BAB 1 PENDAHULUAN
keadaan awal dan keadaan akhir reaksi dengan atau tanpa katalis
adalah sama (Sigit, 2015. Hal: 4).
Keberadaan katalis menyebabkan jumlah tumbukan efektif
meningkat. Tentunya, kenaikan jumlah tumbukan efektif memberikan
arti bahwa laju reaksi meningkat. Karena katalis tidak berubah secara
kimiawi sebelum dan sesudah reaksi, maka katalis tidak tampak
sebagai pereaksi maupun hasil reaksi. Namun katalis tetap dituliskan,
yaitu di atas tanda panah. Walaupun katalis tidak mengubah
keseluruhan stoikiometris, namun katalis ikut terlibat dalam salah satu
tahap mekanisme reaksi yang nanti akan dihasilkan kembali dalam
kondisi tetap. Pembentukan kembali katalis menyebabkan katalis
yang sama dapat digunakan (Sigit, 2015. Hal: 4).
2.2. Uraian Bahan
1. Air suling (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus struktur : H-O-H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai larutan pembilas.
2. Asam salisilat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Acidum Salicylicum
Nama Lain : Asam salisilat
RM / BM : C7H6O3 /138,12
Rumus struktur :
BJ : 0,796 - 0,798
Jarak didih : Tidak kurang dari 95% tersuling pada suhu
antara 64,5 dan 65,5
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Bahan utama dalam sintesis metil salisilat
Reaksi
B. Pembahasan
Metil salisilat merupakan ester aromatis yang memiliki bau yang
cukup menyengat.Senyawa ini sering digunakan dalam obat-obat
gosok seperti rheumason dan sejenisnya. Metil salisilat dapat dibuat
melalui esterifikasi asam salisilat . Penggunaan zatini dalam
pengobatan didasarkan pada kenyataan bahwa asam salisilat
itubermanfaat terhadap respon fisiologi. Jika terjadi penyerapan maka
penyerapanmudah terjadi melalui membrane usus, aksi rancangan
dan eleminasi melaluiesterifikasi turunan gugus karboksilat.
Pada percobaan ini kita akan melakukan sintesis metil salisilat
dengan reaksi esterifikasi dengen menggunakan metode refluks.
Digunakan metode ini karena perangkatnya lebih sederhana, lebih
mudah dalam mengerjakannya dan menjaga jumlah metanol yang
akan direaksikan dengan asam salisilat.
Asam salisilat yang dimasukkan dalam labu alas bulat lalu
ditambahkan metanol , keduanya akan bereaksi dan menghasilkan
metil salisilat Dalam reaksi ini memerlukan katalis,karena itu dalam
percobaan ini digunakan H2SO4 sebagai katalisator yang berguna
untuk mempercepat reaksi pembentukan metil salisilat. Adapun
penggunaan asam sulfat pekat, karena asam sulfat pekat memiliki
energi aktivasi miliknya sendiri. Selain itu, penambahan NaHCO3
dimaksudkan untuk menetralkan kelebihan asam ataupun sisa asam
setelah reaksi berlangsung. Pemberian kalsium klorida pada prosedur
akhir juga bertujuan untuk menyerap kelebihan minyak agar metil
salisilat yang diperoleh murni tanpa campuran air.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan kali ini adalah volume akhir
metil salisilat yang di dapat yaitu 0,5 mL.
5.2 Saran
Saran dari praktikum ini adalah alat-alat yang akan dugunakan
diperlengkap agar memudahkan praktikan. Untuk asisten diharapkan
kiranya dapat mendampingi praktikkannya agar hal-hal yang kurang
jelas atau kurang dipahami oleh praktikkan, dapat langsung
ditanyakan.
DAFTAR PUSTAKA
Halimah, Nurul. 2009. Perancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan
Asam Salisilat. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
Ida, Rosita, Ipa., 2014. Pembuatan Asam Salisilat dari Minyak Gandarura.
Jurnal praktikum Kimia Organik II, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.
LAMPIRAN
Skema Kerja
Masukkan 2,3 gr as. Salisilat + 9,2 gr methanol + 2,1 ml as. Sulfat pekat
Ukur volume
GAMBAR