Zat Pengemulsi
Zat Pengemulsi
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil. Untuk itu kita memerlukan suatu zat
penstabil yang disebut zat pengemulsi atau emulgator. Tanpa adanya emulgator, maka emulsi
akan segera pecah dan terpisah menjadi fase terdispersi dan medium pendispersinya, yang ringan
terapung di atas yang berat. Adanya penambahan emulgator dapat menstabilkan suatu emulsi
karena emulgator menurunkan tegangan permukaan secara bertahap. Adanya penurunan
tegangan permukaan secara bertahap akan menurunkan energi bebas yang diperlukan untuk
pembentukan emulsi menjadi semakin minimal. Artinya emulsi akan menjadi stabil bila
dilakukan penambahan emulgator yang berfungsi untuk menurunkan energi bebas pembentukan
emulsi semaksimal mungkin. Semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi maka emulsi
akan semakin mudah terbentuk. Tegangan permukaan menurun karena terjadi adsorpsi oleh
emulgator pada permukaan cairan dengan bagian ujung yang polar berada di air dan ujung
hidrokarbon pada minyak.
Daya kerja emulgator disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik dalam
minyak maupun dalam air. Bila emulgator tersebut lebih terikat pada air atau larut dalam zat
yang polar maka akan lebih mudah terjadi emulsi minyak dalam air (M/A), dan sebaliknya bila
emulgator lebih larut dalam zat yang non polar, seperti minyak, maka akan terjadi emulsi air
dalam minyak (A/M). Emulgator membungkus butir-butir cairan terdispersi dengan suatu lapisan
tipis, sehingga butir-butir tersebut tidak dapat bergabung membentuk fase kontiniyu. Bagian
molekul emulgator yang non polar larut dalam lapisan luar butir-butir lemak sedangkan bagian
yang polar menghadap ke pelarut air.
Pada beberapa proses, emulsi harus dipecahkan. Namun ada proses dimana emulsi harus
dijaga agar tidak terjadi pemecahan emulsi. Zat pengemulsi atau emulgator juga dikenal sebagai
koloid pelindung, yang dapat mencegah terjadinya proses pemecahan emulsi,
Gom (atau gum) arab, dikenal pula sebagai gum acacia (gummi arabicum) adalah salah satu
produk getah (resin) yang dihasilkan dari penyadapan getah pada batang tumbuhan legum
(polong-polongan) dengan nama sama (nama ilmiah Acacia senegal atau Acacia seyal). Nama
"gom arab" (dari "gum arabic") secara harfiah berarti "getah arab". Kemungkinan besar
tumbuhan ini berasal dari oasis padang pasir di Afrika utara, dan barangkali juga di Asia barat
daya. Sudan merupakan penghasil 70% produksi gom arab sedunia.
Gom arab banyak dipakai dalam industri makanan dan kimia lainnya. Ia digunakan sebagai
campuran minuman untuk mengurangi tekanan permukaan (surface tension) air dan stabilizer.
dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter, 1986). Mekanisme bahan pengental
dari Na-CMC mengikuti bentuk konformasi extended atau streched Ribbon (tipe pita). Tipe
tersebut terbentuk dari 1,4 D glukopiranosil yaitu dari rantai selulosa. Bentuk konformasi pita
tersebut karena bergabungnya ikatan geometri zig-zag monomer dengan jembatan hydrogen
dengan 1,4 -Dglukopiranosil lain, sehingga menyebabkan susunannya menjadi stabil. Na-CMC
yang merupakan derivat dari selulosa memberikan kestabilan pada produk dengan memerangkap
air dengan membentuk jembatan hydrogen dengan molekul Na-CMC yang lain (Belitz and
Grosch, 1986).
Belizt and Grosch (1986) mengatakan, penggunaan Na-CMC sebagai derivat dari selulosa antara
0,01%-0,8% akan mempengaruhi produk pangan seperti jelli buah, sari buah, mayonaise dan
lain-lain. Menurut Fennema (1986), semua zat pengental dan pengental adalah hidrofil dan
terdispersi dalam larutan yang dikenal sebagai hidrokoloid.
Secara garis besar, proses pembuatan karboksi metil selulosa melalui 2 (dua) tahap reaksi, yaitu
pertama reaksi alkalisasi dan kedua reaksi eterifikasi. Pada reaksi tahap pertama, yaitu alkalisasi
merupakan reaksi antara selulosa dengan larutan soda (basa) menjadi alkali selulosa (selulosa
bersifat larut dalam larutan soda). Sedangkan tahap kedua, yaitu eterifikasi merupakan reaksi
antara alkali selulosa dengan senyawa natrium kloro asetat menjadi natrium karboksi metil
selulosa (Na-CMC) yang membentuk larutan kental (viskous). Reaksi berlangsung dalam
temperatur antara 60-800C dan waktu operasi antara 2-3 jam dan dilakukan pengadukan
(mixing).
I. Golongan Polisakarida
1. Gom Akasia = Gom Arab
(FI III, 279; US Dispensatory,1; Martindale 28th ed., 948; Excipients 02, 1; USP 1985,1528;
Husas, 161-163; Cooper & Gunn, 103-104; Aulton Pharm. Practice,100; Aulton,Pharm. Design
Form, 275)
Gom akasia adalah eksudat gom arab yang diperoleh dari batang dan dahan pohon Acacia
senegal wild, dan beberapa spesies. Akasia termasuk suspending agent yang berasal dari alam
dan mengandung enzim pengoksidasi, sehingga akasia kurang cocok untuk digunakan dalam
sediaan farmasi yang mengandung zat aktif yang mudah teroksidasi. Enzim ini dapat diinaktivasi
dengan pemanasan pada suhu 100oC. Sebagai suspending agent yang baik, sering dikombinasi
dengan bahan pengental yang lain seperti campuran serbuk Tragakan BP yang mengandung
akasia 20 %, trgakan 15%, starch 20% dan sukrosa. Karena kekentalannya, akasia jarang
dgunakan dalam sediaan eksternal.
Musilago akasia memiki viskositas yang paling baik pada range pH 5-9. Dibawah pH 5 dan
diatas pH 9, viskositas akan menurun dengan tajam. Misilago akasia 35% mempunyai viskositas
yang kurang lebih sama dengan gliserin.
Kelarutan : mudah larut dalam air (1 g dalam 2,7 g air) menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya, praktis tidak larut dalam etanol 95%P, kloroform, eter, gliserol, dan propilen
glikol (1 g dalam 20ml) dan minyak-minyak. Larut dalam 1 :20 bagian gliserin.
Keasaman dan kebasaan : larutan jenuh dalam air bereaksi terhadap lakmus, jika diencerkan
dengan air lalu dibiarkan tidak terjadi pemisahan endapan. pH 4,5-5 (larutan 5% b/v).
Bobot Jenis : 1,35-1,49
Sterilisasi : autoklaf
OTT : alkohol, adrenalin, amidopyrine, apomorpin, bismut subnitrat, boraks, krosol, eugenol,
morfin, fenol, garam ferri, tanin, thymol, vanilin, merkuroklorida, fisostigmin, Na silikat, logam
berat da alkaloid.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tempat kering. Larutan dapat terurai oleh bakteri
atau enzim, akasia serbuk halus diawetkan dalam wadah tertutup.
Keamanan : akasia aman untuk penggunaan umum sebagai zat aditif makanan (FDA).
Meskipun aman digunakan, tetapi ada batasan jumlah yang menyebabkan reaksi alergi pada
manusia. Tidak digunakan untuk penggunaan parenteral karena menyebabkan bahaya arabinosis.
Penggunaan :
Akasia bentuk kental dalam air digunakan dengan tragakan sebagai suspending agent dalam
tinktur resin. Serbuk akasia digunakan sebagai emulsifying agent untuk emulsi oral (1 bagian
akasia dicampur dengan 4 bagian minyak atau parafin liq dan dengan 2 bagian air membentuk
suatu emulsi primer.
OTT : Akasia inkompatibel dengan aminopirin, kresol, etanol (95%), asam2 feri, morfin, fenol,
fisostigmin, tanin, timol, dan vanilin. Banyak jenis garam dapat menurunkan viskositas larutan
akasia, sementara garam trivalen dapat menyebabkan koagulasi. Dalam sediaan emulsi, larutan
akasia OTT dengan sabun.
2. Tragakan
(FI III, 612; US Dispensatory 27th,1204-1205; Martindale 28th,962; Excipients, 331;Exipients
02,603; RPS, 1247; Husas, 163-164, Cooper & Gunn 12th, 104-105; Aulton Pharm. Practice,
100; Aulton The Science of.., 275)
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan penorehan batang Asragalus
gummifer Labill dan spesies Astragalus lain. Tragakan memiliki kemampuan membentuk gel,
maka tragakan lebih baik daripada akasia sebagai pengental. Digunakan dalam bentuk serbuk
atau mucilago atau campuran serbuk Tragakan BP untuk mensuspensikan serbuk yang sukar
berdifusi. Jumlah yang cocok untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g serbuk tragakan, 2-4 serbuk
campuran atau kira-kira 25 ml musilago. Bila digunakan dengan dikombinasi dengan akasia,
maka pembawanya hanya boleh air atau air kloroform.
Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket dibandingkan dengan akasia, karena itu
lebih cocok untuk penggunaan obat luar, seperti : jelly, lotion, pasta, krim.
Tragakan yang tidak larut terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih baik jika didiamkan
dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan untuk meningkatkan viskositasnya. Untuk
mempercepat hidratasi, maka bentuk granul tragakan harus dititrasi dalam mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa yang homogen,
lengket dan seperti gelatin. Jika dikocok dengan berlebih, massa ini akan membentuk campuran
yang seragam , tetapi jika didiamkan satu atau dua hari akan terjadi pemisahan yang akan
memberikan bagian yang terlarut pada lapisan supernatan. Tragakan praktis tidak larut dalam
alkohol.
Sifat fisika : 1 g serbuk ditambahkan dalam 50 ml air akan mengembang menjadi bentuk yang
halus, hampir seragam, berbentuk mucilago yang bening, 0,5% larutan menunjukkan range
viskositas 120-600 cps tergantung kepada tipe tragakan.
Stabilitas dan penyimpanan : bentuk serbuk dan bentuk tetesan tragakan, stabil jika disimpan
dalam wadah kedap udara. Gel tragakan dapat disterilkan dengan otoklaf. Dapat
dikontaminasikan dengan spesies enterobacter. Oleh karena itu larutannya harus diberi pengawet
yang sesuai.
OTT : dapat menurunkan kemampuan antimikroba pengawet benzalkonium klorida, klorbutanol,
dan metilparaben, beberapa fenol, dan fenilmerkuri asetat. Pada pH<5 , tragakan kompatibel
dengan pengawet asam benzoat, klorbutanol, metilparaben. Penambahan mineral kuat dan asam
organik dapat menurunkan viskositas dispersi tragakan. Viskositasnya diturunkan pula dengan
adanya alkali atau NaCl jika dispersi dipanaskan. Tragakan kompatibel dengan garam
konsentrasi tinggi dan banyak suspending agent lain saperti akasia, CMC, starch, dan sukrosa.
Dengan adanya 10% FeCl3 akan menyebabkan pengendapan, perubahan warna menjadi kuning.
Sterilisasi : otoklaf
pH : musilago tragakan memiliki pH 5-6 untuk 1% b/v dispersi.
Penggunaan : tragakan membentuk larutan yang kental atau gel dengan adanya air. Kekentalan
tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Dalam bentuk terdispersi, bubuk tragakan mulamula akan terdispersi dalam distributing agent seperti alkohol, minyak dan gliserol.
Digunakan sebagai suspending agent dalam lotion, mikstura, dan sediaan tidak larut lainnya.
Catatan :
Bi-subnitrat membentuk gel dengan tragakan. Penambahan 0.1% tri-Na-fosfat atau Na-sitrat ke
dalam 1% musilago tragakan dapat mencegah pembentukan gel. Garam Bi lainnya tidak
membentuk gel dengan tragakan.
Dalam 6% musilago tragakan dapat digunakan untuk suspensi dalam jelly Efedrin Sulfat dan
campuran Kaolin-Pektin.
Penambahan mineral dan asam-asam organik yang banyak dapat menyebabkan viskositas
dispersi tragakan berkurang.
4. Starch (Amylum)
Starch kadang-kadang digunakan dengan suspending agent yang lain karena viskositas
msilagonya yang tinggi. Starch merupakan komponen dari campuran serbuk tragakan BP. Dapat
digunakan dengan CMC-Na. Na starch glikolat (eksplotab, primogel) merupakan turunan pati
kentang ynag telah dievaluasi untuk digunakan pada suspensi. Musilago yang terdiri dari 2,5%
starch dalam air menghasilkan produk yang kental.
Stabilitas dan Penyimpanan : Strach kering yang tidak dimasak cukup stabil selama
penyimpanan jika dilindungi dari kelembaban yang tinggi dari kelembaban yang tinggi.
Penyimpanan dalam tempat yang sejuk, kering dalam wadah kedap udara. Larutan starch yang
dimasak atau pasta secara fisika dan tidak stabil dan mudah diserang oleh mikroorganisme
menjadi bermacam-macam turunan strach dan starch yang termodifikasi dengan sifat fisika
yang unik.
OTT :
Keamanan : Starch merupakan senyawa makanan yang dapat dimakan yang dikenal secara luas
keamanannya.
Perhatian khusus : Simpan dalam tempat yang bersih, kering dan ruangan berventilasi baik.
Penggunaan dalam farmasi : pengisi, pengikat, penghancur/desintegran.
Kegunaan : ekstrak chondrus banyak digunakan dalam makanan seperti : puding, es krim,
eggnog dan jelly sebagai pengental dan pensuspensi. Juga sering digunakan dalam obat dan
kosmetik.Contoh sediaan yang mengandung ekstrak chondrus diantaranya : lotion keriting
rambut, maskara, pasta gigi, suspensi kalamin, suspensi sulfonamida, suspensi titanium dioksida.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan sebaiknya di
tempat yang dingin.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin dan panas, guar gum
terdispersi. Dan mengembang membentuk sol tiksotropik, dan kental. Kecepatan hidrasi
optimum terjadi pada pH 7,5-9. Serbuk yang sangat halus mengembang lebih cepat dan lebih
sulit untuk didispersikan. Didiamkan dalam suhu kamar selam 2-4 jam akan menghasilkan
viskositas yang maksimum.
Pengawetan : stabilitas terhadap bakteri dapat ditingkatkan dengan penambahan campuran
0,15% metil paraben dan 0,02% propil paraben atau dengan 0,1% asam benzoat atau Na
pentaklofenat.
OTT : guar gum tidak tersatukan dengan aseton, alkohol, tanin, asam,/basa kuat. Ion borat akan
mencegah hidrasi dari dispersi guar dalam air. Penambahan ion borat untuk menghidrasi larutan
menghasilkan struktur gel yang kohesif yang dapat mencegah hidrasi yang lebih lanjut. Gel
tersebut dapat dicairkan dengan menurunkan pH dibawah 7
Keamanan : aman digunakan.
Efek Samping : seperti halnya dengan CMC. Dalam jumlah besar secara temporer dapat
menyebabkan peningkatan flatulensi, distensi, obstruksi usus, dan obstriksi osofagus.
Kontra indikasi : tidak boleh digunakan intuk pasien yang mengalami obstruksi sal usus. Harus
digunakan dalam keadaan mengandung air untuk menghindari kekerasan feces atau obstruksi
eosefagus.
Penggunaan : guar gum dipakai sebagai pengental dan sebagai stabilistaor dalam emulsi. Emulsi
yang dibuat dengan akasia dapat distabilkan dengan baik dengan menambahkan gom guar 1%.
Gom guar merupakan suspending agent yang kurang baik untuk serbuk yang tidak larut. Guar
Gum dapat di campurkan penggunaannya dengan tanaman hydrokoloid lain seperti tragakan