3KP
PROVINSI
PERDA RTRW
KABUPATEN/KOTA
SK Bupati/Walikota
tentang
Penetapan Lokasi
Perumahan
Kumuh dan
Permukiman Kumuh
RP3KP
KABUPATEN/KOTA
SPPIP/RP2KP
&
RPKPP
PERENCANAAN TEMPAT
KEGIATAN PENDUKUNG
PERKOTAAN DAN PERDESAAN
KABUPATEN/KOTA
PERBUP/PERWAL
RENCANA KAWASAN
PERMUKIMAN (RKP)
PERENCANAAN
LINGKUNGAN HUNIAN
PERDESAAN
PERENCANAAN
LINGKUNGAN HUNIAN
PERKOTAAN
Keterangan:
mengamanatkan
diturunkan
diacu
Rencana
Penanganan
Permukiman
Tematik Lainnya
Rencana Penanganan
Permukiman
Perbatasan Negara
PROVINSI
Rencana Penanganan
Permukiman Rawan
Bencana
Rencana Penanganan
Permukiman Perdesaan
Potensial
Rencana Pencegahan
dan Peningkatan
Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan
RP2KPKP
2-39
2.3.4
Dalam hal ini pemerintah daerah (kabupaten/kota) menjadi aktor dan pelaku utama dalam
penanganan permukiman kumuh, mulai dari tahap perencanaan melalui fasilitasi
penyusunan RP2KPKP dari pemerintah pusat, hingga ke pelaksanaan dan pengelolaanny a,
terutama terhadap kawasan permukiman kumuh yang memiliki kompleksitas permasalahan
yang relatif ringan, sehingga nantinya penanganannya dapat dilakukan di tingkat kelurahan.
Pemerintah daerah juga dapat mengakses kemungkinan program penanganan lainnya yang
dicanangkan oleh pemerintah pusat, terutama terhadap kawasan-kawasan permukiman
kumuh yang memiliki kompleksitas permasalahan yang masiv dan memerlukan
keterpaduan penanganan dari sisi pelaku serta sumber pendanaan, sebagaimana yang
dapat dijelaskan pada skema di bawah ini.
2-40
Gambar 2.7 Keterkaitan RP2KPKP dengan Program -program Penanganan Permukiman Kumuh
Lainnya
2.3.5
2-41
MASYARAKAT
TIM PENYUSUN
TIM PROVINSI
TIM TEKNIS
Koordinasi
&
Kolaborasi
PENGENDALIAN
PROSES
SATKER PKP
&
TIM TEKNIS
PROVINSI
POKJANIS
Koordinasi
&
Kolaborasi
PENGENDALIAN
PROSES
TIM KONSULTAN
PENGENDALIAN
TENAGA AHLI
PENDAMPING
Pengendalian/Monev Kegiatan
(Lingkup Substansi, Proses & Prosedur, Kualitas Produk)
Gambar 2.8
Tabel 2.6 Peran dan Bentuk Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan
RP2KPKP
PEMANGKU
KEPENTINGAN
TINGKAT PUSAT
PERAN
Direktorat Jenderal
Cipta Karya,
Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Rakyat
Pembina kegiatan
Direktorat
Pengembangan
Kaw asan
Permukiman
Pembina kegiatan
2-42
penyusunan RP2KPKP
penyusunan RP2KPKP
BENTUK
KETERLIBATAN
Mendorong dan
mengarahkan
penyusunan RP2KPKP
pada kabupaten/kota
melalui Pokjanis
daerah
Memberikan
pendampingan teknis
pelaksanaan
penyusunan RP2KPKP
Menyediakan
2.3.1.1.1.1
pedoman pelaksanaan
penyusunan RP2KPKP
(KAK, panduan)
Memantau
pelaksanaan
RP2KPKP melalui
kegiatan koordinasi di
tingkat pusat, provinsi,
dan kabupaten/kota
Menyelenggarakan
kolokium
TUGAS
melaksanakan pembinaan
kegiatan penyusunan
RP2KPKP
menyediakan pedoman
penyusunan RP2KPKP
melakukan pemantauan
dan evaluasi penyusunan
RP2KPKP
WEWENANG
mensosialisasikan
penyusunan RP2KPKP
memfasilitasi dan
mengkoordinasikan
keterpaduan program
lintas sektor, dan
melakukan penilaian dan
rekomendasi tindak lanjut
terhadap hasil penyusunan
RP2KPKP
PEMANGKU
KEPENTINGAN
TINGKAT PROVINSI
PERAN
Satuan Kerja
Pengembangan
Kaw asan
Permukiman
Penyelenggara kegiatan
penyusunan RP2KPKP
Pendamping/pengendali
Ketua: Satker
Perencanaan dan
Pengendalian bidang
CK
Kegiatan penyusunan
RP2KPKP
Anggota: Dinas
PU/CK Provinsi,
Bappeda Provinsi
dan Satker Provinsi
Bidang CK
*)
BENTUK
KETERLIBATAN
Melakukan tertib
administrasi
penyelenggaraan
kegiatan penyusunan
RP2KPKP
Menyediakan tenaga
ahli pendamping
Berperan aktif dalam
tim teknis tingkat
provinsi
Mendorong
peningkatan kapasitas
Pokjanis melalui
kegiatan
pelatihan/konsolidasi
2.3.1.1.1.2
tingkat provinsi
Melakukan
pendampingan
kegiatan penyusunan
RP2KPKP melalui
monitoring dan
evaluasi
Mensinergikan
kebijakan, strategi, dan
program kab/kota
dengan kebijakan
provinsi
Tim Teknis
Provinsi
ditetapkan
melalui SK
Kepala Dinas
PU/CK/Bidang
Permukiman
Provinsi
TUGAS
melaksanakan konsolidasi
pada tingkat provinsi;
melaksanakan
pendampingan dan
pengendalian kegiatan
penyusunan RP2KPKP;
dan
mendorong peningkatan
kapasitas pokjanis di
tingkat kabupaten/kota.
WEWENANG
melaksanakan koordinasi
penyusunan RP2KPKP
dalam lingkup provinsi; dan
memberikan rekomendasi
kepada pemerintah
kabupaten/kota terkait
dengan pelibatan
pemangku kepentingan.
TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Kelompok Kerja
Teknis (Pokjanis),
terdiri dari
dinas/instansi terkait
di lingkup
pemerintah
kabupaten/kota
Pembentukan
Pokjanis ini dibentuk
berdasarkan Surat
Keputusan (SK)
Bupati/Walikota
Perumus RP2KPKP
Merumuskan
RP2KPKP
Mengambil keputusan
dalam proses
penyusunan dokumen
RP2KPKP
Mengaw al
keberlanjutan program
RP2KPKP hingga
tahapan implementasi
TUGAS
menyediakan basis data
dan informasi spasial dan
sektoral;
melaksanakan penyusunan
RP2KPKP sesuai dengan
pedoman;
menghasilkan RP2KPKP
yang dapat
diimplementasikan; dan
penyebarluasan informasi
produk RP2KPKP kepada
masyarakat
Menindaklanjuti hasil
produk RP2KPKP
Mengahasilkan produk
peraturan (Perbup/perw al)
2-43
PEMANGKU
KEPENTINGAN
Tim Ahli
Pendamping yang
terdiri dari tenaga
ahli beserta asisten
tenaga ahli
PERAN
Pendamping kegiatan
penyusunan RP2KPKP
BENTUK
KETERLIBATAN
2.3.1.1.1.3
Memfasilitasi Pokjanis
dalam proses
penyusunan RP2KPKP
Memberikan advis
teknis penyusunan
RP2KPKP
2.3.1.1.1.4
WEWENANG
Merekomendasikan
pendekatan dan metode
secara teknis akademis
dalam perumusan
kebijakan RP2KPKP
Praktisi, akademisi,
dan pemerhati
permukiman
Sebagai narasumber
atau advisory teknis
Berpartisipasi dalam
kegiatan FGD dan
Konsultasi Publik
Kelembagaan
masyarakat
Berpartisipasi dalam
kegiatan FGD dan survey
kampung sendiri
2-44
PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERAN
BENTUK
KETERLIBATAN
2.3.6
LEGALITAS
2-45
Selanjutnya dalam Permendagri 53 Tahun 2011 disebutkan pula bahwa proses penyusunan
rancangan peraturan Walikota/Bupati dilakukan oleh tim penyusun Perwal/Perbup yang
dipimpin oleh Kepala SKPD pemrakarsa. Draft hasil penyusan Perwal/Perbup kemudian
dibahas di bagian hukum sekaligus untuk harmonisasi dan sinkronisasi dengan SKPD terkait.
Hasil dari pembahaan di bagian Hukum tersebut kemudian dituangkan dalam Paraf
Koordinasi dari kepala bagian hukum dan pimpinan SKPD terkait. Proses selanjutnya dari
hasil pembahasan Raperwal/Raperbup dibagian hukum adalah pengajuan Rancangan
Perwal/Perbup kepada Walikota/Bupati melalui Sekda Kota/Kabupaten. Pada tahap ini
Sekda akan memberikan masukan terhadap perubahan/penyempurnaan dari Perwal/Perbup
yang diajukan tersebut. Berdasarkan catatan perubahan/penyempurnaan dari Sekda,
kemudian tim penyusun Perwal/Perbup yang dipimpin oleh Kepala SPKD pemrakarsa akan
melalukan penyempurnaan, yang kemudian dilengkapi dengan paraf koordinasi dari Bagian
Hukum dan SKPD terkait.
Hasil perbaikan kedua tersebut kemudian disampaikan kepada Sekda untuk kemudian
disampaikan kepada Walikota/Bupati untuk ditandatangi, dan kemudian oleh Bagian Hukum
2-46
dituangkan dalam berita daerah sebagai autentifikasi dari naskah produk hukum daerah yang
akan dipublikasikan.
Sebagai penjelasan lebih lanjut, pada gambar berikut dapat diilustrasikan rincian proses yang
dilakukan dalam proses penyusunan dan penetapan Peraturan Walikota/Peraturan Bupati.
Gambar 2.10
2-47
3.1
3.1.1
Secara garis besar lingkup kegiaatan penyusunan RP2KPKP terdiri dari 4 (empat)
tahapan, yaitu : (1) Persiapan, (2) Verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi;
(3) Perumusan Rencana Penanganan dan (4) Penyusunan Desain Teknis. Secara rinci,
lingkup kegiatan dari tiap kegiatan besar dan capaian kegiatan dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 3.1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan RP2KPKP
LINGKUP KEGIATAN
CAPAIAN KEGIATAN
PERSIAPAN
Mengikuti kegiatan sosialisasi tingkat nasional
Rencana Kerja
3-1
LINGKUP KEGIATAN
CAPAIAN KEGIATAN
Peta Dasar
Terbentuknya/tersiapkannya
kelembagaan masyarakat (BKM/KSM)
3-2
LINGKUP KEGIATAN
CAPAIAN KEGIATAN
Terselenggaranya perencanaan
partisipatif (pelaksanaan RKM dan
penyepakatan komponen DED) di
kawasan permukiman kumuh prioritas
3-3
LINGKUP KEGIATAN
Penyusunan peta rinci/siteplan
CAPAIAN KEGIATAN
Visualisasi pendukung perancangan
(dokumentasi drone, animasi 3D)
Daftar rencana komponen infrastruktur
pembangunan tahap 1
Data hasil pengukuran detail komponen
infrastruktur pembangunan tahap 1
Dokumen RP2KPKP
3.1.2
3-4
Gambar 3.1 Contoh delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi Kota
3-5
Gambar 3.2 Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi Kabupaten
3-6
Gambar 3.3 Contoh Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan berdasarkan SK Kumuh
3-7
3-8
3.1.3
Kedalaman substansi dari RP2KPKP sampai dengan strategi dan program pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota menuju 0% kumuh dalam jangka
waktu 5 tahun yang dijabarkan ke dalam rencana keterpaduan program penanganan dan
penyusunan desain teknis dalam skala kawasan. Rencana keterpaduan program
penanganan permukiman kumuh merupakan penjabaran dari strategi dan program ke
dalam skala kawasan yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun dan didetailkan pada
program tahunan/1 (satu) tahun. Untuk komponen infrastruktur bidang Cipta Karya pada
program tahun pertama di kawasan pengembangan tahap 1 dilakukan penyusunan
Rencana Detail Desain/Detailed Engineering Design (DED). Rumusan program dan
kegiatan disusun dengan mengacu pada nomenklatur program di dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ; Lampiran
A.VII Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Permendagri No. 59 Tahun 2007 jo. Permendagri No.
3-9
3-10
ISU
STRATEGIS
KAWASAN
PERMUKIMAN
KUMUH
READINESS CRITERIA
PENDANAAN, KESIAPAN LAHAN, KESIAPAN
MASYARAKAT, KOMITMEN PEMERINTAH
DAERAH, KEBIJAKAN PEMDA, DSB
TARGET 0%
KEBUTUHAN
PENANGANAN
KAWASAN
PERMUKIMAN
KUMUH 2019
KAWASAN
PERMUKIMAN
KUMUH
KONDISI
EKSISTING
PERMASALAHAN
PERMUKIMAN
KUMUH
STRATEGI
PENANGANAN
KEBUTUHAN PROGRAM
DAN KEGIATAN
PROGRAM DAN
KEGIATAN
STRATEGI
PENANGANAN
KEBUTUHAN PROGRAM
DAN KEGIATAN
PROGRAM DAN
KEGIATAN
SKALA KOTA
SKALA KAWASAN
PRIORITAS
SKALA KOTA
SKALA KOTA
SKALA KAWASAN
PRIORITAS
PROGRAM DAN
KEGIATAN
KAWASAN
PENGEMBANGAN
TAHAP 1
Gambar 3.6 Skema Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi dan Program Penanganan
Fokus dari obyek yang diatur di dalam RP2KPKP adalah program dan kegiatan terkait
dengan infrastruktur permukiman perkotaan, yang terdiri atas:
3-11
Selain fokus pada infrastruktur permukiman kumuh perkotaan, program dan kegiatan yang
disusun dapat juga mencakup infrastruktur bidang lainnya yang dibutuhkan di dalam
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh seperti Ruang Terbuka Hijau
(RTH). Dan yang tidak kalah pentingnya dalam proses penilaian terhadap kawasan kumuh
ada beberapa pertimbangan lain yaitu kejelasan status lahan, kesesuaian dengan rencana
tata ruang, nilai strategis lokasi, kepadatan penduduk, dan kondisi social ekonomi budaya
masyarakat. Tentu saja beberapa fokus objek lainnya akan disesuaikan dengan kebutuhan
di masing-masing kabupaten/kota.
3.2
3-12
TAHAPAN
TAHAP PERSIAPAN
WAKTU
BULAN 1
BULAN 2
BULAN 3
BULAN 4
BULAN 5
BULAN 6
A.1.
PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi
Pemda)
SOSIALISASI
A.4
A.2
FGD 2:
PENYEPAKATAN KONSEP,
STRATEGI, POLA
PENANGANAN PERMUKIMAN
KUMUH
A.3
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI
FGD 1:
PENYEPAKATAN PROFIL HASIL
VERIFIKASI
B.10
B.5
B.1
B.11
PERUMUSANSKENARIO
PENANGANAN DAN
KONSEP DESAIN
KAWASAN
PERUMUSANKONSEP
DAN STRATEGI
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMANKUMUH
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA
A.5
A.6
FGD 3:
PENYEPAKATAN RENCANA AKSI,
PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil
RKM)
PEMBAHASAN
PLENO
A.7
DISEMINASI
B.16
B.12
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO
B.17
B.2
PROSES PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan Membangun
Sistem)
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN
B.9
B.4
OVERVIEW
KEBIJAKANDAERAH
DAN IDENTIFIKASI
KESESUAIAN
PERMUKIMAN
EKSISTING TERHADAP
RENCANA TATA
RUANG KAB/KOTA
B.6
VERIFIKASI LOKASI DAN
PEMUTAKHIRANPROFIL
PERMUKIMANKUMUH
B.13
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMANKUMUH
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH
B.14
B.3
PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
Daftar rencana
komponen
Pengukuran lapangan
B.7
PENYIAPANDATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data kumuh
Data statistik
terkait
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN
Visualisasi pendukung
perancangan
B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH
PENDAMPINGAN &
PELIBATAN MASYARAKAT
(Pendekatan Peningkatan
Kapasitas)
C.1
PELAPORAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
OUTPUT
PENYIAPAN
KELEMBAGAAN
MASYARAKAT PADA
LOKASI PERMUKIMAN
KUMUH
PENYEMPURNAAN
DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0%
Kumuh
Rencana Teknis
Pembangunan
tahap 1
Memorandum
Program
DEDKomponen
Prioritas
C.2
KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH
(data primer & sekunder)
C.3
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH
FINALISASI &
LEGALISASI HASIL
(PERWAL/PERBUP)
B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBARKERJA, RAB, RKS)
C.4
PERENCANAANPARTISIPATIFDI KAWASANPRIORITAS:
Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
Penyepakatan KOMPONENDED
LAPORAN
ANTARA
B.18
LAPORAN
DRAFT AKHIR
LAPORAN
AKHIR
Daftar rencana komponen infrastruktur
pembangunan tahap 1;
Data hasil pengukuran detail komponen
infrastruktur pembangunan tahap 1:
Peta rinci/siteplan;
Visualisasi pendukung perancangan
(dokumentasi drone, ilustrasi before-after,
animasi 3D);
DED (Gambar kerja, RAB, RKS) komponen
infrastruktur pembangunan tahap 1;
Dokumen lelang;
Dokumen RP2KPKP; dan
Draft Perwal/Perbup
3-13
3-14
3.2.1
TAHAP PERSIAPAN
Kegiatan persiapan adalah kegiatan untuk menyiapkan pelaksanaan kegiatan baik teknis
maupun non-teknis yang akan melandasi rangkaian pelaksanaan kegiatan RP2KPKP secara
keseluruhan. Dalam lingkup kegiatan persiapan ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi
dalam 3 (tiga) lingkup sebagai berikut:
A.1
A.2
B.1
B.2
B.3
B.4
C.1
Lingkup kegiatan persiapan ini akan diselesaikan pada 1 (satu) bulan pertama pelaksanaan
kegiatan penyusunan RP2KPKP, terhitung sejak diterbitkannya SPMK. Secara diagramatis,
rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan penyusunan desain teknis dapat dilihat pada Gambar
3-8.
3-15
TAHAPAN
TAHAP PERSIAPAN
WAKTU
BULAN 1
A.1.
PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi
Pemda)
SOSIALISASI
A.2
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI
B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA
B.4
B.2
PROSES PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan Membangun
Sistem)
B.3
PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data kumuh
Data statistik
terkait
PENDAMPINGAN &
PELIBATAN MASYARAKAT
(Pendekatan Peningkatan
Kapasitas)
C.1
PENYIAPAN
KELEMBAGAAN
MASYARAKAT DI
TINGKAT KAB/KOTA
LAPORAN
PENDAHULUAN
PELAPORAN
OUTPUT
OVERVIEW
KEBIJAKAN DAERAH
DAN IDENTIFIKASI
KESESUAIAN
PERMUKIMAN
EKSISTING
TERHADAP RENCANA
TATA RUANG KAB/
KOTA
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN
3-16
A.1
Sosialisasi
A.1.
SOSI ALISASI
A.2
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI
B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA
TUJUAN
METODE
LANGKAH
kegiatan
Melaksanakan alih pengetahuan mengenai proses dan prosedur
penyusunan RP2KPKP
OUTPUT
PELAKSANA
3-17
PESERTA
Pokjanis
TA Pendamping
TimTeknis di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tim Teknis / Satker di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya
Provinsi
Narasumber
KMP
DURASI
1-2 hari *
*) Jadwal dan lok asi penyelenggaraan ditentuk an oleh pihak Direk torat
PKP, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR;
Undangan ak an disampaik an paling lambat 2 (dua) minggu sebelum
penyelenggaraan k egiatan.
Tim
Pokjanis
Kabupaten/Kota
mempersiapkan
a.
b.
c.
d.
Data Base Line Kumuh dari P2KKP atau data statistik terkait;
e.
f.
g.
h.
3-18
sejumlah
A.2
Konsolidasi
Tingkat Provinsi
A.1.
SOSIALISASI
A.2
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI
B.1
PERSIAPANDAN
PEMANTAPAN
RENCANAKERJA
TUJUAN
METODE
LANGKAH
kegiatan
OUTPUT
3-19
PELAKSANA
PESERTA
DURASI
1 hari *
*) Jadwal dan lok asi penyelenggaraan ditentuk an oleh pihak Satk er PKP
Provinsi (maksimal 1 minggu setelah penyelenggaraan sosialisasi)
B.1
Penyiapan dan
Pemantapan
Rencana Kerja
A.2
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI
B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA
B.2
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN
TUJUAN
3-20
dengan pembangunan
OUTPUT
DURASI
1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu pertama bulan pertama atau sejak diterbitk annya
SPMK
B.2
Penyusunan
Desain Survey dan
Format Kegiatan
3-21
B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA
B.2
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN
B.3
PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data kumuh
Data statistik
terkait
TUJUAN
METODE
LANGKAH
Diskusi
Penyamaan persepsi dan kesepakatan terkait data dasar yang sudah
ada
Penyamaan kebutuhan data yang diperlukan dalam penyusunan
RP2KPKP
Penyiapan desain survey
Penyiapan format untuk survey dan kegiatan
OUTPUT
DURASI
1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu k edua bulan pertama atau sejak diselesaik annya
sub k egiatan persiapan dan pemantapan rencana k erja
3-22
: |____|____|
Provinsi
Kabupaten/Kota
: |____|____|
Kecamatan
: |____|____|
: |____|____|
Keluarhan/Desa
No
.
1
Parameter
Data
Program/Kegiata
n
Penanganan
Kumuh
Sebelumnya
Data umum
wilayah
Administratif
Kelurahan
Data Umum
kawasan kumuh
tingkat
kelurahan
No.
No.
No
.
Data
Kependudukan
No.
Data Mata
Pencaharian
Penduduk
No
.
Lokasi Penanganan
Kumuh
(RW/RT/Lingkungan)
RW
Jumlah
RT
Kawasa
n
Kumuh
Luas
Kawasa
n (Ha)
05
Tahun
6 12
Tahun
Kawasa
n
Kumuh
Luas
Penanganan
Kumuh (Ha)
Jumlah
Penduduk
Luas
Wilayah
RW (Ha)
KK
Kepemillika
n lahan
13 17
Tahun
Sumber
Dana
Tahun
Jumlah
Bangunan
rumah
(unit)
Jiwa
Jumlah
Penduduk
RT/K
K
18 25
Tahun
Jiw
a
26 40
Tahun
Jumlah
Penduduk
Miskin
RT
Jiw
M
a
40 55
Tahun
Komponen
Infrastruktur
Luas Permukiman
Kumuh
Kawasan
Luas
(Ha)
Jumlah Rumah
Tota
l
> 55
Tahun
Kumu
h
05
Tahun
Swast
a
Pengraji
n
Nelaya
n
Petan
i
Buru
h
Tidak
Bekeraj
a
3-23
No
.
6
3-24
Parameter
Data Penghasilan
Rata-rata
Penduduk
Tingkat
Kesehatan
Penduduk
No.
Kawasan Kumuh
No.
Kawasan
Kumuh
ISPA
Diare
Peta Dasar Kelurahan yang dilengkapi dengan Delineasi Lokasi Permukiman Kumuh
Lainnya
4
5
1
2
1
2
.. Ha
1 Ha
2 Ha
3 Ha
4 Ha
5 Ha
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
__________ Jiwa
2
3
__________ KK
__________ Jiwa
3-25
4
5
6
__________ RTM
__________ KK
__________ KK
3
4
5
3-26
__________ Kali
1
2
6
7
10
11
12
bulan
1
2
3
4
1
2
3
Catatan :
Form Survey ini merupakan contoh minimal kelengkapan data umum kelurahan yang b isa dikemban gka n
leb ih lanjut oleh Pokjanis
B.3
Penyiapan data
3-27
profil permukiman
kumuh
B.2
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN
B.3
PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data kumuh
Data statistik
terkait
TUJUAN
METODE
LANGKAH
OUTPUT
DURASI
1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu k etiga bulan pertama atau sejak diselesaik annya
sub k egiatan penyusunan desain survey dan format k egiatan
3-28
3-29
B.4
Overview kebijakan
daerah dan
identifikasi
kesesuaian
permukiman eksisting
terhadap rencana tata
ruang Kab/Kota
B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA
B.4
B.2
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN
OVERVIEW
KEBIJAKANDAERAH
DAN IDENTIFIKASI
KESESUAIAN
PERMUKIMAN
TERHADAP
RENCANA TATA
RUANG
B.3
PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data kumuh
Data statistik
terkait
TUJUAN
METODE
LANGKAH
3-30
DURASI
1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu k eempat bulan pertama atau sejak
diselesaik annya sub k egiatan penyiapan data profil k awasan k umuh
3-31
3-32
SUMBER/ DOKUMEN
RPJPD KOTA
BONTANG 2005
2025
Visi:
KOTA MARITIM BERKEBUDAYAAN
INDUSTRI YANG BERWAWASAN
LINGKUNGAN DAN
MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT
Misi:
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Kota Bontang yang
berkebudayaan industri, berakhlak
mulia dan martabat
Meningkatkan kualitas tata
kepemerintahan yang baik
Meningkatkan kualitas lingkungan
hidup Kota Bontang
Memperkuat struktur ekonomi kota
Bontang dengan sektor maritim
sebagai penopang pembangunan
ekonomi dan tetap menjaga
keseimbangan industri migas dan
non migas
RPJMD KOTA
BONTANG TAHUN
2011 2016
Visi:
TERWUJUDNYA MASYARAKAT
KOTA BONTANG YANG BERBUDI
LUHUR, MAJU, ADIL DAN
SEJAHTERA
Misi:
Meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia kota
Bontang yang berakhlak mulia
dan profesional
Meningkatkan Kualitas
Lingkungan Hidup
Tujuan 1:
MEWUJUDKAN KOTA
BONTANG YANG BERSIH,
HIJAU, DAN ASRI
Sasaran 1:
Meningkatkan penanganan
sampah menjadi 74%
Sasaran 2:
Memelihara kondisi RTH
eksisting dan meningkatkan
luas RTH menjadi 3.330,96
Ha atau 22,5%
RENCANA
Strategi 1:
Pem bangunan perumahan dan
permukiman yang berwawasan
lingkungan.
Arah Kebijakan:
Pembinaan dan peningkatan kualitas
lingkungan perumahan dan permukiman
disertai dengan penyediaan infrastruktur
yang memadai.
Pemenuhan kebutuhan perumahan dan
permukiman sesuai tingkat kemampuan
pendapatan masyarakat
Penataan dan revitalisasi kaw asan
permukiman kumuh.
Penataan dan pembatasan permukiman
di atas air dalam rangka perlindungan
ekosistem pesisir dan green belt
1. Rencana
Pengembangan
Perumahan Terencana
Pagung, Baltim, dan
disekitar kaw asan pusat
kota yaitu dikaw asan
pusat pemerintahan.
2. Rencana
Pengembangan
Perumahan Atas Raw a
Perumahan ini timbul
secara spontan, proporsi
distribusinya akan
menyebar pada WP I, II
dan III.
3. Rencana
Pengembangan Rum ah
Susun
Pengembangan Rumah
Susun (RUSUN) baik
sew a maupun milik akan
diprioritaskan untuk
menunjang kaw asan
industri dan nelayan
yang membutuhkan
rumah.
Tujuan 1, Sasaran 1
Strategi:
Pengembangan manajemen pengelolaan
sampah
Arah Kebijakan:
PROGRAM
KEGIATAN
Tujuan 1, Sasaran 1:
Program pengembangan kinerja
pengelolaan persampahan
Tujuan 1, Sasaran 2:
Program pengendalian
pemanfaatan ruang
Program perencanaan
penataan ruang
3-33
NO.
7.
SUMBER/ DOKUMEN
STRATEGI SANITASI
KOTA BONTANG
(SSK) 2012 2016
Strategi:
Membangun kemitraan dengan berbagai
pihak dalam penyediaan sarana dan
prasarana sanitasi
Tujuan 3: Meningkatkan
pengendalian pencemaran
lingkungan
Sasaran 1: Meningkatnya
cakupan pelayanan dan
pengelolaan air limbah dari
4,8% menjadi 10%
Tujuan 3 Sasaran 1
Strategi:
Peningkatan pengelolaan air limbah
Tujuan 3, Sasaran 1:
Program pengembangan kinerja
pengelolaan air minum dan air
limbah
Tujuan 3 Sasaran 2
Strategi:
Peningkatan sarana dan prasarana
pengelolaan sanitasi
PROGRAM
Strategi:
Peningkatan peran
serta masyarakat dan
dunia usaha dalam
penyelenggaraan
pengembangan
sistem pengelolaan
air limbah pemukiman
Sasaran 2: Meningkatnya
sarana prasarana sanitasi
dari 0% menjadi 66,7%
3-34
RENCANA
KEGIATAN
1.
2.
3.
Tujuan 3, Sasaran 2:
Program pengendalian
pencemaran dan perusakan
lingkungan
Tujuan 3, Sasaran 1:
1. Pembangunan IPAL Berbas Pantai,
Loktuan, Guntung, Kanaan
2. Pembangunan IPLT
3. Pembangunan WC Umum
4. Pembangunan Sanimas
5. Penambahan jaringan pipa air limbah
Tujuan 3, Sasaran 2:
Peningkatan sarana dan prasarana
laboratorium
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
NO.
SUMBER/ DOKUMEN
RENCANA
PROGRAM
KEGIATAN
menjadi 74%
SUB SEKTOR DRAINASE
Tujuan: Meningkatkan
sistem jaringan drainase
dan pengendalian banjir
Sasaran 1: Meningkatnya
kondisi drainase/saluran
pembuangan air sepanjang
jalan dengan kondisi baik dari
13,77% menjadi 38, 62%
Sasaran 2: Menurunnya
kondisi drainase tersumbat
dari 6% menjadi 3%
Strategi:
Peningkatan penanganan sistem jaringan
drainase dan pengendalian banjir
Program pengembangan,
pengelolaan dan konservasi
sungai, danau dan sumber daya air
lainnya
Program pembangunan
turap/talud/bronjong
Program pembangunan saluran
drainase/gorong - gorong
Strategi 1:
Peningkatan pelayanan air bersih
Strategi 2:
Penyediaan alternative sumber air baku
baru
1.
1.
Program pengembangan,
pengelolaan dan konservasi
sungai, danau dan sumber daya air
lainnya
1.
2.
3.
2.
3.
Strategi 1:
Kampanye dan sosialisasi PHBS
Program promosi
kesehatan dan
pemberdayaan
masyarakat
1.
2.
3.
4.
5.
Strategi 2:
Peningkatan kualitas hidup masyarakat
melalui penerapan perilaku hidup bersih,
sehat dan pengembangan lingkungan sehat
Program
pengembanagan
lingkungan sehat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
3-35
Program/
Kegiatan Sektoral *
Lokasi Kumuh
(Kelurahan)
Skala Penanganan
(Kawasan/Lingkungan) **
Sumber dana
1
2
3
4
5
Dst.
Catatan
*)
- Overview yang dilak uk an mencak up program/k egiatan yang dilak sanak an oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan k eterlibatan swasta
- Overview Program/Kegiatan Sek tor Penanganan Permuk iman Kumuh meliputi Program/Kegiatan yang telah/sedang berjalan dan yang masih dalam tahap rencana
**)
3-36
Sk ala Penanganan yang dimak sud adalah menyesuaik an dengan fungsi dan pengelolaan infrastruk tur tersebut.
Tahun
Komponen
Infrastruktur
Gambar 3.10 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola Ruang
Catatan:
Proses superimpose k ondisi dan peta permuk iman k umuh ek sisting berlak u juga untuk rencana
sek toral
3-37
C.1
Penyiapan
kelembagaan
masyarakat pada
lokasi permukiman
kumuh
C.1
PENYIAPAN
KELEMBAGAAN
MASYARAKAT PADA
LOKASI PERMUKIMAN
KUMUH
C.2
KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)
TUJUAN
METODE
Sosialisasi, diskusi
LANGKAH
OUTPUT
PELAKSANA
UTAMA
Pokjanis kabupaten/kota
PELAKSANA
PENDUKUNG
DURASI
Tokoh/unsur masyarakat
2 (dua) minggu *
*) Terhitung sejak minggu k etiga bulan pertama atau sejak diselesaik annya
sub k egiatan penyiapan data profil permuk iman k umuh
3.2.2
TAHAP VERIFIKASI
STRATEGI
LOKASI
SERTA PERUMUSAN
KONSEP
DAN
Tahap verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi merupakan tahapan proses
pemutakhiran profil permukiman kumuh agar diperoleh data dan informasi permukiman kumuh
3-38
yang detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep serta strategi pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai dengan kebutuhan lokasi permukiman
kumuh.Tahapan ini terbagi menjadi beberapa rangkaian kegiatan diskusi, penyusunan, serta
penyepakatan terhadap proses rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh perkotaan. Lingkup kegiatan verifikasi serta perumusan konsep dan strategi ini meliputi
5 (lima) sub kegiatan proses penyusunan dan 4 (empat) sub kegiatan diskusi dan
penyepakatan, yaitu sebagai berikut.
Penyelenggaraan Kegiatan
RP2KPKP (pendekatan fasilitasi
Pemda)
A.3
A.4
B.5
B.6
B.7
B.8
B.9
C.2
C.3
Lingkup kegiatan verifikasi dan perumusan strategi skala kota ini dilakukan dalam jangka waktu
2 (dua) bulan terhitung sejak kegiatan persiapan selesai dilakukan.
3-39
TAHAPAN
WAKTU
BULAN 2
PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi
Pemda)
BULAN 3
A.4
FGD 2:
PENYEPAKATAN KONSEP,
STRATEGI, POLA
PENANGANAN SKALA KOTA,
DAN KAWASAN PRIORITAS
A.3
FGD 1:
PENYEPAKATAN PROFIL
PERMUKIMAN HASIL VERIFIKAS
B.10
B.5
PERUMUSAN KONSEP
DAN STRATEGI
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH
B.11
PENENTUAN
KAWASAN
PRIORITAS
PENANGANAN
PERMUKIMAN
KUMUH
B.9
B.6
PROSES PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan Membangun
Sistem)
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN
B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
PENDAMPINGAN &
PELIBATAN MASYARAKAT
(Pendekatan Peningkatan
Kapasitas)
C.2
KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)
3-40
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
LAPORAN
ANTARA
PELAPORAN
OUTPUT
C.3
Gambar 3.11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan Perumusan
Strategi
B.5
SURVEY DAN
PENGOLAHAN DATA
PERMUKIMAN KUMUH
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH
B.6
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN
C.2
KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)
TUJUAN
Hasil dari k egiatan survey dan pengolahan data k umuh ini ak an menjadi
basis informasi awal untuk verifik asi permuk iman k umuh yang telah
ditetapk an didalam SK Walik ota/Bupati.
METODA
3-41
LANGKAH
OUTPUT
DURASI
Diskusi
Mengidentifikasi
kota/perkotaan.
konstelasi
permukiman
kumuh
terhadap
kota/perkotaan
(karakteristik
ruang
untuk
sosial,
Dalam pengolahan data permuk iman k umuh, data baseline bisa dimanfaatk an sebagai
basis data permuk iman k umuh sebagai dasar verifik asi lok asi. B agi k abupaten/k ota yang
belum memilik i data baseline, mak a perlu dilak uk an identifik asi terhadap data rujuk an
permuk iman k umuh yang ada di Kabupaten/Kota serta melak uk an survey secara
menyeluruh di seluruh lok asi permuk iman k umuh untuk mendapatk an basis data
permuk iman k umuh.
3-42
Catatan :
Data numerik baseline yang ada di Kabupaten/kota pada umumnya masih berupa data profil
permukiman, sehingga parameter datanya perlu dikonversi menjadi data permasalahan
permukiman kumuh. Sebagai contoh data keteraturan bangunan hunian perlu dikonversi
menjadi data ketetidakaturan bangunan hunian pada lokasi permukiman. Sebagai ilustrasi, bisa
dilihat pada tabel berikut.
KRITERIA /
INDIKATOR
FISIK
Keteraturan
Bangunan Hunian
Kepadatan
Bangunan Hunian
Kelayakan
Bangunan Hunian
PARAMETER
NILAI
SATUAN
KRITERIA
Ketidakteraturan
Bangunan
1. KONDISI
BANGUNAN
GEDUNG
Tingkat Kepadatan
Bangunan
Ketidaksesuaian dengan
Persyaratan Teknis
Bangunan
PARAMETER
bangunan pada lokasi
tidak memiliki keteraturan
bangunan memiliki
kepadatan tidak sesuai
ketentuan
bangunan pada lokasi
tidak memenuhi
persyaratan teknis
NUMERIK
SATUAN
PROSEN
2723
Unit
90%
16
Ha
16%
628
Unit
21%
3-43
Propinsi
Luas kawasan
Hektar
Kab/Kota
Jumlah penduduk
Jiwa
Kecamatan
Jumlah KK
KK
Kelurahan
Jumlah bangunan
Unit
Kawasan
Koordinat
RT/RW
Unit
Batas-batas kawasan
Utara
Selatan
Timur
Barat
Ha
Ha
Legalitas Lokasi
Di atas air
Di tepi air
Di Dataran Rendah
Di perbukitan
Di daerah rawan bencana
B.
KARAKTERISTIK
Karakteristik kawasan
3-44
Permukiman Nelayan
Sekitar kawasan industri
Sekitar permukiman baru
C.
jelas
sebagian/seluruh
sesuai
tidak sesuai
D.
Memiliki IMB
Unit
Unit
Luas kawasan dengan kepadatan 250 unit/Ha (Untuk Kota Besar dan Metropolitan)
Unit
Unit
Luas kawasan dengan kepadatan 200 unit/Ha (Untuk Kota Sedang dan Kota kecil)
Unit
c.
Jumlah bangunan yang tidak memenuhi syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan,
kesehatan, kemudahan)
Kondisi jalan lingkungan
a.
Cakupan layanan jalan lingkungan
Luas area yang belum terlayani prasarana jalan lingkungan (jalan lingkungan atau gang dngan struktur
beton/paving/aspal)
b.
Kualitas jalan lingkungan
Total panjang jalan lingkungan yang sudah terstruktur (aspal/paving block/beton rabat)
Ha
meter
Panjang jalan dengan permukaan jalan rusak (yang sudah terstruktur aspal/paving block/beton)
meter
Jumlah penduduk yang tidak terakses air minum yang berkualitas (bersih, tidak berbau dan tercemar)
b.
Unit
jiwa
Jumlah penduduk yg belum terpenuhi kebutuhan air minum secara kuantitas (60 liter/hari)
jiwa
c.
d.
Ha
Ha
Panjang saluran drainase yang tidak terhubung dengan sistem drainase kota
Tidak terpeliharanya sistem drainase
Luas area yang sistem drainasenya tidak terpelihara baik melalui pemeliharaan rutin maupun berkala
Ha
Ha
3-45
panjang saluran drainase yang tidak dipelihara
Kualitas konstruksi sistem drainase
Luas area yang konstruksi prasarana drainasenya buruk, baik karena belum di-struktur atau karena mengalami
kerusakan berat struktur
luas area
b.
Prasarana dan sarana pengolaha air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
Luas area yang sistem air limbah tidak sesuai persyaratan teknis
Kondisi pengolahan persampahan
a.
Sarana dan prasarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis
Luas area yg tdk memiliki sarpras persampahan sesuai syarat teknis dengan pendekatan 3R (Reuse, Reduce,
Recyclcle )
(Bin sampah dg pemilahan, gerobak sampah, TPS 3R, TPST)
b.
Sistem pengolahan sampah tidak sesuai persyaratan teknis
Luas area dengan sistem pengolahan sampah yang tidak standar (pewadahan, pengumpulan, pengangkutan
dan pengolahan)
c.
Tidak-terpeliharanya sarana dan prasarana persampahan
Luas area yang sarana dan prasarana pengolahan sampahnya tidak terpelihara baik melalui pemeliharaan rutin
maupun berkala
Kondisi proteksi kebakaran
a.
Tidak tersedia sistem pengamanan secara aktif dan pasif
Luas area yang tidak memiliki sistem pengamanan secara aktif dan pasif
b.
tidak tersedia pasokan air untuk pemadaman yang memenuhi persyaratan teknis
panjang jalan
e.
E.
PERTIMBANGAN LAINNYA
1
Nilai strategis lokal
Ha
m
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
m
Kependudukan
tinggi
sedang
rendah
ya
tidak
H.
DATA
1
2
3
4
5
PENDUKUNG
Peta orientasi lokasi
Peta delineasi kawasan
SHP koordinat data kawasan
Foto situasi kawasan
Foto nol pembangunan infastruktur
3-46
Tabel 3.7 Contoh data profil permukiman yang menampilkan data numerik dan persentase
No
A
1
KRITERIA /
INDIKATOR
FISIK
Keteraturan
Bangunan
Hunian
Kepadatan
Bangunan
Hunian
PARAMETER
Jumlah Keteraturan Bangunan Hunian
Persentase Keteraturan Bangunan Hunian
NILAI
SATUAN
304
10%
persentase
90,80
3.027
33
Ha
Unit
Unit/Ha
2539
84%
persentase
2.399
79%
persentase
22.875
12.815
meter
meter
10.300
meter
45%
persentase
7.900
meter
8.505
meter
37%
84,67
persentase
ha
93%
persentase
14.855
meter
7.421
meter
50%
persentase
457
16%
persentase
2.479
86%
persentase
2.670
93%
persentase
2.565
89%
persentase
3-47
No
9
B
3-48
KRITERIA /
INDIKATOR
Pengelolaan
Persampahan
Pengam anan
Bahaya
Kebakaran
NON FISIK
PARAMETER
NILAI
SATUAN
persentase
unit rumah tangga
persentase
0%
persentase
2.007
66%
2.284
75%
persentase
78
jiw a/Ha
11.933
153,81
2
0
0
395
70
2.152
235
1.034
1.553
211
26
26
63
349
2.431
0
0
0
2.739
0
0
18
89
jiw a
Ha
rumah tangga
rumah tangga
rumah tangga
rumah tangga
Tabel 3.8 Contoh Rekapitulasi Hasil Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh
Informasi Lokasi
Nam a Lua
Kw s
s Koordinat RT/RW Kel.
(Ha)
Gayam 39
Kondisi
Kec.
Aspek
Jm l
Sat
Unit
90%
Ha
16%
Unit
21%
meter 55%
meter 63%
Jiw a 84%
Jiw a 14%
meter 7%
Ha
57%
meter 57%
meter 85%
meter 78%
meter 65%
Ha
7%
Ha
11%
Ha
51%
Ha
51%
3-49
Informasi Lokasi
Nam a Lua
Kw s
s Koordinat RT/RW
Kel.
(Ha)
Kondisi
Kec.
Aspek
Jm l
Sat
3-50
80%
100%
100%
3-51
3-52
3-53
3-54
C.2
KOORDINASI DAN
SINKRONISASI DATA
KUMUH
Merupakan
kegiatan
diskusi
dalam
rangka
mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil
permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survey
sekunder maupun primer serta hasil pengolahan data
permukiman yang diperoleh dari data baseline maupun data
statistik lainnya yang menjadi rujukan data permukiman
kumuh.
B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH
B.6
C.2
KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)
TUJUAN
METODA
LANGKAH
OUTPUT
DURASI
Diskusi
Mengidentifikasi
unsur-unsur
terkait
dalam
proses
identifikasi
permukiman kumuh di Kabupaten/Kota, baik di tingkat Pemerintah Kota,
Korkot/Askot P2KKP, Masyarakat/BKM, akademisi.
Melakukan koordinasi dan sinkronisasi data permukiman kumuh, baik itu
data hasil olahan maupun data hasil survey
Hasil sinkronisasi data permukiman kumuh
Basis data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi
permukiman kumuh
1 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua
3-55
B.6
VERIFIKASI LOKASI
DAN PEMUTAKHIRAN
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Merupakan
bagian
dari
proses
pemutakhiran
profil
permukiman kumuh untuk memperoleh data dan informasi
permukiman kumuh terkini secara detail, akurat, dan terukur
sebagai dasar perumusan konsep dan strategi pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang
sesuai dengan kebutuhan penanganan.
B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH
B.6
VERIFIKASI LOKASI
DAN PEMUTAKHIRAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN
C.2
KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)
TUJUAN
METODA
LANGKAH
3-56
OUTPUT
DURASI
Pemutakhiran profil kumuh kota/perkotaan dilakukan untuk menyusun profil permukiman kumuh
pada kawasan perkotaan dalam bentuk :
Pemutakhiran hasil verifikasi kebutuhan data dan peta yang perlu dilengkapi dalam
penyusunan Profil Permukiman Kumuh.
Pemutakhiran data dan peta hasil kegiatan survey terhadap SK Penetapan lokasi
permukiman kumuh (contoh : adanya perubahan luasan, perubahan unit lingkungan RT,
ataupun redeliniasi kawasan).
Kelengkapan peta yang dibutuhkan dalam penyusunan peta profil sebagai berikut:
NO
SKALA
3-57
NO
SKALA
1 : 25.000
1 : 25.000
1 : 25.000
1 : 25.000
1 : 25.000
1 : 5.000
1 : 5.000
Catatan :
Beberapa k emungk inan hasil verifik asi lok asi diantaranya (1) luas permuk iman k umuh
bertambah/berk urang; (2) letak administrasi/lok asi RT/RW dan batas -batas k awasan
(deliniasi k awasan) berubah.
Apabila dari hasil verifik asi ada k etidak sesuaian dengan SK penetapan lok asi permuk iman
k umuh yang telah terbit, mak a perlu disepak ati ditingk at Kabupaten/Kota, data permuk iman
yang disepak ati untuk didayagunak an. Dari hasil k esepak atan ini, Pemerintah
Kabupaten/Kota wajib menerbitk an SK revisi penetapan lok asi permuk iman k umuh yang
dilengk api dengan profil permuk iman k umuh.
Adapun penambahan/pengurangan luasan permuk iman k umuh hasil verifik asi ini selanjutnya
ak an dijadik an dasar bagi target penanganan jangk a menengah berik utnya.
Tahap verifikasi permukiman kumuh pada prinsipnya merupakan proses konfirmasi terhadap
data yang diperoleh dari hasil komparasi data hasil survey dan pengolahan data permukiman
kumuh dengan data/profil permukiman kumuh berdasarkan SK penetapan lokasi permukiman
kumuh, sehingga dapat dipastikan akurasi informasi yang dicantumkan ataupun melengkapi
data dan informasi lain yang belum ada tetapi diperlukan terkait pemutakhiran dan pendetailan
profil permukiman kumuh. Secara skematis, kedudukan verifikasi permukiman kumuh, bisa
dilihat pada gambar berikut.
3-58
PENILAIAN
TERHADAP 7 ASPEK
DAN KRITERIA
KEKUMUHAN
DAFTAR PERMUKIMAN
KUMUH HASIL
SURVEY DAN
PENGOLAHAN DATA
KUMUH
COMPARE
DAFTAR
PERMUKIMAN
KUMUH DI
BERDASARKAN SK
PEMBENTUKAN
KAWASAN
PENDETAILAN PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Catatan:
Dalam proses verifikasi lokasi, tidak menutup kemungkinan ada proses pembentukan
kawasan (penggabungan spot-spot permukiman kumuh kedalam satu hamparan deliniasi
kawasan/clustering), dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Proses penggabungan kawasan, bisa dilihat pada contoh ilustrasi peta di halaman
berikutnya.
3-59
3-60
:
:
Kategori Kumuh
Ringan
Sedang
Berat
Kawasan Prioritas
Ya
Tidak
Peta 1 : 5000
Profil Permukiman
(shp)
Kumuh
Ada
Tidak Sudah
Belum
Keterangan
1
2
3
4
5
dst.
TOTAL
*) Keterangan lokasi mohon dijelaskan hingga RT dan RW
3-61
3-62
3-63
3-64
3-65
3-66
Gambar 3.13 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Bangunan
Gedung/Hunian
Gambar 3.14 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Jalan
Lingkungan
3-67
Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Drainase
Lingkungan
3-68
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN
KRITERIA, INDIKATOR
DAN PARAMETER
KEKUMUHAN
B.6
VERIFIKASI LOKASI
DAN PEMUTAKHIRAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN
Kriteria, Indikator dan
Parameter
Kekumuhan
TUJUAN
METODA
LANGKAH
3-69
Daftar kawasan permukiman kumuh prioritas.
OUTPUT
DURASI
Tahap ini akan menjadi saringan awal penilaian lokasi permukiman kumuh berdasarkan
kompleksitas permasalahan yang ada di lokasi permukiman kumuh yang telah teridentifikasi
pada tahap sebelumnya.
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi terhadap aspek:
1.
Kondisi Kekumuhan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas klasifikasi:
2.
3.
Hasil identifik asi terhadap k omplek sitas permasalahan pada tahap ini ak an menjadi rujuk an
dalam menetapk an k olaborasi pola penanganan dan k ontribusi program penanganan
permuk iman k umuh melalui k olaborasi multisek tor dan multiak tor diseluruh tahapan
pembangunan yang k emudian ak an menghasilk an rek omendasi pembagian pola
penanganan permuk iman k umuh, baik itu pola penanganan melalui RP2KPKP, P2KKP,
NUSP, ataupun penanganan melalui program-program regular di tingk at Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam upaya pencegahan dan peningk atan k ualitas permuk iman k umuh
perk otaan.
3-70
Tabel 3.10
No
ASPEK
KRITERIA
.
A. Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1.
KONDISI
Ketidakteraturan
BANGUNAN
Bangunan
GEDUNG
Tingkat
Kepadatan
Bangunan
Ketidaksesuaian
dengan
Persyaratan
Teknis Bangunan
INDIKATOR
Tidak memenuhi
ketentuan tata
bangunan dalam RDTR,
meliputi pengaturan
bentuk, besaran,
perletakan, dan
tampilan bangunan
pada suatu zona;
dan/atau
Tidak memenuhi
ketentuan tata
bangunan dan tata
kualitas lingkungan
dalam RTBL, meliputi
pengaturan blok
lingkungan, kapling,
bangunan, ketinggian
dan elevasi lantai,
konsep identitas
lingkungan, konsep
orientasi lingkungan,
dan w ajah jalan.
KDB melebihi ketentuan
RDTR, dan/atau RTBL;
KLB melebihi ketentuan
dalam RDTR, dan/atau
RTBL; dan/atau
Kepadatan bangunan
yang tinggi pada lokasi,
yaitu:
untuk kota metropolitan
dan kota besar>250
unit/Ha
untuk kota sedang dan
kota kecil >200 unit/Ha
PARAMETER
NIL
AI
76% - 100%
bangunan pada
lokasi tidak memiliki
keteraturan
51% - 75%
bangunan pada
lokasi tidak memiliki
keteraturan
25% - 50%
bangunan pada
lokasi tidak memiliki
keteraturan
76% - 100%
bangunan memiliki
lepadatan tidak
sesuai ketentuan
51% - 75%
bangunan memiliki
lepadatan tidak
sesuai ketentuan
25% - 50%
bangunan memiliki
lepadatan tidak
sesuai ketentuan
76% - 100%
bangunan pada
lokasi tidak
memenuhi
persyaratan teknis
51% - 75%
bangunan pada
lokasi tidak
memenuhi
persyaratan teknis
25% - 50%
bangunan pada
lokasi tidak
memenuhi
persyaratan teknis
SUMBER
DATA
Dokumen
RDTR &
RTBL,
Format
Isian,
Observasi
Dokumen
RDTR &
RTBL,
Dokumen
IMB,
Format
Isian, Peta
Lokasi
Waw ancar
a, Format
Isian,
Dokumen
IMB,
Observasi
3-71
No
.
2.
ASPEK
KONDISI
JALAN
LINGKUNGAN
KRITERIA
Cakupan
Playanan Jalan
Lingkungan
Kualitas
Permukaan Jalan
Lingkungan
3.
KONDISI
PENYEDIAAN
AIR MINUM
Ketidaktersediaan
Akses Aman Air
Minum
Ketidakterhubung
an dengan Sistem
Drainase
Perkotaan
4.
3-72
KONDISI
DRAINASE
LINGKUNGAN
Ketidakmamp
uan
mengalirkan
Limpasan Air
INDIKATOR
Sebagian lokasi
perumahan atau
permukiman tidak
terlayani dengan jalan
lingkungan yang
sesuai dengan ketentuan
teknis
Jaringan drainase
lingkungan tidak mampu
mengalirkan limpasan air
sehingga menimbulkan
genangan dengan tinggi
lebih dari 30 cm selama
lebih dari 2 jam dan terjadi
lebih dari 2 kali setahun
PARAMETER
76% - 100% area
tidak terlayani oleh
jaringan jalan
lingkungan
51% - 75% area
tidak terlayani oleh
jaringan jalan
lingkungan
25% - 50% area
tidak terlayani oleh
jaringan jalan
lingkungan
76% - 100% area
memiliki kualitas
permukaan jalan
yang buruk
51% - 75% area
memiliki kualitas
permukaan jalan
yang buruk
25% - 50% area
memiliki kualitas
permukaan jalan
yang buruk
76% - 100% populasi
tidak dapat
mengakses air
minum yang aman
51% - 75% populasi
tidak dapat
mengakses air
minum yang aman
25% - 50% populasi
tidak dapat
mengakses air
minum yang aman
76% - 100% populasi
tidak terpenuhi
kebutuhan air
minum minimalnya
51% - 75% populasi
tidak terpenuhi
kebutuhan air minum
minimalnya
25% - 50% populasi
tidak terpenuhi
kebutuhan air minum
minimalnya
76% - 100% area
terjadi
genangan>30cm, > 2
jam
dan > 2 x setahun
51% - 75% area
terjadi
genangan>30cm, > 2
jam dan > 2 x
setahun
NIL
AI
5
SUMBER
DATA
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
Lokasi,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
Lokasi,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian,
Observasi
No
.
ASPEK
KRITERIA
INDIKATOR
PARAMETER
25% - 50% area
terjadi
genangan>30cm, > 2
jam
dan > 2 x setahun
Ketidaktersediaan
Drainase
Ketidakterhubunga
n dengan Sistem
Drainase
Perkotaan
Tidak
Terpeliharanya
Drainasee
Kualitas
Konstruksi
Drainase
KONDISI
PENGELOLAA
N AIR LIMBAH
Sistem
Pengelolaan
Air
Limbah
Tidak
Sesuai
Standar
Teknis
Saluran drainase
lingkungan tidak
terhubung dengan
saluran pada hirarki di
atasnya sehingga
menyebabkan air tidak
dapat mengalir dan
menimbulkan genangan
Tidak
dilaksanakannyapemeliha
raan saluran
drainase lingkungan pada
lokasi perumahan atau
permukiman,baik:
1. pemeliharaan rutin;
dan/atau
2. pemeliharaan
berkala
Kualitas konstruksi
drainase buruk, karena
berupa galian tanah tanpa
material pelapis atau
penutup maupun karena
telah terjadi kerusakan
NIL
AI
1
SUMBER
DATA
3
1
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi
Waancara,
Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi
3-73
No
.
ASPEK
KRITERIA
Prasarana dan
Sarana
Pengelolaan Air
Limbah Tidak
Sesuai dengan
Persyaratan
Teknis
6.
KONDISI
PENGELOLAA
N
PERSAMPAHA
N
Prasarana dan
Sarana
Persampahan
Tidak Sesuai
dengan
Persyaratan
Teknis
Sistem
Pengelolaan
Persampahan
yang Tidak Sesuai
Standar Teknis
Tidak
terpeliharanya
3-74
INDIKATOR
PARAMETER
NIL
AI
SUMBER
DATA
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi
Waw ancar
a, Format
No
.
7.
ASPEK
KONDISI
PROTEKSI
KEBAKARAN
KRITERIA
INDIKATOR
PARAMETER
Sarana
dan
Prasarana
Pengelolaan
Persampahan
prasarana pengelolaan
persampahan pada lokasi
perumahan atau
permukiman, baik:
1. pemeliharaan rutin;
dan/atau
2. pemeliharaan
berkala
persampahan yang
tidak terpelihara
51% - 75% area
memiliki sarpras
persampahan yang
tidak terpelihara
25% - 50% area
memiliki sarpras
persampahan yang
tidak terpelihara
76% - 100% area
tidak memiliki
prasarana proteksi
kebakaran
51% - 75% area
tidak memiliki
prasarana proteksi
kebakaran
25% - 50% area
tidak memiliki
prasarana proteksi
kebakaran
76% - 100% area
tidak memiliki sarana
proteksi kebakaran
51% - 75% area
tidak memiliki sarana
proteksi kebakaran
25% - 50% area
tidak memiliki sarana
proteksi kebakaran
KONDISI
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketidaktersedi
aan
Sarana
Proteksi
Kebakaran
Tidak
tersedianya
prasarana
proteksi
kebakaran
pada lokasi, yaitu:
pasokan air;
jalan lingkungan;
sarana komunikasi;
data sistem proteksi
kebakaran
lingkungan;dan
bangunan pos
kebakaran
Tidak tersedianya sarana
proteksi kebakaran pada
lokasi, yaitu:
1. Alat Pemadam Api
Ringan (APAR);
2. mobil pompa;
3. mobil tangga sesuai
kebutuhan; dan
4. peralatan pendukung
lainnya
Kejelasan terhadap status
penguasaan lahan
berupa:
kepemilikan sendiri,
dengan bukti dokumen
sertifikat hak atas tanah
atau bentuk dokumen
keterangan status tanah
lainnya yang sah; atau
kepemilikan pihak lain
(termasuk milik
adat/ulayat), dengan
bukti izin pemanfaatan
tanah dari pemegang
hak atas tanah atau
pemilik tanah dalam
bentuk perjanjian tertulis
antara pemegang hak
atas tanah atau pemilik
tanah
Keseluruhan lokasi
memiliki kejelasan
status penguasaan
lahan, baik milik
sendiri atau milik
pihak lain
Sebagian atau
keseluruhan lokasi
tidak memiliki
kejelasan status
penguasaan lahan,
baik milik sendiri
atau milik pihak lain
Keseluruhan lokasi
berada pada zona
peruntukan
perumahan/permuki
man sesuai RTR
Sebagian atau
keseluruhan
lokasiberada bukan
pada zona
peruntukan
perumahan/permuki
man sesuai RTR
NIL
AI
SUMBER
DATA
Isian, Peta
RIS,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi
5
3
Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi
(+)
(-)
Waw ancar
a, Format
Isian,
Dokumen
Pertanaha
n,
Observasi
(+)
(-)
Waw ancar
a, Format
Isian,
RTRW,
RDTR,
Observasi
3-75
No
ASPEK
KRITERIA
.
C. IDENTIFIKASI PERTIMBANGAN LAIN
1.
PERTIMBANG
Nilai Strategis
AN LAIN
Lokasi
Kependudukan
Kondisi Sosial,
Ekonomi, dan
Budaya
INDIKATOR
PARAMETER
NIL
AI
Pertimbangan
letak
lokasi
perumahan
atau
permukiman
pada:
1. fungsi strategis
kabupaten/kota; atau
2. bukan fungsi
strategis kabupaten/kota
Pertimbangan kepadatan
penduduk pada lokasi
perumahan
atau
permukiman
dengan
klasifikasi:
rendah yaitu kepadatan
penduduk di baw ah 150
jiw a/ha;
sedang yaitu
kepadatan penduduk
antara 151 200
jiw a/ha;
tinggi yaitu kepadatan
penduduk antara 201
400 jiw a/ha;
sangat padat yaitu
kepadatan penduduk di
atas 400 jiw a/ha;
Untuk Metropolitan&
Kota Besar
Kepadatan
Penduduk pada
Lokasi sebesar
>400
Jiw a/Ha
Untuk Kota Sedang
& Kota Kecil
Kepadatan
Penduduk pada
Lokasi sebesar
>200 Jiw a/Ha
Kepadatan
Penduduk pada
Lokasi sebesar
151 - 200
Jiw a/Ha
Kepadatan
Penduduk pada
Lokasi sebesar
<150
Jiw a/Ha
Lokasi memiliki
potensi sosial,
ekonomi dan
budaya untuk
dikembangkan
atau dipelihara
Lokasi tidak
memiliki potensi
sosial, ekonomi
dan budaya
tinggi untuk
dikembangkan
atau dipelihara
Pertimbangan
potensi
yang
dimiliki
lokasi
perumahan
atau
permukiman berupa:
potensi sosial yaitu
tingkat partisipasi
masyarakat dalam
mendukung
pembangunan;
potensi ekonomi yaitu
adanya kegiatan
ekonomi tertentu yang
bersifat strategis bagi
masyarakat setempat;
potensi budaya yaitu
adanya kegiatan atau
w arisan budaya
tertentu yang dimiliki
masyarakat setempat
SUMBER
DATA
Waw ancar
a, Format
Isian,
RTRW,
RDTR,
Observasi
Waw ancar
a, Format
Isian,
Statistik,
Observasi
1
Waw ancar
a, Format
Isian,
Observasi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
3-76
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut di atas,
selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam
berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.11
KETERANG
AN
NILAI
A
1
A
2
A
3
A
4
A
5
C
3
C
4
C
5
C
6
Kondisi Kekumuhan
71
Kumuh
X
X
X
X
X
X
95
Berat
45
Kumuh
X
X
X
X
X
X
70
Sedang
19
Kumuh
X
X
X
X
X
X
44
Ringan
Legalitas Lahan
Status
(+)
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Lahan Legal
Status
(-)
Lahan Tidak
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Legal
Pertimbangan Lain
Pertimbanga
79
X
X
X
X
X
X
n Lain Tinggi
Pertimbanga
46
n Lain
X
X
X
X
X
X
Sedang
Pertimbanga
13
n Lain
X
X
X
X
X
X
Rendah
SKALA PRIORITAS
1
1
4
4
7
7
2
2
5
5
8
8
3
3
6
6
9
9
PENANGANAN
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
2.
3.
b.
c.
b.
c.
3-77
b.
A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan
legal;
2.
A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan tidak
legal;
3.
A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
legal;
4.
A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
tidak legal;
5.
A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
legal;
6.
A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
tidak legal;
7.
B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan
legal;
8.
B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan
tidak legal;
9.
B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
legal;
10. B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
tidak legal;
11. B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
legal;
12. B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
tidak legal;
13. C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan
legal;
14. C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan
tidak legal;
15. C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
legal;
16. C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
tidak legal;
17. C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
legal;
18. C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
tidak legal.
3-78
Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala prioritas penanganan,
sebagai berikut:
3-79
3-80
Tabel 3.12
Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan
Dst.
Berbas Tengah
Bontang Baru
Teluk Kadere
Pulau
Selangan
Pagung
Loktuan
Pulau Gusung
Kondisi Bangunan
Gedung
Kondisi Jalan
Lingkungan
(b) Kualitas Permukaan Jalan
Lingkungan
4
4
5
6
7
5
3
5
3
5
3
5
3
1
5
1
5
5
3
3
1
1
5
1
5
15
B.
Nyerakat Kiri
NILAI
Tanjung Laut
Indah
Gunung Elai 1
A.
KRITERIA
Belimbing
ASPEK
Berbas Pantai
NO
Bontang Kuala
17
21
25
25
23
11
19
17
13
15
13
13
8 Pertimbangan Lain
(b) Kependudukan
5
1
5
3
5
3
10
9. Legalitas Lahan
(+ )
(-)
-1
-1
-1,00
-1,00
-1
-1
-1
-1,00
-1,00
-1
-1
-1
Tabel 3.13
-1,00
1,00
-1,00
1,00
1,00
-1,00
-1,00
1,00
1,00
Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, Dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh
3-81
LEGAL
TIDAK
LEGAL
(19-44)
(11-15)
(6-10)
(1-5)
Nilai (+ )
Nilai (-)
1 Bontang Kuala
67
2 Berbas Pantai
87
3 Belimbing
79
4 Gunung Elai 1
5 Tanjung Laut Indah
6 Nyerakat Kiri
51
7 Pulau Gusung
59
8 Loktuan
57
9 Pagung
59
10 Pulau Selangan
57
11 Teluk Kadere
53
12 Bontang Baru
50
13 Berbas Tengah
61
14 Baltim
Sempadan Sungai
15
Bontang
16 Gunung Sari
35
44
41
17 Guntung
37
18 Gunung Elai
41
19 Satimpo
37
20 Tanjung Laut 1
43
21 Tanjung Laut
43
22 Kanaan
31
23 Telihan
29
24 Kanaan 1
27
3-82
RENDAH
(45-70)
JUMLAH NILAI
ASPEK
PERTIMBANGAN
LAIN
LEGALITAS LAHAN
SEDANG
(71-95)
PERTIMBANGAN LAIN
TINGGI
KUMUH
RINGAN
KAWASAN
KUMUH
SEDANG
NO
KUMUH
BERAT
TINGKAT KEKUMUHAN
JUMLAH NILAI
PENILAIAN
KRITERIA DAN
INDIKATOR
KEKUMUHAN
13
13
81
11
89
13
13
KLASIFIKASI
SKALA PRIORITAS
B2
Prioritas 2
A2
Prioritas 1
A4
Prioritas 4
A2
Prioritas 1
A2
Prioritas 1
B5
Prioritas 8
B6
Prioritas 9
B5
Prioritas 8
B5
Prioritas 8
B6
Prioritas 8
B5
Prioritas 8
B5
Prioritas 8
B1
Prioritas 2
C5
Prioritas 9
C4
Prioritas 6
C5
Prioritas 9
C5
Prioritas 9
C6
Prioritas 9
x
x
x
x
x
x
C5
Prioritas 9
C6
Prioritas 9
C6
Prioritas 9
C5
Prioritas 9
C5
Prioritas 9
C5
Prioritas 9
Gambar 3.17 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan Hasil
Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan
3-83
A.3. FGD 1 :
Merupak an
k egiatan
disk usi,
k onsolidasi
data, dan
penyepak atan profil permuk iman k umuh berdasark an hasil
pemutak hiran data dan verifik asi yang telah dilak uk an.
PENYEPAKATAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH HASIL
VERIFIKASI
A.3
FGD 1:
PENYEPAKATAN PROFIL
PERMUKIMAN KUMUH HASIL
VERIFIKASI
B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH
B.6
VERIFIKASI LOKASI
DAN PEMUTAKHIRAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN
KRITERIA, INDIKATOR
DAN PARAMETER
KEKUMUHAN
TUJUAN
PENYELENGGARA
Pokjanis
PESERTA DAN
PENDUKUNG
Pendukung meliputi:
3-84
DURASI
METODE
TEMPAT
PELAKSANAAN
OUTPUT
B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN
KUMUH
B.9
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN
B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
C.3
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
3-85
TUJUAN
METODA
LANGKAH
OUTPUT
DURASI
3-86
B.9
PERUMUSAN KEBUTUHAN
PENCEGAHAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN
B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
C.3
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
TUJUAN
Untuk
memperoleh daftar kebutuhan penanganan dalam konteks
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh baik itu pada
skala kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu,
potensi, permasalahan, dan hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh
pada tahapan sebelumnya.
Kebutuhan penanganan pada skala kota/perkotaan dirumuskan berdasarkan
kondisi faktual dan isu strategis serta kebijakan penanganan permukiman
kumuh hasil overview yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya.
Kebutuhan penanganan pada skala kawasan dirumuskan berdasarkan profil
dan permasalahan permukiman kumuh yang telah dimutakhirkan dan
diverifikasi sesuai dengan 7 (tujuh) indikator kekumuhan.
METODE
LANGKAH
3-87
DURASI
Tabel 3.14
No
1
Lokasi
Kawasan
Permukiman
di bantaran
sungai
Cimanuk
Tabel 3.15
3-88
Kebijakan
Penanganan
Permukiman Kumuh
Hasil Overview
Pengendalian
pembangunan
permukiman pada
kawasan yang tidak
sesuai peruntukannya
Membatasi
perkembangan
permukiman di wilayah
limitasi
Penataan kawasan
permukiman perkotaan
..
Kebutuhan Penanganan
Pencegahan
Penegakan
aturan
perijinan
Peningkatan
Pemukiman
kembali
Pengaturan
Pemanfaatan
Lahan dan
Pengendalian
Ruang di
Kawasan
Lindung
Pengembalian
fungsi kawasan
sesuai dengan
peruntukannya
Pembinaan
masyarakat
dalam
pengelolaan
dan
pemeliharaan
lingkungan
permukiman
Penyusunan
norma,
standar,
pedoman,
dan kriteria
(NSPK)
Rumah
Sederhana
Sehat
Fasilitasi
pembangunan
infrastruktur
dasar
pemukiman
berbasis
masyarakat
..
KAWASAN
KUMUH
Kawasan
Kumuh A
PERMASALAHAN
Sebanyak 2.723
unit bangunan
hunian tidak
memiliki
keteraturan dan
lingkungan
permukiman
didominasi oleh
bangunan yang
berada di atas
sempadan pantai
16 Ha bangunan di
dalam kawasan
memiliki kepadatan
tidak sesuai
ketentuan
Sebanyak 628 Unit
bangunan berada
pada lokasi tidak
memenuhi
persyaratan teknis
Jalan Lingkungan
KEBUTUHAN PENANGANAN
PENCEGAHAN
PENINGKATAN
Sosialisasi dan
Perubahan fungsi
edukasi
dan massa
mengenai aturan bangunan
dan ketentuan
teknis kawasan
sempadan pantai
Meningkatkan
Pemukiman
peran serta
kembali
antara
bangunan yang
pemerintah
berada di atas
dengan pihak
sempadan pantai
lain dalam
pengawasan dan
pengendalian
pembangunan
permukiman
Sosialisasi dan
Pengendalian
edukasi aturan
dan pembatasan
bangunan dan
perkembangan
lingkungan
permukiman
Sosialisasi,
edukasi, dan
promosi rumah
dan lingkungan
sehat
-
Rehabilitasi
bangunan
gedung sesuai
dengan standar
lingkungan rumah
sehat
Pembangunan
jalan baru
Peningkatan
kualitas jaringan
jalan
Air Minum
Drainase Lingkungan
Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan Persampahan
Sistem Proteksi Kebakaran
Kawasan
Kumuh B
Dst.
3-89
A.4
FGD 2:
PENYEPAKATAN KONSEP,
STRATEGI, POLA
KOLABORASI PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
B.10
PERUMUSAN KONSEP
DAN STRATEGI
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
B.9
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
TUJUAN
METODE
Analisis kebijakan,
Discussion (FGD)
LANGKAH
3-90
Analisis
OUTPUT
DURASI
Strategi skala kota/perkotaan diperlukan dalam hal menangani kondisi -kondisi permukiman
yang tidak sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang. Rumusan strategi diarahkan untuk
mengembalikan fungsi ruang sesuai dengan peruntukannya.
Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman diwujudkan
melalui penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata ruang, SPM, aturan dan
standar teknis lainnya yang terkait dengan bidang Cipta Karya.
Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman diwujudkan
melalui pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai
dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana (relokasi/resettlement).
Strategi skala kawasan diperlukan dalam hal menangani kondisi permukiman kumuh sesuai
dengan profil yang telah dimutakhirkan dan terverifikasi serta teridentifikasi kebutuhan
penanganannya.
Secara skematis, perumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningk atan kualitas
permukiman kumuh perkotaan, bisa dilhat pada bagan berikut ini.
3-91
PENCEGAHAN
PENINGKATAN
KUALITAS
KONDISI KEKUMUHAN
KONSEP/POLA
PENANGANAN
Permukiman kumuh
baru
PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
PEMUGARAN
Penyiapan lahan
Rehabilitasi/perbaikan bangunan hunian
Rehabilitasi/perbaikan infrastruktur permukiman
Rehabilitasi/perbaikan proteksi kebakaran
PEMUKIMAN KEMBALI
Penyiapan lahan
Pembangunan kembali bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran
PEREMAJAAN
Penyiapan lahan
Peningkatan kapasitas bangunan hunian
Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman
Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran
PEMUKIMAN KEMBALI
Penyiapan lahan
Pembangunan kembali bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran
PEREMAJAAN
Penyiapan lahan
Peningkatan kapasitas bangunan hunian
Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman
Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran
PEMUKIMAN KEMBALI
Penyiapan lahan
Pembangunan kembali bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran
Ringan
Legal
Ringan
Tidak legal
Sedang
Legal
Sedang
Tidak legal
Berat
Legal
Berat
Tidak legal
RUMUSAN STRATEGI
Gambar 3.18 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2016
3-92
Tabel 3.16
Kebutuhan Penanganan
Pencegahan
Peningkatan
Penegakan aturan perijinan
Pemukiman kembali
Konsep Penanganan
Pencegahan
Peningkatan
Pengaw asan dan pengendalian Pemukiman kembali
Pengaturan Pemanfaatan
Lahan dan Pengendalian
Ruang di Kaw asan Lindung
Peremajaan
Pemugaran
Strategi Penanganan
Pencegahan
Peningkatan
Meningkatkan sistem
Menyiapkan lahan bagi
regulasi terhadap kesesuaian masyarakat yang terkena
perizinan, kesesuaian tata
dampak penataan kaw asan
ruang, SPM, aturan dan
standar teknis
Menggalakkan program
Mengembalikan fungsi kaw asan
pencegahan melalui kegiatan sesuai dengan peruntukannya
sosialisasi, public campaign,
penyuluhan.
Pendampingan dan
Meningkatkan layanan
pelayanan informasi
infrastruktur dasarpermukiman
sesuai dengan SPM
Monitoring dan evaluasi
terhadap hasil-hasil
pembangunan
4 .
5 .
Tabel 3.17
Contoh Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Skala Kawasan
Aspek
Bangunan Gedung
Kaw asan Tanjung Laut
Indah
Perm asalahan
Konsep Penanganan
Pencegahan
Strategi
Peningkatan
Pencegahan
Pemukiman Kembali
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan
Melakukan relokasi secara bertahap dan
terbatas pada unit lingkungan permukiman
yang dikategorikan kumuh berat dan
cenderung merusak keseimbangan
ekosistem pantai
Rehabilitasi bangunan gedung agar fungsi
dan massa bangunan kembali seusai
kondisi saat aw al dibangun
Jalan Lingkungan
Air Minum
Drainase Lingkungan
Air Limbah
Persampahan
Sistem proteksi kebakaran
Kaw asan Berbas Pantai
Dst.
3-93
3-94
Gambar 3.19 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala
Kota/Perkotaan
Gambar 3.20 Contoh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan
3-95
FGD 2 : PENYEPAKATAN
KONSEP, STRATEGI, DAN POLA
KOLABORASI PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
Untuk
memperoleh
k esepak atan
dari
semua
stak eholder/ pemangk u k epentingan mengenai k onsep
dan strategi pencegahan dan peningk atan k ualitas
permuk iman k umuh sk ala k ota serta penyepak atan
pola k olaborasi penanganan permuk iman k umuh
A.4
FGD 2:
PENYEPAKATAN KONSEP,
STRATEGI, POLA
KOLABORASI PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
B.10
PERUMUSAN KONSEP
DAN STRATEGI
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
B.9
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
TUJUAN
PENYELENGGARA
Pokjanis
PESERTA DAN
PENDUKUNG
Peserta :
Pendukung meliputi:
3-96
DURASI
METODE
TEMPAT
PELAKSANAAN
OUTPUT
C.3
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT
DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN
B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
C.3
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
3-97
TUJUAN
METODA
LANGKAH
OUTPUT
DURASI
3-98
Diskusi
Melakukan koordinasi peran serta masyarakat terhadap kontribusi
penanganan permukiman kumuh
Matriks peran serta masyarakat terhadap kontribusi penanganan
permukiman kumuh
Matriks sinkronisasi data primer/sekunder terkait peran serta masyarakat:
Data permasalahan kekumuhan
Data identifikasi legalitas lahan
Data demografi
Data karakteristik masyarakat lokal
1 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua
3.2.3
Tahap perumusan rencana penanganan ini merupakan kegiatan untuk merumuskan skenario
dan konsep desain kawasan permukiman kumuh, merumuskan rencana aksi penanganan,
memorandum keterpaduan program skala kota dan kawasan berdasarkan pada hasil
perumusan kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Rangkaian
kegiatan yang berada dalam lingkup perumusan rencana penanganan ini akan menjadi bahan
utama untuk melakukan pendetailan pada kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh
yang dipilih untuk pengembangan tahap 1.
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua bulan. Pada tahapan ini terdapat beberapa kegiatan
yang bersamaan dengan kegiatan dalam Tahap Penyusunan Desain Teknis.
A.5
C.4
Lingkup kegiatan perumusan rencana penanganan ini akan diselesaikan pada 2 (dua) bulan
yaitu bulan ke-4 dan ke-5 pada pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, dan dimulai
sejak kegiatan dalam tahap survey identifikasi dan kajian. Secara diagramatis, rangkaian
kegiatan pada lingkup kegiatan perumusan rencana penanganan dapat dilihat pada Gambar 316.
3-99
TAHAPAN
WAKTU
BULAN 4
PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi
Pemda)
BULAN 5
A.5
FGD 3:
PENYEPAKATAN RENC ANA AK SI,
PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil
RKM)
B.11
PERU MUSAN SK ENARIO
PENANGANAN & DESAIN
KAWASAN PERMUKIMAN
KUMUH
B.12
PERU MUSAN RENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN
B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS
PENANGANAN
PERMUK IMAN KUMUH
PROSES
PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan
Membangun Sistem)
PENDAMPINGAN &
PELIBATAN
MASYARAKAT
(Pendekatan Peningkatan
Kapasitas)
C.4
PERENCAN AAN PARTISIP ATIF DI K AWASAN PRIORITAS:
Pelaks an aan Rencana Kerja Masyarakat
Penyepakatan KOMPONEN DED
LAPORAN
DRAFT AKHIR
PELAPORAN
OUTPUT
Gambar 3.21 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana Penanganan
3-100
B.11
Perumusan
Skenario
Penanganan dan
Konsep Desain
Kawasan
B.10
PERUMUSANKONSEP DAN
STRATEGI PENCEGAHAN &
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMANKUMUH
B.9
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMANKUMUH
TUJUAN
METODE
LANGKAH
B.11
PERUMUSANSKENARIO
PENANGANAN & KONSEP
DESAIN KAWASAN
B.12
PERUMUSANRENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN
B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH
3-101
OUTPUT
DURASI
2 (dua) minggu *
*)Terhitung sejak minggu pertama sampai minggu k edua bulan k eempat
atau sejak diselesaik annya sub k egiatan perumusan k onsep dan strategi
pencegahan dan peningk atan k ualitas permuk iman k umuh
Catatan:
Pengertian konsep desain kawasan dalam konteks RP2KPKP adalah persepektif suasana
didukung skenario tematis pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman sesuai
dengan kebutuhan penanganan kawasan.
3-102
Tabel 3.18
KONDISI KEKUMUHAN
KONSEP/POLA
PENANGANAN
2018
2019
PENCEGAHAN
Permukiman
kumuh baru
PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
sosialisasi, public
campaign, penyuluhan
SKEMA PROGRAM
Melalui P2KKP
NUSP-SIAP
SISHA
CSR
APBD Kota
Program reguler
lainnya
Melalui P2KKP
NUSP-SIAP
SISHA
CSR
APBD Kota/Provinsi
Program reguler
lainnya
Multi stakeholder
Multi program
Multi penanganan
APBN
APBD
Pendampingan dan
pelayanan informasi
PENINGKATAN
KUALITAS
KAWASAN A
Ringan
Legal
. Ha
PEMUGARAN
Rehabilitasi/perbaikan
bangunan hunian
Rehabilitasi/perbaikan infrastruktur permukiman
Perbaikan proteksi
kebakaran
KAWASAN B
Ringan
Tidak legal
. Ha
KAWASAN C
Sedang
Legal
. Ha
KAWASAN D
Sedang
Tidak legal
. Ha
KAWASAN E
Berat
Legal
. Ha
KAWASAN F
Berat
Tidak legal
. Ha
PEMUKIMAN KEMBALI
Pembangunan kembali
bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran
PEREMAJAAN
Peningkatan kapasitas
bangunan hunian
Peningkatan kapasitas
infrastruktur permukiman
Peningkatan kapasitas
proteksi kebakaran
PEMUKIMAN KEMBALI
Pembangunan kembali
bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran
Penyiapan lahan dan hunian
sementara
PEREMAJAAN
Peningkatan kapasitas
bangunan hunian
Peningkatan kapasitas
infrastruktur permukiman
Peningkatan kapasitas
proteksi kebakaran
PEMUKIMAN KEMBALI
Pembangunan kembali
bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran
TOTAL KEBUTUHAN
KEBUTUHAN INVESTASI KEBUTUHAN INVESTASI
INVESTASI DALAM
DALAM PENANGANAN
DALAM PENANGANAN
PENANGANAN KUMUH
KUMUH (Rp .)
KUMUH (Rp .)
(Rp .)
PENGURANGAN LUAS
PERMUKIMAN KUMUH
(...Ha)
PENGURANGAN LUAS
PERMUKIMAN KUMUH
(...Ha)
PENGURANGAN LUAS
PERMUKIMAN KUMUH
HINGGA (0 Ha)
3-103
3-104
3-105
3-106
3-107
B.12
Perumusan
Rencana Aksi dan
Memorandum
Keterpaduan
Program Skala
Kota dan Kawasan
B.12
PERUMUSANRENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN
B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH
C.4
PERENCANAANPARTISIPATIFDI KAWASANPRIORITAS:
Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
Penyepakatan KOMPONENDED
TUJUAN
METODE
LANGKAH
3-108
program
OUTPUT
DURASI
3 (tiga) minggu *
*)Terhitung sejak minggu k etiga bulan k eempat sampai minggu pertama
bulan k elima atau sejak diselesaik annya sub k egiatan perumusan sk enario
penanganan dan k onsep desain k awasan
3-109
Gambar 3.26 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Bangunan Permukiman Kumuh
Gambar 3.27 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Jalan Lingkungan
3-110
Tabel 3.19 Contoh Tabel Rencana Aksi Program Kawasan Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh
Provinsi
Kabupaten/Kota
NO
1
:
:
NAMA KAWASAN
PRIORITAS 1
Kawasan
Gayam
RT
RW
Kelurahan
Kecamatan
Titik
Koordinat
6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13
Gayam
Tanjung Redeb
117 30' 18.226"
E
2 9' 16.625" N
LUAS
(Ha)
SATUAN VOLUME
HARGA SATUAN
(Rp)
38.78
Bangunan Gedung
Sosialisasi Program
Pengadaan Lahan
Pembangunan Rumah Swadaya
Pembangunan Rusunawa
Bantuan Stimulan Bahan Bangunan
...
55,738,464,000
LS
m2
Unit
Unit
Unit
...
1
87,609
101
375,000
206,189,000
206
10,000,000
32,853,375,000
20,825,089,000
2,060,000,000
-
Jalan Lingkungan
4,650,161,800
Sosialisasi Program
LS
1
Pengadaan Lahan
m2
Peningkatan kapasitas jalan lingkungan
m
574
2,767,700
1,588,659,800
Peningkatan struktur jalan lingkungan
m
1,438
2,129,000
3,061,502,000
...
...
Air Minum
281,250,000
Sosialisasi Program
LS
1
Pengadaan Lahan
m2
Sambungan Rumah
unit
225
1,250,000
281,250,000
Pembangunan IPA
unit
Pembangunan Reservoir
unit
Pembangunan Hydran Umum
unit
Penyediaan Terminal Air (mobil tangki/tangki air)
unit
- ...
...
Drainase Lingkungan
12,082,131,000
Sosialisasi Program
LS
1
Pembangunan Pintu Air
m2
1
2,500,000,000
2,500,000,000
Perbaikan Saluran Drainase
m
3,079
3,042,000
9,366,318,000
Pembangunan Baru Saluran Drainase
m
Pembangunan Gorong-gorong
m
Pembangunan Turap
m
Bantuan Stimulan Tandon Air (detensi air hujan)
unit
169
1,277,000
215,813,000
Air Limbah
721,000,000
Sosialisasi Program
LS
Pembangunan Pintu Air
m2
Pembangunan IPAL Komunal
unit
Perbaikan IPAL Komunal
unit
Pembangunan MCK Komunal
unit
Perbaikan MCK Komunal
unit
Penyediaan Truk tinja atau motor tinja
unit
1
326,000,000
326,000,000
Bantuan Stimulan Jambanisasi (On-Site/Bio Filter); Penanganan BABS
unit
158
2,500,000
395,000,000
Persampahan
457,000,000
Sosialisasi Program
LS
1
Pengadaan Lahan
m2
Penyediaan Bak/Kontainer Sampah
unit
214
500,000
107,000,000
Penyediaan Gerobak/Motor Sampah/Mobil Bak Sampah/Perahu Sampah/Dump
unit Truck/Armroll
1
Truck/Compactor
100,000,000 Truck/Trailer Truck
100,000,000
Pembangunan TPST
unit
1
250,000,000
250,000,000
Pembangunan TPS 3R
unit
...
...
Pengamanan Kebakaran
19,500,000
Sosialisasi Program
LS
1
Pengadaan Lahan
m2
Rehabilitasi Hidran Pemadam Kebakaran
unit
3
2,500,000
7,500,000
Bantuan Stimulan Pompa Portabel Pemadam Kebakaran
unit
1
12,000,000
12,000,000
...
...
Ruang Terbuka
108,994,407
Sosialisasi Program
LS
Pengadaan Lahan
m2
Pembangunan Penerangan Jalan Umum Lingkungan (PJU)
unit
Penyediaan RTH
m2
15,571
7,000
108,994,407
...
...
-
2016
1,982,125,000
1,030,000,000
TAHUN PENANGANAN
2017
2018
40,202,151,840
28,635,729,960
33,883,375,000
20,825,089,000
2019
1,127,144,000
2020
2,500,000,000
RENCANA
LELANG 2016
473,375,000
32,853,375,000
20,825,089,000
1,030,000,000
1,030,000,000
473,375,000
3,064,724,940
1,112,061,860
473,375,000
473,375,000
476,597,940
2,588,127,000
1,112,061,860
-
473,375,000
281,250,000
2,917,801,900
6,664,329,100
2,500,000,000
2,809,895,400
6,556,422,600
2,500,000,000
-
197,500,000
107,906,500
197,500,000
107,906,500
-
326,000,000
197,500,000
-
197,500,000
126,750,000
26,750,000
326,000,000
303,500,000
26,750,000
100,000,000
-
26,750,000
-
53,500,000
250,000,000
12,000,000
7,500,000
12,000,000
7,500,000
-
497,644,000
497,644,000
281,250,000
3-111
Tabel 3.20
No.
PROGRAM
PENCEGAHAN
1 Pengawasan pemanfaatan ruang
KEGIATAN
Lokasi
Volume
Satuan
kawasan D
kawasan G
Ls
kawasan A
73
unit
APBN
Rupiah
PHLN
DAK
APBD PROV
APBD Kota
BUMD
KPS/SWASTA
MASYARAKAT
LAINNYA
PENANGGUNGJAWAB
100
2 dst
PENINGKATAN KUALITAS
I BANGUNAN HUNIAN
1
II
JALAN LINGKUNGAN
kawasan B
800
meter
kawasan C
600
meter
600
400
1100
1200
Direktorat Penyediaan
Perumahan
1,000
700
1200
600
1200
VI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Catatan:
Rencana aksi program penanganan permukiman kumuh seperti pada contoh ilustrasi diatas dilakukan pada seluruh permukiman kumuh di perk otaan yang telah terverifikasi.
3-112
Direktorat Pengembangan
Kawasan Permukiman, Dinas
PU Kota
B.13
Penentuan
Kawasan Prioritas
Penanganan
Permukiman
Kumuh
B.11
PERUMUSAN SKENARIO
PENANGANAN & DESAIN
KAWASAN PERMUKIMAN
KUMUH
B.12
PERUMUSANRENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN
B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH
C.4
PERENCANAANPARTISIPATIFDI KAWASANPRIORITAS:
Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
Penyepakatan KOMPONENDED
TUJUAN
METODE
LANGKAH
OUTPUT
3-113
PELAKSANA
DURASI
BKM/KSM
Tokoh masyarakat
2.
3.
4.
5.
Catatan:
Pembangunan tahap pertama dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu:
-
3-114
A.5
FGD 3
A.5
FGD 3:
PENYEPAKATAN RENCANAAKSI,
PROGRAM DAN KEGIATAN (hasil
RKM)
B.12
PERUMUSAN RENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN
TUJUAN
Menyepakati rumusan rencana aksi penanganan, programprogram dan kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh
Menyepakati kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh
yang dipilih untuk pembangunan tahap 1
PENYELENGGARA
Pokjanis
PESERTA DAN
PENDUKUNG
Pendukung meliputi:
DURASI
3-115
METODE
Diskusi
TEMPAT
PELAKSANAAN
OUTPUT
C.4
Perencanaan
partisipatif di
kawasan prioritas
B.12
PERUMUSANRENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN
B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH
C.4
PERENCANAANPARTISIPATIFDI KAWASANPRIORITAS:
Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
Penyepakatan KOMPONENDED
TUJUAN
3-116
METODE
LANGKAH
d)
PELAKSANA
3-117
DURASI
3-118
3.2.4
Kegiatan penyusunan desain teknis adalah penerjemahan dari rencana penanganan kawasan
permukiman prioritas yang telah disusun pada tahap sebelumnya ke dalam bentuk
rancangan/desain teknis untuk diimplementasikan pada tahun pertama. Dengan kata lain,
rancangan/desain teknis dalam rangka pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh di kawasan prioritas ini disusun berdasarkan rencana penanganan (konsep, strategi,
dan program) yang telah disusun dan disepakati sebelumnya. Dalam lingkup kegiatan
penyusunan desain teknis ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi dalam 2 (dua) lingkup
sebagai berikut:
A.6
Pembahasan Pleno
A.7
Konsultasi Publik
Lingkup kegiatan penyusunan desain teknis ini akan diselesaikan pada 2 (dua) bulan terakhir
pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, dan dimulai sejak kegiatan dalam tahap
perumusan rencana penanganan masih berlangsung. Secara diagramatis, rangkaian kegiat an
pada lingkup kegiatan penyusunan desain teknis dapat dilihat pada Gambar 3-18.
3-119
TAHAPAN
WAKTU
PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi
Pemda)
BULAN 6
A.6
A.7
PEMBAHASAN
PLENO
KONSULTASI
PUBLIK *
B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO
B.17
PROSES PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan Membangun
Sistem)
PENYUSUNAN
DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0%
Kumuh
Rencana Teknis
Pembangunan
tahap 1
Memorandum
Program
DED Komponen
Prioritas
B.14
PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
Daftar rencana
komponen
Pengukuran lapangan
Visualisasi pendukung
perancangan
B.18
FINALISASI &
LEGALISASI HASIL
(PERWAL/PERBUP)
B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBARKERJA, RAB, RKS)
LAPORAN
DRAFT AKHIR
PELAPORAN
OUTPUT
Gambar 3.28 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Penyusunan Desain Teknis
3-120
LAPORAN
AKHIR
B.14
Penyusunan desain
teknis
B.14
PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
Daftar rencana
komponen
Pengukuran lapangan
Visualisasi pendukung
perancangan
B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBARKERJA, RAB, RKS)
TUJUAN
3-121
METODE
LANGKAH
OUTPUT
3-122
4 (empat) minggu *
*) Terhitung sejak minggu k e-1 bulan k e-5 atau sejak diselesaik annya sub
k egiatan penentuan k awasan prioritas penanganan
Survei detail permukiman kumuh prioritas dilakukan setelah ditetapkannya kawasan prioritas
pada tahapan sebelumnya. Survei ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai
permasalahan kondisi fisik dan non fisik melalui pengamatan secara langsung di kawasan
kumuh prioritas. Pengenalan akan lapangan ini penting dilaksanakan agar mampu menyusun
konsep penanganan yang sesuai dengan kebutuhan kawasan kumuh prioritas.
Data yang didapatkan pada survei kawasan kumuh prioritas ini berupa data primer dan data
sekunder (by name by address), diantaranya adalah:
a.
b.
Lingkup Lingkungan
c.
Data Nonfisik:
Data
Data
Data
Data
Data
kependudukan
potensi ekonomi eksisting kawasan
potensi pengembangan kawasan
kebiasaan dan adat istiadat di kawasan
identifikasi legalitas lahan dan bangunan hunian
3-123
Tabel 3.1
No.
RW. 01
Pemasangan Box Cuvert 200 x 200 Kali Badek Gg. 8 RW.
01
5
6
7
Koordinat Kegiatan
Desimal
Derajat
-8.000959,
112.629219
-8.001166,
112.630024
-8.001452,
112.630665
-8.001762,
112.631073
-8.003769,
112.630384
-8.003343,
112.629358
-8.005136,
112.629657
-8.007396,
112.626472
-8.006230,
112.628126
800'03.5"S
11237'45.2"E
800'04.2"S
11237'48.1"E
800'05.2"S
11237'50.4"E
800'06.3"S
11237'51.9"E
800'13.6"S
11237'49.4"E
800'12.0"S
11237'45.7"E
800'18.5"S
11237'46.8"E
800'26.6"S
11237'35.3"E
800'22.4"S
11237'41.2"E
-7.999213,
112.629139
-7.999015,
112.629116
-7.999584,
112.628670
-7.999551,
112.628418
-8.000240,
112.626679
-7.999601,
112.628384
-7.998488,
112.629020
759'57.2"S
11237'44.9"E
759'56.5"S
11237'44.8"E
759'58.5"S
11237'43.2"E
759'58.4"S
11237'42.3"E
800'00.9"S
11237'36.0"E
759'58.6"S
11237'42.2"E
759'54.6"S
11237'44.5"E
...
...
RW. 02
10
11
12
13
14
15
16
...
...
RW ...
...
*) Daftar komponen terseb ut disepakati seb elum dilakukan pendetailan dan perhitungan dengan
mempertimbangkan kemungkinanpelaksanaan di lapangan dan dampak penurunan tingkat
kekumuhan dari rencana pembangunan komponen diatas.
3-124
3-125
3-126
Gambar 3.31 Contoh siteplan kawasan skala 1:1000 (disertai dokumentasi kondisi eksisting)
3-127
Gambar 3.32 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After) Penanganan
3-128
3-129
B.15
Penyusunan
Detailed
Engineering Design
(Gambar kerja,
RAB, RKS)
A.6
PEMBAHASAN
PLENO
B.14
PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
Daftar rencana
komponen
Pengukuran lapangan
B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO
Visualisasi pendukung
perancangan
B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBARKERJA, RAB, RKS)
TUJUAN
METODE
LANGKAH
3-130
OUTPUT
DURASI
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 Tentang Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum, atau
Standar Teknis Penyusunan Analisa Biaya Komponen DED Standar teknis bidang antara lain:
SNI Tahun 2007 tentang Analisa Harga Satuan Pekerjaan,
Pada kondisi komponen yang dibuat belum terdapat standar analisa satuan pekerjaan maka
dapat digunakan metoda Analisa BOW.
3-131
3-132
3-133
No
:
:
:
:
Nama Pekerjaan
I
1
2
3
4
5
6
Vol
DIGESTER
Pekerjaan Tanah
Pengukuran dan Bouwplank
Galian Tanah
Timbunan Tanah Kembali
Pemadatan tanah setiap 20 cm
Buangan tanah sisa galian
Pasir Urug, t = 5 cm
18,00
41,04
12,31
12,31
28,73
0,89
Satuan
m
m3
m3
m3
m3
m3
Harga Satuan
37.000,00
45.900,00
10.400,00
22.900,00
13.700,00
124.500,00
SUB TOTAL.I
II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
2
3
4
666.000,00
1.883.632,73
128.037,78
281.929,34
393.552,02
110.929,50
3.464.081,37
0,89
2,67
2,53
0,07
24,00
2,16
35,95
1,44
37,39
37,39
24,00
m3
m3
m3
m3
m2
m3
m2
m2
m2
m2
m
697.600,00
2.946.100,00
4.245.000,00
4.245.000,00
119.200,00
615.300,00
190.300,00
91.000,00
36.400,00
19.200,00
292.300,00
SUB TOTAL.II
III
Jumlah
Harga
621.561,60
7.874.925,30
10.745.188,09
312.007,50
2.860.800,00
1.329.048,00
6.841.285,00
131.040,00
1.360.996,00
717.888,00
7.015.200,00
39.809.939,49
12,00
2,00
3,00
2,00
SUB TOTAL.III
JUMLAH
m1
bh
m1
bh
127.800,00
24.000,00
185.200,00
26.000,00
1.533.600,00
48.000,00
555.600,00
52.000,00
2.189.200,00
45.463.220,86
A.6
3-134
Pembahasan Pleno
A.5
FGD 3:
PENYEPAKATAN RENCANA AKSI,
PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil
RKM)
A.6
A.7
PEMBAHASAN
PLENO
KONSULTASI
PUBLIK *
B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO
B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBARKERJA, RAB, RKS)
TUJUAN
METODE
LANGKAH
DURASI
1-2 hari *
*) Minggu k e-4 pada bulan k e-5 (Jadwal dan lok asi penyelenggaraan
ditentuk an oleh pihak Direk torat PKP, Ditjen Ck , Kementerian PUPR)
Secara proses, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh kota/kabupaten
penyusun telah melaksanakan kegiatan FGD 3 serta perencanaan partisipatif di kawasan
3-135
permukiman prioritas (pelaksanaan rencana kerja masyarakat). Secara substansi, pada saat
pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh kota/kabupaten penyusun telah memiliki
output akhir hingga tahap DED komponen pembangunan tahap 1 yang disertai dengan
visualisasi pendukung perancangan (dokumentasi drone, ilustrasi before-after, dan animasi
3D).
Dalam konteks administrasi, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh
kota/kabupaten penyusun telah melaksanakan pembahasan laporan akhir sementara di tingkat
provinsi.
B.16
Penyempurnaan
hasil Pleno
A.6
PEMBAHASAN
PLENO
B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO
B.17
PENYUSUNAN DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0% Kumuh
Rencana Teknis Pembangunan tahap 1
Memorandum Program
DEDKomponen Prioritas
B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)
TUJUAN
METODE
Desk study
LANGKAH
3-136
DURASI
A.7
Diseminasi dan
Publikasi
A.6
A.7
PEMBAHASAN
PLENO
DISEMINASI &
PUBLIKASI
B.17
PENYUSUNAN
DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0%
Kumuh
Rencana Teknis
Pembangunan
tahap 1
Memorandum
Program
DEDKomponen
Prioritas
TUJUAN
METODE
LANGKAH
3-137
OUTPUT
DURASI
B.17
Penyempurnaan
Dokumen
RP2KPKP
A.7
KONSULTASI
PUBLIK *
B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO
B.17
Penyempurnaan DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0% Kumuh
Rencana Teknis Pembangunan tahap 1
Memorandum Program
DED Komponen Prioritas
B.18
FINALISASI &
LEGALISASI HASIL
(PERWAL/PERBUP)
TUJUAN
METODE
LANGKAH
3-138
OUTPUT
DURASI
2 (dua) minggu *
*) terhitung sejak minggu k e-2 bulan k e-6 atau sejak diselesaik annya sub
k egiatan penyempurnaan hasil pleno
B.18
Finalisasi dan
legalisasi hasil
3-139
B.17
PENYUSUNAN DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0% Kumuh
Rencana Teknis Pembangunan
tahap 1
Memorandum Program
DEDKomponen Prioritas
B.18
FINALISASI & LEGALISASI HASIL
(PERWAL/PERBUP)
TUJUAN
METODE
LANGKAH
OUTPUT
DURASI
3-140
3.3
Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan RP2KPKP meliputi 4 (empat) dokumen,
yaitu:
1.
2.
3.
4.
MUATAN
PENYAJIAN
3-141
yang representatif
2.
MUATAN
Notulensi
dari
tiap
penyelenggaraan
penyepakatan dan sosialisasi;
Absensi dan daftar hadir
penyepakatan dan sosialisasi;
tiap
kegiatan-kegiatan
penyelenggaraan
kegiatan
3.
dengan
sebagai
MUATAN
PENYAJIAN
3-142
4.
ini
dilengkapi
dengan
daftar
isi
yang
Dokumen/Album Peta
MUATAN
PENYAJIAN
kota/kabupaten/kawasan
yang
berorientasi
utara-selatan
3-143
3-144
ini
dilengkapi
dengan
daftar
isi
yang
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud, tujuan dan sasaran
3. Ruang lingkup
II.
L-1
III.
IV.
V.
VI.
L-3
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud, tujuan dan sasaran
3. Ruang lingkup
II.
III.
3. Profil kawasan permukiman kumuh kota hasil verifikasi (dilengkapi peta masingmasing kawasan)
L-4
IV.
2. Perumusan
kebutuhan
permukiman kumuh
penanganan
berdasarkan
isu
dan
permasalahan
V.
KONSEP
DAN
STRATEGI
PERMUKIMAN KUMUH
PENCEGAHAN
DAN
PENINGKATAN
KUALITAS
Pada bagian ini akan menjelaskan alur dan arah penyusunan RP2KPKP sebagai suatu
strategi pencapaian pada akhirnya berupa Kota bebas kumuh.
VI.
L-5
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud, tujuan dan sasaran
3. Ruang lingkup
II.
III.
3. Profil kawasan permukiman kumuh kota hasil verifikasi (dilengkapi peta masingmasing kawasan)
L-6
IV.
2. Perumusan
kebutuhan
permukiman kumuh
penanganan
berdasarkan
isu
dan
permasalahan
V.
KONSEP
DAN
STRATEGI
PERMUKIMAN KUMUH
PENCEGAHAN
DAN
PENINGKATAN
KUALITAS
Pada bagian ini akan menjelaskan alur dan arah penyusunan RP2KPKP sebagai suatu
strategi pencapaian pada akhirnya berupa Kota bebas kumuh.
VI.
3. Program
dan kegiatan
permukiman kumuh
penanganan
kumuh
terkait
peningkatan
kualitas
L-7
VII.
3. indikasi program dan kegiatan penanganan tahun 2017 dan indikasi penyusunan
ded kawasan prioritas tahun 2017
VIII.
L-8
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud, tujuan dan sasaran
3. Ruang lingkup
II.
III.
2. Profil kawasan permukiman kumuh kota hasil verifikasi (dilengkapi peta masingmasing kawasan) dan gambaran kelembagaan lokal (BKM/KSM)
L-9
dan
skala
prioritas
penanganan
4. Perumusan
kebutuhan
permukiman kumuh
penanganan
berdasarkan
isu
dan
permasalahan
IV.
KONSEP
DAN
STRATEGI
PERMUKIMAN KUMUH
PENCEGAHAN
DAN
PENINGKATAN
KUALITAS
Pada bagian ini akan menjelaskan alur dan arah penyusunan RP2KPKP sebagai suatu
strategi pencapaian pada akhirnya berupa Kota bebas kumuh.
V.
5. Indikasi program dan kegiatan penanganan tahun 2017 dan indikasi penyusunan
ded kawasan prioritas tahun 2017
L-10
VI.
2.
Berita acara setiap kesepakatan dan persetujuan hasil analisa teknis kajian
3.
Dokumentasi potensi dan permasalahan kumuh (kondisi eksisting) dalam bentuk foto,
video dan tangkapan drone/film/foto udara
4.
B. DOKUMEN DED
1.
DED, RAB dan RKS (dilengkapi dengan analisa biaya dan harga satuan)
Maksud Pekerjaan
1.2.2
Tujuan Pekerjaan
1.2.3
Sasaran Pekerjaan
L-11
II.
1.3.1
1.3.2
2.2.2
2.2.3
LAMPIRAN
a.
Kurva S
b.
Foto-foto
c.
Rincian kegiatan harian per tenaga ahli (ditandatangani oleh tenaga ahli tersebut dan
direktur)
d.
L-12
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan Kegiatan Diskusi
1.2 Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Kegiatan Diskusi
1.2.1
Pra FGD
1.2.2
FGD
Pra FGD
1.3.2
FGD
II.
1.7.1
Pra FGD
1.7.2
FGD
LAMPIRAN
A. Risalah Kegiatan Diskusi
B. Berita acara kegiatan diskusi
C. Dokumentasi Kegiatan Diskusi
D. Daftar Hadir Kegiatan Diskusi
E. Materi Presentasi
L-13
Pekerjaan
Perihal
Pada hari ini, .., tanggal .. bulan . tahun dua ribu enam belas (--2016) pukul
:.... bertempat di , Kota/kabupaten, telah dilaksanakan FGD I
RP2KPKP Kota/Kabupaten, mengenai penyepakatan profil permukiman kumuh
hasil verifikasi, yang dihadadiri oleh Satuan Kerja Pengembangan Permukiman dan Provinsi
.., Pokjanis Kota/Kabupaten, Dinas/Instansi terkait, Konsultan
Pelaksana Kegiatan serta unsur lainnya sebagaimana terlampir dalam absensi pelaksanaan
kegiatan. Adapun beberapa hal yang dihasilkan dalam FGD I ini antara lain:
..
.....
Demikian Berita Acara FGD I Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota/Kabupaten..ini dibuat dan
ditanda tangani oleh Ketua Tim Konsultan Pelaksana Kegiatan, Kepala Satuan Kerja
Pengembangan Permukiman dan Perbatasan Provinsi. dan perwakilan dari
Pokjanis Kota/Kabupaten...
Kota/Kabupaten, . 2016
Nama
Tim Teknis Provinsi
(Kepala Satker)
Pokjanis (Ketua)
Pokjanis (anggota)
TAP
L-14
Jabatan
Tanda Tangan