Oleh:
MOHAMAD FANDJI NASRULLAH
NPM : 062111060
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
NPM
: 062111060
Program Studi
: Kimia
(Valanga
KERING
Pembimbing I
Pembimbing II
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Serangga.........................................................................................................3
2.2 Belalang..........................................................................................................6
2.3 Mi Kering.....................................................................................................11
2.4 Proses Pembuatan mi kering........................................................................12
2.5 Syarat Mutu Mi Kering................................................................................13
2.6 Protein..........................................................................................................14
2.7 Kolesterol.....................................................................................................15
2.8 Lemak...........................................................................................................16
2.9 Karbohidrat...................................................................................................17
2.10 Kadar Air....................................................................................................17
2.11 Kadar Abu...................................................................................................18
2.12 Uji Organoleptik.........................................................................................18
2.13 Kjeltec System.............................................................................................19
2.14 Soxtec System.............................................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................21
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................21
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................21
3.2.1 Alat - alat................................................................................... 21
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Belalang kayu (melanoplus cinerus)......................................................8
Gambar 2. Selai belalang (Valanga Nigricornis)...................................................26
Gambar 3 Perbandingan Komposisi mi.................................................................30
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kalsifikasi Belalang....................................................................................6
Tabel 2 Standar Mutu Mi Kering...........................................................................13
Tabel 3 Perbandingan Persentase Resep dan Selai Belalang.................................22
Tabel 4 Kandungan Selai Belalang........................................................................27
Tabel 5 Kandungan Gizi Daging ayam dan Selai Belalang...................................28
Tabel 6 Karakteristik fisik mi kering belalang.......................................................30
Tabel 7 Hasil uji sidik ragam mi kering belalang..................................................31
Tabel 8 Karakteristik kimia mi kering belalang.....................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan bisa bersumber dari hewan ataupun tumbuhan. Sumber utama
dari hewan adalah daging yang mengandung lemak dan protein. Sedangkan pada
tumbuhan merupakan sumber dari karbohidrat dan serat. Sumbersumber
makanan tersebut tidak seimbang karena banyaknya konsumsi dengan
pertumbuhan sumber-sumber itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya sumber
makanan alternatif yang bisa digunakan selain sumber makanan yang biasanya.
sumber tersebut harus mempunyai keunggulan dibandingkan yang sebelumnya
dan juga cara perkembangbiakannya cepat. Salah satu yang dapat digunakan
adalah serangga. Aktifitas memakan serangga oleh manusia adalah hal umum
dalam kebudayaan di kebanyakan wilayah di dunia, yang meliputi Amerika Utara,
Tengah dan Selatan; dan Afrika, Asia, Australia dan Selandia Baru. Lebih dari
1.000 spesies serangga diketahui telah dimakan di 80% negara-negara di dunia.
Belalang kayu (Valanga nigricornis) merupakan salah satu spesies belalang yang
mempunyai sumber protein yang tinggi. belalang bisa digunakan sebagai
pengganti sumber protein yang didapat dari daging. Belalang ini sangat cepat
perkembangbiakannya meskipun di Indonesia belalang dianggap sebagai hama
bagi sektor pertanian. (Carrington Damian, 2010)
Salah satu faktor penting dalam memilih seranggauntuk bahan pangan
adalah jumlah yang tersedia di suatu tempat dan suatu waktu (koswara, 2009). Hal
ini dilakukan dengan mengeksploitasi sebanyak-banyaknya hewan belalang,
ketika pada musim panen berlangsung sehingga saat peledakan jumlah populasi
belalang tersebut dapat diminimalisir.
Masyarakat indonesia umumnya memakan nasi sebagai makanan
pokoknya, walaupun ada beberapa daerah yang tidak memakan nasi dan
mengganti dengan umbi-umbian, mi atau gandum sebagai pengganti
nasi.
1.4 Hipotesis
Penambahan bahan tambahan selai belalang dengan berbagai persentase
mempengaruhi kandungan gizi terutama kandungan protein dalam bentuk mi
kering
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Serangga
Serangga adalah salah satu kelas avertebrata di dalam filum arthropoda
yang memiliki exoskeleton berkitin , tubuh yang terbagi tiga bagian (kepala,
thorax, dan abdomen), tiga pasang kaki yang pangkalnya menyatu, mata
majemuk, dan sepasang antena. Serangga termasuk salah satu kelompok hewan
yang paling beragam, mencakup lebih dari satu juta spesies dan menggambarkan
lebih dari setengah organisme hidup yang telah diketahui. Jumlah spesies yang
masih ada diperkirakan antara enam hingga sepuluh juta dan berpotensi mewakili
lebih dari 90% bentuk kehidupan hewan yang berbeda-beda di bumi. Serangga
dapat ditemukan di hampir semua lingkungan, meskipun hanya sejumlah kecil
yang hidup di lautan, suatu habitat yang didominasi oleh kelompok arthropoda
lain, krustasea. Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi
Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi
menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya
kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera
(misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo
karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya
termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap. (Gandjar, 1997)
Menurut Afton Halloran, Pada 2030 nanti diperkirakan lebih dari sembilan
miliar manusia hidup di Bumi. Dengan jumlah sebanyak itu, membutuhkan
banyak binatang untuk dijadikan makanan dan peliharaan. Padahal banyak dari
satwa-satwa tersebut justru mengakibatkan kerusakan lingkungan, seperti
penyebab
pemanasan
global.
Contohnya
pada
peternakan
babi,
yang
menghasilkan 10-100 kali gas rumah kaca per kilogram daging yang dihasilkan.
Kondisi terbalik justru terjadi bila manusia mau mengonsumsi serangga. Lebih
banyak manfaat yang akan diterima manusia, terutama untuk lingkungan.
Serangga hanya membutuhkan lahan seluas dua meter persegi (m2), sedangkan
sapi membutuhkan 145260 m2. Berarti akan semakin sedikit lahan terbuka dan
deforestasi akan terjadi.
Memakan serangga secara tradisional sebenarnya telah dilakukan banyak
manusia dari dulu. Seperti kebiasaan orang-orang di Papua, Indonesia yang
mengonsumsi ulat pohon sagu sebagai sumber protein. Tak hanya itu, di daerah
Jawa masih banyak orang yang memakan lebah dicampur dengan olahan ampas
daging kelapa yang digoreng. Meskipun harus diakui, konsumsi serangga pada
orang Indonesia tidak sebanyak seperti di Thailand. Bahkan di China, kini
sebangsa kecoa telah dikembangkan sebagai makanan tambahan dan dijual bebas.
Tentunya bukan kecoa seperti yang sering dilihat di jamban atau dapur. Namun,
jenis kecoa yang memiliki protein tinggi dan daging yang lebih banyak. Dalam
sebuah laporan lain disebutkan, kalau Thailand bisa memutarkan nilai ekonomi
hingga US$ 30 juta hanya dari penjualan serangga yang dapat dimakan. Dalam
penelusuran online yang dilakukan, terlihat orang-orang Thailand, bahkan
menjual berbagai serangga secara bebas di pasar tradisional. Bahkan, situs online
memasarkan satwa seperti semut hamil, permen kalajengking, ulat, dan belalang
dalam kemasan. Totalnya ada 20.000 jenis serangga kini diperdagangkan secara
modern di pasar internet Thailand. Kebanyakan serangga tersebut diekspor ke
Myanmar, Laos, Kamboja, serta China. (Anonimus, 2013)
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya
yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek
estetika dan wisata seperti kupu-kupu, kumbang yang berwarna-warni, bermanfaat
pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan
hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis)
dll. Disamping peran secara langsung serangga juga memiliki peran yang tidak
langsung yaitu menjaga keseimbangan ekologi di alam, karena serangga adalah
salah satu dari rantai makanan, dimana beberapa jenis burung menjadikan
serangga sebagai makanannya, namun jika jumlah yang tidak terkendali karena
keseimbangan alam yang terganggu karena akibat berkurangnya pemangsa
serangga, maka jumlah serangga akan tidak terkendali, karena salah satu sifatnya
perkembang biakannya yang cepat, sehingga hal ini juga akan merugikan, baik
bagi pertanian, perkebunan, kepada manusia secara langsung. Bebarapa daerah
4
tawon raja. Tawon ini memiliki postur besar dengan rahang yang kuat serta kaki
depan yang lebih besar daripada spesies tawon lainnya. (Anonimus, 2013)
2.2 Belalang
Belalang adalah salah satu jenis serangga besar. Panjang dewasa adalah 1
sampai 7 cm, tergantung pada spesies. Seperti saudara-saudara mereka yang
katydids dan jangkrik, mereka telah mengunyah mulut, dua pasang sayap, satu
sempit dan sulit, kaki belakang yang luas dan fleksibel, dan panjang lainnya untuk
melompat. Mereka berbeda dari kelompok-kelompok ini dalam memiliki antena
pendek yang tidak mencapai sangat jauh ke belakang pada tubuh mereka.
Belalang biasanya memiliki mata besar, dan berwarna untuk berbaur ke
lingkungan mereka, biasanya kombinasi coklat, abu-abu atau hijau. Dalam
beberapa spesies laki-laki memiliki warna-warna cerah pada sayapnya yang
mereka gunakan untuk menarik betina. Beberapa spesies makan tanaman beracun,
dan menjaga racun dalam tubuh mereka untuk perlindungan. Mereka berwarna
cerah untuk memperingatkan predator bahwa mereka rasa buruk. (Kusmaryani,
2005)
Tabel 1 Kalsifikasi Belalang
Kingdom:
Phylum
Class
Order
Suborder
Common Name
Scientific Name
Animalia
Arthropoda
Insecta
Orthoptera
Caelifera
Grasshopper
Melanoplus differentialis
Belalang betina lebih besar dari laki-laki dan memiliki titik yang tajam
pada akhir perut mereka yang ada untuk membantu mereka bertelur di bawah
tanah. Belalang Pria terkadang memiliki struktur khusus untuk sayap mereka
bahwa mereka menggosok kaki belakang mereka atau menggosok bersama-sama
untuk membuat suara.Belalang dapat ditemukan hampir di mana-mana di dunia,
kecuali untuk daerah dingin dekat kutub Utara dan Selatan. ( Sri Haryanto, 2005).
Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan
perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap,
dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan
kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki
telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan
tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk
menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang
digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan
gendang telinga manusia. Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli).
Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton).
Contoh lain hewan dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster. (Kusmaryani,
2005)
Selama
proses
reproduksi,
belalang
jantan
akan
berwarna
putih,
namun
setelah
terekspos
sinar
sisa
waktu
itu
digunakan
untuk
reproduksi
dan
sempurna.
Metamorfosis
tidak
sempurna
adalah
sempurna
adalah
tahap
pupa
(kepompong).
berbeda. Contoh
serangga
yang
sempurna
mengalami
sangat
metamorfosis
melimpah pada pasar-pasar makanan serta kaki lima di Meksiko Tengah dan
Selatan. (King, Bes Sie, 2009)
Belalang biasa dimanfaatkan menjadi lauk-pauk bagi warga yang tinggal
di daerah kering, seperti Gunung Kidul. Namun tidak semua orang bisa
mengkonsumsinya karena alergi (gatal-gatal). Belalang darat biasa mencari
tempat yang keras dan memukul-mukulkan ekornya jika akan bertelur. Telurnya
berkhasiat untuk mengobati jerawat. Belalang bersifat panas dan kering, konsumsi
dalam jumlah banyak dapat melangsingkan tubuh. Belalang juga mempunyai
khasiat untuk mengobati berbagai penyakit, seperti sakit kuning, sesak nafas
karena batuk, setip/kejang dan infeksi sumsum tulang. Untuk mengobati sakit
kuning, dilakukan dengan menghirup asap pembakaran sepuluh ekor belalang.
Sesak nafas karena batuk dapat diobati dengan mengkonsumsi ramuan tepung
belalang (5 ekor) yangg dicampur
10
2.3 Mi Kering
Menurut Rostini (1990), mi adalah bahan pangan berbentuk pilinan
dengan diameter 0,07 sampai 0,125 inci. Dibuat dari tepung terigu dengan
penambahan telur atau kuning telur. Mi dan sejenisnya merupakan makanan yang
berasal dari Cina yang kemudian oleh Marcopolo dibawa dan diperkenalkan pada
kaum bangsawan Itali, kemudian di Perancis, dan akhirnya sampai seluruh dataran
Eropa. Menurut Nasution (2005), dalam bahasa Inggris disebut Noodle, bahasa
Jepang terdapat beberapa istilah yaitu, ramen, udon, dan kisimen. Di Indonesia, mi
merupakan salah satu bentuk pangan yang sudah cukup populer dan disukai oleh
berbagai kalangan masyarakat (Rostini, 1990).
Menurut SNI 01-2974-1996, mi kering didefinisikan sebagai produk
makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan
makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mi.
Sedangkan menurut Koswara (2009), mi kering adalah mi mentah yang telah
dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 8-10%. Mi kering sebelum dipasarkan
biasanya ditambahkan telur segar atau tepung telur sehingga mi ini dikenal dengan
nama mi telur. Penambahan telur ini merupakan variasi secara umum mi oriental
tidak mengandung telur. Di Amerika serikat, penambahan telur merupakan suatu
keharusan karena mi kering harus mengandung air kurang dari 13% dan padatan
telur lebih dari 5,3%. Menurut Merdianti (2008), karakteristik yang disukai dari
mi kering adalah memiliki penampakan putih, hanya sedikit yang terpecah-pecah
selama pemasakan, memiliki permukaan yang lembut, dan tidak ditumbuhi
mikroba.
Produk mi kering maupun mi basah pada dasarnya memiliki komposisi
yang hampir sama. Keduanya dibedakan dalam tahapan proses pembuatan, kadar
air, dan kadar protein. Mi kering diperoleh dengan cara mengeringkan mi mentah
dengan metode penjemuran atau di angin-anginkan atau juga dikeringkan dalam
oven pada suhu 50oC. Mi kering mempunyai daya simpan yang lebih lama
tergantung dari kadar air dan cara penyimpanannya. Selama kemasannya masih
tertutup rapat, mi kering dapat disimpan selama 6-12 bulan (Merdiyanti, 2008).
Proses pengolahan mi kering sebenarnya hampir sama dengan mi instan.
Pada mi kering terjadi proses pengeringan untuk mengurangi kadar air mi hingga
10-12 persen. Sedangkan proses pengolahan mi instan umumnya dengan digoreng
11
dan dilengkapi oleh bahan tambahan seperti bumbu, cabe, kecap, minyak, dan
sayuran kering sehingga mudah dihidangkan dengan segera (Merdiyanti, 2008).
lembaran),
pembentukan
mi,
pengukusan,
penggorengan,
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
Mutu I
Mutu II
Keadaan:
1.1 Bau
Normal
Normal
1.2 Warna
Normal
Normal
1.3 Rasa
Normal
Normal
Air
% b/b
Maks. 8
Maks. 10
Protein (Nx6,25)
% b/b
Min. 11
Min. 8
sesuai dengan
sesuai dengan
SNI 0222-1995
SNI 0222-1995
Cemaran logam:
5.1 Magnesium (Mg)
mg/kg
Maks. 1,0
Maks. 1,0
mg/kg
Maks. 10,0
Maks. 10,0
mg/kg
Maks. 40,0
Maks. 40,0
mg/kg
Maks. 0,05
Maks. 0,05
Arsen (As)
mg/kg
Maks. 0,5
Maks. 0,5
Cemaran mikroba:
7.1 Angka Lempeng Total
koloni/
7.2 E. coli
Maks. 10
Maks. 10
7.3 Kapang
APM/g
koloni/
13
g
Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 1996
2.6 Protein
Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur
C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat
pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang
selalu terjadi dalam tubuh dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Di dalam
setiap sel yang hidup, protein merupakan bagian yang sangat penting. Pada
sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air.
Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai proses dalam
tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh
usus dalam bentuk asam amino. Bila suatu protein dihidrolisis dengan asam,
alkali, atau enzim, akan dihasilkan campuran asam-asam amino. Sebuah asam
amino terdiri dari gugus amino, sebuah gugus hidroksil, sebuah atom hidrogen,
dan gugus R yang terikat pada sebuah atom C. Di dalam tubuh manusia terjadi
suatu siklus protein, artinya protein dipecah menjadi komponen-komponen yang
lebih kecil yaitu asam amino dan atau peptida. Terjadi juga sintesis protein baru
untuk mengganti yang lama. Waktu yang diperlukan untuk mengganti separuh
dari jumlah kelompok protein tertentu dengan protein baru disebut haft time atau
waktu paruh jangka hidup protein.
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat
hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Nama protein berasal dari bahasa
Yunani yaitu
Seorang ahli kimia Belanda yang bernama Mulder, mengisolasi susunan tubuh
yang mengandung nitrogen dan menamakannya protein, terdiri dari satuan
dasarnya yaitu asam amino. Dalam proses pencernaan, protein akan dipecah
menjadi satuansatuan dasar kimia. Protein terbentuk dari unsur-unsur organik
yang hampir sama dengan karbohidrat dan lemak yaitu terdiri dari unsur karbon
(C), hidrogen (H), dan oksigen (O), akan tetapi ditambah dengan unsur lain yaitu
nitrogen (N) (Suhardjo, 1977).
14
Asam
amino
merupakan
senyawa
organik
yang
-NH2).
albumin adalah
protein yang larut dalam air dan menggumpal apabila terkena panas. Umumnya
albumin menjadi komponen pada albumin telur, albumin serum, leucosin pada
gandum dan legumelin pada kacang-kacangan (Winarno, 2004).
Kebutuhan manusia akan protein dapat dihitung dengan mengetahui
jumlah nitrogen yang hilang. Bila seseorang mengkonsumsi ransum tanpa protein,
maka nitrogen yang hilang tersebut pasti berasal dari protein tubuh yang dipecah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Kebutuhan protein untuk tubuh
manusia rata-rata sebesar 1 g protein/kg berat badan per hari. Alat yang digunakan
dalam pengujian ini adalah kjeltec dengan metode kjeldahl.
2.7 Kolesterol
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang terdapat pada seluruh produk
binatang (contoh : daging, produk susu dan telur). Kolesterol sangat dibutuhkan
bagi tubuh dan berikut ini fungsi kolesterol didalam tubuh untuk menghasilkan :
1. Tubuh menggunakan kolesterol untuk menghasilkan garam empedu,
berfungsi untuk membantu usus dalam menyerapan lemak.
2. Tubuh menggunakan kolesterol untuk menghasilkan vitamin D, berfungsi
untuk membantu penyerapan kalsium dalam tubuh.
15
2.8 Lemak
Lemak
merupakan
bahan
padat
pada
suhu
ruang
disebabkan
kandungannya yang tinggi akan asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan
rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi, sedangkan minyak
merupakan bahan cair pada suhu ruang disebabkan tingginya kandungan asam
lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara
atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah (Winarno,
2004).
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Minyak atau
lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti
asam linoleat, linolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan
pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi
sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K. Alat yang
digunakan untuk pengujian kadar lemak ini adalah soxtec.
Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang
artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air. Sifat
kelarutan ini yang membedakan lipida dari golongan senyawa alam penting lain
seperti protein dan karbohidrat yang pada umumnya tidak larut dalam pelarut
nonpolar (Hart, 1990).
Pada teknologi makanan, lemak dan minyak memegang peranan penting,
karena minyak dan lemak memiliki titik didih yang tinggi (sekitar 200C) maka
dapat dipergunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng
16
akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya dan menjadi kering
Minyak dan lemak juga memberikan rasa gurih dan aroma yang spesifik. Pada
dunia teknologi roti (bakery technology) minyak dan lemak penting dalam
memberikan konstitensi empuk dan halus. Bahan lemak atau minyak yang dipakai
dalam pembuatan roti dan kue dikenal sebagai shortening (Sudarmadji, 2003).
2.9 Karbohidrat
Karbohidrat adalah poli hidroksi aldehid dan poli hidroksi keton dan
meliputi kondensat polimer polimernya yang terbentuk. Rumus empiris
karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut : Cm(H 2O)n atau (CH2O). Tetapi ada
juga karbohidrat yang mempunyai rumus empiris tidak seperti rumus diatas, yaitu
deoksiribosa, deoksiheksosa dan lain- lain (Sudarmanto,dkk,2000).
Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H),
dan Oksigen (O). Perbandingan antara hydrogen dan oksigen pada umumnya
adalah 2:1 seperti halnya dalam air; oleh karena itu diberi nama karbohidrat.
Dalam bentuk sederhana, formula umum karbohidrat adalah CnH2nOn. Hanya
heksosa (6-atom karbon), serta pentosa (5-atom karbon), dan polimernya
memegang perana penting dalam ilmu gizi (Almatsier,2001).
17
mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebasyang dapat digunakan
oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Winarno, 2004).
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan
dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 110C selama 3 jam
atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas,
seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain
pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kdangkadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam
eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang
konstan (Winarno,2004).
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan
mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran
dan susu, menggunakan metode distilasi dengan pelarut tertentu, selain itu untuk
bahan yang mengandung kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan
menggunakan refraktometer disamping menentukan padatan terlarutnya pula.
Disamping cara fisik, ada pula cara kimia untuk menentukan kadar air. Mc Neil
mengukur kadar air berdasarkan volume gas asitilen yang dihasilkan dari reaksi
kalsium karbida dalam bahan yang akan diperiksa, cara bahan ini dipergunakan
untuk bahan-bahan seperti sabun, tepung, kulit, buuk biji panili, mentega dan sari
buah (Winarno, 2004).
2.11Kadar Abu
Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara mengabukan
komponen-komponen organik dalam bahan pangan. Jumlah dan komposisi abu
dalam mineral tergantung pada jenis bahan pangan serta metode analisis yang
digunakan. Abu dan mineral dalam bahan pangan umumnya berasal dari bahan
pangan itu sendiri (indigenous). Tetapi ada beberapa mineral yang ditambahkan ke
dalam bahan pangan, secara disengaja maupun tidak disengaja. Abu dalam bahan
pangan dibedakan menjadi abu total, abu terlarut dan abu tak larut. (Puspitasari,
et.al, 1991)
18
Kadar abu suatu bahan ditetapkan pula secara gravimetri. Penentuan kadar
abu merupakan cara pendugaan kandungan mineral bahan pangan secara kasar.
Bobot abu yang diperoleh sebagai perbedaan bobot cawan berisi abu dan cawan
kosong. Apabila suatu sampel di dalam cawan abu porselen dipanaskan pada suhu
tinggi sekitar 650C akan menjadi abu berwarna putih. Ternyata di dalam abu
tersebut dijumpai garam-garam atau oksida-oksida dari K, P, Na, Mg, Ca, Fe, Mn,
dan Cu, disamping itu terdapat dalam kadar yang sangat kecil seperti Al, Ba, Sr,
Pb, Li, Ag, Ti, As, dan lain-lain. Besarnya kadar abu dalam daging ikan umumnya
berkisar antara 1 hingga 1,5 %. (Yunizal, et.al, 1998)
cara penilaian subjektif tertua yang sangat umum digunakan untuk memilih
hampir semua komoditi terutama hasil pertanian dalam arti luas, seperti buah
buahan, ikan, rempah rempah, minyak dan lain lain (Anonim, 2006).
20
BAB III
BAHAN dan METODE PENELITIAN
C
21
Tepung terigu
Air
Garam
Telur
Selai Belalang
600gr
150ml
20gr
30gr
0
600gr
150ml
20gr
30gr
50gr
600gr
150ml
20gr
30gr
100gr
600gr
150ml
20gr
30gr
150gr
600gr
150ml
20gr
30gr
200gr
pengekstrak sampel kemudian pilih methode yang diinginkan pada bagian control
unit, atur waktu yang diperlukan untuk ekstraksi dengan mengubah sequance
waktu pada methode yang dipilih. Mulai ekstraksi dengan menekan tombol start.
Setelah ekstraksi selesai, masukkan cup ke dalam oven. Panaskan cup dalam oven
105oC selama 2-3 jam, dinginkan cup dalam desikator. Timbang cup sebagai
bobot isi dari lemak secara gravimetri hingga diperoleh bobot tetap.
Kadar lemak = Bobot lemak terekstraksi x 100%
Bobot sampel
kemudian diarangkan di atas penangas listrik dengan nyala kecil. Cawan berisi
sampel kemudian diabukan di dalam tanur dengan suhu 550 oC sampai abu
berubah menjadi putih dan seluruh jelaga hilang selaa 4-8 jam. Cawan
didinginkan di dalam eksikator selama 25-30 menit, kemudian ditimbang bobot
cawan beserta abu. Cawan dimasukkan lagi ke dalam tanur 550oC selama 1 jam,
kemudian didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang kembali. Analisis
dilakukan sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu diperoleh dengan
menggunakan rumus:
Kadar abu (%)= W2-W1 x 100%
W
Keterangan:
W = Bobot contoh (gram)
W1 = Bobot cawan kosong (gram)
W2 = Bobot cawan + contoh setelah pengabuan (gram)
24
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan cairan bagian dalam belalang berwarna cokelat pekat, jadi setelah dilakukan
proses penghalusan belalang kayu menghasilkan warna dasarnya yaitu cokelat dan
warna gelap yang dihasilkan berasal dari air yang memberikan efek lembab pada
selai belalang.
Tekstur selai belalang secara keseluruhan adalah halus dan homogen
setelah melalui proses penghalusan belalang menggunakan blender. Parameter
tekstur dilakukan dengan menggunakan indera perasa. Timbulnya rasa halus di
tangan mengindikasikan bahwa selai belalang yang dihaluskan sangat homogen.
Tingkat kehomogenan bahan baku utama sangat mempengaruhi tekstur mi kering
yang dihasilkan jadi bahan baku utama selai belalang harus dihaluskan sehalus
mungkin.
Aroma yang dihasilkan dari selai belalang yang dihaluskan adalah aroma
yang khas yang ditimbulkan oleh belalang itu sendiri. Aroma belalang berbau
khas seperti aroma serangga lainnya, yaitu berbau seperti tanah basah. Parameter
aroma dilakukan dengan menggunakan indera penciuman.
Parameter
Kadar (%)
Protein
20,58
Lemak
3,23
Air
9,33
Abu
1,17
Karbohidrat
65,69
27
Parameter
.
1.
Karbohidrat
0
2.
Lemak
25
3.
Protein
18
Sumber : D.A. Wijayanti, 2013
28
Selai Belalang
(B1)
(B2)
(B3)
(B4)
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Gelap
Kecokelata Kecokelatan
n
Aroma
Khas Mi
Khas Mi
Khas Mi
Khas Mi
Tekstur
Renyah
Renyah
Renyah
Renyah
Rasa
Khas Mi Sedikit
Agak lebih Gurih
Kering
Gurih
Gurih
Ket
: B1 = Blanko
B2 = konsentrasi selai 5%
B3 = Konsentrasi selai 10 %B4 = Konsentrasi selai 15%
B5 = Konsentrasi selai 20%
30
(B5)
Cokelat
Khas Mi
Renyah
Lebih
Asin
31
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan indera perasa, bau dan juga
visual. Hasil dari data dilihat bahwa mi kering dengan kode B1 bisa dianalogikan
sebagai blanko karena merupakan mi tanpa campuran belalang. Untuk mi kering
dengan kode B2 warnanya mulai agak gelap tetapi masih bisa diterima dan
rasanya pun semakin meningkat dengan menjadi gurih dibandingkan dengan mi
kering kode B1. Untuk mi kering dengan kode B3 warna mulai berubah menjadi
cokelat walaupun masih dominan kuning, warna tersebut masih bisa diterima dan
untuk rasa semakin agak meningkat dibandingkan dengan mi kering dengan kode
Gambar 3 Karakteristik Fisik mi kering belalang
B2. Mi kering dengan kode B4
warnanya
masihkonsentrasi
sama dengan mi kering kode B3
dengan
berbagai
warna mi yang dihasilkan kuning kecokelatan tetapi rasa berbeda dengan mi
kering kode B3, untuk mi kering kode B4 rasa semakin meningkat ke arah gurih.
Perubahan drastis semakin tampak pada mi kering kode B5 karena warnanya
berbeda dengan yang lain. Warna kode B5 cokelat gelap dan rasanya pun asin. Hal
ini karena semakin banyak belalang yang ditambahkan maka semakin gelap
warnanya dan juga semakin kuat rasanya.
Data uji organoleptik secara statistik dengan menggunakan analisis sidik
panelis ragam (ANOVA) dengan uji Duncan untuk uji rating dapat dilihat pada
Tabel 5
Tabel 7 Hasil uji sidik ragam mi kering belalang
Perlakuan
B1
B2
B3
B4
B5
Warna
5,00b
5,60ab
5,10b
6,15a
4,10c
Aroma
4,90b
4,55b
5,10b
6,10a
4,75b
Parameter
Tekstur
4,80bc
5,00ab
4,05c
5,65a
4,65bc
Rasa
5,40bc
4,30d
5,75ab
6,20a
4,75cd
Dilihat dari hasil sidik ragam uji rating parameter warna, aroma, tekstur,
dan rasa memiliki pengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%. Uji lanjut
Duncan parameter warna menunjukkan kode formula sampel mi kering kode B2
dan B3 tidak memiliki perbedaan nyata, sedangkan terhadap mi kering kode B1.
Mi kering kode B4 dan B5 memiliki perbedaan nyata. Pada parameter aroma dan
rasa, uji lanjut Duncan menunjukkan mi kering kode B1, B2, B3 dan B5 tidak
memiliki perbedaan nyata, sedangkan dengan mi kering kode B4 memiliki
32
perbedaan nyata. Pada parameter tekstur, uji lanjut Duncan menyatakan mi kering
kode B1, B5 dengan B2 tidak berbeda nyata, mi kering kode B2 dengan B3 agak
berbeda nyata, mi kering kode B3 dan B4 sangat berbeda nyata, dan juga mi
kering kode B1 dengan B4 sangat berbeda nyata. Dari segi warna dipengaruhi
oleh komposisi fortifikan adonan antara tepung terigu dengan selai belalang saat
dicampurkan. Parameter aroma pada penelitian ini sangat tidak berdampak, jadi
tidak menimbulkan aroma khas yang dikeluarkan oleh belalang itu sendiri. Pada
parameter rasa, komposisi selai belalang berkonsentrasi 15% sangat mendominasi
tingkat gurih mi kering tersebut sedangkan mi dengan konsentrasi 5% dan 10%
tidak timbul rasa gurih, hanya menimbulkan rasa khas dari mi kering dan mi
dengan konsentrasi 20% sangat mencolok rasa gurih dari belalang tersebut hingga
menimbulkan efek rasa yang sangat gurih hingga ke asin. parameter tekstur
dipengaruhi oleh proses pembuatan mi kering, baik dari segi pengukusan maupun
hingga penggorengan dan penirisan mi kering.
Tabel 8 Karakteristik kimia mi kering belalang
Parameter
Mi
Mi
Kering
kering
B1
B2
Air
6,75
6,09
Abu
1,07
1,21
Protein
11,35
11,59
Lemak
9,67
15,98
Karbohidrat
63,77
65,13
Sumber: Data primer hasil penelitian (2015)
Kadar (%)
Mi
kering
B3
5,51
1,42
13,45
12,20
67,42
Mi
Mi
Kering
kering
B4
4,52
1,50
16,73
10,48
66,77
B5
2,11
1,77
17,89
8,47
69,76
33
Untuk kadar abu, mi kering tanpa tambahan selai belalang didapatkan hasil
sebesar 1,07% dan mi kering dengan penambahan selai belalang 15% adalah
1.05%. Menurut Winarno (1992), sebagian besar bahan makanan , yaitu 96%
terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsure mineral. Unsur
mineral juga dikenal sebagai kadar abu. Kadar abu diperoleh dari proses
pengarangan dan pengabuan dalam tanur suhu 550oC. Yang tersisa hanya zat
anorganiknya saja.
Protein dalam mi kering dengan tanpa penambahan selai belalang
dihasilkan 11,35% dan mi kering dengan penambahan fortifikan selai belalang
yang berkonsentrasi 15% yaitu 16,73%. Kadar Protein keduanya memenuhi syarat
mutu mi kering. Kedua mi kering baik tanpa penambahan fortifikan maupun
dengan penambahan fortifikan selai belalang masuk ke dalam mutu I yaitu
minimal 11%. Dengan demikian penambahan fortifikan selai belalang dalam
pembuatan mi kering ini berhasil meningkatkan gizi protein 5,38% yang
didapatkan dari selisih B4 dan B1.
Kadar lemak yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap mi kering tanpa
penambahan fortifikan selai belalang adalah 9,67%, sedangkan mi kering dengan
penambahan fortifikan selai belalang berkonsentrasi 15% adalah 10,48%.
Kandungan lemak pada sampel B4 lebih besar dari B1 disebabkan oleh
penambahan fortifikan selai belalang tersebut, meskipun hanya sedikit
penambahan lemaknya dibandingkan dengan mi kering B1.
Kandungan karbohidrat dihasilkan sebesar 63,77% untuk mi kering tanpa
penambahan fortifikan selai belalang (B1) dan 64,69% untuk mi kering dengan
penambahan fortifikan selai belalang berkonsentrasi 15% (B4). Hasil keduanya
didapatkan dari metode carbohydrate by difference.
34
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Fortifikan selai belalang kayu yang dibuat dari belalang
memiliki
karakteristik fisik dan kimia yang baik sehingga dapat dijadikan bahan
baku penambah kandungan gizi, terutama dari kandungan proteinnya.
Kandungan gizi selai belalang meliputi kadar air, abu, protein, lemak,
karbohidrat beturut turut sebesar 9,33%; 1,17%; 20,58%; 3,23%, dan
65,69%.
2. Komposisi fortifikan selai belalang pada pembuatan mi kering dengan
konsentrasi selai belalang 15% merupakan jumlah dapat diterima oleh
panelis berdasarkan hasil uji organoleptik. Kandungan gizi mi kering ini
meliputi kadar air, kadar abu, protein, lemak, dan karbohidrat berturut
turut sebesar 4,52%, 1,50%, 16,73%, 10,48%, dan 66,77%.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai umur simpan produk mi
kering tiap konsentrasi fortifikan belalang kayu yang ditambahkan untuk
melihat sampai berapa lama mi kering tersebut masih layak untuk
dikonsumsi.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai proses penyimpanan dan
pengemasan bila mi kering dengan fortifikan belalang kayu tersebut akan
dipasarkan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Anonim. 2006. Pengujian Organoleptik (Mutu Sensori) dalam Industri Pangan.
Penerbit : Ebookpangan
Anonim,
2012,
kandungn
gizi
belalang
sebagai
makanan
dalam
http://fateta.ipb.ac.id/index.php/Berita-Terbaru/kandungan-gizi-belalang-sebagaimakanan
Anonim, 2012, nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam http://www.sehatplus.com/nutrisiyang-dibutuhkan-tubuh.html
Anonim,
2013.
Serangga
menu
masa
depan
berprotein-tinggi
http://sinarharapan.co/news/read/27353
Asih Marlyna, 2002, Rahasia Hewan untuk Penyembuhan dan Magis, CV. Aneka.
Solo
Badan Standardisasi Nasional [BSN].1996. Standar Nasional Indonesia. SNI 012974-1996. Mi Kering. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta
Bristowe WS, 1932. Insects and other invertebrates for human consumption in Siam.
Transactions of the Entomological Society of London 80: 387-404.
Carrington Damian, 2010. "Insects could be the key to meeting food needs of
growing global population", The Guardian
Gandjar. 1997. Prosiding Seminar Nasional Biologi XV, Universitas Lampung,
ISBN 979-8287-17-7. Perhimpunan Biologi Indonesia. Lampung
Harahap, Nur Astina. 2007. Pembuatan Mi Basah dengan Penambahan
Wortel (Daucus carota L.). Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Medan
Hart, H., (1990), Kimia Organik Suatu Bahan Kuliah Singkat, Erlangga. Jakarta
John, M. Deman, 1997 Kimia Makanan, Penerbit ITB Bandung,
36
King, Bes Sie, 2009. Snack on Grasshoppers, Ny Food Chain (New York:
Columbia University Graduate School of Journalism).
Koswara, Ir. Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Mi. eBookPangan.com.
Semarang: Fakultas Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Kusmaryani, 2005, dalam http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/292protein-belalang-lebih-tinggi-dari-udang
Manual Book. 2002. Kjeltec System. Cipta Solusindo. Tanggerang
Merdiyanti, Angelia. 2008. Paket Teknologi Pembuatan Mi Kering dengan
Memanfaatkan Bahan Baku Tepung Jagung. FakultaS Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Nasution, Emma Zaidar. 2005. Pembuatan Mi Kering Dari Tepung Terigu dengan
Tepung Rumput Laut Yang Difortifikasi dengan Kacang Kedelai. Jurnal
Sains Kimia Vol 9, No.2, 2005: 87-91. Medan: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Puspitasari, et.al. 1991. Teknik Penelitian Mineral Pangan. IPB-press. Bogor
Rostini, Tini. 1990. Pemanfaatan Tepung Singkong (Manihot utilissima) Sebagai
Bahan Substitusi Tepung Terigu Dan Penambahan Tepung Kedelai Sebagai
Sumber Protein Dalam Pembuatan Mi Basah (Boiled Noodle). Bogor:
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sri Haryanto, SN., 2005, 30 Jenis Hewan Penakluk Penyakit, Penebar Swadaya,
Jakarta
Sudarmadji, S., (2003), Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty
Yogyakarta. Yogyakarta
Sudarmanto, S.,dkk., 2000. Kimia Hasil Pertanian. FTP UGM, Yogyakarta.
37
Suhardjo dkk, 1977 . Pangan, Gizi dan Pertanian, Universitas Indonesia, Jakarta.
Suranto A. 2004. Khasiat & Manfaat Madu Herbal. ISBN 979-3702-02-8.
AgroMedia. Jakarta
Wijayanti, D.A., dkk., 2013. Kadar protein dan keempukkan nugget ayam dengan
berbagai level substitusi hati ayam boiler-animal agriculture journal vol2
p.295-300, Jakarta
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Yunizal, Murtini,J.T., Dolaria,N., Purdiwoto,B., Abdulrokhim dan Carkipan. 1998.
Prosedur Analisa Kimiawi Ikan dan Produk Olahan Hasil-Hasil Perikanan.
Instalasi Penelitian dan Pengembangan Perikanan; Jakarta.
38
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alir penelitian
Determinasi Belalang Kayu
Pembuatan selai belalang (PABEL)
R+ PB
0gr
R+ PB
50gr
R+ PB
100gr
R+ PB
150gr
Keterangan : R
PB
= Resep
= Selai Belalang
39
R+ PB
200gr
40
R+ PB
0gr
R+ PB
50gr
R+ PB
100gr
R+ PB
150gr
Mi kering
41
R+ PB
200gr
42
43
Dilakukan Blanko
44
+ 1 gram
campuran selen
+ 12,5 ml H2SO4
pekat
Dinyalakan Soxhlet
(Proses Ekstraksi dan Penyulingan)
45
46
Angka
respon
7
6
5
4
3
2
1
Angka
respon
7
6
5
4
3
2
1
Angka
respon
7
6
5
4
3
2
Parameter Warna
Kode Sampel
B1
B2
B3
B4
B5
Parameter Aroma
Kode Sampel
B1
B2
B3
B4
B5
Parameter Tekstur
Kode Sampel
B1
B2
B3
B4
B5
47
1
Parameter Rasa
Respon
Sangat suka
Suka
Agak suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
Angka
respon
7
6
5
4
3
2
1
B1
B2
Kode Sampel
B3
B4
B5
Komentar
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
_____________________________________________
Bogor,
2015
________________
48
Sampel
B4
6
7
6
5
7
6
6
6
7
6
5
6
6
7
6
5
6
6
7
7
123
6,15
B5
6
4
7
3
5
5
1
3
2
2
2
4
5
7
3
6
4
2
5
6
82
4,1
Uji hedonik
49
Sampel
B4
5
6
7
6
7
6
7
5
7
7
7
6
5
7
7
6
6
5
5
5
122
6,1
B5
6
7
6
2
4
5
4
2
2
5
4
5
3
5
3
6
6
7
6
7
95
4,75
Uji hedonik
50
Sampel
B5
3
3
7
2
4
7
4
5
5
3
6
6
2
6
5
7
6
4
2
6
93
4,65
Uji hedonik
51
PANELIS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total
Rata-rata
Sampel
PARAMETER RASA
B1
B2
B3
4
3
6
5
4
6
5
2
5
6
7
5
6
4
7
6
6
5
6
4
5
6
4
7
5
6
7
6
3
6
6
2
5
5
2
6
5
6
4
5
4
5
4
3
5
4
5
7
6
7
6
6
6
7
6
4
5
6
4
6
108
86
115
5,4
4,3
5,75
B4
7
7
6
6
6
7
6
6
5
7
6
7
7
6
6
6
5
5
6
7
124
6,2
B5
5
2
5
2
4
4
7
5
4
5
7
5
5
7
4
4
4
4
7
5
95
4,75
Uji hedonik
52
Source
df
Mean Square
Sig.
46.440a
11.610
10.509
.000
2693.610
2693.610
2438.237
.000
46.440
11.610
10.509
.000
Error
104.950
95
1.105
Total
2845.000
100
151.390
99
Corrected Model
Intercept
Perlakuan
Corrected Total
Hasil
Duncana,,b
Subset
Perlakuan
.20
20
4.1000
.00
20
5.0000
.10
20
5.1000
.05
20
Tests of Between-Subjects Effects
.15
Dependent Variable:Hasil
5.6000
5.6000
20
6.1500
Sig.
1.000
.091
Type III Sum of
Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
Corrected Model
29.260a
4
The error term is Mean Square(Error) = 1,105.
7.315
5.986
.000
Intercept
2580.640
a.
Uses Harmonic Mean Sample
Size = 20,000. 1
2580.640
2111.635
.000
5.986
.000
Perlakuan
29.260
7.315
Error
116.100
95
1.222
Total
2726.000
100
145.360
99
Corrected Total
53
.101
Hasil
Duncana,,b
Subset
Perlakuan
.05
20
4.5500
.20
20
4.7500
.00
20
4.9000
.10
20
5.1000
.15
20
Sig.
6.1000
.156
1.000
54
Source
Corrected Model
Intercept
Perlakuan
Error
Total
Corrected Total
df
Mean Square
Sig.
26.860a
6.715
3.814
.006
2332.890
2332.890
1325.109
.000
26.860
6.715
3.814
.006
167.250
95
1.761
2527.000
100
194.110
99
.10
20
4.0500
.20
20
4.6500
4.6500
.00
20
4.8000
4.8000
4.8000
.05
20
5.0000
5.0000
.15
20
Sig.
5.6500
.094
.437
.057
Means for groups in homogenous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is mean square(error) = 1,761.
A, Uses Harmonic Mean sample Size = 20,000.
b. Alpha = 0,05
55
Source
Corrected Model
Intercept
Perlakuan
Error
Total
Corrected Total
df
Mean Square
Sig.
46.460a
11.615
8.920
.000
2787.840
2787.840
2141.025
.000
46.460
11.615
8.920
.000
123.700
95
1.302
2958.000
100
170.160
99
.05
20
4.3000
.20
20
4.7500
.00
20
.10
20
.15
20
Sig.
4.7500
5.4000
5.4000
5.7500
5.7500
6.2000
.215
.075
.335
.215
Means for groups in homogenous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is mean square(error) = 1,302.
A, Uses Harmonic Mean sample Size = 20,000.
b. Alpha = 0,05
56
sampel
bobot kosong
1.
selai belalang
2.
3.
4.
5.
6.
mi kering B1
mi kering B2
mi kering B3
mi kering B4
mi kering B5
pemanasan 1
pemanasan 2
pemanasan 3
kadar
rata-rata
21,7175
bobot
sampel
1,7084
23,2685
23,2667
23,2666
9,324514
9,330086
21,4365
1,5489
22,8423
22,8409
22,8408
9,335658
30,2412
1,1548
31,3192
31,3179
31,3178
6,771735
31,2567
1,2077
32,3852
32,3832
32,3831
6,731804
32,5437
1,0966
33,5767
33,5737
33,5736
6,082437
30,6163
1,1327
31,6801
31,6802
31,6799
6,100468
31,2463
1,2063
32,3872
32,3852
32,385
5,603913
32,1121
1,2121
33,2594
33,2587
33,2585
5,420345
30,1573
1,1522
31,2596
31,2587
31,2585
4,426315
32,5667
1,0998
33,6179
33,6159
33,6159
4,600837
30,5123
1,2013
31,6892
31,6872
31,6872
2,197619
33,2122
1,3151
34,5034
34,5007
34,5006
2,030264
57
6,75177
6,091452
5,512129
4,513576
2,113942
sampel
bobot kosong
1.
selai belalang
2.
3.
4.
5.
6.
mi kering B1
mi kering B2
mi kering B3
mi kering B4
mi kering B5
pemijaran 1
pemijaran 2
pemijaran 3
kadar
rata-rata
25,2122
bobot
sampel
2,2135
25,2356
25,2354
1,048114
1,117123
23,7426
2,4112
23,7713
23,7712
1,186131
22,1223
2,1131
22,1452
22,1452
1,083716
20,3231
2,5712
20,3506
20,3505
1,06565
21,6470
2,1133
21,6744
21,6742
1,287087
22,6829
2,2362
22,7085
22,7084
1,140327
21,2284
2,2892
21,2617
21,2617
1,454657
23,9217
2,7664
23,9598
23,9597
1,373626
21,3356
2,5890
21,3762
21,3761
1,564311
20,6318
2,3341
20,6656
20,6654
1,439527
21,3189
2,1339
21,3553
21,3552
1,701111
21,1296
2,4302
21,1745
21,1744
1,84347
58
1,074683
1,213707
1,414142
1,501919
1,77229
sampel
sampel
1.1.
bobot sampel
fk
vp
vb
np
kadar
bobot
pemanasan 1
pemanasan 2
pemanasan 3
kadar lemak
6,25
12,55
0,05
0,1993
20,61179
sampel 1,0581
2,8695 1,0783
111,0775
- 0,05
3,101585642
6,25111,0774
12,75
0,1993
20,54928 3,233812
20,58053
2,8639 1,0883
103,5802
- 0,05
3,366039317
6,25103,58027,15
0,1993
11,38262
2.2.
mi kering
110,4411
mi B1
kering
B1
1,1452
107,2158
1,0921
3.
3.
mi kering B2 107,1387
mi kering B2
104,9849
1,1123
4.
4.
mi kering B3 105,6526
mi kering B3
105,3494
1,0852
5.
5.
mi kering B4 109,1475
mi kering B4
112,9092
1,1229
6.
6.
mi kering B5 109,2456
mi kering
B5
104,3781
1,1092
bobot kosong
1,1088
1,0977
1,1311
1,2198
110,5521
1,0560
107,3213
1,0724
107,3169
1,0568
105,1619
1,0473
105,7857
1,0607
105,4828
1,0598
109,2656
1,0986
113,0277
1,0523
109,3396
1,0984
104,4815
6,25110,55216,90
6,25107,32127,20
107,3168
6,25
7,05
105,1617
6,25
8,15
105,7856
6,25
8,20
105,4828
6,25
10,25
109,2655
6,25
10,55
113,0275
6,25109,3396
10,90
6,25104,4814
11,25
59
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
9,692630108
0,1993
11,31772 9,67188
11,35017
9,651130849
0,1993
11,63273
16,0118673
0,1993
11,5568
15,94516595
0,1993
13,49418
12,25580538
0,1993
13,40595
12,15268288
0,1993
16,79224
10,50850476
0,1993
16,67563
10,45884537
0,1993
17,98965
8,474576271
0,1993
17,79057
8,46860141
15,97852
11,59477
12,20424
13,45006
10,48368
16,73393
8,471589
17,89011