Anda di halaman 1dari 10

Zat Pengemulsi (Emulgator)

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil. Untuk itu kita memerlukan suatu zat
penstabil yang disebut zat pengemulsi atau emulgator. Tanpa adanya emulgator, maka emulsi
akan segera pecah dan terpisah menjadi fase terdispersi dan medium pendispersinya, yang ringan
terapung di atas yang berat. Adanya penambahan emulgator dapat menstabilkan suatu emulsi
karena emulgator menurunkan tegangan permukaan secara bertahap. Adanya penurunan
tegangan permukaan secara bertahap akan menurunkan energi bebas yang diperlukan untuk
pembentukan emulsi menjadi semakin minimal. Artinya emulsi akan menjadi stabil bila
dilakukan penambahan emulgator yang berfungsi untuk menurunkan energi bebas pembentukan
emulsi semaksimal mungkin. Semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi maka emulsi
akan semakin mudah terbentuk. Tegangan permukaan menurun karena terjadi adsorpsi oleh
emulgator pada permukaan cairan dengan bagian ujung yang polar berada di air dan ujung
hidrokarbon pada minyak.
Daya kerja emulgator disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik dalam
minyak maupun dalam air. Bila emulgator tersebut lebih terikat pada air atau larut dalam zat
yang polar maka akan lebih mudah terjadi emulsi minyak dalam air (M/A), dan sebaliknya bila
emulgator lebih larut dalam zat yang non polar, seperti minyak, maka akan terjadi emulsi air
dalam minyak (A/M). Emulgator membungkus butir-butir cairan terdispersi dengan suatu lapisan
tipis, sehingga butir-butir tersebut tidak dapat bergabung membentuk fase kontiniyu. Bagian
molekul emulgator yang non polar larut dalam lapisan luar butir-butir lemak sedangkan bagian
yang polar menghadap ke pelarut air.
Pada beberapa proses, emulsi harus dipecahkan. Namun ada proses dimana emulsi harus
dijaga agar tidak terjadi pemecahan emulsi. Zat pengemulsi atau emulgator juga dikenal sebagai
koloid pelindung, yang dapat mencegah terjadinya proses pemecahan emulsi,
Gom (atau gum) arab, dikenal pula sebagai gum acacia (gummi arabicum) adalah salah satu
produk getah (resin) yang dihasilkan dari penyadapan getah pada batang tumbuhan legum
(polong-polongan) dengan nama sama (nama ilmiah Acacia senegal atau Acacia seyal). Nama
"gom arab" (dari "gum arabic") secara harfiah berarti "getah arab". Kemungkinan besar
tumbuhan ini berasal dari oasis padang pasir di Afrika utara, dan barangkali juga di Asia barat
daya. Sudan merupakan penghasil 70% produksi gom arab sedunia.

Gom arab banyak dipakai dalam industri makanan dan kimia lainnya. Ia digunakan sebagai
campuran minuman untuk mengurangi tekanan permukaan (surface tension) air dan stabilizer.

Sifat dan Karakteristik Na-CMC


Na-CMC adalah turunan dari selulosa dan sering dipakai dalam industri pangan, atau digunakan
dalam bahan makanan untuk mencegah terjadinya retrogradasi. Pembuatan CMC adalah dengan
cara mereaksikan NaOH dengan selulosa murni, kemudian ditambahkan Na-kloro asetat
(Fennema, Karen and Lund, 1996) .
Reaksi :
R OH + NaOH RONa + H2O
R ONa + ClCH2COONa O CH2COONa + NaCl
Na-CMC merupakan zat dengan warna putih atau sedikit kekuningan, tidak berbau dan tidak
berasa, berbentuk granula yang halus atau bubuk yang bersifat higroskopis (Inchem, 2002).
Menurut Tranggono dkk. (1991), CMC ini mudah larut dalam air panas maupun air dingin. Pada
pemanasan dapat terjadi pengurangan viskositas yang bersifat dapat balik (reversible). Viskositas
larutan CMC dipengaruhi oleh pH larutan, kisaran pH Na-CMC adalah 5-11 sedangkan pH
optimum adalah 5, dan jika pH terlalu rendah (<3), Na-CMC akan mengendap (Anonymous.
2004).
Na-CMC akan terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang bersifat hidrofilik akan
menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar granula dan bebas
bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan
terjadi peningkatan viskositas (Fennema, Karen and Lund, 1996). Hal ini akan menyebabkan
partikel-partikel terperangkap dalam sistem tersebut dan memperlambat proses pengendapan
karena adanya pengaruh gaya gravitasi.
Menurut Fardiaz, dkk. (1987), ada empat sifat fungsional yang penting dari Na-CMC yaitu untuk
pengental, stabilisator, pembentuk gel dan beberapa hal sebagai pengemulsi. Didalam sistem
emulsi hidrokoloid (Na-CMC) tidak berfungsi sebagai pengemulsi tetapi lebih sebagai senyawa
yang memberikan kestabilan.
Penambahan Na-CMC berfungsi sebagai bahan pengental, dengan tujuan untuk membentuk
sistem dispersi koloid dan meningkatkan viskositas. Dengan adanya Na-CMC ini maka partikelpartikel yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal ditempatnya

dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter, 1986). Mekanisme bahan pengental
dari Na-CMC mengikuti bentuk konformasi extended atau streched Ribbon (tipe pita). Tipe
tersebut terbentuk dari 1,4 D glukopiranosil yaitu dari rantai selulosa. Bentuk konformasi pita
tersebut karena bergabungnya ikatan geometri zig-zag monomer dengan jembatan hydrogen
dengan 1,4 -Dglukopiranosil lain, sehingga menyebabkan susunannya menjadi stabil. Na-CMC
yang merupakan derivat dari selulosa memberikan kestabilan pada produk dengan memerangkap
air dengan membentuk jembatan hydrogen dengan molekul Na-CMC yang lain (Belitz and
Grosch, 1986).
Belizt and Grosch (1986) mengatakan, penggunaan Na-CMC sebagai derivat dari selulosa antara
0,01%-0,8% akan mempengaruhi produk pangan seperti jelli buah, sari buah, mayonaise dan
lain-lain. Menurut Fennema (1986), semua zat pengental dan pengental adalah hidrofil dan
terdispersi dalam larutan yang dikenal sebagai hidrokoloid.
Secara garis besar, proses pembuatan karboksi metil selulosa melalui 2 (dua) tahap reaksi, yaitu
pertama reaksi alkalisasi dan kedua reaksi eterifikasi. Pada reaksi tahap pertama, yaitu alkalisasi
merupakan reaksi antara selulosa dengan larutan soda (basa) menjadi alkali selulosa (selulosa
bersifat larut dalam larutan soda). Sedangkan tahap kedua, yaitu eterifikasi merupakan reaksi
antara alkali selulosa dengan senyawa natrium kloro asetat menjadi natrium karboksi metil
selulosa (Na-CMC) yang membentuk larutan kental (viskous). Reaksi berlangsung dalam
temperatur antara 60-800C dan waktu operasi antara 2-3 jam dan dilakukan pengadukan
(mixing).

Bahan pensuspensi / suspending agent (Art of Compounding, hlm 300)


Fungsi : Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah
penggumpalan resin dan bahan berlemak

Cara Kerja : meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan mempersulit


rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang sedang dan
partikel yang terlindung dari gumpalan/aglomerasi. Hal ini dapat dicapai dengan mencegah
muatan partikel, biasanya muatan partikel ada pada media air atau sediaan hidrofil.

Faktor pemilihan suspending agent

1. Penggunaan bahan (oral / topikal)


2. Komposisi kimia
3. Stabilitas pembawa dan waktu hidup produk (shelf life)
4. Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent.

Penggolongan Suspending Agent:

I. Golongan Polisakarida
1. Gom Akasia = Gom Arab
(FI III, 279; US Dispensatory,1; Martindale 28th ed., 948; Excipients 02, 1; USP 1985,1528;
Husas, 161-163; Cooper & Gunn, 103-104; Aulton Pharm. Practice,100; Aulton,Pharm. Design
Form, 275)
Gom akasia adalah eksudat gom arab yang diperoleh dari batang dan dahan pohon Acacia
senegal wild, dan beberapa spesies. Akasia termasuk suspending agent yang berasal dari alam
dan mengandung enzim pengoksidasi, sehingga akasia kurang cocok untuk digunakan dalam
sediaan farmasi yang mengandung zat aktif yang mudah teroksidasi. Enzim ini dapat diinaktivasi
dengan pemanasan pada suhu 100oC. Sebagai suspending agent yang baik, sering dikombinasi
dengan bahan pengental yang lain seperti campuran serbuk Tragakan BP yang mengandung
akasia 20 %, trgakan 15%, starch 20% dan sukrosa. Karena kekentalannya, akasia jarang
dgunakan dalam sediaan eksternal.
Musilago akasia memiki viskositas yang paling baik pada range pH 5-9. Dibawah pH 5 dan
diatas pH 9, viskositas akan menurun dengan tajam. Misilago akasia 35% mempunyai viskositas
yang kurang lebih sama dengan gliserin.
Kelarutan : mudah larut dalam air (1 g dalam 2,7 g air) menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya, praktis tidak larut dalam etanol 95%P, kloroform, eter, gliserol, dan propilen
glikol (1 g dalam 20ml) dan minyak-minyak. Larut dalam 1 :20 bagian gliserin.
Keasaman dan kebasaan : larutan jenuh dalam air bereaksi terhadap lakmus, jika diencerkan
dengan air lalu dibiarkan tidak terjadi pemisahan endapan. pH 4,5-5 (larutan 5% b/v).
Bobot Jenis : 1,35-1,49
Sterilisasi : autoklaf

OTT : alkohol, adrenalin, amidopyrine, apomorpin, bismut subnitrat, boraks, krosol, eugenol,
morfin, fenol, garam ferri, tanin, thymol, vanilin, merkuroklorida, fisostigmin, Na silikat, logam
berat da alkaloid.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tempat kering. Larutan dapat terurai oleh bakteri
atau enzim, akasia serbuk halus diawetkan dalam wadah tertutup.
Keamanan : akasia aman untuk penggunaan umum sebagai zat aditif makanan (FDA).
Meskipun aman digunakan, tetapi ada batasan jumlah yang menyebabkan reaksi alergi pada
manusia. Tidak digunakan untuk penggunaan parenteral karena menyebabkan bahaya arabinosis.

Penggunaan :
Akasia bentuk kental dalam air digunakan dengan tragakan sebagai suspending agent dalam
tinktur resin. Serbuk akasia digunakan sebagai emulsifying agent untuk emulsi oral (1 bagian
akasia dicampur dengan 4 bagian minyak atau parafin liq dan dengan 2 bagian air membentuk
suatu emulsi primer.
OTT : Akasia inkompatibel dengan aminopirin, kresol, etanol (95%), asam2 feri, morfin, fenol,
fisostigmin, tanin, timol, dan vanilin. Banyak jenis garam dapat menurunkan viskositas larutan
akasia, sementara garam trivalen dapat menyebabkan koagulasi. Dalam sediaan emulsi, larutan
akasia OTT dengan sabun.

2. Tragakan
(FI III, 612; US Dispensatory 27th,1204-1205; Martindale 28th,962; Excipients, 331;Exipients
02,603; RPS, 1247; Husas, 163-164, Cooper & Gunn 12th, 104-105; Aulton Pharm. Practice,
100; Aulton The Science of.., 275)
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan penorehan batang Asragalus
gummifer Labill dan spesies Astragalus lain. Tragakan memiliki kemampuan membentuk gel,
maka tragakan lebih baik daripada akasia sebagai pengental. Digunakan dalam bentuk serbuk
atau mucilago atau campuran serbuk Tragakan BP untuk mensuspensikan serbuk yang sukar
berdifusi. Jumlah yang cocok untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g serbuk tragakan, 2-4 serbuk
campuran atau kira-kira 25 ml musilago. Bila digunakan dengan dikombinasi dengan akasia,
maka pembawanya hanya boleh air atau air kloroform.
Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket dibandingkan dengan akasia, karena itu
lebih cocok untuk penggunaan obat luar, seperti : jelly, lotion, pasta, krim.

Tragakan yang tidak larut terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih baik jika didiamkan
dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan untuk meningkatkan viskositasnya. Untuk
mempercepat hidratasi, maka bentuk granul tragakan harus dititrasi dalam mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa yang homogen,
lengket dan seperti gelatin. Jika dikocok dengan berlebih, massa ini akan membentuk campuran
yang seragam , tetapi jika didiamkan satu atau dua hari akan terjadi pemisahan yang akan
memberikan bagian yang terlarut pada lapisan supernatan. Tragakan praktis tidak larut dalam
alkohol.
Sifat fisika : 1 g serbuk ditambahkan dalam 50 ml air akan mengembang menjadi bentuk yang
halus, hampir seragam, berbentuk mucilago yang bening, 0,5% larutan menunjukkan range
viskositas 120-600 cps tergantung kepada tipe tragakan.
Stabilitas dan penyimpanan : bentuk serbuk dan bentuk tetesan tragakan, stabil jika disimpan
dalam wadah kedap udara. Gel tragakan dapat disterilkan dengan otoklaf. Dapat
dikontaminasikan dengan spesies enterobacter. Oleh karena itu larutannya harus diberi pengawet
yang sesuai.
OTT : dapat menurunkan kemampuan antimikroba pengawet benzalkonium klorida, klorbutanol,
dan metilparaben, beberapa fenol, dan fenilmerkuri asetat. Pada pH<5 , tragakan kompatibel
dengan pengawet asam benzoat, klorbutanol, metilparaben. Penambahan mineral kuat dan asam
organik dapat menurunkan viskositas dispersi tragakan. Viskositasnya diturunkan pula dengan
adanya alkali atau NaCl jika dispersi dipanaskan. Tragakan kompatibel dengan garam
konsentrasi tinggi dan banyak suspending agent lain saperti akasia, CMC, starch, dan sukrosa.
Dengan adanya 10% FeCl3 akan menyebabkan pengendapan, perubahan warna menjadi kuning.
Sterilisasi : otoklaf
pH : musilago tragakan memiliki pH 5-6 untuk 1% b/v dispersi.
Penggunaan : tragakan membentuk larutan yang kental atau gel dengan adanya air. Kekentalan
tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Dalam bentuk terdispersi, bubuk tragakan mulamula akan terdispersi dalam distributing agent seperti alkohol, minyak dan gliserol.
Digunakan sebagai suspending agent dalam lotion, mikstura, dan sediaan tidak larut lainnya.
Catatan :
Bi-subnitrat membentuk gel dengan tragakan. Penambahan 0.1% tri-Na-fosfat atau Na-sitrat ke
dalam 1% musilago tragakan dapat mencegah pembentukan gel. Garam Bi lainnya tidak
membentuk gel dengan tragakan.
Dalam 6% musilago tragakan dapat digunakan untuk suspensi dalam jelly Efedrin Sulfat dan
campuran Kaolin-Pektin.

Penambahan mineral dan asam-asam organik yang banyak dapat menyebabkan viskositas
dispersi tragakan berkurang.

3. Na-alginat (Sodium alginat/sodium salt/sodium polymannuronate)


(Excipients, 257;Exipients 02,543; Phrm. Dispensing, 164-165; Cooper & Gunn 12th, 106;
Aulton Pharm. Practice, 101; Aulton The Science of, 257)
Na-alginat cocok untuk penggunaan internal (garam alginat dengan pelarut organik tidak
digunakan). Kegunaan utama dalam bidang farmasi adalah sebagai zat pengental dan stabilisator
suspensi.
Kelarutan : larut dalam air secara perlahan-lahan (1:20) merupakan larutan koloidal yang viskos
berwarna putih sampai coklat kekuningan. Praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform, eter, dan
larutan yang mengandung lebih 30% alkohol. Na alginat diendapkan dari larutan dispersinya
oleh koloidal (kira-kira 30-50%) tergantung pada tipe dan konsentrasi alginat. Tak larut dalam
larutan asam (pH lebih rendah dari 4).
pH : 7,2 untuk larutan 1% b/v.
Viskositas : terdapat berbagai kualitas Na alginat dimana air mempunyai viskositas yang
bervariasi antara 200-400 cps dalam larutan 1% pada suhu 20o. Gel padat yang immobil oleh
larutan Na alginat 5% dalam air. Viskositas maksimum sekitar pH 7 dan pH 4-10 viskositasnya
menurun sekitar 10%. Konsentrasi rendah dari elektrolit meningkat viskositas. Larutan yang
lebih encer mempunyai viskositas seperti mucilago. Viskositas dapat meningkat dengan
penambahan 0,3% Ca sitrat, sebelumnya dicampur dengan sedikit air. Konsentrasi elektrolit yang
tinggi dapat menyebabkan peningkatan viskositas sampai terjadi penggaraman Na alginat.
Penambahan alkohol 10% atau gliserin 20% dapat menstabilkan viskositasnya, tetapi konsentrasi
yang lebih tinggi (sekitar 30-70%) menyebabkan flokulasi. Penggaraman terjadi pada
konsentrasi NaCl lebih dari 4%.
Stabilitas : larutan stabil pada pH 4-10. sterilisasi Na alginat dengan otoklaf, sedemikian juga
larutannya, terjadi kehilangan viskositas tergantung adanya senyawa-senyawa dalam larutan.
OTT : derivat akridin, kristal violet, fenil merkuri asetat, fenil merkuri nitrat/asetat, garam Ca
logam berat, alkohol dengan konsentrasi di atas 5%. Ion logam, logam alkali, amonium besi,
magnesium mengentalkan musilago, membentuk alginat yang tidak larut.
Penyimpanan : wadah kedap udara. Sebaiknya larutan tidak disimpan dalam wadah logam.
Pengawet : untuk pemakaian luar ditambahkan klor kresol 0,1% klorosilenol 0,1% ester dari
asam p-hidroksi benzoat dan asam benzoat jika medium asam.

4. Starch (Amylum)
Starch kadang-kadang digunakan dengan suspending agent yang lain karena viskositas
msilagonya yang tinggi. Starch merupakan komponen dari campuran serbuk tragakan BP. Dapat
digunakan dengan CMC-Na. Na starch glikolat (eksplotab, primogel) merupakan turunan pati
kentang ynag telah dievaluasi untuk digunakan pada suspensi. Musilago yang terdiri dari 2,5%
starch dalam air menghasilkan produk yang kental.
Stabilitas dan Penyimpanan : Strach kering yang tidak dimasak cukup stabil selama
penyimpanan jika dilindungi dari kelembaban yang tinggi dari kelembaban yang tinggi.
Penyimpanan dalam tempat yang sejuk, kering dalam wadah kedap udara. Larutan starch yang
dimasak atau pasta secara fisika dan tidak stabil dan mudah diserang oleh mikroorganisme
menjadi bermacam-macam turunan strach dan starch yang termodifikasi dengan sifat fisika
yang unik.
OTT :
Keamanan : Starch merupakan senyawa makanan yang dapat dimakan yang dikenal secara luas
keamanannya.
Perhatian khusus : Simpan dalam tempat yang bersih, kering dan ruangan berventilasi baik.
Penggunaan dalam farmasi : pengisi, pengikat, penghancur/desintegran.

5. Karagen (Chondrus extract)(Martin Disp. Of Medication, 543-544; RPP, 255)


Kelarutan : semua karagenan terbasahi oleh air, tapi hanya lamda karagenan dan natrium
karagenan yang larut sempurna.
Sifat-sifat bahan : ekstrak dari chondrus yang dinamakan carrageen merupakan senyawa
anionik. Dispersi cairannya mempunyai pH 7-9, tetapi pH stabilitasnya antara 4,5-10. Panas
dapat merusak carrageen, walaupun pemanasan singkat pada pH diatas 6 dapat diabaikan. Efek
kerusakan bertambah dengan turunannya pH di bawah 6. Ekstrak chondrus hamir larut sempurna
dalam 100 bagian air pada 85oC membentuk suatu larutan koloidal viskous yang mudak mengalir
pada suhu tersebut. Carrageen tidak larut dalam alkohol, tapi dapat bercampur dengan alkohol
sampai kosentrasi 20%. Makin banyak alkohol yang ditambahkan, viskositas cairan terdispersi
makin meningkat. Pada kosentrasi alkohol di atas 20% akan terbentuk suatu gel dengan cepat,
dan di atas 40% dapat mengendapkan carrageen. Carrageen mudah terhidrasi dalam air panas
dimana akan membentuk sistem transculent straw colorade. Pengadukan secara mekanik dapat
menyebabkan hidrasi dipermudah tampa adanya panas.

Kegunaan : ekstrak chondrus banyak digunakan dalam makanan seperti : puding, es krim,
eggnog dan jelly sebagai pengental dan pensuspensi. Juga sering digunakan dalam obat dan
kosmetik.Contoh sediaan yang mengandung ekstrak chondrus diantaranya : lotion keriting
rambut, maskara, pasta gigi, suspensi kalamin, suspensi sulfonamida, suspensi titanium dioksida.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan sebaiknya di
tempat yang dingin.

6. Xanthan Gum (Polysaccharide B-1459 / Corn Sugar Gum)


(Aulton Pharm. Practice, 101,Exipient 02,691)
Polisakarida semisintetik, terdiri dari garam natrium, kalium atau kalisum dari polisakarida
dengan BM tinggi yang diasetilase secara parsial.
Pemerian : serbuk berwarna, larut pada air panas/dingin.
Pada konsentrasi 0,5% menghasilkan produk kental dan menunjukkan sedikit perubahan pada
interval suhu dan pH yang cukup besar. Pada kosentrasi 1% baru ditambah pengawet yang
sesuai.
Fungsi : Stabilizing agent; suspending agent; viscosity-increasing agent.
Penggunaan Farmasetik: pencampuran suspending agent anorganik tertentu seperti;magnesium
aluminum silicate, or organic gums akan memeberikan effek rheologl yang sinergis. Pada
umumnya perbandingan pencampuran antara xanthan gum dengan magnesium aluminum silicate
1:2 sampai 1:9 memberikan hasil yang maksimal Efek sinergis yang optimum juga diperoleh
melalui perrbandingan Xantan : Guar gum 3:7 dan 1: 9.

7. Guar Gum (Guar Flour) (Martindale 28th, 945-955; Excipients, 228)


Sifat fisika : merupakan dispersi koloidal yang viokous (larutan) yang terhidrasi dalam air
dingin. Kecepatan hidrasi optimum pada pH 7,5-9. Viskositas larutan 1% ialah 2000-2500 cps
dan merupakan aliran tiksotropik. Serbuk halus lebih sukar didispersikan. Untuk
mengembangkan viskositas yang maksimum diperlukan waktu 2-4 jam dalam air pada suhu
kamar.
pH stabilitas : 1-10,5. pada pH 3,5-4,5 viskositasnya kurang. Viskositas max pada pH 7,5-9
Stabilitas dan penyimpanan : pemanasan yang lama akan menurunkan viskositas. Simpan
dalam wadah tertutup baik.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin dan panas, guar gum
terdispersi. Dan mengembang membentuk sol tiksotropik, dan kental. Kecepatan hidrasi
optimum terjadi pada pH 7,5-9. Serbuk yang sangat halus mengembang lebih cepat dan lebih
sulit untuk didispersikan. Didiamkan dalam suhu kamar selam 2-4 jam akan menghasilkan
viskositas yang maksimum.
Pengawetan : stabilitas terhadap bakteri dapat ditingkatkan dengan penambahan campuran
0,15% metil paraben dan 0,02% propil paraben atau dengan 0,1% asam benzoat atau Na
pentaklofenat.
OTT : guar gum tidak tersatukan dengan aseton, alkohol, tanin, asam,/basa kuat. Ion borat akan
mencegah hidrasi dari dispersi guar dalam air. Penambahan ion borat untuk menghidrasi larutan
menghasilkan struktur gel yang kohesif yang dapat mencegah hidrasi yang lebih lanjut. Gel
tersebut dapat dicairkan dengan menurunkan pH dibawah 7
Keamanan : aman digunakan.
Efek Samping : seperti halnya dengan CMC. Dalam jumlah besar secara temporer dapat
menyebabkan peningkatan flatulensi, distensi, obstruksi usus, dan obstriksi osofagus.
Kontra indikasi : tidak boleh digunakan intuk pasien yang mengalami obstruksi sal usus. Harus
digunakan dalam keadaan mengandung air untuk menghindari kekerasan feces atau obstruksi
eosefagus.
Penggunaan : guar gum dipakai sebagai pengental dan sebagai stabilistaor dalam emulsi. Emulsi
yang dibuat dengan akasia dapat distabilkan dengan baik dengan menambahkan gom guar 1%.
Gom guar merupakan suspending agent yang kurang baik untuk serbuk yang tidak larut. Guar
Gum dapat di campurkan penggunaannya dengan tanaman hydrokoloid lain seperti tragakan

Anda mungkin juga menyukai