Anda di halaman 1dari 5

KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN

Metrotvnews.com, Jakarta: Pencemaran air yang kini mengancam sungai


dan anak sungai di Kalimantan Selatan tak terlepas dari peran pembukaan kolam
penampungan limbah tambang batu bara milik perusahaan-perusahaan swasta.
Studi kasus organisasi kampanye global lingkungan Greenpeace menyoroti tiga
perusahaan tambang yang menyumbang pencemaran air terbesar hingga
kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan.

Perusahaan-perusahaan tambang ini melakukan aktifitas pertambangan di


sepanjang kawasan Tanah Laut hingga Kota Baru di Kalimantan Selatan.

Kolam-kolam penampungan ini pH (derajat keasaman) nya rendah sekali,


bahkan, kolam asam Arutmin pHnya hanya 2,34, kata juru kampanye Iklim dan
Energi Greenpeace Arif Fiyanto dalam peluncuran laporan Pertambangan Batu
Bara Meracuni Air di Kalimantan Selatan, di Jakarta, Rabu (3/12/2014).

Menurut Arif, Konsesi PT Arutmin Indonesia di Distrik Asam-Asam adalah


lokasi terburuk yang dikunjungi Greenpeace. Lingkungan Konsesi Arutmin
tandus, pepohonan mati mengering, kolam limbah warna-warni serta lubang-
lubang tambang terbengkalai.

Sampel dari konsesi Arutmin mengandung kadar pH terendah dari semua


sampel, yakni 2,32. Saat pengambilan sampel, dikatakan Arif, air dari kolam
pengendapan yang kotor dan tercemar mengalir ke sungai.
Selain itu, genangan air yang melimpah dan jejak air terkontaminasi berada
kurang dari 20 meter dari jalan umum yang sering dilintasi oleh masyarakat
Salaman.

Tak hanya Arutmin, Tanjung Alam Jaya dan Banpu beserta anak
perusahaannya, Jorong Barutama Greston juga turut menyumbang pencemaran air
di lokasi ini. Banpu diketahui memiliki masalah besar terkait air asam tambang.

Kami menemukan sebuah lubang bekas tambang sepanjang dua kilometer


dengan lebar dua ratus meter dengan keasaman dan kandungan logam berat
mangan yang tinggi. Satelit menunjukan, kolam itu mengalir ke luar dan dapat
mengontaminasi sungai-sungai kecil yang terhubung dengannya, kata Arif.

Lain halnya dengan Tanjung Alam Jaya. Air asam dari kolam-kolam
penampungan limbah tambang terbengkalai hingga menimbulkan kebocoran yang
mengarah ke sungai kecil milik masyarakat. Disebutkan, pH air ini 3,74 di bawah
batas standar asam.

Ironisnya, sungai kecil tersebut mengalir melewati kebun milik masyarakat


yang ditanami singkong, pisang dan tanaman lainnya. Sungai ini juga digunakan
masyarakat untuk mandi dan memasak air.

Website : https://andasiallagan92.wordpress.com/2015/04/01/kasus-
pencemaran-lingkungan/ rabu , 08-11-2017
ULASAN

A. Penyebabnya apa ?

Di sebabkan oleh air asam tambang dan air yang mengandung logam berat
mangan yang tinggi .

B. Mengapa bisa terjadi ?

Karena perusahaan pertambangan batubara seperti : PT. Arutmin Indonesia ,


PT. Tanjung Alam Jaya , dan PT. Banpu dalam mengolah limbah air di kolam
penampungan tidak sesuai dengan ambang batas air yang di izinkan atau tidak
sesuai dengan PH standar yang telah ditentukan .

C. Bagaimana bisa terjadi ?

Karena Lingkungan Konsesi Arutmin tandus, pepohonan mati mengering,


kolam limbah warna-warni serta lubang-lubang tambang terbengkalai sehingga air
dari kolam pengendapan yang kotor dan tercemar mengalir ke sungai.

Selain itu, genangan air yang melimpah dan jejak air terkontaminasi berada
kurang dari 20 meter dari jalan umum yang sering dilintasi oleh masyarakat
Salaman.

Tak hanya Arutmin, Tanjung Alam Jaya dan Banpu beserta anak
perusahaannya, Jorong Barutama Greston juga turut menyumbang pencemaran air
di lokasi ini, sebuah lubang bekas tambang sepanjang dua kilometer dengan lebar
dua ratus meter dengan keasaman dan kandungan logam berat mangan yang
tinggi. Satelit menunjukan, kolam itu mengalir ke luar dan dapat mengontaminasi
sungai-sungai kecil yang terhubung dengannya.

Lain halnya dengan Tanjung Alam Jaya. Air asam dari kolam-kolam
penampungan limbah tambang terbengkalai hingga menimbulkan kebocoran yang
mengarah ke sungai kecil milik masyarakat. Ironisnya, sungai kecil tersebut
mengalir melewati kebun milik masyarakat yang ditanami singkong, pisang dan
tanaman lainnya. Sungai ini juga digunakan masyarakat untuk mandi dan
memasak air.
D. Penanggulangannya :

Organisasi kampanye global lingkungan Greenpeace sebagai lembaga yang


menyoroti kasus di atas dapat melaporkan berita tersebut ke pihak yang berwajib,
agar para pelaku pencemaran lingkungan (dalam hal ini adalah perusahaan
tambang di sekitar kawasan Tanah Laut hingga Kota Baru, Kalimantan Selatan)
dapat segera dihukum sesuai undang-undang yang berlaku.

Pemerintah juga harus bersikap responsif terhadap apa yang telah terjadi
dan segera mengambil tindakan. Pemerintah seharusnya memberikan hukuman
yang berat bagi para pelaku pencemaran lingkungan dan bersikap tegas guna
memberikan efek jera sehingga kedepannya tidak ada lagi yang berani mencemari
lingkungan dengan tidak bertanggung jawab.

Peraturan yang mengatur tentang pelanggaran lingkungan hidup di


Indonesia harus diperketat. Perusahaan yang bersangkutan seharusnya
menerapkan sistem manajemen lingkungan yang berkelanjutan dan konsisten
demi menjaga kelestarian lingkungan, melakukan pengolahan limbah secara benar
serta menghasilkan produk yang ramah lingkungan.

Dengan begitu diharapkan limbah yang dihasilkan perusuhaan dapat


diminimalisir dan tidak mencemari lingkungan sekitar pabrik. Beberapa tindakan
yang dapat dilakukan antara lain, melakukan auditing secara berkala guna
mengawasi dan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap sertifikasi ISO yang
dimiliki PT. Arutmin, PT. Tanjung Alam Jaya dan PT. Banpu beserta anak
perusahaannya, Jorong Barutama Greston, meningkatkan kepedulian mulai dari
diri sendiri untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar pabrik, melakukan
pemeriksaan kadar asam air di sungai sekitar pabrik secara berkala, memanfaatkan
sungai dengan sebaik-baiknya, serta adanya kerja sama yang bersinergi dari
berbagai pihak demi menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman demi
kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Apabila langkah-langkah tersebut
dapat direalisasikan, diharapkan mampu mengatasi permasalahan pencemaran
sungai di lingkungan tersebut.
KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN

OLEH :

AHMAD LUTHFI SURYADI (230.15.001)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT

MATARAM

2017

Anda mungkin juga menyukai