Anda di halaman 1dari 224

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan
rahmat
dan hidayah-Nya
sehingga
penyusunan Buku Panduan Pelaksanaan Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat berjalan lancar
dengan tepat waktu.
Pengembangan kawasan permukiman di perkotaan
memiliki fungsi yang strategis dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi kota. Kontribusi permukiman
perkotaan melalui pemenuhan kebutuhan permukiman
yang layak, secara langsung akan memberikan kontribusi
dalam peningkatan produktivitas masyarakat sehingga
mendorong pembangunan nasional yang mampu berday a
saing.

Upaya perwujudan permukiman yang layak huni sejalan dengan upaya mewujudkan peningkatan
dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Perwujudan permukiman perkotaan yang layak huni dimulai dengan penanganan permukiman
kumuh perkotaan yang komprehensif dan kolaboratif. Keterpaduan antar berbagai aspek
permukiman sangat diperlukan untuk menjamin penanganan secara tuntas yang terintegras i
dengan pengembangan skala kota. Sistem yang terintegrasi ini perlu didukung oleh semua
pelaku pembangunan secara kolaboratif. Tanggung jawab pengembangan perkotaan harus
ditopang oleh kerjasama yang solid dari pemangku kepentingan sesuai dengan peran masingmasing. Penanganan permukiman kumuh perkotaan merupakan upaya bersama dalam
kesetaraan pelaku pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi kota yang
berkesinambungan.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Penyelenggaraan
permukiman
kumuh perkotaan
memerlukan
perencanaan
yang
berkesinambungan dan terstruktur sebagai acuan pelaksanaan pembangunan untuk
mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Pemerintah kab/kota sebagai nahkoda harus
didorong untuk memiliki dokumen perencanaan sebagai dasar pengembangan kawasan
permukiman sehingga penyelenggaraan pembangunan permukiman kumuh perkotaan berada
pada arah yang tepat menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Produk dari
dokumen perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan diharapkan memiliki kualitas
yang bermutu tinggi, baik dari segi konsep, strategi, kegiatan, sampai dengan konsep desain dan
desain teknis kawasan. Selain itu, aspek non-fisik diharapkan juga menjadi perhatian dalam
perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung aspek fisik yang
dibangun.
Melalui buku ini, diharapkan proses penyusunan dokumen perencanaan yang berupa Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat
dilaksanakan dengan baik untuk mendukung penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan
menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

Jakarta, April 2016

Ir. Rina Farida


Ir. Rina Farida, MT
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

ii

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

APAR

: Alat Pemadam Api Ringan

ASKOT

: Assisten Kota Program Pemberdayaan Masyarakat

BKM

: Badan Keswadayaan Masyarakat

CAP

: Community Action Plan

DED

: Detail Engineering Design

FGD

: Focus Group Discussion

IPAL

: Instalasi Pengelolaan Air Limbah

IPAS

: Instalasi Pengelolaan Akhir Sampah

IPLT

: Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu

Korkot

: Koordinator Kota Fasilitator P2KKP

KOTAKU

: Kota Tanpa Kumuh

KSM

: Kelompok Swadaya Masyarakat

KSN

: Kawasan Strategis Nasional

KSP

: Kawasan Strategis Provinsi

KSK

: Kawasan Strategis Kota/Kabupaten

NUAP

: Neighborhood Upgrading Action Plan

NUSP

: Neighborhood Upgrading Shelter Project

MBR

: Masyarakat Berpenghasilan Rendah

P2KKP

: Program Peningkatan Kualitas Kumuh Perkotaan

Pokjanis

: Kelompok Kerja Teknis

RAB

: Rencana Anggaran Biaya

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

iii

RDTR

: Rencana Detail Tata Ruang

RKM

: Rencana Kerja Masyarakat

RKP

: Rencana Kawasan Permukiman

RP2KPKP

: Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

RP2KP

: Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman

RP3KP

: Rencana Pembangunan
Permukiman

RPI2JM

: Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

RPJMN

: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJMD

: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJP

: Rencana Pembangunan Jangka Panjang

RPKPP

: Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas

RTRW

: Rencana Tata Ruang Wilayah

SDGs

: Sustainable Development Goals

SIAP

: Slum Improvement Action Plan

SKS

: Survey Kampung Sendiri

SPAM

: Sistem Pengelolaan Air Minum

SPM

: Standar Pelayanan Minimal

SPMK

: Surat Perintah Mulai Kerja

SPPIP

: Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

TAP

: Tenaga Ahli Pendamping

TPS

: Tempat Pengolahan Sampah

TPS 3R

: Tempat Pengolahan Sampah 3R

TPST

: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

iv

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

dan

Pengembangan

Perumahan

dan

Kawasan

KATA P ENGANTAR .............................................................................................................i


DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... v
DATAR TABEL.................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................ix

BAB 1 P ENDAHULUAN ................................................................................................. 1-1


1.1 LATA R BELAKANG.................................................................................................... 1-1
1.2 MAKSUD, TUJUAN, DA N SASARAN .......................................................................... 1-3
1.2.1 MAKSUD.......................................................................................................... 1-3
1.2.2 TUJUA N........................................................................................................... 1-3
1.2.3 SASARAN ........................................................................................................ 1-3
1.3 MANFAA T PANDUA N ................................................................................................ 1-4
1.4 SIS TEMA TIKA PANDUAN .......................................................................................... 1-4

BAB 2 P EMAHAMAN DAS AR RP2KP KP ....................................................................... 2-1


2.1 LANDASAN HUKUM .................................................................................................. 2-1
2.1.1 AMANAT UNDANG-UNDA NG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMA N................................................................................ 2-1
2.1.2 AMANAT UNDANG-UNDA NG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN
DAERA H .......................................................................................................... 2-4

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2.1.3 AMANA T RPJMN 2015-2019 ............................................................................. 2-6


2.1.4 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS
TE RHA DAP PERUMAHA N KUMUH DAN PERMUK IMAN KUMUH .................... 2-10
2.1.5 PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
PEKERJAAN UMUM DAN PE NA TAAN RUA NG ............................................... 2-26
2.2 PERMASALAHA N DA N KEBUTUHA N PENANGANA N PERMUKIMA N KUMUH .......... 2-29
2.3 PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN
MELALUI RP 2KPKP ................................................................................................. 2-31
2.3.1 PEMAHAMAN DASA R RP2KPKP .................................................................... 2-31
2.3.1 MUATAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DALAM KONTEKS
RP2KPKP ....................................................................................................... 2-32
2.3.2 PENDEKA TAN RP2KPKP ............................................................................... 2-34
2.3.3 KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN
KABUPATE N/KOTA ........................................................................................ 2-36
2.3.4 PENDEKATAN RP2KPKP DALAM SKEMA PROGRAM PENANGANAN
PERMUK IMAN K UMUH .................................................................................. 2-41
2.3.5 PERAN PEMANGK U KEPENTINGAN DALAM RP 2KPKP ................................. 2-42
2.3.6 LEGALISASI RP 2KPKP................................................................................... 2-46

BAB 3 KEGIATAN PENYUS UNAN RP2KPKP ................................................................. 3-1


3.1 RUA NG LINGK UP KEGIA TA N RP2KPKP .................................................................... 3-1
3.1.1 LINGK UP KEGIA TA N PENYUS UNAN RP 2KPKP ............................................... 3-1
3.1.2 LINGK UP WILAYAH PENY US UNA N RP2KPKP ................................................. 3-4
3.1.3 KEDALAMAN S UBSTA NS I RP2KPKP ............................................................... 3-9
3.2 PROSES DAN P ROSE DUR PELAKSANAAN KEGIA TA N RP2KPKP .......................... 3-12
3.2.1 TA HAP PERSIAPA N ....................................................................................... 3-15
3.2.2 TA HAP VERIFIKAS I LOKASI SE RTA PERUMUSA N KONSEP DA N S TRA TEGI 3-39
3.2.3 TA HAP PERUMUSAN RENCANA PENA NGA NAN ........................................... 3-99
3.2.4 TA HAP PENYUS UNA N DESA IN TEKNIS ....................................................... 3-119
3.3 KELUARA N YANG DIHAS ILKAN............................................................................... 3-14

vi

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 2.1

Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh........ 2-6

Tabel 2.2

Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh .................................. 2-25

Tabel 2.3

Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub
bidang Keciptakaryaan ............................................................................... 2-27

Tabel 2.4

Muatan P encegahan terjadinya Permukiman Kumuh .................................... 2-32

Tabel 2.5

Muatan P eningkatan Kualitas Permukiman Kumuh ....................................... 2-33

Tabel 2.6

Peran dan Bentuk Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan


RP2KPKP .................................................................................................. 2-43

Tabel 3.1

Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan


RP2KPKP .................................................................................................... 3-1

Tabel 3.2

Cont oh Form Survey ................................................................................. 3-23

Tabel 3.3

Cont oh Form Data Umum Permukiman Kumuh ............................................ 3-25

Tabel 3.4

Tabel Overview Kebijakan Pembangunan Daerah ....................................... 3-33

Tabel 3.5

Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh .......... 3-36

Tabel 3.6

Cont oh Form isian Data Profil Permukiman Kumuh ...................................... 3-44

Tabel 3.7

Contoh data profil permukiman yang menampilkan data numerik dan


persentase................................................................................................. 3-47

Tabel 3.8

Cont oh Rekapitulasi Hasil Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh 3-49

Tabel 3.9

Form Verifikasi Permukiman Kumuh P erkotaan ............................................ 3-61

Tabel 3.10

Tabel Krit eria dan Indikator Penent uan Urutan Kawasan Prioritas ................. 3-71

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

vii

Tabel 3.11

Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan .......... 3-77

Tabel 3.12

Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter


Kekumuhan................................................................................................ 3-81

Tabel 3.13

Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, Dan Skala


Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh .................................... 3-81

Tabel 3.14

Cont oh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan ................. 3-88

Tabel 3.15

Cont oh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan ........................... 3-89

Tabel 3.16

Cont oh Perumus an Strategi Skala Kota ....................................................... 3-93

Tabel 3.17

Contoh Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Skala


Kawasan.................................................................................................... 3-93

Tabel 3.18

Cont oh Skema Skenario Pentahapan Skala Kota dan Skala Kawas an ......... 3-103

Tabel 3.19

Contoh Tabel Rencana Aksi Program Kawasan Prioritas Penanganan


Permukiman Kumuh ................................................................................. 3-111

Tabel 3.20

Cont oh Tabel Memorandum Program ........................................................ 3-112

Tabel 3.21

Cont oh Daft ar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name by Address) ... 3-124

viii

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 2.1

Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut


UU No. 1/ 2011 .......................................................................................... 2-3

Gambar 2.2

Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat . 2-4

Gambar 2.3

Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan


Kawasan Permukiman .................................................................................. 2-5

Gambar 2.4

Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan


Kabupaten/Kota ......................................................................................... 2-30

Gambar 2.5

Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman ............ 2-35

Gambar 2.6

Skema Kedudukan RP2KPKP dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan 2-39

Gambar 2.7

Keterkaitan RP2KPKP dengan Program-program Penanganan Permukiman


Kumuh Lainnya .......................................................................................... 2-42

Gambar 2.8

Keterkaitan antarstakeholder dalam proses penyusunan RP2KPKP .............. 2-43

Gambar 2.9

Pendekatan Alur Proses Penyusunan Peraturan Walkota/Peraturan Bupati


berdasarkan Permendagri Nomor 53 Tahun 2011 ........................................ 2-47

Gambar 2.10 Kedudukan proses penyusunan produk Peraturan Walikota/Bupati dan


Dokumen RP 2KPKP................................................................................... 2-48

Gambar 3.1

Contoh delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi


Kota ............................................................................................................ 3-5

Gambar 3.2

Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi


Kabupaten ................................................................................................... 3-6

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

ix

Gambar 3.3

Contoh Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan berdasarkan SK


Kumuh ......................................................................................................... 3-7

Gambar 3.4

Cont oh Peta Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas ...................................... 3-8

Gambar 3.5

Cont oh Peta Komponen Pembangunan Tahap 1 ............................................ 3-9

Gambar 3.6

Skema Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi dan Program Penanganan . 3-11

Gambar 3.7

Kerangka Pelaksanaan Kegiatan RP2KPKP ................................................ 3-13

Gambar 3.8

Rangkaian Kegiatan pada Lingk up Kegi atan Persiapan ................................ 3-16

Gambar 3.9

Cont oh Data Awal Profil Permukiman Kumuh ............................................... 3-29

Gambar 3.10 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola
Ruang........................................................................................................ 3-37
Gambar 3.11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan
Perumusan Strat egi .................................................................................... 3-40
Gambar 3.12 Kedudukan Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh ........................................ 3-59
Gambar 3.13 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Bangunan Gedung/Hunian .......................................................................... 3-67
Gambar 3.14 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Jalan Lingkungan ....................................................................................... 3-67
Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Drainase Lingkungan .................................................................................. 3-68
Gambar 3.16 Cont oh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan ................................................ 3-83
Gambar 3.17 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan
Hasil Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan ................................. 3-83
Gambar 3.18 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun
2016 .......................................................................................................... 3-92
Gambar 3.19 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Skala Kota/P erkotaan...................................................................... 3-95
Gambar 3.20 Cont oh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan .................... 3-95
Gambar 3.21 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana
Penanganan ............................................................................................ 3-100
Gambar 3.22 Cont oh 1 Konsep Desain Kawasan ............................................................ 3-104
Gambar 3.23 Cont oh 2 Konsep Desain Kawasan Permukiman K umuh ............................. 3-105
Gambar 3.24 Cont oh 3 Konsep Desain Kawasan Permukiman K umuh ............................. 3-106

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.25 Cont oh 4 Konsep Desain Kawasan Permukiman K umuh .............................3-107


Gambar 3.26 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Bangunan Permukiman
Kumuh......................................................................................................3-110
Gambar 3.27 Cont oh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Jalan Lingkungan ...........3-110
Gambar 3.28 Rangkaian Kegiatan pada Lingk up Kegiatan Penyusunan Desain Teknis ......3-120
Gambar 3.29 Plotting/pemetaan Daftar Komponen Infrastruktur Pembangunan tahap 1 .....3-125
Gambar 3.30 Cont oh Siteplan Kawasan Prioritas .............................................................3-126
Gambar 3.31 Contoh siteplan kawasan skala 1:1000 (disertai dokumentasi kondisi
eksisting) ..................................................................................................3-127
Gambar 3.32 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After)
Penanganan .............................................................................................3-128
Gambar 3.33 Cont oh ilustrasi 3D Kawasan .....................................................................3-129

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

xi

1.1

LATAR BELAKANG

Masalah permukiman kumuh hingga saat ini masih menjadi masalah utama yang yang dihadapi
di kawasan permukiman perkotaan. Tingginya arus urbanisasi akibat menumpuknya sumber
mata pencaharian di kawasan perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat
perdesaan (terutama golongan MBR) untuk bekerja di kawasan perkotaan dan tinggal di lahanlahan ilegal yang mendekati pusat kota, hingga akhirnya menciptakan lingkungan permukiman
kumuh. Di sisi lain, belum terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan pada
beberapa kawasan permukiman yang berada di lahan legal pun pada akhirnya juga bermuara
pada terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaaan. Bermukim di kawasan kumuh
perkotaan bukan merupakan pilihan melainkan suatu keterpaksaan bagi kaum MBR yang harus
menerima keadaan lingkungan permukiman yang tidak layak dan berada dibawah standar
pelayanan minimal seperti rendahnya mutu pelayanan air minum, drainase, limbah, sampah
serta masalah-masalah lain seperti kepadatan dan ketidakteraturan bangunan yang lebih lanjut
berimplikasi pada meningkatnya bahaya kebakaran maupun dampak sosial seperti tingkat
kriminal yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Permasalahan permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama pembangunan perkotaan
yang cukup menjadi polemik, karena upaya penanganan yang sebenarnya dari waktu ke waktu
sudah dilakukan berbanding lurus dengan terus berkembangnya kawasan kumuh dan
munculnya kawasan-kawasan kumuh baru. Secara khusus dampak permukiman kumuh juga
akan menimbulkan paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan
memberikan dampak citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah
dalam pengaturan pelayanan kehidupan hidup dan penghidupan warganya. Dilain sisi dibidang
tatanan sosial budaya kemasyarakatan, komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman
kumuh secara ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah,

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

1-1

yang seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban
dalam berbagai tatanan sosial masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh telah diamanatkan UU No.1 tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Selain itu, penanganan permukiman
kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019, dimana target besarnya adalah
terciptanya kota bebas kumuh di tahun 2019. Proses penanganan kumuh telah dimulai tahun
2015 dan target nol persen harus dicapai pada 2019, sehingga waktu penyelesaian tinggal 4
(empat) tahun dengan ragam persoalan yang belum sepenuhnya terdeteksi. Langkah awal
dalam mengejar target kota bebas kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian
Pekerjaam Umum melalui Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map
penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif
dengan kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Dengan berpatokan pada undang-undang, penanganan permukiman kumuh diawali dengan
identifikasi lokasi permukiman kumuh dan penetapan lokasi permukiman kumuh tersebut
melalui SK Walikota/Bupati. Melalui identifikasi tersebut, penanganan dilakukan sesuai Undangundang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman khususnya di pasal VII
dan VIII yang menjelaskan berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan
permukiman, serta pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh
dengan tiga pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali. Tahapan
penanganan kawasan kumuh berdasarkan UU No.1/2011 mengamanatkan agar pemerintah
kota/kabupaten menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP), serta menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP), sebagai instrumen utama dalam upaya
penanganan permasalahan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya melalui Subdit
Perencanaan Teknis memberikan fasilitasi berupa pendampingan dalam penyusunan
RP2KPKP sebagaimana dimaksud di Kabupaten/Kota sebagai sebagai bentuk pembinaan
kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana penanganan permukiman kumuh di
kabupaten/kotanya masing-masing dengan harapan:
1. Terciptanya percepatan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh dan tuntas
bagi kawasan kumuh yang telah disepakati dalam SK Walikota/Bupati;
2. Terciptanya keterpaduan program yang dapat menyelesaikan dan/atau menuntaskan
permasalahan permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran sektor keciptakaryaan
melalui kegiatan reguler sektoral;
3. Meningkatnya kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota melalui pelibatan aktif dalam proses
penanganan permukiman kumuh bersama kelompok swadaya masyarakat (KSM/CBOs);
dan
4. Terciptanya keberlanjutan progam penanganan permukiman kumuh sebagai bagian dari
strategi pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh.

1-2

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

1.2
1.2.1

MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN


MAKSUD

Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh


Perkotaan (RP2KPKP) ini disusun dengan maksud untuk memberikan panduan teknis bagi
pemangku kepentingan dalam penyusunan RP2KPKP di kabupaten/kota.

1.2.2

TUJUAN

Disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan


Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) memiliki tujuan:

dan

Peningkatan

Kualitas

memberikan pemahaman dasar mengenai RP2KPKP;


memberikan acuan teknis mengenai penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP baik secara
proses maupun substansi; dan
memberikan acuan teknis baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan.

1.2.3

SASARAN

Sasaran disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas


Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) ini antara lain:

tersedianya landasan memahami konsepsi penyusunan RP2KPKP;


tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP;
tercapainya standar baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan.

1.3

MANFAAT PANDUAN

Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh


Perkotaan (RP2KPKP) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai acuan dalam
rangka melaksanakan tugas pembinaan melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan RP2KPKP;
Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Tim Teknis Provinsi sebagai
acuan dalam mengarahkan dan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan
proses dan pencapaian hasil RP2KPKP yang disusun;
Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) kabupaten/kota sebagai acuan dalam merumuskan
RP2KPKP di kabupaten/kota masing-masing, baik dalam konteks proses penyusunan
maupun substansi kegiatan penyusunan RP2KPKP; dan
Tenaga Ahli Pendamping sebagai acuan dalam memberikan pendampingan padaanggota
Pokjanis dan mengarahkan pada proses pelaksanaan kegiatan yang seharusnya.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

1-3

1.4

SISTEMATIKA PANDUAN

Untuk memudahkan dalam memahami proses dan substansi penyusunan RP2KPKP, maka
Panduan Penyusunan RP2KPKP ini dibagi kedalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

1-4

BAGIAN I
Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud,


tujuan dan sasaran, serta manfaat dari Panduan RP2KPKP

BAGIAN II
Pemahaman Dasar
RP2KPKP

Bagian ini membahas mengenai landasan hukum penyusunan


RP2KPKP, permasalahan kawasan permukiman kumuh
perkotaan dan kebutuhan penanganannya, serta penanganan
permasalahan kawasan permukiman kumuh perkotaan
melalui RP2KPKP

BAGIAN III
Kegiatan Penyusunan
RP2KPKP

Bagian ini merupakan inti dari Buku Panduan Penyusunan


RP2KPKP ini yang menjelaskan ruang lingkup kegiatan
penyusunan RP2KPKP, proses dan prosedur penyusunan
RP2KPKP, serta keluaran yang dihasilkan.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2.1

LANDASAN HUKUM

Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan


(RP2KPKP) didasari atas amanat Undang-undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, sedangkan upaya pencapaian kota bebas kumuh pada tahun 2019
sendiri diamanatkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019. Adapun secara teknis pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh mengacu pada PermenPUPR tentang Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman
Kumuh serta Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

2.1.1

AMANAT UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN


DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk
mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-1

Pencegahan
Pencegahan terhadap tumbuh
dan berk embangnya perumahan
k umuh dan permuk iman k umuh
baru mencak up:

a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;


b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;
c. penurunan
kualitas
rumah,
perumahan,
dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas
umum; dan
d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

Pencegahan dilak sanak an


melalui:

a. pengawasan dan pengendalian; dan


b. pemberdayaan masyarakat

Pengawasan dan pengendalian

dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan, standar


teknis, dan kelaikan fungsi melalui pemeriksaan secara
berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Pemberdayaan masyarak at

dilakukan terhadap pemangku kepentingan


perumahan
dan
kawasan
permukiman
pendampingan dan pelayanan informasi.

bidang
melalui

Peningkatan Kualitas
Peningk atan k ualitas terhadap
perumahan k umuh dan
permuk iman k umuh didahului
dengan penetapan lokasi
perumahan k umuh dan
permuk iman k umuh dengan
pola-pola penanganan:

a. pemugaran;
b. peremajaan; atau
c. pemukiman kembali.

Penetapan Lokasi

Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh


wajib memenuhi persyaratan:
a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;
b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan
lingkungan;
c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas
umum yang memenuhi persyaratan dan tidak
membahayakan penghuni;
d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
e. kualitas bangunan; dan
f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

2-2

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Peningkatan Kualitas
Pemugaran

merupakan upaya perbaikan atau dapat pula dilakukan


melalui pembangunan kembali kawasan permukiman agar
menjadi layak huni.

Peremajaan

merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi rumah,


perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang
lebih baik dengan tujuan untuk melindungi keselamatan
dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Untuk
meremajakan suatu kawasan, terlebih dahulu perlu
menyediakan tempat inggal bagi masyarakat yang terkena
dampak.
Peremajaan harus menghasilkan rumah, perumahan, dan
permukiman dengan kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.

Pemukiman Kembali

dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah lokasi


yang tidak diperuntukkan bagi kawasan permukiman
menurut RTRW atau merupakan lokasi yang rawan
bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi orang
yang mendiami kawasan/ lokasi tersebut. Pemukiman
kembali merupakan upaya memindahkan masyarakat dari
lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan Pemerintah
dan pemerintah daerah yang juga menetapkan lokasi
untuk pemukiman kembali dengan turut melibatkan peran
masyarakat

Mengacu pada Undang Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas permukiman
kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan, penetapan lokasi,
pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut .

Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut UU No. 1/ 2011

Selain itu, UU No.1/2011 juga mengamanatkan bahwa penyelenggaraan perumahan dan


kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan
peran masyarakat. Terkait hal ini, masing-masing stakeholder memiliki peran, tugas dan fungsi
sesuai dengan kapasitasnya dalam penyelenggaraan kawasan permukiman, termasuk di

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-3

dalamnya terkait upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sebagaimana
yang dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat

2.1.2

AMANAT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG


PEMERINTAHAN DAERAH

Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman bersifat multisektoral dan melibatkan


banyak pihak. Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan leading sector dalam pengembangan
dan pembangunan kawasan permukiman, namun bukan sebagai pelaku tunggal. Perlu dipahami
bahwa pencapaian target pembangunan merupakan upaya terpadu dan sinkron dari berbagai
pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.
Dalam penyelenggaraanny a, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman
dilakukan secara terdesentralisasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan
peran masyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun daerah) akan lebih berperan sebagai
pembina, pengarah, dan pengatur, agar terus dapat tercipta suasana yang semakin kondusif.
Antara pemerintah dengan pemerintah daerah, juga terdapat pembagian peran dalam
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian mengacu pada peraturan perundangan
yang berlaku. Disamping itu agar terjadi efisiensi dan efektivitas dalam pembangunan
perumahan dan permukiman, baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan,

2-4

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu (baik sektornya, pembiayaannya, maupun


pelakunya) dan dilakukan berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan dan penataan
ruang yang berlaku. Pembagian peran dan kewenangan dalam pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman secara luas, dapat dilihat dalam ilustrasi pada gambar
berikut ini.

Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman

Terkait penanganan permukiman kumuh, undang-undang ini mengamanatkan bahwa pemerintah


pusat dapat turun langsung dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh perkotaan dengan beberapa prasyarat, antara lain:
1.
2.

Kawasan permukiman kumuh berada pada lingkup Kawasan Strategis Nasional (KSN);
dan
Kawasan permukiman kumuh memiliki luas minimal 15 Ha.

Secara rinci pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota untuk sub urusan kawasan permukiman serta perumahan dan kawasan
permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-5

Tabel 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh


NO.

SUB URUSAN

PEMERINTAH PUSAT

PEMERINTAH
PROVINSI

PEMERINTAH
KAB/KOTA

1.

Kawasan
Permukiman

a. Penetapan sistem
kawasan
permukiman.
b. Penataan dan
peningkatan
kualitas kawasan
permukiman kumuh
dengan luas 15
(lima belas) ha atau
lebih.

Penataan dan
peningkatan kualitas
kawasan permukiman
kumuh dengan luas 10
(sepuluh) ha sampai
dengan di bawah 15
(lima belas) ha.

a. Penerbitan izin
pembangunan dan
pengembangan
kawasan
permukiman.
b. Penataan dan
peningkatan
kualitas kawasan
permukiman kumuh
dengan luas di
bawah 10 (sepuluh)
ha.

2.

Perumahan dan
Kawasan
Permukiman
Kumuh

---

---

Pencegahan
perumahan dan
kawasan permukiman
kumuh pada Daerah
kabupaten/kota.

Sumb er: Lampiran UU No.23/2014

A.

Agenda Pembangunan Nasional terkait Permukiman Kumuh

Agenda Pembangunan Nasional yang berkaitan dengan Permukiman Kumuh termasuk ke dalam
agenda keenam yaitu Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional
dengan sub agenda Membangun Infrastruktur / Prasarana Dasar. Pembangunan
Infrastruktur/Prasarana Dasar meliputi air minum, sanitasi, perumahan dan ketenagalistrikan
dengan sasaran sebagai berikut:
1) Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga berpenghasilan
rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga melalui bantuan stimulan
perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk
514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah
tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0 persen (pengurangan luasan
permukiman kumuh sebanyak 38431 Ha).
2) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia melalui
(1) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan MBR, 2.144
Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28 regional; (2)
Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit; (3) Fasilitasi
optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota metropolitan dan kota besar; (4)
Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil;
(5) Fasilitasi business to business di 315 PDAM; (6) Fasilitasi restrukturisasi utang 394
PDAM; (6) Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM, penurunan jumlah

2-6

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14
PDAM.
3) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan
drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk
sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan penambahan infrastruktur air
limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa), penambahan
pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta
peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409
kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan
TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab,
fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman
dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman; serta (iv)
kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507
kota/kab seluruh Indonesia.
4) Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan
melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan fasilitasnya di 9
kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan
permukiman, serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur dan Sarana Dasar
1) Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman,
dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai
melalui strategi:
a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan
hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru
(sewa/milik) dilakukan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional
yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro
perumahan swadaya, bantuan stimulan, memperluas program Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan dalam sistem jaminan
sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaa n
prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulan
dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang
berbasis komunitas.
b. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan
pembangunan perumahan melalui: i) penguatan kapasitas pemerintah dan pemerintah
daerah dalam memberdayakan pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi
yang efektif dan tidak mendistorsi pasar; ii) penguatan peran lembaga keuangan
(bank /non-bank ); serta iii) revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana
pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan.
c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan
perumahan untuk MBR melalui: i) peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN),
Perum Perumnas, dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-7

d.

e.
f.

Negara (PMN); ii) mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta iii) melakukan
perpanjangan Peraturan Presiden tentang SMF terkait penyaluran pinjaman kepada
penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal
dengan dukungan pemerintah.
Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui
fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun milik serta pengembangan
instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land
consolidation), bank tanah (land bank ing), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah
terlantar, dan tanah wakaf.
Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta
pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).
Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan
dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi menjadi infrastruktur
bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.

2) Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air
domestik melalui strategi:
a. Jaga Air, yakni strategi untuk mengarusutamakan pem-bangunan air minum yang
memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan) serta mening katkan kesadaran masyarakat akan hygiene dan sanitasi.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya
konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan,
pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum
maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan)
dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle
capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.
d. Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telah terpakai melalui
pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang telah
dipergunakan (water reclaiming).

3) Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan,


penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang
sudah terbangun melalui strategi :
a. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi
terbangun
yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost
recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi
dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai
langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.

2-8

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

b.
c.

Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian,


dan pemeliharaan aset infrastruktur.
Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi yang ada saat
ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi komunal.

4) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang
didasari dengan neraca keseimbangan air domestik kota/kabupaten dan telah
mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum;
b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan penyediaan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi;
c. Implementasi Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) yang berkualitas melalui
pengarusutamaan SSK dalam proses perencanaan dan penganggaran formal;
d. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air
minum dan sanitasi.
e. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik
eksekutif maupun legislatif serta media.
5) Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui
sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai
implementasi baik secara vertikal maupun horizontal melalui strategi:
a. Pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sinergi pengembangan air minum dan
sanitasi dengan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upay a
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta integrasi pembangunan perumahan dan
penyediaan kawasan permukiman dengan pembangunan air minum dan sanitasi.
Pelaksanaan pelayanan dasar berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala ketersediaan
sumber air baku air minum dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas antar wilayah
yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Sinergi pendanaan air minum dan
sanitasi dilaksanakan melalui (i) pemanfaatan alokasi dana pendidikan untuk penyediaan sarana
dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (ii) pemanfaatan alokasi dana kesehatan baik
untuk upaya preventif penyakit dan promosi hygiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan
kesehatan masyarakat; (iii) penyediaan air minum dan sanitasi melalui Anggaran Dasar Desa
(ADD) serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK),
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup,
perumahan, dan pembangunan desa tertinggal.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-9

2.1.3

PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS


TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang digunakan untuk
menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria
perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:
A.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung


Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup:
1) Ketidakteraturan Bangunan
Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan
permukiman:
a
tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR),
yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada
suatu zona; dan/atau
b
tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi pengaturan blok
lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas
lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.
2) Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan
Rencana Tata Ruang
Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana
tata merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman dengan:
a.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL;
dan/atau

b.

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau
RTBL.

3) Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis Bangunan Gedung


Ketidaksesuaian terhadap persyaratan teknis bangunan gedung merupakan kondisi
bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan
persyaratan:
a. pengendalian dampak lingkungan;
b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, di atas dan/atau di
bawah air, di atas dan/atau di bawah prasarana/sarana umum;
c. keselamatan bangunan gedung;
d. kesehatan bangunan gedung;
e. kenyamanan bangunan gedung; dan
f. kemudahan bangunan gedung.

2-10

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya sudah tercantum dalam IMB atau
persetujuan sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian ketidaksesuaian
persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk pada kedua dokumen perizinan
tersebut.
B.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan


Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup:
1) Jaringan Jalan Lingkungan Tidak Melayani Seluruh Lingkungan Perumahan atau
Permukiman
Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau
permukiman merupakan kondisi sebagian lingkungan perumahan atau permukiman tidak
terlayani dengan jalan lingkungan.
2) Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk
Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk merupakan kondisi sebagian atau seluruh
jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan.

C.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum


Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum mencakup:
1) Ketidaktersediaan Akses Aman Air Minum
Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana masyarakat tidak
dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa.
2) Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Setiap Individu Sesuai Standar Yang Berlaku
Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan kondisi dimana
kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau permukiman tidak
mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari.

D.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan


1) Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengalirkan Limpasan Air Hujan
Menimbulkan Genangan

Sehingga

Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga


menimbulkan genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan tidak
mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih
dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun.
2) Ketidaktersediaan Drainase
Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier dan/atau saluran
lokal tidak tersedia.
3) Tidak Terhubung dengan Sistem Drainase Perkotaan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-11

Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana saluran
lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya sehingga menyebabkan air
tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan.
4) Tidak Dipelihara Sehingga Terjadi Akumulasi Limbah Padat dan Cair di Dalamnya
Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamny a
merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik
berupa:
a. pemeliharaan rutin; dan/atau
b. pemeliharaan berkala.
5) Kualitas Konstruksi Drainase Lingkungan Buruk
Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana kualitas
konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau
penutup atau telah terjadi kerusakan.
E.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah


Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah mencakup:
1) Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai dengan Standar Teknis Yang Berlaku
Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlak u
merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang
terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun
terpusat.
2) Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis
Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada perumahan atau
permukiman dimana:
a. kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik;atau
b. tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat.

F.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Persampahan


Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan mencakup:
1) Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis merupak an
kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memadai sebagai berikut:
a. tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;

2-12

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

b. tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala
lingkungan;
c. gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan
d. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan.
2) Sistem Pengelolaan Persampahan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis
Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupak an
kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. pewadahan dan pemilahan domestik;
b. pengumpulan lingkungan;
c. pengangkutan lingkungan; dan
d. pengolahan lingkungan.
3) Tidak Terpeliharanya Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Sehingga
Terjadi Pencemaran Lingkungan Sekitar oleh Sampah, Baik Sumber Air Bersih, Tanah
Maupun Jaringan Drainase
Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi
pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun
jaringan drainase merupakan kondisi dimana pemeliharaan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan tidak dilaksanakan baik berupa:
a. pemeliharaan rutin; dan/atau
b. pemeliharaan berkala.
G.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran


Kriteria kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran mencakup ketidaktersediaan sebagai
berikut:
1) Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran
Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana tidak tersedianya:
a. pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam)
maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran);
b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan
kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran di lokasi;

pemadam

c. sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk pemberitahuan
terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam
Kebakaran; dan/atau
d. data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-13

2) Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran


Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran yang meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
b. kendaraan pemadam kebakaran;
c. mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau
d. peralatan pendukung lainnya.
H.

Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh disesuaikan dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan. Ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
dijadikan acuan adalah sebagai berikut:
1) Aspek Kondisi Bangunan Gedung (rumah dan sarana perumahan dan/atau permukiman)
a) Keteraturan Bangunan
Komponen keteraturan bangunan meliputi:
1. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Minimal
GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi
jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka
bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari
bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi
sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan
tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dan sebagainya (building line).
2. Tinggi Bangunan
Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang diukur
dari rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring atau sampai
puncak dinding atau parapet, dipilih yang tertinggi.
3. Jarak Bebas Antarbangunan
Jarak bebas antarbangunan adalah jarak yang terkecil, diukur di antara permukaan permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar yang
berhadapan antara dua bangunan.
4. Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan adalah ketentuan rancangan bangunan yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan ketentuan arsitektur yang berlaku, keindahan dan
keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya
5. Penataan Bangunan
a. pengaturan blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi
blok dan jalan, di mana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfiguras i
tertentu.

2-14

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

b. pengaturan kaveling dalam blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok
menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompok an
dan konfigurasi tertentu.
c. pengaturan bangunan dalam kaveling, yaitu perencanaan pengaturan massa
bangunan dalam blok/kaveling.
6. Identitas Lingkungan
a. karakter bangunan, yaitu pengolahan elemenelemen fisik bangunan untuk
mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu lingkungan/bangun an,
sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan yang dikunjunginya.
b. penanda identitas bangunan, yaitu pengolahan elemenelemen
fisik
bangunan/lingkungan untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu
bangunan sehingga pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi
tujuannya.
c. tata kegiatan, yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal
sebagai pendukung dari aktivitas formal yang diwadahi dalam ruang/bangunan,
untuk menghidupkan interaksi sosial dan para pemakainya.
7. Orientasi Lingkungan
a. tata informasi, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk menjelaskan
berbagai informasi/ petunjuk mengenai tempat tersebut, sehingga memudahkan
pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya.
b. tata rambu pengarah, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk
mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari
bangunan atau pun area tujuannya.
8. Wajah Jalan
a. penampang jalan dan bangunan
b. perabot jalan
c. jalur dan ruang bagi pejalan kaki
d. elemen papan reklame
b) Tingkat Kepadatan Bangunan
1. KDB, yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
2. KLB, yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh lantai bangunan
gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-15

c) Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Komponen persyaratan teknis bangunan


meliputi
1. Pengendalian Dampak Lingkungan Untuk Bangunan Gedung Tertentu bagi
bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan,
termasuk di dalamnya di luar bangunan rumah tinggal tunggal dan deret. Elemen
pengendalian dampak lingkungan adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkugan
(UKL/UPL)
a. AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
b. UKL/UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.
2. Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum yang dibangun dengan memperhatikan kesesuaian lokasi,
dampak bangunan terhadap lingkungan, mempertimbangkan faktor keselamatan,
kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan, dan memiliki
perizinan.
3. Persyaratan Keselamatan
a. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban muatan meliputi
persyaratan struktur Bangunan Gedung, pembebanan pada Bangunan Gedung,
struktur atas Bangunan Gedung, struktur bawah Bangunan Gedung, pondasi
langsung, pondasi dalam, keselamatan struktur, keruntuhan struktur dan
persyaratan bahan.
b. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya kebakaran
meliputi sistem proteksi aktif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret),
sistem proteksi pasif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret), persyaratan
jalan ke luar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratan
pencahayaan darurat, tanda arah ke luar dan sistem peringatan bahaya,
persyaratan komunikasi dalam Bangunan Gedung, persyaratan instalasi bahan
bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran.
c. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya petir meliputi
persyaratan instalasi proteksi petir dan persyaratan sistem kelistrikan.
4. Persyaratan Kesehatan
a. sistem penghawaan berupa ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan
sesuai dengan fungsinya.

2-16

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

b. pencahayaan berupa sistem pencahayaan alami dan/atau buatan dan/atau


pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya
c. sanitasi dan penggunaan bahan bangunan berupa sistem air minum dalam
Bangunan Gedung, sistem pengolahan dan pembuangan air limbah/kotor,
persyaratan instalasi gas medik (untuk sarana medik), persyaratan penyaluran
air hujan, persyaratan fasilitasi sanitasi dalam Bangunan Gedung (saluran
pembuangan air kotor, tempat sampah, penampungan sampah dan/atau
pengolahan sampah).
5. Persyaratan Kenyamanan
a. kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang merupakan tingkat
kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang serta
sirkulasi antarruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.
b. kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk
terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung.
c. kenyamanan pandangan merupakan kondisi dari hak pribadi pengguna yang di
dalam melaksanakan kegiatannya di dalam gedung tidak terganggu Bangunan
Gedung lain di sekitarnya.
d. kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat
kenyamanan yang ditentukan oleh satu keadaan yang tidak mengakibatkan
pengguna dan fungsi Bangunan Gedung terganggu oleh getaran dan/atau
kebisingan yang timbul dari dalam Bangunan Gedung maupun lingkungannya.
6. Persyaratan Kemudahan
a. kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung tersedianya
fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman dan nyaman termasuk penyandang
cacat, anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia.
b. kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan Bangunan Gedung yaitu
sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggarany a
fungsi Bangunan Gedung berupa tangga, ram, lift, tangga berjalan (eskalator)
atau lantai berjalan (travelator).
2) Aspek Kondisi Jalan Lingkungan
Komponen jalan lingkungan meliputi:
1. Cakupan Pelayanan
a. Perlunya keterhubungan antar perumahan dalam lingkup permukiman skala
wilayah
1) Jalan lingkungan sekunder bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.
2) Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor
beroda 3 (tiga) atau lebih.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-17

b. Perlunya keterhubungan antar persil dalam perumahan dalam skala kawasan


1) Jalan Lingkungan I, merupakan penghubung antara pusat perumahan dengan
pusat lingkungan I, atau pusat lingkungan I dengan pusat lingkungan I dan
akses menuju jalan Lokal Sekunder III.
2) Jalan Lingkungan II, merupakan penghubung antara pusat lingkungan I dengan
pusat lingkungan II, atau pusat lingkungan II dengan pusat lingkungan II dan
akses menuju jalan lingkungan I yang lebih tinggi tingkat hirarkinya.
2. Kualitas Permukaan Jalan, mengacu dan menyesuaikan dengan Standar Pelayanan
Minimal Jalan
a. Kualitas jalan aspal

Baik
Sedang

: IRI 4
: IRI > 4 dan IRI 8

b. Kualitas jalan penmac (penetrasi macadam)

Baik
Sedang

: IRI 8
: IRI > 8 dan IRI 10

c. Jalan tanah/diluar perkerasan

Baik
Sedang

: IRI 10
: IRI > 10 dan IRI 12

IRI (International Roughness Index) jalan adalah parameter kekerasan permukaan


jalan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya permukaan arah profil
memanjang dibagi dengan jarak/panjang permukaan.
3) Aspek Kondisi Penyediaan Air Minum
Komponen penyediaan air minum meliputi:
1. Akses aman air minum
Syarat kesehatan air minum sesuai peraturan menteri yang menyelenggarak an
urusan pemerintahan di bidang kesehatan
a. Persyaratan fisika: sifat fisik air seperti bau, warna, kandungan zat padat,
kekeruhan, rasa, dan suhu
b. Persyaratan mikrobiologis: kandungan bakteri dalam air yaitu bakteri E-Coli dan
bakteri koliform,
c. Persyaratan kimiawi: kandungan mineral dalam air seperti arsen, fluorida, sianida,
khlorin, alumunium, mangan dan mineral lainnya

2-18

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2. Kebutuhan air minum


Kebutuhan minimal adalah 60 liter/orang/hari. Kebutuhan air minum dapat dipenuhi
dengan Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan (SPAM) maupun
Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (SPAM BJP).
a. SPAM
SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik ) dan non fisik dari prasarana
dan sarana air minum yang unit distribusinya melalui perpipaan dan unit
pelayanannya menggunakan sambungan rumah/sambungan pekarangan, hidran
umum, dan hidran kebakaran. Komponen SPAM meliputi
1) Unit air baku dengan kapasitas
dengan komponen:

Rencana

130% dari kebutuhan rata-rata,

mata air
air tanah
air permukaan (sungai, danau, laut)
air hujan
pipa transmisi air baku dari sumber air baku ke Instalasi Pengolahan Air
Minum (IPA)

2) Unit produksi dengan kapasitas rencana 120% dari kebutuhan rata-rata,


dengan komponen

Bangunan Penangkap Mata Air


Bangunan Pengambilan Air Baku dari Air Tanah (Sumur)
Bangunan Saringan Pasir Lambat
Instalasi Pengolahan Air Minum
Pipa transmisi air minum dari IPA ke reservoir.

3) Unit distribusi dengan kapasitas rencana 115% - 300% dari kebutuhan ratarata, dengan komponen
Reservoir (penampungan air sementara sebelum didistribusikan)
Pipa distribusi dari reservoir ke unit pelayanan
4) Unit pelayanan dengan komponen
sambungan rumah
hidran umum
hidran kebakaran
b. SPAM BJP
SPAM BJP merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari
prasarana dan sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun
komunal khusus yang unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan
sederhana, dan tidak termasuk dalam SPAM. SPAM BJP meliputi:

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-19

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Sumur dangkal dan/atau Sumur Dalam


Penampungan Air Hujan (PAH)
Perlindungan Mata Air (PMA)
Saringan Rumah Tangga (Sarut)
Destilator Surya Atap Kaca
IPA sederhana
Terminal Air (mobil tangki / tangki air)

4) Aspek Kondisi Drainase Lingkungan


Penyediaan jaringan drainaseadalahuntuk mengelola/mengendalikan air permukaan
(limpasan air hujan) sehingga tidak menimbulkan masalah genangan, banjir dan
kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup. Yang
disebut genangan adalah terendamnya suatu kawasan lebih dari 30 cm selama lebih
dari 2 jam dan lebih dari 2 kali setahun). Komponen Drainase Lingkungan meliputi:
1. Sistem Drainase yang terbentuk
a.

Sistem drainase utama adalah jaringan saluran drainase primer, sekunder,


tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian
besar masyarakat. pengelolaan/pengendalian banjir merupakan tugas dan
tanggung jawab pemerintah kota

b.

Sistem sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan
kota tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri dan
komersial

2. Sarana Drainase
Sarana Drainase adalah bangunan pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut
mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewat i
jalan, belokan daerah curam, bangunan tersebut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Gorong-gorong
Bangunan Pertemuan Air
Bangunan Terjunan Air
Siphon
Street Inlet
Pompa
Pintu Air

3. Prasarana Drainase
Prasarana Drainase adaalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungs i
menyalurkan kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima.
a. Sumur Resapan
b. Kolam Tandon/kolam retensi

2-20

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

4. Konstruksi Drainase
a. Saluran pasangan batu: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai
tekstur tanah yang relatif lepas, dan mempunyai kemiringan yang curam.
b. Saluran beton: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi, yang
terlalu miring atauterlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas.
c. Saluran dengan perkuatan kayu: umumnya digunakan pada daerah yang
mempunyaai tekstur tanah yang sangat jelek (gambut) dan selalu terjadi
pergeseran (tanah bergerak).
5) Aspek Kondisi Pengelolaan Air Limbah
Komponen Pengelolaan Air Limbah meliputi:
1. Sistem Pengelolaan Air Limbah
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) adalah sistem pengelolaan air
limbah sistem secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang
secara terpusat.
b. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S) adalah sistem pengelolaan air
limbah secara individual dan/atau komunal, melalui pengolahan dan pembuangan
air Air limbah limbah setempat.
2. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
a. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Terpusat
1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah
Kloset leher angsa dan kamar mandi
MCK Umum
2) Unit Pelayanan menjadi tanggung jawab pemilik rumah
Sambungan Rumah
Lubang Inspeksi
3) Unit Pengumpulan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
Pipa retikulasi
Pipa induk
Bangunan Pelengkap
4) Unit Pengolahan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah, baik IPAL
Komunal ataupun IPAL Kota
Fasilitas Utama IPAL
Fasilitas Pendukung IPAL
Zona Penyangga

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-21

5) Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah


Sarana pembuangan efluen
Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan
b. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Setempat
1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah
Kloset leher angsa dan kamar mandi
MCK Umum
2) Unit Pengolahan Setempat menjadi tanggung jawab pemilik rumah

Cubluk
Tangki septik dengan sistem resapan
Biofilter
Unit pengolahan air limbah fabrikasi

3) Unit Pengangkutan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah


Truk tinja
Motor roda tiga pengangkut tinja
4) Unit
Pengolahan
Lumpur
Tinja
pengembang/pemerintah

menjadi

tanggung

jawab

Fasilitas Utama IPLT


Fasilitas Pendukung IPLT
Zona Penyangga
5) Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
Sarana pembuangan efluen
Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan
6) Aspek Kondisi Pengelolaan
persampahan meliputi:

Persampahan

Komponen dari

pengelolaan

1. Sistem Pengolahan Sampah yang saling terintegrasi


a. Pemilahan
Sistem pemilahan adalah kegiatan pengelompokan sampah menjadi
paling sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:

2-22

sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun


serta limbah bahan berbahaya dan beracun
sampah yang mudah terurai
sampah yang dapat digunakan kembali
sampah yang dapat didaur ulang
sampah lainnya

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

b. Pengumpulan
Sistem pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan
sampah dari sumber sampah ke TPS atau TPS 3R.
c. Pengangkutan
Sistem pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber
atau TPS menuju TPST atau TPA dengan menggunakan kendaraan
bermotor atau tidak bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.
d. Pengolahan
Sistem pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi,
dan/atau jumlah sampah.
e. Pemrosesan Akhir
Sistem pemrosesan akhir adalah kegiatan mengembalikan sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
2. Prasarana dan Sarana Pengolahan Sampah
a. Sarana Pemilahan
1) Kantong Sampah
2) Bak Sampah
3) Kontainer sampah
b. Sarana dan Prasarana Pengumpulan
1) Gerobak Sampah
2) Motor Sampah
3) Mobil Bak Sampah
4) Perahu / Sampan Sampah
5) Tempat Penampungan Sementara (TPS)
c. Sarana Pengangkutan
1) Dump Truck
2) Armroll Truck
3) Compactor Truck
4) Trailer Truck
d. Prasarana Pengolahan
1) Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip 3R (TPS 3R)
2) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-23

3) Stasiun Peralihan Antara (SPA) jika lokasi TPA jauhnya lebih dari 25
km dari pusat permukiman.
e. Prasarana Pemrosesan Akhir, yaitu TPA dengan sistem Sanitary Landfill,
Controlled Landfill, dan TPA dengan menggukan teknologi ramah
lingkungan.
7) Aspek Kondisi Proteksi Kebakaran
Komponen Proteksi Kebakaran meliputi:
1. Prasarana Proteksi Kebakaran
a. Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau,
sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang,
reservoir air, mobil tangki air dan hidran).
b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan
pemadam kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran
di lokasi.
c. Sarana Komunikasi yang terdiri dari telepon umum dan alat -alat lain
yang dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran baik
kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam Kebakaran.
d. Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang terletak di
dalam ruang kendali utama dalam bangunan gedung yang terpisah
dan mudah diakses.
2. Sarana Proteksi Kebakaran
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
b. Mobil pompa.
c. Mobil tangga sesuai kebutuhan
d. Peralatan pendukung lainnya.
2. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis.
Tipologi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh terdiri dari perumahan kumuh dan permukiman
kumuh:
a. di atas air;
b. di tepi air;
c. di dataran rendah;
d. di perbukitan; dan
e. di daerah rawan bencana.
Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat
dijelaskan sebagai berikut.

2-24

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 2.2 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh


NO

TIPOLOGI

LOKASI

perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di atas air

perumahan kumuh dan


permukiman kumuh yang
berada di atas air, baik
daerah pasang surut, rawa,
sungai ataupun laut.

perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di tepi air

perumahan kumuh dan


permukiman kumuh yang
berada tepi badan air
(sungai, pantai, danau,
waduk dan sebagainya),
namun berada di luar Garis
Sempadan Badan Air.

perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di dataran
rendah

perumahan kumuh dan


permukiman kumuh yang
berada di daerah dataran
rendah dengan kemiringan
lereng < 10%.

perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di
perbukitan

perumahan kumuh dan


permukiman kumuh yang
berada di daerah dataran
tinggi dengan kemiringan
lereng > 10 % dan < 40%

KETERANGAN

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-25

NO
5

2.1.4

TIPOLOGI

LOKASI

perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di daerah
rawan bencana

perumahan kumuh dan


permukiman kumuh yang
terletak di daerah rawan
bencana alam, khususnya
bencana alam tanah longsor,
gempa bumi dan banjir.

KETERANGAN

PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG


PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.1 tahun 2014 tentang standar pelayanan
minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, diamanatkan bahwa pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
dan pemerintah daerah, dimana dalam hal ini pemerintah daerah bertanggung jawab atas
penurunan kawasan permukiman kumuh sebanyak 10%. Beberapa ketentuan SPM bidang
keciptakaryaan yang terkait dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh dapat dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini.

2-26

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 2.3 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub bidang Keciptakaryaan
No

Jenis Pelayanan Dasar

Sasaran

Indikator

Satuan

Target
Tahun 2019

Cara Mengukur

Upaya Pencapaian

60

Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai


IRI dapat dilakukan menggunakan:
1. Alat (Naasra/ Romdas/
Roughometer)
2. Metode visual dengan cara menaksir nilai Road
Condition Index (RCI) yang kemudian dikonversikan
ke nilai International Roughness Index
(IRI) yang dilakukan pada kondisi tertentu)*

Setiap Pemerintah Provinsi memiliki alat


pengukur (Naasra/ Romdas/
Roughometer) untuk menentukan nilai IRI

SPM Provinsi
1

Penyediaan jalan untuk


melayani kebutuhan
masyarakat

Meningkatnya kualitas
layanan jalan Provinsi

persentase tingkat kondisi jalan


provinsi baik dan sedang.

Membina dan menyediakan sumber daya


manusia yang dapat:
1. Melakukan survei kondisi jalan menggu
nakan alat Naasra/ Romdas/Roughometer
(untuk pengukuran menggunakan alat).
2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke
nilai RCI yang selanjutnya dikonversi ke
nilai IRI (untuk pengukuran menggunakan
metode visual).
Melakukan pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala untuk mencapai da
nmempertahankan kondisi jalan baik dan
sedang berdasarkan nilai IRI

Penyediaan jalan untuk


melayani kebutuhan
masyarakat

Tersedianya konektivitas
wilayah Provinsi

persentase terhubungnya pusatpusat kegiatan dan pusat produksi


(konektivitas) di wilayah
provinsi

100

Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai


yang tercantum pada RTRW Provinsi telah
terhubung oleh jaringan jalan

Setiap Pemerintah Provinsi melakukan


pembangunan/ penambahan ruas jalan
yang menghubungkan pusatpusat kegiatan dan pusat produksi yang
masih belum terhubungkan dengan
jaringan jalan.
Percepatan penyelesaian Perda tentang
RTRW Provinsi

Penyediaan jalan untuk


melayani kebutuhan
masyarakat

Meningkatnya kualitas
layanan jalan Kab/Kota

persentase tingkat kondisi jalan


kabupaten/kota baik dan sedang.

60

Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai IRI


dapat dilakukan menggunakan:
alat (Naasra/Romdas/Roughometer) visual dengan cara menaksir nilai Road Condition
Index (RCI) yang kemudian dikonversikan
kenilai International Roughness Index (IRI) yang
dilakukan pada kondisi tertentu)*

Setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota


memiliki alat pengukur (Naasra/ Romdas/
Roughometer) untuk menentukan nilai IRI
Membina dan menyediakan sumber daya
manusia yang dapat:
1. Melakukan survei kondisi jalan menggu
nakan alat Naasra/ Romdas/
Roughometer (untuk pengukuran menggu
nakan alat).
2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nil
ai RCI yang selanjutnya dikonversi ke nilai
IRI (untuk pengukuran menggunakan met
ode visual).

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-27

No

Jenis Pelayanan Dasar

Sasaran

Indikator

Satuan

Target
Tahun 2019

Cara Mengukur

Upaya Pencapaian
Melakukan pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala untuk mencapai da
n mempertahankan kondisi jalan baik dan
sedang berdasarkan nilai IRI

Penyediaan jalan untuk


melayani kebutuhan
masyarakat

Tersedianya konektvitas
wilayah Kab/Kota

persentase terhubungnya pusatpusat kegiatan dan pusat produksi di


wilayah kabupaten/ kota

100

Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai


yang tercantum pada RTRW Kabupaten/ Kota telah
terhubung oleh jaringan jalan.

Setiap Pemerintah Kabupaten/Kota


melakukan pembangunan/ penambahan
ruas jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi yang
masih belum terhubungkan dengan
jaringan jalan.
Percepatan penyelesaian Perda tentang
RTRW Kabupaten/ Kota

Penyediaan air minum

Penyediaan sanitasi

Meningkatnya kualitas
layanan air minum
permukiman perkotaan

persentase penduduk yang


mendapatkan akses air minum yang
aman

%
Penduduk

Meningkatnya kualitas
sanitasi (air limbah, persa
mpahan dan drainase)
permukiman perkotaan

persentase penduduk yang terlayani


sistem air limbah yang memadai

%
Penduduk

60%

persentase pengurangan sampah di


perkotaan

%
Penduduk

20%

persentase pengangkutan sampah

%
Penduduk

70%

persentase pengoperasian TPA

%
Pengoperasian
TPA

70%

%
penduduk

50%

persentase penduduk yang terlayani si


stem
jaringan drainase skala kota sehingga t
idak terjadi genangan (lebih dari 30 cm
, selama 2 jam) lebih
dari 2 kali setahun
3

2-28

%
Pengurangan
genangan

Penataan Bangunan dan


Lingkungan

Meningkatnya tertib
pembangunan bangunan
gedung

persentase jumlah Izin Mendirikan Ban


gunan
(IMB) yang diterbitkan

IMB

Penangan Pemukiman
Kumuh Perkotaan

Berkurangnya permukiman
kumuh di perkotaan

persentase berkurangnya luasan


permukiman kumuh di kawasan
perkotaan

Ha

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Contoh survey; kuesioner; dll.


81,77%
Contoh survey; kuesioner; dll.
Contoh survey; kuesioner; dll.
Contoh survey; kuesioner; dll.
Contoh survey; kuesioner; dll.

Contoh survey; kuesioner; dll.


Contoh survey; kuesioner; dll.

50%

60%

pendataan
Contoh survey; kuesioner; dll.

10%

No
5

Jenis Pelayanan Dasar


PenyediaanRuang Terbuka
Hijau (RTH) Publik

Sasaran
Meningkatnya
ketersediaan RTH

Indikator
persentase tersedianya luasan RTH
publik sebesar 20% dari luas wilayah
kota/kawasan perkotaan

Satuan

Target
Tahun 2019

50

Cara Mengukur

survey

Upaya Pencapaian
penertiban area yang direncanakan
menjadi RTH; penganggaran penyediaan
dan pengelolaan RTH publik

Keterangan:
1. Apab ila menggunakan alat pengukur ketidakrataan permukaan jalan (Naasra/ Romdas/ Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible ( nilai count/ BI > 400)
2. Apab ila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
3. Apab ila tidak mempunyai kendaraan dan alat survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-29

2.2

PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN


PERMUKIMAN KUMUH

Banyak permasalahan perkotaan yang berakar pada kawasan permukiman, seperti tidak
meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan
permukiman yang layak, dan sebagainya yang pada akhirnya berimplikasi pada terciptanya
permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Permasalahan yang ditimbulkan dari munculnya
kawasan permukiman kumuh seperti lingkungan yang tidak sehat, pemanfaatan lahan ilegal,
dan lain sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap internal kawasan itu sendiri namun
juga terhadap kawasan sekitarnya dan sistem jaringan infrastruktur perkotaan secara umum.
Belum efektifnya penanganan permukiman kumuh (khususnya dalam konteks perkotaan)
hingga saat ini diakibatkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:

tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman dan infrastruktur


permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebijakan dan strategi pembangunan
yang memadai,tepat, berskala kabupaten/kota, dan berbasis kawasan;
Belum terdapatnya strategi penanganan dan pentahapan baik dalam tahapan kegiatan
maupun kawasan penanganan pada program penanganan permukiman kumuh skala
kota;
Kebijakan untuk meningkatkan pembangunan kota kurang memperhatikan kebutuhan
penanganan kawasan kumuh, karena pembangunan kota lebih berfokus pada upaya
peningkatan pertumbuhan perekonomian serta pembangunan infrastruktur skala kota
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat perkotaan secara umum;
Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang menjadi tugas
dan wewenang pemerintah daerah (UU No. 1/2011) belum diimbangi dengan
kemampuan pemerintah daerah dalam hal kapasitas SDM dan pembiayaan; dan
Terdapat ketidaksinkronan antar instansi di daerah dalam menentukan kebijakan
penanganan terutama penentuan lokasi dan bentuk penanganan yang akan dilakukan
pada tahap selanjutnya.

Berdasarkan permasalahan
pertimbangan, antara lain:

pembangunan

yang ada tersebut, diperlukan beberapa

bahwa dalam penanganan permukiman kumuh memerlukan adanya arahan yang jelas
hingga ke tataran teknis operasional dan selaras dengan arah pengembangan
kabupaten/kota;
bahwa dalam penanganan permukiman kumuh diperlukan arahan yang didasarkan pada
kebutuhan kawasan dan berorientasi pada penanganan akar masalahnya;
bahwa penanganan permukiman kumuh perlu diselenggarakan secara terpadu dan
berkelanjutan, dengan memuat unsur pencegahan dan peningkatan kualitas
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan
bahwa dalam pengembangan kabupaten/kota dan kawasan permukiman perkotaan
terdapat kebutuhan untuk merumuskan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas

2-30

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

permukiman kumuh yang mampu mendukung dan mengintegrasikan seluruh strategi


sektoral yang terkait.
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka suatu kabupaten/kota sudah seharusny a
memiliki instrumen pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang jelas dan
komprehensif yang mempertimbangkan semua aspek pembangunan baik fisik, sosial,
ekonomi, investasi, pembiayaan, kelembagaan, maupun partisipasi publik. Selain itu,
instrumen yang dimaksud sebaiknya dapat menjadi acuan bagi penerapan program
penanganan yang ada. Terkait dengan hal ini, program-program yang diselenggarak an
mengacu pada kebutuhan untuk menjawab strategi yang telah dirumuskan dan skala
prioritasnya. Selain itu, program yang dikembangkan dapat mendukung terwujudnya tujuan
dan kebijakan pembangunan permukiman pada kota/kabupaten yang bersangkutan secara
umum.

Gambar 2.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan
Kabupaten/Kota

Dalam perwujudannya, kebutuhan akan arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan
penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan ini tidak hanya menjadi tugas
Pemerintah (pusat) melainkan juga menjadi tanggung jawab penuh pemerintah

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-31

kabupaten/kota. Sejak berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, telah
terjadi transformasi peran pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah menjadi aktor utama
dalam pembangunan daerah, termasuk dalam melaksanakan rencana tata ruang dan
rencana pembangunan yang menjadi induk bagi pembangunan di bidang permukiman
perkotaan. Dengan adanya peran ini, maka arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan
penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang dirumuskan oleh pemerintah
daerah harus terpadu dan sinergi dengan rencana tata ruang (RTRW) dan rencana
pembangunan (RPJP dan RPJM).

2.3
2.3.1

PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN


KUMUH PERKOTAAN MELALUI RP2KPKP
PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan


(RP2KPKP) merupakan dokumen rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman
kumuh perkotaan yang disusun oleh Pokjanis Kabupaten/Kota yang berisi rumusan strategi,
kebutuhan program dan investasi untuk mewujudkan permukiman yang bebas kumuh.
Dalam mewujudkan permukiman yang bebas kumuh dokumen rencana aksi tersebut
mencakup pula rencana pengembangan lingkungan hunian yang layak dan terjangkau bagi
penduduk di perkotaan hingga tercapai target 0% kumuh.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) merupakan dokumen perencanaan kegiatan penanganan dengan lingkup/skala
kota dan kawasan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) dan terpadu, tidak hanya berupa
rencana kegiatan penanganan bersifat fisik namun mencakup juga kegiatan-kegiatan yang
bersifat non-fisik (peningkatan kapasitas/pemberdayaan, sosial dan ekonomi).
Sebagaimana yang diamantkan dalam UU No.1/2011, bahwa upaya penanganan
permukiman kumuh harus memuat unsur-unsur pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh yang diterjemahkan dalam bentuk strategi, program, dan rencana aksi
kegiatan sesuai dengan ketentuan yang diamantkan dalam PermenPUPR No.2 tahun 2016
tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.Rencana
aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh kota terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu
: (i) strategi peningkatan kualitas perumahan dan permukiman melalui kegiatan pemugaran,
peremajaan kawasan permukiman kumuh dan/atau pemukiman kembali; dan (ii) strategi
pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh baru,
melalui pemberdayaan, pengawasan dan pengendalian.
Perumusan 2 (dua) strategi tersebut di atas harus mempertimbangkan permasalahan
ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan, kualitas bangunan, serta sarana dan
prasarana (jalan lingkungan, drainase, sanitasi dan air minum).
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) diperlukan agar Pemerintah Daerah mampu menyusun dokumen perencanaan
yang komprehensif sebagai acuan dalam pencapaian penanganan permukiman yang bebas
kumuh. Dengan adanya Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

2-32

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) diharapkan dapat terciptanya keterpaduan


program dan pembiayaan berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan kewenanganny a.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan penigkatan kualitas perumahan
dan permukiman kumuh dengan mengintegrasikan skala lingkungan sampai dengan skala
kawasan dan kota. Sedangkan untuk pengelolaan sarana dan prasarana yang terbangun
dengan memampukan dan menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk memelihara dan
menjaga lingkungan huniannya.

2.3.1

MUATAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DALAM


KONTEKS RP2KPKP

Secara umum muatan pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan


permukiman kumuh meliputi 2 (dua) tahapan, yaitu pada saat awal penanganan dan pasca
pelaksanaan pembangunan. Pada tahap awal penanganan, kegiatan pencegahan dilakukan
melalui sosialisasi dan penyuluhan (campaign) kepada pemangku kepentingan di daerah
dan masyarakat.

Tabel 2.4 Muatan Pencegahan terjadinya Permukiman Kumuh


Lingkup RP2KPKP

Muatan Pencegahan

Kawasan Perkotaan
Permukiman
kumuh/terindikasi kumuh
yang b erada di luar
peruntukan permukiman
perkotaan b erdasarkan
rencana tata ruang
kab /kota
Permukiman kumuh
yang sumb er
permasalahan utamanya
b erada di luar kawasan.

Penegakan terhadap
kesesuaian perizinan,
kesesuaian tata ruang
(RTRW)

Kawasan Permukiman
Perkotaan
Permukiman
kumuh/terindikasi kumuh
yang b erada di lingkup
peruntukan permukiman
perkotaan

Penegakan terhadap
kesesuaian perizinan,
kesesuaian tata ruang,
SPM, aturan dan standar
teknis, serta dokumen
perencanaan lainnya
(SPPIP/RP3KP) yang
terkait dengan bidang Cipta
Karya

Pelaku

Pemerintah
Daerah

Metode

PartisipatifFasilitatif

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-33

Lingkup RP2KPKP

Muatan Pencegahan

Pelaku

Penyusunan action plan

terkait program-program
pencegahan kawasan

permukiman kumuh melalui


sosialisasi, public
campaign, dan penyuluhan

Metode

Pemerintah
Daerah
Masyarakat

Pemerintah
Daerah
Masyarakat

PartisipatifFasilitatif,
Social Mapping

Pencegahan permukiman
kumuh yang sudah
ditangani agar tidak kembali
menjadi kumuh melalui
upaya:
Pada proses

perencanaan/pendampinga
n mulai dilakukan

sosialisasi/ campaign
pentingnya terhadap upayaupaya pencegahan dan
pelatihan pemeliharaan
hasil-hasil pembangunan

PartisipatifFasilitatif,
pemberdayaan
masyarakat

Pada pasca pembangunan


dilakukan melalui
penerapan pemeliharaan
hasil-hasil pembangunan
Pengawasan dan
monitoring evaluasi hasilhasil pembangunan dalam
rangka keberlanjutan
program

Tabel 2.5 Muatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh


Muatan Peningkatan Kualitas

Pelaku

Metode

Pola Penanganan
Perbaikan, pembangunan kembali menjadi
permukiman layak huni

Pemerintah,
Masyarakat, dan
Swasta

Advokasi Pemda,
Penyiapan
masyarakat,
Pembangunan
Fisik Tersier dan
Fisik Primer

Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna


melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat
sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat
tinggal bagi masyarakat

Pemerintah,
Masyarakat, dan
Swasta

Advokasi Pemda,
Penyiapan
masyarakat,
Pembangunan
Fisik Tersier dan
Fisik Primer

2-34

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Muatan Peningkatan Kualitas


Pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak
mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana serta
menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia
(contoh: penyediaan Rusunawa, Rumah deret)

2.3.2

Pelaku
Pemerintah,
Masyarakat, dan
Swasta

Metode
Advokasi Pemda,
Penyiapan
masyarakat,
Pembangunan
Fisik Tersier dan
Fisik Primer

PENDEKATAN RP2KPKP

Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan bagian dari upaya
perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, dimana dalam hal ini tidak dapat
dilepaskan dari upaya pencapaian target pembangunan sebagaimana yang diamantkan
dalam RPJMN. Dalam implementasinya, upaya ini dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan
utama pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem, memfasilitasi
Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat. Ketiga pendekatan ini yang
menjadi prinsip pembangunan dan pengembangan permukiman yang mengarah pada
pencapaian gerakan 100-0-100 pada tahun 2019, sebagaimana yang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 2.5 Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-35

Lebih lanjut bila dikaitkan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh, maka dalam menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) paling tidak memuat 4 (empat) prinsip
perencanaan, penanganan dan pencegahan permukiman kumuh yaitu:

Perencanaan yang komprehensif dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan


perencanaan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh meliputi aspek
sosial, ekonomi, fisik lingkungan;
Pembangunan yang terintegrasi dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan
perencanaan pembangunan tersistem dari skala lingkungan, kawasan dan kota;
Keterpaduan program (Kolaboratif dan Sinergitas) dalam penyusunan RP2KPKP
adalah melakukan penyusunan rencana investasi pembangunan yang melibatkan
semua sumber pembiayaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan
swasta;
Keberlanjutan dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan penyusunan rencana
pengelolaan paska pembangunan; dan
Pembangunan Hijau.

Terkait dengan pemenuhan unsur tersebut, maka dari sisi penyusunannya, proses
penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif, serta (3) pendekatan teknis -akademis,
dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai berikut:

Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami permasalahan


atau kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada atau pada suatu aturan
yang menjelaskan bagaimana kondisi tersebut seharusnya terjadi. Dalam pendekat an
ini, perhatian pada masalah utama serta tindakan yang semestinya dilakukan menjadi
ciri utama. Kondisi atau situasi yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan
dibandingkan karakteristiknya dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks
pembangunan kondisi yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal
peraturan perundangan, baik untuk nasional maupun daerah.
Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif digunakan dengan dasar pertimbangan bahwa
proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang
terkait dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh, baik di tingkat
kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan
dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah.
Pendekatan Teknis-Akademis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik
itu dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik -teknik identifikasi, analisis,
penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan peny epakatan. Dalam pendekat an
ini, proses penyusunan RP2KPKP ini menggunakan beberapa metode dan teknik studi
yang baku yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi kerja,
dan tim pokjanis daerah.

2-36

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2.3.3

KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN


KABUPATEN/KOTA

Penyelenggaraan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh


Perkotaan (RP2KPKP) tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan
pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No.
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kabupaten/kot a
diamanatkan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang kemudian diterjemahkan dalam
rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mengamanatkan tiap kabupaten/kota memiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota berikut dengan rencana
rincinya. Dokumen sectoral Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP) yang merupakan terjemahan, paduan dan integrasi dua kelompok dokumen pilar
pembangunan di Indonesia terkait permukiman dan infrastruktur dan Rencana
Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) yang merupakan dokumen teknis
penanganan kawasan permukiman prioritas pembangunan di suatu kabupaten/kota.
Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang pembagian kewenangan pusat dan
daerah mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan masyarakat mampu bertempat tinggal
serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman,
harmonis dan berkelanjutan terdapat pembagian kewenangan untuk pemerintah pusat,
provinsi maupun daerah. Dalam hal penyedian perumahan pemerintah pusat mempunyai
kewenangan untuk menyediakan rumah bagi MBR, korban bencana nasional serta fasilitasi
penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program pemerintah pusat. Untuk
kewenangan pemerintah propinsi dalam hal penyediaan rumah hanya pada kasus bencana
provinsi serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program
pemerintah provinsi. Sedangkan pemerintah daerah berwenang dalam penerbitan izin
pembangunan dan pengembangan perumahan, serta penyediaan rumah bagi kasus
bencana kabupaten/kota juga fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena
dampak program pemerintah kabupaten/kota.
Kaitannya dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh di Indonesia
berdasarkan penjelasan yang tertuang dalam UU no 23 Tahun 2014 tersebut dijabarkan
pembagian kewenagan pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten/kota. Untuk menangani
perumahan dan kawasan permukiman kumuh pemerintah pusat hanya akan menangani
penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 Ha atau
lebih, untuk pemerintah provinsi penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman
kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha, dan untuk
pemerintah daerah kabupaten/kota berwenang melakukan Penataan dan peningkatan
kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha serta
melakukan pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah
kabupaten/kota.
Untuk menunjang pembangunan bidang permukiman di kawasan perkotaan, berdasark an
Pasal 15 huruf c, dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-37

Permukiman, pemerintah kabupaten/kota perlu menyusun dan memiliki rencana


pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman ini merupakan
penjabaran dari arahan rencana pola ruang kawasan permukiman yang tertuang di dalam
RTRW kabupaten/kota, yang di dalamnya mengatur perencanaan untuk 2 (dua) l ingkup
substansi, yaitu perumahan dan kawasan permukiman.
UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman mengamanahk an
bahwa Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu
bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang
sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Dalam mewujudkan
fungsi permukiman, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh
dilakukan guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni serta
menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman berdasark an
pada kepastian bermukim dan menjamin hak bermukim menurut ketentuan peraturan dan
perundangundangan. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah berkomitmen untuk
mengentaskan permukiman kumuh dengan target 0 % kumuh hingga tahun 2019,
sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019. Langkah awal penanganan permukiman kumuh untuk mencapai target
0% kumuh ini sudah dimulai sejak tahun 2014 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat cq Ditjen Cipta Karya melalui penyusunan Road Map penanganan
kumuh dan pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara koordinatif dengan
kementerian/lembaga terkait serta dengan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Selanjutnya untuk menunjang pembangunan bidang permukiman khusunya dalam
penanganan dan pencegahaan kawasan permukiman kumuh sesuai amanah UU No.1
Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, pemerintah kabupaten/kot a
perlu menyusun dan memiliki rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman
kumuh. Untuk mewujudkan rencana aksi aksi penanganan dan pencegahan permukiman
kumuh tersebut diperlukan skenario, konsep dan strategi penaganan yang akan diisi oleh
substansi RP2KPKP.
RP2KPKP yang menjabarkan kebijakan makro terkait pencegahan perkembangan
permukiman kumuh kabupaten/kota serta konsep penanganan kawasan permukiman kumuh
prioritas, dalam implementasinya akan menjadi acuan bagi penyusunan strategi sector dan
rencana induk system komponen-komponen pembentuk permukiman.
Dalam konteks pembangunan permukiman, strategi sektor dan RIS yang telah disusun
secara sistematis dan sinergi ini nantinya akan menjadi masukan dalam proses penyusunan
memorandum program yang selanjutnya akan diterjemahkan kedalam desain teknis.

2-38

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

UNDANG-UNDANG
NOMOR 17 TAHUN 2007
TENTANG

RPJPN 2005-2025
PERATURAN PRESIDEN
NOMOR 2 TAHUN 2015
RPJMN 2015-2019

UNDANG-UNDANG NOMOR
23 TAHUN 201 TENTANG

UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG
NOMOR 26 TAHUN 2007
TENTANG

PEMERINTAHAN
DAERAH

PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN

PENATAAN RUANG

PEMBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN BIDANG
PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN

PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 88 TAHUN 2014
PENYELENGGARAAN
PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN

PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 15 TAHUN 2010
PENYELENGGAR AAN
PENATAAN RUANG

PEMERINTAH PUSAT

PERDA
RPJPD DAN RPJMD
PROVINSI

PERDA
RTRW PROVINSI

PERDA RPJPD DAN


RPJMD KABUPATEN/
KOTA

RENCANA SEKTOR
RPI2JM
KABUPATEN/KOTA

RP3KP
PROVINSI

PERDA RTRW
KABUPATEN/KOTA

(SSK, RISPAM, RISPAH,


Masterplan Air
Minum, Masterplan
Drainase, RTBL)

Penataan dan peningkatan kualitas kawasan


permukiman kumuh dengan luas 15 (lima
belas) Ha atau lebih dan atau berada di
Kawasan Strategis Nasional

SK Bupati/Walikota
tentang
Penetapan Lokasi
Perumahan
Kumuh dan
Permukiman Kumuh

RP3KP
KABUPATEN/KOTA

SPPIP/RP2KP
&
RPKPP

PERENCANAAN TEMPAT
KEGIATAN PENDUKUNG
PERKOTAAN DAN PERDESAAN

KABUPATEN/KOTA

Penataan dan peningkatan kualitas kawasan


permukiman kumuh dengan luas dibawah 10
(sepuluh) Ha dan memenuhi Standar
Pelayanan Minimal

PERBUP/PERWAL
RENCANA KAWASAN
PERMUKIMAN (RKP)

PERENCANAAN
LINGKUNGAN HUNIAN
PERDESAAN

PERENCANAAN
LINGKUNGAN HUNIAN
PERKOTAAN

Keterangan:
mengamanatkan
diturunkan
diacu

Rencana
Penanganan
Permukiman
Tematik Lainnya

Rencana Penanganan
Permukiman
Perbatasan Negara

PROVINSI

Penataan dan peningkatan kualitas kawasan


permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh)
Ha sampai dengan dibawah 15 (lima belas) Ha
dan atau berada di Kawasan Strategis Provinsi

Rencana Penanganan
Permukiman Rawan
Bencana

Rencana Penanganan
Permukiman Perdesaan
Potensial

Rencana Pencegahan
dan Peningkatan
Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan

RP2KPKP

Gambar 2.6 Skema Kedudukan RP2KPKP dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-39

2.3.4

PENDEKATAN RP2KPKP DALAM SKEMA PROGRAM PENANGANAN


PERMUKIMAN KUMUH

Amanat Undang-undang No.1 tahun 2011 dimana penyelenggaraan kawasan permukiman


perlu didasarkan pada suatu dokumen rencana yang terpadu dan terintegrasi yaitu Rencana
Kawasan Permukiman, dapat diartikan pula bahwa dalam konteks penanganan permukiman
kumuh perlu juga memiliki suatu instrumen yang dapat menaungi upaya pencegahan dan
peningkatan permukiman kumuh yaitu RP2KPKP. Terkait hal ini RP2KPKP diharapkan dapat
menjadi:

Satu-satunya dokumen yang menjadi acuan Pemerintah Kab./Kota dalam upaya


pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
Dokumen rencana yang mengintegrasikan program-program pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh (program penanganan permukiman kumuh
dari Pemerintah Kab./Kota, NUSP-SIAP, P2KKP/KOTAKU, program regular dari
APBN/Provinsi, dll)

Dalam hal ini pemerintah daerah (kabupaten/kota) menjadi aktor dan pelaku utama dalam
penanganan permukiman kumuh, mulai dari tahap perencanaan melalui fasilitasi
penyusunan RP2KPKP dari pemerintah pusat, hingga ke pelaksanaan dan pengelolaanny a,
terutama terhadap kawasan permukiman kumuh yang memiliki kompleksitas permasalahan
yang relatif ringan, sehingga nantinya penanganannya dapat dilakukan di tingkat kelurahan.
Pemerintah daerah juga dapat mengakses kemungkinan program penanganan lainnya yang
dicanangkan oleh pemerintah pusat, terutama terhadap kawasan-kawasan permukiman
kumuh yang memiliki kompleksitas permasalahan yang masiv dan memerlukan
keterpaduan penanganan dari sisi pelaku serta sumber pendanaan, sebagaimana yang
dapat dijelaskan pada skema di bawah ini.

2-40

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 2.7 Keterkaitan RP2KPKP dengan Program -program Penanganan Permukiman Kumuh
Lainnya

2.3.5

PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM RP2KPKP

Kegiatan penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh


Perkotaan (RP2KPKP) melibatkan pemangku kepentingan, baik yang berada di tingkat
pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Secara rinci peran dan bent uk keterlibatan dari
masing-masing pihak tersebut dalam kegiatan penyusunan Rencana Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat dilihat pada skema
dan tabel berikut.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-41

MASYARAKAT

TIM PENGENDALIAN PENYUSUNAN

TIM PENYUSUN
TIM PROVINSI

TIM TEKNIS
Koordinasi
&
Kolaborasi

PENGENDALIAN
PROSES

SATKER PKP
&
TIM TEKNIS
PROVINSI

POKJANIS
Koordinasi
&
Kolaborasi

PENGENDALIAN
PROSES

TIM KONSULTAN
PENGENDALIAN

TENAGA AHLI
PENDAMPING

Pengendalian/Monev Kegiatan
(Lingkup Substansi, Proses & Prosedur, Kualitas Produk)

Gambar 2.8

Keterkaitan antar stakeholder dalam proses penyusunan RP2KPKP

Tabel 2.6 Peran dan Bentuk Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan
RP2KPKP
PEMANGKU
KEPENTINGAN
TINGKAT PUSAT

PERAN

Direktorat Jenderal
Cipta Karya,
Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Rakyat

Pembina kegiatan

Direktorat
Pengembangan
Kaw asan
Permukiman

Pembina kegiatan

2-42

penyusunan RP2KPKP

penyusunan RP2KPKP

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

BENTUK
KETERLIBATAN
Mendorong dan
mengarahkan
penyusunan RP2KPKP
pada kabupaten/kota
melalui Pokjanis
daerah
Memberikan
pendampingan teknis
pelaksanaan
penyusunan RP2KPKP
Menyediakan
2.3.1.1.1.1
pedoman pelaksanaan
penyusunan RP2KPKP
(KAK, panduan)
Memantau
pelaksanaan
RP2KPKP melalui
kegiatan koordinasi di
tingkat pusat, provinsi,
dan kabupaten/kota
Menyelenggarakan
kolokium

TUGAS DAN WEWENANG

TUGAS
melaksanakan pembinaan
kegiatan penyusunan
RP2KPKP
menyediakan pedoman
penyusunan RP2KPKP
melakukan pemantauan
dan evaluasi penyusunan
RP2KPKP
WEWENANG
mensosialisasikan
penyusunan RP2KPKP
memfasilitasi dan
mengkoordinasikan
keterpaduan program
lintas sektor, dan
melakukan penilaian dan
rekomendasi tindak lanjut
terhadap hasil penyusunan
RP2KPKP

PEMANGKU
KEPENTINGAN
TINGKAT PROVINSI

PERAN

Satuan Kerja
Pengembangan
Kaw asan
Permukiman

Penyelenggara kegiatan
penyusunan RP2KPKP

Tim Teknis Provinsi


Terdiri dari:

Pendamping/pengendali

Ketua: Satker
Perencanaan dan
Pengendalian bidang
CK

Kegiatan penyusunan
RP2KPKP

Anggota: Dinas
PU/CK Provinsi,
Bappeda Provinsi
dan Satker Provinsi
Bidang CK
*)

BENTUK
KETERLIBATAN
Melakukan tertib
administrasi
penyelenggaraan
kegiatan penyusunan
RP2KPKP
Menyediakan tenaga
ahli pendamping
Berperan aktif dalam
tim teknis tingkat
provinsi
Mendorong
peningkatan kapasitas
Pokjanis melalui
kegiatan
pelatihan/konsolidasi
2.3.1.1.1.2
tingkat provinsi
Melakukan
pendampingan
kegiatan penyusunan
RP2KPKP melalui
monitoring dan
evaluasi
Mensinergikan
kebijakan, strategi, dan
program kab/kota
dengan kebijakan
provinsi

Tim Teknis
Provinsi
ditetapkan
melalui SK
Kepala Dinas
PU/CK/Bidang
Permukiman
Provinsi

TUGAS DAN WEWENANG

TUGAS
melaksanakan konsolidasi
pada tingkat provinsi;
melaksanakan
pendampingan dan
pengendalian kegiatan
penyusunan RP2KPKP;
dan
mendorong peningkatan
kapasitas pokjanis di
tingkat kabupaten/kota.

WEWENANG
melaksanakan koordinasi
penyusunan RP2KPKP
dalam lingkup provinsi; dan
memberikan rekomendasi
kepada pemerintah
kabupaten/kota terkait
dengan pelibatan
pemangku kepentingan.

TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Kelompok Kerja
Teknis (Pokjanis),
terdiri dari
dinas/instansi terkait
di lingkup
pemerintah
kabupaten/kota

Pembentukan
Pokjanis ini dibentuk
berdasarkan Surat
Keputusan (SK)
Bupati/Walikota

Perumus RP2KPKP

Merumuskan
RP2KPKP
Mengambil keputusan
dalam proses
penyusunan dokumen
RP2KPKP
Mengaw al
keberlanjutan program
RP2KPKP hingga
tahapan implementasi

TUGAS
menyediakan basis data
dan informasi spasial dan
sektoral;
melaksanakan penyusunan
RP2KPKP sesuai dengan
pedoman;
menghasilkan RP2KPKP
yang dapat
diimplementasikan; dan
penyebarluasan informasi
produk RP2KPKP kepada
masyarakat
Menindaklanjuti hasil
produk RP2KPKP
Mengahasilkan produk
peraturan (Perbup/perw al)

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-43

PEMANGKU
KEPENTINGAN

Tim Ahli
Pendamping yang
terdiri dari tenaga
ahli beserta asisten
tenaga ahli

PERAN

Pendamping kegiatan
penyusunan RP2KPKP

BENTUK
KETERLIBATAN
2.3.1.1.1.3

Memfasilitasi Pokjanis
dalam proses
penyusunan RP2KPKP
Memberikan advis
teknis penyusunan
RP2KPKP

TUGAS DAN WEWENANG


WEWENANG
melaksanakan peninjauan
kembali terhadap
RP2KPKP berdasarkan
ketentuan yang tercantum
dalam peraturan menteri
ini;
melibatkan peran
masyarakat dalam proses
penyusunan RP2KPKP;
dan
menetapkan dan
melegalisasi RP2KPKP
menjadi peraturan
w alikota/bupati
TUGAS
Memberikan
pendampingan dalam
proses penyusunan
RP2KPKP
Menghasilkan produk
sesuai dengan lingkup
kegiatan RP2KPKP
Menyusun laporan proses
penyelenggaraan kegiatan
RP2KPKP
Mengemas hasil akhir
RP2KPKP

2.3.1.1.1.4

WEWENANG
Merekomendasikan
pendekatan dan metode
secara teknis akademis
dalam perumusan
kebijakan RP2KPKP

Praktisi, akademisi,
dan pemerhati
permukiman

Sebagai narasumber
atau advisory teknis

Berpartisipasi dalam
kegiatan FGD dan
Konsultasi Publik

Kelembagaan
masyarakat

Sebagai mitra pokjanis


dalam penyusunan
RP2KPKP

Berpartisipasi dalam
kegiatan FGD dan survey
kampung sendiri

Memberikan masukan teknis


akademis terkait dengan
proses penyusunan
RP2KPKP
TUGAS
Membantu pokjanis dalam
koordinasi dan sinkronisasi
data permukiman kumuh
Memberikan input dalam
pola penanganan
permukiman kumuh

2-44

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

PEMANGKU
KEPENTINGAN

PERAN

BENTUK
KETERLIBATAN

TUGAS DAN WEWENANG


Melakukan perencanaan
partisipatif untuk
menghasilkan RKM
WEWENANG
Memberikan masukan dan
pendapat terkait dengan
komponen pembangunan

2.3.6

LEGALITAS

Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan


(RP2KPKP) merupakan salah satu muatan dalam dokumen Rencana Kawasan Permukiman
(RKP). Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
pasal 64, disebutkan bahwa dokumen Rencana Kawasan Permukiman (RKP) akan
ditetapkan melalui Peraturan Walikota/Bupati. Penetapan ini dimaksudkan agar dokumen
RKP memiliki kekuatan hukum yang tetap sebagai instrumen Pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh di tingkat kabupaten/kota.
Dalam hal ini penyusunan Peraturan Walikota/Bupati mengacu kepada peraturan menteri
dalam negeri republik Indonesia nomor 53 tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah, dimana secara umum terdapat beberapa tahapan penyususunan produk hukum
yaitu :
-

SK Walikota Pembentukan Tim Pokjanis Penyusun RP2KPKP sampai pada


Peraturan Walikota/Bupati;
Penyusunan Draft Peraturan Walikota/Bupati berdasarkan dokumen RP2KPKP yang
telah disepakati oleh pemangku kepentingan;
Pembahasan di bagian hukum (harmonisasi dan koordinasi dgn SKPD terkait);
Pengajuan RAPERWAL kepada Walikota/Bupati (melalui SEKDA);
Penyempurnaan peraturan walikota oleh tim penyusun perwal;
Penetapan peraturan Walikota/Bupati.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-45

Gambar 2.9 Pendekatan Alur Proses Penyusunan Peraturan Walkota/Peraturan Bupati


berdasarkan Permendagri Nomor 53 Tahun 2011

Selanjutnya dalam Permendagri 53 Tahun 2011 disebutkan pula bahwa proses penyusunan
rancangan peraturan Walikota/Bupati dilakukan oleh tim penyusun Perwal/Perbup yang
dipimpin oleh Kepala SKPD pemrakarsa. Draft hasil penyusan Perwal/Perbup kemudian
dibahas di bagian hukum sekaligus untuk harmonisasi dan sinkronisasi dengan SKPD terkait.
Hasil dari pembahaan di bagian Hukum tersebut kemudian dituangkan dalam Paraf
Koordinasi dari kepala bagian hukum dan pimpinan SKPD terkait. Proses selanjutnya dari
hasil pembahasan Raperwal/Raperbup dibagian hukum adalah pengajuan Rancangan
Perwal/Perbup kepada Walikota/Bupati melalui Sekda Kota/Kabupaten. Pada tahap ini
Sekda akan memberikan masukan terhadap perubahan/penyempurnaan dari Perwal/Perbup
yang diajukan tersebut. Berdasarkan catatan perubahan/penyempurnaan dari Sekda,
kemudian tim penyusun Perwal/Perbup yang dipimpin oleh Kepala SPKD pemrakarsa akan
melalukan penyempurnaan, yang kemudian dilengkapi dengan paraf koordinasi dari Bagian
Hukum dan SKPD terkait.
Hasil perbaikan kedua tersebut kemudian disampaikan kepada Sekda untuk kemudian
disampaikan kepada Walikota/Bupati untuk ditandatangi, dan kemudian oleh Bagian Hukum

2-46

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

dituangkan dalam berita daerah sebagai autentifikasi dari naskah produk hukum daerah yang
akan dipublikasikan.
Sebagai penjelasan lebih lanjut, pada gambar berikut dapat diilustrasikan rincian proses yang
dilakukan dalam proses penyusunan dan penetapan Peraturan Walikota/Peraturan Bupati.

Gambar 2.10

Kedudukan proses penyusunan produk Peraturan Walikota/Bupati

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-47

3.1
3.1.1

RUANG LINGKUP KEGIATAN RP2KPKP


LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Secara garis besar lingkup kegiaatan penyusunan RP2KPKP terdiri dari 4 (empat)
tahapan, yaitu : (1) Persiapan, (2) Verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi;
(3) Perumusan Rencana Penanganan dan (4) Penyusunan Desain Teknis. Secara rinci,
lingkup kegiatan dari tiap kegiatan besar dan capaian kegiatan dapat dilihat pada Tabel
berikut.

Tabel 3.1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan RP2KPKP
LINGKUP KEGIATAN

CAPAIAN KEGIATAN

PERSIAPAN
Mengikuti kegiatan sosialisasi tingkat nasional

Kesepahaman tahapan dan prosedur


penyusunan RKP

Melakukan persiapan dan pemantapan rencana


kerja

Rencana Kerja

Menyusun Desain Survey dan format kegiatan

Desain survey dan format kegiatan

Pendekatan dan metodologi pelaksanaan


kegiatan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-1

LINGKUP KEGIATAN

CAPAIAN KEGIATAN

Menyiapkan data profil permukiman kumuh yang


terdiri dari baseline data kumuh atau data statistik
terkait

Data awal profil permukiman kumuh

Bersama dengan pemangku kepentingan melakukan


verifikasi readiness kriteria RP2KPKP yang meliputi

SK Kumuh, SK Pokjanis, Surat Minat dan


Peta Dasar

SK dan permukiman kumuh


SK Pokjanis
Surat Pernyataan Minat Kabupaten/Kota

Peta Dasar

Peta Dasar Skala 1 : 25.000 untuk Kota


dan 1 : 50.000 untuk Kabupaten
Peta skala 1 : 5.000 untuk skala
kawasan
Peta skala 1 : 1.000 untuk skala
kawasan prioritas

Overview kebijakan daerah dan identifikasi


kesesuaian permukiman terhadap rencana tata
ruang kota

Hasil overview dokumen perencanaan


dan kebijakan daerah

Melakukan kegiatan Konsolidasi Tingkat Provinsi


(KTP)

Berita acara hasil Konsolidasi Tingkat


Provinsi (KTP)

Melakukan kegiatan penyiapan kelembagaan


masyarakat di tingkat kota

Terbentuknya/tersiapkannya
kelembagaan masyarakat (BKM/KSM)

Peta kesesuaian permukiman terhadap


rencana pola ruang kota/kabupaten (guna
lahan permukiman

VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI


Bersama dengan pemangku kepentingan
melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi data
kumuh baik data primer maupun data sekunder

hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan


sekunder)

Melaksanakan survei dan m engolah data


permukiman kumuh

Hasil survei berupa gambaran


permukiman kumuh kabuapten/kota dan
hasil pengolahan data permukiman
kumuh

Verifikasi lokasi dan penyusunan profil permukiman


kumuh

data hasil verifikasi lokasi (delineasi,


luasan, layanan hunian dan infras truktur)
Profil permukiman kumuh yang telah
teverifikasi

Melakukan proses pemutakhiran profil kumuh yang


dilaksanakan memalui Focus Group Discussion
(FGD) 1 untuk verifikasi lokasi permukiman kumuh

Berita acara penyelanggaraan FGD 1


(verifikasi lokasi kumuh dan kawasan
prioritas)

Menilai klasifikasi kekumuhan kawasan berdasarkan


kriteria, indikator dan parameter kekumuhan

Daftar peringkat permukiman kumuh


berdasarkan kriteria, indikator dan
parameter kekumuhan

3-2

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

LINGKUP KEGIATAN

CAPAIAN KEGIATAN

Merumuskan arahan distribusi pola kolaborasi


penanganan permukiman kumuh

Menghasilkan arahan pola kolaborasi


dalam penanganan permukiman kumuh

Bersama dengan pemangku kepentingan


mengkoordinasikan peran masyarakat dalam
penanganan permukiman kumuh

Pembagian peran dalam penanganan


permukiman kumuh

Merumuskan kebutuhan penanganan kawasan


permukiman kumuh

Kebutuhan penanganan kawasan


permukiman

Merumuskan konsep dan strategi pencegahan dan


peningkatan kualitas kumuh

konsep dan strategi pencegahan dan


peningkatan kualitas permukiman kumuh

Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) 2


untuk penyepakatan konsep dan strategi

Berita acara penyelenggaraan FGD 2


(konsep dan strategi)

PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN


Merumuskan skenario pentahapan pencapaian 0%
kumuh dan desain kawasan

Desain kawasan dan skenario


pentahapan pencapaian 0% kumuh

Merumuskan rencana aksi dan memorandum


keterpaduan program untuk skala kota dan skala
kawasan

Rencana aksi pencegahan dan


peningkatan kualitas permukiman kumuh
untuk skala kota dan skala kawasan
Rencana Investasi dan pembiayaan
permukiman kumuh prioritas
Memorandum keterpaduan program
pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh

Menentukan skala prioritas penanganan


permukiman kumuh berdasarkan readiness criteria
dan pertimbangan lain

skala prioritas penanganan permukiman


kumuh

Mermuskan konsep tematik & skenario pencegahan


dan peningkatan kualitas kawasan kumuh prioritas

Konsep tematik dan skenario pencegahan


dan peningkatan kualitas kawasan
permukiman kumuh prioritas

Menyusun Rencana Investasi & Pembiayaan


kawasan kumuh prioritas

Rencana Investasi dan pembiayaan


kawasan permukiman kumuh prioritas

Bersama Pemangku Kepentingan perencanaan


partisipatif di kawasan prioritas meliputi
- Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
- Penyepakan Komponen DED

Terselenggaranya perencanaan
partisipatif (pelaksanaan RKM dan
penyepakatan komponen DED) di
kawasan permukiman kumuh prioritas

Melaksanakan focus group discussion (FGD) 3:


Penyepakatan rencana aksi, program dan kegiatan

Berita acara FGD 3 ( rencana aksi,


program dan kegiatan)

PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS


Menyusun Desain Teknis, meliputi

Peta rinci/ siteplan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-3

LINGKUP KEGIATAN
Penyusunan peta rinci/siteplan

Penyusunan visualisasi Pendukung


Perancangan

Menyusun Daftar Rencana & Pengukuran Detail


Komponen Infrastruktur

CAPAIAN KEGIATAN
Visualisasi pendukung perancangan
(dokumentasi drone, animasi 3D)
Daftar rencana komponen infrastruktur
pembangunan tahap 1
Data hasil pengukuran detail komponen
infrastruktur pembangunan tahap 1

Menyusun Detailed Engineering Design / DED


(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

DED (Gambar kerja, RAB, RKS)


komponen infrastruktur pembangunan
tahap 1
Dokumen lelang

Melaksanakan pembahasan pleno


Menyusun dokumen RP2KPKP

Dokumen RP2KPKP

Melakukan legalisasi hasil RP2KPKP

Draft ranperwal/ranperbup RP2KPKP

3.1.2

LINGKUP WILAYAH PENYUSUNAN RP2KPKP

Kegiatan penyusunan RP2KPKP dilakukan pada lingkup wilayah kabupaten/kota.

Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan


Untuk wilayah yang berstatus kota, maka lingkup wilayah penyusunan RP2KPKP
mencakup keseluruhan kawasan permukiman kumuh di wilayah administrasi kota yang
ditetapkan melalui SK Walikota dan hasil verifikasinya. Untuk wilayah yang berstatus
kabupaten, maka lingkup wilayah penyusunan RP2KPKP mencakup kawasan di dalam
wilayah administrasi kabupaten yang didefinisikan sebagai kawasan permukiman
kumuh perkotaan oleh SK Bupati dan hasil verifikasinya.

3-4

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.1 Contoh delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi Kota

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-5

Gambar 3.2 Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi Kabupaten

3-6

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.3 Contoh Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan berdasarkan SK Kumuh

Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas


Kawasan permukiman kumuh yang diprioritaskan untuk ditangani berdasarkan kriteria
dan indikator yang merujuk kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No.2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, yang terdiri dari tiga lokasi kawasan
kumuh. Selanjutnya akan dipilih satu kawasan yang akan ditangani pada pelaksanaan
pembangunan tahap 1 berdasarkan kesepakatan hasil diskusi dengan pemangku
kepentingan.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-7

Gambar 3.4 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas

Komponen Pembangunan Tahap 1


Pembangunan tahap pertama dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu:
-

3-8

Pembangunan berbasis kawasan pembangunan tahap pertama dilakukan pada


minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas terhadap seluruh aspek
penanganan dan seluruh komponen infrastruktur keciptakaryaan, apabila seluruh
readiness criteria (kesiapan lokasi, pemerintah daerah, dan masyarakat) dapat
dipenuhi pada kawasan tersebut.
Pembangunan berbasis komponen infrastruktur pembangunan tahap pertama
dilakukan pada minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas, namun
hanya
dilakukan
terhadap
beberapa
komponen-komponen
infrastruktur

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

keciptakaryaan yang dianggap telah memenuhi readiness criteria (kesiapan lahan,


pemerintah daerah, dan masyarakat) untuk diimplementasikan pada tahun
berikutnya.

Gambar 3.5 Contoh Peta Komponen Pembangunan Tahap 1

3.1.3

KEDALAMAN SUBSTANSI RP2KPKP

Kedalaman substansi dari RP2KPKP sampai dengan strategi dan program pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota menuju 0% kumuh dalam jangka
waktu 5 tahun yang dijabarkan ke dalam rencana keterpaduan program penanganan dan
penyusunan desain teknis dalam skala kawasan. Rencana keterpaduan program
penanganan permukiman kumuh merupakan penjabaran dari strategi dan program ke
dalam skala kawasan yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun dan didetailkan pada
program tahunan/1 (satu) tahun. Untuk komponen infrastruktur bidang Cipta Karya pada
program tahun pertama di kawasan pengembangan tahap 1 dilakukan penyusunan
Rencana Detail Desain/Detailed Engineering Design (DED). Rumusan program dan
kegiatan disusun dengan mengacu pada nomenklatur program di dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ; Lampiran
A.VII Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Permendagri No. 59 Tahun 2007 jo. Permendagri No.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-9

21 Tahun 2011, berikut penyesuaiannya di kabupaten/kota yang bersangkutan yang


ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) kabupaten/kota; serta Rencana Strategi
(Renstra) Kementerian/Lembaga lainnya. Kebutuhan program penanganan RP2KPKP
dalam skala kota, skala kawasan, dan program pembangunan pada tahun pertama disusun
dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:

Kebijakan dan strategi yang terkait dengan penanganan kawasan permukiman


kumuh perkotaan;
Strategi dan program yang telah ada di berbagai dokumen perencanaan
pembangunan dan penataan ruang yang berlaku dan terkait dengan penanganan
kawasan permukiman kumuh perkotaan;
Kebutuhan penanganan permukiman kumuh perkotaan, yang didasarkan pada isu
strategis kawasan permukiman kumuh dan karakteristik permasalahan permukiman
kumuh perkotaan secara eksisting;
Target capaian dalam menuju 0% kawasan permukiman kumuh perkotaan pada
tahun 2019 sesuai dengan arahan RPJMN 2015-2019;
Readiness criteria yang dapat menjadi pembatas ataupun pendorong bagi
terwujudnya target capaian menuju 0% kawasan permukiman kumuh perkotaan pada
tahun 2019 berupa:
sumber pendanaan yang dimiliki oleh Pemerintah dan pemerintah daerah;
kesiapan lahan yang tersedia untuk pembangunan;
kesiapan masyarakat dalam mendukung program penanganan kumuh;
komitmen pemerintah kabupaten/kota;
Kebijakaan pemerintah kabupaten/kota
dan sebagainya

3-10

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

ISU
STRATEGIS
KAWASAN
PERMUKIMAN
KUMUH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI


PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN
INFRASTRUKTUR PERKOTAAN YANG TERKAIT
DENGAN PENANGANAN KAWASAN
PERMUKIMAN KUMUH

READINESS CRITERIA
PENDANAAN, KESIAPAN LAHAN, KESIAPAN
MASYARAKAT, KOMITMEN PEMERINTAH
DAERAH, KEBIJAKAN PEMDA, DSB

TARGET 0%

KEBUTUHAN
PENANGANAN

KAWASAN
PERMUKIMAN
KUMUH 2019

KAWASAN
PERMUKIMAN
KUMUH

KONDISI
EKSISTING

PERMASALAHAN
PERMUKIMAN
KUMUH

ARAH KEBIJAKAN DAN


STRATEGI
PENINGKATAN KUALITAS
PENCEGAHAN

STRATEGI
PENANGANAN

KEBUTUHAN PROGRAM
DAN KEGIATAN

PROGRAM DAN
KEGIATAN

STRATEGI
PENANGANAN

KEBUTUHAN PROGRAM
DAN KEGIATAN

PROGRAM DAN
KEGIATAN

SKALA KOTA

SKALA KAWASAN
PRIORITAS

SKALA KOTA

SKALA KAWASAN PRIORITAS

SKALA KOTA

SKALA KAWASAN
PRIORITAS

PROGRAM DAN
KEGIATAN
KAWASAN
PENGEMBANGAN
TAHAP 1

Gambar 3.6 Skema Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi dan Program Penanganan

Fokus dari obyek yang diatur di dalam RP2KPKP adalah program dan kegiatan terkait
dengan infrastruktur permukiman perkotaan, yang terdiri atas:

Kondisi Fisik Bangunan Hunian;


Aksesibilitas Lingkungan;
Kondisi Drainase Lingkungan;
Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku;
Kondisi Pengeolaan Air Limbah;
Kondisi Pengelolaan Persampahan; dan
Kondisi Proteksi Kebakaran;

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-11

Selain fokus pada infrastruktur permukiman kumuh perkotaan, program dan kegiatan yang
disusun dapat juga mencakup infrastruktur bidang lainnya yang dibutuhkan di dalam
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh seperti Ruang Terbuka Hijau
(RTH). Dan yang tidak kalah pentingnya dalam proses penilaian terhadap kawasan kumuh
ada beberapa pertimbangan lain yaitu kejelasan status lahan, kesesuaian dengan rencana
tata ruang, nilai strategis lokasi, kepadatan penduduk, dan kondisi social ekonomi budaya
masyarakat. Tentu saja beberapa fokus objek lainnya akan disesuaikan dengan kebutuhan
di masing-masing kabupaten/kota.

3.2

PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN RP2KPKP

Proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Pencegahan dan


Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) kabupaten/kota ini
diarahkan dengan mengacu pada rangkaian kegiatan pada Gambar 3-7. Rincian proses
dan prosedur pelaksanaan kegiatan untuk tiap sub kegiatan selama jangka waktu 6 (enam)
bulan dapat dijelaskan pada subbab berikut ini.

3-12

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

TAHAPAN

TAHAP PERSIAPAN

TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI

TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN

WAKTU

BULAN 1

BULAN 2

BULAN 3

TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS

BULAN 4

BULAN 5

BULAN 6

A.1.

PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi
Pemda)

SOSIALISASI

A.4
A.2

FGD 2:
PENYEPAKATAN KONSEP,
STRATEGI, POLA
PENANGANAN PERMUKIMAN
KUMUH

A.3

KONSOLIDASI TK.
PROVINSI

FGD 1:
PENYEPAKATAN PROFIL HASIL
VERIFIKASI

B.10

B.5

B.1

B.11
PERUMUSANSKENARIO
PENANGANAN DAN
KONSEP DESAIN
KAWASAN

PERUMUSANKONSEP
DAN STRATEGI
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMANKUMUH

SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

A.5

A.6

FGD 3:
PENYEPAKATAN RENCANA AKSI,
PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil
RKM)

PEMBAHASAN
PLENO

A.7
DISEMINASI

B.16

B.12

PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

PERUMUSANRENCANA AKSI &


MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN

B.17
B.2

PROSES PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan Membangun
Sistem)

PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN

B.9

B.4
OVERVIEW
KEBIJAKANDAERAH
DAN IDENTIFIKASI
KESESUAIAN
PERMUKIMAN
EKSISTING TERHADAP
RENCANA TATA
RUANG KAB/KOTA

B.6
VERIFIKASI LOKASI DAN
PEMUTAKHIRANPROFIL
PERMUKIMANKUMUH

B.13

PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMANKUMUH

PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH

B.14

B.3

PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
Daftar rencana
komponen
Pengukuran lapangan

B.7

PENYIAPANDATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data kumuh
Data statistik
terkait

PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

Visualisasi pendukung
perancangan

B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH

PENDAMPINGAN &
PELIBATAN MASYARAKAT
(Pendekatan Peningkatan
Kapasitas)

C.1

PELAPORAN

LAPORAN
PENDAHULUAN

OUTPUT

PENYIAPAN
KELEMBAGAAN
MASYARAKAT PADA
LOKASI PERMUKIMAN
KUMUH

Rencana kerja yang telah disepakati;


Pendekatan dan metodologi pelaksanaan
kegiatan yang telah disepakati;
Desain survey dan format kegiatan;
Data awal profil kawasan kumuh;
Hasil overview dokumen perencanaan dan
kebijakan daerah;
SK Kumuh, SK Pokjanis, Surat Minat, dan Peta
Dasar.
Peta kesesuaian kawasan permukiman
perkotaan yang terhadap rencana tata ruang
Hasil penyiapan kelembagaan masyarakat

PENYEMPURNAAN
DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0%
Kumuh
Rencana Teknis
Pembangunan
tahap 1
Memorandum
Program
DEDKomponen
Prioritas

C.2
KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH
(data primer & sekunder)

C.3
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH

FINALISASI &
LEGALISASI HASIL
(PERWAL/PERBUP)

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBARKERJA, RAB, RKS)

C.4
PERENCANAANPARTISIPATIFDI KAWASANPRIORITAS:
Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
Penyepakatan KOMPONENDED

LAPORAN
ANTARA

B.18

Data primer hasil survei dan data sekunder hasil pengolahan;


Data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan, layanan hunian dan infrastruktur)
Hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan sekunder);
Profil permukiman kumuh yang telah terverifikasi;
Hasil penilaian lokasi berdasarkan kriteria, indikator, dan parameter kekumuhan;
Pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh;
Kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;
Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;
Peran masyarakat dalam penanganan permukiman kumuh;
Berita acara penyelenggaraan FGD 1 (Penyepakatan profil hasil verifikasi dan pola kolaborasi
penanganan permukiman kumuh);
Berita acara penyelenggaraan FGD 2 (Penyepakatan konsep, strategi, dan pola penanganan
permukiman kumuh)

LAPORAN
DRAFT AKHIR

Skenario penanganan dan desain kawasan permukiman kumuh;


Rencana aksi penanganan permukiman kumuh;
Memorandum keterpaduan program penanganan skala kota dan kawasan;
Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman kumuh;
Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh;
Terselenggaranya perencanaan partisipatif (pelaksanaan rencana kerja masyarakat dan penyepakatan
komponen DED) di kawasan permukiman kumuh prioritas;
Berita acara FGD 3 (Penyepakatan rencana aksi, program dan kegiatan hasil perencanaan di tingkat
masyarakat)

LAPORAN
AKHIR
Daftar rencana komponen infrastruktur
pembangunan tahap 1;
Data hasil pengukuran detail komponen
infrastruktur pembangunan tahap 1:
Peta rinci/siteplan;
Visualisasi pendukung perancangan
(dokumentasi drone, ilustrasi before-after,
animasi 3D);
DED (Gambar kerja, RAB, RKS) komponen
infrastruktur pembangunan tahap 1;
Dokumen lelang;
Dokumen RP2KPKP; dan
Draft Perwal/Perbup

Gambar 3.7 Kerangka Pelaksanaan Kegiatan RP2KPKP

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-13

3-14

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3.2.1

TAHAP PERSIAPAN

Kegiatan persiapan adalah kegiatan untuk menyiapkan pelaksanaan kegiatan baik teknis
maupun non-teknis yang akan melandasi rangkaian pelaksanaan kegiatan RP2KPKP secara
keseluruhan. Dalam lingkup kegiatan persiapan ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi
dalam 3 (tiga) lingkup sebagai berikut:

Penyelenggaraan Kegiatan RP2KPKP

Proses Perencanaan dan Penyusunan

Pendampingan pemangku kepentingan

A.1

Sosialisasi Penyusunan RP2KPKP

A.2

Konsolidasi Tingkat Provinsi

B.1

Persiapan dan pemantapan rencana


kerja

B.2

Penyusunan desain survey dan format


kegiatan

B.3

Penyiapan data profil permukiman kumuh

B.4

Overview kebijakan daerah dan


identifikasi kesesuaian permukiman
terhadap rencana tata ruang

C.1

Penyiapan kelembagaan masyarakat di


tingkat kab./kota

Lingkup kegiatan persiapan ini akan diselesaikan pada 1 (satu) bulan pertama pelaksanaan
kegiatan penyusunan RP2KPKP, terhitung sejak diterbitkannya SPMK. Secara diagramatis,
rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan penyusunan desain teknis dapat dilihat pada Gambar
3-8.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-15

TAHAPAN

TAHAP PERSIAPAN

WAKTU

BULAN 1
A.1.

PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi
Pemda)

SOSIALISASI

A.2

KONSOLIDASI TK.
PROVINSI

B.1

PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.4

B.2

PROSES PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan Membangun
Sistem)

B.3

PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data kumuh
Data statistik
terkait

PENDAMPINGAN &
PELIBATAN MASYARAKAT
(Pendekatan Peningkatan
Kapasitas)

C.1

PENYIAPAN
KELEMBAGAAN
MASYARAKAT DI
TINGKAT KAB/KOTA

LAPORAN
PENDAHULUAN

PELAPORAN

OUTPUT

OVERVIEW
KEBIJAKAN DAERAH
DAN IDENTIFIKASI
KESESUAIAN
PERMUKIMAN
EKSISTING
TERHADAP RENCANA
TATA RUANG KAB/
KOTA

PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN

Rencana kerja yang telah disepakati;


Pendekatan dan metodologi pelaksanaan
kegiatan yang telah disepakati;
Desain survey dan format kegiatan;
Data awal profil kawasan kumuh;
Hasil overview dokumen perencanaan dan
kebijakan daerah;
SK Kumuh, SK Pokjanis, Surat Minat, dan
Peta Dasar.
Hasil identifikasi kawasan permukiman
perkotaan yang tidak sesuai rencana tata
ruang
Hasil penyiapan kelembagaan masyarakat

Gambar 3.8 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Persiapan

3-16

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

A.1

Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi merupak an k egiatan yang


diselenggarak an oleh Direk torat Pengembangan Kawasan
Permuk iman, Direk torat Jendral Cipta Karya, Kementerian
Pek erjaan Umum dan Perumahan Rak yat pada awal
pelak sanaan penyusunan RP2KPKP

A.1.
SOSI ALISASI

A.2
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

TUJUAN

Melaksanakan penyebarluasan informasi mengenai RP2KP KP


Mencapai pemahaman yang sama mengenai kebijakan, proses,
prosedur, dan produk yang dihasilkan dari penyusunan RP2KPKP

METODE
LANGKAH

Workshop dan diskusi


Mengikuti sosialisasi pelaksanaan kegiatan
Koordinasi dengan Pokjanis untuk merumuskan rencana penyelesaian

kegiatan
Melaksanakan alih pengetahuan mengenai proses dan prosedur

penyusunan RP2KPKP
OUTPUT

Kesamaan pemahaman mengenai kebijakan penanganan kawasan


permukiman kumuh
Kesamaan pemahaman mengenai prosedur, dan produk dari
penyusunan RP2KPKP

PELAKSANA

Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Direktorat Jendral Cipta


Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-17

PESERTA

Pokjanis
TA Pendamping
TimTeknis di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tim Teknis / Satker di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya
Provinsi
Narasumber
KMP

DURASI

1-2 hari *
*) Jadwal dan lok asi penyelenggaraan ditentuk an oleh pihak Direk torat
PKP, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR;
Undangan ak an disampaik an paling lambat 2 (dua) minggu sebelum
penyelenggaraan k egiatan.

Pada tahap Sosialisasi ini


data/dokumen sebagai berikut:

Tim

Pokjanis

Kabupaten/Kota

mempersiapkan

a.

SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Kumuh;

b.

Surat Pernyataan Minat Pendampingan Penyusunan RP2KPKP;

c.

Profil Umum Permukiman Kumuh;

d.

Data Base Line Kumuh dari P2KKP atau data statistik terkait;

e.

SK Walikota/Bupati tentang Pembentukan Pokjanis RP2KPKP;

f.

SK Tim Teknis Provinsi;

g.

Rencana Kerja Penyelenggaraan Penyusunan RP2KPKP; dan

h.

Daftar Tim Tenaga Ahli Pendamping (TAP).

3-18

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

sejumlah

A.2

Konsolidasi
Tingkat Provinsi

Kegiatan ini menjadi bagian dalam proses penyamaan


pemahaman substansi dan mek anisme penyusunan RP2KPKP
diantara penyusun di tingk at Provinsi, Kabupaten, dan Kota

A.1.
SOSIALISASI

A.2
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI

B.1
PERSIAPANDAN
PEMANTAPAN
RENCANAKERJA

TUJUAN

Mencapai pemahaman yang sama mengenai kebijakan, proses,


prosedur, dan produk yang dihasilkan dari penyusunan RP2KPKP
Menyepakati rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan, serta
pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam lingkup Provinsi
Mensosialisasikan hasil Sosialisasi Nasional kepada pemangku
kepentingan di daerah
Mensinergikan arahan kebijakan pembangunan permukiman di provinsi

METODE
LANGKAH

Workshop dan diskusi


Mengikuti kegiatan Konsolidasi Tingkat provinsi
Koordinasi dengan Pokjanis untuk merumuskan rencana penyelesaian

kegiatan
OUTPUT

Kesamaan pemahaman mengenai kebijakan penanganan kawasan


permukiman kumuh
Kesamaan pemahaman mengenai prosedur, dan produk dari
penyusunan RP2KPKP
Kesepakatan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan
Overview kebijakan sektoral ditingkat provinsi

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-19

PELAKSANA

PESERTA

Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi, Direktorat


Jendral Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
Pokjanis
TA Pendamping
Korkot P2KKP/NUSP
Kelembagaan masyarakat tingkat Kabupaten/Kota
Tim Teknis/Satker di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya Provinsi
Bappeda Provinsi
Narasumber

DURASI

1 hari *
*) Jadwal dan lok asi penyelenggaraan ditentuk an oleh pihak Satk er PKP
Provinsi (maksimal 1 minggu setelah penyelenggaraan sosialisasi)

B.1

Penyiapan dan
Pemantapan
Rencana Kerja

Mengk oordinasik an seluruh k egiatan RP2KPKP ini dari awal


sampai ak hir antara Tim Ahli Pendamping (TAP) dan Pok janis
Kabupaten/Kota
A.1.
SOSIALISASI

A.2

KONSOLIDASI TK.
PROVINSI

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.2

PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN

TUJUAN

3-20

Koordinasi antara tim ahli pendamping dengan Pokjanis

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Menyepakati rencana dan metodologi penyusunan RP2KPKP


Menyediakan peta dasar skala kabupaten/kota dan kawasan kumuh
yang diperlukan dalam penyusunan RP2KPKP
Mengumpulkan data dan informasi kabupaten/kota mengenai
permukiman kumuh (baseline dan profil kumuh)
METODE
LANGKAH

Diskusi dan Koordinasi


Diskusi kesiapan tim ahli pendamping dalam menjalankan lingkup
pekerjaan dan kebutuhan penyiapan pekerjaan
Penyamaan pemahaman lingkup tugas tim ahli pendamping dan
Pokjanis dalam kegiatan penyusunan RP2KPKP
Penyusunan dan penyepakatan rencana kerja dan metodologi yang
akan digunakan
Penyiapan peta dasar; dan Pengumpulan data dan informasi terkait

dengan pembangunan
OUTPUT

Rencana kerja dan metodologi yang telah disepakati


Data dan informasi terkait pembangunan dan pengembangan
kabupaten/kota maupun pembangunan permukiman, permukiman
kumuh perkotaan dan infrastruktur permukiman perkotaan
Peta Dasar Skala 1:25.000 untuk wilayah administrasi kota dan peta
dasar skala 1:50.000 untuk wilayah administrasi kabupaten
Peta garis skala 1:5000 untuk kawasan
*) pemanfaatan peta yang ada dari RTRW atau penyediaan peta sesuai
dengan k etentuan dalam penyusunan RP2KPKP

DURASI

1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu pertama bulan pertama atau sejak diterbitk annya
SPMK

B.2

Penyusunan
Desain Survey dan
Format Kegiatan

Penyusunan desain survey pada awal k egiatan yang


mencak up k ebutuhan-k ebutuhan data dan informasi yang
dibutuhk an dalam penyusunan RP2KPKP

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-21

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.2
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN

B.3

PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data kumuh
Data statistik
terkait

TUJUAN

Menyiapkan desain survey yang diperlukan untuk keperluan penyusunan


RP2KPKP
Menyusun format format untuk kebutuhan baik dilapangan maupun
pengelohan data dan informasi terkait dengan kondisi kawasan

METODE
LANGKAH

Diskusi
Penyamaan persepsi dan kesepakatan terkait data dasar yang sudah
ada
Penyamaan kebutuhan data yang diperlukan dalam penyusunan
RP2KPKP
Penyiapan desain survey
Penyiapan format untuk survey dan kegiatan

OUTPUT

Data Awal (sekunder)


Desain survey
Format format survey dan kegiatan

DURASI

1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu k edua bulan pertama atau sejak diselesaik annya
sub k egiatan persiapan dan pemantapan rencana k erja

3-22

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 3.2 Contoh Form Survey

: |____|____|

Provinsi
Kabupaten/Kota

: |____|____|

Kecamatan

: |____|____|
: |____|____|

Keluarhan/Desa
No
.
1

Parameter
Data
Program/Kegiata
n
Penanganan
Kumuh
Sebelumnya
Data umum
wilayah
Administratif
Kelurahan

Data Umum
kawasan kumuh
tingkat
kelurahan

Data umum Kelurahan

No.

No.

No
.

Data
Kependudukan

No.

Data Mata
Pencaharian
Penduduk

No
.

Lokasi Penanganan
Kumuh
(RW/RT/Lingkungan)

RW

Jumlah
RT

Kawasa
n
Kumuh

Luas
Kawasa
n (Ha)

05
Tahun

6 12
Tahun

Kawasa
n
Kumuh

Luas
Penanganan
Kumuh (Ha)

Jumlah
Penduduk

Luas
Wilayah
RW (Ha)

KK

Kepemillika
n lahan

13 17
Tahun

Sumber
Dana

Tahun

Jumlah
Bangunan
rumah
(unit)

Jiwa

Jumlah
Penduduk
RT/K
K

18 25
Tahun

Jiw
a

26 40
Tahun

Jumlah
Penduduk
Miskin
RT
Jiw
M
a

40 55
Tahun

Komponen
Infrastruktur

Luas Permukiman
Kumuh
Kawasan
Luas
(Ha)

Jumlah Rumah

Tota
l

> 55
Tahun

Kumu
h

05
Tahun

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian (orang)


PNS/TNI/Pol
ri

Swast
a

Pengraji
n

Nelaya
n

Petan
i

Buru
h

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tidak
Bekeraj
a

3-23

No
.
6

3-24

Parameter
Data Penghasilan
Rata-rata
Penduduk

Tingkat
Kesehatan
Penduduk

Data umum Kelurahan

No.

Kawasan Kumuh

Jumlah Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga (KK)


< Rp. 1
Rp. 1 2
Rp. 2 3
Rp. 3 6
>Rp. 6
Juta
Juta
Juta
Juta
Juta

No.

Kawasan
Kumuh

ISPA

Diare

Jumlah Penderita Penyakit Kronis (Jiwa)


Demam
Muntaber
Malaria
TBC
Berdarah

Peta Dasar Kelurahan yang dilengkapi dengan Delineasi Lokasi Permukiman Kumuh

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Lainnya

Tabel 3.3 Contoh Form Data Umum Permukiman Kumuh

I. Data umum Permukiman Kumuh


1
2

4
5

Nama Kawasan Permukiman Kumuh


Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh
Kawasan Pusat Kota
Kawasan Pinggiran Kota
Apakah Lokasi Sesuai dengan RTRW Kota
Ya
Tidak
Luas Kawasan Permukiman Kumuh (Ha)
Status Kepemilikan Lahan Pada Kawasan Kumuh
Milik Pribadi
Milik Pemda/BUMN
Milik Pemerintah Pusat/BUMN
Milik Swasta
Kepemilikan Lainnya
Karakteristik Kawasan Sekitar Permukiman Kumuh
Perumahan
Perkantoran
Perdagangan
Perindustrian
Pelabuhan
Perkebunan/pertanian
Kondisi Fisik Kawasan Permukiman Kumuh
Tepi sempadan sungai
Tepi saluran drainase induk/utama kota
Tepi jalur rel kereta api
Tepi sempadan jalan primer
Tepi pantai
Dibawah SUTET
Tepi kawasan lindung

1
2
1
2
.. Ha
1 Ha
2 Ha
3 Ha
4 Ha
5 Ha
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7

Apakah lokasi permukiman kumuh tercantum dalam SK Kumuh


Ya
1
Tidak
2

II. Data Kependudukan pada Permukiman Kumuh


1

Jumlah penduduk pada kawasan permukiman kumuh

__________ Jiwa

2
3

Jumlah rumah tangga/kepala keluarga total


Jumlah penduduk miksin

__________ KK
__________ Jiwa

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-25

4
5
6

Jumlaj rumah tangga/keluarga miskin


Jumlah keluarga yang menempati rumah sendiri
Jumlah keluarga yang tidak menempati rumah sendiri

__________ RTM
__________ KK
__________ KK

III. Data Bangunan Rumah Kawasan Kumuh


1

Jumlah bangunan rumah tinggal menurut jenis konstruksi (unit)


Rumah permanen
__________ Unit
Rumah semi permanen
__________ Unit
Rumah nonpermanen
__________ Unit
Kondisi kekumuhan bangunan rumah tinggal (unit)
jumlah rumah tidak kumuh
1__________ Unit
jumlah rumah kumuh
2__________ Unit
Status pemanfaatan bangunan rumah tinggal (unit)
Ditempati sendiri
1__________ Unit
Dikontrakkan/disewakan
2__________ Unit
Tidak dihuni/ditempati (kosong)
3__________ Unit
Legalitas status lahan bangunan rumah tinggal (unit)
Bersertifikat (hak milik/HGB)
1__________ Unit
Perjanjian sewa lahan
2__________ Unit
Tidak memiliki status legal/formal
3__________ Unit
Status lainnya
4__________ Unit
Jumlah penghuni rumah
Kurang atau sama dnegan 5 jiwa
1__________ Rumah
Antara 6 smampai 8 jiwa
2__________ Rumah
Lebih besar dari 8 jiwa
3__________ Rumah

IV. Aksesibilitas Infrastrtuktur Permukiman


1

3
4
5

3-26

Jumlah rumah tangga yang memiliki akses ke penyediaan air minum


Sambungan rumah (perpipaan PDAM)
1__________ RT
Fasilitas umum
2__________ RT
Sumur pompa/sumur gali
3__________ RT
Sumber air bersih lainnya yang aman
4__________ RT
Jumlah rumah tangga yang memiliki akses saran air limbah (s anitasi)
Toilet pribadi dilengkapi septik tank
1__________ RT
Toilet priadi dengan PAL komunal
2__________ RT
MK Cumum
3__________ RT
Sarana sanitasi tidak layak (cubluk, toilet apung, dll) 4__________ RT
Tanpa sarana sanitasi (BABS)
5__________ RT
Luas genanagan yang terjadi selam lebih dari 2 ja m
__________ Ha
Frekuensi terjadinya genangan dalam 1 tahun
Penyebab utaa terjadinya genangan
Hujan
Luapan sungai

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

__________ Kali
1
2

6
7

10

11

12

Luapan air laut (rob)


3
Lainnya
4
Rata-rata lamanya terjadi genangana (jam.hari/minggu/bulan)
jam
hari
minggu
Frekeuensi pembersihan saluran drainase lingkungan
setiap hari
1
setiap 2 hari sekali
2
setiap 2 minggu sekali
3
tidak pernah
4
Cara membuang/mereduksi sampah rumah tangga
Diangkut petugas sampah
1
Dibuang di pekarangan
2
Dibuangke sungai
3
Di bakar
4
Di olah (3R)
5
Frekuensi pengangkutan sampah rumah tangga
setiap hari
1
setuap 2 hari sekali
2
setiap 2 minggu sekali
3
tidak ada layangan pengangkatan sampah 4
Pengelola layangan pengangkutan dan pembuangan sampah
Dinas kebersihan atau aparat Pemerintah Daerah
1
Jasa pihak ketiga (kontraktor)
2
Lembaga sosial kemaysarakatan (RT/RW)
3
Kelompok swadaya masyarakat
4
Tidak ada lembaga pengelola sampah
5
Prasarana jalan eksisting (m)
Jalan lingkungan diperkeras (aspa l/cor beton/paving blok)
Jalan setapak diperkeras (rabat beton/paving blok)
Jalan lingkungan nonperkerasn (tanah)
Jalan setapak nonperkerasan
Kelengkapan infrastruktur jalan
Drainase tepi jalan dengan penutup (m)
Jalan degan lampu penerangan (m)
Jalan tanpa lampu penerangan

bulan

1
2
3
4
1
2
3

Catatan :
Form Survey ini merupakan contoh minimal kelengkapan data umum kelurahan yang b isa dikemban gka n
leb ih lanjut oleh Pokjanis

B.3

Penyiapan data

Pengumpulan atau k ompilasi data dan informasi dasar terk ait

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-27

profil permukiman
kumuh

dengan k awasan permuk iman k umuh yang nantinya digunak an


sebagai dasar dalam penyusunan RP2KPKP
B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.2
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN

B.3

PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data kumuh
Data statistik
terkait

TUJUAN

Menyiapkan data dasar profil kawasan permukiman kumuh

METODE

Diskusi dan Koordinasi

LANGKAH

Koordinasi internal terkait profil permukiman kumuh yang ada di


Kabupaten/kota sesuai dengan SK penetapan lokasi permukiman kumuh
Koordinasi dengan pihak terkait (P2KKP) untuk Kabupaten/Kota yang
telah memiliki baseline
Penyamaan persepsi dan kesepatan terkait data dasar yang akan
dipakai dalam profile kawasan permukiman kumuh

OUTPUT

Peta sebaran permukiman kumuh perkotaan


Profil kawasan permukiman kumuh perkotaan

DURASI

1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu k etiga bulan pertama atau sejak diselesaik annya
sub k egiatan penyusunan desain survey dan format k egiatan

3-28

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.9 Contoh Data Awal Profil Permukiman Kumuh

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-29

B.4

Overview kebijakan
daerah dan
identifikasi
kesesuaian
permukiman eksisting
terhadap rencana tata
ruang Kab/Kota

Melak uk an k ajian terhadap k ebijak an, strategi, dan


program pembangunan daerah yang terdapat dalam
dok umen perencanaan pembangunan dan penataan
ruang k abupaten/k ota (RPJPD, RPJMD, Renstra Dinas,
RTRW, Rencana Sek tor dan dok umen lain yang terk ait
dengan k awasan permuk iman k umuh)

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.4
B.2
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN

OVERVIEW
KEBIJAKANDAERAH
DAN IDENTIFIKASI
KESESUAIAN
PERMUKIMAN
TERHADAP
RENCANA TATA
RUANG

B.3
PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data kumuh
Data statistik
terkait

TUJUAN

Mengidentifikasi dan melakukan kajian terhadap kebijakan dan


strategi pembangunan, serta rencana tata ruang yang telah tersedia
maupun yang sedang disusun terkait dengan pembangunan
permukiman dan kawasan permukiman kumuh; dan
Mengidentifikasi dan melakukan kajian sinkronisasi kebijakan dan
strategi pembangunan kabupaten/kota, termasuk didalamnya kajian
terhadap dokumen-dokumen sektoral.
Mengidentifikasi dan melakukan kajian kesesuaian permukiman
(kumuh) terhadap rencana tata ruang

METODE
LANGKAH

Content Analysis (Analisis Isi), Desk Study, Overlay peta


Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota,
khususnya yang terkait pengembangan permukiman kumuh
perkotaan, terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD,
SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor lainnya;
Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan strategi
pembangunan terkait penanganan kawasan permukiman kumuh
terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP,

3-30

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

RPI2JM, dan rencana sektor lainnya


Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan dan strategi
pembangunan yang terkait pengembangan permukiman terutamanya
terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan
rencana sektor lainnya
Melakukan superimpose/overlay peta permukiman eksisting dengan
peta rencana pola ruang kota (guna lahan permukiman)
OUTPUT

Matriks strategi, kebijakan dan program kabupaten/kota


Peta kesesuaian guna lahan permukiman
Peta rencana pengembangan sektor permukiman

DURASI

1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu k eempat bulan pertama atau sejak
diselesaik annya sub k egiatan penyiapan data profil k awasan k umuh

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-31

3-32

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 3.4 Tabel Overview Kebijakan Pembangunan Daerah


NO.
1.

SUMBER/ DOKUMEN
RPJPD KOTA
BONTANG 2005
2025

VISI DAN MISI

TUJUAN & SASARAN

Visi:
KOTA MARITIM BERKEBUDAYAAN
INDUSTRI YANG BERWAWASAN
LINGKUNGAN DAN
MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT
Misi:
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Kota Bontang yang
berkebudayaan industri, berakhlak
mulia dan martabat
Meningkatkan kualitas tata
kepemerintahan yang baik
Meningkatkan kualitas lingkungan
hidup Kota Bontang
Memperkuat struktur ekonomi kota
Bontang dengan sektor maritim
sebagai penopang pembangunan
ekonomi dan tetap menjaga
keseimbangan industri migas dan
non migas

RPJMD KOTA
BONTANG TAHUN
2011 2016

Visi:
TERWUJUDNYA MASYARAKAT
KOTA BONTANG YANG BERBUDI
LUHUR, MAJU, ADIL DAN
SEJAHTERA
Misi:

Meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia kota
Bontang yang berakhlak mulia
dan profesional

Meningkatkan Kualitas Tata


Kepemerintahan yang baik

Meningkatkan Kualitas
Lingkungan Hidup

Memperkuat struktur ekonomi


dan mempercepat pemenuhan
kebutuhan listrik, dan air bersih
dan infrastruktur lainnya

Tujuan 1:
MEWUJUDKAN KOTA
BONTANG YANG BERSIH,
HIJAU, DAN ASRI
Sasaran 1:
Meningkatkan penanganan
sampah menjadi 74%
Sasaran 2:
Memelihara kondisi RTH
eksisting dan meningkatkan
luas RTH menjadi 3.330,96
Ha atau 22,5%

STRATEGI & ARAH KEBIJAKAN

RENCANA

Strategi 1:
Pem bangunan perumahan dan
permukiman yang berwawasan
lingkungan.
Arah Kebijakan:
Pembinaan dan peningkatan kualitas
lingkungan perumahan dan permukiman
disertai dengan penyediaan infrastruktur
yang memadai.
Pemenuhan kebutuhan perumahan dan
permukiman sesuai tingkat kemampuan
pendapatan masyarakat
Penataan dan revitalisasi kaw asan
permukiman kumuh.
Penataan dan pembatasan permukiman
di atas air dalam rangka perlindungan
ekosistem pesisir dan green belt

1. Rencana
Pengembangan
Perumahan Terencana
Pagung, Baltim, dan
disekitar kaw asan pusat
kota yaitu dikaw asan
pusat pemerintahan.
2. Rencana
Pengembangan
Perumahan Atas Raw a
Perumahan ini timbul
secara spontan, proporsi
distribusinya akan
menyebar pada WP I, II
dan III.
3. Rencana
Pengembangan Rum ah
Susun
Pengembangan Rumah
Susun (RUSUN) baik
sew a maupun milik akan
diprioritaskan untuk
menunjang kaw asan
industri dan nelayan
yang membutuhkan
rumah.

Tujuan 1, Sasaran 1
Strategi:
Pengembangan manajemen pengelolaan
sampah
Arah Kebijakan:

Peningkatan pengelolaan sampah di


TPA yang berkelanjutan

Pemenuhan sarana prasarana


persampahan

Pemberdayaan masyarakat dalam


pengelolaan sampah yang
berkelnajutan dengan pemanfataan
teknologi ramah lingkungan.
Tujuan 1, Sasaran 2:
Strategi:
Pengembangan ruang terbuka hijau
Arah Kebijakan:

Gerakan Bontang Green dan one


man five trees

Peningkatan peran masyarakat dalam


peningkatan kualitas dan kuantitas
RTH

Pembangunan dan revitalisasi taman


kota dan RTH

Penanaman pohon di catcment area


kota Bontang

Perumusan kebijakan ruang terbuka


hijau

PROGRAM

KEGIATAN

Tujuan 1, Sasaran 1:
Program pengembangan kinerja
pengelolaan persampahan

Tujuan 1, Sasaran 2:

Program pengelolaan ruang


terbuka hijau

Program pengendalian
pemanfaatan ruang

Program rehabilitasi hutan


dan lahan

Program peningkatan sarana


prasarana aparatur dan
administrasi pertanahan

Program perencanaan
penataan ruang

Program pemanfaatan ruang

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-33

NO.
7.

SUMBER/ DOKUMEN
STRATEGI SANITASI
KOTA BONTANG
(SSK) 2012 2016

VISI DAN MISI

TUJUAN & SASARAN


SUB SEKTOR AIR LIMBAH
Tujuan 1: Mew ujudkan
peran serta masyarakat
dalam pengelolaan air
lim bah
Sasaran: Meningkatnya
jumlah kelompok sw adaya
masyarakat yang menangani
pengelolaan air limbah dari 5
menjadi 15 KSM

STRATEGI & ARAH KEBIJAKAN

Program pengembangan kinerja


pengelolaan air minum dan air
limbah

Tujuan 2: Mem bangun


kemitraan strategis dalam
pem bangunan sanitasi
Sasaran: Meningkatnya
jumlah perusahaan yang
terlibat dalam program CSR
sektor sanitasi dari 3 menjadi
6

Strategi:
Membangun kemitraan dengan berbagai
pihak dalam penyediaan sarana dan
prasarana sanitasi

Program kemitraan peningkatan


pelayanan kesehatan

Tujuan 3: Meningkatkan
pengendalian pencemaran
lingkungan
Sasaran 1: Meningkatnya
cakupan pelayanan dan
pengelolaan air limbah dari
4,8% menjadi 10%

Tujuan 3 Sasaran 1
Strategi:
Peningkatan pengelolaan air limbah

Tujuan 3, Sasaran 1:
Program pengembangan kinerja
pengelolaan air minum dan air
limbah

Tujuan 3 Sasaran 2
Strategi:
Peningkatan sarana dan prasarana
pengelolaan sanitasi

SUB SEKTOR PERSAMPAHAN


Tujuan 1:
Strategi:
Meningkatkan peran aktif
Mengikutsertakan masyarakat dan
m asyarakat dan swasta
sw asta untuk berperan aktif dalam
dalam pengelolaan
pengelolaan kebersihan
persampahan m andiri
berbasis komunitas untuk
dapat m engurangi volume
sam pah
Sasaran: Meningkatnya
jumlah Kelompok Sw adaya
Masyarakat (KSM) dan
sekolah yang melakukan
pengelolaan sampah 3R
yang terbina dari 5
KSM/sekolah menjadi 25
KSM/sekolah
Tujuan 2:
Strategi:
Meningkatkan cakupan
Pengembangan manajemen pengelolaan
layanan dan kualitas sistem sampah
pengelolaan persampahan
Sasaran: Meningkatnya
cakupan pelayanan
persampahan dari 71,08%

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

PROGRAM

Strategi:
Peningkatan peran
serta masyarakat dan
dunia usaha dalam
penyelenggaraan
pengembangan
sistem pengelolaan
air limbah pemukiman

Sasaran 2: Meningkatnya
sarana prasarana sanitasi
dari 0% menjadi 66,7%

3-34

RENCANA

KEGIATAN
1.
2.
3.

Tujuan 3, Sasaran 2:
Program pengendalian
pencemaran dan perusakan
lingkungan

Program pengembangan kinerja


pengelolaan persampahan

1. Kemitraan program CSR sektor sanitasi


2. Workshop pengelolaan oleh sw asta

Tujuan 3, Sasaran 1:
1. Pembangunan IPAL Berbas Pantai,
Loktuan, Guntung, Kanaan
2. Pembangunan IPLT
3. Pembangunan WC Umum
4. Pembangunan Sanimas
5. Penambahan jaringan pipa air limbah
Tujuan 3, Sasaran 2:
Peningkatan sarana dan prasarana
laboratorium

1.
2.
3.

Program pengembangan kinerja


pengelolaan persampahan

Sosialisasi kebijakan pengelolaan air


limbah
Peningkatan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan air limbah
Sanitation Aw ard bagi perusahaan

1.
2.
3.
4.
5.

Sosialisasi kebijakan pengelolaan


persampahan
Peningkatan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan persampahan
Bimbingan teknis persampahan

Penyediaan sarana dan prasarana


pengelolaan persampahan
Pengembangan kinerja TPA
Peningkatan operasi dan pemeliharaan
sarana dan prasarana persampahan
Penyusunan dokumen perencanaan
Peningkatan operasi dan pemeliharaan

NO.

SUMBER/ DOKUMEN

VISI DAN MISI

TUJUAN & SASARAN

STRATEGI & ARAH KEBIJAKAN

RENCANA

PROGRAM

KEGIATAN

menjadi 74%
SUB SEKTOR DRAINASE
Tujuan: Meningkatkan
sistem jaringan drainase
dan pengendalian banjir
Sasaran 1: Meningkatnya
kondisi drainase/saluran
pembuangan air sepanjang
jalan dengan kondisi baik dari
13,77% menjadi 38, 62%
Sasaran 2: Menurunnya
kondisi drainase tersumbat
dari 6% menjadi 3%

SUB SEKTOR AIR BERSIH


Tujuan: Meningkatkan
produksi air bersih
Sasaran: Meningkatnya
cakupan layanan air bersih
PDAM dari 52,3% menjadi
80%

prasarana dan sarana TPA

Strategi:
Peningkatan penanganan sistem jaringan
drainase dan pengendalian banjir

Program pengembangan,
pengelolaan dan konservasi
sungai, danau dan sumber daya air
lainnya

Program pembangunan
turap/talud/bronjong
Program pembangunan saluran
drainase/gorong - gorong

Strategi 1:
Peningkatan pelayanan air bersih

Strategi 2:
Penyediaan alternative sumber air baku
baru

1.

Normalisasi sungai- sungai di Kota


Bontang
2. Peningkatan Waduk Kanaan
3. Pembangunan Bendungan Suka
Rahmat
4. Pembangunan folder Tanjung Laut dan
KCY
5. Pembangunan folder Kel. Tanjung Laut
Pembangunan dan rehabilitasi turap sungai
dan saluran air
Pembangunan dan rehabilitasi saluran
drainase / gorong-gorong
di Kota Bontang

Program pengembangan kinerja


pengelolaan air minum dan air
limbah

1.

Program pengembangan,
pengelolaan dan konservasi
sungai, danau dan sumber daya air
lainnya

1.

Pembangunan WTP Berbas Tengah,


Gunung Elai, Loktuan dan Kanaan
Optimalisasi WTP eksisting
Pengadaan dan peremajaan jaringan
pipa air bersih Kota Bontang

2.
3.

Dokumen perencanaan pipanisasi air


baku dari Bendungan Marangkayu ke
Kota Bontang
Pipanisasi pipa air baku dari Waduk
Marangkayu ke Kota Bontang
Pipanisasi air baku permukaan (Folder)

2.
3.

ASPEK PHBS/ HIGIENE


Tujuan: Membangun
perilaku hidup bersih dan
sehat
Sasaran: Meningkatnya
perilaku hidup bersih dan
sehat dari 36% menjadi 75%

Strategi 1:
Kampanye dan sosialisasi PHBS

Program promosi
kesehatan dan
pemberdayaan
masyarakat

1.
2.
3.
4.
5.

Strategi 2:
Peningkatan kualitas hidup masyarakat
melalui penerapan perilaku hidup bersih,
sehat dan pengembangan lingkungan sehat

Program
pengembanagan
lingkungan sehat

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Upaya promosi kesehatan Puskesmas


Pengembangan media promosi dan
informasi sadar hidup sehat
Penyuluhan masyarakat tentang pola
hidup sehat
Pembinaan posyandu
Pengembangan dan pembinaan
kelurahan sehat
Penyehatan lingkungan permukiman
Pengaw asan sarana air bersih
Pembinaan tempat pengolahan
makanan dan minuman
Pembinaan tempattempat umum
Upaya penyehatan lingkungan
puskesmas
Pengembangan pasar sehat
Pengembangan kaw asan kota sehat

Overview kebijakan daerah

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-35

Tabel 3.5 Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh


No

Program/
Kegiatan Sektoral *

Lokasi Kumuh
(Kelurahan)

Lokasi dan Luas Penanganan


(Cakupan Pelayanan)

Skala Penanganan
(Kawasan/Lingkungan) **

Sumber dana

1
2
3
4
5
Dst.

Catatan
*)
- Overview yang dilak uk an mencak up program/k egiatan yang dilak sanak an oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan k eterlibatan swasta
- Overview Program/Kegiatan Sek tor Penanganan Permuk iman Kumuh meliputi Program/Kegiatan yang telah/sedang berjalan dan yang masih dalam tahap rencana
**)

3-36

Sk ala Penanganan yang dimak sud adalah menyesuaik an dengan fungsi dan pengelolaan infrastruk tur tersebut.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tahun

Komponen
Infrastruktur

Gambar 3.10 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola Ruang

Catatan:
Proses superimpose k ondisi dan peta permuk iman k umuh ek sisting berlak u juga untuk rencana
sek toral

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-37

C.1

Penyiapan
kelembagaan
masyarakat pada
lokasi permukiman
kumuh

Dalam k egiatan penyusunan RP2KPKP, peran masyarak at


dalam penanganan k awasan permuk iman k umuh sangat
penting sebagai salah satu pelak u utama. Dalam hal ini
k elembagaan masyarak at di tingk at k awasan perlu disiapk an
agar pembagian peran masing-masing pemangk u k epentingan
di daerah menjadi lebih efek tif dan jelas.

C.1
PENYIAPAN
KELEMBAGAAN
MASYARAKAT PADA
LOKASI PERMUKIMAN
KUMUH

C.2
KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)

TUJUAN

Menyiapkan kelembagaan lokal masyarakat sebagai mitra penggerak


kegiatan sekaligus mengawal dan mengupayakan keberlanjutan program
penanganan permukiman kumuh di tingkat masyarakat.

METODE

Sosialisasi, diskusi

LANGKAH

Identifikasi kelembagaan masyarakat eksisting dalam konteks


pembangunan permukiman
Melakukan pendekatan dan kerjasama dengan kelembagaan lokal
masyarakat eksisting
Menyiapkan lembaga masyarakat/BKM/KSM eksisting agar siap
mendukung pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP

OUTPUT

Terbentuknya/tersiapkannya kelembagaan masyarakat (BKM/KSM)

PELAKSANA
UTAMA

Pokjanis kabupaten/kota

PELAKSANA
PENDUKUNG

Korkot/Askot/Fasilitator pendamping masyarakat

DURASI

Tokoh/unsur masyarakat
2 (dua) minggu *
*) Terhitung sejak minggu k etiga bulan pertama atau sejak diselesaik annya
sub k egiatan penyiapan data profil permuk iman k umuh

3.2.2

TAHAP VERIFIKASI
STRATEGI

LOKASI

SERTA PERUMUSAN

KONSEP

DAN

Tahap verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi merupakan tahapan proses
pemutakhiran profil permukiman kumuh agar diperoleh data dan informasi permukiman kumuh

3-38

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

yang detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep serta strategi pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai dengan kebutuhan lokasi permukiman
kumuh.Tahapan ini terbagi menjadi beberapa rangkaian kegiatan diskusi, penyusunan, serta
penyepakatan terhadap proses rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh perkotaan. Lingkup kegiatan verifikasi serta perumusan konsep dan strategi ini meliputi
5 (lima) sub kegiatan proses penyusunan dan 4 (empat) sub kegiatan diskusi dan
penyepakatan, yaitu sebagai berikut.

Penyelenggaraan Kegiatan
RP2KPKP (pendekatan fasilitasi
Pemda)

A.3

FGD 1 : verifikasi lokasi permukiman kumuh dan

A.4

FGD 2 : penyepakatan konsep dan strategi


pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman

Proses Penyusunan RP2KPKP


(Pendekatan Membangun Sistem)

B.5

Survey dan Pengolahan data permukiman kumuh

B.6

Verifikasi lokasi dan pemutakhiran profil


permukiman kumuh

B.7

Penilaian lokasi berdasarkan kriteria, indikator


dan parameter kekumuhan

B.8

Distribusi pola kolaborasi penanganan


permukiman kumuh

B.9

Perumusan kebutuhan pencegahan dan


peningkatan kualitas permukiman kumuh

B.10 Perumusan konsep serta strategi pencegahan


dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
Pendampingan pemangku
kepentingan (Pendekatan
Peningkatan Kapasitas)

C.2

Koordinasi dan sinkronisasi data kumuh (data


primer dan sekunder)

C.3

Distribusi pola penanganan berdasarkan


kompleksitas permasalahan

Lingkup kegiatan verifikasi dan perumusan strategi skala kota ini dilakukan dalam jangka waktu
2 (dua) bulan terhitung sejak kegiatan persiapan selesai dilakukan.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-39

TAHAPAN

TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI

WAKTU

BULAN 2

PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi
Pemda)

BULAN 3

A.4

FGD 2:
PENYEPAKATAN KONSEP,
STRATEGI, POLA
PENANGANAN SKALA KOTA,
DAN KAWASAN PRIORITAS

A.3

FGD 1:
PENYEPAKATAN PROFIL
PERMUKIMAN HASIL VERIFIKAS

B.10

B.5

PERUMUSAN KONSEP
DAN STRATEGI
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.11

PENENTUAN
KAWASAN
PRIORITAS
PENANGANAN
PERMUKIMAN
KUMUH

B.9
B.6

PROSES PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan Membangun
Sistem)

VERIFIKASI LOKASI DAN


PEMUTAKHIRAN PROFIL
PERMUKIMAN KUMUH

PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

B.7

PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN
B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

PENDAMPINGAN &
PELIBATAN MASYARAKAT
(Pendekatan Peningkatan
Kapasitas)

C.2

KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)

3-40

KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

LAPORAN
ANTARA

PELAPORAN

OUTPUT

C.3

Hasil pengolahan data permukiman kumuh;


Data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan, layanan hunian dan infrastruktur)
Hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan sekunder);
Profil permukiman kumuh yang telah terverifikasi;
Daftar kawsan permukiman kumuh prioritas penanganan;
Daftar kebutuhan penanganan permukiman kumuh;
Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;
Kawasan kumuh prioritas penanganan
Berita acara penyelenggaraan FGD 1 (Penyepakatan profil hasil verifikasi dan pola kolaborasi
penanganan permukiman kumuh);
Berita acara penyelenggaraan FGD 2 (Penyepakatan konsep, strategi, pola penanganan, dan
kawasan prioritas)

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan Perumusan
Strategi

B.5

SURVEY DAN
PENGOLAHAN DATA
PERMUKIMAN KUMUH

Merupakan proses identifikasi untuk memahami kondisi


permukiman kumuh berikut sebaran lokasi, konstelasinya
terhadap ruang kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologi
permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang
terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan
kelembagaan. Identifikasi ini diperlukan sebagai dasar
verifikasi lokasi dan pemutakhiran profil permukiman kumuh
yang telah ditetapkan di dalam SK Walikota/Bupati.
B.5

SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.6

VERIFIKASI LOKASI DAN


PEMUTAKHIRAN PROFIL
PERMUKIMAN KUMUH

B.7

PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

C.2

KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)

TUJUAN

Untuk mengidentifikasi kondisi permukiman kumuh berikut sebaran lokasi,


konstelasinya terhadap ruang skala kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologi
permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang terkait dengan
karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan.

Hasil dari k egiatan survey dan pengolahan data k umuh ini ak an menjadi
basis informasi awal untuk verifik asi permuk iman k umuh yang telah
ditetapk an didalam SK Walik ota/Bupati.
METODA

Survey dan Observasi

Konsolidasi dan Analisis data

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-41

LANGKAH

OUTPUT

DURASI

Pemetaan isu strategis, potensi, dan permasalahan

Diskusi

Mengidentifikasi sebaran permukiman kumuh skala kota/perkotaan


(termasuk permukiman kumuh yang berada diluar SK)

Mengidentifikasi
kota/perkotaan.

Mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh


mendapatkan pola penanganan yang tepat

Mengidentifikasi isu-isu strategis penanganan permukiman kumuh

Mengidentifikasi potensi dan permasalahan


ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan)

Mengolah basis data permukiman yang ada di Kabupaten/Kota menjadi


profil permukiman kumuh kota/perkotaan. (Salah satu basis data yang
bisa dimanfaatkan diantaranya adalah baseline)

Daftar dan peta sebaran permukiman kumuh skala kota/perkotaan


(termasuk permukiman kumuh yang berada diluar SK)

Matriks isu-isu strategis kawasan perkotaan dan permukiman kumuh


perkotaan.

Karakteristik permukiman kumuh kota/perkotaan yang didalamnya


memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik, sosial budaya, ekonomi,
kelembagaan, konstelasi terhadap ruang kota/perkotaan;

Kesesuaian SK dengan profil kumuh hasil survey dan pengolahan data


kumuh

konstelasi

permukiman

kumuh

terhadap

kota/perkotaan

(karakteristik

ruang
untuk

sosial,

2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

Dalam pengolahan data permuk iman k umuh, data baseline bisa dimanfaatk an sebagai
basis data permuk iman k umuh sebagai dasar verifik asi lok asi. B agi k abupaten/k ota yang
belum memilik i data baseline, mak a perlu dilak uk an identifik asi terhadap data rujuk an
permuk iman k umuh yang ada di Kabupaten/Kota serta melak uk an survey secara
menyeluruh di seluruh lok asi permuk iman k umuh untuk mendapatk an basis data
permuk iman k umuh.

3-42

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Catatan :
Data numerik baseline yang ada di Kabupaten/kota pada umumnya masih berupa data profil
permukiman, sehingga parameter datanya perlu dikonversi menjadi data permasalahan
permukiman kumuh. Sebagai contoh data keteraturan bangunan hunian perlu dikonversi
menjadi data ketetidakaturan bangunan hunian pada lokasi permukiman. Sebagai ilustrasi, bisa
dilihat pada tabel berikut.

Data Permukiman Baseline


No
A
1

KRITERIA /
INDIKATOR
FISIK
Keteraturan
Bangunan Hunian

Kepadatan
Bangunan Hunian

Kelayakan
Bangunan Hunian

PARAMETER

NILAI

SATUAN

Jumlah Keteraturan Bangunan Hunian


304 unit rumah tangga
Persentase Keteraturan Bangunan Hunian
10%
persentase
Luas permukiman .Ha
90,80
Ha
Jumlah total bangunan unit
3.027
Unit
Tingkat kepadatan bangunan ..unit/Ha
33
Unit/Ha
Jumlah Bangunan hunian memiliki luas lantai 7,2
2539 unit rumah tangga
m2 per orang
Persentase Bangunan hunian memiliki luas lantai
84%
persentase
7,2 m2 per orang
Jumlah Bangunan hunian memiliki kondisi Atap,
2.399 unit rumah tangga
Lantai, Dinding sesuai persyaratan teknis
Persentase Bangunan hunian memiliki kondisi Atap,
79%
persentase
Lantai, Dinding sesuai persyaratan teknis

Data/Profil Permukiman Kumuh berdasarkan hasil olahan


KONDISI
ASPEK

KRITERIA
Ketidakteraturan
Bangunan

1. KONDISI
BANGUNAN
GEDUNG

Tingkat Kepadatan
Bangunan
Ketidaksesuaian dengan
Persyaratan Teknis
Bangunan

PARAMETER
bangunan pada lokasi
tidak memiliki keteraturan
bangunan memiliki
kepadatan tidak sesuai
ketentuan
bangunan pada lokasi
tidak memenuhi
persyaratan teknis

NUMERIK

SATUAN

PROSEN

2723

Unit

90%

16

Ha

16%

628

Unit

21%

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-43

Tabel 3.6 Contoh Form isian Data Profil Permukiman Kumuh


FORM ISIAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH DARI HASIL SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA BASELINE
Keperluan
1. Database permukiman kumuh
2. Baseline data kawasan kumuh (T0)
3. Monitoring dan Evaluasi outcome penanganan kumuh
TANGGAL SURVEY :
A.

INFORMASI LOKASI DAN TIPOLOGI

Propinsi

Luas kawasan

Hektar

Kab/Kota

Jumlah penduduk

Jiwa

Kecamatan

Jumlah KK

KK

Kelurahan

Jumlah bangunan

Unit

Kawasan

Koordinat

RT/RW

Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)

Unit

Panjang Jalan Lingkungan

Panjang Saluran Drainase

Batas-batas kawasan

Utara

Selatan

Timur

Barat

Nama Lokasi Kumuh


Luas Lokasi Kumuh berdasarkan SK

Ha

Luas Lokasi Kumuh berdasarkan Profil

Ha

Legalitas Lokasi

Ya, tercantum dalam SK Walikota/Bupati


No. SK Walikota/Bupati
Tidak tercantum dalam SK walikota/Bupati

Tipologi Lokasi Kumuh

Di atas air
Di tepi air
Di Dataran Rendah
Di perbukitan
Di daerah rawan bencana

B.

KARAKTERISTIK

Karakteristik kawasan

3-44

Sekitar pusat kota/kws perkotaan


Bantaran sungai

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Permukiman Nelayan
Sekitar kawasan industri
Sekitar permukiman baru

C.

IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN

Kejelasan Status tanah

jelas
sebagian/seluruh

Kesesuaian dengan Peruntukan RTRW

sesuai
tidak sesuai

Persyaratan adm. bangunan

D.

Memiliki IMB

Unit

Tidak memiliki IMB

Unit

IDENTIFIKASI KONDISI KEKUMUHAN


1
Kondisi bangunan gedung
a.
Ketidakteraturan bangunan

Jumlah bangunan/rumah yang tidak memiliki keteraturan


b.
Tingkat kepadatan bangunan

Luas kawasan dengan kepadatan 250 unit/Ha (Untuk Kota Besar dan Metropolitan)

Unit
Unit

Luas kawasan dengan kepadatan 200 unit/Ha (Untuk Kota Sedang dan Kota kecil)

Unit

c.

Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis

Jumlah bangunan yang tidak memenuhi syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan,
kesehatan, kemudahan)
Kondisi jalan lingkungan
a.
Cakupan layanan jalan lingkungan

Luas area yang belum terlayani prasarana jalan lingkungan (jalan lingkungan atau gang dngan struktur
beton/paving/aspal)
b.
Kualitas jalan lingkungan

Total panjang jalan lingkungan yang sudah terstruktur (aspal/paving block/beton rabat)

Ha

meter

Panjang jalan dengan permukaan jalan rusak (yang sudah terstruktur aspal/paving block/beton)

meter

Kondisi penyediaan air minum


a.
Akses penduduk terhadap air minum yang aman

Jumlah penduduk yang tidak terakses air minum yang berkualitas (bersih, tidak berbau dan tercemar)
b.

Unit

jiwa

Kecukupan kuantitas air minum

Jumlah penduduk yg belum terpenuhi kebutuhan air minum secara kuantitas (60 liter/hari)

jiwa

Kondisi drainase lingkungan


a.
Genangan dengan >30cm, >2 jam , > 2x per tahun

Luas area yang terkena genangan


b.
Ketidaktersediaan prasarana drainase lingkungan

Luas area yang tidak terlayani prasarana drainase lingkungan

c.

d.

Ha
Ha

Panjang saluran drainase yang tidak tersedia


Ketidakterhubungan dengan sistem drainase kota

Luas area dengan sistem drainase tidak terhubung ke sistem kota

Panjang saluran drainase yang tidak terhubung dengan sistem drainase kota
Tidak terpeliharanya sistem drainase

Luas area yang sistem drainasenya tidak terpelihara baik melalui pemeliharaan rutin maupun berkala

Ha

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Ha

3-45


panjang saluran drainase yang tidak dipelihara
Kualitas konstruksi sistem drainase

Luas area yang konstruksi prasarana drainasenya buruk, baik karena belum di-struktur atau karena mengalami
kerusakan berat struktur

panjang saluran drainase dengan kualitas konstruksi buruk


Kondisi pemeliharaan air limbah
a.
Sistem pengolahan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku

luas area
b.
Prasarana dan sarana pengolaha air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis

Luas area yang sistem air limbah tidak sesuai persyaratan teknis
Kondisi pengolahan persampahan
a.
Sarana dan prasarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis

Luas area yg tdk memiliki sarpras persampahan sesuai syarat teknis dengan pendekatan 3R (Reuse, Reduce,
Recyclcle )
(Bin sampah dg pemilahan, gerobak sampah, TPS 3R, TPST)
b.
Sistem pengolahan sampah tidak sesuai persyaratan teknis

Luas area dengan sistem pengolahan sampah yang tidak standar (pewadahan, pengumpulan, pengangkutan
dan pengolahan)
c.
Tidak-terpeliharanya sarana dan prasarana persampahan

Luas area yang sarana dan prasarana pengolahan sampahnya tidak terpelihara baik melalui pemeliharaan rutin
maupun berkala
Kondisi proteksi kebakaran
a.
Tidak tersedia sistem pengamanan secara aktif dan pasif

Luas area yang tidak memiliki sistem pengamanan secara aktif dan pasif
b.
tidak tersedia pasokan air untuk pemadaman yang memenuhi persyaratan teknis

Luas area yang tidak memiliki pasokan air


c.
Kondisi lebar jalan tidak memadai untuk dilalui sarana pemadam kebakaran

panjang jalan

e.

E.

PERTIMBANGAN LAINNYA
1
Nilai strategis lokal

Ha
m

Ha
Ha

Ha

Ha

Ha

Ha
Ha
m

ya, fungsi strategis kabupaten/kota


bukan fungsi strategis kabupaten/kota

Kependudukan

Rendah < 150 jt jiwa


sedang, 151 - 200 jt jiwa
tinggi, 201 - 400 jt jiwa
sangat padat, . 400 jt jiwa

Tingkat partisipasi masyarakat dalam


mendukung pembangunan

tinggi
sedang
rendah

Lokasi memiliki potensi sosial ekonomi dan budaya untuk dikembangkan/dipelihara

ya
tidak

H.

DATA
1
2
3
4
5

PENDUKUNG
Peta orientasi lokasi
Peta delineasi kawasan
SHP koordinat data kawasan
Foto situasi kawasan
Foto nol pembangunan infastruktur

3-46

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 3.7 Contoh data profil permukiman yang menampilkan data numerik dan persentase
No
A
1

KRITERIA /
INDIKATOR
FISIK
Keteraturan
Bangunan
Hunian
Kepadatan
Bangunan
Hunian

PARAMETER
Jumlah Keteraturan Bangunan Hunian
Persentase Keteraturan Bangunan Hunian

Luas permukiman .Ha


Jumlah total bangunan unit
Tingkat kepadatan bangunan ..unit/Ha
Jumlah Bangunan hunian memiliki luas lantai 7,2 m2 per
orang
Persentase Bangunan hunian memiliki luas lantai 7,2 m2 per
Kelayakan
orang
Bangunan
Jumlah Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Lantai, Dinding
Hunian
sesuai persyaratan teknis
Persentase Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Lantai,
Dinding sesuai persyaratan teknis
Panjang Total Jaringan Jalan Lingkungan yg ada
Panjang jalan lingkungan dgn lebar > 1,5 meter
Panjang jalan lingkungan dgn lebar > 1.5 meter yang
permukaannya diperkeras
Aksesibilitas Jangkauan Jaringan Jalan Lingkungan yang layak
Lingkungan
Panjang jalan lingkungan dgn lebar 1,5 meter yang
permukaannya diperkeras dan tidak rusak
Panjang jalan lingkungan dgn lebar 1,5 meter yang dilengkapi
sal. samping jalan
Jalan Sesuai Persyaratan Teknis
Luas Area permukiman tidak terjadi genangan air/banjir
Persentase Kaw asan permukiman tidak terjadi genangan
air/banjir
Drainase
Panjang Total Drainase
Lingkungan
Panjang Kondisi jaringan drainase pada lokasi permukiman
memiliki kualitas tidak rusak/berfungsi baik
Persentase Kondisi jaringan drainase pada lokasi permukiman
memiliki kualitas minimum memadai
Jumlah Masyarakat terlayani Sarana Air Minum untuk minum,
mandi, dan cuci (perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang
layak)
Persentase Masyarakat terlayani Sarana Air Minum untuk
minum, mandi, dan cuci (perpipaan atau non perpipaan
Pelayanan Air terlindungi yang layak)
Minum
Jumlah Masyarakat terpenuhi kebutuhan air minum, mandi, cuci
(minimal 60liter/org/hari)
Persentase Masyarakat terpenuhi kebutuhan air minum, mandi,
cuci (minimal 60liter/org/hari)
Jumlah Masyarakat memiliki akses jamban keluarga / jamban
bersama (5 KK/jamban)
Persentase Masyarakat memiliki akses jamban keluarga /
jamban bersama (5 KK/jamban)
Pengelolaan Air Jumlah Jamban keluarga/jamban bersama sesuai persyaratan
Lim bah
teknis (memiliki kloset leher angsa yang terhubung dengan
septic-tank)
Persentase
Jamban keluarga/jamban bersama sesuai
persyaratan teknis (memiliki kloset leher angsa yang terhubung
dengan septic-tank)

NILAI

SATUAN

304

unit rumah tangga

10%

persentase

90,80
3.027
33

Ha
Unit
Unit/Ha

2539

unit rumah tangga

84%

persentase

2.399

unit rumah tangga

79%

persentase

22.875
12.815

meter
meter

10.300

meter

45%

persentase

7.900

meter

8.505

meter

37%
84,67

persentase
ha

93%

persentase

14.855

meter

7.421

meter

50%

persentase

457

unit rumah tangga

16%

persentase

2.479

unit rumah tangga

86%

persentase

2.670

unit rumah tangga

93%

persentase

2.565

unit rumah tangga

89%

persentase

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-47

No

9
B

3-48

KRITERIA /
INDIKATOR

Pengelolaan
Persampahan
Pengam anan
Bahaya
Kebakaran
NON FISIK

PARAMETER

NILAI

Saluran pembuangan air limbah rumah tangga terpisah dengan


45%
saluran drainase lingkungan
Jumlah Sampah domestik rumah tangga di kaw asan
1.397
permukiman terangkut ke TPS/TPA min. dua kali seminggu
Persentase Sampah domestik rumah tangga di kaw asan
49%
permukiman terangkut ke TPS/TPA min. dua kali seminggu
Persentase Kaw asan permukiman memiliki prasarana/sarana
proteksi kebakaran

Jumlah Bangunan hunian memiliki IMB


Persentase Bangunan hunian memiliki IMB
Legalitas
Jumlah Lahan bangunan hunian memiliki SHM/ HGB/ Surat yang
pendirian
diakui pemerintah
bangunan
Persentase Lahan bangunan hunian memiliki SHM/ HGB/ Surat
yang diakui pemerintah
Kepadatan penduduk ..jiw a/Ha (=jumlah penduduk dibagi luas
w ilayah RT)
Kepadatan
penduduk
Jumlah penduduk
Luas w ilayah RT
Pertanian,perkebunan, kehutanan, peternakan
Perikanan/nelayan
Pertambangan/galian
Mata pencarian
Industri/pabrik
penduduk
Konstruksi/bangunan
Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll)
Pegaw ai pemerintah
<450 Watt
900 Watt
Penggunaan
1300 Watt
Daya Listrik
2200 Watt
Menumpang/tidak punya meteran sendiri/dll
Rumah Sakit
Praktik dokter/poliklinik
Fasilitas
Puskesmas/Pustu
Pelayanan
Dukun/Pengobatan tradisional
Kesehatan
Bidan/mantri
Tidak pernah
Dalam kelurahan/kecamatan yang sama
Luar kecamatan
Fasilitas
Pelayanan
Di kota lain
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak ada anggota rumah tangga usia w ajib belajar

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

SATUAN
persentase
unit rumah tangga
persentase

0%

persentase

2.007
66%

unit rumah tangga


persentase

2.284

unit rumah tangga

75%

persentase

78

jiw a/Ha

11.933
153,81
2
0
0
395
70
2.152
235
1.034
1.553
211
26
26
63
349
2.431
0
0
0
2.739
0
0
18
89

jiw a
Ha

rumah tangga

rumah tangga

rumah tangga

rumah tangga

Tabel 3.8 Contoh Rekapitulasi Hasil Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh
Informasi Lokasi
Nam a Lua
Kw s
s Koordinat RT/RW Kel.
(Ha)

Gayam 39

Kondisi
Kec.

Aspek

Param eter Data

Jm l

Bangunan/rumah yang tidak


2723
memiliki keteraturan
Bangunan memiliki kepadatan tidak
sesuai ketentuan (Luas kaw asan
dengan kepadatan 250 unit/Ha
16
Bangunan
untuk kota besar dan 200 unit/Ha
Gedung
untuk kota sedang/kecil)
Bangunan yang tidak memenuhi
syarat teknis bangunan (kecukupan
628
luas, keamanan, kenyamanan,
kesehatan, kemudahan)
Luas area yang belum terlayani
prasarana jalan lingkungan (jalan
55,9
lingkungan atau gang dngan
Jalan
struktur
beton/paving/aspal)
Lingkunga
n
Panjang jalan dengan permukaan
jalan rusak (yang sudah terstruktur 63,88
aspal/paving block/beton)
Penduduk yang tidak terakses air
1003
minum yang berkualitas (bersih,
Penyediaa
9
tidak berbau dan tercemar)
n air
Penduduk yg belum terpenuhi
minum
kebutuhan air minum secara
1658
kuantitas (60 liter/hari)
Luas area yang terkena genangan
117 30'
RW 07/
(Genangan dengan >30cm, >2 jam 6,87
18.226" E
RT 1, 2,
Tanjung
, > 2x per tahun)
Gayam
3, dan
redeb
2 9'
Luas area yang tidak terlayani/tidak
RT 4
16.625" N
tersedia saluran/drainase
22,3
lingkungan
Panjang saluran drainase yang
Drainase
57,74
tidak tersedia
Lingkunga
Panjang saluran drainase yang
n
tidak terhubung dengan sistem
86,44
drainase kota
Panjang saluran drainase yang
tidak dipelihara (drainase
79,32
lingkungan kotor dan berbau)
Panjang saluran drainase dengan
66,1
kualitas konstruksi buruk
Luas area yang sistem pengolahan
air limbahnya tidak sesuai dengan 7,38
Pengelolaa
standar teknis yang berlaku
n Air
Luas area yang prasarana dan
Limbah
sarana pengolahan air limbahnya 11,09
tidak memenuhi persyaratan teknis
Luas area yg tdk memiliki sarpras
persampahan sesuai syarat teknis
52,35
Pengelolaa dengan pendekatan 3R (Reuse,
n
Reduce, Recyclcle )
Persampah
Luas area dengan sistem
an
pengolahan sampah yang tidak
52,35
standar (pew adahan,

Sat

Unit

90%

Ha

16%

Unit

21%

meter 55%

meter 63%

Jiw a 84%
Jiw a 14%

meter 7%

Ha

57%

meter 57%
meter 85%

meter 78%
meter 65%
Ha

7%

Ha

11%

Ha

51%

Ha

51%

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-49

Informasi Lokasi
Nam a Lua
Kw s
s Koordinat RT/RW
Kel.
(Ha)

Kondisi
Kec.

Aspek

Param eter Data

Jm l

Sat

pengumpulan, pengangkutan dan


pengolahan)
Luas area yang sarana dan
prasarana pengolahan sampahnya
81,35 Ha
tidak terpelihara baik melalui
pemeliharaan rutin maupun berkala
Luas area yang tidak memiliki
101,6
sistem pengamanan secara aktif
Ha
9
Proteksi
dan pasif
Kebakaran Luas area yang tidak memiliki
101,6
pasokan air untuk kebutuhan
Ha
9
proteksi kebakaran
Karang
Ambun
Samba
liung
Dst.

3-50

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

80%

100%
100%

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-51

3-52

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-53

3-54

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

C.2

KOORDINASI DAN
SINKRONISASI DATA
KUMUH

Merupakan
kegiatan
diskusi
dalam
rangka
mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil
permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survey
sekunder maupun primer serta hasil pengolahan data
permukiman yang diperoleh dari data baseline maupun data
statistik lainnya yang menjadi rujukan data permukiman
kumuh.
B.5

SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.6

VERIFIKASI LOKASI DAN


PEMUTAKHIRAN PROFIL
PERMUKIMAN KUMUH

C.2

KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)

TUJUAN

METODA
LANGKAH

OUTPUT

DURASI

Untuk mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil


permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survey sekunder
maupun primer serta hasil pengolahan data permukiman yang diperoleh
dari data baseline maupun data statistik lainnya yang menjadi rujukan
data permukiman kumuh.

Diskusi
Mengidentifikasi
unsur-unsur
terkait
dalam
proses
identifikasi
permukiman kumuh di Kabupaten/Kota, baik di tingkat Pemerintah Kota,
Korkot/Askot P2KKP, Masyarakat/BKM, akademisi.
Melakukan koordinasi dan sinkronisasi data permukiman kumuh, baik itu
data hasil olahan maupun data hasil survey
Hasil sinkronisasi data permukiman kumuh
Basis data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi
permukiman kumuh
1 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-55

B.6

VERIFIKASI LOKASI
DAN PEMUTAKHIRAN
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH

Merupakan
bagian
dari
proses
pemutakhiran
profil
permukiman kumuh untuk memperoleh data dan informasi
permukiman kumuh terkini secara detail, akurat, dan terukur
sebagai dasar perumusan konsep dan strategi pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang
sesuai dengan kebutuhan penanganan.
B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.6
VERIFIKASI LOKASI
DAN PEMUTAKHIRAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH

B.7

PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

C.2

KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)

TUJUAN

METODA

LANGKAH

3-56

Untuk memutakhirkan daftar dan profil permukiman kumuh


berdasarkan hasil survey dan pengolahan data permukiman
kumuh.
Untuk memperoleh data dan informasi permukiman kumuh terkini
secara detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan
konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan
penanganan.
Survey - observasi lapangan
Cek silang dengan hasil identifikasi awal
FGD
Verifikasi data terhadap profil yang telah ada
Pemutakhiran SK berdasarkan hasil penilaian yang telah
dilakukan
Penyusunan dan pendetailan profil permukiman kumuh
Verifikasi peta permukiman kumuh dengan melakukan
pembuatan peta mutakhir profil permukiman kumuh :

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

OUTPUT

DURASI

Peta Sebaran Lokasi Permukiman Kumuh Kota/Perkotaan


(skala 1: 25.000).
- Peta Profil (skala 1:5000) yang menggambarkan kondisi
eksisting permukiman kumuh berserta sarana dan
prasarananya
Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk seluruh
permukiman kumuh perkotaan
Data hasil pemutakhiran SK
Daftar permukiman kumuh yang telah terverifikasi
Data-data terverifikasi lokasi permukiman kumuh antara lain:
- Lokasi
- Deliniasi
- Luasan
- Layanan Hunian dan Infrastruktur (by name by address)
Pemutakhiran profil detail permukiman kumuh yang mencakup
data fisik yang terkait dengan 7 indikator kumuh dan data non
fisik lingkungan permukiman (by name by address).
Peta sebaran permukiman kumuh hasil verifikasi pada skala 1 :
25.000 1 : 10.000
Peta deliniasi permukiman kumuh hasil verifikasi pada skala 1 :
5.000 dalam bentuk peta citra dan peta garis
Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk seluruh
permukiman kumuh perkotaan
Berita Acara Verifikasi Lokasi

2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

Pemutakhiran profil kumuh kota/perkotaan dilakukan untuk menyusun profil permukiman kumuh
pada kawasan perkotaan dalam bentuk :

Pemutakhiran hasil verifikasi kebutuhan data dan peta yang perlu dilengkapi dalam
penyusunan Profil Permukiman Kumuh.
Pemutakhiran data dan peta hasil kegiatan survey terhadap SK Penetapan lokasi
permukiman kumuh (contoh : adanya perubahan luasan, perubahan unit lingkungan RT,
ataupun redeliniasi kawasan).
Kelengkapan peta yang dibutuhkan dalam penyusunan peta profil sebagai berikut:

NO

NAMA KEBUTUHAN PETA

SKALA

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-57

NO

NAMA KEBUTUHAN PETA

SKALA

Peta orientasi wilayah administratif kota atau perkotaan


pada wilayah Kabupaten

1 : 25.000

Peta rencana tata guna lahan kota/perkotaan

1 : 25.000

Peta arah pengembangan wilayah kota/perkotaan

1 : 25.000

Peta infrastruktur eksisting pada wilayah kota/perkotaan

1 : 25.000

Peta sebaran lokasi permukiman kumuh kota/perkotaan

1 : 25.000

Peta deliniasi permukiman kumuh kota/perkotaan

1 : 5.000

Peta status legalitas lahan pada kawasan perkotaan

1 : 5.000

Catatan :
Beberapa k emungk inan hasil verifik asi lok asi diantaranya (1) luas permuk iman k umuh
bertambah/berk urang; (2) letak administrasi/lok asi RT/RW dan batas -batas k awasan
(deliniasi k awasan) berubah.
Apabila dari hasil verifik asi ada k etidak sesuaian dengan SK penetapan lok asi permuk iman
k umuh yang telah terbit, mak a perlu disepak ati ditingk at Kabupaten/Kota, data permuk iman
yang disepak ati untuk didayagunak an. Dari hasil k esepak atan ini, Pemerintah
Kabupaten/Kota wajib menerbitk an SK revisi penetapan lok asi permuk iman k umuh yang
dilengk api dengan profil permuk iman k umuh.
Adapun penambahan/pengurangan luasan permuk iman k umuh hasil verifik asi ini selanjutnya
ak an dijadik an dasar bagi target penanganan jangk a menengah berik utnya.

Tahap verifikasi permukiman kumuh pada prinsipnya merupakan proses konfirmasi terhadap
data yang diperoleh dari hasil komparasi data hasil survey dan pengolahan data permukiman
kumuh dengan data/profil permukiman kumuh berdasarkan SK penetapan lokasi permukiman
kumuh, sehingga dapat dipastikan akurasi informasi yang dicantumkan ataupun melengkapi
data dan informasi lain yang belum ada tetapi diperlukan terkait pemutakhiran dan pendetailan
profil permukiman kumuh. Secara skematis, kedudukan verifikasi permukiman kumuh, bisa
dilihat pada gambar berikut.

3-58

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

SURVEY & PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH


DATA BASIS
PERMUKIMAN
BERDASARKAN
HASIL SURVEY DAN
DATA BASELINE

PENILAIAN
TERHADAP 7 ASPEK
DAN KRITERIA
KEKUMUHAN

DAFTAR PERMUKIMAN
KUMUH HASIL
SURVEY DAN
PENGOLAHAN DATA
KUMUH

COMPARE

DAFTAR
PERMUKIMAN
KUMUH DI
BERDASARKAN SK

KESESUAIAN SK DENGAN PROFIL


KUMUH HASIL SURVEY DAN
PENGOLAHAN DATA KUMUH

VERIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH


PEMUTAKHIRAN SK
VERIFIKASI PROFIL
DAN PETA

PEMBENTUKAN
KAWASAN
PENDETAILAN PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH

Gambar 3.12 Kedudukan Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh

Catatan:
Dalam proses verifikasi lokasi, tidak menutup kemungkinan ada proses pembentukan
kawasan (penggabungan spot-spot permukiman kumuh kedalam satu hamparan deliniasi
kawasan/clustering), dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Kesamaan karakteristik/ tipologi kumuh


Lokasi dengan jarak yang berdekatan
Pembentuk sistem/jaringan infrastruktur yang tidak dapat ditangani dalam bentuk
spot-spot kumuh
Pertimbangan keterpaduan penanganan kawasan dan kemudahan penanganan
kawasan

Proses penggabungan kawasan, bisa dilihat pada contoh ilustrasi peta di halaman
berikutnya.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-59

3-60

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 3.9 Form Verifikasi Permukiman Kumuh Perkotaan

Verifikasi dan Identifikasi Permukiman Kumuh Perkotaan


Hasil Penyusunan RP2KPKP 2016
Kabupaten/Kota
Provinsi

:
:

Lokasi Kumuh Berdasarkan SK Kumuh Bupati/Walikota


a. Jumlah Lokasi

b. Luasan Kumuh (ha)

Lokasi Kumuh Berdasarkan Hasil Verifikasi 2015


a. Jumlah Lokasi

b. Luasan Kumuh (ha)

Tabel Lokasi Kumuh Hasil Verifikasi


No.

Lokasi Kumuh Berdasarkan SK


Walikota/Bupati
Lokasi*
Luasan (Ha)

Lokasi Kumuh Berdasarkan


Verifikasi RP2KPKP 2016
Lokasi*
Luasan (Ha)

Berita Acara Hasil


Verifikasi
Ada
Tidak

Kategori Kumuh
Ringan

Sedang

Berat

Kawasan Prioritas
Ya

Tidak

Peta 1 : 5000
Profil Permukiman
(shp)
Kumuh
Ada
Tidak Sudah
Belum

Keterangan

1
2
3
4
5
dst.

TOTAL
*) Keterangan lokasi mohon dijelaskan hingga RT dan RW

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-61

3-62

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-63

3-64

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-65

3-66

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.13 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Bangunan
Gedung/Hunian

Gambar 3.14 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Jalan
Lingkungan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-67

Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Drainase
Lingkungan

3-68

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

B.7

PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN
KRITERIA, INDIKATOR
DAN PARAMETER
KEKUMUHAN

Merupakan tahapan untuk menilai lokasi permukiman kumuh


berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan
yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 tahun 2016 tentang
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh.
B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.6
VERIFIKASI LOKASI
DAN PEMUTAKHIRAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH

B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN
Kriteria, Indikator dan
Parameter
Kekumuhan

TUJUAN

METODA

LANGKAH

Untuk mendapatkan klasifikasi tingkat kekumuhan dan daftar


urutan (rangking) permukiman kumuh berdasarkan hasil
penilaian terhadap kompleksitas permasalahan sebagai landasan
penetapan strategi dan pola penanganan.
Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, analisis peta
spasial, pemetaan masalah, diskusi melalui Focus Group
Discussion (FGD)

Menentukan daftar urutan (rangking) permukiman kumuh


berdasarkan kompleksitas permasalahan

Skoring permukiman kumuh sesuai dengan kriteria dan


indikator yang telah ditetapkan didalam Permen PUPR
No.2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Perumahan
dan Kawasan Permukiman.

Melakukan diskusi FGD untuk menyepakati kolaborasi pola


penanganan
dan
kontribusi
program
penanganan
permukiman kumuh (RP2KPKP/P2KKP/NUSP ataupun
penanganan yang dapat
ditindaklanjuti melalui programprogram regular di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota
dalam rangka peningkatan Standar Pelayanan Minimal
(SPM).

Pemetaan sebaran lokasi permukiman kumuh dan


kategorinya.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-69


Daftar kawasan permukiman kumuh prioritas.

Peta kawasan permukiman kumuh prioritas

Profil detail permukiman kumuh prioritas


2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

OUTPUT

DURASI

Tahap ini akan menjadi saringan awal penilaian lokasi permukiman kumuh berdasarkan
kompleksitas permasalahan yang ada di lokasi permukiman kumuh yang telah teridentifikasi
pada tahap sebelumnya.
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi terhadap aspek:
1.

Kondisi Kekumuhan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas klasifikasi:

2.

a. Kumuh kategori ringan;


b. Kumuh kategori sedang; dan
c. Kumuh kategori berat.
Legalitas Lahan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi:

3.

a. Status lahan legal; dan


b. Status lahan tidak legal.
Pertimbangan Lain
Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas:
a.
b.
c.

Pertimbangan lain kategori rendah;


Pertimbangan lain kategori sedang; dan
Pertimbangan lain kategori tinggi.

Hasil identifik asi terhadap k omplek sitas permasalahan pada tahap ini ak an menjadi rujuk an
dalam menetapk an k olaborasi pola penanganan dan k ontribusi program penanganan
permuk iman k umuh melalui k olaborasi multisek tor dan multiak tor diseluruh tahapan
pembangunan yang k emudian ak an menghasilk an rek omendasi pembagian pola
penanganan permuk iman k umuh, baik itu pola penanganan melalui RP2KPKP, P2KKP,
NUSP, ataupun penanganan melalui program-program regular di tingk at Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam upaya pencegahan dan peningk atan k ualitas permuk iman k umuh
perk otaan.

3-70

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 3.10

Tabel Kriteria dan Indikator Penentuan Urutan Kawasan Prioritas

No
ASPEK
KRITERIA
.
A. Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1.
KONDISI
Ketidakteraturan
BANGUNAN
Bangunan
GEDUNG

Tingkat
Kepadatan
Bangunan

Ketidaksesuaian
dengan
Persyaratan
Teknis Bangunan

INDIKATOR
Tidak memenuhi
ketentuan tata
bangunan dalam RDTR,
meliputi pengaturan
bentuk, besaran,
perletakan, dan
tampilan bangunan
pada suatu zona;
dan/atau
Tidak memenuhi
ketentuan tata
bangunan dan tata
kualitas lingkungan
dalam RTBL, meliputi
pengaturan blok
lingkungan, kapling,
bangunan, ketinggian
dan elevasi lantai,
konsep identitas
lingkungan, konsep
orientasi lingkungan,
dan w ajah jalan.
KDB melebihi ketentuan
RDTR, dan/atau RTBL;
KLB melebihi ketentuan
dalam RDTR, dan/atau
RTBL; dan/atau
Kepadatan bangunan
yang tinggi pada lokasi,
yaitu:
untuk kota metropolitan
dan kota besar>250
unit/Ha
untuk kota sedang dan
kota kecil >200 unit/Ha

Kondisi bangunan pada


lokasi tidak memenuhi
persyaratan:
pengendalian dampak
lingkungan
pembangunan
bangunan gedung di
atas dan/atau di baw ah
tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum
keselamatan bangunan
gedung
kesehatan bangunan
gedung
kenyamanan bangunan
gedung
kemudahan bangunan
gedung

PARAMETER

NIL
AI

76% - 100%
bangunan pada
lokasi tidak memiliki
keteraturan
51% - 75%
bangunan pada
lokasi tidak memiliki
keteraturan
25% - 50%
bangunan pada
lokasi tidak memiliki
keteraturan

76% - 100%
bangunan memiliki
lepadatan tidak
sesuai ketentuan
51% - 75%
bangunan memiliki
lepadatan tidak
sesuai ketentuan
25% - 50%
bangunan memiliki
lepadatan tidak
sesuai ketentuan

76% - 100%
bangunan pada
lokasi tidak
memenuhi
persyaratan teknis
51% - 75%
bangunan pada
lokasi tidak
memenuhi
persyaratan teknis
25% - 50%
bangunan pada
lokasi tidak
memenuhi
persyaratan teknis

SUMBER
DATA

Dokumen
RDTR &
RTBL,
Format
Isian,
Observasi

Dokumen
RDTR &
RTBL,
Dokumen
IMB,
Format
Isian, Peta
Lokasi

Waw ancar
a, Format
Isian,
Dokumen
IMB,
Observasi

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-71

No
.
2.

ASPEK
KONDISI
JALAN
LINGKUNGAN

KRITERIA
Cakupan
Playanan Jalan
Lingkungan

Kualitas
Permukaan Jalan
Lingkungan

3.

KONDISI
PENYEDIAAN
AIR MINUM

Ketidaktersediaan
Akses Aman Air
Minum

Ketidakterhubung
an dengan Sistem
Drainase
Perkotaan

4.

3-72

KONDISI
DRAINASE
LINGKUNGAN

Ketidakmamp
uan
mengalirkan
Limpasan Air

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

INDIKATOR
Sebagian lokasi
perumahan atau
permukiman tidak
terlayani dengan jalan
lingkungan yang
sesuai dengan ketentuan
teknis

Sebagian atau seluruh


jalan lingkungan terjadi
kerusakan permukaan
jalan pada lokasi
perumahan atau
permukiman

Masyarakat pada lokasi


perumahan dan
permukiman tidak dapat
mengakses air minum
yang memiliki kualitas
tidak berw arna, tidak
berbau, dan tidak berasa

Kebutuhan air minum


masyarakat padalokasi
perumahan atau
permukiman tidak
mencapai minimal
sebanyak 60
liter/orang/hari

Jaringan drainase
lingkungan tidak mampu
mengalirkan limpasan air
sehingga menimbulkan
genangan dengan tinggi
lebih dari 30 cm selama
lebih dari 2 jam dan terjadi
lebih dari 2 kali setahun

PARAMETER
76% - 100% area
tidak terlayani oleh
jaringan jalan
lingkungan
51% - 75% area
tidak terlayani oleh
jaringan jalan
lingkungan
25% - 50% area
tidak terlayani oleh
jaringan jalan
lingkungan
76% - 100% area
memiliki kualitas
permukaan jalan
yang buruk
51% - 75% area
memiliki kualitas
permukaan jalan
yang buruk
25% - 50% area
memiliki kualitas
permukaan jalan
yang buruk
76% - 100% populasi
tidak dapat
mengakses air
minum yang aman
51% - 75% populasi
tidak dapat
mengakses air
minum yang aman
25% - 50% populasi
tidak dapat
mengakses air
minum yang aman
76% - 100% populasi
tidak terpenuhi
kebutuhan air
minum minimalnya
51% - 75% populasi
tidak terpenuhi
kebutuhan air minum
minimalnya
25% - 50% populasi
tidak terpenuhi
kebutuhan air minum
minimalnya
76% - 100% area
terjadi
genangan>30cm, > 2
jam
dan > 2 x setahun
51% - 75% area
terjadi
genangan>30cm, > 2
jam dan > 2 x
setahun

NIL
AI
5

SUMBER
DATA

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
Lokasi,
Observasi

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
Lokasi,
Observasi

Waw ancar
a, Format
Isian,
Observasi

Waw ancar
a, Format
Isian,
Observasi

Waw ancar
a, Format
Isian,
Observasi

No
.

ASPEK

KRITERIA

INDIKATOR

PARAMETER
25% - 50% area
terjadi
genangan>30cm, > 2
jam
dan > 2 x setahun

Ketidaktersediaan
Drainase

Ketidakterhubunga
n dengan Sistem
Drainase
Perkotaan

Tidak
Terpeliharanya
Drainasee

Kualitas
Konstruksi
Drainase

KONDISI
PENGELOLAA
N AIR LIMBAH

Sistem
Pengelolaan
Air
Limbah
Tidak
Sesuai
Standar
Teknis

Tidak tersedianya saluran


drainase lingkungan pada
lingkungan perumahan
atau permukiman, yaitu
saluran tersier dan/atau
saluran lokal

Saluran drainase
lingkungan tidak
terhubung dengan
saluran pada hirarki di
atasnya sehingga
menyebabkan air tidak
dapat mengalir dan
menimbulkan genangan

Tidak
dilaksanakannyapemeliha
raan saluran
drainase lingkungan pada
lokasi perumahan atau
permukiman,baik:
1. pemeliharaan rutin;
dan/atau
2. pemeliharaan
berkala
Kualitas konstruksi
drainase buruk, karena
berupa galian tanah tanpa
material pelapis atau
penutup maupun karena
telah terjadi kerusakan

Pengelolaan air limbah


pada lokasi perumahan
atau permukiman tidak
memiliki sistem yang
memadai,
yaitukakus/kloset yang

76% - 100% area


tidak tersedia
drainase lingkungan
51% - 75% area
tidak tersedia
drainase lingkungan
25% - 50% area
tidak tersedia
drainase lingkungan
76% - 100%
drainase lingkungan
tidak terhubung
dengan hirarki di
atasnya
51% - 75% drainase
lingkungan tidak
terhubung dengan
hirarki di atasnya
25% - 50% drainase
lingkungan tidak
terhubung dengan
hirarki di atasnya
76% - 100% area
memiliki drainase
lingkungan yang
kotor dan berbau
51% - 75% area
memiliki drainase
lingkungan yang
kotor dan berbau
25% - 50% area
memiliki drainase
lingkungan yang
kotor dan berbau
76% - 100% area
memiliki kualitas
kontrsuksi drainase
lingkungan buruk
51% - 75% area
memiliki kualitas
kontrsuksi drainase
lingkungan buruk
25% - 50% area
memiliki kualitas
kontrsuksi drainase
lingkungan buruk
76% - 100% area
memiliki sistem air
limbah yang tidak
sesuai standar teknis
51% - 75% area
memiliki sistem air

NIL
AI
1

SUMBER
DATA

3
1

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi

Waancara,
Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-73

No
.

ASPEK

KRITERIA

Prasarana dan
Sarana
Pengelolaan Air
Limbah Tidak
Sesuai dengan
Persyaratan
Teknis

6.

KONDISI
PENGELOLAA
N
PERSAMPAHA
N

Prasarana dan
Sarana
Persampahan
Tidak Sesuai
dengan
Persyaratan
Teknis

Sistem
Pengelolaan
Persampahan
yang Tidak Sesuai
Standar Teknis

Tidak
terpeliharanya

3-74

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

INDIKATOR

PARAMETER

tidak terhubung dengan


tangki septik baik secara
individual/domestik,
komunal maupun terpusat

limbah yang tidak


sesuai standar teknis
25% - 50% area
memiliki sistem air
limbah yang tidak
sesuai standar teknis
76% - 100% area
memiliki sarpras air
limbah tidak sesuai
persyaratan teknis
51% - 75% area
memiliki sarpras air
limbah tidak sesuai
persyaratan teknis
25% - 50% area
memiliki sarpras air
limbah tidak sesuai
persyaratan teknis
76% - 100% area
memiliki sarpras
pengelolaan
persampahan yang
tidak memenuhi
persyaratan teknis
51% - 75% area
memiliki sarpras
pengelolaan
persampahan yang
tidak memenuhi
persyaratan teknis
25% - 50% area
memiliki sarpras
pengelolaan
persampahan yang
tidak memenuhi
persyaratan teknis

Kondisi prasarana dan


sarana pengelolaan air
limbah
pada
lokasi
perumahan
atau
permukiman dimana:
kloset leher angsa tidak
terhubung dengan
tangki septik;
tidak tersedianya sistem
pengolahan limbah
setempat atau terpusat
Prasarana dan sarana
persampahan
pada
lokasi
perumahan
atau
permukiman tidak sesuai
dengan
persyaratan
teknis, yaitu:
tempat sampah dengan
pemilahan sampah
pada skala domestik
atau rumah tangga;
tempat pengumpulan
sampah (TPS) atau TPS
3R (reduce, reuse,
recycle) pada skala
lingkungan;
gerobak sampah
dan/atau truk sampah
pada skala lingkungan;
dan
tempat pengolahan
sampah terpadu (TPST)
pada skala lingkungan.
Pengelolaan
persampahan pada
lingkungan
perumahan atau
permukiman tidak
memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. pew adahan dan
pemilahan domestik;
2. pengumpulan
lingkungan;
3. pengangkutan
lingkungan;
4. pengolahan
lingkungan
Tidak dilakukannya
pemeliharaan sarana dan

NIL
AI

SUMBER
DATA

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi

76% - 100% area


memiliki sistem
persampahan tidak
sesuai standar
51% - 75% area
memiliki sistem
persampahan tidak
sesuai standar
25% - 50% area
memiliki sistem
persampahan tidak
sesuai standar

76% - 100% area


memiliki sarpras

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi

Waw ancar
a, Format

No
.

7.

ASPEK

KONDISI
PROTEKSI
KEBAKARAN

KRITERIA

INDIKATOR

PARAMETER

Sarana
dan
Prasarana
Pengelolaan
Persampahan

prasarana pengelolaan
persampahan pada lokasi
perumahan atau
permukiman, baik:
1. pemeliharaan rutin;
dan/atau
2. pemeliharaan
berkala

persampahan yang
tidak terpelihara
51% - 75% area
memiliki sarpras
persampahan yang
tidak terpelihara
25% - 50% area
memiliki sarpras
persampahan yang
tidak terpelihara
76% - 100% area
tidak memiliki
prasarana proteksi
kebakaran
51% - 75% area
tidak memiliki
prasarana proteksi
kebakaran
25% - 50% area
tidak memiliki
prasarana proteksi
kebakaran
76% - 100% area
tidak memiliki sarana
proteksi kebakaran
51% - 75% area
tidak memiliki sarana
proteksi kebakaran
25% - 50% area
tidak memiliki sarana
proteksi kebakaran

KONDISI
PROTEKSI
KEBAKARAN

Ketidaktersedi
aan
Sarana
Proteksi
Kebakaran

B. IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN


1.
LEGALITAS
Kejelasan Status
LAHAN
Penguasaan
Lahan

Tidak
tersedianya
prasarana
proteksi
kebakaran
pada lokasi, yaitu:
pasokan air;
jalan lingkungan;
sarana komunikasi;
data sistem proteksi
kebakaran
lingkungan;dan
bangunan pos
kebakaran
Tidak tersedianya sarana
proteksi kebakaran pada
lokasi, yaitu:
1. Alat Pemadam Api
Ringan (APAR);
2. mobil pompa;
3. mobil tangga sesuai
kebutuhan; dan
4. peralatan pendukung
lainnya
Kejelasan terhadap status
penguasaan lahan
berupa:
kepemilikan sendiri,
dengan bukti dokumen
sertifikat hak atas tanah
atau bentuk dokumen
keterangan status tanah
lainnya yang sah; atau
kepemilikan pihak lain
(termasuk milik
adat/ulayat), dengan
bukti izin pemanfaatan
tanah dari pemegang
hak atas tanah atau
pemilik tanah dalam
bentuk perjanjian tertulis
antara pemegang hak
atas tanah atau pemilik
tanah

Keseluruhan lokasi
memiliki kejelasan
status penguasaan
lahan, baik milik
sendiri atau milik
pihak lain
Sebagian atau
keseluruhan lokasi
tidak memiliki
kejelasan status
penguasaan lahan,
baik milik sendiri
atau milik pihak lain
Keseluruhan lokasi
berada pada zona
peruntukan
perumahan/permuki
man sesuai RTR
Sebagian atau
keseluruhan
lokasiberada bukan
pada zona
peruntukan
perumahan/permuki
man sesuai RTR

NIL
AI

SUMBER
DATA
Isian, Peta
RIS,
Observasi

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi

5
3

Waw ancar
a, Format
Isian, Peta
RIS,
Observasi

(+)

(-)

Waw ancar
a, Format
Isian,
Dokumen
Pertanaha
n,
Observasi

(+)

(-)

Waw ancar
a, Format
Isian,
RTRW,
RDTR,
Observasi

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-75

No
ASPEK
KRITERIA
.
C. IDENTIFIKASI PERTIMBANGAN LAIN
1.
PERTIMBANG
Nilai Strategis
AN LAIN
Lokasi

Kependudukan

Kondisi Sosial,
Ekonomi, dan
Budaya

INDIKATOR

PARAMETER

NIL
AI

Pertimbangan
letak
lokasi
perumahan
atau
permukiman
pada:
1. fungsi strategis
kabupaten/kota; atau
2. bukan fungsi
strategis kabupaten/kota
Pertimbangan kepadatan
penduduk pada lokasi
perumahan
atau
permukiman
dengan
klasifikasi:
rendah yaitu kepadatan
penduduk di baw ah 150
jiw a/ha;
sedang yaitu
kepadatan penduduk
antara 151 200
jiw a/ha;
tinggi yaitu kepadatan
penduduk antara 201
400 jiw a/ha;
sangat padat yaitu
kepadatan penduduk di
atas 400 jiw a/ha;

Lokasi terletak pada


fungsi strategis
kabupaten/kota
Lokasi tidak terletak
pada fungsi strategis
Kabupaten/ kota

Untuk Metropolitan&
Kota Besar
Kepadatan
Penduduk pada
Lokasi sebesar
>400
Jiw a/Ha
Untuk Kota Sedang
& Kota Kecil
Kepadatan
Penduduk pada
Lokasi sebesar
>200 Jiw a/Ha
Kepadatan
Penduduk pada
Lokasi sebesar
151 - 200
Jiw a/Ha
Kepadatan
Penduduk pada
Lokasi sebesar
<150
Jiw a/Ha
Lokasi memiliki
potensi sosial,
ekonomi dan
budaya untuk
dikembangkan
atau dipelihara
Lokasi tidak
memiliki potensi
sosial, ekonomi
dan budaya
tinggi untuk
dikembangkan
atau dipelihara

Pertimbangan
potensi
yang
dimiliki
lokasi
perumahan
atau
permukiman berupa:
potensi sosial yaitu
tingkat partisipasi
masyarakat dalam
mendukung
pembangunan;
potensi ekonomi yaitu
adanya kegiatan
ekonomi tertentu yang
bersifat strategis bagi
masyarakat setempat;
potensi budaya yaitu
adanya kegiatan atau
w arisan budaya
tertentu yang dimiliki
masyarakat setempat

SUMBER
DATA

Waw ancar
a, Format
Isian,
RTRW,
RDTR,
Observasi

Waw ancar
a, Format
Isian,
Statistik,
Observasi

1
Waw ancar
a, Format
Isian,
Observasi

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

3-76

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut di atas,
selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam
berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.11

Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan

KETERANG
AN

NILAI

A
1

A
2

A
3

A
4

A
5

BERBAGAI KEMUNGKINAN KLASIFIKASI


A
B
B
B
B
B
B
C
C
6
1
2
3
4
5
6
1
2

C
3

C
4

C
5

C
6

Kondisi Kekumuhan
71
Kumuh
X
X
X
X
X
X
95
Berat
45
Kumuh
X
X
X
X
X
X
70
Sedang
19
Kumuh
X
X
X
X
X
X
44
Ringan
Legalitas Lahan
Status
(+)
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Lahan Legal
Status
(-)
Lahan Tidak
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Legal
Pertimbangan Lain
Pertimbanga
79
X
X
X
X
X
X
n Lain Tinggi
Pertimbanga
46
n Lain
X
X
X
X
X
X
Sedang
Pertimbanga
13
n Lain
X
X
X
X
X
X
Rendah
SKALA PRIORITAS
1
1
4
4
7
7
2
2
5
5
8
8
3
3
6
6
9
9
PENANGANAN
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa :


1.

2.

3.

Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi merupakan:


a.

kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;

b.

kumuh sedang bila memiliki nilai 71-95;

c.

kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;

Berdasarkan pertimbangan lain, suatu lokasi memiliki:


a.

pertimbangan lain tinggi bila memiliki nilai 7-9;

b.

pertimbangan lain sedang bila memiliki nilai 4-6;

c.

pertimbangan lain rendah bila memiliki nilai 1-3;

Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi memiliki:


a.

status lahan legal bila memiliki nilai positif (+);

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-77

b.

status lahan tidak legal bila memiliki nilai negatf (-).

Berdasarkan penilaian tersebut, maka dapat terdapat 18 kemungkinan klasifikasi perumahan


kumuh dan permukiman kumuh, yaitu sebagai berikut :
1.

A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan
legal;

2.

A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan tidak
legal;

3.

A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
legal;

4.

A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
tidak legal;

5.

A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
legal;

6.

A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
tidak legal;

7.

B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan
legal;

8.

B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan
tidak legal;

9.

B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
legal;

10. B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
tidak legal;
11. B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
legal;
12. B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
tidak legal;
13. C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan
legal;
14. C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan
tidak legal;
15. C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
legal;
16. C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
tidak legal;
17. C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
legal;
18. C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
tidak legal.

3-78

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala prioritas penanganan,
sebagai berikut:

Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2;

Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 dan B2;

Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2;

Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4;

Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4;

Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4;

Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6;

Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6;

Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-79

3-80

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 3.12

Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan

Dst.

Berbas Tengah

Bontang Baru

Teluk Kadere

Pulau
Selangan

Pagung

Loktuan

Pulau Gusung

Id entifikasi Kond isi Kekumuhan (Fisik)


76% - 100% Bangunan Tidak Memiliki
Keteraturan
(a) Ketidak-teraturan
Bangunan

Kondisi Bangunan
Gedung

(b) Tingkat Kepadatan


Bangunan

(c) Ketidaksesuaian dengan


Persyaratan Teknis Bangunan

(a) Cakupan Pelayanan Jalan


Lingkungan
2

Kondisi Jalan
Lingkungan
(b) Kualitas Permukaan Jalan
Lingkungan

4
4
5
6
7

51% - 75% Bangunan Tidak Memiliki


Keteraturan
25% - 50% Bangunan Tidak Memiliki
Keteraturan
76% - 100% Bangunan Memiliki
Kepadatan Tidak Sesuai Ketentuan
51% - 75% Bangunan Memiliki
Kepadatan Tidak Sesuai Ketentuan
25% - 50% Bangunan Memiliki
Kepadatan Tidak Sesuai Ketentuan
76% - 100% Bangunan Tidak Memenuhi
Persyaratan Teknis
Bangunan Tidak Memenuhi Persyaratan
Teknis
25% - 50% Bangunan Tidak Memenuhi
Persyaratan Teknis
76%-100% area tidak terlayani oleh
jaringan jalan lingkungan
51%-75% area tidak terlayani oleh
jaringan jalan lingkungan
25%-50% area tidak terlayani oleh
jaringan jalan lingkungan
76% - 100% area memiliki kualitas
permukaan jalan yang buruk
51%-75% area memiliki kualitas
permukaan jalan yang buruk
25%-50% area memiliki kualitas
permukaan jalan yang buruk

5
3

5
3

5
3

5
3

1
5

1
5

5
3

3
1

1
5

1
5

15

Kondisi Penyediaan Air


Minum
Kondisi Drainase
Lingkungan
Kondisi Pengelolaan Air
Limbah
Kondisi Pengelolaan
Persampahan
Kondisi Proteksi
Kebakaran
SUBTOTAL

B.

Nyerakat Kiri

NILAI

Tanjung Laut
Indah

INDIKATOR DAN PARAM ETER

Gunung Elai 1

A.

KRITERIA

Belimbing

ASPEK

Berbas Pantai

NO

Bontang Kuala

Lokasi Permukiman Kumuh

17

21

25

25

23

11

19

17

13

15

13

13

Id entifikasi Pertimb ang an Lain


(a) Nilai Strategis Lokasi

8 Pertimbangan Lain
(b) Kependudukan

Lokasi terletak pada fungsi strategis


kabupaten/kota
Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis
kabupaten/kota
Kepadatan Penduduk pada Lokasi
sebesar > 200 Jiwa/Ha
Kepadatan Penduduk pada Lokasi
sebesar 151 - 200 Jiwa/Ha
Kepadatan Penduduk pada Lokasi
sebesar < 150 Jiwa/Ha

5
1
5
3

5
3

(c) Kondisi Sosial, Ekonomi,


dan Budaya
SUBTOTAL
C.

10

Id entifikasi Leg alitas Lahan

9. Legalitas Lahan

(a) Kejelasan Status


Penguasaan Lahan

Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan


status penguasaan lahan, baik milik
sendiri atau milik pihak lain
Sebagian atau keseluruhan lokasi tidak
memiliki kejelasan status penguasaan
lahan, baik milik sendiri atau milik pihak
lain

(+ )

(-)

-1

-1

-1,00

-1,00

-1

-1

-1

-1,00

-1,00

-1

-1

-1

(b) Kesesuaian RTR


SUBTOTAL

Tabel 3.13

-1,00

1,00

-1,00

1,00

1,00

-1,00

-1,00

1,00

1,00

Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, Dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-81

LEGAL

TIDAK
LEGAL

(19-44)

(11-15)

(6-10)

(1-5)

Nilai (+ )

Nilai (-)

1 Bontang Kuala

67

2 Berbas Pantai

87

3 Belimbing

79

4 Gunung Elai 1
5 Tanjung Laut Indah
6 Nyerakat Kiri

51

7 Pulau Gusung

59

8 Loktuan

57

9 Pagung

59

10 Pulau Selangan

57

11 Teluk Kadere

53

12 Bontang Baru

50

13 Berbas Tengah

61

14 Baltim
Sempadan Sungai
15
Bontang
16 Gunung Sari

35

44

41

17 Guntung

37

18 Gunung Elai

41

19 Satimpo

37

20 Tanjung Laut 1

43

21 Tanjung Laut

43

22 Kanaan

31

23 Telihan

29

24 Kanaan 1

27

3-82

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

RENDAH

(45-70)

JUMLAH NILAI
ASPEK
PERTIMBANGAN
LAIN

LEGALITAS LAHAN

SEDANG

(71-95)

PERTIMBANGAN LAIN

TINGGI

KUMUH
RINGAN

KAWASAN

KUMUH
SEDANG

NO

KUMUH
BERAT

TINGKAT KEKUMUHAN
JUMLAH NILAI
PENILAIAN
KRITERIA DAN
INDIKATOR
KEKUMUHAN

13

13

81

11

89

13

13

KLASIFIKASI

SKALA PRIORITAS

B2

Prioritas 2

A2

Prioritas 1

A4

Prioritas 4

A2

Prioritas 1

A2

Prioritas 1

B5

Prioritas 8

B6

Prioritas 9

B5

Prioritas 8

B5

Prioritas 8

B6

Prioritas 8

B5

Prioritas 8

B5

Prioritas 8

B1

Prioritas 2

C5

Prioritas 9

C4

Prioritas 6

C5

Prioritas 9

C5

Prioritas 9

C6

Prioritas 9

x
x

x
x

x
x

C5

Prioritas 9

C6

Prioritas 9

C6

Prioritas 9

C5

Prioritas 9

C5

Prioritas 9

C5

Prioritas 9

Gambar 3.16 Contoh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan

Gambar 3.17 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan Hasil
Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-83

A.3. FGD 1 :

Merupak an
k egiatan
disk usi,
k onsolidasi
data, dan
penyepak atan profil permuk iman k umuh berdasark an hasil
pemutak hiran data dan verifik asi yang telah dilak uk an.

PENYEPAKATAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH HASIL
VERIFIKASI

A.3

FGD 1:
PENYEPAKATAN PROFIL
PERMUKIMAN KUMUH HASIL
VERIFIKASI

B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.6
VERIFIKASI LOKASI
DAN PEMUTAKHIRAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH

B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN
KRITERIA, INDIKATOR
DAN PARAMETER
KEKUMUHAN

TUJUAN

Untuk memperoleh kesepakatan dari semua pemangku kepentingan


mengenai profil permukiman kumuh di Kabupaten/kota berdasarkan
hasil pemutakhiran data dan verifikasi yang telah dilakukan.

PENYELENGGARA

Pokjanis

PESERTA DAN

Kegiatan FGD terdiri peserta dan pendukung Peserta meliputi:

PENDUKUNG

Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur


permukiman, permukiman, dan perencanaan
Akademisi
Tim P2KKP (Korkot/Faskel)
BKM/KSM
Tokoh Masyarakat

Pendukung meliputi:

3-84

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

DURASI

Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman


Tim Teknis Provinsi
Tenaga Ahli Pendamping

Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana


kerja yang disusun
*) Dilak sanak an pada minggu k e-4 bulan k e-2 atau sejak
diselesaik annya sub k egiatan penilaian lok asi berdasark an k riteria,
indik ator dan parameter k ek umuhan

METODE

Diskusi dan metaplan

TEMPAT
PELAKSANAAN

di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP

OUTPUT

Berita acara kesepakatan profil permukiman kumuh hasil verifikasi

B.8

DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN
KUMUH

Merupakan bagian dari proses perumusan untuk memberikan


kejelasan distribusi peran dan peluang program penanganan
permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan sk ala
penanganan permukiman kumuh

B.9

PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

B.7

PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

C.3

KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-85

TUJUAN

METODA

LANGKAH

OUTPUT

DURASI

3-86

Untuk mendapatkan kejelasan distribusi peran dan peluang program


penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan
skala
penanganan
permukiman
kumuh.
Distribusi
peran
penanganan dapat dikategorikan berdasarkan penanganan kawasan
permukiman kumuh berat/masiv, kumuh sedang, dan kumuh ringan.
Penanganan
kumuh
berat
dilakukan
melalui
pendekatan
keterpaduan
program
dan
pendanaan
dengan
melibatkan
pemerintah pusat, provinsi, kab/kota, dan pelaku lainnya.
Sedangkan penanganan kumuh sedang dan ringan (berbasis
kawasan/kelurahan) dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota atau
memanfaatkan peluang dan skema program yang telah ada
(P2KKP, NUSP-SIAP, SISHA, dan lainnya.
Penetapan kategori kumuh (Kumuh Berat, Kumuh Sedang, dan
Kumuh Ringan)
FGD
Menetapkan kategori permukiman kumuh berdasarkan hasil
penilaian yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya (kotak
B.7)
Mengelompokkan lokasi-lokasi permukiman kumuh yang akan
ditangani melalui :
kontribusi program skala kawasan (contoh : kontribusi
program melalui dokumen RP2KKP, dokumen SIAP, dan
dokumen lainnya yang memiliki konteks penanganan skala
kawasan)
kontribusi program skala kelurahan/lingkungan (contoh :
kontribusi program melalui dokumen NUAP, BLM,
dan
dokumen lainnya yang memiliki konteks penanganan skala
lingkungan)

Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui


kontribusi program skala kawasan

Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui


kontribusi program skala kelurahan/lingkungan

Berita acara penyepakatan


2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

B.9

PERUMUSAN KEBUTUHAN
PENCEGAHAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

Merupak an proses identifik asi untuk memperk irak an


k ebutuhan penanganan dalam k ontek s pencegahan dan
peningk atan k ualitas permuk iman k umuh baik itu pada
sk ala
k ota/perk otaan
maupun
sk ala
k awasan
berdasark an rumusan isu, potensi, permasalahan, dan
hasil pemutak hiran profil permuk iman k umuh.
B.9

PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

B.7

PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

C.3

KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN

Untuk
memperoleh daftar kebutuhan penanganan dalam konteks
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh baik itu pada
skala kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu,
potensi, permasalahan, dan hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh
pada tahapan sebelumnya.
Kebutuhan penanganan pada skala kota/perkotaan dirumuskan berdasarkan
kondisi faktual dan isu strategis serta kebijakan penanganan permukiman
kumuh hasil overview yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya.
Kebutuhan penanganan pada skala kawasan dirumuskan berdasarkan profil
dan permasalahan permukiman kumuh yang telah dimutakhirkan dan
diverifikasi sesuai dengan 7 (tujuh) indikator kekumuhan.

METODE

Analisis kebutuhan berdasarkan hasil verifikasi, analisis kawasan, diskusi

LANGKAH

Merumuskan dan menyusun daftar kebutuhan pencegahan dan


peningkatan kualitas permukiman kumuh Pada :
- Permukiman perkotaan yang tidak sesuai peruntukan di dalam RTRW
- Permukiman kumuh yang telah diverifikasi dan dimutakhirkan.
Melakukan pemetaan kebutuhan penanganan secara spasial untuk

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-87

menentukan lokasi-lokasi pada permukiman kumuh perkotaan yang


membutuhkan pencegahan ataupun penanganan.
OUTPUT

DURASI

Tabel 3.14

No
1

Tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman


skala kota/perkotaan.

Tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman


kumuh skala kawasan.

2 minggu terhitung dari minggu pertama pada bulan ketiga

Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan

Kondisi Faktual dan


Isu Strategis
Kota/Perkotaan
Berkembangnya
permukiman di lahan
yang tidak sesuai
dengan
peruntukannya
Alih fungsi lahan
(konversi) menjadi
fungsi permukiman
akibat demand yang
cukup tinggi
cenderung
berkembang pada
wilayah limitasi
Munculnya kantongkantong kumuh
akibat
perkembangan yang
tidak terkendali

Lokasi
Kawasan
Permukiman
di bantaran
sungai
Cimanuk

Tabel 3.15

3-88

Kebijakan
Penanganan
Permukiman Kumuh
Hasil Overview
Pengendalian
pembangunan
permukiman pada
kawasan yang tidak
sesuai peruntukannya
Membatasi
perkembangan
permukiman di wilayah
limitasi

Penataan kawasan
permukiman perkotaan

..

Kebutuhan Penanganan
Pencegahan
Penegakan
aturan
perijinan

Peningkatan
Pemukiman
kembali

Pengaturan
Pemanfaatan
Lahan dan
Pengendalian
Ruang di
Kawasan
Lindung

Pengembalian
fungsi kawasan
sesuai dengan
peruntukannya

Pembinaan
masyarakat
dalam
pengelolaan
dan
pemeliharaan
lingkungan
permukiman
Penyusunan
norma,
standar,
pedoman,
dan kriteria
(NSPK)
Rumah
Sederhana
Sehat

Fasilitasi
pembangunan
infrastruktur
dasar
pemukiman
berbasis
masyarakat

Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

..

KAWASAN
KUMUH
Kawasan
Kumuh A

ASPEK YANG DIAMATI


Bangunan Gedung

PERMASALAHAN
Sebanyak 2.723
unit bangunan
hunian tidak
memiliki
keteraturan dan
lingkungan
permukiman
didominasi oleh
bangunan yang
berada di atas
sempadan pantai

16 Ha bangunan di
dalam kawasan
memiliki kepadatan
tidak sesuai
ketentuan
Sebanyak 628 Unit
bangunan berada
pada lokasi tidak
memenuhi
persyaratan teknis
Jalan Lingkungan

area tidak terlayani


oleh jaringan jalan
lingkungan
sepanjang 55,90
meter
area memiliki
kualitas permukaan
jalan yang buruk
sepanjang 63,88
meter

KEBUTUHAN PENANGANAN
PENCEGAHAN
PENINGKATAN
Sosialisasi dan
Perubahan fungsi
edukasi
dan massa
mengenai aturan bangunan
dan ketentuan
teknis kawasan
sempadan pantai
Meningkatkan
Pemukiman
peran serta
kembali
antara
bangunan yang
pemerintah
berada di atas
dengan pihak
sempadan pantai
lain dalam
pengawasan dan
pengendalian
pembangunan
permukiman
Sosialisasi dan
Pengendalian
edukasi aturan
dan pembatasan
bangunan dan
perkembangan
lingkungan
permukiman
Sosialisasi,
edukasi, dan
promosi rumah
dan lingkungan
sehat
-

Rehabilitasi
bangunan
gedung sesuai
dengan standar
lingkungan rumah
sehat
Pembangunan
jalan baru

Peningkatan
kualitas jaringan
jalan

Air Minum
Drainase Lingkungan
Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan Persampahan
Sistem Proteksi Kebakaran
Kawasan
Kumuh B
Dst.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-89

B.10 PERUMUSAN KONSEP


SERTA STRATEGI
PENCEGAHAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

Merupak an proses identifik asi terhadap k onsep serta


strategi
pencegahan
dan
peningk atan
k ualitas
permuk iman k umuh untuk sk ala k ota/perk otaan dan
sk ala k awasan pada seluruh lok asi permuk iman k umuh
yang telah diverifik asi.

A.4

FGD 2:
PENYEPAKATAN KONSEP,
STRATEGI, POLA
KOLABORASI PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

B.10

PERUMUSAN KONSEP
DAN STRATEGI
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

B.9

PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN

Untuk memperoleh rumusan konsep serta strategi pencegahan dan


peningkatan kualitas permukiman kumuh berdasarkan kebutuhan yang
telah teridentifikasi pada tahapan sebelumnya, baik itu skala perkotaan
maupun skala kawasan pada lokasi permukiman kumuh yang telah
diverifikasi.

METODE

Analisis kebijakan,
Discussion (FGD)

LANGKAH

3-90

Analisis

SWOT, Diskusi melalui Focus Group

Mengelompokkan kawasan permukiman yang sesuai dan tidak sesuai


dengan Rencana Tata Ruang (Kumuh/Slum dan Squatter)
Membuat daftar kebutuhan penanganan baik itu dalam konteks
pencegahan maupun peningkatan kualitas untuk permukiman kumuh
legal dan maupun permukiman kumuh ilegal.
Merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan permukiman
berlandasakan kondisi, potensi, dan permasalahan kota/perkotaan
dan kawasan.
Merumuskan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh dalam bentuk matriks.
Memetakan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

OUTPUT

Melakukan diskusi FGD untuk menetapkan dan menyepakati konsep


serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh.

Matriks rumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan


kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan;
Peta konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan.

DURASI

2 minggu pada bulan ke-3

Strategi skala kota/perkotaan diperlukan dalam hal menangani kondisi -kondisi permukiman
yang tidak sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang. Rumusan strategi diarahkan untuk
mengembalikan fungsi ruang sesuai dengan peruntukannya.
Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman diwujudkan
melalui penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata ruang, SPM, aturan dan
standar teknis lainnya yang terkait dengan bidang Cipta Karya.
Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman diwujudkan
melalui pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai
dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana (relokasi/resettlement).
Strategi skala kawasan diperlukan dalam hal menangani kondisi permukiman kumuh sesuai
dengan profil yang telah dimutakhirkan dan terverifikasi serta teridentifikasi kebutuhan
penanganannya.
Secara skematis, perumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningk atan kualitas
permukiman kumuh perkotaan, bisa dilhat pada bagan berikut ini.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-91

PENCEGAHAN

PENINGKATAN
KUALITAS

KONDISI KEKUMUHAN

KONSEP/POLA
PENANGANAN

Permukiman kumuh
baru

PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

Penegakan kesesuaian perizinan


Action plan program pencegahan (sosialisasi, public campaign, penyuluhan)
Pemeriksaan berkala kelaikan fungsi
Pendampingan dan pelayanan informasi

PEMUGARAN

Penyiapan lahan
Rehabilitasi/perbaikan bangunan hunian
Rehabilitasi/perbaikan infrastruktur permukiman
Rehabilitasi/perbaikan proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI

Penyiapan lahan
Pembangunan kembali bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

PEREMAJAAN

Penyiapan lahan
Peningkatan kapasitas bangunan hunian
Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman
Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI

Penyiapan lahan
Pembangunan kembali bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

PEREMAJAAN

Penyiapan lahan
Peningkatan kapasitas bangunan hunian
Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman
Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI

Penyiapan lahan
Pembangunan kembali bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Ringan
Legal

Ringan
Tidak legal

Sedang
Legal

Sedang
Tidak legal

Berat
Legal

Berat
Tidak legal

RUMUSAN STRATEGI

Gambar 3.18 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2016

3-92

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 3.16

Contoh Perumusan Strategi Skala Kota

N Kondisi Faktual dan Isu Strategis


Kebijakan Penanganan Permukiman
o
Kota/Perkotaan
Kum uh Hasil Overview
Berkembangnya permukiman di lahan Pengendalian pembangunan permukiman
yang tidak sesuai dengan
pada kaw asan yang tidak sesuai
1 peruntukannya
peruntukannya

Kebutuhan Penanganan
Pencegahan
Peningkatan
Penegakan aturan perijinan
Pemukiman kembali

Alih fungsi lahan (konversi) menjadi


fungsi permukiman akibat demand
yang cukup tinggi cenderung
berkembang pada w ilayah limitasi
Munculnya kantong-kantong kumuh
3 akibat perkembangan yang tidak
terkendali

Sosialisasi dan edukasi


Pengembalian fungsi kaw asan
mengenai aturan dan ketentuan sesuai dengan peruntukannya
teknis pembangunan kaw asan
permukiman perkotaan
Peningkatan infrastruktur dasar Pemberdayaan masyarakat
permukiman

Membatasi perkembangan permukiman di


w ilayah limitasi
Penataan kaw asan permukiman perkotaan

Konsep Penanganan
Pencegahan
Peningkatan
Pengaw asan dan pengendalian Pemukiman kembali

Pengaturan Pemanfaatan
Lahan dan Pengendalian
Ruang di Kaw asan Lindung

Peremajaan

Pemugaran

Strategi Penanganan
Pencegahan
Peningkatan
Meningkatkan sistem
Menyiapkan lahan bagi
regulasi terhadap kesesuaian masyarakat yang terkena
perizinan, kesesuaian tata
dampak penataan kaw asan
ruang, SPM, aturan dan
standar teknis
Menggalakkan program
Mengembalikan fungsi kaw asan
pencegahan melalui kegiatan sesuai dengan peruntukannya
sosialisasi, public campaign,
penyuluhan.
Pendampingan dan
Meningkatkan layanan
pelayanan informasi
infrastruktur dasarpermukiman
sesuai dengan SPM
Monitoring dan evaluasi
terhadap hasil-hasil
pembangunan

4 .
5 .

Tabel 3.17

Contoh Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Skala Kawasan

Kaw asan Kum uh

Aspek

Bangunan Gedung
Kaw asan Tanjung Laut
Indah

Perm asalahan

Konsep Penanganan
Pencegahan

Strategi
Peningkatan

Pencegahan

85% bangunan permukiman tidak teratur,


struktur permukiman tidak jelas, dan
permukiman didominasi oleh bangunan
yang berada di atas sempadan pantai

Pengaw asan dan pengendalian

Pemukiman Kembali

Melakukan pendekatan dan sosialisasi


kepada masyarakat mengenai aturan
sempadan pantai

80% Bangunan Tidak Memenuhi


Persyaratan Teknis, berada pada
kaw asan rawan gelombang pasang, dan
pemanfaatan ruang permukiman mulai
mengintervensi kaw asan mangrove

Pemberdayaan masyarakat

Peremajaan melalui redevelopment


kaw asan

Kampanye lingkungan rumah


sederhana sehat

Peningkatan
Melakukan relokasi secara bertahap dan
terbatas pada unit lingkungan permukiman
yang dikategorikan kumuh berat dan
cenderung merusak keseimbangan
ekosistem pantai
Rehabilitasi bangunan gedung agar fungsi
dan massa bangunan kembali seusai
kondisi saat aw al dibangun

Jalan Lingkungan
Air Minum
Drainase Lingkungan
Air Limbah
Persampahan
Sistem proteksi kebakaran
Kaw asan Berbas Pantai
Dst.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-93

3-94

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.19 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala
Kota/Perkotaan

Gambar 3.20 Contoh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-95

FGD 2 : PENYEPAKATAN
KONSEP, STRATEGI, DAN POLA
KOLABORASI PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

Untuk
memperoleh
k esepak atan
dari
semua
stak eholder/ pemangk u k epentingan mengenai k onsep
dan strategi pencegahan dan peningk atan k ualitas
permuk iman k umuh sk ala k ota serta penyepak atan
pola k olaborasi penanganan permuk iman k umuh

A.4

FGD 2:
PENYEPAKATAN KONSEP,
STRATEGI, POLA
KOLABORASI PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

B.10

PERUMUSAN KONSEP
DAN STRATEGI
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

B.9

PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN

Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/pemangku


kepentingan mengenai konsep dan strategi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh serta penyepakatan pola
kolaborasi penanganan permukiman kumuh

PENYELENGGARA

Pokjanis

PESERTA DAN

kegiatan FGD melibatkan pelaku pembangunan di bidang perumahan


dan kawasan permukiman, yang terdiri peserta dan pendukung
Peserta meliputi:

PENDUKUNG

Peserta :

Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur


permukiman, permukiman, dan perencanaan
Akademisi
Tokoh Masyarakat
Pihak-pihak terkait (PDAM,swasta, PT.KAI, PELINDO, dll)

Pendukung meliputi:

3-96

Dinas/instansi tingkat provinsi yang membidangi infrastruktur


permukiman, permukiman, dan perencanaan
Tim Teknis Provinsi

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

DURASI

Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman


Tenaga Ahli Pendamping

Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana


kerja yang disusun
*) Dilak sanak an pada minggu k e-4 bulan k e-3 atau sejak
diselesaik annya sub k egiatan k onsep dan strategi pencegahan dan
peningk atan k ualitas permuk iman k umuh

METODE

Diskusi dan metaplan

TEMPAT
PELAKSANAAN

Di Kabupaten/Kota tempat penyusunan RP2KPKP

OUTPUT

C.3

Matriks rumusan konsep dan strategi pencegahan dan


peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan
dan skala kawasan;
Peta konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan.
Berita acara kesepakatan (konsep, strategi, dan pola kolaborasi
penanganan permukiman kumuh)

KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT
DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

Merupak an k egiatan disk usi dalam rangk a k oordinasi peran


masyarak at
terhadap
pola
k olaborasi
penanganan
permuk iman k umuh.

B.7

PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

C.3

KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-97

TUJUAN

Untuk mengkoordinasikan peran serta masyarakat dalam kontribusi


penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan skala
penanganan permukiman kumuh, baik itu kontribusi program untuk
pengananan permukiman kumuh yang massif ataupun kontribusi program
untuk kategori kumuh sedang dan ringan.

METODA
LANGKAH

OUTPUT

DURASI

3-98

Diskusi
Melakukan koordinasi peran serta masyarakat terhadap kontribusi
penanganan permukiman kumuh
Matriks peran serta masyarakat terhadap kontribusi penanganan
permukiman kumuh
Matriks sinkronisasi data primer/sekunder terkait peran serta masyarakat:
Data permasalahan kekumuhan
Data identifikasi legalitas lahan
Data demografi
Data karakteristik masyarakat lokal
1 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3.2.3

TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN

Tahap perumusan rencana penanganan ini merupakan kegiatan untuk merumuskan skenario
dan konsep desain kawasan permukiman kumuh, merumuskan rencana aksi penanganan,
memorandum keterpaduan program skala kota dan kawasan berdasarkan pada hasil
perumusan kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Rangkaian
kegiatan yang berada dalam lingkup perumusan rencana penanganan ini akan menjadi bahan
utama untuk melakukan pendetailan pada kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh
yang dipilih untuk pengembangan tahap 1.
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua bulan. Pada tahapan ini terdapat beberapa kegiatan
yang bersamaan dengan kegiatan dalam Tahap Penyusunan Desain Teknis.

Penyelenggaraan Kegiatan RP2KPKP

A.5

Focus Group Discussion 3

Proses Penyusunan RP2KPKP

B.11 Perumusan Skenario Penanganan dan


konsep Desain Kawasan Permukiman
Kumuh
B.12 Perumusan Rencana Aksi dan
Memorandum Keterpaduan Program
Skala Kota dan Kawasan
B.13 Penentuan Kawasan Prioritas
Penanganan Permukiman Kumuh

Pendampingan dan Pelibatan Masyarakat

C.4

Perencanaan Partisipatif di Kawasan


Prioritas

Lingkup kegiatan perumusan rencana penanganan ini akan diselesaikan pada 2 (dua) bulan
yaitu bulan ke-4 dan ke-5 pada pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, dan dimulai
sejak kegiatan dalam tahap survey identifikasi dan kajian. Secara diagramatis, rangkaian
kegiatan pada lingkup kegiatan perumusan rencana penanganan dapat dilihat pada Gambar 316.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-99

TAHAPAN

TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN

WAKTU

BULAN 4

PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi
Pemda)

BULAN 5

A.5
FGD 3:
PENYEPAKATAN RENC ANA AK SI,
PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil
RKM)

B.11
PERU MUSAN SK ENARIO
PENANGANAN & DESAIN
KAWASAN PERMUKIMAN
KUMUH

B.12
PERU MUSAN RENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN

B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS
PENANGANAN
PERMUK IMAN KUMUH

PROSES
PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan
Membangun Sistem)

PENDAMPINGAN &
PELIBATAN
MASYARAKAT
(Pendekatan Peningkatan
Kapasitas)

C.4
PERENCAN AAN PARTISIP ATIF DI K AWASAN PRIORITAS:
Pelaks an aan Rencana Kerja Masyarakat
Penyepakatan KOMPONEN DED

LAPORAN
DRAFT AKHIR

PELAPORAN

OUTPUT

Skenario penanganan dan desain kawasan permukiman kumuh;


Rencana aksi penanganan permukiman kumuh;
Memorandum keterpaduan program penanganan skala kota dan kawasan;
Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman kumuh;
Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh;
Terselenggaranya perencanaan partisipatif (pelaksanaan rencana kerja masyarakat dan penyepakatan
komponen DED) di kawasan permukiman kumuh prioritas;
Berita acara FGD 3 (Penyepakatan rencana aksi, program dan kegiatan hasil perencanaan ditingkat
masyarakat)

Gambar 3.21 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana Penanganan

3-100

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

B.11

Perumusan
Skenario
Penanganan dan
Konsep Desain
Kawasan

Merupak an k egiatan untuk menurunk an rumusan k onsep dan


strategi pencegahan dan peningk atan k ualitas permuk iman
k umuh k e dalam sk enario pencapaian 0% k umuh dalam
langk ah-langk ah strategis hingga tahun 2019. Konsep Desain
k awasan permuk iman yang didasark an pada perumusan
k ebutuhan pencegahan dan peningk atan k ualitas permuk iman
k umuh.

B.10
PERUMUSANKONSEP DAN
STRATEGI PENCEGAHAN &
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMANKUMUH

B.9
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMANKUMUH

TUJUAN

METODE

LANGKAH

B.11
PERUMUSANSKENARIO
PENANGANAN & KONSEP
DESAIN KAWASAN

B.12
PERUMUSANRENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN

B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH

Merumuskan skenario pentahapan pencegahan dan peningkatan


kualitas kawasan permukiman kumuh yang aplikatif, riil dan terukur
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah dalam skala kota
dan kawasan untuk mencapai target 0% kumuh;

Menyusun konsep tematik pengembangan kawasan dan strategi


penanganan kawasan kumuh; dan

Menyusun konsep desain kawasan pada seluruh lokasi permukiman


kumuh.

Analisis Konsep desain kawasan dan diskusi melalui Focus Group


Discussion (FGD)

Menggunakan matriks kebutuhan penanganan pencegahan dan


peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh (output kegiatan
B.9);

Menggunakan peta dan matriks konsep, dan strategi, pencegahan dan


peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh (output kegiatan
B.10);

Melakukan analisis dan kajian terkait capaian per tahun dalam


mencapai target 0% kumuh;

Merinci skema pentahapan yang dirinci ke dalam langkah-langkah yang


akan dilakukan per tahun hingga tahun 2019;

Menentukan tema pengembangan pada seluruh kawasan permukiman


kumuh;

Menyusun konsep desain kawasan pada seluruh permukiman kumuh

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-101

berdasarkan analisis kebutuhan penanganan; dan

OUTPUT

DURASI

Melakukan diskusi untuk menjaring aspirasi dan penyepakatan terhadap


skenario pentahapan dalam pencapaian target 0% kumuh dan konsep
desain kawasan yang dirumuskan.

Skema dan tabel skenario pentahapan penanganan permukiman kumuh


dalam pencapaian target 0% kumuh;

Peta konsep tematik pengembangan kawasan; dan

Peta konsep desain kawasan yang berisi rencana desain 7 (tujuh)


indikator kekumuhan.

Ploting komponen infrastruktur kedalam peta tematik 2 D dan 3 D

2 (dua) minggu *
*)Terhitung sejak minggu pertama sampai minggu k edua bulan k eempat
atau sejak diselesaik annya sub k egiatan perumusan k onsep dan strategi
pencegahan dan peningk atan k ualitas permuk iman k umuh

Catatan:
Pengertian konsep desain kawasan dalam konteks RP2KPKP adalah persepektif suasana
didukung skenario tematis pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman sesuai
dengan kebutuhan penanganan kawasan.

3-102

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 3.18

Contoh Skema Skenario Pentahapan Skala Kota dan Skala Kawasan


2017

KONDISI KEKUMUHAN

KONSEP/POLA
PENANGANAN

2018

2019

KEBUTUHAN PROGRAM PENANGANAN


Penegakan kesesuaian perizinan

PENCEGAHAN
Permukiman
kumuh baru

PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

sosialisasi, public
campaign, penyuluhan

Pemeriksaan berkala kelaikan fungsi

SKEMA PROGRAM

Melalui P2KKP
NUSP-SIAP
SISHA
CSR
APBD Kota
Program reguler
lainnya

Melalui P2KKP
NUSP-SIAP
SISHA
CSR
APBD Kota/Provinsi
Program reguler
lainnya

Multi stakeholder
Multi program
Multi penanganan
APBN
APBD

Pendampingan dan
pelayanan informasi

PENINGKATAN
KUALITAS

KAWASAN A
Ringan
Legal

. Ha

PEMUGARAN

Rehabilitasi/perbaikan
bangunan hunian
Rehabilitasi/perbaikan infrastruktur permukiman
Perbaikan proteksi
kebakaran

KAWASAN B
Ringan
Tidak legal

. Ha

KAWASAN C
Sedang
Legal

. Ha

KAWASAN D
Sedang
Tidak legal

. Ha

KAWASAN E
Berat
Legal

. Ha

KAWASAN F
Berat
Tidak legal

. Ha

PEMUKIMAN KEMBALI

Penyiapan lahan dan hunian


sementara

Pembangunan kembali
bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Penyiapan lahan dan hunian


sementara

PEREMAJAAN

Peningkatan kapasitas
bangunan hunian
Peningkatan kapasitas
infrastruktur permukiman
Peningkatan kapasitas
proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI

Penyiapan lahan dan hunian


sementara

Pembangunan kembali
bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran
Penyiapan lahan dan hunian
sementara

PEREMAJAAN

Peningkatan kapasitas
bangunan hunian
Peningkatan kapasitas
infrastruktur permukiman
Peningkatan kapasitas
proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI

Penyiapan lahan dan hunian


sementara

Pembangunan kembali
bangunan hunian
Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

TOTAL KEBUTUHAN
KEBUTUHAN INVESTASI KEBUTUHAN INVESTASI
INVESTASI DALAM
DALAM PENANGANAN
DALAM PENANGANAN
PENANGANAN KUMUH
KUMUH (Rp .)
KUMUH (Rp .)
(Rp .)

PENGURANGAN LUAS
PERMUKIMAN KUMUH
(...Ha)

PENGURANGAN LUAS
PERMUKIMAN KUMUH
(...Ha)

PENGURANGAN LUAS
PERMUKIMAN KUMUH
HINGGA (0 Ha)

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-103

Gambar 3.22 Contoh 1 Konsep Desain Kawasan

3-104

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.23 Contoh 2 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-105

Gambar 3.24 Contoh 3 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh

3-106

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.25 Contoh 4 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-107

B.12

Perumusan
Rencana Aksi dan
Memorandum
Keterpaduan
Program Skala
Kota dan Kawasan

Penyusunan rencana ak si program penanganan permuk iman


k umuh ini dilak uk an dengan model pembangunan berbasis
k awasan dan lingk ungan melalui pendek atan perencanaan
partisipatif pada k awasan prioritas. Rencana ak si program
disusun sesuai dengan indik ator k ek umuhan berdasark an
strategi penanganan k umuh dan target yang ingin dicapai dari
penanganan k awasan k umuh prioritas ak an dibahas oleh
pemangk u k epentingan yang ada di daerah dan disepak ati
dalam suatu memorandum k eterpaduan program baik sk ala
k ota dan k awasan.
B.11
PERUMUSAN SKENARIO
PENANGANAN & KONSEP
DESAIN KAWASAN

B.12
PERUMUSANRENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN

B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH

C.4
PERENCANAANPARTISIPATIFDI KAWASANPRIORITAS:
Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
Penyepakatan KOMPONENDED

TUJUAN

METODE

LANGKAH

3-108

Merumuskan rencana aksi program penanganan yang aplikatif, riil dan


terukur sesuai dengan kebutuhan kawasan kumuh prioritas yang telah
disepakati di dalam suatu memorandum keterpaduan program meliputi
jenis/komponen, volume, lokasi, dan pelaku

Menyusun rencana investasi dan strategi pembiayaan penanganan


kawasan kumuh

Analisis dan pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan, pendekatan


partisipatif, dan diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD)

Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan masyarakat


untuk turut terlibat dalam proses perencanaan;

Melakukan sinkronisasi terhadap program-program penanganan


kawasan permukiman kumuh perkotaan yang terdapat di berbagai
dokumen kebijakan;

Merumuskan kebutuhan program-program penanganan kawasan


permukiman kumuh prioritas sesuai dengan strategi dan indikator
kekumuhan;

Mensinkronisasikan rencana kerja masyarakat kedalam memorandum

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

program

OUTPUT

DURASI

Merinci program-program yang telah disusun kedalam skema


pentahapan yang dirinci ke dalam program lima tahunan;

Mengidentifikasi volume dan satuan dari setiap program;

Mengidentifikasi perkiraan besarnya pembiayaan;

Mengidentifikasi penanggung jawab dari setiap program; dan

Mengidentifikasi alternatif sumber investasi dan pembiayaan; dan

Menyepakati program-program penanganan baik skala kota dan skala


kawasan prioritas.

Peta rencana aksi program penanganan permukiman kumuh;

Rencana investasi dan pembiayaan penanganan kawasan permukiman


kumuh prioritas; dan

Matriks rencana aksi program penanganan dan memorandum program


skala kota dan skala kawasan.

3 (tiga) minggu *
*)Terhitung sejak minggu k etiga bulan k eempat sampai minggu pertama
bulan k elima atau sejak diselesaik annya sub k egiatan perumusan sk enario
penanganan dan k onsep desain k awasan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-109

Gambar 3.26 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Bangunan Permukiman Kumuh

Gambar 3.27 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Jalan Lingkungan

3-110

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 3.19 Contoh Tabel Rencana Aksi Program Kawasan Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh
Provinsi
Kabupaten/Kota
NO
1

:
:

NAMA KAWASAN
PRIORITAS 1
Kawasan
Gayam
RT
RW
Kelurahan
Kecamatan
Titik
Koordinat

6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13
Gayam
Tanjung Redeb
117 30' 18.226"
E
2 9' 16.625" N

LUAS
(Ha)

ASPEK KEKUMUHAN / JENIS KEGIATAN

SATUAN VOLUME

HARGA SATUAN
(Rp)

TOTAL BIAYA (Rp)


74,058,501,207

38.78

Bangunan Gedung
Sosialisasi Program
Pengadaan Lahan
Pembangunan Rumah Swadaya
Pembangunan Rusunawa
Bantuan Stimulan Bahan Bangunan
...

55,738,464,000
LS
m2
Unit
Unit
Unit
...

1
87,609
101

375,000
206,189,000

206

10,000,000

32,853,375,000
20,825,089,000
2,060,000,000
-

Jalan Lingkungan
4,650,161,800
Sosialisasi Program
LS
1
Pengadaan Lahan
m2
Peningkatan kapasitas jalan lingkungan
m
574
2,767,700
1,588,659,800
Peningkatan struktur jalan lingkungan
m
1,438
2,129,000
3,061,502,000
...
...
Air Minum
281,250,000
Sosialisasi Program
LS
1
Pengadaan Lahan
m2
Sambungan Rumah
unit
225
1,250,000
281,250,000
Pembangunan IPA
unit
Pembangunan Reservoir
unit
Pembangunan Hydran Umum
unit
Penyediaan Terminal Air (mobil tangki/tangki air)
unit
- ...
...
Drainase Lingkungan
12,082,131,000
Sosialisasi Program
LS
1
Pembangunan Pintu Air
m2
1
2,500,000,000
2,500,000,000
Perbaikan Saluran Drainase
m
3,079
3,042,000
9,366,318,000
Pembangunan Baru Saluran Drainase
m
Pembangunan Gorong-gorong
m
Pembangunan Turap
m
Bantuan Stimulan Tandon Air (detensi air hujan)
unit
169
1,277,000
215,813,000
Air Limbah
721,000,000
Sosialisasi Program
LS
Pembangunan Pintu Air
m2
Pembangunan IPAL Komunal
unit
Perbaikan IPAL Komunal
unit
Pembangunan MCK Komunal
unit
Perbaikan MCK Komunal
unit
Penyediaan Truk tinja atau motor tinja
unit
1
326,000,000
326,000,000
Bantuan Stimulan Jambanisasi (On-Site/Bio Filter); Penanganan BABS
unit
158
2,500,000
395,000,000
Persampahan
457,000,000
Sosialisasi Program
LS
1
Pengadaan Lahan
m2
Penyediaan Bak/Kontainer Sampah
unit
214
500,000
107,000,000
Penyediaan Gerobak/Motor Sampah/Mobil Bak Sampah/Perahu Sampah/Dump
unit Truck/Armroll
1
Truck/Compactor
100,000,000 Truck/Trailer Truck
100,000,000
Pembangunan TPST
unit
1
250,000,000
250,000,000
Pembangunan TPS 3R
unit
...
...
Pengamanan Kebakaran
19,500,000
Sosialisasi Program
LS
1
Pengadaan Lahan
m2
Rehabilitasi Hidran Pemadam Kebakaran
unit
3
2,500,000
7,500,000
Bantuan Stimulan Pompa Portabel Pemadam Kebakaran
unit
1
12,000,000
12,000,000
...
...
Ruang Terbuka
108,994,407
Sosialisasi Program
LS
Pengadaan Lahan
m2
Pembangunan Penerangan Jalan Umum Lingkungan (PJU)
unit
Penyediaan RTH
m2
15,571
7,000
108,994,407
...
...
-

2016
1,982,125,000
1,030,000,000

TAHUN PENANGANAN
2017
2018
40,202,151,840
28,635,729,960
33,883,375,000

20,825,089,000

2019
1,127,144,000

2020
2,500,000,000

Sumber : Dokumen RKP-KP Kab/Kota


SUMBER
FOTO LOKASI
PENDANAAN*
KEGIATAN

RENCANA
LELANG 2016
473,375,000

32,853,375,000
20,825,089,000
1,030,000,000

1,030,000,000

473,375,000

3,064,724,940

1,112,061,860

473,375,000

473,375,000

476,597,940
2,588,127,000

1,112,061,860
-

473,375,000

281,250,000

2,917,801,900

6,664,329,100

2,500,000,000

2,809,895,400

6,556,422,600

2,500,000,000
-

197,500,000

107,906,500
197,500,000

107,906,500
-

326,000,000

197,500,000
-

197,500,000
126,750,000

26,750,000

326,000,000
303,500,000

26,750,000
100,000,000
-

26,750,000
-

53,500,000
250,000,000

12,000,000

7,500,000

12,000,000

7,500,000
-

497,644,000

497,644,000

281,250,000

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-111

Tabel 3.20

Contoh Tabel Memorandum Program

No.

PROGRAM

PENCEGAHAN
1 Pengawasan pemanfaatan ruang

KEGIATAN

Lokasi

Volume

Satuan

Sosialisasi teknis ketentuan kawasan sempadan


Sosialisasi teknis ketentuan kawasan hutan lindung

kawasan D
kawasan G

Ls

Perbaikan rumah tidak layak huni

kawasan A

73

unit

INDIKASI KEBUTUHANBIAYA (x juta)


TAHUNANGGARAN
2017
2018
2019
2020
2021

SUMBER PENDANAAN PEMBIAYAAN (x juta)


Tahun

APBN
Rupiah
PHLN

DAK

APBD PROV

APBD Kota

BUMD

KPS/SWASTA

MASYARAKAT

LAINNYA

PENANGGUNGJAWAB

100

2 dst
PENINGKATAN KUALITAS
I BANGUNAN HUNIAN
1

Rehabilitasi bangunan hunian sesuai dengan fungsi

II

JALAN LINGKUNGAN

Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh

Rehabilitasi/peningkatan jalan lingkungan

kawasan B

800

meter

Pembangunan jalan lingkungan

kawasan C

600

meter

600

400

1100
1200

Direktorat Penyediaan
Perumahan

1,000

700

1200

600

1200

III DRAINASE LINGKUNGAN


.dst
IV PENYEDIAAN AIR MINUM
dst
V

PENGELOLAAN AIR LIMBAH


dst

VI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

VII PROTEKSI KEBAKARAN

Catatan:
Rencana aksi program penanganan permukiman kumuh seperti pada contoh ilustrasi diatas dilakukan pada seluruh permukiman kumuh di perk otaan yang telah terverifikasi.

3-112

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Direktorat Pengembangan
Kawasan Permukiman, Dinas
PU Kota

B.13

Penentuan
Kawasan Prioritas
Penanganan
Permukiman
Kumuh

Merupak an proses identifik asi terhadap lok asi permuk iman


k umuh yang dinilai memilik i k esiapan untuk implementasi
pembangunan fisik pada tahun pertama dalam rencana
pentahapan pembangunan k awasan berdasark an
pertimbangan-pertimbangan yang telah disepak ati antar
pemangk u k epentingan yang terk ait dengan penanganan
permuk iman k umuh.

B.11
PERUMUSAN SKENARIO
PENANGANAN & DESAIN
KAWASAN PERMUKIMAN
KUMUH

B.12
PERUMUSANRENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN

B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH

C.4
PERENCANAANPARTISIPATIFDI KAWASANPRIORITAS:
Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
Penyepakatan KOMPONENDED

TUJUAN

Untuk menentukan minimal tiga kawasan pembangunan tahap pertama


yang akan direncanakan secara lebih rinci dan operasional

METODE

Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, pendekatan partisipatif,


diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD)

LANGKAH

Identifikasi tingkat kekumuhan kawasan (telah dilakukan pada tahap


B.7);
Membuat daftar urutan permukiman kumuh berdasarkan kompleksitas
permasalahan dan kategori kekumuhan;
Merumuskan dan menyepakati dasar pertimbangan penetapan tahapan
penanganan
permukiman
kumuh
prioritas
(readiness
criteria
pembangunan tahap 1);
Menilai kembali daftar urutan permukiman kumuh berdasarkan das ar
pertimbangan (readiness criteria) yang telah disepakati; dan

OUTPUT

Menetapkan dan menyepakati lokasi dan komponen pembangunan


tahap pertama.

Rekomendasi lokasi pembangunan tahap-1;

Peta dan delineasi lokasi pembangunan tahap-1.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-113

PELAKSANA

DURASI

BKM/KSM

Tokoh masyarakat

Tenaga ahli pendamping

2 minggu dari minggu ke 4 di bulan ke 4 sampai minggu ke 1 di bulan ke 5

Contoh dasar pertimbangan penentuan kawasan pembangunan tahap 1


1.

Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota Terhadap Penanganan Kawasan


Semakin tinggi komtmen pemerintah Kabupaten/Kota maka semakin prioritas untuk
ditangani.
Respon dan Kesiapan Masyarakat Terhadap Program Penanganan
Semakin tinggi respon dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap program maka
semakin prioritas untuk ditangani.
Keberadaan dan Aktifitas Sistem/Kelompok Pengelola Lingkungan
Semakin baik struktur dan pola kelembagaan di dalam kawasan maka semakin prioritas
untuk ditangani.
Karakteristik Daerah dan Kebijakan Daerah
Adanya karakteristik khusus dan kebijakan daerah yang perlu dipertimbangkan
Kemampuan Pembiayaan Daerah
Adanya kontribusi kemampuan pembiayaan daerah untuk ikut serta dalam penanganan
permukiman kumuh.

2.

3.

4.
5.

Dasar pertimbangan penentuan kawasan pembangunan tahap 1, bisa tambahkan atau


dikurangi sesuai dengan kebutuhan daerah.

Catatan:
Pembangunan tahap pertama dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu:
-

3-114

Pembangunan berbasis kawasan pembangunan tahap pertama dilakukan pada


minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas terhadap seluruh aspek
penanganan dan seluruh komponen infrastruktur keciptakaryaan, apabila seluruh
readiness criteria (kesiapan lokasi, pemerintah daerah, dan masyarakat) dapat dipenuhi
pada kawasan tersebut.
Pembangunan berbasis komponen infrastruktur pembangunan tahap pertama
dilakukan pada minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas, namun hanya
dilakukan terhadap beberapa komponen-komponen infrastruktur keciptakaryaan yang
dianggap telah memenuhi readiness criteria (kesiapan lahan, pemerintah daerah, dan
masyarakat) untuk diimplementasikan pada tahun berikutnya.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

A.5

FGD 3

Kegiatan penyepak atan terhadap perumusan rencana ak si,


program, k egiatan, dan hasil Rencana Kerja Masyarak at

A.5
FGD 3:
PENYEPAKATAN RENCANAAKSI,
PROGRAM DAN KEGIATAN (hasil
RKM)

B.12
PERUMUSAN RENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN

TUJUAN

Menyepakati rumusan rencana aksi penanganan, programprogram dan kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh
Menyepakati kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh
yang dipilih untuk pembangunan tahap 1

PENYELENGGARA

Pokjanis

PESERTA DAN

Kegiatan FGD terdiri peserta dan pendukung Peserta meliputi:

PENDUKUNG

Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur


permukiman, permukiman, dan perencanaan
Akademisi
Tim P2KKP (Korkot/Faskel)
BKM/KSM
Tokoh Masyarakat

Pendukung meliputi:

DURASI

Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman


Tim Teknis Provinsi
Tenaga Ahli Pendamping

Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana


kerja yang disusun
*) Dilak sanak an pada minggu k e 4 bulan k e 4 sampai dengan minggu
k e 1 bulan k e 5atau sejak diselesaik annya sub k egiatan penilaian
lok asi berdasark an k riteria, indik ator dan parameter k ek umuhan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-115

METODE

Diskusi

TEMPAT
PELAKSANAAN

di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP

OUTPUT

Skenario penanganan dan konsep desain kawasan permukiman


kumuh;

Rencana aksi penanganan permukiman kumuh

Memorandum keterpaduan program skala kota dan skala


kawasan;

Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman kumuh;

Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh; dan

Berita acara kesepakatan

C.4

Perencanaan
partisipatif di
kawasan prioritas

Melak uk an perencanaan partisipatif dengan melibatk an


k omponen k elembagaan k awasan permuk iman prioritas yang
telah dibentuk untuk menyepak ati k ebutuhan penanganan
k awasan dan k omponen infrastuk tur pembangunan tahap-1
yang ak an ditindak lanjuti dengan penyusunan desain tek nis
(DED).
B.11
PERUMUSAN SKENARIO
PENANGANAN & DESAIN
KAWASAN PERMUKIMAN
KUMUH

B.12
PERUMUSANRENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN

B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH

C.4
PERENCANAANPARTISIPATIFDI KAWASANPRIORITAS:
Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
Penyepakatan KOMPONENDED

TUJUAN

3-116

Menyusun rencana aksi masyarakat/community action plan (CAP)


penanganan permasalahan pembangunan pada kawasan permukiman
kumuh meliputi jenis/komponen, volume, lokasi, dan pelaku

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

METODE

LANGKAH

Analisis kebutuhan, pemetaan stak eholder, analisis pembiayaan,


pendekatan partisipatif, dan FGD (rembug warga)
Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan di tingkat
masyarakat untuk turut terlibat dalam proses perencanaan;
Mengidentifikasi kebutuhan penanganan tahap pertama yang berbasis
komponen dengan melakukan diskusi partisipatif/rembug warga dengan
pemangku kepentingan dan masyarakat setempat;
Menyusun dan memilih komponen infrastruktur yang akan ditindaklanjuti
dengan penyusunan desain teknis dan diimplementasikan pada tahun
pertama melalui beberapa kriteria, yaitu:
a) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus merupakan
kebutuhan utama kawasan yang langsung dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat setempat.
b) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus memberikan
implikasi atau dampak nyata terhadap peningkatan kualitas
permukiman;
c)

Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus bersifat mudah


dilaksanakan, tidak menimbulkan friksi di masyarakat,

d)

Lokasi pembangunan komponen infrastruktur bukan merupakan


lahan ilegal/disengketakan.

*) Proses pelak sanaan perencanaan partisipatif dilak uk an secara informal,


sesuai dengan k ebutuhan, dan disepak ati dalam bentuk berita acara.
OUTPUT

Kebutuhan penanganan kawasan;


Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
Hasil perencanaan partisipatif (hasil desain masyarakat skala
lingkungan)
Komponen infrastuktur yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan
desain teknis (DED); dan
Indikasi kesiapan kawasan (readiness criteria) dari sisi masyarakat untuk
implementasi program.

PELAKSANA

Koordinator Kota/Askot/Fasilitator Pendamping Masyarakat


BKM/KSM
Tim Inti Perencanaan Partisipatif

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-117

DURASI

6 minggu (1,5 bulan) *


*) Terhitung sejak minggu k e-2 bulan k e-4 atau sejak diselesaik annya sub
k egiatan penyiapan dan penguatan k elembagaan masyarak at

3-118

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3.2.4

TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS

Kegiatan penyusunan desain teknis adalah penerjemahan dari rencana penanganan kawasan
permukiman prioritas yang telah disusun pada tahap sebelumnya ke dalam bentuk
rancangan/desain teknis untuk diimplementasikan pada tahun pertama. Dengan kata lain,
rancangan/desain teknis dalam rangka pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh di kawasan prioritas ini disusun berdasarkan rencana penanganan (konsep, strategi,
dan program) yang telah disusun dan disepakati sebelumnya. Dalam lingkup kegiatan
penyusunan desain teknis ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi dalam 2 (dua) lingkup
sebagai berikut:

Penyelenggaraan Kegiatan RP2KPKP

Proses Perencanaan & Penyusunan

A.6

Pembahasan Pleno

A.7

Konsultasi Publik

B.14 Penyusunan desain teknis (daftar


komponen DED, pengukuran lapangan,
dan visualisasi pendukung perancangan)
B.15 Penyusunan detailed engineering
design/DED (gambar kerja, RAB, RKS)
B.16 Penyempurnaan hasil pleno
B.17 Penyusunan dokumen RP2KPKP
B.18 Finalisasi dan legalisasi hasil
(Perwal/Perbup)

Lingkup kegiatan penyusunan desain teknis ini akan diselesaikan pada 2 (dua) bulan terakhir
pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, dan dimulai sejak kegiatan dalam tahap
perumusan rencana penanganan masih berlangsung. Secara diagramatis, rangkaian kegiat an
pada lingkup kegiatan penyusunan desain teknis dapat dilihat pada Gambar 3-18.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-119

TAHAPAN

WAKTU

TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS


BULAN 5

PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi
Pemda)

BULAN 6

A.6

A.7

PEMBAHASAN
PLENO

KONSULTASI
PUBLIK *

B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

B.17

PROSES PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan Membangun
Sistem)

PENYUSUNAN
DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0%
Kumuh
Rencana Teknis
Pembangunan
tahap 1
Memorandum
Program
DED Komponen
Prioritas

B.14
PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
Daftar rencana
komponen
Pengukuran lapangan

Visualisasi pendukung
perancangan

B.18
FINALISASI &
LEGALISASI HASIL
(PERWAL/PERBUP)

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBARKERJA, RAB, RKS)

LAPORAN
DRAFT AKHIR

PELAPORAN

OUTPUT

Daftar rencana komponen infrastruktur pembangunan tahap 1;


Data hasil pengukuran detail komponen infrastruktur pembangunan tahap 1:
Peta rinci/siteplan;
Visualisasi pendukung perancangan (dokumentasi drone, ilustrasi before-after, animasi 3D);
DED (Gambar kerja, RAB, RKS) komponen infrastruktur pembangunan tahap 1;
Dokumen lelang;
Dokumen RP2KPKP; dan
Draft Perwal/Perbup

Gambar 3.28 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Penyusunan Desain Teknis

3-120

LAPORAN
AKHIR

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

B.14

Penyusunan desain
teknis

Penerjemahan k onsep dan desain penanganan k awasan yang


telah dirumusk an k e dalam rencana tek nis penanganan yang
lebih teruk ur dan presisi baik secara lok asi, besaran/volume,
dan terpetak an secara visual, serta menyusun dan
menyepak ati daftar k omponen infrastruk tur pembangunan
tahap 1 yang ak an ditindak lanjuti dengan penyusunan DED,
dilanjutk an dengan penguk uran detail terhadap k omponenk omponen tersebut.

*) Komponen infrastruk tur pembangunan tahap 1 dibatasi


hanya pada bidang k eciptak aryaan
B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMANKUMUH

B.14
PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
Daftar rencana
komponen
Pengukuran lapangan

Visualisasi pendukung
perancangan

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBARKERJA, RAB, RKS)

TUJUAN

Memperoleh list/daftar komponen infrastruktur prioritas yang akan


ditindaklanjuti dengan penyusunan gambar kerja serta
diimplementasikan pada tahun pertama penanganan
Melakukan pengukuran teknis untuk menentukan komponen-komponen
dari infrastruktur permukiman yang masih bermasalah
Menyusun peta rinci sebagai acuan untuk pelaksanaan pembangunan di
lapangan;
Menyusun visualisasi pendukung perancangan dan pembuatan
komponen penanganan kawasan secara visual

Memperoleh gambaran visual kawasan kumuh prioritas secara


komperhensif

Memperoleh detail kebutuhan perancangan komponen infrasruktur


(volume dan dimensi) serta kondisi lapangan teraktual pada kawasan
permukiman kumuh prioritas

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-121

METODE

LANGKAH

Studio, analisis kebutuhan, penjaringan informasi, observasi dan


pengukuran lapangan (ground survey), teknik penelurusan lokasi
(transek)

Melakukan penyusunan peta rinci/siteplan, pembuatan site plan


diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan di lapangan siteplan
sedikitnya memuat: (1) plotting komponen rencana, (2) jenis serta
ukuran komponen rencana dan (3) kondisi eksisting, misal: nama jalan,
arah aliran, kontur eksisting serta kondisi 0% dari komponen yang akan
dibangun. Peta kebutuhan infarstruktur yang dipersyaratkan skala
1:1.000 untuk penanganan tahun pertama.
Penyusunan Visualisasi Pendukung Perancangan, pembuatan

komponen kawasan secara visual untuk memberikan pembanding dari


kondisi kawasan semula dan kondisi kawasan setelah dibangun atau
before-after
penyiapan gambar pra rencana berdasarkan rumusan program kegiatan

untuk pembangunan kawasan secara keseluruhan. Gambar ini memuat


bentuk dan komponen-komponen fisik apa saja yang diperlukan dalam
penanganan kawasan kumuh prioritas, namun jumlah dan besarannya
belum terinci yang disepakati antara pokja kab/kota, stakeholders
kab/kota serta masyarakat pada kawasan prioritas.
Melakukan analisis dan diskusi pemilihan komponen dengan

stakeholders kab/kota serta masyarakat pada kawasan prioritas


Melakukan ground check dan pengukuran yang di sesuaikan dengan
kebutuhan nyata di lapangan. Komponen rencana disusun ulang dan
dilihat sejauh mana kemungkinan dapat dilaksanakan pembangunannya
di lapangan. Pemilihan komponen yang akan diukur harus melalui
beberapa kriteria, yaitu:

OUTPUT

Komponen harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi


penanganan kawasan kumuh;

Komponen harus memberikan dampak nyata/manfaat terhadap


perbaikan lingkungan kumuh yang ditangani; dan

Komponen dapat dilaksanakan pembangunannya dan tidak berada


dalam tanah/lahan yang disengketakan

Peta rencana rinci pembangunan tahap pertama yang disusun dengan


memperhatikan berbagai acuan yang ada (peta kebutuhan infarstruktur
skala 1:1.000 untuk penanganan tahun pertama dan skala 1:5.000 untuk
jangka waktu tahun 2017-2019)
Visualisasi 3 dimensi (3D) dari rencana yang disusun
Animasi (video/flim yang memperlihatkan kondisi eksisting dan rencana)

3-122

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Kesepakatan daftar rencana komponen infrastruktur pembangunan


tahap 1; dan
Dimensi dan volume pekerjaan komponen infrastruktur pembangunan
tahap 1
DURASI

4 (empat) minggu *
*) Terhitung sejak minggu k e-1 bulan k e-5 atau sejak diselesaik annya sub
k egiatan penentuan k awasan prioritas penanganan

Survei detail permukiman kumuh prioritas dilakukan setelah ditetapkannya kawasan prioritas
pada tahapan sebelumnya. Survei ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai
permasalahan kondisi fisik dan non fisik melalui pengamatan secara langsung di kawasan
kumuh prioritas. Pengenalan akan lapangan ini penting dilaksanakan agar mampu menyusun
konsep penanganan yang sesuai dengan kebutuhan kawasan kumuh prioritas.
Data yang didapatkan pada survei kawasan kumuh prioritas ini berupa data primer dan data
sekunder (by name by address), diantaranya adalah:
a.

Lingkup rumah tangga

b.

Lingkup Lingkungan

c.

Kondisi Bangunan Hunian (Keteraturan bangunan Kelayakan Bangunan Hunian)


Kondisi Penyediaan Air Minum
Kondisi Pengelolaan Sanitasi
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Kondisi Bangunan Hunian (Kepadatan Bangunan)


Kondisi Jalan Lingkungan
Kondisi Drainase Lingkungan (Kejadian Genangan)
Pengamanan Bahaya Kebakaran
Kondisi ketersediaan RTH

Data Nonfisik:

Data
Data
Data
Data
Data

kependudukan
potensi ekonomi eksisting kawasan
potensi pengembangan kawasan
kebiasaan dan adat istiadat di kawasan
identifikasi legalitas lahan dan bangunan hunian

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-123

Tabel 3.1
No.

Contoh Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name by Address)


Nama Kegiatan

RW. 01
Pemasangan Box Cuvert 200 x 200 Kali Badek Gg. 8 RW.
01

Pengaspal Jalan Gg. 08 RW. 01

Pasang Paving Jalan RT. 09 RW. 01

Pembuatan Pagar BRC Kali Badek RW. 01

5
6
7

Pengaspalan Jl. Kolonel Sugiono X dan Jl. Perum. Kota


Lama
Pengaspal dan Pasang Box U 50 x 40 Jl. Kolonel Sugiono
XA RT. 07 RW. 01
Pasang Gorong- gorong D 30 dan Pasang Box U 30 x 40 Jl.
Kolonel Sugiono XA RT. 07 RW.01

Pasang Paving Jalan RT. 14,15,16

Pemasangan 10 Biofil RW. 01

Koordinat Kegiatan
Desimal
Derajat
-8.000959,
112.629219
-8.001166,
112.630024
-8.001452,
112.630665
-8.001762,
112.631073
-8.003769,
112.630384
-8.003343,
112.629358
-8.005136,
112.629657
-8.007396,
112.626472
-8.006230,
112.628126

800'03.5"S
11237'45.2"E
800'04.2"S
11237'48.1"E
800'05.2"S
11237'50.4"E
800'06.3"S
11237'51.9"E
800'13.6"S
11237'49.4"E
800'12.0"S
11237'45.7"E
800'18.5"S
11237'46.8"E
800'26.6"S
11237'35.3"E
800'22.4"S
11237'41.2"E

-7.999213,
112.629139
-7.999015,
112.629116
-7.999584,
112.628670
-7.999551,
112.628418
-8.000240,
112.626679
-7.999601,
112.628384
-7.998488,
112.629020

759'57.2"S
11237'44.9"E
759'56.5"S
11237'44.8"E
759'58.5"S
11237'43.2"E
759'58.4"S
11237'42.3"E
800'00.9"S
11237'36.0"E
759'58.6"S
11237'42.2"E
759'54.6"S
11237'44.5"E

...

...

RW. 02
10

Pasang Gorong-gorong Gg. Anggrek sampai Gg. Seruni

11

Pasang Gorong-gorong Gg. Seruni

12

Pasang Gorong-gorong Gg. Cilung

13

Perbaikan Aspal Jalan Simpang Sonokeling

14

Pasang Box U 50 x 70 Jl. Niaga

15

Pembuatan MCK Komunal jl. Simpang Sonokeling

16

Pembuatan MCK Komunal Gg. Matahari

...
...

RW ...
...

*) Daftar komponen terseb ut disepakati seb elum dilakukan pendetailan dan perhitungan dengan
mempertimbangkan kemungkinanpelaksanaan di lapangan dan dampak penurunan tingkat
kekumuhan dari rencana pembangunan komponen diatas.

3-124

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.29 Plotting/pemetaan Daftar Komponen Infrastruktur Pembangunan tahap 1

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-125

Gambar 3.30 Contoh Siteplan Kawasan Prioritas

3-126

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.31 Contoh siteplan kawasan skala 1:1000 (disertai dokumentasi kondisi eksisting)

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-127

Gambar 3.32 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After) Penanganan

3-128

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.33 Contoh ilustrasi 3D Kawasan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-129

B.15

Penyusunan
Detailed
Engineering Design
(Gambar kerja,
RAB, RKS)

Penyusunan rencana tek nis rinci/gambar k erja (detailed


engineering design/DED) disertai dengan analisa harga
satuan, RAB, dan RKS untuk k omponen infrastruk tur
pembangunan tahap 1 yang telah disepak ati

A.6
PEMBAHASAN
PLENO

B.14
PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
Daftar rencana
komponen
Pengukuran lapangan

B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

Visualisasi pendukung
perancangan

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBARKERJA, RAB, RKS)

TUJUAN

Menyusun rencana teknis rinci (DED) infrastruktur permukiman


perkotaan pada kawasan pembangunan tahap pertama; dan
Menyusun Dokumen Lelang yang memuat Rencana Anggaran Biaya
(RAB) dan daftar kuantitas harga

METODE
LANGKAH

Desk study, studio


penyusunan desain teknis meliputi:
-

Pembuatan keyplan dan gambar kerja sebagai pendetailan


komponen prioritas yang ditentukan sebagai acuan pelaksanaan di
lapangan;

Pembuatan gambar kerja detail dari komponen yang direncanakan


yaitu gambar denah, tampak dan potongan dengan skala yang telah
ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksana lapangan
(skala 1:200, 1:100, 1:50, 1:20, 1:10).

Sedangkan dokumen lelang yang dipersiapkan selain site plan dan


gambar detail diatas mencakup dokumen yang akan digunakan dalam
pengadaan barang dan jasa yaitu:
-

3-130

Analisa satuan pekerjaan dan RAB; yang disusun dengan


memperhatikan ketentuan yang ada (lihat box 1).

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

OUTPUT

Rencana Kerja dan Syarat (RKS) serta spesifikasi teknis, yang


disusun berdasarkan kebutuhan lelang

Gambar kerja/DED untuk setiap komponen infrastruktur yang disepakati


(skala 1:100, 1:50, 1:20, 1:10, 1:5) yang terdiri atas:
a) Peta lokasi komponen (k eyplan);
b) Gambar potongan/denah/tampak 2D;
c) Gambar perspektif 3D; dan
d) Detail pengukuran dan analisa biaya (tabel).
Dokumen lelang meliputi:
a) Peta Rinci / Site Plan dan Gambar Detail;
b) Data Hasil Pengukuran dan Kondisi Lapangan;
c) Data survey investigasi lahan dan utilitas
d) Rencana Anggaran Biaya (RAB) atau Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
dari paket-paket pekerjaan yang disusun (OE);
e) Rincian Volume Pekerjaan (BQ);
f) Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS);
g) Dokumen persyaratan umum dan dokumen persyaratan administrasi;
dan
h) Spesifikasi teknis dari masing-masing item komponen rencana

DURASI

8 (delapan) minggu / 2 (dua) bulan *


*) Terhitung sejak awal bulan k e-5 atau sejak diselesaik annya sub k egiatan
penyusunan daftar rencana k omponen infrastruk tur

Acuan yang Digunakan dalam Penyusunan DED


Penyusunan rencana teknis rinci dapat mengacu kepada standar teknis yang digunakan yaitu Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis lainnya, yang antara lain meliputi:

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 Tentang Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum, atau

Standar Teknis Penyusunan Analisa Biaya Komponen DED Standar teknis bidang antara lain:
SNI Tahun 2007 tentang Analisa Harga Satuan Pekerjaan,

Pada kondisi komponen yang dibuat belum terdapat standar analisa satuan pekerjaan maka
dapat digunakan metoda Analisa BOW.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-131

Gambar 3.34 Contoh Ilustrasi 3D Komponen DED

3-132

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.35 Contoh Gambar Kerja (DED)

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-133

RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)


Nama Pekerjaan
Item Analisa
Lokasi Pekerjaan
Tahun Anggaran

No

:
:
:
:

Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas (RKP-KP) Kota Malang


DIGESTER
Kota Malang
2015

Nama Pekerjaan

I
1
2
3
4
5
6

Vol

DIGESTER
Pekerjaan Tanah
Pengukuran dan Bouwplank
Galian Tanah
Timbunan Tanah Kembali
Pemadatan tanah setiap 20 cm
Buangan tanah sisa galian
Pasir Urug, t = 5 cm

18,00
41,04
12,31
12,31
28,73
0,89

Satuan

m
m3
m3
m3
m3
m3

Harga Satuan

37.000,00
45.900,00
10.400,00
22.900,00
13.700,00
124.500,00

SUB TOTAL.I
II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Pekerjaan Pasangan dan Beton


Beton lantai kerja K 100, t = 5 cm
Beton Plat Dasar tebal = 20 cm K225 tul = 145 kg/m3
Beton Plat Atas tebal = 12 cm K225 tul = 135 kg/m3
Beton Tutup Manhole
Pasangan Paving block tebal 6 cm
Pasangan Batu belah 1Pc : 4 Ps ( penjepit paving block )
Pasangan Batu bata 1Pc : 3 Ps ( Pas 1Bt )
Pasangan Batu bata 1Pc : 3 Ps ( Pas.1/2 Bt )
Plesteran 1Pc : 3 Ps tebal 15 mm
Acian
Saluran drainase terbuka keliling Digester

1
2
3
4

Pekerjaan Lain- lain


Pipa PVC dia 3/4" AW
Bend all socket PVC dia.3/4" AW
Pipa PVC dia 4" AW
Bend all socket PVC dia. 4" AW

666.000,00
1.883.632,73
128.037,78
281.929,34
393.552,02
110.929,50
3.464.081,37

0,89
2,67
2,53
0,07
24,00
2,16
35,95
1,44
37,39
37,39
24,00

m3
m3
m3
m3
m2
m3
m2
m2
m2
m2
m

697.600,00
2.946.100,00
4.245.000,00
4.245.000,00
119.200,00
615.300,00
190.300,00
91.000,00
36.400,00
19.200,00
292.300,00

SUB TOTAL.II
III

Jumlah
Harga

621.561,60
7.874.925,30
10.745.188,09
312.007,50
2.860.800,00
1.329.048,00
6.841.285,00
131.040,00
1.360.996,00
717.888,00
7.015.200,00
39.809.939,49

12,00
2,00
3,00
2,00
SUB TOTAL.III

JUMLAH

m1
bh
m1
bh

127.800,00
24.000,00
185.200,00
26.000,00

1.533.600,00
48.000,00
555.600,00
52.000,00
2.189.200,00
45.463.220,86

Gambar 3.36 Contoh Rencana Anggaran Biaya (RAB) Komponen

A.6

3-134

Pembahasan Pleno

Pada bulan k elima/k eenam penyelenggaraan k egiatan, ak an

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

diselenggarak an k egiatan Pembahasan Pleno Penyusunan


RP2KPKP yang wajib diik uti oleh Tenaga Ahli Pendamping dan
Pok janis Kabupaten/Kota.

A.5
FGD 3:
PENYEPAKATAN RENCANA AKSI,
PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil
RKM)

A.6

A.7

PEMBAHASAN
PLENO

KONSULTASI
PUBLIK *

B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBARKERJA, RAB, RKS)

TUJUAN

Memonitor pencapaian dari kegiatan penyusunan RP2KPKP yang


dilakukan di setiap kabupaten/kota

METODE

Workshop dan diskusi

LANGKAH

Menyiapkan materi pembahasan capaian penyusunan RP2KPKP hingga


tahap penyusunan desain teknis yang meliputi bahan tayangan dan
materi visualisasi yang telah disusun;
Mengikuti kegiatan pembahasan pleno dengan memaparkan hasil-hasil
penyusunan RP2KPKP kepada para pemangku kepentingan terkait;
Memaparkan hasil dan proses penyusunan RP2KPKP oleh tim pokjanis
kabupaten/kota; dan
Merumuskan langkah perbaikan berdasarkan masukan terhadap

pencapaian kegiatan RP2KPKP dari pelaksanaan pembahasan pleno


OUTPUT

Kesetaraan kualitas dan tingkat kedalaman hasil dari produk RP2KPKP


yang dihasilkan oleh tiap kabupaten/kota; dan
Hasil evaluasi terhadap proses yang telah dilakukan.

DURASI

1-2 hari *
*) Minggu k e-4 pada bulan k e-5 (Jadwal dan lok asi penyelenggaraan
ditentuk an oleh pihak Direk torat PKP, Ditjen Ck , Kementerian PUPR)

Secara proses, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh kota/kabupaten
penyusun telah melaksanakan kegiatan FGD 3 serta perencanaan partisipatif di kawasan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-135

permukiman prioritas (pelaksanaan rencana kerja masyarakat). Secara substansi, pada saat
pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh kota/kabupaten penyusun telah memiliki
output akhir hingga tahap DED komponen pembangunan tahap 1 yang disertai dengan
visualisasi pendukung perancangan (dokumentasi drone, ilustrasi before-after, dan animasi
3D).
Dalam konteks administrasi, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh
kota/kabupaten penyusun telah melaksanakan pembahasan laporan akhir sementara di tingkat
provinsi.

B.16

Penyempurnaan
hasil Pleno

Perbaik an rencana pencegahan dan peningk atan k ualitas


permuk iman k umuh yang telah disusun berdasark an hasil
masuk an dari pembahasan pleno

A.6
PEMBAHASAN
PLENO

B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

B.17
PENYUSUNAN DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0% Kumuh
Rencana Teknis Pembangunan tahap 1
Memorandum Program
DEDKomponen Prioritas

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

TUJUAN

Menyempurnakan substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas


permukiman kumuh

METODE

Desk study

LANGKAH

Menginventarisasi catatan masukan penyelenggaraan pembahasan


pleno;
Memperbaiki substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh; dan
Mengkonsultasikan hasil penyempurnaan substansi pasca pembahasan

3-136

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

pleno dengan tim teknis provinsi dan koordinator pusat.


OUTPUT

DURASI

Rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh


yang telah disempurnakan hingga ke tahap desain teknis.
2 (dua) minggu *
*) terhitung sejak terselenggaranya k egiatan pembahasan pleno.

A.7

Diseminasi dan
Publikasi

Untuk menginformasik an hasil yang telah dicapai, mak a


pada awal bulan k eenam perlu diselenggarak an k egiatan
diseminasi dan publik asi. Kegiatan diseminasi dan publik asi
ini adalah k egiatan penyebarluasan terhadap muatan
RP2KPKP k epada pemangk u k epentingan k abupaten/k ota
termasuk masyarak at.

*) Diseminasi dan publik asi ini diselenggarak an melalui


pendanaan pemerintah k ota/k abupaten (APBD)

A.6

A.7

PEMBAHASAN
PLENO

DISEMINASI &
PUBLIKASI

B.17
PENYUSUNAN
DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0%
Kumuh
Rencana Teknis
Pembangunan
tahap 1
Memorandum
Program
DEDKomponen
Prioritas

TUJUAN

Untuk menyebarluaskan hasil penyusunan RP2KPKP yang telah dilakukan


kepada masyarakat

METODE

Pemaparan hasil melalui sosialisasi, publikasi media (cetak/elektronik), dll

LANGKAH

Menyiapkan materi pemaparan dan publikasi yang meliputi bahan


tayang dan materi visualisasi yang telah disusun
Memaparkan dan mempublikasikan seluruh capaian kegiatan RP2KPKP

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-137

OUTPUT
DURASI

Terinformasikannya hasil penyusunan RP2KPKP kepada masyarakat


1 minggu
*) Jadwal penyelenggaraan disesuaik an dengan rencana k erja yang telah
disusun

B.17

Penyempurnaan
Dokumen
RP2KPKP

Menyempurnak an Dok umen RP2KPKP sebagai produk ak hir


hasil penyusunan substansi RP2KPKP yang memuat seluruh
output k egiatan hingga k e tahap desain tek nis.

A.7
KONSULTASI
PUBLIK *

B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

B.17
Penyempurnaan DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0% Kumuh
Rencana Teknis Pembangunan tahap 1
Memorandum Program
DED Komponen Prioritas

B.18
FINALISASI &
LEGALISASI HASIL
(PERWAL/PERBUP)

TUJUAN

Menyusun substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas


permukiman perkotaan ke dalam satu dokumen yang terpadu dan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan

METODE

Desk study, kompilasi output

LANGKAH

Menginventarisasi output/keluaran utama dari kegiatan penyusunan


RP2KPKP;
Sistematisasi seluruh hasil-hasil dari rangkain proses kegiatan yang
disusun dalam dokumen perencanaan yang komprehensif seuai dengan
substansi yang diwajibkan.
Melakukan diskusi pembahasan terhadap konten dan sistematika
penyajian dokumen.

3-138

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

OUTPUT

Dokumen Rencana Pencegahan dan peningkatan Kualitas Permukiman


Kumuh Perkotaan yang memuat:
Profil kawasan permukiman kumuh hasil verifikasi;
Potensi dan permasalahan permukiman kumuh (pemetaan 7+1
indikator).
Konsep dan Strategi penanganan permukiman kumuh (skala kota dan
skala kawasan);
Hasil penilaian tingkat kekumuhan berdasarkan kriteria dan indikator
(Permen PUPR No.2/2016);
Kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
perkotaan;
Distribusi pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh;
Skenario penanganan dan desain penanganan kawasan permukiman
kumuh;
Rencana aksi dan memorandum keterpaduan program penanganan;
Kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahap
pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci
dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan
1:1.000);
Siteplan kawasan permukiman prioritas dan visualisasi pendukung
perancangan
a) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas)
b) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama)

DURASI

2 (dua) minggu *
*) terhitung sejak minggu k e-2 bulan k e-6 atau sejak diselesaik annya sub
k egiatan penyempurnaan hasil pleno

B.18

Finalisasi dan
legalisasi hasil

Melak uk an penyempurnaan Dok umen RP2KPKP serta


menyusun produk huk um (legal drafting) dari substansi
RP2KPKP yang telah disusun

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-139

B.17
PENYUSUNAN DOKUMEN RP2KPKP
Rencana Aksi 0% Kumuh
Rencana Teknis Pembangunan
tahap 1
Memorandum Program
DEDKomponen Prioritas

B.18
FINALISASI & LEGALISASI HASIL
(PERWAL/PERBUP)

TUJUAN

Menyusun substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas


permukiman perkotaan ke dalam satu dokumen yang terpadu dan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan

METODE

legal drafting, pembahasan

LANGKAH

Penyusunan Draft Peraturan Walikota/Bupati berdasarkan dokumen


RP2KPKP yang telah disepakati oleh pemangku kepentingan;
Pembahasan di bagian hukum (harmonisasi dan koordinasi dgn SKPD
terkait);
Pengajuan RANPERWAL/RANPERBUP kepada Walikota/Bupati
(melalui SEKDA);
Penyempurnaan perwal/perbup oleh tim penyusun perwal;
Penetapan peraturan Walikota/Bupati.

OUTPUT

DURASI

Berdasarkan timeline penyusunan RP2KPKP yang hanya selama 6 bulan,


output yang diharapkan yaitu tersusunnya naskah draft Peraturan
Walikota/Bupati tentang Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Kota/Kabupaten
2 (dua) minggu *
*) terhitung sejak minggu k e-3 bulan k e-6 atau sejak diselesaik annya sub
k egiatan penyusunan dok umen RP2KPKP

3-140

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3.3

KELUARAN YANG DIHASILKAN

Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan RP2KPKP meliputi 4 (empat) dokumen,
yaitu:
1.
2.
3.
4.

Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh


Perkotaan (RP2KPKP);
Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding)Kegiatan;
Dokumen/Album Detailed Engineering Design (DED); dan
Dokumen/Album Peta.

dengan rincian muatan tiap dokumen sebagai berikut:


1.

Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh


Perkotaan (RP2KPKP)

MUATAN

Profil kawasan permukiman prioritas;


Potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan
infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman
prioritas;
Konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman
prioritas;
Rencana aksi program penanganan permukiman pada kawasan
prioritas selama 5 tahun;
Momerandum program penanganan kumuh.
Rencana pembangunan tahun 1
Kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada
tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan
secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman
skala perencanaan 1:1.000);
Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED)
infrastruktur permukiman untuk kawasan permukiman kumuh yang
pembangunannya akan dilaksanakan pada tahun pertama yang
disajikan dalam bentuk 3D; dan
Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan,
rencana aksi program dalam skala :
e) 1:100 (Untuk DED kawasan prioritas)
f) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas)
g) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama)

PENYAJIAN

Dokumen ini disajikan sebagai laporan utama; dan


Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan tabel, gambar dan peta

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-141

yang representatif

2.

Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding)Kegiatan

MUATAN

Notulensi
dari
tiap
penyelenggaraan
penyepakatan dan sosialisasi;
Absensi dan daftar hadir
penyepakatan dan sosialisasi;

tiap

kegiatan-kegiatan

penyelenggaraan

kegiatan

Materi yang disampaikan;


Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan; dan
Proses diskusi
PENYAJIAN

Dokumen ini disajikan sebagai dokumen yang terpisah dengan


dokumen proses (Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan
Akhir Sementara, dan Laporan Akhir) dan dokumen RP2KPKP;
Kegiatan yang dilaporkan setidaknya adalah kegiatan Sosialisasi,
Konsolidasi Tingkat Provinsi, FGD 1, FGD 2, FGD 3, dan
Kolokium;
Bentuk-bentuk kesepakatan tertuang dalam berita acara kegiatan
yang dihasilkan yang ditanda tangani oleh perwakilan pihak yang
hadir dan menyetujui; dan
Tiap
kegiatan
yang
diselenggarakan
dilengkapi
dokumentasi foto penyelenggaraan yang disajikan
lampiran dalam dokumen ini.

3.

dengan
sebagai

Dokumen/Album Detailed Engineering Design (DED)

MUATAN

DED untuk komponen infrastruktur permukiman dan sektor terkait


lainnya pada kawasan pembangunan tahap pertama; dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB)

PENYAJIAN

Gambar kerja yang ditampilkan dalam Dokumen/Album DED


merupakan kompilasi gambar kerja yang termuat dalam
dokumen RP2KPKP maupun dokumen proses kegiatan (Laporan
Draft Akhir dan Laporan Akhir)
Gambar kerja yang dihasilkan minimal memuat unsur-unsur

3-142

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

sebagai berikut (contoh terlampir):


a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Instansi yang menerbitkan gambar (pemilik kegiatan);


Judul kegiatan;
Judul gambar;
Pihak yang mengetahui dan menyetujui;
Skala gambar (baris dan angka);
Keterangan jumlah lembar dan nomor lembar;
Legenda/keterangan peta;
Peta orientasi/inset; dan
Gambar utama peta.

Gambar kerja yang secara visual memanjang dari atas ke bawah


ditampilkan dalam bentuk portrait (contoh terlampir)
Gambar kerja yang secara visual memanjang dari kiri ke kanan
ditampilkan dalam bentuk landscape (contoh terlampir)
Penulisan dokumen
representatif.

4.

ini

dilengkapi

dengan

daftar

isi

yang

Dokumen/Album Peta

MUATAN

Peta kondisi eksisting;


Peta rencana

PENYAJIAN

Peta yang ditampilkan dalam Album Peta merupakan kompilasi


peta yang termuat dalam dokumen RP2KPKP maupun dokumen
proses kegiatan (Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan
Draft Akhir, dan Laporan Akhir)
Peta yang dihasilkan minimal memuat unsur-unsur sebagai berikut
(contoh terlampir):
j)
k)
l)
m)
n)

Instansi yang menerbitkan peta (pemilik kegiatan);


Judul kegiatan;
Judul peta;
Orientasi peta;
Skala peta (baris dan angka) disertai keterangan jenis
proyeksi, sistem grid, dan datum horizontal;
o) Sumber data;
p) Legenda/keterangan peta;
q) Peta orientasi/inset; dan
r) Gambar utama peta.
Peta

kota/kabupaten/kawasan

yang

berorientasi

utara-selatan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

3-143

atau secara visual memanjang dari atas ke bawah ditampilkan


dalam bentuk portrait (contoh terlampir)
Peta kota/kabupaten/kawasan yang berorientasi barat-timur atau
secara visual memanjang dari kiri ke kanan ditampilkan dalam
bentuk landscape (contoh terlampir)
Penulisan dokumen
representatif.

3-144

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

ini

dilengkapi

dengan

daftar

isi

yang

LAMPIRAN 1: OUTLINE LAPORAN PENDAHULUAN


Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
I.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Maksud, tujuan dan sasaran
3. Ruang lingkup

Ruang lingkup substansi

Ruang lingkup wilayah

4. Kedudukan dokumen RP2KPKP dalam kerangka pembangunan kota


5. Sistematika penyajian

II.

KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN


Pada bagian ini mencerminkan karakter dan kekhasan penanganan kawasan kumuh di
masing-masing kota/kabupaten yang telah di-overview. Rumusan bagian ini lebih

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

L-1

menggambarkan dan memaparkan secara jelas rumusan kebijakan penanganan


kumuh perkotaan.

1. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan


2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan
3. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

III.

GAMBARAN PROFIL AWAL PERMUKIMAN KUMUH KOTA


Pada bagian ini berisi gambaran secara awal mengenai kondisi awal permukiman
kumuh hasil identifikasi awal.

1. Baseline data kumuh serta SK penetapan lokasi kumuh


2. Sebaran permukiman kumuh, peta deliniasi kawasan kumuh, lokasi beserta
luasannya

3. Profil awal kawasan permukiman kumuh kota


4. Gambaran kelembagaan lokal ( BKM/KSM )

IV.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Pada bagian ini diuraikan mengenai pendekatan yang digunakan dalam penyelesaian
kegiatan berikut dengan metode analisis yang akan digunakan dalam tiap lingkup
kegiatannya.

1. Pendekatan pelaksanaan kegiatan


2. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
3. Pendekatan dan metode pelaksanaan kegiatan dalam rangkaian penyelesaian
pekerjaan

V.

RENCANA KERJA RINCI DAN STRUKTUR ORGANISASI


Pada bagian ini akan menjelaskan mengenai uraian secara rinci dari rencana kerja
yang telah disusun dimana akan menjadi panduan dalam proses penyelesaian kegiatan
penyusunan RP2KPKP. Selain itu akan dijelaskan pula struktur organisasi dalam
pelaksanaan kegiatan RP2KPKP, komposisi tim ahli pendamping, dan jadwal
keterlibatan tenaga ahli pendamping.

1. Program Kerja Rinci


L-2

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


3. Sistem Pelaporan
4. Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan
5. Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli
6. Jadwal penugasan tenaga ahli

VI.

RENCANA TINDAK LANJUT


Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai rencana tindak lanjut pelaksanaan pekerjaan
yang akan dilakukan untuk penyelesaian kegiatan pada tahap selanjutnya, khususnya
sampai dengan Laporan Antara selesai disusun.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

L-3

LAMPIRAN 2: OUTLINE LAPORAN ANTARA


Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
I.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Maksud, tujuan dan sasaran
3. Ruang lingkup

Ruang lingkup substansi

Ruang lingkup wilayah

4. Kedudukan dokumen RP2KPKP dalam kerangka pembangunan kota


5. Sistematika penyajian

II.

KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN


Pada bagian ini mencerminkan karakter dan kekhasan penanganan kawasan kumuh di
masing-masing kota/kabupaten yang telah di-overview. Rumusan bagian ini lebih
menggambarkan dan memaparkan secara jelas rumusan kebijakan penanganan
kumuh perkotaan.

1. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan


2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan
3. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

III.

PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA


Pada bagian ini berisi gambaran mengenai profil permukiman kumuh yang telah
dilakukan sinkronisasi dan verifikasi bersama stakeholder terkait.

1. Baseline data kumuh serta SK penetapan lokasi kumuh


2. Sebaran permukiman kumuh, peta deliniasi kawasan kumuh, lokasi beserta
luasannya hasil verifikasi

3. Profil kawasan permukiman kumuh kota hasil verifikasi (dilengkapi peta masingmasing kawasan)

L-4

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

4. Gambaran kelembagaan lokal ( BKM/KSM )

IV.

IDENTIFIKASI KEKUMUHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN


Pada bagian ini akan menjelaskan proses penilaian tingkat kekumuhan dan skala
prioritas penanganan sebagai perumusan kebutuhan penanganan sehingga dapat
diketahui kontribusi program penanganan permukiman kumuh sesuai cakupannya.

1. Kriteria dan Indikator penilaian penentuan klasifikasi dan skala prioritas


penanganan

2. Perumusan

kebutuhan
permukiman kumuh

penanganan

berdasarkan

isu

dan

permasalahan

3. Pola kontribusi program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai


cakupan skala kawasan dan skala lingkungan

V.

KONSEP
DAN
STRATEGI
PERMUKIMAN KUMUH

PENCEGAHAN

DAN

PENINGKATAN

KUALITAS

Pada bagian ini akan menjelaskan alur dan arah penyusunan RP2KPKP sebagai suatu
strategi pencapaian pada akhirnya berupa Kota bebas kumuh.

1. Konsep pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota


2. Strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai dengan
pencapaian kota bebas kumuh dalam skala kota

3. Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh


skala kawasan

VI.

RENCANA TINDAK LANJUT


Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai rencana tindak lanjut pelaksanaan pekerjaan
yang akan dilakukan untuk penyelesaian kegiatan pada tahap selanjutnya, khususnya
sampai dengan Laporan Akhir selesai disusun.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

L-5

LAMPIRAN 3: OUTLINE LAPORAN AKHIR


Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
I.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Maksud, tujuan dan sasaran
3. Ruang lingkup

Ruang lingkup substansi

Ruang lingkup wilayah

4. Kedudukan dokumen RP2KPKP dalam kerangka pembangunan kota


5. Sistematika penyajian

II.

KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN


Pada bagian ini mencerminkan karakter dan kekhasan penanganan kawasan kumuh di
masing-masing kota/kabupaten yang telah di-overview. Rumusan bagian ini lebih
menggambarkan dan memaparkan secara jelas rumusan kebijakan penanganan
kumuh perkotaan.

1. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan


2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan
3. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

III.

PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA


Pada bagian ini berisi gambaran mengenai profil permukiman kumuh yang telah
dilakukan sinkronisasi dan verifikasi bersama stakeholder terkait.

1. Baseline data kumuh serta SK penetapan lokasi kumuh


2. Sebaran permukiman kumuh, peta deliniasi kawasan kumuh, lokasi beserta
luasannya hasil verifikasi

3. Profil kawasan permukiman kumuh kota hasil verifikasi (dilengkapi peta masingmasing kawasan)

L-6

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

4. Gambaran kelembagaan lokal ( BKM/KSM )

IV.

IDENTIFIKASI KEKUMUHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN


Pada bagian ini akan menjelaskan proses penilaian tingkat kekumuhan dan skala
prioritas penanganan sebagai perumusan kebutuhan penanganan sehingga dapat
diketahui kontribusi program penanganan permukiman kumuh sesuai cakupannya.

1. Kriteria dan Indikator penilaian penentuan klasifikasi dan skala prioritas


penanganan

2. Perumusan

kebutuhan
permukiman kumuh

penanganan

berdasarkan

isu

dan

permasalahan

3. Pola kontribusi program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai


cakupan skala kawasan dan skala lingkungan

V.

KONSEP
DAN
STRATEGI
PERMUKIMAN KUMUH

PENCEGAHAN

DAN

PENINGKATAN

KUALITAS

Pada bagian ini akan menjelaskan alur dan arah penyusunan RP2KPKP sebagai suatu
strategi pencapaian pada akhirnya berupa Kota bebas kumuh.

1. Konsep pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota


2. Strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman k umuh sampai dengan
pencapaian kota bebas kumuh dalam skala kota

3. Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh


skala kawasan

VI.

PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGANAN KUMUH PERKOTAAN


Bagian ini menjelaskanturunan dari konsep dan strategi penanganan kumuh kota serta
hasil penyusunan dokumen-dokumen Memorandum Program

1. Kebutuhan program penanganan kawasan permukiman kumuh prioritas sesuai


dengan konsep, strategi dan indikator kekumuhan

2. Program dan kegiatan penanganan kumuh terkait pencegahan tumbuhnya


permukiman kumuh baru

3. Program

dan kegiatan
permukiman kumuh

penanganan

kumuh

terkait

peningkatan

kualitas

4. Dasar pertimbangan pentapan Kawasan Pembangunan Tahap 1

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

L-7

5. Program Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1

VII.

RENCANA AKSI PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN


Merupakan bagian yang akan memuat Dokumen Rencana Aksi Program Penanganan
Permukiman Kumuh Perkotaan (Memorandum Program) berupa Rencana Program dan
Rencana Investasi pada lingkup penanganan skala lingkungan, kawasan dan kota
secara bersama oleh seluruh stakeholders.

1. Rencana aksi program pencegahan dan peningkatan permukiman kumuh skala


kota dan skala kawasan

2. Memorandum Program Pembangunan Ke-Cipta Karya-an Termasuk Rencana


Investasi

3. indikasi program dan kegiatan penanganan tahun 2017 dan indikasi penyusunan
ded kawasan prioritas tahun 2017

4. Rencana Aksi Masyarakat (CAP) dan prioritas kebutuhan

VIII.

RENCANA DETAIL KONSEP DESAIN KAWASAN PENANGANAN PRIORITAS

1. Rencana Pembangunanan Penanganan Permukiman Tahap I


2. Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) Kawasan Penanganan
Prioritas

3. Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Daftar Kuantitas Harga

L-8

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

LAMPIRAN 4: OUTLINE DOKUMEN RP2KPKP


Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
I.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Maksud, tujuan dan sasaran
3. Ruang lingkup

Ruang lingkup substansi

Ruang lingkup wilayah

4. Kedudukan dokumen RP2KPKP dalam kerangka pembangunan kota


5. Sistematika penyajian

II.

KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN


Pada bagian ini mencerminkan karakter dan kekhasan penanganan kawasan kumuh di
masing-masing kota/kabupaten yang telah di-overview. Rumusan bagian ini lebih
menggambarkan dan memaparkan secara jelas rumusan kebijakan penanganan
kumuh perkotaan.

1. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan


2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan
3. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

III.

PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA


Pada bagian ini berisi gambaran mengenai profil permukiman kumuh yang telah
dilakukan sinkronisasi dan verifikasi bersama stakeholder terkait.

1. Sebaran permukiman kumuh, peta deliniasi kawasan kumuh, lokasi beserta


luasannya hasil verifikasi

2. Profil kawasan permukiman kumuh kota hasil verifikasi (dilengkapi peta masingmasing kawasan) dan gambaran kelembagaan lokal (BKM/KSM)

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

L-9

3. Kriteria dan Indikator penilaian penentuan klasifikasi

dan

skala

prioritas

penanganan

4. Perumusan

kebutuhan
permukiman kumuh

penanganan

berdasarkan

isu

dan

permasalahan

5. Pola kontribusi program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai


cakupan skala kawasan dan skala lingkungan

IV.

KONSEP
DAN
STRATEGI
PERMUKIMAN KUMUH

PENCEGAHAN

DAN

PENINGKATAN

KUALITAS

Pada bagian ini akan menjelaskan alur dan arah penyusunan RP2KPKP sebagai suatu
strategi pencapaian pada akhirnya berupa Kota bebas kumuh.

1. Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh


sampai dengan pencapaian kota bebas kumuh dalam skala kota

2. Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh


skala kawasan

V.

RENCANA AKSI PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN


Merupakan bagian yang akan memuat Dokumen Rencana Aksi Program Penanganan
Permukiman Kumuh Perkotaan (Memorandum Program) berupa Rencana Program dan
Rencana Investasi pada lingkup penanganan skala lingkungan, kawasan dan kota
secara bersama oleh seluruh stakeholders.

1. Program dan kegiatan penanganan kumuh terkait pencegahan peningkatan


kualitas permukiman kumuh

2. Program Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1


3. Rencana aksi program pencegahan dan peningkatan permukiman kumuh skala
kota dan skala kawasan

4. Memorandum Program Pembangunan Ke-Cipta Karya-an Termasuk Rencana


Investasi

5. Indikasi program dan kegiatan penanganan tahun 2017 dan indikasi penyusunan
ded kawasan prioritas tahun 2017

6. Rencana Aksi Masyarakat (CAP) dan prioritas kebutuhan

L-10

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

VI.

RENCANA DETAIL KONSEP DESAIN KAWASAN PENANGANAN PRIORITAS

1. Rencana Pembangunanan Penanganan Permukiman Tahap I


2. Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) Kawasan Penanganan
Prioritas

3. Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Daftar Kuantitas Harga

Lampiran dokumen RP2KPKP :


A. Rencana Kerja Masyarakat
1.

SK dan profil kumuh perkotaan

2.

Berita acara setiap kesepakatan dan persetujuan hasil analisa teknis kajian

3.

Dokumentasi potensi dan permasalahan kumuh (kondisi eksisting) dalam bentuk foto,
video dan tangkapan drone/film/foto udara

4.

Konsep dan desain dan scenario penanganan dalam bentuk desain 3D

B. DOKUMEN DED
1.

DED, RAB dan RKS (dilengkapi dengan analisa biaya dan harga satuan)

LAMPIRAN 5: OUTLINE LAPORAN BULANAN


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I.

URAIAN SINGKAT KEGIATAN RP2KPKP


1.1 Latar Belakang Kegiatan
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran
1.2.1

Maksud Pekerjaan

1.2.2

Tujuan Pekerjaan

1.2.3

Sasaran Pekerjaan

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

L-11

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

II.

1.3.1

Ruang Lingkup Substansi

1.3.2

Ruang Lingkup Wilayah

PROGRES DAN CAPAIAN KEMAJUAN PEKERJAAN PADA BULAN KE-x


2.1 Rencana kerja (keseluruhan)
2.2 Rencana dan capaian pelaksanaan kegiatan bulan 1
2.2.1

Lingkup dan rencana kegiatan bulan 1 (jelaskan sesuai poin-poin di


pedoman)

2.2.2

Progress pencapaian pelaksanaan kegiatan bulan 1 (jelaskan sesuai poinpoin di pedoman)

2.2.3

Mobilisasi tenaga ahli pekerjaan RP2KPKP bulan 1

2.3 Rencana kegiatan bulan berikutnya

LAMPIRAN
a.

Kurva S

b.

Foto-foto

c.

Rincian kegiatan harian per tenaga ahli (ditandatangani oleh tenaga ahli tersebut dan
direktur)

d.

Daftar hadir personil

L-12

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

LAMPIRAN 6: OUTLINE PROCEEDING


I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan Kegiatan Diskusi
1.2 Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Kegiatan Diskusi
1.2.1

Pra FGD

1.2.2

FGD

1.3 Keluaran yang Diharapkan


1.3.1

Pra FGD

1.3.2

FGD

1.4 Kedudukan Kegiatan Diskusi


1.5 Metode dan Proses Penyelenggaraan Diskusi
1.6 Peserta Diskusi
1.7 Waktu dan Tempat Penyelenggaraan Diskusi

II.

1.7.1

Pra FGD

1.7.2

FGD

KESIMPULAN DAN CAPAIAN KEGIATAN

LAMPIRAN
A. Risalah Kegiatan Diskusi
B. Berita acara kegiatan diskusi
C. Dokumentasi Kegiatan Diskusi
D. Daftar Hadir Kegiatan Diskusi
E. Materi Presentasi

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

L-13

LAMPIRAN 7: FORMAT BERITA ACARA KESEPAKATAN FGD

BERITA ACARA KEGIATAN


FOCUS GRUP DISCUSSION (FGD) I/II/III

Pekerjaan

Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman


Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota/Kabupaten . TA 2016 (APBN)

Perihal

Penyepakatan Profil Permukiman Kumuh Hasil Verifikasi

Pada hari ini, .., tanggal .. bulan . tahun dua ribu enam belas (--2016) pukul
:.... bertempat di , Kota/kabupaten, telah dilaksanakan FGD I
RP2KPKP Kota/Kabupaten, mengenai penyepakatan profil permukiman kumuh
hasil verifikasi, yang dihadadiri oleh Satuan Kerja Pengembangan Permukiman dan Provinsi
.., Pokjanis Kota/Kabupaten, Dinas/Instansi terkait, Konsultan
Pelaksana Kegiatan serta unsur lainnya sebagaimana terlampir dalam absensi pelaksanaan
kegiatan. Adapun beberapa hal yang dihasilkan dalam FGD I ini antara lain:

..
.....

Demikian Berita Acara FGD I Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota/Kabupaten..ini dibuat dan
ditanda tangani oleh Ketua Tim Konsultan Pelaksana Kegiatan, Kepala Satuan Kerja
Pengembangan Permukiman dan Perbatasan Provinsi. dan perwakilan dari
Pokjanis Kota/Kabupaten...

Kota/Kabupaten, . 2016

Nama
Tim Teknis Provinsi
(Kepala Satker)
Pokjanis (Ketua)
Pokjanis (anggota)
TAP

L-14

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Jabatan

Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai