Anda di halaman 1dari 4

NAMA

: ARIFO WIDYO L

NIM

: J410130065

1. Limbah PT Mitra Saruta Indonesia di Gresik Melebihi Ambang batas


Limbah PT Mitra Saruta Indonesia di Gresik Melebihi Ambang batas. Hasil
pengawasan lingkungan industri dari pembuangan limbah cair oleh Tim Patroli Air
Terpadu Jawa Timur menemukan satu perusahaan yang dipastikan limbahnya melebihi
baku mutu, yaitu PT Mitra Saruta Indonesia. Dari hasil uji lab Tim Patroli Air Terpadu,
limbah pabrik tekstil yang berlokasi di Wringinanom Gresik tersebut terbukti melebihi
baku mutu.
Atas pelanggaran yang dilakukan tersebut, tim meminta pada Bupati Gresik untuk
mencabut IPLC (izin pembuangan limbah cair). Surat keputusan IPLC dikeluarkan oleh
Bupati Gresik. Dalam IPLC tersebut disebutkan standar baku mutu limbah cair. Namun,
nyatanya melebihi baku mutu dan izin harus dicabut, kata Koordinator Tim Patroli Air,
Imam Rochani saat ditemui LICOM, Senin (04/02/2013). Ia menjelaskan, dari standar
baku mutu yang tertulis dalam IPLC Mitra Saruta, kadar BOD (Biological Oxygen
Demand) maksimal 50 mg/liter, COD (Chemical Oxygen Demand) 150 mg/liter, dan TSS
(Total Suspended Solid) 50 mg/liter. Namun, kata Imam, dari hasil uji sampel limbah oleh
tim sebanyak tiga kali, semuanya melebihi baku mutu. Dari uji sampel limbah yang
diambil tim pada 27 September 2012 dari outlet pembuangan limbah Mitra Saruta,
diketahui kadar BOD mencapai 324,5 mg/liter, COD 1600 mg/liter, dan TSS mencapai
214 mg/liter. Dari sampel limbah yang diambil 24 Oktober 2012 kadar baku mutu
limbahnya juga masih melebihi, yakni BOD mencapai 300,1mg/liter, COD 1425 mg/liter,
dan TSS mencapai 87 mg/liter. Sebulan kemudian, lanjut Imam, tim kembali mengambil
sampel pada 29 November 2012 hasil limbah kembali melebihi baku mutu, yakni BOD
mencapai 134 mg/liter, COD 1491 mg/liter, dan TSS mencapai 116 mg/liter.
Dengan hasil uji limbah yang melebihi baku mutu sesuai SK IPLC yang dikeluarkan
Pak Bupati, maka izin itu harus dicabut, tegas pria yang juga menjabat Direktur
Konsorsium Lingkungan Hidup tersebut. Dari setiap pengambilan sampel limbah oleh tim
untuk diujikan di lab Perum Jasa Tirta (PJT) I, kata dia, selalu dilakukan pemberkasan
berita acara pengawasan penaatan lingkungan hidup oleh Badan Lingkungan Hidup

(BLH) Jatim. Dari tiga kali pengambilan sampel dan tiga kali berita acara, BLH Jatim
menjelaskan poin pelanggaran yang harus diperbaiki oleh pihak Mitra Saruta Indonesia.
Bahkan, dijelaskan pula dalam berita acara itu saran dan tindakan yang harus dilakukan,
namun belum ada upaya signifikan yang dilakukan PT Mitra Saruta Indonesia.
Saat hasil sampel limbah cair diketahui melebihi baku mutu, kami meminta agar
diterbitkan SP (surat peringatan) dari BLH Gresik. Namun hingga kini tidak ada SP yang
dikeluarjan. Entah disengaja atau tidak, seakan mereka (BLH Gresik) tidak serius,
ujarnya. Menurut Imam, dari SK IPLC bernomor 660/29/HK/437.12/2012 tentang IPLC
PT Mitra Saruta Indonesia itu, pada diktum kedua poin dua dijelaskan pemegang izin
harus melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke
lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan. Lebih lanjut,
kata Imam, pada diktum keempat dijelaskan, ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud
diktum kedua jika tidak dipatuhi, izin yang bersangkutan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku. IPLC Mitra Saruta tersebut berlaku dua tahun diterbitkan 25 Mei 2012 dan
berlaku hingga Mei 2014. Jika dalam perjalanan waktu berlakunya izin ada ketentuan
yang dialnggar, maka kami berharap ada ketegasan Bupati Gresik untuk bisa mencabut
izin yang telah dikeluarkannya, tegasnya.
2. Sampah Industri Senjata Kimia di Dzerhinsk, Rusia
Lebih dari 270.000 ton sampah industri senjata kimia dibuang dalam kurun waktu
antara tahun 1930 hingga 1998 di daerah itu. Menurut Blacksmith Institute, di Dzerhinsk
bahan kimia mengubah air menjadi lumpur putih yang mengandung dioksin dan fenol
tingkat tinggi yang bisa menimbulkan keracunan akut dan kematian. Levelnya dilaporkan
17 juta kali dari batas aman.
3. Kimia Organik di Sumqayit, Azerbaijan
Sumqayit merupakan pusat industri di Uni Soviet yang memiliki lebih dari 40 pabrik
yang memproduksi bahan kimia industri dan pertanian. Industri-industri ini menghasilkan
64.000 hingga 109.000 ton emisi berbahaya setiap tahunnya. Tingkat risiko kanker di
daerah itu berada di angka 51 persen lebih tinggi dari rata-rata nasional sehingga tingkat
kematian akibat kanker 80 persen lebih tinggi.

4. Polusi Timbal di Tianying, Cina


19 Juta orang di dunia berisiko terkena dampak pencemaran dari proses pengolahan
timbal di daerah ini. Tianying, yang terletak di Provinsi Anhui, Cina, merupakan salah
satu pusat industri dan pengolahan timbal yang menyumbangkan setengah dari kebutuhan
timah di Cina. Operasi-operasi dalam skala kecil yang tidak patuh menghasilkan
konsentrasi timbal di udara dan tanah sehingga terjadi kandungan timbal 8,5 dan 10 kali
lebih tinggi dari standar kesehatan nasional. Kesehatan 140.000 orang berisiko tinggi
terkena keracunan timbal. Blacksmith Institute mengatakan racun timbal ini akan
menyebabkan beberapa dampak di antaranya menurunnya tingkat IQ, kesulitan belajar,
gangguan pertumbuhan fisik, masalah pendengaran dan penglihatan, kerusakan ginjalm
dan kerusakan otak.
5. Pencemaran Sungai Ciujung Akibat Limbah PT IKPP Semakin Membahayakan
Pencemaran yang terjadi pada Sungai Ciujung, akibat limbah dari pabrik kertas yakni
PT Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP) yang terletak di Kecamatan Keragilan, Kabupaten
Serang semakin membahayakan. Namun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang sendiri
belum memiliki langkah konkrit untuk mengatasi pencemaran Sungai Ciujung tersebut.
Bahkan audit lingkungan yang saat ini sedang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup terhadap beberapa perusahaan yang diduga melakukan pencemaran dianggap tidak
akan objektif. Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Serang, Ahmad Soleh mengaku
sangat pesimistis dengan hasil audit wajib tersebut. Sebab, seluruh pembiayaan audit
ditanggulangi oleh perusahaan yang diaudit, dalam hal ini PT IKPP. Kendati diserahkan
kepada tim independen, hasilnya tidak akan objektif selama biaya audit lingkungan itu
dibiayai oleh perusahaan yang diaudit.
Logikanya, kalau saya memberikan uang untuk mereka, saya pun bisa memberikan
pesanan terhadap mereka. Artinya hasilnya bisa saja disetir oleh saya meskipun hanya
sekian persennya. Sama halnya dengan yang terjadi pada PT IKPP. Hasilnya sudah bisa
diduga pasti tidak akan objektif, tegas Ahmad Soleh di Serang, Senin (10/9). Soleh
memaparkan bahwa tempat penampungan limbah yang dimiliki PT IKPP, tidak cukup
untuk menampung seluruh limbah yang dikeluarkan yang kemudian diproses agar saat
dialirkan ke Sungai Ciujung sesuai dengan buku mutu air yang dapat digunakan.
Faktanya, kekuatan penampung ipalnya hanya 32 ribu meter kubik per hari. Sementara
setiap harinya PT IKPP membuang limbahnya hampir 38 ribu meter kubik, jelasnya.

Dikatakan, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukannya, saat ini saja bau Sungai
Ciujung tercium hingga satu kilometer. Sementara airnya sendiri sudah tidak dapat
digunakan lagi. Mata saja sampai berair jika kita terlalu dekat akibat aroma limbah dari
PT IKPP yang begitu menyengat, katanya. Menurut Soleh, Pemkab Serang dan Pemprov
Banten belum menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi limbah dari PT IKPP
tersebut.
Karena itu, masyarakat harus berani bersuara. Manajemen PT IKPP secara perlahan
telah membunuh masyarakat Serang Timur dan Utara. Sementara pemerintah tidak pernah
tegas menutup perusahaan yang jelas-jelas sudah melanggar undang-undang, tegasnya.
Sementara, Kepala Badan Lingkungan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Serang,
Anang Mulyana hingga saat ini masih menunggu hasil audit tim independen dari
Kementerian LH. Sebelum lebaran, kata Anang, pihaknya bersama dewan sudah
menanyakan hasil audit tersebut. Kita juga sudah melayangkan surat ke Kementerian LH
untuk segera memberitahu hasil auditnya. Katanya, September 2012 ini akan diberikan,
jelasnya. Dikatakan Anang, audit tersebut merupakan audit wajib karena pencemaran
limbah dari PT IKPP sudah dianggap membahayakan. Anang juga tidak menyangkalnya
jika PT IKPP masih membuang limbahnya ke Sungai Ciujung meskipun debit airnya saat
ini minim akibat musim kemarau.

Anda mungkin juga menyukai