Anda di halaman 1dari 13

Topeng Untuk Kampung Aur Sungai Deli

Medan
30 Maret 2018 Lorencvz 0 Komentar

Relawan Sahabat Alam Sumatera Utara mencoba untuk berbagi dan melakukan kegiatan edukasi
yang sifat kegiatannya untuk anak-anak, dengan Konsep bermain sambil belajar. Kali ini relawan
sahabat alam sumatera utara berkunjung ke Markas Laskar Bocah Sungai Deli (LABOSUDE)
Kampung Aur, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Disini para relawan akan
mengajarkan anak-anak membuat topeng dari koran bekas dan akan dilanjutkan dengan bersih-bersih
sungai.

Belajar Membuat Topeng, Anak-anak sangat antusias dan gembira belajar membuat topeng bersama
relawan sahabat alam sumatera utara. kegiatan seperti ini dapat menumbuhkan imajinasi kreatif
untuk anak-anak.
Bersih-Bersih Sungai, Relawan dan anak-anak bersemangat mengumpulkan sampah yang ada
disungai. kegiatan ini menjadi salah satu bentuk menumbuhkan rasa peduli kepada anak-anak agar
dapat merawat dan menjaga lingkungannya.
Bermain dan bercanda bersama anak-anak, Relawan dan anak-anak bermain dan bercanda sebagai
bentuk pendekatan emosional anak untuk mengetahui psikologis anak.

Kegiatan ini menjadi salah satu program yang akan dilakukan relawan sahabat alam sumatera utara
untuk dapat berbagi mencerdaskan kehidupan bangsa.

Yok berbagi baik, Karena berbagi bisa dengan cara apapun.


Buang Limbah Cair ke Sungai Deli,
Perusahaan Ini Disegel KLHK
oleh Ayat S Karokaro [Medan] di 25 September 2018

Seksi Wilayah I Balai Pengamanan dan Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup


Wilayah Sumatera, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),
menyegel PT. Expravet Nasuba, Senin (17/8/2018). Perusahaan yang beralamat di
Jalan K.L Yos Sudarso KM.8,8, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Kota
Medan, Sumatera Utara, ini dianggap melanggar undang-undang lingkungan hidup,
membuang limbah cair ke aliran Sungai Deli.

Operasi penegakkan hukum terhadap perusahan yang bergerak pada pemotongan


dan pengolahan daging serta unggas ini dipimpin Kepala Balai Gakkum LHK
Wilayah Sumatera, Edward Sembiring. Di lokasi, tim gakkum bersama Satuan Polisi
Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Macan Tutul, dan tim penyidik Seksi
Wilayah I mengumpulkan sejumlah barang bukti beserta sampel limbah cair
perusahaan.

Pantauan Mongabay di lokasi, tim penyidik gakkum menelusuri arah pipa terakhir
pembuangan limbah cair ke Sungai Deli. Edward tampak geram dengan
pencemaran lingkungan yang dilihatnya itu.

“Tim silakan segel lokasi ini. Air yang mengalir dari pipa segera hentikan, jangan
ada setetes pun terbuang ke aliran Sungai Deli ini. Silahkan tutup dengan semen,”
tegas Edward yang mendapat pengawalan bersenjata lengkap SPORC Brigade
Macan Tutul.
Penyegelan PT. EN dilakukan penyidik Gakkum Wilayah Sumatera di lokasi pengolahan
limbah cair. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

Namun, ketika penyegelan berlangsung, seorang pria datang menghampiri dan


ingin penyegelan dihentikan. “Apa-apaan ini? Kok berani menyegel dan menyemen
lubang pembuangan akhir limbah kami? Saya minta dicabut plang penyegelan,”
katanya kepada petugas. Lelaki itu bernama Hasman, HRD perusahaan. Adu
argumen sempat terjadi antara dia dan petugas.

Edward langsung menjelaskan, perusahaan diminta menaati aturan hukum.


Keterangan dapat diberikan saat proses pemeriksaan di Balai PamGakkum KLHK
wilayah Sumatera, di Medan. “Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Tolong jangan
begitu, kalau disegel proses produksi bisa terganggu,” tutur Hasman.

Hasman mengatakan, proses pengolahan limbah perusahaan sedang dalam proses


di Balai Lingkungan Hidup (BLH) Kota Medan. Dia menjelaskan, perusahaan sudah
menyerahkan pengajuan dokumen Analis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
pembuangan limbah akhir. Namun, masih ada penolakan dan perbaikan dari BLH
Kota Medan.

“Semua masih dalam proses, Pak. Kan tahu sendiri, birokrasi kita lamban jadi saya
minta tolong ada kelonggaran,” katanya lagi.

Pasukan SPORC Brigade Macan Tutul melakukan penjagaan di perusahaan PT. EN yang
disegel karena membuang limbah ke Sungai Deli. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay
Indonesia
Edward kembali bertanya tentang surat peringatan Pemerintahan Kota Medan
kepada perusahaan ini yang membuang limbah cairnya tidak sesuai aturan,
Hasman hanya diam, lalu mengakui surat peringatan itu sudah diterima sejak 2013
lalu.

Edward makin berang, karena sejak 2013 hingga 2018, tidak ada itikad dari
perusahaan untuk memperbaiki pembuangan limbah akhir yang masih dilakukan ke
aliran Sungai Deli. Namun, Hasman masih bersikeras agar penyegelan tidak
dilakukan. Menurut dia, perusahaan sudah mengikuti anjuran BLH Medan agar
sebelum dibuang, limbah akhir diendapkan 24 jam dan itu sudah dilakukan. “Kami
juga terus memberbaiki proses pembuangan limbah akhir,” terangnya.

Namun, pihak Gakkum Wilayah Sumatera tetap menyegel perusahaan. Menurut


Edward, yang dilakukan ini adalah perintah undang-undang. Ada Pasal 100 ayat (2)
jo Pasal 20 ayat (3) huruf a dan b jo Pasal 68 huruf b dan c; Pasal 114 dan Pasal
116 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Jo Pasal 37 Jo Pasal 40 ayat (1), Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Jo Permen LH Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah. Ancaman pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling
banyak tiga miliar Rupiah.
Pemasangan plang penyegelan PT. EN dilakukan Gakkum LHK Wilayah Sumatera, KLHK.
Foto: Ayat S Karokro/Mongabay Indonesia

Laporan masyarakat

Edward mengatakan, penghentian kegiatan PT. Expravet Nasuba (EN) berawal dari
pengaduan masyarakat terkait pencemaran Sungai Deli. Pada 25 Agustus 2018,
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) memverifikasi pengaduan, ditemukan
fakta bahwa perusahaan tidak memiliki izin pembuangan limbah cair serta ada
saluran pembuangan tanpa pengolahan.

Pada 13 Maret 2013, Wali Kota Medan telah memberikan sanksi administrasi,
paksaan pemerintah, kepada PT. EN berdasarkan SK No: 660.2/396.X/III/2013 atas
pelanggaran yang dilakukan. Namun, perusahaan tidak melaksanakan isi surat
tersebut, bahkan tetap membuang limbah cair langsung ke Sungai Deli.
“PT. EN diduga melanggar peraturan. Atas dasar itu, kami menyegelnya. Kami
hanya menghentikan pembuangan limbah, bukan kegiatan perusahaan,” terangnya.

Edward menyatakan, pihak perusahaan menolak menandatangani berita acara


penyegelan. “Namun, kami sudah lampirkan berita acara penolakan itu. Jika plang
penyegelan dicabut, itu pidana dan akan diproses hukum. Kasus ini akan diusut
hingga tuntas,” tegasnya.

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

Seratusan anak-anak berjalan di sepanjang bantaran Sungai Deli, Medan, Sumatera


Utara, Minggu (22/3/15). Mereka menamakan diri Labosude, berarti Laskar Bocah
Sungai Deli.

Hari itu, seperti biasa, anak-anak yang duduk di SD dan SMP ini, membersihkan
Sungai Deli, dari limbah rumah tangga dan plastik. Mereka sudah lakukan sejak tiga
tahun terakhir, beranjak banjir setiap hujan yang menggenangi rumah mereka.

Bertepatan dengan Hari Air Sedunia itu, anak-anak ini sebagian turun ke jalan. Ada
juga kampanye di sungai sambil memungut sampah.

Anak-anak ini, berjalan kaki mengelilingi Kota Medan. Mereka berharap, manusia
menjaga air Sungai Deli, yang sudah tercemar. Padahal puluhan ribu manusia hidup
di sepanjang bantaran sungai itu. Setiap hari, warga memanfaatkan air buat
mencuci, mandi, dan kebutuhan lain.

Mereka mengajak siapa saja tak membuang sampah dan limbah ke sungai. Mereka
juga protes pemerintah karena tidak bertindak tegas dengan pabrik yang membuang
limbah cair ke sungai.

Adalah Irfan, dedek, Baron, dan Edi. Mereka dari sekian anak-anak yang peduli
Sungai Deli. Tak jarang, mereka berhadapan arus deras, dan terminum air
tercemar. Bahkan, tidak sedikit kaki atau tangan, terkena kaca.
“Biasa kami turun sungai saat libur sekolah atau Minggu. Kami bagi tugas, sepulang
sekolah sempatkan turun memungut sampah ke sungai, ” kata Irfan. Matanya begitu
tajam mengawasi aliran sungai. Jika terlihat sampah, goni plastik siap menampung
limbah itu.

Dedek mengatakan, ada sedikit kesedihan ketika memungut sampah, tiba-tiba dari
atas orang membuang sampah kembali.

“Kami gak mau air sungai makin buruk. Disini kami tumbuh besar. Biar semangat
tetap ada, sampai orang dewasa sadar mereka salah besar.”

Budi Bahar, Ketua Labosude mengatakan, dari pemantauan mereka, limbah cair di
Sungai Deli, terbanyak dari rumah sakit, pabrik sawit, pabrik minuman, pabrik karet,
dan pabrik alumunium. Selebihnya, limbah hotel dan rumah tangga.

Sungai Deli dulu dan sekarang

Amir Faisal, tokoh masyarakat Deli, mengatakan, dibandingkan 20 tahun lalu,


Sungai Deli jauh berbeda. Dulu, air Deli cukup jernih dan bersih. Sekarang, tak lagi.
Kualitas air buruk, katanya, sejak 2001. Terlebih ada izin usaha di dekat sungai.

Apakah kalian tau apa apa saja limbah yang telah mengotori sungai deli?

Industry, rumah tangga, dan pembuangan sampah, dan bahkan kaca.

Fakta sungai deli.


1. merupakan penyumbang sumber air terbesar bagi penduduk kota medan.
2. Pada masa kerajaan Deli, sungai ini menjadi urat nadi perdagangan ke daerah lain. Sebab sungai
deli dijadikan jalur transportasi dalam aktivitas perdagangan pada masa itu.

Gubsu Edy Rahmayadi Tabur 3.000 Benih


Ikan Nila dan Lele ke Sungai Deli
Minggu, 30 September 2018 19:46:00

BAGIKAN:
AddThis Sharing Buttons
Share to Facebook68Share to TwitterShare to Google+Share to WhatsAppShare to LINEShare to
LinkedInShare to More
beritasumut.com/BS03
Beritasumut.com-Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menabur tiga ribu benih ikan Nila dan lele
ke Sungai Deli tepatnya disekitar di Dermaga Go River Institute Avros Park, Minggu
(30/09/2018).

Hadir mendampingi Edy, Wakil Walikota Medan Akhyar Nasution, Ketua Yayasan Budaya
Hijau Indonesia, Bathara Surya Yusuf, Ketua APSINDO Sumut Arman Chandra dan Ketua
Komite Pelestarian Lingkungan Hidup Lion Club Distric 307-A1, Karun Wirianto.

"Kegiatan menabur benih ikan inilah salah satu yang membuat Sumut Bermartabat. Karena
bermartabat itu untuk semua mahluk ciptaan tuhan tidak hanya manusia. Apa sudah diberikan
Tuhan harus kita pelihara termasuk Sungai dan mahluk di dalamnya. Saya bangga dengan
kegiatan ini. Walaupun kegiatan saya padat hari, ini tetap jadi prioritas saya bisa hadir. Kedepan
harus terus ada kegiatan," ujar Edy.
Edy pun mengapresiasi kegiatan menabur benih ikan yang digagas oleh Yayasan Budaya Hijau
Indonesia, Go River Institute dan para relawan lainnya sebagai wujud kecintaan terhadap alam
dan mahluk hidup ciptaan Tuhan. Edy pun menyesali saat ini masih banyak masyarakat yang
ingin secara instan mendapatkan ikan di Sungai namun melakukan pengerusakan dengan
menggunakan stum listrik, bahan peledak (bom ikan) serta menggunakan racun.

"Kita berharap Pemko Medan melahirkan Perda untuk mengantisipasi kegiatan-kegiatan


penangkapan ikan menggunakan alat-alat yang merusak alam maupun mahluk hidup yang ada di
Sungai. Karena kalau sudah sungai rusak, maka kita mahluk hidup lainnya pasti akan
terganggu," ujar Edy.

Dalam kesempatan itu Edy juga menyinggung soal keberadaan rumah-rumah warga yang berdiri
dibadan Sungai.

"Termasuk juga seperti yang Bapak Wakil Walikota bilang tadi banyak masyarakat yang
membangun rumah di Badan Sungai itu sudah tidak tepat karena ada sepadan Sungai. Mari
sama-sama kita menjaga sungai dam jangan merusaknya," ajak Edy.(BS03)

Anda mungkin juga menyukai