Anda di halaman 1dari 1

III.

Dasar Teori

Asam salisilat memiliki dua radikal fungsi dalam struktur kinerjanya, yaitu radikal hidroksi fenolik
dan radikal karboksil yang terikat pada inti benzene. Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol
diperoleh ester fenil salisilat yang dikenal dengan nama salol, sedangkan esterifikasi radikal karboksilnya
dengan asetilklorida didapatkan asetilsalisilat yang dikenal dengan aspirin. Salol dan aspirin banyak
digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat analgetik dan antiiretik (Sumardjo, 2009).

Asam salisilat merupakan salah satu baan kimia yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari
serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediate
dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptic dan analgesic (Supardani, 2006).

Golongan analgesic non-narkotik seperti asam salisilat ternyata emiliki khasiat antiinflamasi
sehingga dapat digunakan untuk mengobati arthritis. Mekanisme kerja obat ini belum jelas, walaupun
diperkirakan dengan hubungan produksi atau penghantar hormone. Asam salisilat tersedia di alam
dalam bentuk ester pada glikosida dan minyak atsiri. Metil ester terkandung dalam minyak gandapura
dan minyak aromatic tumbuhan lainnya (Ruddy, 2009).

Asan salisilat memiliki aktivitas keratorik dan antiseptic lemak jika digunakan secara topical.
Sifatnya yang asam meningkatkan hidrasi endogen, shingga keratin terdistribusi di permukaan kulit yang
pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan absobsi ke dalam kulit. Selain itu, penggunaan jangka
panjang pada daerah yang sama akan mengiritasi kulit sehingga menyebabkan dermatitis. Untuk
mengurangi sifat iritatif pada kulit, dilakukan usaha mikroenkapsulasi dalam bentuk seperti system
liposom. Liposom tidak menimbulkan modifikasi kimia bahan obat dan dapat menjerat obat yang
bersifat polar maupun yang bersifat nonpolar. Asam salisilat bersifat hidrofil, tetapi sukar larut dalam
air. Dilain pihak asam salisilat diharapkan terjerat dalam komponen air, karena asam salisilat harus
dalam keadaan terlarut. Pelarut guna meningkatkan kelarutan asam salisilat (Panjaitan, 2008).

Ada beberapa metode analisis yang digunakan sesuai dengan kandungan zat yang akan
dianalisis. Salah satu cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi asam basa dalam suatu larutan
dapat menggunakan metode volumetri (Purwadi, 2007).

Volumetric adalah metode analisis yang kuantitatif berdasarkan pengukuran volume larutan.
Titrasi adalah teknik dalam kimia analitik yang dilakukan dengan penambahan secara hati-hati sejumlah
volume yang terukur dari suatu larutan yang diketahui dengan tepat konsentrasinya/larutan standar
(Purwadi, 2007).

Anda mungkin juga menyukai