Anda di halaman 1dari 14

Hubungan Pola Makan dan Gaya hidup Terhadap Penderita Hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu
120/80mmHg. Batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85
mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan
tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun). Penyakit ini disebut sebagai the silent
killer karena penyakit mematikan ini sering sekali tidak menunjukkan gejala atau
tersembunyi. Di Belanda lebih dari satu juta orang menderita tekanan darah tinggi tetapi yang
mengherankan ialah lebih dari separuhnya tidak mengetahui bahwa mereka adalah penderita
tekanan darah tinggi (Menurut World Health Organization (WHO), 1996).
Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) Keberhasilan upaya
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian
umum, ibu dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Proporsi penduduk
Indonesia umur 55 tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada
tahun 2000 meningkat menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan
meningkat menjadi 12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Secara demografi
struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin
menua (ageing population) yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit (transisi
epidemiologi) di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. (DepKes RI,
2003).
1
Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di
Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO yaitu pada batas tekanan darah normal
160/90 mmHg). Pada tahun 2000 prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapai 21%
(pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 / 89 mmHg).
Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015 dan menjadi 42
% pada tahun 2025 (Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 1995).
Menjaga berat badan yang ideal adalah salah satu kunci pangkal hipertensi hipertensi
tapi jika sudah terlanjur mengalami hipertensi dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg
atau tekanan daarah diatolik > mmHg mka kita harus mengatur pola makan (Muhammadun,
2010).
Masalah terbesar dalam menghadapi penderita hipertensi adalah kepatuhan pasien
mengikuti nasihat yang diberikan oleh dokter, misalnya mengharuskan disiplin pasien
terhadap pantangan dalam makanannya, latihan olah raga yang teratur, istirahat yang cukup
dan tidak melupakan minum obat sesuai dengan instruksi dokter. Hipertensi merupakan
penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan sehingga bagi
seseorang yang telah menderita penyakit hipertensi untuk dapat mengendalikan tekanan darah
dalam batas normal diperlukan kontrol yang rutin, diet rendah garam dan anjuran-anjuran
lainnya sesuai dengan resep dokter. Ini berarti penderita hipertensi mau tidak mau harus
meninggalkan gaya hidupnya yang lama dan menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang baru
sesuai dengan nasihat dokter untuk menjaga agar tekanan darahnya tetap normal (Hanata dkk,
2011).

Pola makan yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi karena pengkonsumsian


makanan yang tidak sehat seperti jeroan, keripikmasin, otak-otak, makanan dan minuman
yang didalam kaleng (sarden, kornet). Hal ini dikarenakan makanan diatas tidak sesuai
dengan kalori yang dibutuhkan dan mengandung banyak bahan pengawet (Muhammadun,
2010).
Gaya hidup dapat memicu terjadinya hipertensi. Ini dikarenakan gaya hidup
menggambarkan pola prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi
fisik, mental dan sosial yang meliputi kebiasaan tidur, mengkonsumsi makanan yang tidak
sehat, merokok atau bahkan minum-minuman beralkohol (Lisnawati, 2011).
Di Amerika menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES
III) ; paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka,dan hanya 31%
pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan di bawah 140/90 mmHg.
Di Indonesia tingkat kesadaran dan kesadaran dan kesehatan yang lebih rendah jumlah pasien
yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan tidak memenuhi dan mematuhi
minum obat kemungkinan lebih besar. Healthy people 2010 for hypertertension mengajukan
perlunya pendekatan yang lebih konperhensif guna mencapai pengontrolan tekanan
darah secara optimal (Hanata dkk, 2011).
Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India, misalnya,
jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan
107,3 juta orang pada tahun 2025. Di Cina, 98,5 juta orang mengalami hipertensi dan bakal
jadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia, tercatat 38,4 juta penderita
hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Di
Indonesia, mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak
terdeteksi (Muhammadun, 2010).
Menurut data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota jambi jumlah penderita
hipertensi tahun 2008 sebanyak 21,797 orang, tahun 2009 di dapatkan 16,354 penderita
namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 41,647
penderita hipertensi (Profil DINKES kota jambi).
Selanjutnya menurut data yang di peroleh dari dinas kesehatan kota jambi melalui
buku profil kesehatan kota jambi tahun 2010, bidang pemberdayaan masyarakat diketahui
bahwa jumlah penderita hipertensi di puskesmas dalam kota jambi terus meningkat .(Profil
DINKES kota jambi).
Berdasarkan data dari Puskesmas Putri Ayu kota jambi bahwa penderita Hipertensi
pada tahun 2009 sebanyak 954 penderita pada tahun 2010 sebanyak 832 penderita hipertensi,
dan untuk tahun 2011 dari bulan april juni sebanyak 339 penderita.(Laporan bulanan pkm
Putri ayu kota jambi Tahun 2011).
Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Putri Ayu Jambi
terhadap 10 orang Penderita Hipertensi, diperoleh data 7 dari 10 klien yang dijadikan sampel
tidak patuh terhadap diet hipertensi responden mengatakan tidak bisa membatasi makanan
yang terlalu banyak mengandung garam disebabkan karena klien merasa makanan hambar
jika tidak diberi garam, dan responden masih mengkonsumsi daging dalam jumlah besar.Pada
aktifitas juga 8 dari 10 klien tersebut tidak tahu bahwa aktivitas tertentu (olahraga) mampu
menurunkan tekanan darah, jadi klien hanya dirumah, takut melakukan hal-hal agak
berat. Hubungan Pola Makan dan Gaya hidup Terhadap Penderita Hipertensi Di
Poliklinik Umum Puskesmas Putri Ayu KotaJambi Tahun 2011.
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya Apakah Ada


Hubungan Pola makan dan Gaya hidup Terhadap Penderita Hipertensi Di Poliklinik Umum
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan dan gaya hidup terhadap PenderitaHipertensi
Di Poliklonik Umum Puskesmas Putri Ayu Jambi Tahun 2011.
2.Tujuan khusus
a. Diketahuinya hubungan pola makan terhadap penderita hipertensi yang berobat di Poliklinik
Umum Puskesmas Putri Ayu Jambi Tahun 2011
b. Diketahuinya hubungan gaya hidup terhadap penderita hipertensi yang berobat di Poliklinik
Umum Puskesmas Putri Ayu Jambi Tahun 2011
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pengambil
kebijakan dalam rangka
meningkatkan upaya-upaya pencegahan terhadap penderita hipertensi berdasarkan
pertimbagan, perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi.
2. Bagi Puskesmas Putri Ayu
Di harapkan menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan khususnya di
puskesmas putri ayu kota jambi agar dapat meningkatkan upaya pemulihan bagi penderita
hipertensi.
3. Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah referensi perpustakaan dan wawasan mahasiswa telanai bhakti kesehatan
jambi jurusan keperawatan tentang hubungan pola makan dan gaya hidup pada penderita
hipertensi.
4. Bagi Penderita Hipertensi
Informasi bagi responden tentang kondisi saat ini dan sebagai upaya pencegahan terhadap
komplikasi yang mungkin terjadi jika mengetahui bahwa peningkatan tekanan darah
dipengaruhi oleh banyak faktor
E. Ruang lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Kuantitatif dengan desain Cross
Sectional untuk mengetahui hubungan pola makan dan gaya hidup terhadap penderita
hipertensi di poli klinik umum Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011. Pengolahan
data dengan menggunakan program komputerisasi. Pengambilan sampel ini dilakukan
dengan tehnik Accidental sampling (dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian). Penelitian ini
akan dilakukan pada tanggal 2-10 November 2011 yang bertempat diPuskesmas Putri Ayu
Kota Jambi Tahun 2011. sampel penelitian ini sebanyak 104 responden di Puskesmas Putri
Ayu Kota Jambi Tahun 2011.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah Tinggi


1) Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer, dkk 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai
primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari
kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Doenges, 2000).
Masyarakat
awam
sering
menyebut
hipertensi
dengan
istilah bludrekataubudrek yang sebenarnya berasal dari bahasa Belanda hoge
bloeddrukyang berarti tekanan darah. Hipertensi juga dikenal dengan istilah the
sillentkiller atau dalam bahasa Indonesia diartikan dengan pembunuh diam-diam karena
tidak ditemukan tanda tanda fisik yang menyertainya (Soen, 1994).
2)

Faktor penyebab hipertensi


Menurut Sianturi (2003) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
menyehubungkan darah tinggi merupakan kondisi degeneratif yang disebabkan oleh diet
beradab dan cara hidup yang berbudaya. Faktor pemicu hipertensi dibedakan atas:

a. Yang tidak dapat dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, umur.


b. Yang dapat dikontrol, seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi garam
dan konsumsi alkohol yang berlebih. Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa
faktor resiko, antara lain usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, diet dan kebiasaan
tidak sehat seperti merokok, minum-minuman yang mengandung kafein dan alkohol
1) Tidak dapat dikontrol
a) keturunan
faktor keturunan tidak lagi diragukan pengaruhnya terhadap timbulnya hipertensi hanya saja
belum dapat dipastikan apakah ini disebabkanolehsepasang gen tunggal atau oleh banyak
gen. Bagi yang memiliki faktor resikoini seharusnya lebih waspada dan lebih dini dalam
melakukan upaya-upaya pencegahan. Contoh yang paling sederhana adalah rutin
memeriksakan darahnya minimal satu bulan sekali disertai dengan menghindari faktor
pencetus timbulnya hipertensi.
b) Jenis kelamin
Berbagai penelitian membuktikan jenis kelamin laki-laki lebih beresiko terkena hipertensi
dibandingkan perempuan
c) Umur
Lansia merupakan penyakit generatif yang biasanya menyerang usia 50 tahun keatas.
b. Dapat dikontrol

a.

Gaya hidup juga berpengaruh terhadap kemunculan serangan hipertensi. Kebiasaankebiasaan tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang dengan kadar kolesterol yang
tinggi, rokok dan alkohol, garam, minimnya olah raga dan porsi istirahat sampai stres dapat
berpengaruh terhadap kemunculan hipertensi baik bagi seseorang yang belum maupun yang
sudah terkena tekanan darah tinggi.
b. Pola makan yang salah, faktor makanan yang modern sebagai penyumbang utama terjadinya
hipertensi. Makanan yang diawetkan dengan garam dapur serta bumbu penyedap dalam
jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah
yang berlebihan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digolongkan bahwa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi antara lain:
a. Faktor fisiologis yang meliputi pola makan atau diet, kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti
rokok dan alkohol, faktor genetik (keturunan), obesitas (kegemukan) dan berbagai macam
penyakit,
b. Faktor psikologis yang meliputi faktor stres dan manajemen stres.
3)

a.

1)
2)
3)

b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
4)

Klasifikasi hipertensi
Menurut Shanty (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan mejadi
dua golongan antara lain:
Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya namun ada beberapa
faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut antara lain:
Faktor keturunan, seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi,
Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur,
jenis kelamin dan ras,
Kebiasan hidup, yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam
yang tinggi, kegemukan, makan berlebih, stres, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan
tertentu (misalnya ephedrine,prednisone, epinefrine).
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit antara lain:
Penyakit parenkim ginjal,
Penyakit rnovaskuler,
Hiperaldeseronisme primer,
Sindrom Crusig,
Obat kontrasepsi dan
Koarktasio aorta
Gejala hipertensi
Menurut Muhammadun (2010) hipertensi tidak memberikan gejala atau simptom pada
tingkat awal. Kebanyakan orang menganggap bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari,
pusing, jantung berdebar-debar dan telinga berdengung merupakan gejala dari hipertensi.
Namun tanda tersebut sebenarnya dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan sering kali
tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda atau gejala tersebut. Cara yang
tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur
tekanan darahnya. Hipertensi yang sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah
berlangsung beberapa tahun dapat menyebabkan:

a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.
d.

Sakit kepala
Nafas pendek
Pandangan mata kabur
Gangguan tidur
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahap awal hipertensi tidak
memberikan gejala yang pasti namun yang sering dirasakan untuk mengindikasikan adanya
hipertensi antara lain :
kepala pusing
jantung berdebar
telinga sering berdengung
gangguan tidur

5)

Komplikasi hipertensi
Menurut Shanty (2011), hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai
penyakit. Komplikasi hipertensi diantaranya adalah stroke penyakit jantung,Tersumbat atau
pecahnya pembuluh darah otak (stroke), Gagal ginjal, Kelainan mata, Diabetes mellitus.
a. Penyakit jantung
Darah tinggi dapat menimbulkan penyakit jantung karena jantung harus memompa
darah lebih kuat untuk mengatasi tekanan yang harus dihadapi pada pemompaan
jantung. Ada dua kelainan yang dapat terjadi pada jantung yaitu:
1) kelainan pembuluh darah jantung, yaitu timbulnya penyempitan pembuluh darah jantung
yang disebut dengan penyakit jantung koroner.
2) payah jantung, yaitu penyakit jantung yang diakibatkan karena beban yang terlalu berat
suatu waktu akan mengalami kepayahan sehingga darah harus dipompakan oleh jantung
terkumpul di paru-paru dan menimbulkan sesak nafas yang hebat. Penyakit ini disebut
dengan kelemahan jantung sisi kiri.

b.

Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke)


Tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah otak dapat
menyebabkan terjadinya setengah lumpuh.
c. Gagal ginjal
Kegagalan yang ditimbulkan terhadap ginjal adalah tergangguanya pekerjaan
pembuluh darah yang terdiri dari berjuta-juta pembuluh darah halus. Bila terjadi kegagalan
ginjal tidak dapat mengeluarkan zat-zat yang harus dikeluarkan oleh tubuh misalnya ureum.
d. Kelainan mata
Darah tinggi juga dapat menimbulkan kelainan pada mata berupa penyempitan
pembuluh darah mata atau berkumpulnya cairan di sekitar saraf mata. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan.
e. Diabetes mellitus
Diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan
gangguan pengolahan gula (glukosa) oleh tubuh karena kekurangan insulin.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komplikasi penyakit yang
ditimbulkan dari tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi antara lain
adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kelainan pada mata yang dapat mengalibatkan
kebutaan dan penyakit gula atau yang lebih dikenal dengan diabetes melitus.

6)

Pencegahan hipertensi
Menurut Muhammadun (2010), tujuan pengelolaan krisis hipertensi adalah menurunkan
tekanan darah secara cepat dan seaman mungkin untuk menyelamatkan jiwa penderita.
pengelolaan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan yaitu:
a. Penatalaksanaan non-farmakologis atau perubahan gaya hidup Penatalaksanaan nonfarmakologis berupa perubahan gaya hidup yang menghindari faktor resiko terhadap
timbulnya suatu penyakit seperti merokok, minum alkohol, konsumsi garam
berlebihan, hiperlipidema, obesitas
b. Penatalaksanaan farmakologis atau dengan obat Pada sebagian besar pasien pengobatan
dimulai dengan dosis kecil obat antihipertensi kemudian jika tidak ada kemajuan secara
perlahan dosisnya dinaikkan namun disesuaikan juga dengan umur, kebutuhan dan hasil
pengobatan. Obat antihipertensi yang dipilih harus mempunyai efek penurunan tekanan darah
selama 24 jam dengan dosis sekali sehat.
Berikut ini dipaparkan dalam tabel 2.2 klasifikasi dan tindak lanjut pengukuran tekanan
darah.
Tabel 2.1
Klasifikasi dan Tindak Lanjut Pengukuran Tekanan Darah
Kategori

1.
2.
3.
4.
5.

Pilihan

Sistolik dalam
mmHg
<120 mmhg

Diastolik dalam
mmHg
<80 mmhg

Tindak lanjut yang


dianjurkan
Cek ulang dalam waktu
2 tahun
Cek dalam waktu 2
tahun
Cek ulang dalm
waktu 1 tahun

Normal

<130 mmhg

<85 mmhg

Normal tinggi

130-139 mmhg

85-90 mmhg

Hipertensi
stadium I

140-159 mmhg

90-99 mmhg

Konfirmasi dalam
waktu 2 bulan

Stadium II

160- 179 mmhg

100-109 mmhg

Stadium III

>180 mmhg

>110 mmhg

Evaluasi atau rujuk


dalam waktu 1 bulan
Evaluasi atau rujuk
dalam waktu 1 minggu

Sumber: Muhammadun (2010)


Sebagai pengelompokan faktor resiko penyakit hipertensi berikut dengan
pengobatannya dalam tabel 3 berikut ini dipaparkan mengenai stratifikasi resiko dan
pengobatan hipertensi.
Ada beberapa langkah untuk mencegah hipertensi yaitu:
Kurangi berat badan
Hati hati dengan garam
Jauh-jauh dari alkohol
Perbanyak olah raga
perbaiki pola makan

B. Pola Makan
1. Pengertian Pola Makan

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.

Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi yang seimbang serta yang
di butuhkan oleh tubuh. Pola makan yang sehat dan seimbang bukan hanya menjaga tubuh
tetap bugar dan sehat tapi juga bisa terhindar dari berbagai penyakit termasuk hipertensi,
seperti diketahui orang yang mengalami hipertensi terkadang memiliki gejala tertentu
sehingga hipertensi juga disebut sillent killer (Muhammadun ,2010).
Tujuan penatalaksanaan diet :
membantu menurukan tekanan darah
mempertahnkan tekann darah menuju normal
menurunkan faktor resiko lain (berat badan berlebih, tinggi kadarlemak kolesterol dan asam
urat dalam darah)
mencegah timbulnya penyakit degenarafip lain (jantung, ginjal, diabetes melitus)
Prinsip diet pada penderita hipertensi
makan beraneka macam dan gizi seimbang
jenis dan komposisi makan di sesuaikan dengan penderita
jumlah garam di batasi sesuai dengan kesehatan penderita dan makanan daftar diet
mengkonsumsi garam dapur tidak lebih dari - sendok teh /hari atau lain dapat
menggunakan garam lain di luar natrium.
Makanan yang harus di hindari dan di batasi yaitu :
makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi ( otak, ginjal, paru, minyak kelapa, dan gajih)
makanan yang di olah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, creker, keripik dan
makan kering dan asin)
makanan dan minumam dalam kaleng (sardren, sosis, cornet, sayuran serta buah dalm
kaleng)
makan yang diawetkan( dendeng, asinan, abon, pndang, udang keripik kentang, telur asin,
dan selai kacang)
susu full crem, mentega, keju, mayones, serta sumber hewani yang tinggi kolesterol seperti
daging merah ( sapi/ kambing) kuning telur /kulit
bumbu seperti kecap ,meji, terasi, saos tomat, saus sambal, tauco, serta bumbu penyedap.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi :
dengan memperbaiki rasa tawar dengan menambahkan gula merah /putih, bawang
merah/putih, jahe, kencur, atau bumbu lain yang tidak mengandung garam, dan natrium.
makanan dapat di tumis untuk menambah rasa
membubuhi garam pada saat di meja makan dapat di lakukan untuk an menghindari
pengggunaan garam yang berlebih.
meningkatkan pemasukan kalium
Berdasarkan uraian di atas untuk memperoleh pola makan yang sehat dapat di lihat dari
keriteria pola makan sehat yaitu: menu makanan yang kita konsumsi harus sesuai dengan
kalori yang di butuhkan,jenis makanan yang di konsumsi yang tidak mengandung garam dan
bahan pengawet dan juga dengan jadwal makan yang teratur.

2. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan


Tabel 2.2
Daftar bahan makanan untuk penderita Hipertensi
Bahan
Dianjurkan
Tidak dianjurkan
makanan
Sumber
Beras,kentang,singkong,terigu, Biskuit dan kue-kue yang dimasak
karbohidra Tapioca,hunkwe,gula,makanan dengan garam dapur dan/atau baking

Yang diolah dari bahan powder dan soda.


makanan tersebut di atas tanpa
garam dapur dan soda,
Seperti:makaroni,mie,bihun,roti,biscuit,ku
e kering.

Sumber
protein
hewani

Sumber
protein
nabati
Sayuran

Buahbuahan

3.

a)
b)
c)

1.
2.
3.

Otak,ginjal,lidah,sarden,
Telur maksimal 1 butir sehari; Daging,ikan,susu dan telur yang diawet
daging dan ikan maksimal 100 dengan garam dapur seperti daging
gram sehari;
asap,ham,bacem,dendeng,abon,keju,ika
n asin,ikan kaleng,kornet,ebi,udang
kering dan telur asin.
Keju kacang tanah dan semua kacang
kacangan dan hasilnya yang dimasak
dengan garam dapur dan lain ikatan
Semua kacang-kacangan dan natrium
hasilnya yang diolah dan Sayuran yang dimasak dan diawet
dimasak tanpa garam dapur
dengan garam dapur dan lain ikatan
natrium,seperti
sayuran
dalam
kaleng,sawi asin,asinan dan acar
Semua sayuran segar;sayuran Buah-buahan yang diawetkan dengan
yang diawetkan tanpa garam garam dapur dan lain ikatan natrium
dapur dan natrium benzoat.
seperti buah dalam kaleng

Semua buah-buahan segar;yang


diawet tanpa garam dapur dan
natriumbenzoate

Diet bagi penderita hipertensi


Menurut Tahtan (2007), diet yang dianjurkan bagi penderita hipertensi haruslah diet
yang dapat menurunkan atau sekurang-kurangnya mencegah agar tidak terjadi peningkatan
tekanan darah. Diet ini bertujuan untuk :
mengurangi asupan garam
mengurangi kadar lemak dalam tubuh sehingga didapat berat badan yang sehat
mempertahankan agar tetap berada pada berat badan yang sehat
Diet ini terdiri dari makanan sehat yang terdiri dari beberapa jenis makanan yang
mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh. Makanan yang dikonsumsi hendaknya
mempunyai syarat berikut :
makanan rendah garam
makanan rendah lemak, dan
makanan dengan jumlah kalori yang tidak berlebihan

Makan makanan yang sehat tidak sama dengan mengurangi jumlah makanan dan rasa
dari makanan tersebut. Makanan yang sehat artinya makanan dengan kalori yang seimbang,
rendah garam dan rendah lemak.
Kalori yang dibutuhkan orang Indonesia berkisar antara 1.500-2.000 kalori setiap hari.
Hal ini bervariasi tergantung dari aktivitasnya. Sementara itu diet dengan makanan yang
rendah garam dan renda lemak juga sangat bervariasi.
Berikut adalah contoh sajian makanan menurut pola DASH (Dietary Approaches to
Stop Hupertensi) menganjurkan makana kaya padi-padian, buah-buahan, sayur-sayuran dan
susu rendah lemak. Pola makanan ini membatasi jumlah lemak dan memperbanyak adar
kalium, kalsium dan magnesium. Selain itu, diet ini megutamakan protein nabati berupa
kacang-kacangan dan biji-bijian dari pada protein hewani yang terdiri dari daging, ayam dan
ikan. Pola makan DASH terbukti menurunkan tekanan darah, yang diadaptasi dari national
institute of healt, the DASH diet, 2001.
a. jenis makanan padi-padian, umbi-umbian dan tepung-tepungan.
Jumlah sajian : 7-8 x perhari ini artinya setiap hari kita dapat makanan jenis makanan ini
sebanyak 7-8 sajian
Contoh sajian :
90 g sereal yang dimasak
30 g sereal siap saji
I lembar roti gandum
100 g nasi
b. Jenis makanan buah-buahan dan sayuran
Jumlah sajian : 8-9 x perhari
Contoh sajian :
180 jus buah murni
1 buah apel atau pisang ukuran sedang (75g),
12 buah anggur
100 g papaya
2 buah jeruk (100g)
60 g sayuran hijau mentah
100 g sayuran dimasak
1 buah kentang ukuran sedang
Susu dan produk susu
Jumlah sajian : 2 x 3 perhari
Contoh sajian : 200 ml susu rendah/ tanpa lemak atau 250 g yoghurt
45 g keju rendah/tanpa lemak
500 g keju cootage renda/tanpa lemak
200 ml susu kedelai
c. Daging sapi, ayam, dan ikan
Jumlah sajian : 2 atau kurang
ntoh sajian :
90 g daging ayam dimasak tanpa kulit atau hidangan laut
u daging sapi tanpa lemak
d. Sayur kacang-kacangan, dan biji-bijian
Jumlah sajian: 4 atau 5 sajian seminggu
ntoh sajian :
100 g rebusan sayur kacang-kacangan seperti buncis atau kacang panjang

30 g biji-bijian seperti kacang hijau


20 g kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang merah atau kacang tolo
100 g tahu, 50 g/2 potong sedang tempe
C. Gaya Hidup
1. Pengertian Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002).
Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari
yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam
keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan,
tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil
dalam mengelola stres yang dialami.
Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya hipertensi antara lain (Muhammadun, 2010)
a. Makan dengan menu tidak seimbang (appropriate diet), mencakup pola makan sehari-hari
yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya
(kuantitas) maupun jenisnya (kualitas) kebiasaan menkonsumsi garam dan makanan
berlemak dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.
b. Tidak melakukan Olah raga yang teratur, mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Kedua aspek ini tergantung dari usia
dan status kesehatan yang bersangkutan.
c. Merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol atau menggunakan narkoba.
d. Istirahat yang tidak cukup, yang mengakibatkan gangguan fisik dan mental. Istirahat yang
cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatannya.
2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup


Sarafino (1994) mengemukakan pendapat bahwa ada beberapa faktor umum dari
kesehatan yang berkaitan dengan perilaku antara lain:
a. Faktor pembelajaran
Proses belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah
laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan dan nilai-nilai) dengan aktifitas kejiwaan sendiri.
Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam dirinya
terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak dapat mengerjakan sesuatu
menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dalam proses belajar itu sendiri tidak lepas dari latihan
13 atau sama halnya dengan pembiasaan yang merupakan penyempurnaan potensi tenagatenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktifitas tertentu. Baik latihan maupun pembiasaan
terutama terjadi dalam taraf biologis tetapi apabila selanjutnya berkembang dalam taraf psikis
maka kedua gejala itu akan menjadi proses kesadaran sebagai proses ketidak sadaran yang
bersifat biologis yang disebut proses otomatisme sehingga proses tersebut
menghasilkan tindakan yang tanpa disadari, cepat dan tepat.
b.

Faktor sosial dan emosi


Menurut Taylor (1995) perilaku sehat sangat efektif bila didukung oleh situasi sosial
yang baik. Keluarga, teman dekat, teman kerja dan lingkungan sekitar merupakan komponen
penting dari terbentuknya kebiasaan sehat. Bila lingkungan mendukung kebiasaan sehat dan
mengerti tentang hakekat kesehatan maka tidak sulit bagi penderita sakit untuk melakukan

terapi kesehatan. Begitu pula sebaliknya perilaku sehat sulit terwujud ketika lingkungan tidak
mendukung, sehingga dapat diketahui bahwa faktor sosial dapat berfungsi sebagai
terbentuknya perilaku sehat dan tidak sehat. Selain faktor sosial, faktor emosi juga dapat
berperan dalam terbentuknya perilaku sehat. Ketika seseorang mengalami tekanan jiwa atau
permasalahan yang rumit ada diantara mereka yang melampiaskan dengan kegiatan positif
namun bahkan ada pula yang melakukan kegiatan yang dapat menambah buruk keadaan.
c.

Faktor persepsi dan kogitif


Sarafino (1994) menyebutkan bahwa faktor kognitif memerankan peranan penting
dalam perilaku sehat seseorang. Seseorang diikutsertakan untuk aktif mengetahui dengan
pasti mengenai perilaku sehat yang mereka lakukan dan mengerti cara mengatasi
problematika yang mungkin timbul sehingga mereka tahu apakah perilaku tersebut baik atau
buruk.
Sebagian orang sadar bahwa sehat itu penting hanya di saat mereka sakit. Oleh
karenanya banyak di antara mereka melakukan perubahan kegiatan sehari-hari dengan
menghindari merokok, makan berlebih dan mulai memperlihatkan kandungan gizi makanan
hanya ketika mereka telah mendapatkan sakit dan ingin segera sembuh dari sakitnya tersebut.
Menurut Levy (1984) perilaku sehat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:
1. Faktor sosial, tercapainya peran sebagai teman, tetangga dan warga negara serta bisa
berhubungan secara hangat bersamanya.
2. Faktor emosi, adalah faktor yang datang dari dalam diri individu. Hal penting dari kesehatan
emosi adalah kemampuan individu untuk memahami emosinya dan mengetahui cara
penyelesaian bila masalah timbul, mampu mengatur situasi stres dan bisa melakukan aktifitas
sehari-hari dengan menyenangkan.
3. Faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, adalah terpenuhinya kebutuhan dasar tubuh sesuai
kebutuhannya. Mengetahui kapan tubuh memerlukan istirahat, makan, bermain dan lain
sebagainya.
4. Faktor spiritual, adalah faktor keyakinan dalam diri individu tentang kesehatan. Banyak orang
percaya bahwa sehat juga dipengaruhi oleh perasaan dan pikiran yang ada di benaknya.
5. Promosi gaya hidup sehat, merupakan pengarahan yang memperkenalkan gaya hidup sehat.
Perilaku atau gaya hidup sehat tersebut meliputi: makan yang bergizi dan sesuai kebutuhan,
tidur cukup, menghindari minuman alkohol dan rokok, berat badan normal serta latihan
jasmani secara teratur. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup antara lain: faktor pembelajaran, faktor sosial dan emosi,
faktor persepsi dan kognitif, faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, faktor spiritual serta adanya
promosi gaya hidup sehat.
3.

Aspek-aspek yang berkaitan dengan gaya hidup


Menurut Levy (1994) komponen atau aspek-aspek dari gaya hidup sehat antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Gerak badan, adalah suatu keharusan untuk melatih otot-otot agar tidak kaku dan menjaga
stamina tubuh, karena apa yang tidak digunakan tubuh akan tidak berguna dan hilang.
Olahraga secara teratur 3 kali dalam satu minggu tidak harus yang berat atau mahal tetapi
secara rutin akan lebih baik
b. Istirahat dan tidur, berguna untuk melemaskan otot-otot setelah beraktifitas dan juga untuk
menenangkan pikiran. Tidur yang cukup di malam hari 8 jam akan memulihkan kelelahan
sepanjang hari dan siap untuk bekerja esok hari.

c. Mengkonsumsi makanan bergizi, adalah makanan dengan mutu terbaik dan jumlah minimum
serta dimakan dalam waktu yang tepat.
d. Air putih, adalah yang tidak berwarna, tidak berbau dan bebas digunakan untuk pemakaian
dalam dan luar.
e. Udara, dengan menghirup udara segar sangat membantu bagi proses kesehatan yaitu dengan
menghirup dalam-dalam dan melepaskannya pelan-pelan baik malam dan siang.
f. Sinar matahari, sinar matahari sebagai sumber kehidupan akan bermanfaat bila digunakan
sebaik-baiknya. Terlalu banyak terkena sinar matahari akan mengakibatkan kangker kulit dan
terlalu sedikitpun juga tidak baik bagi kesehatan tubuh.
g. Menjaga keseimbangan, tidak menggunakan atau mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan.
h. Menghindari rokok dan minuman keras merupakan upaya penting untuk terhindar dari
penyakit. Telah terbukti bahwa kebiasaan ini mengakibatkan
berbagai penyakit berat yang mengakibatkan kematian, belum lagi kerugian finansial yang
harus ditanggung karena tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk bisa mengkonsumsi
kedua jenis pemuas itu. Bila hal itu sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk melepaskan
kebiasaan buruk tersebut.
i.
Ketenangan pikiran dan emosi, setiap manusia memiliki masalah yang harus dihadapi dan
diselesaikan. Setiap masalah akan terselesaikan dengan baik apabila dihadapi dengan pikiran
tenang dan emosi yang terkendali. Emosi atau Stress merupakan pengalaman emosional
negatif yang berhubungan dengan perubahan biologi yang membiarkan anda beradaptasi
dengannya, dalam merespon stress kelenjar adrenal anda memompa keluar hormon stress
yang mempercepat tubuh anda,denyut jantung anda meningkat dan kadar gula darah anda
juga meningkat sehingga glukosa dapat dialihkan ke otot-otot anda dalam arti anda harus
memakainya ini dikenal sebagai respon fight atau flight.
j.
Percaya pada kuasa Ilahi, dapat meningkatkan tekat untuk selalu berbuat yang positif dan
terbaik.
Berdasarkan pembagiannya stress memiliki dua gejala, yaitu gejala fisik dan psikis:
a. Gejala stress
Secara fisik dapat berupa:
1. jantung berdebar
2. nafas cepat
3. mulut kering
4. lutut gemetar
5. suara menjadi serak
6. perut melilit
7. nyeri kepala seperti diikat
8. berkeringat banyak
9. tangan lembab
10. letih yang tak beralasan
11. merasa gerah
12. Panas
13. otot tegang
b. Gejala psikis
Keadaan stress dapat membuat orang yang mengalaminya merasa adapun gejala-gejala nya
sebagai berikut :
1. seperti cemas
2. resah

3.
4.
5.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

1.

2.

3.
4.
5.

6.

gelisah
sedih
depresi
curiga
fobia
bingung
salah paham
agresi
labil
jengkel
lekas panik
Hal ini juga didukung oleh Guang (2003), gaya hidup sehat diungkapkan hanya
dengan empat kalimat yaitu makan yang pantas, berolah raga dengan takaran yang pas,
berhenti merokok dan menghindari alkohol, mental batin tenang serta menjaga
keseimbangan. Makanan tidak hanya dilihat dari kadar gizinya tetapi juga takarannya. Guang
berpendapat bahwa untuk mengetahui takaran yang pasti setiap orang adalah 70% sampai
80% kenyang. Ini berarti bahwa proses makan berhenti ketika perut masih dalam keadaan
lapar. Selain itu Notoatmojo (2005) juga menyebutkan beberapa aspek dari perilaku
sehat (healthy behavior) antara lain:
Makan dengan menu seimbang (appropriate diet), mencakup pola makan sehari-hari yang
memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya
(kuantitas) maupun jenisnya (kualitas).
Olah raga teratur, mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu
yang digunakan untuk olah raga. Kedua aspek ini tergantung dari usia dan status kesehatan
yang bersangkutan.
Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol serta tidak menggunakan narkoba.
Istirahat yang cukup, berguna untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Istirahat yang
cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatannya.
Pengendalian atau manajemen stres, stres tidak dapat dihindari oleh siapapun namun hanya
dapat dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan baik. kesehatan fisik maupun kesehatan mental (rohani).
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif untuk kesehatan, mencakup keseluruhan tindakan
atau perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan masalah
kesehatan termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan misalnya tidak berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seks serta penyesuaian diri dengan lingkungan yang baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek gaya hidup
sehat atau perilaku sehat terdiri dari serangkaian aktifitas dan sarana yaitu makanan dengan
gizi seimbang, istirahat yang cukup, olah raga maupun gerak fisik secara rutin, menghindari
kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum-minuman keras, penggunaan narkoba dan
tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, kesehatan psikis serta aspek pendukung
berupa air bersih, udara segar dan sinar matahari.

Anda mungkin juga menyukai