Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih karunia dan
berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan pembuatan makalah ini sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Penyidikan Lingkungan.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini, terutama Dosen Pengampu Mata Kuliah sebagai
pembimbing kami.
Sebagai seorang manusia, kami tentunya tidak luput dari kesalahan. Hal itu juga berlaku
untuk makalah ini karena hasil karya dari beberapa orang manusia. Oleh karena itu, kami
mohon maaf kepada pembaca apabila ada kesalahan baik dari segi penulisan, sumber maupun
isi yang sekiranya kurang berkenan.

Cimahi, Desember 2018


Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Pencemaran Sungai dan Sumber Air Warga oleh
Limbah Cair PT Marimas, Semarang

Kronologi Kejadian

Warga berbondong-bondong mendatangi Pabrik untuk melakukan protes karena sumur airnya
tidak dapat digunakan lagi untuk kebutuhan sehari-hari karena sudah tercemar oleh limbah
cair dari pabrik (menimbulkan bau dan gejala pusing bagi warga menghirupnya.
Sumber : http://news-berita-detik.blogspot.com/2013/07/newsdetik-sungai-dan-sumur-
tercemar.html

Prose Penyelidikan dan Penyidikan


Untuk langkah awal polisi melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan
melakukan investigasi ke sungai dan sumur warga yang tercemar serta investigasi ke pabrik
untuk melihat bagian IPAL dan pipa outlet pengeluaran limbah cairnya tersebut. Polisi
melakukan olah TKP karena salah satu warga (Trimurti) yang merasa dirugikan karena tidak
dapat menggunakan lagi sumber airnya untuk kebutuhan sehari-hari.
Selanjutnya selain melakukan olah TKP, polisi dan petugas PPNS LH melakukan
identifikasi dengan melakukan pemeriksaan langsung ke pabrik marimas untuk mengecek
kondisi IPAL nya dan pipa saluran pembuangannya.
PT Marimas melanggar UU Nomor 32/2009 pasal 69 ayat 1 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu :
1. Pasal 69 ayat (1) huruf a menyebutkan “setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
2. Pasal 69 ayat (1) huruf e menyebutkan “setiap orang dilarang membuang limbah ke media
lingkungan.
Tanggung Jawab Mutlak bagi pelanggar terdapat dalam Pasal 88 yaitu ‘Setiap orang
yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau
mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan
hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur
kesalahan’
Tersangka dapat dikenakan sanksi administratif dalam UU Nomor 32/2009 Pasal 100
ayat (1 dan 2) yaitu “(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu
emisi, atau baku mutu gangguan, (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau
pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali,dapat dikenakan sanksi kurungan penjara
maksimal 3 tahun dan denda maksimal 3 miliar rupiah”.
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan
Dalam perkembangannya, prioritas tujuan dari suatu perusahaan tidak semata-mata
hanya untuk memperoleh laba setinggi-tingginya lagi tetapi juga harus memprioritaskan
aspek keuangan, sosial dan lingkungan sekitar.
Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan juga sering kali menimbulkan dampak
negatif terutama terhadap lingkungan seperti pembuangan limbah yang mengakibatkan
lingkungan disekitarnya tercemar. Untuk itu, tanggung jawab perusahaan sangatlah
diperlukan seperti yang diwujudkan dalam konsep tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility).
Terdapat contoh kasus terkait dimana suatu perusahaan perlu untuk menerapkan
konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility. Perusahaan
yang dimaksud adalah PT. Marimas Putra Kencana yang merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang produksi makanan dan minuman (Food and Baverage) dengan produk
utama adalah minuman serbuk yang dimana kantor pusatnya berlokasi di kawasan industri
Candi Gatot Subroto Semarang, Jawa Tengah.
Dalam situs portal berita okezone.com yang diterbitkan pada tanggal 11 Juli 2013
dikabarkan bahwa puluhan warga Kampung Pelampisan, Kelurahan Purwoyoso, Kecamatan
Ngalian, Kota Semarang, Jawa Tengah, menggeruduk pabrik PT Marimas karena diduga
mencemari lingkungan. Menurut warga sekitar, pencemaran yang terjadi di aliran Sungai
Pelampisan merupakan akibat dari pembuangan limbah dari PT Marimas yang telah terjadi
sejak tahun 2011 yang lalu. Pencemaran semakin parah, karena saluran pembuangan air
jebol sehingga limbah pabrik masuk ke lahan warga. Akibatnya, bau menyengat tak
terhindarkan dan banyak warga yang mengeluhkan sakit setelah menghirup bau limbah cair
tersebut. Hal yang lebih parahnya lagi, banyak anak-anak yang sudah sering mengalami
pusing bahkan sampai muntah ketika bau dari limbah sampai di rumah mereka. Selain itu,
warga juga mengeluh akan kekhawatiran mereka apabila sakit yang mereka alami semakin
parah dan membutuhkan banyak biaya pengobatan. Oleh karena itu, warga merasa kesal dan
mendatangi pabrik PT Marimas yang berlokasi di Kawasan Industri Gatot Subroto tersebut.
Selain itu, warga sekitar juga mengeluh mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih
karena limbah sudah mulai masuk dan bercampur dengan areal air sumur yang merupakan
sumber air bersih bagi warga setempat yang kini sudah tidak layak pakai lagi. Suyono
selaku ketua RT mengatakan bahwa pada tahun 2012 sudah ada pertemuan antar-warga yang
didampingi pihak kelurahan dan PT Marimas untuk mencari solusi permasalahan tersebut.
PT Marimas pun berjanji akan segera membenahi pengolahan limbah dari pabrik mereka.
Namun, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan karena pencemaran masih saja
terjadi. Warga mengancam akan menutup saluran dari limbah pabrik jika PT Marimas tidak
segera menanggulangi pencemaran tersebut. Warga memberikan waktu dua sampai empat
pekan, dan apabila masih sama saja mereka akan menutup saluran air dari pabrik yang
mengarah ke Sungai Pelampisan. Sementara itu, Direktur PT Marimas, Hariyanto
menyampaikan sanggup untuk memenuhi tuntutan mereka dan akan melakukan pengecekan
ke lokasi yang dicemari karena kemungkinan pencemaran tidak hanya dari pabriknya saja.
Beliau juga mengatakan bahwa perusahaan yang dipimpinnya sudah melakukan pengolahan
limbah dengan cukup baik meskipun mungkin belum 100 persen sempurna dan tujuan
mereka melakukan pengolahan atau daur ulang limbah adalah agar air limbah dapat
dimanfaatkan dan digunakan kembali untuk keperluan lain.
Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana
munculnya kasus pencemaran Air Limbah ke Sungai Klampiasan Kelurahan Purwoyoso
Kecamatan Ngalian Kota Semarang, Jawa Tengah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun mengenai masalah dalam penulisan ini dengan mendasarkan pada latar belakang
yang terjadi, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana penyebab munculnya kasus pencemaran Air Limbah ke Sungai
Klampiasan Kel. Purwoyoso Kec.Ngalian Kota Semarang, Jawa Tengah.
2. Bagaimana proses pelaksanaan penyelidikkan dan penyidikkan kasus pencemaran Air
Limbah ke Sungai Klampiasan Kel. Purwoyoso Kec.Ngalian Kota Semarang, Jawa
Tengah.
3. Bagaimana pembuatan berita acara perkara kasus pencemaran Air Limbah ke Sungai
Klampiasan Kel. Purwoyoso Kec.Ngalian Kota Semarang, Jawa Tengah.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyebab munculnya kasus pencemaran Air Limbah ke Sungai
Klampiasan Kel. Purwoyoso Kec.Ngalian Kota Semarang, Jawa Tengah.
2. Mengetahui proses pelaksanaan penyelidikkan dan penyidikkan kasus pencemaran
Air Limbah ke Sungai Klampiasan Kel. Purwoyoso Kec.Ngalian Kota Semarang,
Jawa Tengah.
4. Mengetahui peraturan-peraturan yang dilanggar dalam kasus pencemaran Air Limbah
ke Sungai Klampiasan Kel. Purwoyoso Kec.Ngalian Kota Semarang, Jawa Tengah.
5. Membuat Berita Acara kasus pencemaran Air Limbah ke Sungai Klampiasan Kel.
Purwoyoso Kec.Ngalian Kota Semarang, Jawa Tengah.
1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam mengetahui proses pelaksanaan
penyidikkan dan penyusunan surat-surat terkait perkara meliputi sanksi tersangka,
saksi dan barang bukti kasus pencemaran Air Limbah ke Sungai Klampiasan Kel.
Purwoyoso Kec.Ngalian Kota Semarang, Jawa Tengah.
2. Mahasiswa mampu menyusun berita acara perkara kasus pencemaran Air Limbah ke
Sungai Klampiasan Kel. Purwoyoso Kec.Ngalian Kota Semarang, Jawa Tengah.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Hukum Pidana


Menurut ahli hukum pidana Moeljatno, Hukum pidana merupakan bagian dari keseluruhan
hukum yang berlaku di suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan. Hukum
pidana bertujuan untuk melindungi kepentingan umum yang memiliki implikasi secara
langsung pada masyarakat secara luas (umum), dimana apabila suatu tindak pidana dilakukan
maka akan berdampak buruk terhadap keamanan, ketentraman, kesejahteraan dan keteriban
umum di masyarakat.
Pengertian tindak pidana yang dimuat didalam KUHAP disebut dengan strafbaarfeit. Para
pembentuk undang-undang tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai strafbaarfeit itu,
maka maksud dan tujuan tersebut sering dipergunakan oleh para pakar hukum pidana dengan
istilah tindak pidana, peristiwa pidana maupun delik.
2.2 Hukum Pidana Lingkungan Hidup
Dalam Pasal 1 UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup disebutkan bahwa Lingkungan Hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.
Penegakan Hukum Pidana Lingkungan merupakan penegakan terhadap ketentuan-ketentuan
pidana dari hukum lingkungan. Substansi, wewenang kelembagaan dan prosedur yang
digunakan secara umum tunduk pada ketentuan hukum lingkungan kecuali jika hal itu belum
diatur secara khusus. Oleh karena itu, yang dapat digunakan adalah ketentuan yang berlaku
dalam hukum pidana pada umumnya, misalnya mengenai lembaga peradilan, personil dan
hukum acara yang berlaku.
Beberapa hal penting yang perlu dipahami dalam rangka penegakan hukum lingkungan dari
aspek hukum pidana, diantaranya :

1. Hukum Acara dan Tahapan dalam Proses Peradilan

UU No.32 tahun 2009 dan Peraturan-peraturan Lingkungan sektor lainnya yang


memuat ketentuan pidana pada dasarnya hanya mengatur sanksi (ancaman) pidana dan tidak
mengatur hukum acara yang digunakan dalam proses peradilan. Oleh karena itu, dalam
proses peradilan pidana dalam menegakkan ketentuan-ketentuan pidana di bidang lingkungan
tetap menggunakan hukum acara pidana yang berlaku dalam hukum pidana umum. Secara
umum proses penegakan hukum pidana termasuk di bidang lingkungan hidup berdasarkan
KUHAP meliputi tiga tahapan, yaitu tahap penyidikan, tahap penuntutan dan tahap
pemeriksaan di pengadilan, putusan hakim serta upaya hukum.

a. Tahap Penyidikan

Penyidikan pada kasus pidana lingkungan pada dasarnya sama dengan tindak pidana
lainnya, karena bukan merupakan tindak pidana khusus, seperti korupsi, tindak pidana
ekonomi, HAM dan lain-lain. Dalam tindak pidana lingkungan ada pelibatan para ahli di
bidang lingkungan sebagaimana dimungkinkan dalam Pasal 120 KUHAP, secara ringkas
proses penyidikan kasus pidana lingkungan meliputi tahapan-tahapan berikut (Pasal 102-136
KUHAP):

a. Tahap Penyelidikan, yang berupa pengumpulan bukti-bukti permulaan untuk


membuat terangnya perkara dan sebagai dasar pemeriksaan di TKP;

b. Tahap Penindakan, meliputi pemanggilan semua orang yang diperlukan,


penangkapan dan penahanan jika diperlukan; penggeledahan dan penyitaan barang
bukti, penyegelan tempat bangunan dan alat-alat tertentu yang berkaitan dengan
pencemaran dan perusakan lingkungan;
c. Tahap Pemeriksaan; pemeriksaan tersangka, saksi-saksi, dan keterangan ahli
termasuk pemeriksaan laboratorium;
d. Tahap Penyelesaian dan Penyerahan perkara kepada Penuntut Umum (PU);

b. Tahap Penuntutan Perkara

Setelah berkas diserahkan oleh penyidik kepada Penuntut Umum, maka tahap
selanjutnya dilakukan pra penuntutan dan penuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum. Secara
umum tahapannya sebagai berikut (Pasal 137-144 KUHAP):

1) Tahap Pra Penuntutan, yang meliputi :

a. Penelitian kelengkapan berkas hasil penyidikan;

b. Bila hasil penelitian belum lengkap, berkas dikembalikan kepada penyidik dengan
memberikan petunjuk untuk menyempurnakan hasil penyidikan;

c. Menerima kembali penyerahan berkas tahap kedua dari penyidik untuk dilengkapi,
termasuk tersangka dan barang bukti serta penyerahan tanggungjawab;

d. Melakukan pemeriksaan tambahan (jika diperlukan) terhadap saksi-saksi, saksi ahli,


dan barang bukti termasuk gelar perkara atau expose.

2) Tahap Penuntutan, meliputi :

a. Jika hasil penyidikan sudah lengkap, maka secepatnya membuat surat dakwaan (Pasal
140 KUHAP);

b. Pelimpahan perkara dari Jaksa Penuntut Umum ke Pengadilan Negeri (PN). Khusus
untuk delik perikanan ada syarat tambahan untuk menjadi Jaksa Penuntut Umum
sebagaimana diatur dalam UU Perikanan, yaitu telah berpengalaman menjadi Jaksa
Penuntut Umum selama 5 tahun dan telah mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis di
bidang perikanan serta cakap dan memiliki integritas moral selama menjalankan tugas.

c. Tahap Pemeriksaan di Pengadilan, Putusan Hakim dan Upaya Hukum


Setelah perkara dilimpahkan ke pengadilan, maka tahapan berikutnya adalah
pemeriksaan di sidang pengadilan dan putusan hakim, khusus di bidang perikanan
pemeriksaan perkara dilakukan oleh hakim pengadilan perikanan yang dibentuk berdasarkan
UU No. 31 Tahun 2004 jo. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Selain tunduk kepada
KUHAP, dalam hal tertentu juga diatur tersendiri misalnya hakim pengadilan terdiri dari
hakim karir dan hakim ad hoc, penahanan oleh hakim paling lama 30 hari dan dalam jangka
waktu 30 hari sejak penerimaan pelimpahan perkara dari Penuntut Umum, hakim sudah harus
menjatuhkan putusan.

2. Asas Subsidaritas dalam Penanganan Tindak Pidana Lingkungan

Dalam kamus hukum, asas subsidaritas memiliki arti yaitu tambahan. Dengan
demikian penerapan hukum pidana digunakan sebagai tambahan jika hukum lain sudah tidak
berfungsi. Dengan kata lain hukum pidana sebagai ultimum remedium (upaya terakhir).
Makna ini dianut pula dalam UU No.32 tahun 2009 sebagaimana dalam Penjelasan Umum
angka 6, bahwa:

“Penegakan hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan asas ultimum remedium yang
mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan
penegakan hukum administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan asas ultimum remedium
ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu pemidanaan terhadap
pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan.”

Ketentuan pidana tetap memperhatikan asas subsidaritas tanpa membedakan


kualifikasi tindak pidananya, asas subsidaritas adalah hukum pidana didayagunakan apabila
sanksi di bidang hukum lain, seperti sanksi admnistratif dan sanksi perdata serta alternatif
penyelesaian sengketa lingkungan hidup tidak efektif. Dengan demikian dalam UU No.32
tahun 2009 secara acontrario asas subsidaritas tidak berlaku bagi tindak pidana lainnya, baik
yang termasuk delik formil maupun delik materil.

Jika disimak konstruksi hukum hukum di dalam rumusan pasal-pasal UU No.32 tahun
2009 ataupun undang-undang lingkungan sector lainnya, tidak ditemukan ketentutan yang
melarang penggunaan hukum pidana sebagai premium remidium (upaya utama). Jika memang
hal itu diperlukan, misalnya jelas-jelas terjadi pencemaran dan perusakan lingkungan maka
hukum pidana boleh digunakan tanpa menunggu sanksi hukum lainnya terlebih dahulu.
Dalam UU No.32 tahun 2009 tidak mengharuskan sanksi pidana sebagai sanksi
alternatif dan juga tidak melarang penerapan sanksi kumulatif (penerapan sanksi pidana
disamping sanksi lainnya), penerapan asas ultimum remidium ini hanya berlaku bagi tindak
pidana formil tertentu diluar itu maka berlaku premium remidium.

3. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Lingkungan

Selaras dengan ketentuan KUHAP, dalam Pasal 94 (1) UU No.32 tahun 2009 diatur
bahwa penyidik tindak pidana di bidang lingkungan selain Penyidik Pejabat Polri, juga
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan instasi pemerintah yang bidang tugas
dan tanggungjawabnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Perlu juga dipahami bahwa tidak semua delik lingkungan hidup dilakukan oleh PPNS
dari Kementerian LIngkungan Hidup dan Badan atau Kantor Lingkungan Hidup Daerah,
penyidikan tindak pidana lingkungan hidup yang terjadi di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Indonesia dilakukan oleh Penyidik Perwira TNI AL, di bidang perikanan dilakukan oleh
PPNS Perikanan, Perwira TNI AL, Penyidik Polri dan di bidang kehutanan oleh PPNS di
bidang lingkungan hidup.

Jika ketentuan Pasal 94 UUPPLH dicermati, ternyata jika dibandingkan dengan


KUHAP, PPNS sudah diberi wewenang untuk menghentikan penyidikan, penggeledahan,
penangkapan, dan penahanan. Selain itu dalam hal penyidikan telah selesai oleh PPNS maka
disampaikan langsung kepada Penuntut Umum tanpa melalui penyidik Polri sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 107 KUHAP. PPNS hanya diwajibkan berkoordinasi dengan penyidik
Polri pada saat melakukan penangkapan dan pehananan, koordinasinya adalah tindakan
berkonsultasi guna mendapatkan bantuan personil, sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dalam penyidikan dan juga dalam hal PPNS melakukan penyidikan untuk memberitahukan
dimulainya penyidikan kepada penyidik Polri serta dalam hal pelimpaha perkara kepada
Penuntut Umum (Pasal 94 UU PPLH 2009).

4. Pembuktian dan Hubungan Kausalitas

Salah satu kesulitan dalam penegakan hukum pidana lingkungan pada umumnya
sehingga menyebabkan gagalnya perkara di pengadilan adalah mengenai penyajian alat-alat
bukti dan penentuan hubungan kausalitas antara perbuatan dengan akibat dari perbuatan
(cause and effect). Apakah harus dibuktikan adalah perbuatannya semata, atau termasuk
hubungan kausalitas antara perbuatan dengan akibat dari perbuatan sangat tergantung pada
rumusan delik lingkungan yang dilanggar dan dijadikan dasar penuntutan.

Jika yang masuk kualifikasi delik formil, maka dibuktikan hanyalah benar atau tidak
telah terjadi perbuatan yang dilarang. Sebaliknya jika terjadi delik materil maka yang harus
dibuktikan selain perbuatan pidana juga akibat dari perbuatan (hubungan kausalitas).
Ketentuan dalam UU No.32 tahun 2009 Pasal 100-111 dan 113-115 merupakan delik formil,
sedangkan ketentuan dalam Pasal 98, 99 dan 112 merupakan delik materil. Jika yang ingin
dibuktikan adalah delik materil, unsur akibat dalam pasal-pasal tersebut dapat berupa
dilampauinya baku mutu air, criteria baku kerusakan lingkungan hidup, atau terjadinya
pencemaran/perusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

Pembuktian kasus lingkungan hidup umumnya mengalami kesulitan dalam penyajian


dan penentuan hubungan kausalitas. Pembuktian kasus lingkungan seringkali terbentur pada
penyajian fakta dan alat-alat bukti yang seringkali bersifat ilmiah (scientific proof) dan
menyangkut rahasia perusahaan. Apalagi jika perusahaan yang diduga melakukan delik
lingkungan yang jumlahnya lebih dari satu dan membuang limbah yang mengandung unsur-
unsur yang sama, terutama yang bersifat kimia. Dan jika hal ini dihubungkan dengan Pasal
183 KUHAP yang menegaskan putusan harus dengan dibuktikan dengan dua alat bukti yang
sah.

Dalam Pasal 96 UU No.32 tahun 2009 terdapat perluasan alat bukti yaitu alat bukti
yang belum diatur dalam KUHAP, antara lain informasi yang diucapkan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan secara elektronik magnetic, optik, dan/atau alat bukti rekaman, data,
atau informasi yang dapat dibaca, dilihat dan didengar yang dapat dikeluarkan dengan
dan/atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun
selain kertas atau yang terekam secara elektronik, tidak terbatas pada tulisan, suara atau
gambar, peta rancangan foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, symbol atau perporasi yang
memiliki makna atau yang dapat dipahami atau dibaca.

2.3 Jenis dan Sanksi Tindak Pidana Lingkungan


Di dalam UU No.32 tahun 2009 telah diatur perumusan delik materil dan delik formil.
Berikut adalah penjelasannya:
a) Delik Formil
Delik formil adalah delik yang rumusannya memberikan ancaman pidana terhadap
perbuatan yang dilarang tanpa memandang akibat dari perbuatan.
Pasal Perbuatan Sanksi
100 ayat 1 (1) Setiap orang yang melanggar Penjara maksimal 3 tahun dan denda
dan 2 baku mutu air limbah, baku mutu maksimal 3 miliar rupiah
emisi, atau baku mutu gangguan
(2) Tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dikenakan apabila sanksi
administratif yang telah dijatuhkan
tidak dipatuhi atau pelanggaran
dilakukan lebih dari satu kali.
101 Setiap orang yang melepaskan Penjara minimal 1 tahun, maksimal 3
dan/atau mengedarkan produk tahun dan denda minimal 1 miliar
rekayasa genetik ke media rupiah, maksimal 3 miliar rupiah
lingkungan hidup yang bertentangan
dengan peraturan perundang-
undangan atau izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (1) huruf g
102 Setiap orang yang melakukan Penjara minimal 1 tahun, maksimal 3
pengelolaan limbah B3 tanpa izin tahun dan denda minimal 1 miliar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal rupiah, maksimal 3 miliar rupiah
59 ayat (4)
103 Setiap orang yang menghasilkan Penjara minimal 1 tahun, maksimal 3
limbah B3 dan tidak melakukan tahun dan denda minimal 1 miliar
pengelolaan sebagaimana dimaksud rupiah, maksimal 3 miliar rupiah
dalam Pasal 59
104 Setiap orang yang melakukan Penjara maksimal 3 tahun dan denda
dumping limbah dan/atau bahan ke maksimal 3 miliar rupiah
media lingkungan hidup tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60
104 Setiap orang yang melakukan Penjara maksimal 3 tahun dan denda
dumping limbah dan/atau bahan ke maksimal 3 miliar rupiah
media lingkungan hidup tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60
105 Setiap orang yang memasukkan Penjara minimal 4 tahun, maksimal 12
limbah ke dalam wilayah Negara tahun dan denda minimal 4 miliar
Kesatuan Republik Indonesia rupiah, maksimal 12 miliar rupiah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (1) huruf c
106 Setiap orang yang memasukkan Penjara minimal 5 tahun, maksimal 15
limbah B3 ke dalam wilayah Negara tahun dan denda minimal 5 miliar
Kesatuan Republik Indonesia rupiah, maksimal 15 miliar rupiah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (1) huruf d
107 Setiap orang yang memasukkan B3 Penjara minimal 5 tahun, maksimal 15
yang dilarang menurut peraturan tahun dan denda minimal 5 miliar
perundang–undangan ke dalam rupiah, maksimal 15 miliar rupiah
wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b
108 Setiap orang yang melakukan Penjara minimal 3 tahun, maksimal 10
pembakaran lahan sebagaimana tahun dan denda minimal 3 miliar
dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) rupiah, maksimal 10 miliar rupiah
huruf h
109 Setiap orang yang melakukan usaha Penjara minimal 1 tahun, maksimal 3
dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin tahun dan denda minimal 1 miliar
lingkungan sebagaimana dimaksud rupiah, maksimal 3 miliar rupiah
dalam Pasal 36 ayat (1)
110 Setiap orang yang menyusun amdal Penjara minimal 1 tahun, maksimal 3
tanpa memiliki sertifikat kompetensi tahun dan denda minimal 1 miliar
penyusun amdal sebagaimana rupiah, maksimal 3 miliar rupiah
dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf i
111 ayat 1 (1) Pejabat pemberi izin lingkungan Penjara minimal 1 tahun, maksimal 3
dan 2 yang menerbitkan izin lingkungan tahun dan denda minimal 1 miliar
tanpa dilengkapi dengan amdal atau rupiah, maksimal 3 miliar rupiah
UKL-UPL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (1)
(2) Pejabat pemberi izin usaha
dan/atau kegiatan yang menerbitkan
izin usaha dan/atau kegiatan tanpa
dilengkapi dengan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 ayat (1)
113 Setiap orang yang memberikan Penjara maksimal 1 tahun dan denda
informasi palsu, menyesatkan, maksimal 1 miliar rupiah
menghilangkan informasi, merusak
informasi, atau memberikan
keterangan yang tidak benar yang
diperlukan dalam kaitannya dengan
pengawasan dan penegakan hukum
yang berkaitan dengan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (1) huruf j
114 Setiap penanggung jawab usaha Penjara maksimal 1 tahun dan denda
dan/atau kegiatan yang tidak maksimal 1 miliar rupiah
melaksanakan paksaan pemerintah
115 Setiap orang yang dengan sengaja Penjara maksimal 1 tahun dan denda
mencegah, menghalang-halangi, atau maksimal 500 juta rupiah
menggagalkan pelaksanaan tugas
pejabat pengawas lingkungan hidup
dan/atau pejabat penyidik pegawai
negeri sipil

b) Delik Materil
Delik materil adalah delik yang rumusannya memberikan ancaman pidana terhadap
perbuatan yang menimbulkan akibat dari perbuatan (adanya kausalitas antara perbuatan dan
akibat dari perbuatan)
Pasal Perbuatan Sanksi
98 ayat 1 (1) Setiap orang yang dengan sengaja Penjara minimal 3 tahun, maksimal 10
melakukan perbuatan yang tahun dan denda minimal 3 miliar
mengakibatkan dilampauinya baku rupiah, maksimal 10 miliar rupiah
mutu udara ambien, baku mutu air,
baku mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup
98 ayat 2 (2) Apabila perbuatan sebagaimana Penjara minimal 4 tahun, maksimal 12
dimaksud pada ayat (1) tahun dan denda minimal 4 miliar
mengakibatkan orang luka dan/atau rupiah, maksimal 12 miliar rupiah
bahaya kesehatan manusia
98 ayat 3 (3) Apabila perbuatan sebagaimana Penjara minimal 5 tahun, maksimal 15
dimaksud pada ayat (1) tahun dan denda minimal 5 miliar
mengakibatkan orang luka berat atau rupiah, maksimal 15 miliar rupiah
mati
99 ayat 1 (1) Setiap orang yang karena Penjara minimal 3 tahun, maksimal 10
kelalaiannya mengakibatkan tahun dan denda minimal 3 miliar
dilampauinya baku mutu udara rupiah, maksimal 10 miliar rupiah
ambien, baku mutu air, baku mutu air
laut, atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup
99 ayat 2 (2) Apabila perbuatan sebagaimana Penjara minimal 2 tahun, maksimal 6
dimaksud pada ayat (1) tahun dan denda minimal 2 miliar
mengakibatkan orang luka dan/atau rupiah, maksimal 6 miliar rupiah
bahaya kesehatan manusia
99 ayat 3 (3) Apabila perbuatan sebagaimana Penjara minimal 3 tahun, maksimal 9
dimaksud pada ayat (1) tahun dan denda minimal 3 miliar
mengakibatkan orang luka berat atau rupiah, maksimal 9 miliar rupiah
mati
112 Setiap pejabat berwenang yang Penjara maksimal 1 tahun dan denda
dengan sengaja tidak melakukan maksimal 500 juta rupiah
pengawasan terhadap ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap peraturan
perundangundangan dan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 71 dan Pasal 72, yang
mengakibatkan terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa
manusia
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Dalam situs portal berita okezone.com yang diterbitkan pada tanggal 11 Juli 2013
dikabarkan bahwa puluhan warga Kampung Pelampisan, Kelurahan Purwoyoso, Kecamatan
Ngalian, Kota Semarang, Jawa Tengah, menggeruduk pabrik PT Marimas karena diduga
mencemari lingkungan. Menurut warga sekitar, pencemaran yang terjadi di aliran Sungai
Pelampisan merupakan akibat dari pembuangan limbah dari PT Marimas yang telah terjadi
sejak tahun 2011 yang lalu. Pencemaran semakin parah, karena saluran pembuangan air
jebol sehingga limbah pabrik masuk ke lahan warga. Akibatnya, bau menyengat tak
terhindarkan dan banyak warga yang mengeluhkan sakit setelah menghirup bau limbah cair
tersebut. Hal yang lebih parahnya lagi, banyak anak-anak yang sudah sering mengalami
pusing bahkan sampai muntah ketika bau dari limbah sampai di rumah mereka. Selain itu,
warga juga mengeluh akan kekhawatiran mereka apabila sakit yang mereka alami semakin
parah dan membutuhkan banyak biaya pengobatan. Oleh karena itu, warga merasa kesal dan
mendatangi pabrik PT Marimas yang berlokasi di Kawasan Industri Gatot Subroto tersebut.
Selain itu, warga sekitar juga mengeluh mengalami kesulitan untuk mendapatkan air
bersih karena limbah sudah mulai masuk dan bercampur dengan areal air sumur yang
merupakan sumber air bersih bagi warga setempat yang kini sudah tidak layak pakai lagi.
Suyono selaku ketua RT mengatakan bahwa pada tahun 2012 sudah ada pertemuan antar-
warga yang didampingi pihak kelurahan dan PT Marimas untuk mencari solusi
permasalahan tersebut. PT Marimas pun berjanji akan segera membenahi pengolahan
limbah dari pabrik mereka. Namun, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan karena
pencemaran masih saja terjadi. Warga mengancam akan menutup saluran dari limbah pabrik
jika PT Marimas tidak segera menanggulangi pencemaran tersebut. Warga memberikan
waktu dua sampai empat pekan, dan apabila masih sama saja mereka akan menutup saluran
air dari pabrik yang mengarah ke Sungai Pelampisan. Sementara itu, Direktur PT Marimas,
Hariyanto menyampaikan sanggup untuk memenuhi tuntutan mereka dan akan melakukan
pengecekan ke lokasi yang dicemari karena kemungkinan pencemaran tidak hanya dari
pabriknya saja. Beliau juga mengatakan bahwa perusahaan yang dipimpinnya sudah
melakukan pengolahan limbah dengan cukup baik meskipun mungkin belum 100 persen
sempurna dan tujuan mereka melakukan pengolahan atau daur ulang limbah adalah agar air
limbah dapat dimanfaatkan dan digunakan kembali untuk keperluan lain.
3.2 Gugatan Hukum
A. TAHAP I PENYELIDIKAAN
 11 juli 2013 Warga kampung Klampisan RW 8 Kelurahan Purwoyoso, Kecamatan
Ngaliyan Semarang marah-marah ketika memasuki areal pengolahan limbah pabrik PT.
Marimas di kawasanIndustri Candi Semarang. Ia marah karena sumur miliknya tidak bisa
lagi digunakan karena tercemar limbah. Bersama puluhan warga lainnya yang
mengenakan masker, Trimurti mendatangi pabrik tersebut karena merasa dirugikan oleh
limbah yang mengalir di sungai Klampisan. Menurutnya, sudah lebih dari dua tahun ia
tidak bisa lagi memanfaatkan air sumurnya karena bau yang sangat menyengat.
 Kasus pencemaran air PT Marimas di Semarang Menurut warga, Pabrik PT
Marimas telahmencemari aliran sungai disekitar pabrik selamat 2 sampai 3 tahun terakhir.
Pencemaran semakin parahkarena saluran pembuangan limbah jebol, yang mana
mengakibatkan bau menyengat yang berasal dari pembuangan limbah tersebut. Selain
mencemari lingkungan, kini warga kesulitan untuk mencari air bersih karena limbah telah
bercampur dengan air sumur.
 Pencemaran tersebut telah melanggar ketentuan dalam Pasal 69 ayat (1-6) UU No.
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup, yang mana
setiap orang dilarang untuk: (Jenis Hk.Pidana)
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke dalam
wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia;
c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indones
ia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup,
g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan den
gan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;menyusun amdal tanpa memiliki s
ertifikat kompetensi penyusun amdal; dan/atau
i. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak.
B. TAHAP II PENYELIDIKKAN
Limbah yang dihasilkan dari hasil produksi di PT Marimas adalah termasuk dalam
katagori Limbah B3 dari Sumber Spesifik Umum.
Nama Perusahaan : PT Marimas Putera Kencara
Pemilik : Hariyanto (Direktur)
Kasus : Pencemaran Air Limbah ke Sungai Klampiasan Kel. Purwoyoso
Kec.Ngalian Kota Semarang, Jawa Tengah
Pelapor : Trimurti (warga masyarakat di sekitar sunga klampiasan)
Tanggal Lapor : 11 Juli 2013
Pelanggaran yg dilakukan :
1. UU 32 tahun 2009 pasal 69 ayat (1) huruf a dan e tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. PP 101 tahun 2014 pasal 3 tentang Pengelolaan Limbah B3
3. PermenLH No 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bukti Pelanggaran :
1. Laporan dari warga masyarakat yg mengeluh bau dan gatal-gatal akibat dari air
limbah yang dibuang ke sungai

2. Pengambilan Foto Sumber Air bersih warga yang tercemar

3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium yang mengandung limbah B3


4. Keterangan Terdakwa yg menyatakan bahwa benar adanya kebocoran pipa pengaliran
limbah cair ke badan air yg akhirnya mencemari sungai Klampiasan
Sanksi yang dikenakan :
1. Sanksi Administratif (Pasal 243 ayat 2-3) UU 32 tahun 2009 meliputi :
a. Teguran tertulis
b. Paksaan Pemerintah
c. Pembekuan izin pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3
2. Sanksi Pidana
a. Pasal 99 ayat 1 menyatakan Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

b. Pasal 103 menyatakan Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan
pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).
LAMPIRAN
SAMPUL BERKAS PERKARA
Nomor: BP-I/PPNSLH/VII/2013

Kejadian perkara atau tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup pada tanggal 11 juli 2013 di kampung Klampisan RW 8
Kelurahan Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan Semarang yang dilaporkan pada
tanggal 12 juli 2013
Uraian singkat perkara atau tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang terjadi adalah Pencemaran Sungai Klampiasan.
Melanggar Pasal 69 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

No. Laporan Tanggal


Kejadian Identitas Tersangka Ditahan Dikeluarkan Keterangan
1. Nama :Hariyanto
Jeni kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Semarang, 20
Agustus 1968/ 50 tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan: indonesia
Tempat tinggal : Semarang
Pekerjaan : Direktur PT. Marimas
Putera Kencana
Belum Pernah Dihukum

Semarang, 12 Juli 2013

Asisten Deputi/Kepala Bidang Lingkungan


Selaku Penyidik PPNSLH,

Fenti Farah Nabilla, Str.Kes.M.H.Kes


NIP. 199506142019012001
DAFTAR ISI BERKAS PERKARA
Nomor: BP-02/PPNSLH/VII/2013

No. Nama Surat Jumlah Lembar Keterangan

Sampul Berkas Perkara

Daftar Isi Berkas Perkara


Resume

Laporan Kejadian
Surat Perintah Penyidikan
Surat Pemberitahuan dimulainya
Penyidikan
Surat Perintah Penyidikan Lanjutan
Surat Permintaan Penetapan Izin/Izin
Khusus Penggeledahan
Berita Acara Pemeriksaan TKP
Berita Acara Pemeriksaan Saksi/Ahli
Berita Acara Pemeriksaan Tersangka

Berita Acara Penangkapan

Semarang, 12 Juli 2013


Asisten Deputi/Kepala Bidang Lingkungan Hidup
Selaku Penyidik PPNSLH,

Fenti Farah Nabilla, Str.Kes.M.H.Kes


NIP. 199506142019012001

PPNSLH: A.3
“Demi Keadilan”
22
RESUME
I. DASAR
1. Laporan Kejadian Nomor: LK-01/PPNSLH/VII/2013
2. Surat Perintah Penyidikan Nomor: SP-01/Dik/PPNSLH/VII/2013
3. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Nomor: S01/PDP/PPNSLH/VII/2013
II. PERKARA
1. Pencemaran Limbah Cair ke Badan Air (Sungai) Klampiasan melanggar ketentuan pasal 69
Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang berdampak pada ekosistem badan air dan sumber air bersih warga.
III. FAKTA-FAKTA
1. Penanganan Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Kantor PT Marimas Putra Kencana
2. Pemanggilan
Dengan Surat Panggilan Nomor: S-01/Panggil/PPNSLH/VII/2013, pada tanggal 12 Juli 2013
telah dipanggil Haryanto beralamat di Jl. Industri Kel. Purwoyoso untuk didengar
keterangannya sebagai Tersangka dalam perkara pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup berupa Pencemaran Badan Air dan Sumber Air Bersih.
Badan Air dan Sumber Air Bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota
Semarang yang mengakibatkan bau pada badan air dan sumber air bersih.
3. Penangkapan
Dengan Surat Perintah Penangkapan Nomor: SP 01/Kap/PPNSLH/VII/2013 telah
dilakukan penangkapan terhadap tersangka H a r y a n t o di Kota Semarang pada tanggal 15 Juli
2013 pukul 1 0 . 0 0 W I TA Berita Acara Penangkapan tanggal 15 Juli 2013.
4. Penahanan
Idem
5. Penggeledahan
Idem
6. Penyitaan
Idem
7. Keterangan Saksi
a. Nama: Trimurti, laki-laki/perempuan)*, lahir di Semarang tanggal 15 Agustus 1983, pekerjaan
Buruh, agama Islam, kewarganegaraan Indonesia, alamat tinggal Jl. Green Away Kel.Sekeloa Kota
Semarang
Menerangkan:
1) Bahwa pada saat pemeriksaan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta bersedia
diperiksa dan akan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya;
2) Bahwa mengerti pada saat diperiksa dan tidak ada hubungan apapun dengan para tersangka;
3) Bahwa benar terjadi pencemaran Sungai Klampiasan;
4) Bahwa bersaksi dan dalam memberiksan keterangan sama sekali tidak merasa mendapat
23
tekanan atau paksaan dari pemeriksa, serta bersedia dipanggil kembali bila di kemudian hari
diperlukan keterangannya.
8. Keterangan Tersangka
Nama: Hariyanto, laki-laki/perempuan)*, lahir di Semarang tanggal 20 Agustus 1968 pekerjaan
Direktur PT. Marimas, agama islam, kewarganegaraan Indonesia, alamat tinggal Jl. Industri Kel.
Purwoyoso.
Menerangkan:
1) Bahwa pada saat pemeriksaan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta bersedia
diperiksa dan akan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya;
2) Bahwa mengerti pada saat diperiksa dan tidak ada hubungan apapun dengan para tersangka;
3) Bahwa dalam memberikan keterangan sama sekali tidak merasa mendapat tekanan atau paksaan dari
pemeriksa. Serta bersedia di panggil kembali bila dikemudian hari diperlukan keterangannya.
9. Barang Bukti
Barang bukti sementara yang berhasil dikumpulkan dalam penanganan perkara ini adalah
sebagai berikut:
a. Dokumen/surat yang disita dari TKP tanggal berupa:
1) Dokumen IPAL ;
b. Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel limbah tidak memenuhi syarat sesuai Baku Mutu
Limbah Cair Industri.
c. Hasil pemeriksaan ahli Lingkungan Hidup .

IV.ANALISA YURIDIS
a. Apakah saudara dalam keadaan sehat jasmani dan rohani sekarang ini dan bersedia
memberikan keterangan yang sebenarnya?
Bahwa benar saya saat ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta bersedia
diperiksa dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya.
b. Apakah saudara sekarang ini sadar diperiksa selaku saksi dalam kasus Tindak Pidana
Lingkungan hidup. Jelaskan?
Ya, saya sadar, saya diperiksa sekarang ini sehubungan dengan perkara tersebut dan
saya akan memberikan keterangan degan sebenarnya.
c. Sebutkan alamat tempat tinggal saudara dengan jelas!
Baik, saya tinggal di jalan Prambanan RT 2 RW 1 nomor 12 Perumahan Candi Kota
Semarang
d. Apakah Saudara mengetahui bahwa telah terjadi pencemaran di Sungai Klampiasan?
Ya, saya mengetahui memang telah terjadi pencemaran di sungai tersebut
e. Sejak kapan saudara mulai merasakan bahwa sungai tersebut mengalami pencemaran?
Sejak tahun 2010
f. Berapakah jarak antara rumah saudara dengan sungai Klampiasan?
Menurut saya penyebab dari pencemaran tersebut karena terjadi kebocoran perpipaan
pada IPAL PT Marimas Putera Kencara sehingga pada saat dibuang ke badan air
24
mencemari badan air dan sumber air bersih warga sekitar
g. Apakah ada keterangan lain yang ingin saudara sampaikan kepada pemeriksaan yang
berkaitan dengan kesaksian saudara?
Untuk saat ini tidak ada
h. Apakah selama saudara dalam memberikan keterangan tersebut saudara ditekan, dipaksa,
atau dipengaruhi serta dianiaya oleh pemeriksa atau pihak lain?
Saya selama menjalani pemeriksaan atau dalam memberikan keterangan tersebut
diatas tidak pernah ditekan, dipaksa atau dipengaruhi serta dianiaya oleh pemeriksa
atau pihak lain.

Setelah Berita Acara Pemeriksaan saksi ini dibuat kemudian dibacakan kembali padanya dalam
bahasa yang dapat dimengerti olehnya dan yang diperiksa menyatakan setuju dan membenarkan
semua keterangannya ianya bersedia membubuhkan tanda tangannya di bawah ini.

Yang diperiksa
Trimurti Bin Sofian
-----Demikianlah Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah
jabatan sekarang ini, kemudian ditutup dan ditandatangani di Semarang pada hari dan tanggal
tersebut diatas----
Pelapor Petugas Penerima Laporan

Trimurti Nurhalim Al-Rasyid, S.H


BRIGPOL NRP.78030195

Penyidik PPNSLH

Fenti Farah Nabilla, Str.Kes.M.H.Kes


NIP. 199506142019012001

)* Pilih salah satu.

25
PPNSLH: A.4

“Demi Keadilan”
LAPORAN KEJADIAN
Nomor: LK-01/PPNSLH/VII/2013

Pelapor : Trimurti
Nama : Semarang, 15 Agustus 1983
Tempat/Tgl. Lahir : Laki - laki
Jenis Kelamin : Islam
Agama : Buruh
Pekerjaan : Jl. Green Away Kel. Sekeloa Kota Semarang
Alamat : 3072506990830001
No. KTP : 081235627892
Telp./Fax. : trimurti83@gmail.com
E-mail

Peristiwa yang Dilaporkan


Waktu Kejadian : 11 Juli 2013
Tempat/Lokasi
Kejadian : Sungai Klampiasan dan Sumber Air Warga Klampiasan
Peristiwa yang
Terjadi : Pencemaran Limbah Cair

Terlapor : Haryanto
Nama : Semarang, 20 Agustus 1968
Tempat/Tgl. Lahir : Laki - laki
Jenis Kelamin : Islam
Agama : Direktur PT Marimas Putera Kencana
Pekerjaan Alamat : Jl. Industri Kel.Purwoyoso
No. KTP : 3072502008680002
Telp./Fax. : 0816798563
E-mail : haryanto@gmail.com
Saksi : Rudi Darmawan (Karyawan PT Marimas)
1. Nama : Melyanti (warga Klampiasan)
: Agung Podomoro (warga Klampiasan)

Menerangkan :
1) Bahwa pada saat pemeriksaan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta bersedia di
periksa dan akan memberikan keterangan yang sebenar benarnya ;
2) Bahwa mengerti pada saat diperiksa dan tidak ada hubungan apapun dengan para
tersangka ;
3) Bahwa dalam memberikan keterangan sama sekali tidak merasa mendapat tekanan atau
paksaan dari pemeriksa. Serta bersedia di panggil kembali bila dikemudian hari diperlukan
keterangannya.

Demikian laporan kejadian ini dibuat dengan sebenar-benarnya, kemudian


ditutup dan ditandatangani di Semarang pada tanggal 12 bulan Juli tahun 2013.

Pelapor Petugas Penerima Laporan

Trimurti Nurhalim Al-Rasyid, S.H


BRIGPOLNRP.780301

Anda mungkin juga menyukai