Anda di halaman 1dari 14

1.

Dewan Desak Ditindak Tegas,


PT Nagamas Buang Limbah Cair ke Laut

Ketua DPRD Dumai meminta Pemko menindak tegas PT Nagamas, jika terbukti
perusahaan tersebut membuat limbah cair ke laut.
Riauterkini-DUMAI- Perusahaan yang bergerak di bidang pengelohan minyak kelapa
sawit yaitu PT. Nagamas Palmoil Lestari kembali mengulah di Kota Dumai. Jumat
(31/5/13) dini hari kemarin ketahuan membuang limbah ke laut Dumai. Kejadian ini
tentunya menjadi coretan hitam bagi perusahaan tersebut terhadap kepedulian untuk
lingkungan.
Perusahaan PT Nagamas sebelumnya juga ketahuan melubernya minyak kelaut Dumai
dan kebakaran pabrik industri Refenery hingga memakan korban luka. Yang ironisnya
lagi, belum tuntas masalah itu, perusahaan ketahuan publik membuang limbah pada
malam hari di kawasan PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I Cabang Dumai, dengan
jumlah yang tidak bisa diperkirakan.
Atas kejadian itu wakil rakyat ikut angkat bicara dan meminta ketegaskan Pemerintah
Kota Dumai untuk menindak perusahaan tersebut sesuai undang-undang lingkungan
hidup. Upaya tindakan tegas itu disampaikan Ketua DPRD Dumai, Zainal Effendi ketika
dikonfirmasi riauterkinicom, Senin (3/6/13) siang ini. " Bila membuang limbah
sembarangan, karena bila limbah yang dihasilkan dengan sengaja dibuang, serta
berpotensi mencemari lingkungan, mereka akan terjerat sanksi berat sesuai UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup," katanya.
Kemudian didalam Undang-undang ini, kata dia, mengatur semua prihal tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Makanya, untuk menumbuhkan efek
jera bagi para penghasil limbah yang tidak bisa mengolah limbahnya dengan baik, mereka
akan diberikan sanksi berat. Dalam Undang-undang tersebut diatur setiap orang yang
dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara, baku mutu air, dan baku mutu air laut atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama 10
tahun. Dendanya sedikit Rp 3 miliar, paling banyak Rp 10 miliar.
"Namun, bila mengakibatkan orang luka dan atau membahayakan kesehatan manusia,
dipidana paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun. Dendanya minimal Rp 4 miliar
dan maksimal Rp 12 miliar. Yang paling berat, jika limbah itu menyebabkan kematian.
Ancaman pidananya minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun. Sedangkan dendanya
minimal Rp 5 miliar dan maksimal Rp 15 miliar," tegas Zainal Effendi kepada
riauterkinicom.

Sedangkan mengenai akibat yang ditimbulkan dalam kejadian itu, kata Ketua DPRD
Dumai, ibarat suatu rantai yang mengikat dan saling mempengaruhi suatu ekosistem
ataupun lambat laun akan berpengaruh pada rantai kehidupan. Dikatakan dia, satu sama
lain saling mempengaruhi dan mengikat, namun disini itu akan dibicarakan dampak
lingkungan yang terjadi pada penduduk setempat.
"Dalam pasal 4 UU Perikanan Republik Indonesia salah satu butirnya mengatakan bahwa
dalam melaksanakan pengelolaan sumber daya ikan Menteri menetapkan ketentuan-
keteentuan mengenai antara lain pencegahan kerusaskan rehabilitasi, dan peningkatan
sumberdaya ikan serta lingkungannya.Pasal 7 juga mengatakan bahwa setiap organisasi
atau Badan Hukum dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan kerusakan
sumber daya ikan dan lingkungannya," katanya.
Jelas disebutkan ketentuan pidana dalam pasal 22 UU Perikanan RI, “Barang siapa di
dalam wilayah perikanan RI sebagaiman dimaksud dalam passal 2 huruf a dan b
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) dan pasal 7 dengan
pidana penjara selama-lamanya 10 ahun dan atau denda sebanyak-banyaknya
Rp.100.000.000, (seratus juta rupiah). Musibah limbah PT Nagamas yang terjadi
beberapa hari belakangan ini berdampak rusaknya lingkungan.
"Perlu pemulihan beberapa puluh tahun lagi tersebut, ganti rugi yang diberikan tidak
sebanmding dengan kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan. Bayangkan jika
pemulihan kerusakan ekosistem pantai dan sungai yang butuh puluhan tahun, dan akibat
hilangnya nyawa manusia, bibit penyakit yang mewabah serta kerugian materi yang
diderita oleh penduduk setempat cukup banyak tetapi si pelaku pencemaran tersebut
hanya dikenai denda 1000.000 untuk pencemaran yang ditimbulkannya, dan paling
banyak 100.000.000 untuk hilangnya nyawa manusia atau kerugian materi yang mencapai
milyaran rupiah," urai Zainal Effendi.
Apabila UU yang ada tetap seperti ini, lanjut dia, maka kasus pencemaran lingkungan
khususnya lingkungan perairan laut Indonesia tidak akan pernah berhenti dan pelaku
tidak akan pernah jera. Banyak perusahaan penghasil industri berat mungkin lebih
memilih memangkas biaya pengolahan limbah yang puluhan juta rupiah dengan
membuang saja limbahnya ke perairan saja, karena dengan demikian biaya yang akan
dikeluarkan hanya sedikit. Dan yang akan terjadi adalah kasus-kasus pencemaran yang
terjadi, penyelesaian Hukumnya tidak pernah tuntas. Dan salah satu pihak masih ada yang
dirugikan.
"Oleh karenanya pemerintah harus lebih tegas dalam menegakkan dan memberlakukan
UU yang ada agar berkurangnya pencemaran lingkungan khususnya yang diakibatkan
oleh limbah industri. Karena kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam hayati dan
kelestarian lingkungan ekosistem serta lingkungan laut merupakan satu investasi yang
tidak ternilai harganya. Ketegas yang kita minta itu sesuai dengan undang-undang itu,
jangan hanya sebatas teguran belaka," pungkas Ketua DPRD Dumai, Zainal Effendi.
Sementara, Manager Area PT Nagamas Palmoil Lestari, P. Tarigan kepada awak media
mengatakan, bahwa kejadian itu tidak dibenarkannya jika perusahaan telah membuang
limbah ke laut Dumai pada tengah malam. Kemudian ketika sejumlah awak media
menunjukkan sempel limbah yang diambil pada malam itu, Tarigan mengatakan kalau
limbah tersebut tidak menganduk efek berbahaya terhadap biota laut. Karena, limbah itu
kadar racunnya tidaklah banyak.
"Kami tidak ada membuang limbah pada malam itu. Kalau untuk sempel yang diambil
itu, menurut saya tidaklah berbahaya kepada hewan penghuni laut Dumai. Kita sendiri
saat ini sedang melakukan pencarian informasi kepada karyawan tentang apa saja terjadi
pada malam kemarin itu. Jadi, saya tegaskan lagi, bahwa limbah yang diambil untuk
sempel media itu tidak mengandung unsur zat berbahaya," ungkap Tarigan memberikan
keterangan di Dumai.
4. PDAM

Air Sungai Siak tidak layak dipakai sebagai bahan baku air bersih oleh PDAM, karena tingkat
pencemarannya sudah sangat parah. “Kualitas air Sungai Siak, dari hulu sampai hilir, saat ini
sudah dalam kondisi tercemar yang sangat parah, masuk dalam kelas III. Bahkan sejak tahun
1980-an air sungai tersebut sudah tidak layak lagi dijadikan sebagai bahan baku air bersih,” kata
Antung, kemarin (24/1).Kerusakan air Sungai Siak itu, kata Untung, di antaranya disebabkan
pembuangan limbah pabrik yang ada di sepanjang DAS Siak, yang tidak mengacu pada PP No 81
Tahun 2001 tentang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan dan Pembuangan Limbah
Domestik (rumah tangga). Jika air sungai tersebut tetap digunakan sebagai bahan baku air bersih
oleh PDAM, kata Antung, diperlukan biaya yang sangat mahal untuk mengolahnya sehingga
memenuhi syarat untuk dimanfaatkan sebagai air minum. “Kalau biaya pengolahannya terlalu
mahal, tentu masyarakat pelanggan yang akan terbebani,” ujarnya. “Saya tidak ingin memberikan
solusi agar sumber air bersih PDAM Pekanbaru dipindahkan ke Sungai Kampar, karena bisa saja
nanti tingkat pencemaran Sungai Kampar juga tinggi. Satu-satunya jalan adalah pemulihan mutu
air Sungai Siak itu,” tambah Antung.Menurut Antung, KLH telah menyusun draft pemulihan
kualitas air sungai, sehingga diharapkan nantinya air Sungai Siak dapat kembali pada kelas II dan
layak dijadikan sumber air bersih bagi PDAM. Sebagai bagian dari implementasi rencana
tersebut.

5. Pencemaran Sungai Ciujung Akibat Limbah PT IKPP Semakin Membahayakan

Pencemaran yang terjadi pada Sungai Ciujung, akibat limbah dari pabrik kertas yakni PT Indah
Kiat Pulp & Paper (IKPP) yang terletak di Kecamatan Keragilan, Kabupaten Serang semakin
membahayakan. Namun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang sendiri belum memiliki
langkah konkrit untuk mengatasi pencemaran Sungai Ciujung tersebut.

Bahkan audit lingkungan yang saat ini sedang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
terhadap beberapa perusahaan yang diduga melakukan pencemaran dianggap tidak akan objektif.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Serang, Ahmad Soleh mengaku sangat pesimistis dengan
hasil audit wajib tersebut. Sebab, seluruh pembiayaan audit ditanggulangi oleh perusahaan yang
diaudit, dalam hal ini PT IKPP. “Kendati diserahkan kepada tim independen, hasilnya tidak akan
objektif selama biaya audit lingkungan itu dibiayai oleh perusahaan yang diaudit. Logikanya,
kalau saya memberikan uang untuk mereka, saya pun bisa memberikan pesanan terhadap mereka.
Artinya hasilnya bisa saja disetir oleh saya meskipun hanya sekian persennya. Sama halnya
dengan yang terjadi pada PT IKPP. Hasilnya sudah bisa diduga pasti tidak akan objektif,” tegas
Ahmad Soleh di Serang, Senin (10/9). Soleh memaparkan bahwa tempat penampungan limbah
yang dimiliki PT IKPP, tidak cukup untuk menampung seluruh limbah yang dikeluarkan yang
kemudian diproses agar saat dialirkan ke Sungai Ciujung sesuai dengan buku mutu air yang dapat
digunakan. “Faktanya, kekuatan penampung ipalnya hanya 32 ribu meter kubik per hari.
Sementara setiap harinya PT IKPP membuang limbahnya hampir 38 ribu meter kubik,” jelasnya.

Dikatakan, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukannya, saat ini saja bau Sungai Ciujung
tercium hingga satu kilometer. Sementara airnya sendiri sudah tidak dapat digunakan lagi. “Mata
saja sampai berair jika kita terlalu dekat akibat aroma limbah dari PT IKPP yang begitu
menyengat,” katanya. Menurut Soleh, Pemkab Serang dan Pemprov Banten belum menemukan
solusi yang tepat untuk mengatasi limbah dari PT IKPP tersebut. Karena itu, masyarakat harus
berani bersuara.

“Manajemen PT IKPP secara perlahan telah membunuh masyarakat Serang Timur dan Utara.
Sementara pemerintah tidak pernah tegas menutup perusahaan yang jelas-jelas sudah melanggar
undang-undang,” tegasnya. Sementara, Kepala Badan Lingkungan Lingkungan Hidup (BLH)
Kabupaten Serang, Anang Mulyana hingga saat ini masih menunggu hasil audit tim independen
dari Kementerian LH. Sebelum lebaran, kata Anang, pihaknya bersama dewan sudah
menanyakan hasil audit tersebut. “Kita juga sudah melayangkan surat ke Kementerian LH untuk
segera memberitahu hasil auditnya. Katanya, September 2012 ini akan diberikan,” jelasnya.

Dikatakan Anang, audit tersebut merupakan audit wajib karena pencemaran limbah dari PT IKPP
sudah dianggap membahayakan. Anang juga tidak menyangkalnya jika PT IKPP masih
membuang limbahnya ke Sungai Ciujung meskipun debit airnya saat ini minim akibat musim
kemarau.

6. PT NSP Tersandung Kasus Pencemaran Limbah B3

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Perusahaan industri sagu PT National Sago Prima tersandung


kasus dugaan pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), dan kini proses
persidangan sudah berlangsung pada tahap penuntutan di Pengadilan Negeri Bengkalis, Provinsi
Riau.

"Iya benar, ini terkait limbah B3 berupa oli bekas," kata Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang
menangani kasus tersebut, Syafrial di Pekanbaru, Sabtu.

Ia menjelaskan, ada dua terdakwa yang menjadi "pesakitan" dalam perkara tersebut. Salah
satunya adalah General Manager PT NSP Erw, dan NDP selaku manajer pabrik.

JPU dari Kejaksaan Tinggi Riau itu mengatakan, berkas penuntutan sudah dibacakan pada
persidangan pekan lalu di PN Bengkalis. Sidang tersebut dipimpin oleh Majelis Hakim yang
diketuai Sarah Louis, hakim anggota Melky Salahudin dan Renny Hidayati.

"Kedua terdakwa dituntut hukuman pidana satu tahun enam bulan penjara, dan denda masing-
masing Rp1 miliar subsider tiga bulan kurungan," katanya.

Ia mengatakaan, kedua terdakwa disangkakan dengan Pasal 103 Undang-Undang (UU) No.
32/2009 tentang Lingkungan Hidup terkait limbah B3, serta Pasal 109 UU Lingkungan Hidup
tentang izin lingkungan.

Syafrial mengatakan, perkara kasus pencemaran B3 tersebut bersamaan dengan perkara


kasus kebakaran lahan dan hutan yang juga diduga melibatkan perusahaan itu. Kebakaran di
konsesi PT NSP di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, terjadi pada awal tahun 2014 saat Riau
mengalami status darurat asap.
Rabu, 30 November 2016

Pencemaran air laut di kepulauan Riau

Pencemaran air laut di Kepulauan Riau


Pencemaran laut untuk kesekian kalinya terjadi di perairan sekitar Pulau Batam
Kepulauan Riau. Gumpalan minyak mentah tidak hanya mengapung menutup
permukaan laut, tapi sebagian terdampar mengotori pantai. Kehidupan masyarakat
setempat terusik. Kejadian ini juga kian merepotkan Pemerintah Kepulauan Riau.
Pasalnya, kasus pencemaran laut, bukan hanya sekali dua kali terjadi tapi sudah
berulang kali, bahkan hampir tak terhitung lagi. "Bayangkan, kejadian seperti ini, sudah
terjadi sejak saya masih kecil hingga sekarang," ujar seorang pejabat pemerintah
setempat. Celakanya, sumber pencemaran sulit dilacak, meski banyak pihak menduga,
tumpahan minyak tersebut kemungkinan berasal dari kapal-kapal di perairan negara
tetangga Singapura, dan terbawa arus laut ke perairan Pulau Batam. Terhadap kejadian
tersebut, Pemerintah Kepulauan Riau berniat melayangkan surat kepada Kementerian
Negara Lingkungan Hidup, agar masalah tersebut diusut tuntas. "Jika perlu, kasus
pencemaran laut seperti ini dibawah ke Mahkamah Internasional, karena dampaknya
sudah sangat mengganggu" ujar sumber di Pemerintah Provinsi Riau. Namun, menurut
Kementeriani Lingkungan Hidup sumber penyebab pencemaran tersebut hingga saat ini
belum diketahui. Pihak Singapura sudah dihubungi, tapi mereka mengaku tidak tahu
menahu asal sumber pencemaran tersebut. Karena itu, untuk sementara yang dapat
dilakukan adalah meningkatkan pengawasan di perairan sekitar Pulau Batam, yang
bekerja sama dengan TNI-Angkatan Laut. Sejatinya, pencemaran laut oleh tumpahan
minyak dan limbah lainnya bukan hanya terjadi di Batam, tapi juga di beberapa
perairan laut Indonesia lainnya. Di perairan Teluk Jakarta, misalnya, tumpahan minyak
mentah dan jenis limbah lainnya jumlahnya mencapai ratusan karung. Itu pun belum
semua limbah berhasil berhasil diangkat dari laut. Beberapa tahun silam, perairan
Cilacap juga mengalami pencemaran berat akibat tumpahan minyak dari kapal tanker
yang karam di lepas pantai Pelabuhan Cilacap. Jika melihat perkembangan aktivitas di
perairan laut Indonesia, maka diperkirakan pencemaran laut, baik oleh tumpahan
minyak dal beragam limbah akan meningkat. Secara umum, sumber pencemaran laut
oleh tumpahan minyak bersumber aktivitas transportasi minyak, pengeboran minyak
lepas pantai, pengilangan minyak dan pemakaian bahan bakar produk minyak bumi.
Penyebabnya, bisa karena kesengajaan, atau kecelakaan, seperti kebocoran pipa
pemboran minyak atau karamnya kapal tanker pengangkut minyak. Namun apa pun
penyebabnya, tumpahan minyak yang mencemari laut pada akhirnya berdampak
negatif bagi organisme laut. Laut yang tercemar minyak dapat mengancam kehidupan
beberapa jenis burung, dan organisme aquatik pantai, seperti berbagai jenis ikan,
terumbu karang, hutan mangrove dan rusaknya wisata pantai. Tumpahan minyak juga
akan menghambat/mengurangi transmisi cahaya matahari ke dalam air laut karena
diserap oleh minyak dan dipantulkan kembali ke udara. Penanggulangan
Penanggulangan pencemaran laut, khususnya di perairan Indonesia, baik berasal dari
kapal maupun non-kapal seperti, pelabuhan, anjungan minyak dan gas, dan lain-lain
sudah diatur secara nasional dan internasional. Pada lingkup nasional, ketentuan
tentang hal tersebut antara lain diatur dalamUndang Undang Nomor 17 tahun 2008
tentang Pelayaran, Peraturan Presiden No. 109/ 2006 tentang Penanggulangan Keadaan
Darurat Tumpahan Minyak di Laut, yang termasuk mengatur organisasinya di tingkat
nasional, daerah dan industri/migas. Sedangkan pada level internasional, masalah
tersebut antara lain diatur dalam UNCLOS 82, IMO Convention, Konvensi Marpol 73/78,
dan CLC. Dengan kata lain, dari aspek payung hukum sesungguhnya sudah cukup
memadai. Namun pada pelaksanaannya tampak masih perlu pembenahan. Akar
penyebabnya, bukan pada penguasaan teknis dan prosedur yang belum berjalan
sebagaimana mestinya, melainkan dalam hal koordinasi dan sinergi antar instansi yang
belum maksimal. Dalam penanggulangan pencemaran laut, masing-masing pihak
cenderung jalan sendiri-sendiri. Kalau pun dapat berkoordinasi dan melakukan langkah
bersama itu pun cenderung lamban. Dalam kasus pencemaran dari pemboran minyak di
Celah Timur, misalnya, kejadian tersebut terjadi bulan Agustus 2009. Koordinasi antar
instansi dan departemen baru berjalan Desember dan hingga Januari 2010, belum ada
tindakan pasti karena masih menunggu hasil penelitian yang akan dilakukan oleh salah
satu departemen. Demikian pula, dalam penanggulangan pencemaran perairan laut di
Pulau Batam. Inilah potret penanggulangan pencemaran laut di negeri ini. Pada hal
Padahal, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) tentang Penanggulangan Keadaan
Darurat Tumpahan Minyak di Laut keterlibatan antar departemen terkait sangat
diperlukan. Agar penanganan tumpahan minyak dapat berjalan integratif. Keterlibatan
berbagai instansi pemerintah sangat diperlukan karena dampak tumpahan minyak
sangatlah luas. Penanggulangan tumpahan minyak sesungguhnya dapat dilakukan
dengan membentuk semacam badan penyelenggara (executing agency) untuk
menangani tumpahan minyak semacam National Contency plan (NCP). Atau dalam satu
wadah yang melibatkan berbagai instansi/departemen secara permanen. Menurut
beberapa sumber, konon Pertamina telah memiliki 54 sistem Tanggap Darurat
Penanggulangan Tumpahan Minyak Tier. Tapi pengelolaannya masih bersifat lokal dan
pembentukannya baru berdasarkan kebutuhan teknis, belum melalui penilaian
(assessment) yang mendalam. Dampak dari kondisi yang ada itu tentulah akan terasa
bilamana memasuki tahapan pasca lokalisasi tumpahan. Dalam tahap ini mulai dihitung
kerugian yang diderita oleh semua pihak akibat pencemaran yang terjadi. Juga, akan
dihitung berapa besar kerugian yang harus dibayar oleh pemilik kapal sesuai aturan
internasional yang berlaku. Terutama memperkirakan dampak kerusakan terhadap
lingkungan dan kehidupan ekonomi masyarakat yang tergantung pada lautan di
sekitarnya. Padahal, semestinya semua langkah harus berjalan simultan. (LS2LP)
Pembahasan
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk
hidup yang masuk ke daerah laut. Pencemaran lingkungan laut merupakan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat bangsa-bangsa. Pengaruhnya dapat menjangkau seluruh aktifitas
manusia di laut dan karena sifat laut yang berbeda dengan darat, maka masalah pencemaran
laut dapat mempengaruhi semua negara pantai baik yang sedang berkembang maupun
negara-negara maju, sehingga perlu disadari bahwa semua negara pantai mempunyai
kepentingan terhadap masalah pencemaran laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain
adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan sampah dari transportasi
darat melalui sungai, emisi trasportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun,
sumber utama pencemaran lebih sering terjadi pada tumpahnya minyak dari kapal tanker.
Hasil ekspoitasi minyak bumi diangkut oleh kapal tanker ke tempat pengolahan minyak bumi
(crude oil). Pencemaran minyak bumi dilepas pantai bisa diakibatkan oleh sistem
penampungan yang bocor, atau kapal yang tenggelam yang menyebabkan lepasnya crude oil
ke badan perairan (laut lepas). Dampak dari lepasnya crude oil di perairan lepas pantai
mengakibatkan limbah tersebut dapat tersebar tergantung kepada gelombang air laut.
Penyebaran limbah tersebut dapat berdampak pada beberapa negara. Dampak yang terjadi
akibat dari pencemaran tersebut adalah tertutupnya lapisan permukaan laut yang dapat
menyebabkan penetrasi matahari berkurang, menyebabkan proses fotosintesis terganggu,
pengikatan oksigen terganggu, dan dapat menyebabkan kematian.

Menurut Benny 2002, pencemaran minyak di laut berasal dari:

1. Operasi Kapal Tanker


2. Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal)
3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
4. Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar
5. Scrapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)
6. Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan)
7. Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung hydrocarbon
( perkantoran& industri )
8. Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery )

Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana
buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai tempat
penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang
mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian
larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian
masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-
cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton. Fitoplankton adalah
produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton.
Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena
zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan
planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores
(pemakan ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik
level tertinggi.
Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling
tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya
dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke
dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada
akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam
konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan
manusia. Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang berasal dari
daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari
pantai dan laut yang tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi.
Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat. WHO (World
Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi
Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat.
Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil dan
memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan
kematian.
Pencemaran laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani secara sungguh-sungguh.
Untuk itu, kita perlu mengetahui apa itu pencemaran laut, bagaimana terjadinya pencemaran laut, serta apa yang
solusi yang tepat untuk menangani pencemaran laut tersebut.

Pencemaran oleh minyak


Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan kecelakaan yang
mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampirtidak bias dielakkan.Kapal tanker mengangkut
minyak mentah dalam jumlah besar tiap tahun. Apabila terjadi pencemaran miyak dilautan, ini akan
mengakibatkan minyak mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke
pantai.
Contoh kecelakaan kapal yang pernah terjadi :
a) Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967mengakibatkan 100.000 burung mati
b) Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
c) Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan tumbuh tumbuhan yang
hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka
berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka
menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mence mari diri sendiri. Selain itu,
mangrove dan daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme yang terkena pencemaran akan segera
menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga banyak daerah pantai yang terkena ceceran minyak
secara berat telah bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.

Pencemaran oleh logam berat


Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap
cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam ringan.
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), seng
(Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi anorganik yang sering menimbulkan berbagai
permasalahan yang cukup serius pada perairan. Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada
perairan biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan
pertambangan.
Jenis-Jenis Industri Pembuang Limbah yang Mengandung Logam Berat :
Kertas : Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Petro-chemical : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pengelantang : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pupuk : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Kilang minyak : Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn
Baja : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn
Logam bukan besi : Cr, Cu, Hg, Pb, Zn
Kendaraan bermotor : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn
Semen, keramik : Cr
Tekstil : Cr
Industri kulit : Cr
Pembangkit listrik tenaga uap : Cr, Zn
Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm 3 dan logam berat bersifat tahan urai.
Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di dalam perairan. Logam
berat yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Logam berat di dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia
apabila air yang mengandung logam berat diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila
memakan bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat juga
dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap kesehatan.

Pencemaran oleh sampah


Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di
lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah plastik, sebuah komponen yang telah
dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang
menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk satwa liar dan
perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit, sesak napas, maupun termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut. Jaring ini
dikenal sebagai hantu jala sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut,
kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan
infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke permukaan untuk bernapas.
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui sistem daerah aliran
sungai (DAS). Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung logam berat dengan konsentrasi yang
tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya
kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah yang tercemar yang membuat kondisi lingkungan
menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya kandungan oksigen
khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar pada kehidupan tumbuh-
tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tersebut. Pada keadaan yang paling ekstrim, jumlah
spesies yang ada didaerah itu akan berkurang secara drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar
dari estuarin kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat hidup disitu hanya dari golongan
cacing saja. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk golongan yang mudah hancur dengan cepat,
sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak merupakan suatu masalah besar diperairan terbuka.

Pencemaran oleh pestisida


Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Mereka sengaja
ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau organism-
organisme lain yang tidak diinginkan. Idealnya pestisida ini harus mempunyai spesifikasi yang tinggi
yaitu dapat membunuh organism-organisme yang tidak dikehendaki tanpa merusak hewan lainnya,
tetapi pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota air yang ada di laut.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia yang disebut
Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini. Pestisida jenis ini termasuk golongan yang mempunyai
ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam
sampai beberapa tahun sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan
digunakannya golongan ini secara terus menerus akan membuat mereka menumpuk di lingkungan dan
akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi organism yang
hidup didaerah tersebut.
Hewan biasanya menyimpan organochloride di dalam tubuh mereka. Beberapa organisme air
termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia didalam jaringan tubuhnya.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam jaring
makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang
dapat berbahaya bagi hewan laut , seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia.

Pencemaran akibat proses Eutrofikasi


Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya senyawa yang
mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan
produktivitas primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung
cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta
tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang
diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke
lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di muara.
The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen)
wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir
di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di Jepang. Salah
satu contohnya adalah meningkatnya alga merah (red tide) secara signifikan yang membunuh ikan dan
mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik.
Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai.
Pencemaran akibat peningkatan keasaman
Dewasa ini sangat banyak kegiatan manusia yang menyebabkan polusi udara, tanah dan air,
yang disebabkan oleh limbah pabrik, industri, asap kendaraan, dan banyak lagi. Salah satu contoh
adalah semakin banyak karbon dioksida memasuki atmosfer bumi, maka karbondioksida yang kita
hasilkan sehari-hari dapat menyebabkan hujan asam dan juga meningkatkan kadar keasaman laut
menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan
hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. Perubahan iklim juga akan
berdampak buruk pada ekosistem di lautan . Jika air laut semakin memanas, maka akan terjadi
peningkatan keasaman laut, dan terumbu karang adalah yang paling rentan menghadapi peningkatan
keasaman ini .
Menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional Australia, terumbu karang seperti
sedang mencatat kematiannya sendiri. Jumlah Karbon Dioksida yang dipompakan ke atmosfer
sebetulnya mengubah keasaman laut, dan membuat lebih asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja
seluruh terumbu karang akan hancur dan larut karena asam tadi. Persoalan perubahan suhu maupun
berbagai perubahan lain yang dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang luar biasa. Di masa
lalu hal ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya adalah saat ini perubahan suhu tersebut
dipicu oleh campur tangan manusia, jadi bukan karena sebab alami

Dampak pencemaran laut


Logam berat
WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture
Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan
laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang
mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ
tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Bahaya yang Dapat Ditimbulkan oleh Logam Berat di dalam Tubuh Manusia : Barium (Ba):
Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar pada temperatur ruang. Jangka panjang, menyebabkan naiknya
tekanan darah dan terganggunya sistem syaraf.
· Cadmium (Cd): Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika terhirup dari udara atau
uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium sangat beracun. Jangka panjang,
terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan tiroid, dicurigai dapat menyebabkan hipertensi
· Kromium (Cr): Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan korosif pada jaringan tubuh.
Jangka panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan kerusakan pada ginjal
· Timbal (Pb): Beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau uap. Jangka panjang,
menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada kelahiran
· Raksa (Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau terhirup dari uap. Jangka panjang,
beracun pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan kelainan pada kelahiran.
· Perak (Ag): Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu permanen pada kulit, mata dan
membran mukosa (mucus)

Tumpahan minyak
Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang diatas
permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka menjilatinya.
Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri serta dapat menyebabkan
keracunan pada burung tersebut.

Sampah
Banyak hewan yang hidup pada atau di laut mengonsumsi plastik karena tak jarang plastik yang
terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi hewan laut. Plastik tidak dapat dicerna dan akan
terus berada pada organ pencernaan hewan ini, sehingga menyumbat saluran pencernaan dan
menyebabkan kematian melalui kelaparan atau infeksi. Selain berpengaruh terhadap kesehatan biota
laut, adanya sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penyakit yang paling
sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah bersentuhan dengan air laut, dll.

Pestisida
Pengaruh pestisida terhadap kehidupan organisme air :
 Penumpukan pestisida dalam jaringan tubuh, bersifat racun dan dapat mempengaruhi system syaraf
pusat.
 Bahan aktifnya selain bisa membunuh organism perairan (ikan) juga dapat merubah tingkah laku ikan
dan menghambat perkembangan telur moluska dan juga ikan.
 Daya racun berkisar dari rendah-tinggi. Moluska cenderung lebih toleran terhadap racun pestisida
dibandingkan dengan Crustacea dan teleostei (ikan bertulang sejati), dll.
Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah alga dan
fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis. Karena terlalu banyak maka alga
dan fitoplankton di bagian bawah akan mengalami kematian secara massal, serta terjadi kompetisi
dalam mengonsumsi O2 karena terlalu banyak organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi
menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan menyebabkan kematian
massal pada hewan-hewan di perairan tersebut.

Peningkatan keasaman
Selain menyebabkan kerusakan pada terumbu karang, kehidupan laut terpengaruh karena
perubahan itu, khususnya hewan dan tumbuhan yang memiliki tulang karbonat kalsium dan yang
menjadi sumber makanan bagi penghuni laut lainnya. Satu miliar orang yang bergantung pada ikan
sebagai sumber utama penghasil protein akan terkena dampak dari peningkatan keasama laut
tersebut

Pencegahan dan penanggulangan terjadinya pencemaran laut


Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur oleh pemerintah
dalam PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT :
a. Pencegahan terjadinya pencemaran laut
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran laut :
 Tidak membuang sampah ke laut
 Penggunaan pestisida secukupnya
 Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut adalah puntung rokok. Selalu
biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.
 Kurangi penggunaan plastik
 Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing di laut.
 Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
 Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.
 Pendaurulangan sampah organik
 Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air
seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
 Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
b. Penanggulangan pencemaran laut :
 Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu menetralisir pencemaran laut
yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari ledakan ladang minyak.
 Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat juga ditempuh.
Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut adalah pohon api-api (Avicennia marina). Pohon Api-
api memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi.
 Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta masyarakat

Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat pencemaran laut
diantaranya adalah :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi
kehidupan.
2. Menggalakkan kampanye untuk senantiasa menjaga dan melestarikan laut beserta isinya.
3. Tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.
4. Tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun, pukat harimau, dan lain-lain yang
mengakibatkan rusaknya ekosistem laut.
5.Tidak menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi pabrik yang akan mencemari laut.

Daftar Pustaka:
Anonim.2012.Pencemaran laut oleh limbah kapal.[online].Tersedia
http://www.kompasiana.com/pauluslondo/pencemaran-laut-oleh-limbah-
kapal_551096c1a33311cf39ba8559
(di akses 29 november 2016)

Arianto,gudang-ilmu.2013.makalah pencemaran laut.[online]. Tersedia


http://gudang-ilmu-arianto.blogspot.co.id/2013/05/makalah-pencemaran-laut_7.html

Anda mungkin juga menyukai